2.1.4 Korespondensi Bunyi dan Variasi Bunyi
Perubahan bunyi yang muncul secara teratur disebut korespondensi. Pada dasarnya perubahan bunyi yang terjadi di antara dialek-dialek atau subdialek atau
bahasa turunan dalam merefleksikan bunyi-bunyi yang terdapat dalam prabahasa atau proto bahasa yang mengakibatkan terjadi perbedaan dialek atau subdialek secara
teratur. Berdasarkan sudut pandang dialektologi, bahwa kekorespondensian suatu perubahan bunyi berkaitan dengan dua aspek yaitu aspek linguistik dan aspek
geografi. Dari aspek linguistik, bahwa korespondensi terjadi dengan persyaratan lingkungan linguistik tertentu, dari aspek geografi korespondensi terjadi pada daerah
pengamatan yang sama Mahsun, 1995: 29. Perubahan bunyi yang muncul secara tidak teratur disebut variasi. Variasi juga
dilihat dari segi linguistik dan segi geografi. Dari segi linguistik perubahan bunyi yang muncul karena persyaratan lingkungan linguistik tertentu, sedangkan dari segi
geografi perubahan bunyi yang terjadi pada sebaran geografisnya tidak sama.
2.1.5 Variasi Fonetik
Variasi fonetik berada di bidang fonologi dan biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya variasi tersebut Ayatrohaedi,
1983:3. Variasi fonologi dianalisis dengan menggunakan teori fonologi yang diawali dengan menganalisis perubahan bunyi dan status bunyi tersebut sebagai sebuah
fonem atau variasi sebuah fonem. Perbedaan fonetik pada tataran fonologi dapat terjadi pada vokal ataupun konsonan. Contohnya, perbedaan fonetik pada konsonan,
dalam bahasa Sunda untuk merealisasikan kata ‘gudang’, yaitu [gudaŋ] dan [kudaŋ].
Universitas Sumatera Utara
Dalam bahasa Minangkabau kata [batu] di Kecamatan Linggo Sari Baganti untuk menyataka
n kata ‘batu’, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung soal menggunakan kata [
batuŋ].
2.1.6 Variasi Leksikon
Suatu perbedaan disebut sebagai perbedaan dalam bidang leksikon, jika leksem-leksem yang digunakan untuk merealisasikan suatu makna yang sama tidak
berasal dari satu etimon prabahasa. Semua perbedaan bidang leksikal selalu berupa variasi Mahsun, 1995:54. Sebagai contohnya, dalam bahasa Minahasa Timur Laut
terdapat 3 kata yang digunakan untuk merealisasikan makna ‘lekas’, yaitu [rawak], [rior], dan [hagog]. Dalam bahasa Minangkabau
Contohnya, kata ‘pondok’ di Kecamatan Linggo Sari Baganti menyatakan kata [
pondoɁ], sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal menyatakan kata [
suduaŋ].
2.1.7 Isoglos, Heteroglos, atau Watas Kata dan Berkas Isoglos