Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri di indonesia telah berkembang sejak tahun 1970-an. Kemajuan dan perkembangan industri tekstil telah mempunyai dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan sandang di indonesia serta membuka lapangan pekerjaan. Sedangkan dampak negatifnya adalah pengaruh dampak lingkungan bagi pekerja itu sendiri ataupun penduduk disekitarnya Windarto, 2004 Pada era globalisasi ini, Indonesia ditantang untuk memasuki perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor industri akan bertambah sejalan dengan pertambahan industri. Dengan pertambahan tersebut, maka konsekuensi permasalahan industri juga semakin kompleks, termasuk masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3. Pada tiga dasawarsa yang lalu, penyakit paru masih didominasi oleh penyakit infeksi, khususnya tuberkulosis, pneumoni, bronkiektasis, empiema, abses paru dan lain-lain. Namun perkembangan yang sangat pesat disegala sektor saat ini telah mengubah pola penyakit yang ada. Berbagai faktor yang berperan terhadap pola penyakit pernafasan tersebut antara lain: perkembangan sektor industri yang bertanggung jawab terhadap terjadi polusi 1 commit to user 13 udara, meningkatnya produksi rokok, urbanisasi, dan krisis ekonomi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya frekuensi penyakit pernafasan yang tidak ada kaitannya dengan infeksi, antara lain : asma, bronkitis kronis, penyakit akibat pencemaran lingkungan, penyakit paru obstruksi kronis PPOK, kanker paru dan lain-lain Irwanashari, 2009. Perubahan yang cepat dalam masyarakat indonesia sebagai konsekuensi perkembangan ekonomi, menyebabkan perubahan orientasi kesehatan dari infeksi ke golongan penyakit denegeratif. Salah satu penyakit non-infeksi yang tergolong penyakit denegeratif yang merupakan masalah masa kini dan diperkirakan terlebih lagi dimasa depan, adalah penyakit akibat atau berhubungan dengan pernapasan. Penyakit paru akibat kerja adalah semua kelainanpenyakit paru yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja Anies, 2005. Penyakit paru dapat berupa peradangan, penimbunan debu, fibrosis, tumor, dan lain sebagainya. Saluran pernapasan merupakan salah satu bagian yang paling mudah terpapar oleh bahan-bahan yang merugikan yang terdapat di lingkungan. Bahan-bahan tersebut salah satunya yang menimbulkan pneumokoniosis, yaitu segolongan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu-debu dalam paru-paru. Tergantung dari jenis debu yang ditimbun Suma commit to user 14 pada umumnya hanya bersifat simtomatis yaitu mengurangi gejala dan keluhan penderita. Debu kapas yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas dan kualitas kerja. Debu campuran mengakibatkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan Irwanashari, 2009. Debu yang sering terhirup oleh tenaga kerja salah satunya adalah debu kapas. Debu kapas yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas dan kualitas kerja. Debu campuran mengakibatkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan Irwanashari, 2009. Berbagai faktor berpengaruh terhadaap timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran pernafasan akibat debu. Faktor itu antara lain adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan 3 commit to user 15 sifat kimiawi dan lama paparan. Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran pernafasan Wardhana, 2001. Kondisi kualitas udara lingkungan kerja itu merupakan faktor lingkungan kerja yang dapat ikut berperan dalam hal kesehatan kerja. Pada pemintalan kapas, paparan debu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja yaitu gangguan fungsi paru dan kecacatan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mukono, 2000 bahwa tempat penyarapan utama bagi toksikan adalah saluran pernafasan, paru ataupun iritasi mata dimana absorbsi toksikan di paru biasanya berupa gas dan partikel . Faktor pencemar lain pada industri yakni debu kapas akan mempengaruhi derajat kesehatan tenaga kerja. Pada lingkungan industri kasur kapuk sering dijumpai penyakit byssinosis. Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh penimbunan kapas pada paru. Gejala klinis penyakit byssinosis ini berbeda-beda, tergantung dari jumlah timbunan debu pada kapas, secara teoritis jika seseorang terpapar debu kapas dalam waktu yang lama akan terganggu kesehatanya. Salah satu parameter untuk mengetahui keadaan kesehatan para pekerja yang berhubungan dengan proses pernapasan adalah kapasitas paru. Dalam melakukan proses produksi, kadar debu kapas total yang dihasilkan tidak boleh lebih dari Nilai Ambang Batas NAB yaitu 0,2 mgm 3 serat yang respirabel menurut SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas zat kimia di udara tempat kerja Novan, 2009. Berdasarkan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Sufya Akun sari 2010 tentang Hubungan Paparan Debu Kapas Terhadap Penurunan 4 commit to user 16 Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di Unit Spinning PT. Dan Liris Sukoharjo. Berdasarkan analisis data, didapatkan besarnya probabilitas sebesar 0,768 mgm3 yang telah melebihi Nilai Ambang Batas dan didapatkan hasil p hitung sebesar 0,009 yang artinya ada Hubungan yang cukup kuat antara variabel. Selain penelitian tersebut ada penelitian yang lain yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu oleh Sigit Fajar Suryanto 2009, tentang Hubungan Paparan Debu Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon Kecamatan Nguter Sukoharjo, didapatkan hasil p hitung sebesar 0,022 yang artinya p hitung signifikan karena 0,05, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan antara debu kapas terhadap kapasitas fungsi paru. Selain itu berdasarkan penelitian dari arief susanto 1996, tentang Hubungan Lama Terpapar Debu Padi Dengan Penurunan Fungsi Paru Volume Ekspirasi Paksa Dan Kapasitas Vital Pada Pekerja Penggilingan Padi Di Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo, berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil dari uji statistik r = -0.4180 dimana terdapat korelasi negatif berbanding terbalik, yang mempunyai arti semakin lama pekerja terpapar debu padi semakin menurun fungsi parunya FEV-1FVC dengan pengaruh yang relatif kecil. Dari survei awal yang dilakukan peneliti terhadap tenaga kerja, terdapat beberapa pekerja yang mengalami berat di dada pada hari-hari tertentu misalnya hari senin atau hampir setiap hari akibat terpajan debu secara terus menerus, Pekerja juga mengalami keluhan kaku leher dan punggung, otot-otot kepala dan leher menjadi tegang yang menyebabkan sakit kepala, 5 commit to user 17 susah tidur, sehingga saat bekerja mengakibatkan penurunan konsentrasi, ketidaknyamanan dalam bekerja, kesalahan saat melakukan pengisian kapuk, pekerjaan yang berulang-ulang mengakibatkan pekerja terpajan debu kapas setiap hari, hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan, pekerja juga mengalami rangsangan-rangsangan atau reaksi alergi dari pekerja terhadap debu kapas di tempat kerja. Dilihat dari gejala yang muncul, hal tersebut merupakan ciri-ciri dari debu kapas, yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap gangguan paru pekerja. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian mengenai Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014

