Bahan Baku Obat Tempat dan Waktu Percobaan Alat-alat Hasil

isokratik. Detektor yang digunakan adalah spektrofotometer UV pada panjang gelombang 244 nm Sudjadi dan Abdul, 2008.

2.2 Bahan Baku Obat

Bahan zat aktif adalah tiap bahan atau campuran bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi dan apabila digunakan dalam pembuatan obat menjadi zat aktif obat tersebut. Dalam arti lain, bahan zat aktif adalah bahan yang ditujukan untuk menciptakan khasiat farmakologi atau efek langsung lain dalam diagnosis, penyembuhan, pengobatan atau pencegahan penyakit, atau untuk memengaruhi struktur dan fungsi tubuh Dirjen POM, 2006. Semua bahan baku yang digunakan harus memenuhi persyaratan resmi farmakope atau persyaratan lain yang disetujui oleh regulator atau oleh industri farmasi yang bersangkutan. Selain itu, bahan–bahan yang dibeli harus sesuai dengan spesifikasi hasil uji praformulasi agar diperoleh mutu obat yang konsisten dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, stabilitas, dan ketersediaan hayati Siregar, 2010. Setiap bahan obat memiliki ciri-ciri kimiawi dan fisika tersendiri yang menjadikannya unik. Ciri-ciri ini digunakan dalam menyusun standar identifikasi bahan dan untuk pengujian Ansel, 2005.

2.3 High Performance Liquid Chromatography HPLC

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase tetap stationary dan fase bergerak mobile, dimana pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fase ini. Pemisahan dengan kromatografi terjadi karena senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi sendiri diantara fase-fase bergerak dan tetap perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa yang lain Sastrohamidjojo, 1985. Kemajuan teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi kolom cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Metode ini dikenal sebagai Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Ditjen, 1995. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT atau biasa disebut dengan HPLC high perfomance liquid chromatography dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an Rohman, 2009. Kegunaan umum Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian impurities, analisis senyawa yang mudah menguap non-volatil, analisis senyawa yang tidak ionik maupun zwitter, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit trace elements, dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif Rohman, 2009. Salah satu konsep penting KCKT ialah mengusahakan volum pelarut antara penjerap dan detektor atau fraksinator sekecil mungkin untuk mencegah pencampuran kembali fraksi-fraksi setelah terpisahkan Gritter dkk, 1991. Tiga bentuk kromatografi cair kinerja tinggi yang paling banyak digunakan penukar ion, partisi dan adsorbsi Ditjen, 1995. a. Kromatografi Penukar Ion Kromatografi penukar ion terutama digunakan untuk pemisahan zat-zat larut dalam air yang ionik atau yang dapat terionisasi dengan bobot molekul kurang dari 1500 Ditjen, 1995. Kromatografi pertukaran ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion yang berada dalam fase gerak. Pertukaran ionnya bolak-balik dan terjadi antara fase diam penukaran ion dengan fase gerak cair. Pemisahan terjadi karena perbedaan kekuatan interaksi elektrostatik dari zat terlarut dengan fase diam Munson, 1991. b. Kromatografi Partisi Pada kromatografi partisi digunakan fase gerak dan fase dengan polaritas yang berbeda. Jika fase gerak bersifat polar dan fase diam non- polar, dikenal sebagai kromatografi fase balik, maka senyawa nonpolar yang larut dalam hodrokarbon, dengan bobot molekul kurang dari 1000, dapat dipisahkan berdasarkan atas afinitasnya terhadap fase diam Ditjen, 1995. c. Kromatografi Adsorbsi Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90 kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya Rohman, 2009.

