PENGARUH INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, TENAGA KERJA, DAN PENDAPATAN PERKAPITA DI JAWA TIMUR.

(1)

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Tenaga Kerja Dan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Drs. Ec. Marseto D.S., Msi, Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.


(2)

3. Bapak Drs. Ec.Wiwin Priana,MT, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 4. Drs. Ec. Marseto Ds,MSi selaku dosen pembimbing utama yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berarti bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusuna skripsi ini.

7. Ayahanda, ibunda, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

8. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak


(3)

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Maret 2011


(4)

(5)

Oleh :

Metrin Daka Ferlys

Abstraksi

Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi dan mengolahnya, selain itu ditentukan pula adanya pendorong untuk mengadakan investasi atas dana yang diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan dengan itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing.

Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur mulai tahun 2000-2010. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan alat bantu computer program Statistic Program for Social Science (SPSS) Versi 13.0 yang menunjukkan pengaruh secara tidak signifikan antara variabel bebas dan variable terikat.

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Dependen Investasi Penanaman Modal Asing (X1) terhadap Pendapatan Perkapita (Y1), Pertumbuhan Ekonomi (Y2), Ekspor (Y3), maka ( 1 ) Dapat diketahui bahwa Variabel Investasi Penanaman Modal Asing tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Perkapita (Y1), Pertumbuhan Ekonomi (Y2), Ekspor (Y3), dan Variabel yang paling dominan dipengaruhi oleh Investasi Penanaman Modal Asing (X1) yakni variabel Pendapatan Perkapita (Y1).

Kata Kunci : Investasi (X1), Pertumbuhan Ekonomi (Y1), Tenaga Kerja (Y2), Pendapatan Perkapita (Y3)


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu. ... 9

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Investasi ... 13

2.2.1.1. Pengertian Investasi ... 13

2.2.1.2. Teori Investasi ... 13

2.2.1.3. Macam-Macam Investasi ... 15


(7)

2.2.1.4. Hubungan Antara Investasi Dan Tenaga

Kerja ... 17

2.2.1.5. Penanaman Modal Asing (PMA) ... 21

2.2.1.6. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) .. 22

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi ... 25

2.2.2.1. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 26

2.2.2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik ... 38

2.2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 39

2.2.2.4. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ... 43

2.2.2.5. Modal Manusia Dan Pertumbuhan Ekonomi. 45

2.2.3. Tenaga Kerja ... 49

2.2.3.1. Pengertian Angkatan Kerja... 50

2.2.3.2. Pengertian Bukan Angkatan Kerja... 51

2.2.3.3. Permintaan Tenaga Kerja... 53

2.2.3.4. Penawaran Tenaga Kerja... 55

2.2.3.5. Pengangguran. ... 57

2.2.3.6. Jenis-jenis Pengangguran ... 58

2.2.4. Pengertian Pendapatan Perkapita ... 59


(8)

2.2.4.2. Pengertian Produk Domestik Regional

Bruto. ... 61

2.3. Kerangka Pikir ... 64

2.4. Hipotesis ... 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 70

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 70

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 72

3.3.1. Jenis Data . ... 72

3.3.2. Sumber Data ... 72

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 72

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... . 73

3.5.1. Teknik Analisis... 73

3.5.2. Uji Hipotesis... 75

3.6. Uji Asumsi Klasik... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 82

4.1.1. Kondisi Geografis di Jawa Timur... 82

4.1.2 . Kondisi Perkembangan Investasi di Jawa Timur . 83 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 85


(9)

4.2.2. Perkembangan Tenaga Kerja ... 87 4.2.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita ... 88 4.2.4. Perkembangan Investasi ... 89

4.3. Uji Hipotesis Parsial ... 90 4.3.1. Analisis dan Pengujian hipotesis ... 91 4.3.2. Pembahasan ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 96 5.2. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hubungan Antara MEC dan Investasi ... . 17

Gambar 2. Kurva Investasi (MEI) ... 19

Gambar 3. Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja ... 52

Gambar 4. Kurva Permintaan Tenaga Kerja ... 54

Gambar 5. Kurva penawaran Tenaga Kerja ... 55

Gambar 6. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja ... 56

Gambar 7. Kerangka Pikir... 67

Gambar 8. Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesis Secara parsial ... 75

Gambar 9. Kurva Durbin-Watson ... 77

Gambar 10. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Investasi (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1) ... 91

Gambar 11. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Invetasi (X1) terhadap Tenaga Kerja (Y2) ... 92

Gambar 12. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Investasi (X1) terhadap Pendapatan Perkapita (Y3) ... 93


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.6. Autokorelasi Durbin Watson ... 78

Tabel 4.2.2. Perkembangan penyerapan Tenaga Kerja tahun 2000-2010... 85

Tabel 4.2.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita tahun 2000-2010 ... 88

Tabel 4.2.4. Perkembangan Investasi tahun 2000-2010 ... 88

Tabel 4.3. Investasi (X1), terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1), Tenaga Kerja (Y2), Pendapatan Perkapita (Y3) ... 89


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input Jawa Timur

Lampiran 2 : Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel Coefficient

Lampiran 3 : Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel Coefficient

Lampiran 4 : Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary

Tabel Coefficient Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai t


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap kegiatan maupun aktivitas di dalam perekonomian selalu mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Dalam teori ekonomi pembangunan (teori Harrold-Domar) diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan timbal balik tersebut terjadi karena di satu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian bagian dari pendapatan yang bisa di tabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula. Dalam kasus ini, investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dilain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai.

Pertumbuhan ekonomi dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ekonomi di suatu wilayah berjalan selama kurun waktu tertentu. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menandakan semakin bergairahnya kegiatan ekonomi di peroleh dari perkembangan PDRB atas dasar harga konstan dibandingkan


(14)

Keuangan daerah merupakan salah satu alat yang dipakai untuk mengukur kemampuan suatu daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Satuan wilayah pembangunan Jawa Timur sebagai salah satu kawasan otonom mempunyai penerimaan keuangan daerah yang sangat bergantung pada dana perimbangan pemerintah pusat, khususnya dana alokasi umum yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah.

Pelaksanaan pembangunan nasional sebagian besar diarahkan pada ekonomi, dimana mempunyai pengertian sebagai usaha untuk:

1 .Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat yang berarti tingkat pertambahan GDP melebihi pertambahan penduduk.

2 .Melakukan perombakan dan modernisasi dalam struktur perekonomian Yang umumnya masih bercorak tradisional

(Sukirno,2004 : 50)

Dengan demikian salah satu indikasi dalam pembangunan ekonomi adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) dapat ditunjukkan oleh pertambahan produksi atau pertumbuhan pendapatan nasional. Dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan adanya penanaman modal atau investasi, dimana investasi merupakan kebutuhan dalam pembangunan yang menghendaki adanya pertumbuhan.

Istilah pendapatan regional dapat diartikan sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Konsep ini menggambarkan jumlah


(15)

barang dan jasa yang dihasilkan oleh produksi di suatu daerah pada periode tertentu. Sedangkan Produk Domestik Bruto menggambarkan kenaikan produksi nasional yang benar-benar berlaku dalam negara tersebut tersebut. (Sukirno, 2004 : 24)

Pada tahun 2001 laju pertumbuhan PDRB mencapai 3,76 % dan pada tahun 2004 mengalami kenaikan menjadi 5,83%. Perlu diingat bahwa pada tahun 1997 perekonomian negara sedang mengalami resesi yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi. Dimana PDRB Jawa Timur mengalami penurunan dari 15.724.321,44 pada tahun 1997 menjadi 12.896.26,82 pada tahun 1998 dengan pertumbuhan mencapai -17,98%. Setelah peristiwa itu, Jawa Timur mencoba untuk bangkit perlahan-lahan.