3 31 145

HUBUNGAN ANTARA KADAR DEBU KAPAS DENGAN PENURUNAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING Hubungan Antara Kadar Debu Kapas Dengan Penurunan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Weaving PT. Kusumahadi Santosa Karanganyar.

0 4 13

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA PAPARAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA TERPAPAR Hubungan Antara Umur Dan Lama Paparan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Terpapar Debu Kapas Di Bagian Winding Pt.Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri Sragen

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU KACA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Kaca Dengan Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi Kaca CV. Family Glass Sukoharjo.

0 1 16

PENGARUH PEMAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU KARYAWAN BAGIAN PROSES TENUN DAN WINDING Pengaruh Pemaparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Karyawan Bagian Proses Tenun Dan Winding Di PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

0 2 15

PENGARUH PEMAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU KARYAWAN BAGIAN PROSES TENUN DAN WINDING DI PT ISKANDAR INDAH Pengaruh Pemaparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Karyawan Bagian Proses Tenun Dan Winding Di PT Iskandar Indah Prin

0 0 22

PENGARUH PAPARAN DEBU GAMPING TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA GAMPING UD TELAGA AGUNG DESA TAMBAKSARI BLORA.

1 2 79

Adi Harmanto R0208060

2 2 65

SKRIPSI PENGARUH PAPARAN DEBU BATUBARA TERHADAP STATUS FAAL PARU PEKERJA DI PT X SURABAYA

0 4 124