UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA YANG DIMODIFIKASI PADA ANAK KELOMPOK A TK MASYITHOH AL-AMIN SAMAN BANGUNHARJO SEWON BANTUL.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA YANG DIMODIFIKASI

PADA ANAK KELOMPOK A TK MASYITHOH AL-AMIN SAMAN BANGUNHARJO SEWON BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Oktavelli Elsanul Rizki NIM 11111247041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

” mens sanna in corpore sano”

Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat ( Decinus Iunius Iuvaralis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Tugas akhir skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Almamater UNY


(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA YANG DIMODIFIKASI PADA

ANAK KELOMPOK A TK MASYITHOH AL-AMIN SAMAN BANGUNHARJO SEWON BANTUL

Oleh

Oktavelli Elsanul Rizki NIM 11111247041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui bermain sepak bola pada anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan karena terdapat permasalahan dalam kemampuan motorik kasar pada anak Kelompok A di TK ini.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah anak Kelompok A yang berjumlah 20 anak terdiri dari 15 laki-laki dan 5 perempuan. Objek penelitian ini adalah kemampuan motorik kasar. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu jika minimal 80% dari 20 anak memiliki kemampuan motorik kasar dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui bermain sepak bola pada Siklus I dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik sebanyak 52,5%, sedangkan pada Siklus II sebanyak 81,67%. Perolehan persentase pada Siklus II menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak kelompok A dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 80% dan penelitian dihentikan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga tugas akhir skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar anak Melalui Bermain Sepak Bola pada Anak Kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon” dapat terselesaikan dengan baik sesuai harapan.

Sehubungan dengan selesainya penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Bapak/Ibu tersebut di bawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

3. Kepala Jurusan PAUD, Prodi PGPAUD yang telah memberikan pengarahan dan memberikan izin dalam melakukan penelitian.

4. Ibu Nelva Rolina, M. Pd. Sebagai dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi kepada penulis selama proses penelitian hingga penulisan skripsi ini. 5. Bapak Joko Pamungkas, M. Pd. Sebagai dosen pembimbing II skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, untuk memberikan bimbingan, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis selama proses penelitian hingga penulisan skripsi.

6. Bapak dan ibu dosen PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.


(9)

ix

7. Ibu Dra. Naimah, selaku Kepala sekolah TK Masyithoh Al- Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul yang telah memberikan izin, kesempatan, dan kemudahan dalam kegiatan penelitian.

8. Anak kelompok A TK Masyithoh Al- Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul Tahun Ajaran 2015/2016 yang dengan senang hati mengikuti pembelajaran dengan bermain sepak bola.

9. Keluarga besar guru dan karyawan TK Masyithoh Al- Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul.

10. Teman-temanku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.

11. Bapak, ibu, dan seluruh keluargaku yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Semoga Allah swt memberikan imbalan yang setimpal dengan jerih payah bapak atau iu dan semua teman-temanku dalam membantu menyelesaikan penelitian ini dari awal sampai akhir. Peneliti berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pembaca. Amin.

Yogyakarta, Desember 2015 Penulis


(10)

x Daftar Isi

Hal

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN……… ii

HALAMAN PERNYATAAN……… iii

HALAMAN PENGESAHAN……… iv

HALAMAN MOTTO……….……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN………... vi

ABSTRAK……….. vii

KATA PENGANTAR……….... viii

DAFTAR ISI……….….. x

DAFTAR TABEL………..……. xiii

DAFTAR GAMBAR……….……. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………..……. xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah... ... 4

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Manfaat Penelitian... 5

G.Definisi Operasional... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Motorik Kasar………..……...……… 8

1. Pengertian Motorik Kasar…...…..………..…... 8

2. Unsur-unsur Kemampuan Motorik Kasar... 13

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar………. 17

4. Fungsi Kemampuan Motorik Kasar...………….………... 20


(11)

xi

B. Hakikat Bermain…………...………..….………. 22

1. Pengertian Bermain…….………...………... 22

2. Karakteristik Bermain………..……....…...….…………. 24

3. Manfaat Bermain………...……….. 26

C. Sepak Bola……….…...……… 27

1. Pengertian Sepak Bola……….…...…………... 27

2. Teknik Dasar Bola……….…..…………... 29

D. Sepak Bola untuk Anak Usia 4-5 Tahun……….……….. 34

1. Modifikasi Sepak Bola untuk Anak Usia 4-5 Tahun …..…... 35

2. Aspek-aspek ModifikasiSepak Bola untuk Anak………… 36

E. Kerangka Berpikir………..………..………...……….. 39

F. Hipotesis…... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42

B. Subjek Penelitian... 43

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 43

D. Desain Penelitian... 43

E. Rencana Tindakan………... 46

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ……... 1. Teknik Pengumpulan Data……….…………... 2. Alat Pengumpulan Data ………..………… 50 50 51 G. Validasi Instrumen... 52

H. Teknik Analisis Data... 52

I. Indikator Keberhasilan Tindakan... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Lokasi Penelitian... 55

2. Subjek Penelitian... 56

3. Deskripsi Penelitan Pra Tindakan... 56

A. Deskripsi Penelitian……….. 62


(12)

xii

a. Perencanaan…... 62

b. Tindakan dan Pengamatan... 63

c. Refleksi………... 75

2. Siklus II... 79

a. Perencanaan…………... 78

b. Tindakan dan Pengamatan... 79

c. Refleksi……….……… 92

B. Pembahasan... 95

C. Keterbatasan Penelitian………. 98

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan... 100

B. Saran... 101 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi peningkatan Kemampuan Motorik

Kasar Anak Melalui Bermain Sepak bola….………..……..…… 53 Tabel 2. Kemampuan Awal Koordinasi….……...……… 57 Tabel 3. Kemampuan Awal Kecepatan……….………. 57 Tabel 4. Kemampuan Awal Kekuatan ………..……….…… 58 Tabel 5. Kemampuan Awal Kelincahan …………..….…...……….……. 58 Tabel 6. Kemampuan Awal Keseimbangan Melempar ke Dalam……..… 58 Tabel 7. Kemampuan Awal Keseimbangan Menghentikan Bola………... 59 Tabel 8. Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain

Sepak Bola Siklus I Pertemuan ke 1………. 65 Tabel 9. Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain

Sepak Bola Siklus I Pertemuan ke 2 .…………... 69 Tabel 10. Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain

Sepak Bola Siklus I Pertemuan ke 3 ……….………... 73 Tabel 11. Perbandingan Unsur Koordinasi dalam Melempar Bola Kondisi

Awal dengan Siklus I... 76 Tabel 12. Perbandingan Unsur Kecepatan dalam Berlari Kondisi Awal

dengan Siklus I.……… 76 Tabel 13. Perbandingan Unsur Kekuatan dalam Menendang Bola Kondisi

Awal dengan Siklus I.……….………… 76 Tabel 14. Perbandingan Unsur Kelincahan dalam Menggiring Bola

Kondisi Awal dengan Siklus I……… 77 Tabel 15. Perbandingan Perbandingan Kemampuan Melompat dan

Meloncat Kondisi Awal dengan Siklus I….……… 77 Tabel 16. Perbandingan Kemampuan Menghentikan Bola Kondisi Awal

dengan Siklus I.………..……… 77 Tabel 17. Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain


(14)

xiv

Tabel 18. Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II Pertemuan ke 2……… 86 Tabel 19. Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain

Sepak Bola Siklus II Pertemuan ke 3………. 90 Tabel 20. Perbandingan Unsur koordinasi Kondisi Awal dengan Siklus I

dan Siklus II.………..………... 93 Tabel 21. Perbandingan Unsur Kecepatan Kondisi Awal dengan Siklus I

dan Siklus II………. 93

Tabel 22. Perbandingan Unsur Kekuatan Kondisi Awal dengan Siklus I

dan Siklus II………...…….………. 93

Tabel 23. Perbandingan Unsur Kelincahan Kondisi Awal dengan Siklus I

dan Siklus II……….………...………… 94

Tabel 24. Perbandingan Unsur Keseimbangan Melompat dan Meloncat Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II.…… 94 Tabel 25. Perbandingan Unsur Keseimbangan Melompat dan Meloncat

Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II…… 94 Tabel 26. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar dari Pra tindakan,


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart

yang Dimodifikasi (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama,

2010: 20)... 45

Gambar 2. Grafik Kemampuan Motorik Kasar pada Pra Tindakan………. 61

Gambar 3. Grafik Kemampuan Motorik Kasar pada Siklus I………... 75

Gambar 4. Grafik Kemampuan Motorik Kasar pada Siklus II……… 92 Gambar 5. Grafik Peningkatan kemampuan motorik kasar dari pra

tindakan, siklus I siklus II………...


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

1. Surat Ijin Penelitian dan Surat Validasi instrument…….……….. 104

2. Lembar observasi, Kisi-Kisi Lembar Penilaian dan Rubrik Penilaian………. 107 3. Hasil Observasi Kondisi Awal………... 113

4. Hasil Observasi Siklus I………..………... 116

5. Hasil Observasi Siklus II……….………….. 123

6. Foto Kegiatan Bermain Sepak Bola………..………. 130

7. Rekapitulasi Keseluruhan Kemampuan Motorik Kasar Anak……...… 132

8. Skenario Pembelajaran……….…. 135

9. RKH………...……....

.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang ideal dalam meletakkan dasar yang akan menjadi pondasi kehidupan kelak di masa yang akan datang, dan juga usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak. Upaya pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, melalui aktifitas pembelajaran di kelas, termasuk juga melalui permainan-permainan baik di dalam maupun di luar kelas.