Saat negara dilanda krisis ekonomi, kondisi investasi swasta domestik dan investasi asing juga mengalami penurunan drastis. Proses pemulihan ekonomi akan senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan untuk investasi. Sasaran yang dituju tidak hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri tetapi juga investor asing.

Pada tahun 2001-2007 investasi swasta domestik (PMDN) lebih mendominasi dibandingkan investasi swasta asing (PMA) karena jumlahnya yang jauh lebih besar dari pada investasi swasta asing. Pada tahun 2002, investasi swasta asing mengalami penurunan dari 1679 milliar rupiah pada tahun 2001 menjadi 262.5 milliar rupiah dan investasi


(16)

swasta domestik mengalami penurunan juga. Setelah tahun 2002, PMDN mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Disisi lain PMA masih mempunyai proporsi naik turun yang tidak begitu baik. Pada tahun 2007 investasi swasta asing turun lagi, dari 1130.2 milliar rupiah menjadi 972.5 milliar rupiah. Hal ini disebabkan salah satunya oleh masalah lumpur lapindo di Sidoarjo. Para investor asing takut menanamkan modal mereka di Jawa Timur karena di anggap tidak dapat mendatangkan profit/keuntungan, disamping itu faktor keamanan yang belum stabil juga menjadi salah satu penghambat investor asing. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

Selain itu keadaan tenaga kerja di Indonesia, dewasa ini selalu menjadi pusat perhatian dalam pembangunan ekonomi. Sebelumnya Indonesia mengalami masa pertumbuhan penduduk yang pesat, namun ciri kelebihan tenaga kerja mewarnai kehidupan ekonomi di Indonesia. Pelaksananaan pembangunan dengan orientasi pemerataan juga dilakukan dengan arah untuk memperbaiki dan meningkatkan penghasilan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Karena dalam pembangunan penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja maka dalam pembangunan akan timbul masalah dalam penyediaan lapangan kerja. Oleh karena itu penduduk yang selalu berkembang menurut adanya perkembangan ekonomi yang terus menerus pula dan untuk itu diperlukan lebuh banyak investasi. (Hermawan, 2002 : 1)


(17)

Dengan demikian bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun, sedangkan jumlah lapangan kerja yang tersedia terbatas, hal ini menimbulkan persaingan di antara pencari kerja, dengan ketrampilan yang dimiliki, maka pencari kerja akan berusaha untuk mencari lapangan kerja pada perusahaan untuk memperoleh upah, penerapan upah tentu akan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain.

Laju pertumbuhan ekonomi sebagai cermin dari adanya peningkatan barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa terjadi disebabkan karena adanya laju pertumbuhan yang tinggi, maka akan menyebabkan perkembangan penyerapan tenaga kerja yang tinggi. (Sulistyo, 2002 : 2)

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat penting untuk dikaji. Negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar serta penyediaan kesempatan kerja yang terbatas akan menghadapi masalah yang serius dengan tingkat pengangguran yang terjadi antara lain : besarnya angkatan kerja yang tersedia yang tidak diimbangi dengan jumlah kesempatan, kerja yang memadai, tidak adanya kesesuaian antara keahlian dan ketrampilan yang, dimiliki oleh angkatan kerja dengan spesifikasi kesempatan kerja yang disediakan perusahaan, ketidaksesuaian antara salary (gaji) yang ditawarkan perusahaan dengan yang diminta oleh pekerja.


(18)

bisa dilepaskan dari perkembangan jumlah pendudukdi suatu wilayah. Perkembangan tersebut bisa disebabkan oleh faktor kelahiran dan kematian, migrasi (masuk maupun keluar) juga pergeseran waktu oleh usia.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi dalam arti yang seluas-luasnya, kegiatan pembangunan ekonomi selalu dipandang sebagai bagian dari keseluruhan usaha pembangunan yang dijalankan oleh masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha masyarakat untuk mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat, sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan juga meliputi usaha pembangunan social, politik dan kebudayaan. Oleh karena adanya pembatasan maka pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat

meningkat dalam jangka panjang. (Sukirno, 2003 :45)

Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting, yaitu :

1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi

terus-menerus.

2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan perkapita.

3. kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam


(19)

Berdasarkan definisi pembangunan ekonomi yang dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melihat lajunya pembangunan suatu Negara maka perlu mengetahui pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari waktu ke waktu.

Pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam perekonomian di dalam masa satu tahun. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai’ Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi, Tenaga Kerja Dan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur Timur?

2. Apakah investasi mempengaruhi tenaga kerja di Jawa Timur? 3. Apakah investasi mempengaruhi pendapatan perkapita di Jawa Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.


(20)

2. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap tenaga kerja di Jawa Timur.

3. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap pendapatan perkapita di Jawa Timur.

4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya dalam bidang Invest asi.

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya agar dapat melengkapi

kekurangan – kekurangan yang ada dalam penelitian ini.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi intansi-instansi terkait

dalam mengambil kebijaksanaan yang berhubungan dengan pengembangan daerah.

3. Sebagai kontribusi untuk menambah khasanah ilmu, khususnya untuk

perbendaharaan literatur bagi perpustakaan di UPN “Veteran” Jawa Timur.


(21)

2.1 Penelitian Terdahulu

Studi mengenai pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal Dengan menggunakan angka-angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai bahan penelitian, analisis pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan.

1. Andrianto (2001,91), dengan judul penelitian ”Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi PMA Di Jawa Timur”, pengujian secara simultan nilai F hitung yang di peroleh sebesar 6,1174 , sedangkan F tabel pada level signifikasi 0,05 dengan df (3,7) sebesar 4,35 hal tersebut menunjukan adanya hubungan secara simultan yang nyata antara semua variabel dedas terhadap variabel terikat. Dari analisis uji t menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari pada t tabel untuk tingkat inflasi (X1) sebesar -3,70188 untuk kurs valas asing t hitung < t tabel (X2) sebesar -0,4177 dan t hitung untuk tingkat suku bunga internasional (X3) -3,2108 > t tabel sedangkan t tabel pada level


(22)

signifikasi 0,025 dengan t tabel sebesar 2,3646 hal menunujukan semua variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel produktifitas kerja.

2. Barro (2001), ”Economic Growth in a cross section of Country” Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah X = school attainment, life expetancy, tingkat inflasi, rasio investasi – hubungan perdagangan Y = Pertumbuhan ekonomi (GDP) di berbagai negara dengan berbagai tingkat ekonomi tahun 1965-1995. Hasil penelitian ini adalah :

- Penduduk laki-laki berpendidikan menengah dan tinggi memberi pengaruh dan signifikan terhadap pertumbuhan GDP perkapita riil. karena pekerja dengan latar belakang pendidikan dilengkapi dengan teknologi yang baru memiliki peran penting dalam penyebaran teknologi

- Penduduk perempuan berpendidikan dasar, menengah, tinggi dan penduduk laki-laki berpendidikan dasar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan GDP perkapita ril.

- Pertumbuhan GDP tidak berkaitan secara signifikan dengan lama sekolah perempuan pada tngkat pendidikan dasar merupakanprasyarat bagi tingkat pendidikan menengah dan tinggi.