2.3.1 Alat Utama HPLC

Alat utama HPLC adalah tandon pelarut, pipa, pompa, suntikan, kolom, detektor, penguat sinyal dan perekam. a. Tandon pelarut Tandon pelarut atau fase gerak harus mempunyai beberapa ciri. Bahan tandon harus tahan terhadap fase gerak berair dan tidak berair. Sehingga baja anti karat dan gelas menjadi bahan terpilih. Daya tampung tandon harus lebih besar dari 500 ml, yang dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang umumnya 1-2 mlmenit. Kecermatan harus diperhatikan untuk menghindari pecahnya tandon gelas supaya tidak tumpah Munson, 1991. b. Pipa Sifat pipa penyambung seluruh bagian sistem harus diperhatikan. Garis tengah dalam pipa sebelum penyuntikan tidak berpengaruh, dapat tahan tekanan serta mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai Munson, 1991. c. Pompa Berdasarkan dari cara kerjanya pompa untuk HPLC dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu pompa kecepatan tetap dan pompa tekanan tetap. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan dan tidak satu pun dapat dipakai secara menyeluruh Munson, 1991. d. Penyuntik Sistem Penyuntik Cuplikan Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian maksimum analisis kuantitatif. Yang terpenting sistem harus dapat mengatasi tekanan balik yang tinggi tanpa kehilangan cuplikan. Pada saat pengisian cuplikan, cuplikan dialirkan melewati lingkaran cuplikan dan kelebihannya dikeluarkan kepembuangan. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati lingkar cuplikan ke kolom Munson, 1991. e. Kolom Kolom merupakan jantung kromatografi, keberhasilan atau kegagalan analisi bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk memasang penyaring 2 μm dianjurkan antara penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak dan cuplikan. Hal ini dapat memperpanjang umur kolom. Munson, 1991. Kolom kromatografi untuk pengaliran oleh gaya tarik bumi Gravitasi atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi kran jenis tertentupada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Salah satu konsep penting KCKT adalah mengusahakan volum pelarut antara penjerap dan detektor atau farksinator sekecil mungkin untuk mencegah pencampuran kembali fraksi-fraksi setelah terpisah. Gritter, 1991. f. Detektor Detektor harus memberi tanggapan pada cuplikan, tanggapan yang dapat diramal, peka, hasil yang efisien dan tidak terpengaruh oleh perubahan suhu atau komposisi fasgerak. Detektor yang dipakai pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran jalan pita yang memburuk pemisahan. Pemilihan detektor Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai Munson, 1991. g. Penguat sinyal Pada umunya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik Munson, 1991. h. Perekam Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi untuk merekam atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak puncak. Dari daftar tersebut secara kualitatif kita dapat menentukan atau mengetahui senyawa apa yang diperiksa, luas dan tinggi puncak berbanding lurus dengan konsentrasi. Dari data ini dapat pula dipakai untuk memperoleh secara kuantitatif. Sebagai perekam biasanya dipakai bersama- sama dengan integrator Munson, 1991.

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Instrument yang terdapat di industri PT. Kimia Farma Persero Tbk. Plant Medan yang beralamat di jl. Sisingamaraja KM.9 No.59 Medan pada bulan Februari 2015. 3.2 Bahan-bahan 3.2.1 Sampel Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah bahan baku parasetamol yang digunakan oleh PT. Kimia Farma Persero Tbk. Plant Medan.

3.2.2 Fase Gerak dan Pelarut

Fase gerak dan pelarut yang digunakan dalam percobaan ini adalah metanol : aquabidest 1:3.

3.3 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat-alat gelas labu erlenmeyer 250 mL, labu tentukur 50 mL dan 100 mL, gelas ukur 25 mL dan pipet volum 1 mL, digital analytical balance, ultrasonic digital Merk ELMA type D-78224 dan seperangkat alat HPLC Merk WATERS 510486746.

3.4 Pembuatan Larutan Fase Gerak dan Pelarut

3.4.1 Larutan Metanol : Aquabidest 1 : 3

Diambil metanol sebanyak 200 mL dan ditambahkan dengan aquabidest sebanyak 600 mL. Sehingga diperoleh larutan sebanyak 800 mL. Lalu di saring didalam vakum waters. Larutan dapat digunakan untuk analisa.

3.5 Prosedur percobaan

3.5.1 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan secara random acak yang dapat mewakili semuanya dengan menggunakan rumus 1 + √�. Dari 16 kemasan sampel bahan baku yang ada, terpilih 5 sampel bahan baku yang akan diambil dan kemudian digerus menjadi satu untuk uji penetapan kadar bahan baku.