Pendidikan pada anak usia dini sangatlah penting. Pada usia ini anak dalam masa usia emas, dimana semua stimulasi yang diberikan kepada anak akan menstimulasi semua aspek perkembangannya. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini adalah aspek social emosional, aspek kognitif, aspek nilai agama dan moral, aspek bahasa, dan aspek fisik motorik Apabila aspek tersebut terstimulasi maka akan berkembang secara optimal.

Permendiknas No.58 tersebut mencantumkan bahwa dalam UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 angka 14, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, pasal 28 ayat 3, yang menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) merupakan taman pendidikan anak


(18)

2

usia dini pada jalur pendidikan formal, yang bertujuan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi, baik psikis maupun fisik. Para pendidik dan tenaga kependidikan di Taman kanak-kanak berusaha membantu meletakkan dasar dan mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak yaitu kognitif, sosial emosional, bahasa, fisik motorik, nilai-nilai agama dan moral yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Layanan pendidikan untuk anak usia dini ada beberapa jenis layanan. Pendidikan Taman Kanak–kanak maupun Roudhotul Athfal, satuan PAUD sejenis, Kelompok bermain, tempat penitipan anak dan taman asuh anak. Taman Kanak-kanak (TK) sebagai salah satu institusi pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, intelektual, ketrampilan fisik dan motorik, sosial, moral yang diperlukan oleh anak-anak untuk penyesuaian diri baik sekarang maupun tahap perkembangan selanjutnya.

Standar kompetensi kurikulum TK mencantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik-motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Masing-masing bidang pengembangan memerlukan stimulasi yang tepat agar dapat berkembang secara optimal.

Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan fisik motoriknya maka guru-guru TK akan membantu meningkatkan keterampilan fisik atau motorik anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerakan motorik kasar


(19)

3

dan halus anak, meningkatkan kemamuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh, dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil.

Salah satu upaya untuk meningkatkan ketrampilan fisik atau motorik anak adalah melalui permainan atau kegiatan bermain. Hal ini dipilih karena kegiatan bermain dinilai sangat tepat dan efektif diterapkan untuk anak usia dini. Kegiatan bermain ini dapat menggunakan permainan-permainan yang menyenangkan untuk anak. Permainan dengan media bola dapat menjadi salah satu alternatif permainan menyenangkan yang dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik anak.

Anak kelompok A di TK Masyithoh Al-Amin yang berjumlah 20 anak memiliki kemampuan fisik atau motorik kasar yang masih rendah dan perlu ditingkatkan. Anak usia 4-5 tahun seharusnya sudah bisa menendang bola dengan terarah, berlari dengan seimbang, melompat atau meloncat, menangkap bola, melempar bola dengan terarah, tetapi anak kelompok A di TK ini belum bisa melakukan dengan baik. Anak msih menendang bola tidak terarah, masih melempar bola tidak terarah, masih kurang lincah ketika berlari, dan lain-lain. Berdasarkan fakta tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan fisik atau motorik di TK Masyithoh Al-Amin Saman belum mencapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu, sebagai pendidik harus mampu merangsang dan meningkatkan kemampuan anak, dalam hal ini kemampuan fisik-motorik.

Kegiatan yang menstimulasi kemampuan motorik kasar anak di Taman Kanak-kanak Masyithoh Al-Amin sudah sering dilakukan. Namun anak kurang tertarik untuk melaksanakan kegiatan tersebut seperti melempar bola, berjalan


(20)

4

maju, atau melompat di depan kelas. Bahkan ada anak yang sama sekali tidak mau melaksanakan. Kegiatan yang bersifat permainan beregu jarang sekali dilaksanakan. Hal tersebut semakin membuat motorik kasar anak kurang berkembang.

Permainan sepak bola diharapkan dapat mengembangkan kemampuan fisik motorik kasar pada anak. Mengacu pada kenyataan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik kasar anak Melalui Bermain sepak bola yang dimodifikasi pada Anak Kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian singkat latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Anak memiliki kemampuan motorik kasar masih rendah karena kurang terstimulasi.

2. Anak masih perlu bimbingan dalam mengembangkan motorik kasar dengan pemanfaatan permainan beregu dalam pembelajaran di sekolah.

C. Batasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah-masalah yang ada yaitu tentang motorik kasar anak masih rendah dan anak masih membutuhkan bimbingan dalam hal permainan beregu yang mengembangkan kemampuan motorik kasar.


(21)

5 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Upaya Peningkatkan Kemampuan Motorik Melalui Bermain sepak bola pada Anak Kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Apakah dengan bermain sepak bola dapat meningkatkan motorik kasar anak usia 4-5 tahun?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana proses peningkatkan kemampuan motorik anak usia dini melalui bermain sepak bola.

2. Mengetahui apakah sepak bola dapat meningkatkan motorik kasar anak usia 4-5 tahun.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat: 1. Secara teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar anak melalui bermain sepak bola pada anak usia dini.

b. Sebagai dasar pertimbangan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar dengan bermain sepak bola pada anak usia dini.


(22)

6 2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti dan guru

Dapat menambah wawasan dan pengamalan, khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui bermain sepak bola pada anak usia dini.

b. Bagi siswa

Agar lebih termotivasi dalam mengasah ketrampilan dan mengembangkan kemampuan motorik kasar melalui bermain sepak bola pada anak usia dini. c. Bagi sekolah

Agar mutu dan kualitas pendidikan di sekolah terjamin dan dapat dipertanggungjawabkan.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini bertujuan untuk membatasi dari kemungkinan meluasnya pengertian dan pemahaman terhadap permasalahan yang akan diselesaikan dari teori yang akan dikaji, yaitu:

1. Kemampuan motorik merupakan kemampuan anak dalam mengendalikan gerakan tubuhnya melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Agar kemampuan dimaksud dapat berkembang dengan baik maka perlu adanya aktifitas terarah dan terpimpin yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik tersebut, dalam hal ini dilakukan dengan cara bermain sepak bola.

2. Permainan sepak bola merupakan permainan yang cukup populer untuk memuaskan keinginan anak untuk berekspresi dan bereksplorasi, sehingga


(23)

7

dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang perhatian, perasaan, daya pikir anak dan mampu membangun kondisi yang membuat anak memperoleh ketrampilan, dan pengetahuan.


(24)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Motorik Kasar

1. Pengertian Kemampuan Motorik Kasar

Sebelum masuk dalam pengertian motorik kasar dalam tulian ini akan dibahas tentang pengertian motorik terlebih dahulu. Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu motor abilty. Gerak (motorik) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia, karena dengan gerak (motor) manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya.

Kemampuan motorik merupakan hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerak yang bukan gerak olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik. Kemampuan motorik mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan gerak dasar yang merupakan gambaran umum dari kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas. Aktivitas tersebut dapat membantu berkembangnya pertumbuhan anak.

Berkembangnya kemampuan motorik ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan (Sukintaka, 2001: 47). Kemampuan motorik merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, keterampilan motorik dan kontrol motorik. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan control motorik. Kontrol motorik tidak akan optimal tanpa kebugaran tubuh. Kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa latihan fisik. Aspek-aspek yang perlu dikembangkan untuk anak adalah motorik, kognitif, emosi, sosial, moralitas dan kepribadian.


(25)

9

Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot terkoordinasi (Menurut Elizabeth B Hurlock 1998: 151), sedangkan menurut Kirkendall, (1980: 213) kemampuan motorik adalah kualitas umum yang ditingkatkan melalui latihan-latihan. Kemampuan motorik merupakan faktor fisik yang dapat dikembangkan melalui belajar gerak.

Ketika belajar gerak diperlukan adanya ketelitian terhadap teknik gerakan yang benar, yaitu dimulai dari awal sampai akhir gerakan, sehingga kemampuan tersebut akan memberikan sumbangan terhadap keberhasilan tugas-tugas selanjutnya. Keterampilan motorik merupakan kemampuan yang penting di dalam kehidupan sehari-hari maupun di dalam pendidikan jasmani, agar siswa terampil (mampu) dalam melakukan aktivitas fisik. Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa “kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak”. Sukadiyanto (1997: 70) mengatakan bahwa “kemampuan motorik adalah suatu kemampuan seseorang dalam menampilkan keterampilan gerak yang lebih luas serta diperjelas bahwa kemampuan motorik suatu kemampuan umum yang berkaitan dengan penampilan berbagai keterampilan atau tugas gerak”.

Gallahue (Samsudin, 2008: 10) berpendapat bahwa motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang berarti suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Muhibbin (Samsudin, 2008: 10) juga menyebut motorik dengan istilah “motor” yang diartikan sebagai istilah yang


(26)

10

menunjukan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga (pengeluaran cairan atau getah)

Aspek-aspek yang perlu dikembangkan untuk anak di sekolah adalah motorik, kognitif, emosi, sosial, moralitas dan kepribadian. Sukintaka (2001: 47) menyatakan bahwa Kemampuan Motorik adalah kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerak yang bukan gerak olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik. Kualitas hasil gerak merupakan kemampuan (ability) gerak seseorang dalam melakukan tugas gerak.

Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa kemampuan motorik adalah kemampuan gerak dasar atau kualitas hasil gerak yang berasal dari dalam maupun luar diri anak untuk mengacu pada keterampilan gerak rendah yang dapat ditingkatkan melalui latihan. Dan merupakan perubahan gerak dasar dari sejak bayi hingga dewasa yang melibatkan beberapa komponen-komponen gerak dalam melakukan suatu aktivitas gerak olahraga maupun aktivitas sehari-hari.

Seseorang yang memiliki kemampuan motorik yang tinggi diduga akan lebih baik dan berhasil dalam melakukan berbagai tugas keterampilan dibandingkan seseorang yang memiliki kemampuan motorik rendah. Kemampuan motorik yang dimiliki seseorang berbeda-beda dan tergantung pada banyaknya pengalaman gerak yang dikuasainya. Prinsip kemampuan motorik adalah suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya.


(27)

11

Perkembangan kemampuan motorik dibagi menjadi 2, yakni: a. Motorik Halus

Motorik halus atau gerak halus secara khusus dikontrol oleh otot-otot kecil. Gerakkan yang lebih banyak menggunakan tangan dipertimbangkan sebagai gerak halus. Sebab otot-otot yang ukurannya lebih kecil ada pada jari-jari tangan dan lengan, sehingga akan menghasilkan gerakan pada jari-jari kaki dan jari-jari tangan. Untuk itu gerak halus bisa berupa aktivitas seperti, menggambar, menulis, menggenggam dan memainkan alat musik. Kemampuan motorik mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan dasar.

b. Motorik Kasar

Peningkatan kemampuan motorik kasar anak secara alamiah akan diikuti dengan peningkatan atau bertambahnya umur anak hingga dewasa. Istilah motorik kasar dan motorik halus secara umum di gunakan untuk mengkategorikan tipe-tipe gerak. Perkembangan motorik kasar anak berkembang dari gerakan sederhana ke gerakan terorganisasi.

Pendapat Cratty yang dikutip oleh Rusli Lutan (1988: 97), menyatakan bahwa motorik kasar memiliki ukuran besar otot yang terlibat, jumlah tenaga yang dikerahkan atau lebarnya ruang yang dipakai untuk melaksanakan gerakannya. Otot tersebut ukurannya relatif besar, contohnya pada otot paha dan pada otot betis. Otot-otot tersebut berintegrasi untuk menghasilkan gerak seperti berjalan, berlari, dan loncat. Motorik kasar memacu kemampuan anak saat beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya, seperti lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif.


(28)

12

Motorik kasar adalah ketrampilan yang meliputi aktivitas otot besar seperti menggerakan lengan dan berjalan (Santrock : 2008: 210). Dalam hal ini meliputi otot lengan pada tangan dan otor tungai pada kaki. Motorik kasar melibatan otot-otot besar yang menghasilan gerakan berjalan, berlari, melompat, menangkap bola, melempar bola, dan memantulan bola. Payne (2012: 11) juga berpendapat bahwa motorik kasar merupakan gerakan yang dikontrol oleh otot-otot besar misal terletak pada bagian atas kaki.

Kemampuan motorik kasar adalah sesuatu kemampuan yang diperoleh dari ketrampilan gerak umum yang mendasari tingkat penampilan yang baik atau tingkat kemampuan gerak (motor ability) akan mencerminkan tingkat gerak seseorang dalam mempelajari suatu gerakan secara kualitas dan kuantitas yang baik yang melibatkan otot-otot besar. Dari motorik kasar tersebut akan menghasilan gerakan dasar yang berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan pada anak. Gerakan ini pada dasarnya berkembang menyertai gerakan reflek yang telah dimiliki dan disempurnakan melalui proses berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang. Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (2000: 20-21) menyatakan kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori: 1) Kemampuan Lokomotor

Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur, dan lari seperti kuda berlari (gallop).


(29)

13 2) Kemampuan Nonlokomotor

Kemampuan nonlokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non lokomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, melingkar, melambungkan dan lain-lain.

3) Kemampuan Manipulatif

Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak sedang menguasai bermacam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan mata-tangan dan mata-kaki tetapi bagian lain dari tubuh juga ikut terlibat. Manipulasi obyek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item: berjalan (gerakan langkah) dalam ruang. Bentuk-bentuk latihan manipulatif terdiri dari:

a) Gerakan mendorong (melempar, memukul, menendang).

b) Gerakan menerima (menangkap) obyek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat dari bantalan karet (bola medicine) atau macam bola yang lain.

c) Gerakan memantul-matulkan bola atau mengiring bola. 2. Unsur-unsur Kemampuan Motorik Kasar

Kemampuan motorik seseorang berbeda-beda tergantung pada banyaknya pengalaman melakukan gerakan yang dikuasainya. Kemampuan-kemampuan yang terdapat dalam kemampuan fisik yang dapat dirangkum menjadi lima komponen, yaitu kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelincahan dan koordinasi.


(30)

14

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam kemampuan motorik menurut Muthohir dan Gusril (2004: 50) adalah:

a. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu konstraksi. Kekuatan otot harus dipunyai oleh anak sejak usia dini. Apabila anak tidak mempunyai kekuatan tentu dia tidak dapat melakukan aktivitas bermain yang menggunakan fisik seperti berjalan, berlari, melompat, melempar, memanjat, bergantung dan mendorong.

b. Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan untuk mempersatukan atau memisahkan dalam suatu tugas kerja yang kompleks, dengan ketentuan bahwa gerakan koordinasi meliputi kesempurnaan waktu antara otot dan sistem syaraf.Anak dalam melakukan lemparan harus ada koordinasi seluruh anggota tubuh yang terlibat. Anak dikatakan baik koordinasi gerakannya apabila ia mampu bergerak dengan mudah dan lancar dalam rangkaian dan irama gerakannya terkontrol dengan baik.

c. Kecepatan

Kecepatan adalah sebagai kemampuan berdasarkan kelentukan dalam satuan waktu tertentu. Dalam melakukan lari 4 detik, semakin jauh jarak yang ditempuh semakin tinggi kecepatan.

d. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan tubuh dalam berbagai posisi. Keseimbangan dibagi dalam dua bentuk yaitu:


(31)

15

keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis merujuk kepada menjaga keseimbangan tubuh ketika berdiri pada suatu tempat, keseimbangan dianamis adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. e. Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak pada satu titik ke titik lain dalam melakukan lari zig-zag, semakin cepat waktu yang ditempuh maka semakin tinggi kelincahannya.

Bompa menyatakan sebagaimana dikutip oleh Djoko Pekik Irianto (2002: 66), ada lima biomotorik dasar, yaitu:

1) Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan.

2) Daya tahan adalah kemampuan melakukan kerja dalam waktu lama.

3) Kecepatan adalah perbandingan antara jarak dan waktu atau kemampuan untuk bergerak dalam waktu singkat.

4) Kelentukan adalah kemampuan persendiaan untuk melakukan gerakan melalui jangkauan yang luas.

5) Koordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan pada berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien.


(32)

16

Keterampilan gerak sangat berhubungan dengan unsur kebugaran jasmani. Adapun unsur-unsur dalam kebugaran jasmani menurut Rusli Lutan (2001: 63-72) adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk mengerahkan daya maksimal terhadap objek di luar tubuh. Dalam pengertian lain, kekuatan otot adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal.

b. Daya tahan otot adalah kemampuan untuk mengerahkan daya terhadap objek di luar tubuh selama beberapa kali. Daya tahan otot terbentuk melalui beban yang relatif lebih ringan. Namun, pelaksanaan tugasnya dilakukan berulang kali dalam satu kesempatan.

c. Fleksibilitas adalah gambaran mengenai luas sempitnya ruang gerak pada berbagai persendiaan dalam tubuh kita. Seperti melakukan gerakan memelintirkan tubuh, membungkuk, berputar, dan mengulur.

d. Koordinasi adalah perpaduan berirama dari sistem syaraf dan gerak dalam sebuah pelaksanaan tugas secara harmonis dari beberapa anggota tubuh. e. Kecepatan adalah kemampuan untuk mengerakkan tubuh dari satu tempat ke

tempat lain dalam waktu secepat mungkin.

f. Kelincahan adalah kemampuan untuk menggerakkan badan atau mengubah arah secepat mungkin.

g. Kekuatan adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal secepat mungkin.


(33)

17

h. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dalam kaintannya dengan daya tarik bumi baik dalam situasi diam (statis) dan bergerak (dinamis).

Berdasarkan komponen-komponen kemampuan motorik tersebut, tidaklah berarti bahwa semua orang harus dapat mengembangkan secara keseluruhan komponen kemampuan motorik. Tiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam mendapatkan komponen-komponen kemampuan motorik. Bagaimanapun juga, faktor yang berasal dari dalam diri dan luar selalu mempunyai pengaruh.

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik anak terdiri dari dua faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Corbin (1987: 198) menyatakan (dikutip oleh Sumantri 2005: 6) terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik, yaitu:

a. Faktor biologis

Faktor biologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan motorik adalah:

1) Faktor ukuran tubuh pada saat lahir 2) Faktor keturunan (genetika)

3) Faktor jenis kelamin 4) Dasar kedewasaan.