(23)

Konvergensi” Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah X = Penduduk berumur 10 th ke atas yang berhasil menamatkan jenjang SMu, Angkatan kerja, Dummy sumberdaya alam, Dummy krisis (mulai th 1997=1) Y= PDRB per kapita. Hasil penelitian ini adalah :

- Variabel penduduk yang tamat SMU bernilai positif dan

signifikan.

- Angkatan kerja tidak signifikan

- Dummy SDA menunjukkan hubungan positif dan signifikan

- Dummy krisis menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan

di semua model.

4. Neni Pancawati (2000), ”Pengaruh Rasio kapitaltenaga kerja, tingkat pendidikan, stok kapital & pertumbuhan penduduk thd GDP Indonesia” Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah X = Rasio kapital - TK, Tingkat Pendidikan, Perubahan stok kapital, Pertumbuhan penduduk. Y = Pertumbuhan output (Y)

Hasil penelitian ini adalah :

- Rasio tenaga kerja-kapital berpengaruh positif terhadap


(24)

- Tk. Pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

output.

- Perubahan stok kapital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output

- Pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan output.

5. Wibisono (2001), ”Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional : Studi Empiris Antar Propinsi di Indonesia” Dalam penelitian ini variable yang digunakan adalah X = Educational Attainment, life expetancy, tingkat inflasi, tingkat fertilitas, tingkat kematian bayi, dummy regional Y = Pertumbuhan ekonomi regional pada 26 Propinsi di Indonesia (tidak termasuk Timtim) tahun 1975-1995. Hasil penelitian ini adalah :

- Variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi.

- Sedangkan tingkat fertilitas dan laju inflasi memberikan efek negatif pada pertumbuhan ekonomi

- Propinsi-propinsi yang memiliki modal manusia yang tinggi akan tumbuh lebih cepat terhadap posisi steady state-nya masingmasing.


(25)

- Peningkatan educational attainment sebesar satu satuan akan

meningkatkan pertumbuhan PDRB sebesar 1,5% s/d 2,6%

2.2 Landasan teori 2.2.1 Investasi

2.2.1.1 PengertianInvestasi

Investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa yang tersedia didalam perekonomian.(Sukirno, 2004 : 50).

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas (marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

2.2.1.2 Teori Investasi

Masalah investasi adalah suatu masalah yang berlangsung berkaitan dengan besarnya pengharapan dimasa depan inilah yang


(26)

menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut siahaan terdapat teori, yaitu:

a. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas (marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.


(27)

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu.

b. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga.

Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu:

1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi. (Suparmoko, 2000: 84)

2.2.1.3 Macam-macam Investasi

Cara pembagian investasi menurut jenisnya : a. Autonomous investment dan Induced invesment

Autonomous invesment (investasi otonom) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi pendapatan, tetapi dapat berubah


(28)

oleh karena adanya perubahan faktor diluar pendapatan. Misal tingkat teknologi, kebijakan para pengusaha dan sebagainya. Induced investment (investasi terimbas) adalah bersebelahan dengan investasi otonom. Investasi ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

b. Public investment dan Private investment

Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud ialah pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua, kecamatan, maupun desa. Private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta.

c. Domestic investment dan Foreign investment

Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri. Foreign investment adalah penanaman modal luar negeri.

d. Gross investment dan Net investment

Gross investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Atau investasi yang dilakukan pada suatu Negara (daerah tertentu) pada atau selama suatu periode tertentu.

Net investment (investasi netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. (Rosyidi, 2003 : 169-172)


(29)

2.2.1.4 Hubungan Antara Investasi dan Tenaga Kerja 1) Marginal Efficiency Of Capital (MEC)

Di dalam suatu waktu tertentu misalnya dalam tempo satu tahun, dalam perekonomian akan banyak terdapat individu dan perusahaan yang mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Berbagai proyek investasi ini mempunyai tingkat pengembalian modal yang berbeda, yaitu sebagai bagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan keuntungan rendah. Berdasarkan atas besarnya jumlah modal yang berbeda,yaitu sebagai bagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan keuntungan rendah.Berdasarkan atas besarnya jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat pengembalian modal yang akan diramalkan, akan diperoleh analisis makro ekonomi membentuk suatu kurva yang dinamakan Efisiensi Modal Marginal / marginal Efficiency Of Capital atau MEC. (Sukirno,2005 : 111). Gambar 5. Hubungan Antara MEC dan Investasi

Sumber : Sadono, Sukirno, 2003, Pengantar Teori Ekonomi Makro, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 112.


(30)

Berdasarkan hal-hal yang dihubungkannya, efisiensi modal marginal dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan suatu hubungan diantara tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan.

Untuk memperjelas arti konsep efisiensi modal marginal, dapat dijelaskan sebagai berikut : sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu datar menunjukkan nilai investasi yang akan dilakukan. Pada kurva MEC ditunjukkan dengan tiga buah titik A, B, C. Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah sebesar R0 dan investasi adalah I0. ini berarti titik A menggambarkan bahwa perekonomian terdapat investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak I0 titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempurnaan untuk menginvestasikan dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih dan modal yang diperlukan adalah I1. Titik C menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih dan modal yang diperlukan sebanyak I2.

MEC atau MEI adalah hasil yang diharapkan atas tambahan satu satuan modal, yang mana konsep MEI dapat digunakan untuk mengadakan evaluasi. Dalam melakukan investasi terlebih dahulu harus ditentukan tingginya MEI pada suatu proyek investasi. Setelah itu baru kita bandingkan nilai MEI pada suatu proyek investasi.


(31)

Setelah itu baru dibandingkan nilai MEI tersebut dengan tingkat bunga di pasar (Sukirno, 2005 : 112).

2) Marginal Efficiency of Investment (MEI)

Kurva MEI adalah kurva yang menghubungkan titik-titik besarnya investasi yang diinginkan pada berbagai tingkat harga dimana harga investasi berubah apabila terhadi perubahan tingkat bunga (Guritno, 2005 : 85).

Gambar 6. Kurva Investasi (MEI)

Sumber : Waluyo, Dwi Eko, 2002, teori Ekonomi Mikro, Universitas Muhammadiyah, Malang Press, Malang, hal 54.

Kurva diatas menggambarkan jumlah investasi yang akan terlaksana pada setiap tingkat bunga. Menurunnya slop dari MEI ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :

1. Bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat, makin rendahlah efisiensi marginal investasi


(32)

tersebut. Sebab makin banyak investasi yang terlaksana dalam berbagai lapangan ekonomi, maka menjadi semakin ketat persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Bahwa semakin banyak investasi yang dilakukan maka ongkos (asset) menjadi lebih tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi MEI antara lain :

a. Jumlah aktivitas investasi sosial yang terselenggara dalam masyarakat

b. Population growth, bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga akan menaikkan harga. Naiknya harga akan menaikkan annual rate of income sehingga MEI naik.

c. Technological invention dan innovation yang mengakibatkan berkurangnya biaya-biaya produksi.

d. Capital accumulation, makin banyak akumulasi modal akan semakin rendahlah tingkat MEI

e. Kepercayaan terhadap situasi perdagangan di masa depan (state of business confidence. Sikap pesimis terhadap kemungkinan hari depan akan menurunkan MEI.

f. Struktur pajak, struktur pajak yang memberatkan produsen akan mengakibatkan merendahkan tingkat MEI.