3.5.2 Larutan Standart

Timbang 50 mg baku pembanding std sebanyak 6 kali, masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL. Tambahkan pelarut metanol : aquabidest 1:3 sebanyak 25 mL, utrasonic selama 15 menit pada masing-masing labu tentukur agar homogen dan larut dengan sempurna. Diadd sampai tanda batas dengan pelarut, kocok dan pipet 1 mL, masukkan ke dalam labu tentukur 50 mL. Cukupkan sampai tanda batas dengan pelarut, lalu dikocok, lakukan hal yang sama untuk labu tentukur berikutnya. Disaring dengan filter 0,45 µm. Larutan siap untuk diinjeksikan.

3.5.3 Larutan Sampel Uji

Timbang 50 mg sampel paracetamolum sebanyak 2 kali duplo dan masukkan masing-masing ke dalam labu tentukur 100 mL. Tambahkan pelarut metanol : aquabidest 1:3 sebanyak 25 mL, ultrasonic selama 15 menit pada masing-masing labu tentukur agar homogen dan larut dengan sempurna. Diadd sampai tanda batas dengan pelarut, kocok dan pipet 1 mL labu tentukur dan masukkan ke dalam labu tentukur 50 mL. Cukupkan sampai tanda batas dengan pelarut, lalu dikocok, lakukan hal yang sama untuk labu tentukur berikutnya. Disaring dengan filter 0,45 µm. Larutan siap untuk diinjeksikan.

3.5.4 Penetapan Kadar Menggunakan HPLC

Hidupkan semua saklar yang menyambung ke alat HPLC. Atur panjang gelombang 243 nm dengan flow rate 1,20 mLmenit. Cuci kolom dengan menggunakan fase gerak yang akan digunakan metanol : aquabidest 1:3. Kolom yang digunakan adalah kolom tipe bondapack C18. Pada proses injection atau penyuntikan dimana untuk 1 kali penyuntikan diperlukan larutan yang telah disiapkan masing-masing sebanyak 20 µl. Dimana penyuntikan dimulai dari larutan standart sebanyak 6 kali dan dilanjutkan dengan larutan sampel uji sebanyak 2 kali duplo. Tunggu dan lihat grafik kromatogram yang terbentuk dilayar komputer. Perhitungan penetapan kadar bahan baku parasetamol dapat digunakan rumus sebagai berikut: Kadar = AUC Sp AUC Std × [Sp] [St] × Kst Untuk [Sp] = [St] berlaku rumus : Kadar = AUC Sp AUC Std × Kst Keterangan: AUC Sp : Luas Area Sampel AUC Std : Luas Area Standart Baku Pembanding [Sp] : Konsentrasi Sampel [St] : Konsentrasi Standart Kst : Kadar Standart Baku Pembanding

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penetapan kadar bahan baku parasetamol menggunakan HPLC, didapat hasil sebagai berikut: Tabel 4.1. Hasil HPLC Untuk Standart Parasetamol Baku Pembanding No Nama Sampel Bobot Kons. Standart [St] Luas Area Waktu Retensi Kadar 1 Standart 1 50,00 mg 0,01 713947 4,70 100,00 2 Standart 2 50,00 mg 0,01 713528 4,70 100,00 3 Standart 3 50,00 mg 0,01 711755 4,69 100,00 4 Standart 4 50,00 mg 0,01 712853 4,69 100,00 5 Standart 5 50,00 mg 0,01 713309 4,68 100,00 6 Standart 6 50,00 mg 0,01 713255 4,68 100,00 Rata-rata 50,00 mg 0,01 713108 4,69 100,00 Standart Deviasi 754 0,01 0,00 RSD 0,10 0,20 0,00 Tabel 4.2. Hasil HPLC Untuk Bahan Baku Parasetamol No Nama Sampel Bobot Kons. Sampel [Sp] Luas Area Waktu Retensi Kadar 1 Sampel 1 50,00 mg 0,01 716152 4,67 100,43 2 Sampel 2 50,00 mg 0.01 716703 4,67 100,50 Rata-rata 50,00 mg 0,01 716427 4,67 100,47 Standart Deviasi 390 0,001 0,05 RSD 0,10 0,00 0,10 Sehingga diperoleh kadar rata-rata dari bahan baku parasetamol adalah 100,47 .

4.2 Pembahasan