(34)

18 b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan motorik diantaranya adalah:

1) Faktor budaya 2) Faktor keadaan alam 3) Faktor kebiasaan keluarga 4) Faktor kesukuan

5) Faktor sosial.

Sukintaka (2001: 47) mengatakan bahwa berkembangnya kemampuan motorik sangat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan. Dari dua faktor penentu ini masih harus didukung dengan berlatih, yang sesuai dengan kematangan anak dan gizi yang baik. Ada kemungkinan bahwa makin baiknya pertumbuhan dan perkembangan akan berpengaruh terhadap kemampuan motorik seseorang.

Disamping beberapa faktor di atas dalam buku yang ditulis oleh Endang Rini Sukamti (2007: 40-41) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju perkembangan motorik seseorang, antara lain:

a. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik.

b. Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang tidakmenguntungkan, semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.


(35)

19

c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu, lebih mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa pasca lahir, ketimbang kondisi pralahir yang tidak menyenangkan.

d. Kelahiran yang sukar, khususnya apabila ada kerusakkan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.

e. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan, maka kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca lahir akan mempercepat perkembangan motorik.

f. Anak yang IQ tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan anak yang IQ-nya normal atau di bawah normal.

g. Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik.

h. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan motorik.

i. Karena rangsangan dan dorongan yang lebih banyak dari orang tua, maka perkembangan motorik anak yang pertama cenderung lebih baik ketimbang perkembangan anak yang lahir kemudian.

j. Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperhambat perkembangan motorik karena tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir berada di bawah tigkat perkembangan bayi yang lahir tepat waktunya.


(36)

20

l. Dalam perkembangan motorik, perbedaan jenis kelamin, warna kulit dan sosial ekonomi lebih banyak disebabkan oleh perbedaan motivasi dan pelatihan ketimbang anak karena perbedaan bawaan.

4. Fungsi Kemampuan Motorik Kasar

Tujuan dan fungsi kemampuan motorik sering tergambar dalam kemampuan anak menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik terlihat dan seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Cureton dalam Toho Cholik Mutohir dan Gusril (2004: 51) berpendapat bahwa fungsi utama kemampuan motorik adalah untuk mengembangkan kesanggupan dan kemampuan setiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya kerja.

Individu mempunyai landasan untuk menguasai tugas keterampilan motorik yang khusus dengan memiliki kemampuan motorik yang baik. Semua unsur-unsur motorik pada setiap anak dapat berkembang melalui kegiatan olahraga dan aktivitas bermain yang melibatkan otot. Semakin banyak anak mengalami gerak tentu unsur-unsur kemampuan motorik semakin terlatih dengan banyaknya pengalaman motorik yang dilakukan tentu akan menambah kematangannya dalam melakukan aktivitas motorik.

Sampai saat ini, belum terdapat ketepatan yang bersifat universal terhadap komponen dasar yang menjadi dasar kinerja jasmani, demikian guru pendidikan, maupun pelatih olahraga kerapkali menggunakan tes-tes kemampuan motorik sebagai alat untuk melakukan identifikasi. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut aktivitas yang tepat diberikan kepada siswa, sehingga siswa dapat


(37)

21

mengembangkan kemampuan diri atau setidak-tidaknya dapat mengurangi kelemahan yang dimilikinya (Setyo Nugroho, 2005: 24).

5. Aspek-aspek Pengembangan Motorik Kasar Usia 4-5 Tahun

Kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya dipraktikkan anak dengan bimbingan guru. Kebutuhan anak- anak tersebut menurut Bucher dan Reade adalah sebagai berikut :

a. Ekspresi melalui gerakan.

b. Bermain, sebagai bagian dari perkembangan anak. c. Kegiatan yang berbentuk drama.

d. Kegiatan yang berbentuk irama.

e. Banyak latihan motorik kasar maupun motorik halus.

Aspek perkembangan motorik terdapat dalam Permen Diknas no 58 tahun 2009 terdapat beberapa tingkat pencapaian anak yang seharusnya dialami oleh anak usia 4-5 Tahun. Berikut ini tingat pencapaian perembangan anak bidang motorik kasar yang harus dilalui anak usia 4-5 tahun adalah sebagai berikut:

a. Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, dsb. b. Melakukan gerakan menggantung (bergelayut).

c. Melakukan gerakan melompat, meloncat, dan berlari secara terkoordinasi d. Melempar sesuatu secara terarah

e. Menangkap sesuatu secara tepat f. Melakukan gerakan antisipasi g. Menendang sesuatu secara terarah


(38)

22 B. Hakikat Bermain

1. Pengertian Bermain

Para tokoh teori kognitif yaitu Jean Piaget, Lev Vyotsky, Jeremi Bruner (A.Martuti, 2008: 9-15) memberikan pandangan mengenai bermain. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan (Mayke, 2001:15). Bermain juga merupakan aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan dengan aturan yang ditentukan oleh pemain yang bertujuan mencari kesenangan serta tidak menuntut hasil akhir. Berdasarkan penelitian Smith ada beberapa ciri bermain, antara lain berdasar motivasi intrinsik, terdapat kesenangan, fleksibel, lebih mementingkan proses daripada hasil, bebas memilih serta mempunyai kualitas pura-pura (Mayke, 2001: 15).

Bermain juga diartikan sebagai suatu aktivitas yang langsung atau spontan dimana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda di sekitarnya, dilakukan dengan senang, atas inisiatif sendiri, serta menggunakan imajinasi, panca indera dan seluruh anggota tubuhnya (Mayke, 2001:16). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa suatu aktivitas dapat dikatakan sebagai aktivitas bermain apabila memenuhi berbagai kriteria sebagai hakikat dan ciri dari bermain itu sendiri.

Ciri-ciri dari aktivitas bermain berdasarkan pengertian di atas antara lain menyenangkan, berasala dari keinginan anak itu sendiri, dilakukan secara spontan, fleksibel atau mudah beralih atau berganti, menekankan pada proses bukan hasil, bebas memilih, serta bisa berupa kegiatan pura-pura (Mayke, 2001: 16-17). Aktivitas tidak memiliki ciri diatas, maka aktivitas tersebut belum dapat dikatakan


(39)

23

bermain. Kegiatan-kegiatan anak usia dini hendaknya diintegrasikan dengan aktivitas yang memiliki ciri-ciri tersebut agar perkembangan anak dapat berkembang dengan baik sesuai tahapannya.

Menurut Vygotsky, bermain diartikan sebagai self help tool atau alat penolong diri sendiri, dimana keterlibatan anak dalam bermain akan membuat anak dengan sendirinya mengalami kemajuan dalam perkembangan (Mayke, 2001: 10). Pernyataan tersebut tidak berlebihan mengingat begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh anak usia dini terkait dengan perkembangan berbagai aspek kecerdasan serta keterampilan-keterampilan tertentu melalui kegiatan bermain.

Piaget berpendapat bahwa anak menjalani tahapan perkembangan kognitif sampai akhirnya proses berpikir anak menyamai proses berpikir orang dewasa. Anak tidak belajar sesuatu yang baru tetapi mereka belajar mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya. Vygotsky menyakini bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognitif anak. Seorang anak tidak mampu berpikir secara abstrak tanpa melihat benda yang sebenarnya karena makna dan objek berbaur menjadi satu. Bruner memberikan penekanan pada fungsi bermain sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas serta yang paling penting bagi anak adalah makna bermain bukan hasil akhirnya. Bermain merupakan salah satu cara untuk mengembangkan potensi/kemampuan anak didik. Anak dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar maupun motorik halusnya, memahami lingkungan, mengembangkan imajinasinya, dan dapat mengikuti tata tertib ataupun disiplin.


(40)

24

Dari berbagai pendapat, peneliti menyimpulkan bahwa bermain adalah cara belajar anak yang bersifat alami. Anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengukur, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda, berhitung dan sebagainya. Bermain merupakan pengalaman penting dalam dunia anak. Sebab bermain berfungsi sebagai sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak.

2. Karakteristik Bermain

Beberapa karakteristik bermain menurut Sofia Hartati (2005: 30-34), antara lain: a) bermain dilakukan dengan sukarela, b) bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan, mengasyikkan, dan menggairahkan, c) bermain dilakukan tanpa “iming-iming” apapun, d) bermain lebih mengutamakan aktivitas/kegiatan daripada tujuan. Tujuan bermain adalah aktivitas itu sendiri, e) bermain menuntut partisipasi aktif baik fisik maupun psikis, f) kegiatan bermain yang bebas. Anak bebas membuat aturan sendiri dan mengoperasikan fantasinya, g) bermain sifatnya spontan, sesuai dengan yang diinginkan saat itu, h) makna dan kesenangan bermain ditentukan oleh anak itu sendiri yang sedang bermain.

Bermain harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan, menggembirakan, dipenuhi rasa suka dan ceria. Karakteristik bermain adalah kegiatan yang menyenangkan dan mengasyikkan. Dalam bermain, permainan


(41)

25

yang dilakukan anak sesuai dengan kehendak hati dan sesuai harapan mendatangkan kegembiraan dan keceriaan anak.