(33)

2.2.1.5 Penanaman Modal Asing (PMA)

Menurt Undang-Undang nomor 1 tahun 1967 pasal 1, pengertian penanaman modal asing adalah sebagai berikut : “pengertian penanaman modal asing, didalam undang-undang ini, hanyalah penanam modal asing secara langsung yang di lakukan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung, menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. (Widjaya, 2005 : 25).

Penanaman modal asing adalah investasi yang dilakukan oleh Investor luar negeri dalam penanaman modal asing. Bentuknya hanya berupa cadangan perusahaan multinasional. Resiko kegagalan Investasi di tanggung oleh Investor luar negeri. (Prasetio, 2009 : 12).

Sedangkan arti modal asing disini adalah:

Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia.(Widjaya, 2005 : 25).

- Investasi Swasta

Investasi swasta baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika pembangunan modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan marak lesunya pembangunan. Karena itu setiap negara berusaha menciptakan iklim yang lebih meningkatkan investasi. Sasaran yang ditujukan bukan hanya masyarakat atau swasta dalam negeri tetapi juga luar negeri.


(34)

Peningkatan iklim investasi dilakukan dengan PP No. 17 tahun 1992 sebagai penyederhanaan dari UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Penanaman modal asing hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung, dan yang dipergunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

Yang dimaksud modal asing adalah :

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

2. Alat-alat perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing, bahan-bahan yang dimasukkan ke Indonesia. Selama alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh devisa Indonesia. 3. Bagian dari hasil perusahaan diperkenankan transfer, tetapi tidak

transfer seluruhnya dan dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

2.2.1.6 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Investasi Pemerintah

Investasi yang dilakukan pemerintah biasanya mendorong timbulnya investasi baru dan sektor swasta (PMA dan PMDN). Dan


(35)

investasi pemerintah biasanya selalu diikuti dengan masalah Crowding out biasanya menunjukkan efek kebijaksanaan fiskal terhadap kegiatan ekonomi. Apabila penambahan pengeluaran (investasi pemerintah), apakah itu dibiayai dengan penarikan pajak ataupun dengan penarikan obligasi, tidak dapat mendorong kegiatan ekonomi atau efeknya terhadap kegiatan ekonomi nol, maka dikatakan bahwa telah terjadi crowding out pengeluaran investasi swasta oleh investasi pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa multiplier pengeluaran adalah kira-kira nol. Kira-kira nol, berarti bahwa setiap Rp. 1,00 atau kurang lebih dari Rp 1,00.

Crowding out yang sempurna apabila Rp. 1,00 pengeluaran pemerintah mengganti Rp 1,00 pengeluaran investasi swasta. Tidak sempurna apabila penggantian atau penurunan investasi swasta melebihi Rp 1,00. (Nopirin, 2000 : 65).

Peran pemerintah dalam berinvestasi dibagi menjadi 4 macam : 1. Peran Alokatif

Pemerintah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi. Contohnya barang atau jasa sosial seperti jalan umum, jembatan, pertahanan dan keamanan negeri. Barang-barang ini tidak menarik bagi swasta atau masyarakat karena tidak bisa dijual, dinikmati dan dimiliki secara pribadi.


(36)

2. Peran Distribusi

Peran pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara wajar dan adil. Contoh pemerintah berusaha untuk mencegah adanya monopoli dalam penyediaan dan distribusi barang kebutuhan pokok, sehingga hanya dinikmati sekelompok orang sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.

3. Peran Stabilisatif

Peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium. Contohnya ketika terjadi inflasi, resesi, serbuan barang impor.

4. Peran Dinamisasi

Peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pertumbuhan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju. Contoh nya perintis kegiatan-kegiatan ekonomi tertentu. Seperti penerbangan pesawat ke jalur baru yang masing kering, atau pemekaran kota dengan memindahkan pusat kegiatan pemerintah ke lokasi baru, serta dalam bentuk mempercepat pertumbuhan bidang bisnis tertentu (mengalokasikan anggaran yang lebih besar ke bidang bersangkutan). (Dumairy, 2000 : 158-161).

Yang dimaksud modal dalam negeri adalah :

Bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang berdomisili di Indonesia atau tidak yang disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak


(37)

diatur oleh undang-undang tentang Penanaman Modal Asing. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penggunaan dari kekayaan tersebut di atas baik secara langsung maupun tidak untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini.

Selain Undang-Undang di atas tadi, pemerintah juga men ciptakan keterbukaan iklim investasi melalui paket kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi. Hal ini juga untuk menghadapi era persaingan bebas tahun 2020 nanti. (Dumairy, 1997 : 149).

2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2000 : 10).

Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. .

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan


(38)

dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2004 : 9).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 2004 : 99).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu. (Putong, 2003 : 252).

2.2.2.1 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow

Profesor Walt Whitman Rostow mengajukan teorinya pertama kali dalam Economic Journal dan kemudian dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic Growth”. Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu dari tahap tersebut. Kelima tahap pertumbuhan ekonomi itu adalah :

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off) 3. Lepas landas (the take-off)

4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)


(39)

Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut diatas sebagai berikut.

1. Masyarakat tradisional (the traditional society)

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang dalam kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat sederhana dan telah berlaku secara turun-temurun, baik dalam berproduksi maupun dalam tata cara / adat istiadat. Tingkat produktivitas mereka masih sangat terbatas karena sebagian besar sumber daya masyarakat hanya digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Struktur sosial bersifat hierarkis, maksudnya kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan ayahnya, kakeknya, dan kakek moyangnya. Dalam masyarakat ini kecil sekali kemungkinan misalnya, bagi anak seorang petani biasa untuk menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lainnya yang lebih tinggi dari petani.

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

Masa selanjutnya adalah masa ketika masyarakat telah mulai sadar terhadap pentingnya pembangunan ekonomi. Ide-ide baru telah mulai diterima untuk mencapai kemajuan hidup mereka. Masa ini disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat untuk landas.

Ciri-ciri penting dalam masyarakat ini adalah adanya perubahan sistem politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan ekonominya mulai bergerak dinamis, industri-industri


(40)

bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga keuangan resmi sabagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan, serta terjadi investasi besar-besaran terutama pada industri manufaktur. Bila perubahan-perubahan seperti itu timbul, yang menyebabkan pertumbuhan selalu terjadi, maka proses pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlangsung. Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, suatu negara sudah dapat dianggap berada pada tahap prasyarat untuk lepas landas.

3. Lepas landas (the take-off)

Dalam tahap ini pertumbuhan ekonomi merupakan peristiwa yang selalu berlangsung. Pada permulaannya terjadi perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, dan terbukanya pasar-pasar baru. Akibat dari perubahan ini akan tercipta pembaruan-pembaruan secara teratur dan terjadi peningkatan penanaman modal. Penanaman modal yang tinggi akan meningkatkan pendapatan nasional yang melebihi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita semakin lama akan semakin bertambah besar.

Terdapat tiga ciri untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai tahap lepas landas atau belum, yakni :

a. Kenaikan penanaman modal yang produktif meningkat dari 5% atau kurang menjadi 10% dari Produk Nasional Netto.


(41)

b. Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.

c. Segera tercipta suatu kerangka dasar politik, sosial, ekonomi dan institusional yang akan mewujudkan segala kegiatan yang merupakan perluasan dari sektor modern dan potensi ekonomi ekstern yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang akan terus berlanjut.