Lima tingkat perkembangan bermain menurut Parten (Slamet Suyanto, 2003: 138-139) yaitu: Tingkat pertama, bermain sendiri. Anak bermain sendiri karena sifat egosentris yang dimilikinya. Anak asyik dengan permainannya sendiri dan tidak memperdulikan dengan apa yang dimainkan oleh teman yang berada di sekitarnya. Tingkat kedua, bermain dengan melihat cara temannya bermain yaitu anak yang tadinya bermain sendiri mulai melihat apa dan bagaimana temannya bermain. Anak kadang berhenti bermain dan mengamati bagaimana temannya bermain lalu ia menirunya. Tingkat ketiga, bermain secara paralel dengan temannya yaitu anak bermain secara berdampingan/berdekatan, mereka menggunakan permainan yang sama tetapi tiap anak bermain sendiri-sendiri. Kadang mereka saling melihat, saling memberi komentar ataupun bercakap-cakap. Tingkat keempat, bermain secara bersama-sama. Pada tahap ini anak mulai bermain secara bersama-sama dan beramai-ramai. Tingkat kelima, bermain dengan aturan yaitu anak bermain bersama temannnya dalam bentuk kelompok. Mereka menentukan jenis permainan, menentukan aturan, pembagian peran dan siapa yang akan main lebih dahulu. Untuk anak TK sebaiknya tidak terlalu banyak aturan. Anak akan sulit untuk memahami aturan yang kompleks.

Bermain merupakan bagian terpenting dalam kehidupan anak karena melalui bermain anak-anak tumbuh dan berkembang. Anak yang kebutuhan bermainnya terpenuhi, makin tumbuh dengan keterampilan yang lebih tinggi dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.


(42)

26 3. Manfaat Bermain

Bermain merupakan sarana belajar bagi anak yang menyenangkan dan mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak (A. Martuti, 2008: 37-56), antara lain: bermain untuk perkembangan aspek motorik, kognitif, fisik, sosial, kepribadian dan emosi serta untuk mengasah ketajaman penginderaan dan mengembangkan keterampilan olahraga dan menari.

Seorang anak dapat menyalurkan tekanan, dorongan dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan dalam kehidupan yang nyata, misalnya anak bisa memukul-mukul boneka miliknya yang dimainkan sebagai orang yang mengganggu dirimya. Kegiatan bermain secara bersama-sama dapat membantu membentuk konsep diri yang positif. Anak akan belajar cara bersikap agar dapat bekerjasama dengan teman-temannya. Anak akan merasa senang dan itu merupakan bentuk pembelajaran. Bermain juga dapat mengembangkan kreativitas dan daya cipta. Melalui bermain anak belajar pengalaman dalam membina hubungan antara sesama teman. Anak melakukan kegiatan secara bersama-sama, belajar bergantian menggunakan mainan, serta mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan teman mainnya, misalnya dengan membuat aturan sebelum bermain. Pengenalan konsep-konsep tentang warna, bentuk, ukuran dan lainnya dapat dilakukan melalui kegiatan bermain. Ketajaman penginderaan anak yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan perlu diasah karena akan menjadikan anak aktif dan kreatif. Dengan melihat, mendengar, meraba, mencium dan merasakan perbedaan benda-benda di sekitar maka akan membantu anak belajar pada alam (lingkungan sekitar). Keterampilan melakukan


(43)

27

kegiatan akan menjadikan anak lebih percaya diri dan merasa mampu melakukan gerakan yang lebih sulit.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak tanpa atau dengan alat yang memberikan informasi, kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan motorik, kognitif, sosial, perkembangan moral serta perkembangan bahasa dalam berkomunikasi dan lain sebagainya. Manfaat bermain dalam penelitian ini supaya anak dapat mengembangkan berbagai kemampuan perkembangannya, dalam penelitian ini terutama adalah kemampuan motorik kasar .

C. Sepak Bola

1. Pengertian Sepak Bola

Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan cara menyepak bola, dimainkan dua regu yang masing-masing terdiri dari 11 orang pemain. Masing-masing regu berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukan serta manggunakan peraturan yang sudah ditentukan. Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang (Sucipto dkk, 2000: 7).

Permainan sepak bola dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu oleh dua hakim garis. Lama permainan sepakbola adalah 2 x 45 menit dengan waktu istirahat 15 menit. Lapangan permainan empat persegi panjang. Panjangnya tidak boleh lebih dari 120 meter dan tidak boleh kurang dari 90 meter, sedang lebarnya tidak boleh lebih dari 90 meter dan tidak boleh kurang dari 45 meter.


(44)

28

Dalam bermain sepak bola pemain boleh memainkan bola dengan seluruh anggota badannya kecuali tangan. Penjaga gawang boleh memainkan bola dengan bagian tangan, tetapi hanya didaerah gawangnya sendiri. Permainan sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang masyarakat indonesia dan banyak dimainkan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik itu anak-anak, remaja, dan orang tua. Selain itu, olahraga sepakbola juga banyak dimainkan oleh kaum perempuan baik di luar atau di dalam negeri.

Adapun tujuan dari masing- masing regu ialah berusaha manguasai bola dan mamasukkan ke dalam gawang lawannya sebanyak mungkin dan berusaha mamatahkan serangan lawan. Pada dasarnya perainan sepakbola merupakan suatu usaha untuk menguasai bola dan untuk merebutnya kembali bila bola sedang dikuasai lawan. Oleh karena itu, untuk dapat bermain sepakbola harus mengusai teknik-teknik dasar sepakbola yang baik. Untuk dapat menghasilkan sepakbola yang optimal, maka seorang pemain harus dapat menguasai teknik-teknik dalam permainan. Teknik dasar bermain sepakbola adalah merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan atau mengerjakan sesuatu yang terlepas sama sekali dari permainan sepak bola.

2. Teknik Dasar Sepak Bola

Aip Syarifudin dan Muhadi (1991: 45) menyatakan bahwa teknik dasar dalam permainan sepak bola. Teknik dasar bermain sepakbola terdiri dari teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar tanpa bola.


(45)

29

Berikut ini penjelasan tentang teknik sepak bola. a. Tanpa bola

1) Lari

Teknik lari ditandai dengan lari dalam memperoleh serangan dan lari dalam bertahan. Dalam melakukan lari pemain harus dapat lari cepat berbelok atau merubah arah, berhenti lari mundur dan mendadak start lagi. Sardjono, (1982: 17) menyatakan “lari dalam sepakbola tidak sama dengan lari pada atletik”. Dalam atletik, lari tidak mendapat gangguan. Aip Syarifudin dan Muhadi lari menyatakan dalam sepak bola selalu mendapat gangguan dari regu lawan dimana seorang pemain kadang-kadang terpaksa merubah arah berlari, berhenti, lari mundur, lari sambil melompat/meloncat, dan beradu badan dengan lawannya.

2) Melompat dan Meloncat

Suwarno K.R, (2001: 6) menyatakan bahwa “berdasarkan tolakan yang digunakan dalam suatu gerakan dibedakan menjadi dua yaitu tolakan dua kaki atau meloncat dan tolakan satu kaki atau melompat”. Lompatan dapat dilakukan dengan awalan atau tanpa awalan, tolakan satu kaki akan lebih menguntungkan kerena bisa saja pemain melompat lebih tinggi. Biasanya lompatan dikombinasikan dengan sundulan atau gerakan menyundul bola, oleh karena itu gerakan melecutkan badan bagian atas sambil melompat perlu dilatih berulang-ulang agar mendapatkan lompatan yang maksimal.

3) Gerak tipu tanpa bola atau tipu badan

Gerakan tipu badan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Gerak tipu dangan badan bagian atas dengan kaki, memungkinkan juga dengan bahu. Pemain


(46)

30

dapat menipu lawan dengan jalan tiba-tiba berhenti berlari atau merubah arah yang dikombinasikan dengan gerak tipu badan bagian atas. Menurut Sardjono, (1982: 18) “pemain sepakbola yang tidak dapat melakukan gerak tipu, maka pemain itu tidak akan dapat menjadi pemain sepakbola yang baik”. Pemain dikatakan berhasil melakukan gerak tipu apabila pada waktu pemain melakukan gerakan pura-pura tetapi oleh lawan dianggap sebagai sebenarnya sehingga lawan akan mengikuti gerakan pura-pura itu.

b. Dengan bola

1) Menendang bola (kicking)

Sucipto dkk (2000: 17) berpendapat bahwa “menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan sepakbola yang paling dominan”. Menendang bola paling banyak dilakukan dalam permainan sepak bola bila dibandingkan dengan teknik lain, jadi wajar apabila setiap latihan banyak diajarkan teknik menendang bola. Arma Abdoellah (1981::421) menyatakan bahwa menendang bola berfungsi untuk memberikan bola (passing), menembak (shooting), membersihkan (clearing), dan tendangan-tendangan khusus. Dilihat dari perkenaan kaki kebola, menendan dibedakan beberapa macam, yaitu:

a) Menendang dengan kaki bagian dalam

Sucipto dkk (2000: 19) berpendapat pada umumnya teknik menendang dengan kaki begian dalam digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Aip Syarifidin dan Muhadi menyatakan apabila akan menendang dengan kaki bagian dalam maka pergelangan kaki segera diputar keluar agar bola tepat


(47)

31

mengenai bagian dalam kaki. Teknik ini dapat digunakan untuk mengoper maupun menggiring bola.

b) Menendang dengan bagian luar

Menurut Sucipto dkk (2000: 19) berpendapat pada umumnya teknik menendang bola dengan kaki bagian luar digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing).