4. Tahap gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

Dalam tahap ini, masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut dan sektor-sektor andalan baru akan muncul untuk menggantikan sektor andalan lama, yang mengalami kemunduran. Ciri-ciri non ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap ke arah kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya adalah sebagai berikut :

a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan dimana peranan sektor industri semakin penting, sementara sektor pertanian semakin menurun karena berpindahnya tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.

b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan, dimana manajer profesional lebih berperan penting dari pada pengusaha yang merangkap jadi pemilik.


(42)

c. Masyarakat merasa bosan dengan dampak negatif yang diciptakan oleh industrialisasi (polusi, permintaan dari buruh, suara mesin) sehingga mulai memunculkan kritik-kritik terhadapnya dan menginginkan perubahan lebih jauh.

5. Tahap konsumsi tinggi (the age of high mass consumption)

Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih tertuju kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Ada tiga tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia serta dukungan politik dari pemerintah agar produksi mereka benr-benar dapat habis terjual, yaitu dengan cara :

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke negara-negara lain untuk perluasan pasar yang berakhir pada penaklukan atas negara-negara tersebut.

b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata dengan mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan progresif, yakni semakin tinggi pendapatan semakin besar pula tarif pajak.

c. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi kebutuhan utama yang sederhana atas makanan, pakaian, dan perumahan. Peningkatan konsumsi itu meliputi barang-barang tahan lama dan barang-barang mewah.


(43)

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith

Adam Smith menyatakan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu suasana yang mengakibatkan perekonomian akan berfungsi secara efisien. Adam Smith terkenal sebagai pelopor perkembangan ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang pertama mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan laissez faire dan juga ahli pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan laissez faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimumkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai oleh masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan dua unsur, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu :

1. Sumber-sumber alam 2. Perkembangan penduduk

3. Jumlah persediaan barang modal.

Sumber–sumber alam yang tersedia sangat menentukan pertumbuhan ekonomi dan merupakan batas maksimum dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Agar tercapai pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan modal yang ada. Perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi serta memperluas pasar yang pada gilirannya akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut sehingga


(44)

menyebabkan tingkat kegiatan ekonomi bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan di antara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan mempertinggi tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi. Apabila pembangunan telah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif sehingga pasar berkembang dan spesialisasi terjadi, dan pada akhirnya menimbulkan kenaikan produktivitas.

Sejalan dengan perkembangan penduduk dari masa ke masa, yang diikuti dengan kenaikan produktivitas yang mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang cukup tinggi. Kedua hal itu akan memberikan dorongan yang lebih besar kepada para pengusaha untuk mengadakan inovasi dan mengembangkan teknologi. Dengan demikian, perkembangan ekonomi akan terus berlangsung dan pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi. c. Teori Pertumbuhan Ekonomi David Ricardo dan Thomas Robert

Malthus Menurut pandangan David Ricardo dan Thomas Robert Malthus, dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai stationary state atau suatu keadaan ketika perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali (mandek). Perbedaan pandangan kedua ahli ini dengan Adam Smith terletak pada peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi. Menurut David Ricardo dan Thomas Robert Malthus, perkembangan penduduk yang cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga


(45)

menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi. Pada tingkat ini tenaga kerja akan menerima upah yang sangat minim yang hanya cukup untuk hidup (subsistence level). Teori David Ricardo ini banyak dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus dan teori hasil lebih yang semakin berkurang.

Pola pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo adalah sebagai berikut. Mulanya jumlah penduduk masih sedikit dan kekayaan alam relatif cukup banyak sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang besar. Laba yang tinggi akan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi juga. Hal itu akan meningkatkan produksi sehingga mengakibatkan pula bertambahnya permintaan terhadap tenaga kerja, yang pada akhirnya pendapatan tenaga kerja juga akan naik.

Akan tetapi, karena pekerja yang digunakan lebih banyak sedangkan luas tanah tetap, maka tambahan hasil yang diciptakan oleh seorang pekerja akan menjadi semakin kecil. Pertambahan penduduk secara terus-menerus akan mengakibatkan sewa tanah semakin lama makin menjadi bagian yang cukup besar dari seluruh pendapatan nasional dan mengurangi tingkat keuntungan para pengusaha. Akibatnya, dorongan untuk pembentukan modal menurun dan akhirnya akan menurun pula permintaan terhadap tenaga kerja. Tingkat upah akan menurun mencapai tingkat yang rendah sekali, yaitu sekedar cukup untuk hidup. Pada tingkat ini perekonomian akan mencapai titik stationary state. Pembentukan modal baru tidak akan berlaku lagi karena pengusaha


(46)

tidak memperoleh keuntungan yang cukup. Sedangkan yang memperoleh keuntungan tersebar adalah para tuan tanah yang menerima sewa tanah yang tinggi.

Kemajuan teknologi akan dapat mempertinggi tingkat upah sehingga produktivitas juga naik. Proses pertumbuhan dapat berjalan terus dan keadaan ini berlangsung tidak lama karena pertambahan penduduk selanjutnya akan menurunkan kembali tingkat upah dan tingkat keuntungan. Kemajuan teknologi tidak dapat menghalangi terjadinya stationary state tetapi hanya mampu menunda masa terjadinya untuk sementara waktu.

Ciri-ciri perekonomian menurut David Ricardo adalah sebagai berikut :

1. Sumber alam yang terbatas jumlahnya (tanah)

2. Perubahan tenaga kerja (bertambah atau berkurang) sesuai dengan perubahan tingkat upah minimum

3. Pembentukan modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh para pengusaha cukup tinggi (berada di atas tingkat keuntungan minimal)

4. Kemajuan teknologi terjadi secara terus-menerus 5. Peranan sektor pertanian lebih dominan.

d. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar

Teori pertumbuhan ekonomi ini termasuk teori modern yang dikembangkan oleh Evsey domar dan R.F. Harrod. Harrod


(47)

mengemukakan teorinya tahun 1939 dalam Economic Journal, sedangkan Domar mengemukakan teorinya untuk pertama kali pada tahun 1947 dalam American Economic Review. Teori Harrod-Domar merupakan pengembangan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja.

Teori Harrod-Domar menganalisis persoalan keadaan yang bagaimana yang harus tercipta untuk menjamin agar perekonomian selalu mempunyai kesanggupan berproduksi yang selalu bertambah sebagai akibat dari penanaman modal.

Teori Harrod-Domar pada hakekatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan bagi pertumbuhan yang mantap (steady growth). Menurut Harrod-Domar, pembentukan modal di pandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang-barang maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Apabila pada suatu masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk menghasilkan barang-barang. Sebagai tambahan, Harrod-Domar menganggap bahwa pertambahan produksi dan kenaikan pendapatan nasional tidak ditentukan oleh pertambahan kapasitas produksi masyarakat, tetapi oleh kenaikan pengeluaran masyarakat. Walaupun kapasitas produksi bertambah, namun pendapatan nasional baru akan bertambah dan


(48)

pertumbuhan baru akan tercipta bila pengeluaran masyarakat mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan masa sebelumnya.

e. Teori Pertumbuhan Ekonomi Schumpeter

Teori Joseph Schumpeter dapat digolongkan ke dalam kelompok klasik, namun dari segi kesimpulannya, Schumpeter lebih dekat dengan para ekonom modern. Schumpeter tidak terlalu menekankan pada aspek pertumbuhan penduduk maupun aspek keterbatasan sumber alam dalam proses pertumbuhan ekonomi. laju pertumbuhan penduduk dianggap sudah diketahui dan tidak ditentukan di dalam modelnya.

Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para wiraswasta / inovator / entrepreneur. Kemajuan ekonomi hanya dapat berlangsung dengan adanya inovasi dari para pengusaha. Di sini, inovasi dibedakan dengan penemuan (invensi). Seseorang yang menemukan lokomotif dikatakan sebagai penemu (inventor), sedangkan pengusaha yang mendirikan perusahaan kereta api adalah inovatornya. Sehingga inovasi adalah penerapan pengetahuan teknologi di dunia ekonomi / kemasyarakatan. Inovasi mempunyai tiga pengaruh, yaitu :

1. Memperkenalkan teknologi baru.

2. Menimbulkan keuntungan lebih yang merupakan sumber dana penting bagi pembentukan modal.

3. Inovasi pada tahap selanjutnya akan diikuti oleh timbulnya proses imitasi, yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru


(49)

teknologi baru tersebut. Proses imitasi ini mempunyai pengaruh berupa menurunnya keuntungan yang diraih oleh para inovator dan penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat.

Kegiatan-kegiatan yang oleh Schumpeter dimasukkan sebagai inovasi adalah :

1. Diperkenalkannya produk baru.

2. Diperkenalkannya cara berproduksi baru. 3. Pembukaan pasar baru.

4. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru.

5. Perubahan organisasi sehingga meningkatkan efisiensi. Terjadinya inovasi menuntut tersedianya calon-calon pelaku inovasi dan kondisi sosial, politik, serta teknologi yang bisa menjadi tempat terlaksananya ide-ide untuk berinovasi. Menurut Schumpeter, bahwa sumber kemajuan ekonomi adalah perkembangan ekonomi, karena sumber perkembangan ekonomi adalah inovasi, sehingga proses perkembangan ekonomi ini tidak bersifat tetap, tetapi bersifat acak. Dari waktu ke waktu timbul “letusan” inovasi yang meningkatkan produksi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang kemudian diikuti dengan proses imitasi. Sejarah juga menunjukkan bahwa proses kemajuan ekonomi berupa siklus-siklus kenaikan produksi (output) yang tidak teratur. (Ritonga, 2003 : 160-169).


(50)

2.2.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:

Y = Aeμt . Kα . L1-α ...(1) Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia

L = tenaga kerja non terampil

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar

eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni

Persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan modal manusia.

Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi. (Todaro, 2004 : 55).


(51)

2.2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, Yaitu :

a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya

Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian sesuatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Di dalam setiap negara di mana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan pertambangan) yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat kekurangan modal, kekuangan tenaga ahli dan kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi modern di satu pihak.

Terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi (sebagai akibat dari pendapatan masyarakat yang sangat rendah) di lain pihak, membatasi kemungkinan untuk mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan


(52)

menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat.

b. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sesuatu negara juga bergantung kepada jumlah pengusaha dalam sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak kegiatan ekonomi yang dijalankan.

Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan itu kepada luas pasar. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.


(53)

c. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan pertumbuhan ekonomi. Didalam masyarakat yang sangat kurang maju sekalipun barang-barang modal sangat besar perannya dalam kegiatan ekonomi. Tanpa adanya alat-alat untuk menangkap ikan dan berburu, alat-alat untuk bercocok tanam dan mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan mengalami kesusahan yang lebih banyak lagi dalam mencari makanannya sehari-hari.

Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang dicapai oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi. Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang akan dicapai adalah jauh lebih rendah daripada yang dicapai pada masa kini. Tanpa adanya perkembangan teknologi, produktivitas barang-barang modal tidak akan mengalami perubahan dan tetap berada pada tingkat yang sangat rendah. Oleh karena itu pendapatan perkapita hanya mengalami perkembangan yang sangat kecil. Kemajuan ekonomi


(54)

yang berlaku di berbagai negara terutama ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek yang positif dalam pertumbuhan ekonomi, dan oleh karenanya pertumbuhan ekonomi menjadi lebih pesat.

d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan.

Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern dan produktivitas yang tinggi. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipercepat. Juga di dalam sistem sosial dimana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan tanah, atau dimana luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis, pembangunan ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang diharapakan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan dorongan yang besar kepada pertumbuhan ekonomi. Sikap yang sedemikian itu antara lain adalah sikap berhemat yang bertujuan


(55)

untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, sikap yang sangat menghargai kerja keras dan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan usaha, dan sikap yang selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan. Apabila di dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Perombakan dalam sistem sosial, seperti misalnya menghapuskan kekuasaan tuan tanah dan memberikan tanah kepada para petani yang tidak memiliki tanah, adalah suatu langkah yang perlu dilakukan.

Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan. Perubahan itu terutama harus ditujukan agar masyarakat bersedia bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. (Sukirno, 2004 : 430-432).

2.2.2.4 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk Nasional Bruto Riil atau Produk Domestik Riil. Untuk menentukan


(56)

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, dihitung berdasarkan laju perubahan Pendapatan Nasional riil per tahun dalam persentase atau besarnya pertambahan riil Pendapatan Nasional riil tahun t (sekarang) dikurangi tahun t-1 (sebelumnya) kemudian dikalikan 100 % atau dengan

rumus persamaan sebagai berikut :

Gt = PNB rt - PNB rt-1 X 100 % ...(Ritonga, 2003 : 159). PNB rt-1

. Pelajaran Ekonomi Jilid 3, Penerbit Erlangga, Jakarta

Dimana :

Gt = Pertumbuhan Ekonomi pada tahun t PNB rt = Pendapatan Nasional riil pada tahun t PNB rt-1 = Pendapatan Nasional riil pada tahun t-1

Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain : a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.

b. Produk Domestik Bruto Perkapita

Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan


(57)

saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

c. Pendapatan Perjam Kerja

Pendapatan Perjam Kerja sebenarnya paling baik sebagai alat untuk mengukur maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu negara yang mempunyai pendapatan atau upah jam kerja lebih tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan lebih maju dari negara lain. (Suparmoko, 2000 : 205).

2.2.2.5 Modal Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi

Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untuk untuk bidang pendidikan, kesehatan dan berbagai kapasitas manusia lainnya yang ketika bertambah dapat meningkatkan produktivitas. Pendidikan memainkan peran kunci dalam hal kemampuan suatu perekonomian untuk mengadopsi teknologi modern dan dalam membengun kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Kesuksesan dalam pendidikan bergantung juga pada kecukupan kesehatan. Disamping itu kesehatan merupakan prasayarat bagi peningkatan produktivitas. Dengan demikian kesehatan dan pendidikan dapat juga dilihat sebagai komponen vital dalam pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi fungsi produksi agregat. (Todaro, 2002 : 35).


(58)

Menurut Mill pembangunan ekonomi sangat tergantung pada dua jenis perbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan seperti adat istiadat, kepercayaan dan berpikir tradisional. Perbaikan dalam pendidikan, kemajuan dalam ilmu pengetahuan, perluasan spesialisasi dan perbaikan dalam organisasi produksi merupakan faktor yang penting yang akan memperbaiki mutu dan efisiensi faktor-faktor produksi dan akhirnya menciptakan pembangunan ekonomi. Menurut Mill, faktor pendidikan melaksanakan dua fungsi yaitu: mempertinggi pengetahuan teknik masyarakat dan mempertinggi ilmu pengetahuan umum. Pendidikan dapat menciptakan pandangan-pandangan dan kebiasaan modern dan besar perannya untuk menentukan kemajuan ekonomi masyarakat.

Modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the job training) untuk para pekerja dewasa. Seperti halnya dengan modal fisik, modal manusia meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Untuk meningkatkan level modal manusia dibutuhkan investasi dalam bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar. (Mankiw : 2003 : 22).