Apabila akan menendang bola dengan bagian luar kaki maka pergelangan kaki ditekuk ke dalam. Teknik ini dapat digunakan untuk mengoper maupun menggiring bola.

c) Menendang dengan punggung kaki

Sucipto dkk (2000: 21) berpendapat pada umumnya menendang dengan punggung kaki digunakan untuk menembak kegawang (shooting at the goal).

Apabila akan menendang dengan kaki bagian punggung kaki tumpu di tekuk sampai lutut dan kaki yang digunakan untuk menendang lurus ke depan. Teknik ini dapat membuat arah bola melingkar atau melambung.

2) Menghentikan bola (stopping)

Sardjono, (1982: 50) mengatakan “menerima atau mengontrol bola dapat diartikan seni menangkap bola dengan kaki atau menguasai gerakan bola, atau dengan kata lain membawa bola dengan penguasaan sepenuhnya”. Sedangkan Sucipto dkk (2000: 22-27) berpendapat “tujuan menghentikan bola dengan mengontrol bola, yang termasuk di dalamnya untuk mengatur tempo permainan, mengalihkan laju permainan, dan memudahkan untuk passing”. Dilihat dari perkenaan bagian badan yang pada umumnya digunakan untuk menghentikan


(48)

32

bola adalah kaki, paha, dan dada. Bagian kaki yang dapat digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki, dan telapak kaki.

3) Menyundul bola (heading)

Sucipto dkk (2000: 32) menyatakan menyundul bola pada hakikatnya memainkan bola dengan kepala. Tujuan dari menyundul bola dalam permainan sepak bola adalah untuk mengumpan, mencetak gol, dan untuk mematahkan serangan lawan/ membuang bola. Ditinjau dari posisi tubuhnya, menyundul bola dapat dilakukan sambil berdiri, melompat dan meloncat.

4) Merampas/ merebut bola (tackling)

Sucipto dkk (2003: 34) menyatakan merampas bola adalah salah satu upaya untuk merebut bola dari penguasaan lawan. Merebut bola dari lawan ada beberapa cara, diantaranya adalah merebut bola sambil berdiri, merebut bola sambil meluncur.

5) Menggiring bola (dribbling)

Danny Mielke (2003: 1) berpendapat bahwa “dribbling adalah keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua pemain harus mempu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan”. Sucipto, dkk (2000: 28) berpendapat bahwa menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh kerena itu bagian kaki yang dipergunakan sama dengan kaki yang dipergunakan untuk menendang bola.


(49)

33

Beberapa teknik menggiring bola diantaranya adalah sebagai berikut: a) Menggiring bola dengan kaki bagian dalam

Danny Mielke (2003: 2) berpendapat bahwa “dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam memungkinkan pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar”. Sucipto dkk (2000: 28) berpendapat bahwa menggiring bola dengan kaki bagian dalam pada umumnya digunakan untuk melewati atau mengecoh lawan.

b) Menggiring bola dengan kaki bagian luar

Danny Mielke (2003: 4) berpendapat bahwa “menggunakan sisi kaki bagian luar untuk melakukan dribbling adalah salah satu cara untuk mengontrol bola. Keterampilan mengontrol bola ini digunakan ketika pemain yang menguasai bola sedang berlari dan mendorong bola sehingga bisa mempertahankan bola tersebut tetap berada di sisi luar kaki”. Sucipto dkk (2000: 30) berpendapat bahwa menggiring bola dengan kaki bagian luar pada umumnya digunakan untuk melewati atau mengecoh lawan.

6) Lemparan ke dalam

Sucipto dkk (2000: 36) berpendapat bahwa “lemparan ke dalam merupakan satu-satunya teknik dalam permainan sepakbola yang dimainkan dengan tangan dari bagian luar lapangan”. Cara melemparkan bola kedalam lapangan perlu diajarkan karena dapat dimanfaatkan dalam permainan. Yang perlu diperhatikan dalam lemparan yaitu: lemparan harus menggunakan kedua tangan, bola lepas diatas kepala, kedua kaki harus kontak dengan tanah dan saat melempar tidak melakukan gerak tipu.


(50)

34 7) Gerak tipu dengan bola

Arma Abdoellah, (1981: 38) berpendapat bahwa “gerak tipu dengan bola yang diartikan gerak tipu membawa bola dicampur dengan gerak tipu badan”.

8) Teknik penjaga gawang; bertahan dan menyerang (Technique of goal kepping; defensive and offensive)

Sucipto dkk (2000: 38) berpendapat bahwa “penjaga gawang merupakan pertahanan yang paling akhir dalam permainan sepakbola”. Seorang pemain sepakbola untuk dapat bermain sepakbola dengan baik dan benar, harus bisa menguasai teknik-teknik dasar sepakbola. Beberapa teknik dasar dengan bola dalam bermain sepakbola yang perlu dimiliki atau dikuasai oleh seorang pemain sepakbola adalah menendang bola, menerima bola, menggiring bola, menyundul bola, gerak tipu, merebut bola, lemparan kedalam, dan teknik menjaga gawang. Seorang pemain yang memiliki teknik dasar yang baik cenderung dapat bermain sepakbola dengan baik pula dan akan tersusun rapi dalam kerjasama tim.

D. Sepak Bola untuk Anak Usia 4-5 Tahun

Sepak bola untuk anak yang sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun yang tercantum dalam Permen Diknas no. 58 tahun 2009 adalah berlari dengan seimbang, melompat atau meloncat, menendang bola dengan terarah, menggiring bola, melempar ke dalam, dan menjaga gawang.

Kegiatan bermain sepak bola yang dilaksanakan juga sederhana. Tidak seperti permainan sepak bola pada orang dewasa. Permainan sepak bola yang dilakukan pada anak usia dini hendaknya dimodifikasi sesuai dengan karakter bermain anak usia 4-5 tahun. Modifiasi bermain sepak bola ini beresensi


(51)

35

menganalisis sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara memperuntukkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial sehingga memperlancar anak didik belajar ( Samsudin : 71: 2008).

1. Modifikasi sepak bola untuk anak

Modifikasi sepak bola untuk anak memiliki beberapa tujuan. Menurut Lutan (1998) yang dikutip oleh Samsudin 2008 tujuan mengapa bermain untuk anak dimodifikasi adalah

1) Anak memperoleh kepuasan dalam bermain 2) Meningkatan kemungkinan keberhasilan 3) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar

Aussie berpendapat 1996 modifikasi pembelajaran mempertimbangkan: a. Anak belum memiliki kemampuan fisik seperti orang dewasa

Kemampuan motorik kasar anak belum sempurna seperti orang dewasa sehingga kegiatan motorik kasar anak perlu disederhanakan. Dalam penelitian ini gerakan yang dilasanakan dalam bermain sepak bola untuk Anak Usia 4-5Tahun tidak harus menggunakan semua bagian kaki

b. Aktifitas motorik kasar dengan peralatan yang dimodifikasi mengirangi resiko cedera pada anak.

Bola yang digunakan untuk bermain sepak bola Anak usia Dini bukan Bola yang keras dan besar. Bola yang digunakan adalah bola plastic bias. Sehingga apabila mengenai anak tidak menimbulkan cedera. Gawang yang digunakan juga bukan bukan gawang ukuran orang dewasa mengingat tinggi badan anak yang masih belum mencapai ukuran orang dewasa


(52)

36

c. Kegiatan fisik yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan motorik kasar lebih cepat dari pada permainan seperti orang dewasa.

Sepak bola untuk anak usia 4-5 tahun dimodifikasi agar motorik kasar anak berkembang lebih cepat. Karena sepak bola untuk anak usia 4-5 tahun mempertimbangkan tahap-tahap perembangan anak.

d. Kegiatan motorik yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan pada anak. Sepak bola untuk anak usia 4-5 tahun dimodifikasi agar anak merasa senang dengan peraturan bermain sepak bola yang tidak seketat peraturan sepak bola orang dewasa.

2. Aspek-Aspek Modifikasi Sepak Bola untuk Anak

Modifikasi permainan untuk anak meliputi beberapa aspek (Samsudin : 73: 2008), yaitu:

a. Modifikasi tujuan pembelajaran.

Dalam modifikasi ini terdapat beberapa kompenen , yakni :

1) Tujuan perluasan. Bertujuan agar anak dapat memperoleh kemempuan melakukan keterampilan tanpa memperhatikan aspek efisiensi dan efektifitasnya.

2) Tujuan Penghalusan. Bertujuan agar anak memperoleh kemampuan melakkukan gerak secara efisien.

3) Tujuan Penerapan. Bertujuan agar anak memperoleh kemampuan melakkukan gerak secara efektif.


(53)

37

Bermain sepak bola untuk anak usia dini khususkan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dalam unsure kordinasi, kecepatan, kekuatan, kelincahan dan keseimbangan.

b. Modifikasi Materi Pembelajaran

Komponen modifikasi materi pembelajaran dilasifikasikan edalam beberapa komponen yakni:

1) Komponen keterampilan. Modifikasi ini dilakukan dengan menambah atau mengurangi materi pembelajaran dengan cara menganalisis dan membagi ketrampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen. Dari uraian tentang tenik sepa bola sebelumnya telah dibagin dalam komponen-komponan. Dalam kaitannya dengan penelitian materi sepak bola untuk anak usia sini disederhanaan sesuai karakter anak usia 4-5 tahun.

2) Klasifikasi materi. Modifikasi ini dilakukan dengan menambah atau mengurangi tingkat kesulitannya.

3) Kondisi penampilan. Modifikasi ini dilakukan dengan menambah atau mengurangi aturan dalam bermain, dalam hal ini adalah bermain sepak bola.

c. Modifikasi Lingkungan pembelajaran.

Dalam modifikasi ini terdapat beberapa klasifikasi , yakni:

1) Peralatan. Peralatan dalam sepak bola untuk anak dapat disederhanakan. Misal gawang dari kayu, bola dari plastic.

2) Penataan ruang gerak. Ukuran lapangan untuk sepak bola untuk anak usia 4-5 tahun diperkecil.


(54)

38

3) Jumlah siswa. Pemain dalam kegiatan permainan sepak bola dikurangi. Berkaitan dengan hal ini Aussie (1996) membagi komponen modifikasi lingkungan pembelajaran dalam;

1) Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan.

Ukuran bola yang digunakan untuk bermain sepak bola lebih kecil dan lebih ringan.

2) Lapangan permainan.

Lapangan yang digunakan untuk bermain sepak bola bukan ukuran lapangan sepak bola tetapi lapangan voli.

3) Waktu bermain.

Menurut Toho Cholik dan Rusli Lutan (1996:76) Waktu untuk bermain bola bukan 2X 45 menit tetapi 2X 10 menit.

4) Peraturan permainan

Peraturan permainan tidak seperti peraturan sepak bola dewasa. Semua boleh jadi penyerang, gelandang , dan bek kecuali penjaga gawang

5) Jumlah pemain

Jumlah pemain tidak harus 11 anak mengingat jumlah siswa di kelompok A berjumlah 20 anak.

Pendapat Atteng (1992) yang dikutip oleh Samsudin secara operasional modifikasi bermain meliputi:

1) Mengurangi pemain setiap regu. Tidak harus dimainkan oleh 11 orang 2) Memperkecil Ukuran lapangan. Ukuran lapangan tidak harus sebesar


(55)

39

3) Mengurangi Waktu bermain. Waktu bermain tidak haru 2X 45 Menit 4) Menyesuaikan Tingkat kesulitan dengan karakter anak. Tidak harus

membuat formasi pertandingan

5) Menyederhanakan alat permainan. Alat permainan sepak bola tidak harus dengan bola khusus sepak bola dan mistar gawang tidak harus dari besi 6) Menyederhanakan aturan. Peraturan yang diberlakukan dalam bermain

sepak bola anak usia dini tidak terlalu ketat. E. Kerangka Berpikir

Dalam standar kompetensi kurikulum Taman Kanak-kanak tercantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik. Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan, karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang berkembang cepat.

Salah satu kemampuan pada anak TK yang berkembang dengan pesat adalah kemampuan fisik atau motoriknya. Proses tumbuh kembang kemampuan motorik anak berhubungan dengan proses tumbuh kembang kemampuan gerak anak. Perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan. Gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, atau sebagian besar, atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri adalah termasuk kedalam domain perkembangan kemampuan motorik kasar.


(56)

40

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun dalam perkembangan motorik kasar, diantaranya dapat diamati dari kemampuan anak menendang bola dengan terarah yang dikemas dalam permainan bola sepak. Kemampuan menendang bola dengan terarah merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Kemampuan ini penting karena akan membantu dan merangsang anak dalam meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh, dan koordinasi, serta meningkatkan ketrampilan gerakan tubuh sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil.

Kemampuan motorik kasar anak kelompok A di TK Masyithoh Am-Almin Saman masih kurang, hal ini terbukti dari hasil pengamatan dalam proses kegiatan pembelajaran kegiatan menendang bola yang telah dilakukan anak kelompok A memperoleh hasil dari 20 anak di kelas A, hanya 7 anak (35%) bisa menendang bola dengan terarah, selebihnya sebanyak 13 anak (65%) tidak bisa menendang bola dengan terarah. Belum optimalnya kemampuan anak kelas A dalam menendang bola dengan terarah, kemungkinan disebabkan kurang berkembangnya kemampuan motorik kasar, dan kegiatan pengembangan motorik kasar yang masih terbatas atau tidak dikemas dalam bentuk permainan variatif sehingga anak kurang bersemangat dan kurang tertarik dan ragu untuk menggerakkan tubuhnya.

Proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan anak dalam menendang bola dengan terarah yang masih rendah perlu ditingkatkan dengan pembelajaran melalui kegiatan bermain bola dengan intensitas yang perlu


(57)

41

ditingkatkan, sehingga kemampuan anak dapat meningkat secara optimal. Pemilihan metode yang tepat dan media pembelajaran yang menarik bagi anak dan harus sesuai dengan materi yang digunakan. Metode yang digunakan dalam kegiatan bermain sepak bola, sedangkan media pembelajarannya menggunakan bola kaki.

Dengan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan bermain dengan sepak bola, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Tahun Ajaran 2015/2016.

F. Hipotesis

Berdasarkan telaah teoritik dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah bahwa pembelajaran melalui kegiatan bermain sepak bola dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok A di Taman Kanak-kanak Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul Tahun Ajaran 2015/2016.


(58)

42 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 91) Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya yaitu pertama penelitian: kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Kedua tindakan, yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Ketiga kelas, sekelompok siswa yang dalam kelompok yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suharsimi Arikunto, 2006:3). Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. PTK biasanya dilakukan untuk meningkatkan efektifitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian, dan sebagainya. PTK merupakan sebuah penelitian yang dilakukan dan ditujukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan menggunakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari. Fokus penelitian tindakan terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dirancang oleh peneliti kemudian diujicobakan, dievaluasi apakah tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran


(59)

43

yang dihadapi (Suharsimi Arikunto, 2006:4). Kemmis dan Mc. Taggart (1988) dalam Herawati (2009:1) menyebutkan PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul. Jumlah anak dalam kelompok A adalah 20 anak, terdiri dari 15 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Mereka berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda dan kemampuan yang berbeda-beda pula.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul. Kelompok yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah kelompok A. Sedangkan waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan oktober 2015

D. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), serta refleksi (reflection). Penelitian akan berlanjut ke siklus berikutnya jika dalam siklus sebelumnya belum sesuai dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini.


(60)

44

Adapun penjelasan untuk masing-masing tahap siklus dapat dilihat pada bagan berikut:

Pra Tindakan

Keterangan:

1. Perencanaan I 2. Tindakan dan

Observasi I 3. Refleksi I 4. Perencanaan II 5. Tindakan dan

Observasi II 6. Refleksi II

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart yang Dimodifikasi (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2010:20)

1. Pra tindakan

Sebelum melaksanakan tindakan ada tahap pra tindakan. Dalam tahap pra tindakan ini, peneliti mengambil data tentang kemampuan motorik kasar anak. Data tersebut akan dibandingkan dengan data yang diperoleh pada siklus I dan Siklus II

2. Perencanaan

Tahap ini akan dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap perencanaan ini, peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diteliti,


(61)

45

kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

3. Pelaksanaan tindakan

Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan rancangan tindakan, dalam proses belajar mengajar. Rencana tindakan tersebut dituangkan guru dalam administrasi kelas, yaitu dalam rencana kegiatan Harian (RKH). Perlu diperhatikan pada tahap kedua ini, guru yang sekaligus peneliti harus melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.

4. Pengamatan

Tahap yang ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh guru kelas yang sekaligus berperan sebagai peneliti. Pengamatan ini dilakukan saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Jadi waktu antara tindakan dan pengamatan berlangsung bersamaan.

5. Refleksi

Tahap keempat adalah refleksi. Kegiatan refleksi ini dilakukan setelah tahap 2 1 sampai tahap 3 selesai. Refleksi ini bertujuan mengevaluasi apakah rencana dan pelaksanaan tindakan berhasil, menganalisis faktor apa saja yang menghambat tercapainya keberhasilan atau hal yang perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya. Tahap refleksi memperoleh suatu kesimpulan yang digunakan untuk memperbaiki siklus berikutnya sehingga, penelitian semakin dekat dengan keberhasilan.

Berdasarkan prosedur penelitian diatas, maka tindakan penelitian kelas untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak akan dimulai dari


(62)

46

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan dilanjutkan dengan refleksi. Refleksi kemudian dilakukan dan mendapatkan data mengenai kemampuan Motorik kasar anak, dan apabila hasilnya belum maksimal maka untuk memaksimalkan peningkatan kemampuan motorik kasar anak tersebut dilakukan tindakan pada siklus selanjutnya.

E. Rencana Tindakan

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan observasi kemampuan motorik kasar awal. Dari observasi tersebut dapat diketahui seberapa tingkat kemampuan motori awal anak yang akan dibandingkan dengan kemampuan motorik kasar anak ketika dilaksanakan penelitian pada siklus I maupan siklus II.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam rentang siklus yang disesuaikan dengan tingkat keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. Setiap siklus terdiri dari 3 langkah. Secara rinci langkah-langkah dalam setiap siklus akan diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan. Dalam tahap menyususn rancangan ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.