Sementara itu untuk menyesuaikan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, negara-negara berkembang harus memperhatikan


(59)

kualitas sumber daya manusia, dengan mewujudkan program-program spesifik yakni :

1. Mengendalikan penyakit serta meningkatkan kesehatan dan nutrisi. Meningkatkan standar kesehatan penduduk menyebabkan peningkatan produktivitas mereka sebagai tenaga kerja. Pusat kesehatan masyarakat dan penyediaan air bersih merupakan modal sosial yang bermanfaat.

2. Meningkatkan pendidikan, menurunkan angka buta huruf dan melatih tenaga kerja. Manusia terdidik merupakan tenaga kerja yang lebih produktif karena mampu menggunakan modal secara lebih efektif, mampu mengadopsi teknologi dan mampu belajar dari kesalahan.

3. Di atas semua itu, tidak boleh mengestimasi secara lebih rendah (under estimate) terhadap pentingnya sumberdaya manusia. (Samuelson dan Nordhaus, 2001).

Pertumbuhan dalam modal fisik bisa saja melimpah ke modal manusia melalui investasi swasta dalam riset dan pengembangan serta pelatihan dalam teknologi yang lebih tinggi yakni dalam pertumbuhan yang didorong oleh teknologi. Untuk dapat melestarikan pertumbuhan angkatan kerja sebagian besar (dan semakin meningkat besarnya) harus memiliki latar belakang sekolah umum yang cukup supaya dapat menguasai keterampilan teknologi serta berpartisipasi dalam perluasan aktivitas riset dan pengembangan. Oleh karena itu sekolah umum yang


(60)

disediakan secara publik dan pengetahuan yang dihasilkan secara privat bersifat komplementer.

Mengemukakan bahwa pembangunan manusia secara luas didefinisikan sebagai mengusahakan orang-orang untuk menjalani hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih penuh. Secara sempit, pembangunan manusia diinterpretasikan sebagai refleksi dari status kesehatan dan pendidikan manusia. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia merupakn hubungan dua arah yang kuat. Di satu sisi pertumbuhan ekonomi menyediakan sumber-sumber yang memungkinkan terjadinya perkembangan secara berkelanjutan dalam pembangunan manusia. Sementara sisi lain pengembangan secara berkelanjutan dalam kualitas modal manusia merupakan kontributor penting bagi pertumbuhan ekonomi. (Anonim, 2001).

Hubungan atas-bawah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia menunjukkan bahwa melalui upaya pembangunan manusia berkemampuan dasar dan berketerampilan. Tenaga kerja termasuk petani, pengusaha dan manajer akan meningkat. Selain itu pembangunan manusia akan mempengaruhi jenis produksi domestik, kegiatan riset dan pengembangan teknologi yang pada akhirnya mempengaruhi komposisi output dan ekspor suatu negara. Kuatnya hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia akan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan


(61)

lembaga swadaya masyarakat dan ormas. Faktor-faktor kelembagaan pemerintah jelas peranannya karena keberadaanya sangat menentukan implementasi kebijakan publik.

Faktor distribusi sumber daya juga jelas karena tanpa distribusi sumber daya yang merata (misal dalam penguasaan lahan atau sumber daya ekonomi lainnya) hanya akan menimbulkan frustasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan terhadap sistem dan perilaku pemerintah. Semua faktorfaktor tersebut berperan sebagai katalisator bagi berlangsungnya hubungan timbal balik antara keduanya secara efisien.

2.2.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang berkerja untuk diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).


(62)

2.2.3.1 Pengertian Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan. (Dumairy, 1997 : 75). Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. (Suparmoko, 2000 : 67).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan.


(63)

2.2.3.2 Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. (Sumarsono, 2003 : 116).

Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Mereka ini adalah bagian dari tenaga yang sesungguhnya tidak terlihat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa yang bukan angkatan kerja disini dapat di golongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

b. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya sekolah.

c. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah.

d. Golongan lain, yaitu :

1. Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan sesuatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan, seperti: tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman atau sewa atas hak milik.

2. Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain.

Konsep memilah-milah tenaga kerja seperti ini disebut pendekatan angkatan kerja (labour force approach), yang diperkenalkan oleh International Labour Organization (ILO). (Dumairy, 1997 : 7)


(64)

Gambar 1 : Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 2002, Pengantar Ekonomi

Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 19.

Keterangan :

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja

Penerima Pendapatan Mengurus

Rumah Tangga Sekolah

Setengah Pengangguran Bekerja Penuh Bekerja

Pengangguran

Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah

Tidak Kentara Kentara (yang kerja sedikit)


(65)

bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur. Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya. (Simanjuntak, 2003 : 16)

2.2.3.3 Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. (Suroto, 2004 : 21).


(66)

Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja Upah

VMPPL D

w1

w w2

D = MPPL X P 0

A N B Penempatan Sumber : Simanjuntak J. Payaman, 2005, Pengantar Ekonomi

SumberDaya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta, Halaman 75.

Keterangan :

Garis DD melukiskan nilai hasil marginal karyawan (Value marginal physical pruduct of VMPPL) untuk setiap tingkat penempatan. Bila misalnya jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100 orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke 100 dinamakan VMPPL nya dan besarnya sama dengan : MPPL X P = W1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh karena itu laba perusahaan akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga


(67)

ON. Dititik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL X P sama dengan upah yang dibayarkan kepada karyawan.

2.2.3.4 Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. (Suroto, 2002 : 22).

Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga kerja Upah Ns (Pe = 2.0)

W2

Ns (Pe = 1.0)

W1

0

N1 Tenaga kerja Sumber : Nopirin, 2002, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 16.


(68)

Keterangan :

Pada harga harapan Pe = 1.0. Upah nominal adalah W1 maka jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah N1. Apabila harga harapan naik menjadi Pe = 2.0; tingkat upah w2 akan memberikan upah riil yang sama, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tetap pada N1. Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik apabila upah riilnya naik, yakni apabila upah nominal naik menjadi W2 sedang yang diharapkan tetap tidak berubah pada Pe = 1.0

Gambar 4 : Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja Upah

Nominal

WL NS (P1) W1

W2 ND (P1)

N2 N1 N3 L Tenaga Kerja Sumber : Nopirin, 2002, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta, Halaman 16. Keterangan :

Keseimbangan dalam pasar tenaga kerja akan terjadi pada tingkat upah riil dimana jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan yang ditawarkan. Pada gambar 3 keseimbangan terjadi pada tingkat upah (nominal) W1 dengan jumlah tenaga kerja N1 pada harga P1. Jika upah


(69)

jumlah tenaga kerja yang diminta (N3) melebihi yang ditawarkan (N2). Kelebihan jumlah tenaga kerja yang diminta ini akan mendorong tingkat upah naik sampai ke W1 kembali dimana tingkat upah riil juga kembali sama seperti semula.

2.2.3.5 Pengangguran

Pengertian Pengangguran

Pengangguran merupakan masalah ekonomi makro. Pengangguaran menjadi masalah yang berpengaruh langsung bagi standart kehidupan dan tekanan psikologis masyarakat. Sehingga masalah pengangguran ini menjadi perdebatan hangat oleh para politikus dan para pakar ekonomi. Masalah pengangguran ini menjadi masalah penting yang harus diselesaikan. Menurut para pakar ekonomi masalah pengangguran , saking pentingnya kemudian, mereka merasa bahwa masa ini perlu untuk di telaah dalam kaitannya dengan pengertian dan beberapa penyebabnya.

Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam perekonomian. Hampir di Negara manapun di seluruh dunia mengalami masalah ini. Walaupun jumlahnya berfluktuasi dari tahun ke tahun dan bervariasi dari satu Negara ke Negara lain. Pengangguran merupakan sekelompok angkatan kerja. Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seorang yang tergolong angkatan kerja menginginkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.


(70)

(Sukirno, 2003: 22).

2.2.3.6 Jenis-jenis pengangguran

Edgar O. Edward dalam membagi menjadi 5 (lima) jenis pokok pengerahan tenaga kerja yang tidak optimal ( underutilization of labor ) antara lain :

1. Pengangguran terbuka ( open unemployment ) yakni, mereka yang

benar-benar tidak bekerja, baik secara sukarela maupun terpaksa.

2. Pengangguran terselubung ( under unemployment ) yakni, para

pekerja yang jumlah jam kerjanya lebih sedikit yang dari

sebenarnya mereka inginkan.

3. Mereka yang nampak aktif bekerja tetapi sebenarnya kurang

produktif mereka yang tidak digolongkan dalam pengangguran

terbuka atau terselubung, namun bekerja dibawah standar

produktivitas optimal. Jenisnya sendiri lebuh dari satu yakni :

a. pengangguran terselubung yang terlindungi

b. pengangguran yang tersembunyi


(71)

pekerja yang ingin bekerja secara penuh tetapi terbentur

pada kondisi fisik yang lemah dan tidak memungkinkan

( misalnya penyandang cacat )

5. Mereka yang tidak produktif yakni, mereka sesungguhnya

memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan- pekerjaan

yang produktif, akan tetapi mereka tidak memiliki sumber daya

komplemen yang memadai untuk menghasilkan output.

( Todaro 2004 : 235 ).

2.2.4 Pengertian Pendapatan Perkapita

Definisi Pendapatan Perkapita adalah : pendapatan perkapita merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian dalam masa satu tahun. (Sukirno, 2002 : 21).

2.2.4.1 Pengertian Pendapatan Perkapita Definisi Pendapatan Perkapita adalah :

a. Yang dimaksud dengan pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk. Dimana untuk memperoleh pendapatan perkapita pada pertahunnya, maka yang harus dilakukan adalah


(1)

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Investasi yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa variabel Investasi merupakan variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi variabel Pendapatan Perkapita, dimana Pendapatan Perkapita yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dan yang paling dominan dalam meningkatkan Investasi dari pada Pertumbuhan Ekonomi dan Tenaga Kerja.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Investasi, terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y1), diperoleh bahwa variabel

Investasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi hal ini disebabkan karena meningkat atau turunnya Investasi tidak melihat dari segi faktor ekonomi melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi Investasi yakni perizinan yang lebih di permudah, sosial, politik, keamanan dan kepastian hukum. 2. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Investasi terhadap Tenaga Kerja (Y2), diperoleh bahwa variabel Investasi tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Tenaga Kerja hal ini disebabkan karena masih sangat tinggi kredit yang ditawarkan oleh pihak bank dan proses pinjaman yang masih ribet dan sulit maka penyaluran kredit akan tidak berjalan,meskipun jumlah kantor bank setiap tahunnya semakin banyak. disamping itu, akses kredit UMKM kelembaga perbankan juga masih terkendala dengan kewajiban pemenuhan berbagai persyaratan perizinan, retribusi dan kewajiban lainnya yang diantaranya diatur melalui berbagai peraturan pemerintah sehingga pada akhirnya membebani UMKM dan pembinaan lembaga perbankan lebih menekankan pada aspek keuangan dibandingkan dengan


(3)

aspek teknis ( kualitas produk ) dan kelangsungan pasar dan masyarakat berharap adanya perluasan peran dan fungsi lembaga perbankan, dan ada kendala yang realitis dengan kenyataan bahwa LKM ( Lembaga Keuangan Mikro ) memiliki beban berat dengan dirinya sendiri maupun ketika berhadapan dengan lingkungan eksternal.

3. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Investasi, terhadap Pendapatan Perkapita (Y3), diperoleh bahwa variabel Investasi

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Perkapita Hal ini disebabkan karena semakin tinggi Suku Bunga Internasional secara otomatis suku bunga BI rate akan semakin tinggi dan juga masih terkendala dengan kewajiban pemenuhan berbagai persyaratan perizinan, retribusi dan kewajiban lainnya yang diantaranya diatur melalui berbagai peraturan pemerintah sehingga pada sehingga banyak pengusaha atau investor sulit untuk mendapatkan modal dari kredit sehingga tidak mendorong para investor untuk menanamkan modalnya.

4. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Investasi yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa variabel Investasi merupakan variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi variabel Pendapatan Perkapita, dimana Pendapatan Perkapita yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dan yang paling dominan dalam meningkatkan Investasi dari pada Pertumbuhan Ekonomi dan Tenaga Kerja.


(4)

98

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar mejaga perkembangan ekonomi makro tetap stabil agar banyak investor yang masuk untuk menanamkan modalnya.

2. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan peraturan atau kebijakaan agar tidak mempersulit perizinan agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.


(5)

Adrianto, 2001. Beberapa faktor yang mempengaruhi PMA Di Jatim, UPN “Veteran” Jatim.

Algifari, 2000. Analisis Regresi Teori Kasus dan Solusi, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

BPS, 2009. Jawa Timur Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Jawa Timur, Surabaya.

Dumairy, Horne, 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta. Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan Keenam,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mankiw, N.Gregory.2000. Teori Makro Ekonomi.Ed.4, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nopirin, 2000. Ekonomi Moneter, Edisi Pertama, Cetakan Kesepuluh, Buku Kedua, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Pancawati, Neni, 2000. Pengaruh Rasio Kapital-Tenaga Kerja, Tingkat

pendidikan, Stok Kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP Indonesia ; Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.15, No.02, Universitas Gajah Mada, 2000.

Prasasti, Diah, 2006. Perkembangan PDRB per kapita 30 Propinsi di Indonesia Periode 1993-2003: Pendekatan Disparitas Regional dan Konvergensi ; Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.21, No.4, Universitas Gajah Mada, 2006.

Putong, Iskandar, 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rai, Widjaya, 2005. Penanaman Modal, PT Pradnya Paramita, Jakarta

Ritonga, 2003. Pelajaran Ekonomi Jilid 3, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rosyidi, Suherman, 2003. Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori

Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Baru, Cetakan Pertama, Penerbit PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Samuelson, Paul. A, dan Nordhaus, William, 2001. Mikro Ekonomi, Edisi


(6)

Simanjuntak, J, Payaman, 2002. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE UI, Jakarta.

Soelistyo, 2002. Dasar-Dasar Ekonometrika, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Sukirno. Sadono, 2002. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

---, 2003. Pengantar Teori Ekonomi Makro, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

---, 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sulaiman, Wahid, 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sumarsono. Sonny, 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Alam dan Ketenagakerjaan, Penerbit, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Suparmoko, M, 1992. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Keempat, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Suroto, 2004. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, Edisi Kedua, Penerbit, BPFE UGM, Yogyakarta..

Todaro, Micheal, P, 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Waluyo, Dwi Eko, 2002, teori Ekonomi Mikro, Universitas Muhammadiyah, Malang.

Wibisono, Yusuf. 2005. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Regional : Studi Empiris Antar Propinsi di Indonesia, 1984-2000. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.02, Universitas Gajah Mada, 2005