(63)

47

Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian, di antaranya:

a. Mengidentifikasi masalah yang ada di dalam kelas yang akan menjadi topik yang perlu perhatian khusus dan merupakan topik dalam penelitian ini. b. Membuat Rencana Kegiatan Harian

Satu RKH digunakan untuk satu kali tindakan. Tindakan yang akan dilakukan meliputi:

1) Pemanasan

Kegiatan pemanasan ini dilakukan dengan lari keliling lapangan dan senam ringan yaitu menggerakkan beberapa anggota tubuh dengan gerakan tertentu dan berulang secara bergantian. Kegiatan pemanasan juga dapat diselingi dengan bernyanyi dan bertepuk. Kegiatan pemanasan ini bertujuan untuk merenggangkan otot-otot dalam tubuh anak agar siap melakukan aktivitas fisik dalam bermain sepak bola.

2) Melakukan kegiatan bermain sepak bola

Anak diajak untuk terlibat dalam kegiatan bermain sepak bola setelah kegiatan pemanasan selesai. Masing-masing anak akan mendapat giliran bermain atau terlibat dalam permainan tersebut sesuai dengan ketentuan dalam permainan.

3) Pendinginan sekaligus evaluasi permainan

Kegiatan pendinginan ini dilakukan setelah kegiatan bermain selesai. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan duduk bersama sambil bertepuk dan


(64)

48

bernyanyi. Selanjutnya dapat dilanjutkan dengan evaluasi yang berupa tanya jawab mengenai siapa yang senang dan bisa bermain sepak bola.

c. Merencanakan waktu pelaksanaan

Tindakan ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2015. Kegiatan ini dilakukan 3 kali dalam satu minggu.

d. Merencanakan Metode

Metode yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah metode demonstrasi dan metode praktek langsung. Metode demonstrasi digunakan untuk memberikan contoh atau urutan kegiatan yang akan dilakukan anak dalam permainan. Sedangkan metode praktek langsung digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas anak dalam bermain sepak bola tersebut serta sejauh mana kemampuan motorik kasar anak.

e. Menyiapkan Alat

Alat yang digunakan dalam kegiatan bermain sepak bola adalah bola plastik. f. Menyiapkan lembar pedoman serta lembar observasi yang akan digunakan

untuk melakukan pengamatan kemampuan motorik kasar anak.

g. Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses berlangsung.

a. Mengevaluasi kegiatan, agar dapat mengetahui keadaan anak dan kesulitan dalam kegiatan pengembangan motorik.

h. Materi yang ditekankan pada penelitian ini meliputi kegiatan, yaitu “ Bermain sepak bola


(1)

151

RENCANA KEGIATAN HARIAN

KELOMPOK

: A

SEMESTER/MINGGU

: I/ XI/6

TEMA/SUB TEMA

:BINATANG/MACAM BINATANG

HARI/TANGGAL

: KAMIS/ 15 OKTOBER 2015

WAKTU

: 07.30-10.00 WIB

MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN : MINAT

INDIKATOR TUJUAN

PEMBELAJARAN

NILAI KARAKTER

BANGSA

KEGIATAN PEMBELAJARAN ALAT DAN

SUMBER BELAJAR

F9

Berlari sambil melompat

K5

Mengungapkan

Anak dapat berlari sambil melompat

Anak dapat

menyebutan asal Religius Religius Kerja keras Kreatif

I KEGIATAN AWAL

 Salam, Berdoa

- Anak duduk melingkar

- anak yang mendapat giliran memimpin doa berdiri memimpin doa

- anak berdoa bersama

 Hafalan Asmaul Husna dan Sholawat

- Anak duduk melingkar

- Anak yang mendapat giliran memimpin asmaul-hsna dan sholawat berdiri memimpin

- Anak membaca asmaul huna dan sholawat

 Bermain sepak bola

- Anak berbaris menuju lapangan voli

- Anak lari keliling lapangan 1 kali

- Anak melakukan senam ringan

- Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten

- Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola

- Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok

- Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul

sebagai pemegang bola pertama

- Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 10 menit bermain

- Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan

- Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan

II. KEGIATAN INTI

 Pemberian tugas Mewarnai gambar metamorphosis kupu-kupu

- Anak menjawab pertanyaan guru tentang binatang yang ada di gambar

Bola


(2)

(3)

153

RENCANA KEGIATAN HARIAN

KELOMPOK

: A

SEMESTER/MINGGU

: I/ X/1

TEMA/SUB TEMA

:BINATANG/MACAM BINATANG

HARI/TANGGAL

: JUMAT/16 OKTOBER 2015

WAKTU

: 07.30-10.00 WIB

MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN : MINAT

INDIKATOR TUJUAN

PEMBELAJARAN

NILAI KARAKTER

BANGSA

KEGIATAN PEMBELAJARAN ALAT DAN

SUMBER BELAJAR F8 Berlari cepat B39 menjiplak

Anak dapat berlari cepat

Anak mampu

menjiplak bentuk

Religius

Religius

Kerja keras

kemandirian

I KEGIATAN AWAL

 Salam, Berdoa

- Anak duduk melingkar

- anak yang mendapat giliran memimpin doa berdiri memimpin doa

- anak berdoa bersama

 Hafalan Asmaul Husna dan Sholawat

- Anak duduk melingkar

- Anak yang mendapat giliran memimpin asmaul-hsna dan sholawat berdiri memimpin

- Anak membaca asmaul huna dan sholawat

 Bermain sepak bola

- Anak berbaris menuju lapangan voli

- Anak lari keliling lapangan 1 kali

- Anak melakukan senam ringan

- Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten

- Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola

- Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok

- Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul

sebagai pemegang bola pertama

- Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 10 menit bermain

- Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan

- Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan

II. KEGIATAN INTI

 Pemberian tugas menjiplak bentuk singa

- Anak menjawab pertanyaan guru tentang gambar binatang yang ada di gambar

Bola

Jiplakan kertas pensil


(4)

(5)

155

RENCANA KEGIATAN HARIAN

KELOMPOK

: A

SEMESTER/MINGGU

: I/ X/1

TEMA/SUB TEMA

:BINATANG/MACAM BINATANG

HARI/TANGGAL

: SABTU/ 17 OKTOBER 2015

WAKTU

: 07.30-10.00 WIB

MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN : MINAT

INDIKATOR TUJUAN

PEMBELAJARAN

NILAI KARAKTER

BANGSA

KEGIATAN PEMBELAJARAN ALAT DAN

SUMBER BELAJAR F6 Melompat dengan seimbang K1 Memasangan

Anak dapat

melompat dengan

seimbang

Anak dapat

memasangan benda

Religius

Religius

Kerja keras

kreatif

I KEGIATAN AWAL

 Salam, Berdoa

- Anak duduk melingkar

- anak yang mendapat giliran memimpin doa berdiri memimpin doa

- anak berdoa bersama

 Hafalan Asmaul Husna dan Sholawat

- Anak duduk melingkar

- Anak yang mendapat giliran memimpin asmaul-hsna dan sholawat berdiri memimpin

- Anak membaca asmaul huna dan sholawat

 Bermain sepak bola

- Anak berbaris menuju lapangan voli

- Anak lari keliling lapangan 1 kali

- Anak melakukan senam ringan

- Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten

- Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola

- Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok

- Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul

sebagai pemegang bola pertama

- Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 10 menit bermain

- Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan

- Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan

II. KEGIATAN INTI

 Pemberian tugas memasangan gambar binatang dengan gambar makanannya.

Sapi-rumput. Burung-biji-bijian dll

Bola


(6)

Dokumen yang terkait

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA UNTUK ANAK TK KELOMPOK B TK Mengembangkan Kemampuan Fisik Motorik Kasar Melalui Bermain Sepak Bola Untuk Anak TK Kelompok B TK Girimargo 1 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen Tahun 2013/2

0 2 15

UPAYA MENGEMBANGKAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN OUTDOOR PADA ANAK KELOMPOK A Upaya Mengembangkan Fisik Motorik Kasar Anak melalui Bermain Outdoor Pada Kelompok A TK Pertiwi Iii Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen tahun Ajaran 2013/

0 1 11

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI METODE BERMAIN PANTOMIM BAGI ANAK KELOMPOK A Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Metode Bermain Pantomim Bagi Anak Kelompok A Pada TK Aisyiyah Pulosari 01 Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 2 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK MELALUI BERMAIN BOLA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI II Upaya Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Bermain Bola Pada Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi II Keden Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK MELALUI BERMAIN BOLA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI II Upaya Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Melalui Bermain Bola Pada Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi II Keden Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen

0 3 17

UPAYA MENINGKATKAN DAYA INGAT ANAK MELALUI METODE ONE DAY ONE AYAT PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK MASYITHOH AL-IMAN BANDUNG JETIS PENDOWOHARJO SEWON BANTUL.

25 135 190

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN LEMPAR TANGKAP BOLA PADA KELOMPOK A1 DI TK ITQ AL IKHLAS TLATAR SAWANGAN MAGELANG.

2 30 207

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN SIMPAI PADA ANAK KELOMPOK A TK TUNAS IBU SELOMARTANI KECAMATAN KALASAN.

5 150 183

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN LEMPAR TANGKAP BOLA BESAR KELOMPOK B TK AL HIDAYAH SEMAWUNG BANJAROYO KALIBAWANG KULONPROGO.

6 73 144

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN BOLA PADA ANAK KELOMPOK B TK KUNTUM KEDURUS SURABAYA SKRIPSI

0 1 12