PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NURUL QOMAR PALEMBANG

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NURUL QOMAR PALEMBANG SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

ERNA WATI NIM. 08221006

Program Studi Tadris Matematika FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

HALAMAN PERSETUJUAN

Kepada

Hal : Pengantar Skripsi Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah Lamp : - Raden Fatah Palembang

Di

Palembang Assalamu ’alaikum Wr. Wb. Setelah melalui proses bimbingan, arahan dan koreksian baik dari segi isi maupun teknik penulisan terhadap skripsi saudara : Nama

: Erna Wati NIM

: 08221006 Program

: S1 Tadris Matematika Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Elaborasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di Kelas VII SMP Nurul Qomar Palembang.

Maka, kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara tersebut dapat diajukan dalam Sidang Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang. Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, Mei 2014 Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. M. Hasbi Ashiddiqi, M.Pd.I M. Win Afgani, M.Pd

Skripsi berjudul : PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NURUL QOMAR PALEMBANG

yang ditulis oleh saudari ERNA WATI, NIM 08221006 Telah dimunaqosahkan dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Pada tanggal 26 Juni 2014

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd.)

Palembang, 26 Juni 2014 Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Sekretaris

Hj.Agustiany Dumeva Putri, M.Si. M. Win Afgani, M.Pd NIP.19720812 200501 2 005

NIP. 19821210 200912 1 002

Penguji Utama

: Amilda, MA

NIP. 19770715 200604 2 003

Anggota Penguji

: Yuli Fitrianti, M.Pd

NIP. 19830717 200912 2 003

Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

ABSTRAK

Model pembelajaran Elaborasi adalah salah satu cara yang dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, meningkatkan motivasi belajar siswa dan memiliki cara-cara yang sistematis dalam mengurutkan isi pembelajaran dari mudah ke sulit dari sederhana ke kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran elaborasi terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VII SMP Nurul Qomar Palembang khususnya pada materi himpunan. Variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Elaborasi sebagai variabel tidak terikat dan hasil belajar matematika siswa sebagai variabel terikat, sampel penelitian ini adalah kelas

VII.B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII.A sebagai kelas kontrol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa. Analisis data tes menggunakan uji hipotesis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Elaborasi mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VII SMP Nurul Qomar Palembang pada materi himpunan. Berdasarkan pada data yang diperoleh, yang bertitik tolak pada hasil deskripsi data dan pengujian hipotesis yang dilakukan,

dengan derajat kebebasan n 1 + n 2 - 2 dan taraf signifikan 0,05% diperileh t hitung sebesar 5,239 dan t tabel sebesar (1,684). Kemudian dari kedua nilai tersebut dibandingkan dan ternyata t hitung >t tabel (5,239 > 1,684), penulis menarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran elaborasi terhadap hasil belajar matematika siswa.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Elaborasi, Hasil Belajar Matematika

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah bangsa yang besar tidak hanya dilihat dari banyaknya jumlah penduduk, namun bangsa yang besar adalah bangsa yang di dalamnya terdapat elemen masyarakat yang berpendidikan dan mampu memberikan kontribusi untuk memberikan kemajuan negaranya. Pendidikan merupakan kunci utama untuk memberikan kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, karena dengan pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Hamalik (2011:2), mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,pengajaran, atau latihan bagi perananya di masa yang akan datang. Hal tersebut akan terwujud jika manusia mampu mengimplementasikan dirinya dalam sebuah proses pembelajaran.

Matematika merupakan bidang ilmu yang berperan sangat penting dalam kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pentingnya pembelajaran matematika dijelaskan dalam surah Yunus ayat 5 Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-

Firman Allah di atas (Yunus:5) mengisyaratkan kepada kita tentang pentingnya mempelajari matematika, dan dengan bantuan matematika kita dapat menentukan awal waktu shalat, awal bulan, awal tahun, pembuatan, bahkan arah kiblat secara tepat dan akurat. Selain itu matematika juga merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting dalam mencapai tujuan pendidikan, hal ini disebabkan matematika merupakan ilmu dasar bagi pengembangan disiplin ilmu yang lain terbukti dengan adanya pembelajaran matematika pada pendidikan paling dasar sampai pada perguruan tinggi. Karena matematika merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta memiliki kemampuan untuk bekerja sama sehingga tercipta kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional

Menurut Hamalik (2011:3), Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan.

Hamalik (2011: 67), Proses pembelajaran yang efektif bukan hanya sebuah proses pembelajaran satu arah, melainkan proses komunikasi dua arah antara guru dan siswa, dimana adanya respon dari siswa sebagai tanda siswa Hamalik (2011: 67), Proses pembelajaran yang efektif bukan hanya sebuah proses pembelajaran satu arah, melainkan proses komunikasi dua arah antara guru dan siswa, dimana adanya respon dari siswa sebagai tanda siswa

Hal ini sesuai dengan pendapat Narwanti (2010:10) yang menyatakan bahwa “Kreativitas juga sangat diperlukan bagi guru dalam memecahkan

permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran yang bisa menghambat keberhasilan proses pembelajaran ”. Untuk itu guru dituntut memiliki kreativitas agar dapat menyelesaikan setiap permasalahan dalam proses pembelajaran.

Melalui wawancara terhadap Guru Matematika, siswa SMP Nurul Qomar banyak yang tidak menyukai pelajaran matematika dan menganggap matematika sebagai suatu pelajaran yang sulit, sehingga siswa merasa enggan dan takut belajar matematika. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari matematika dan sebuah model pembelajaran yang menyenangkan berdasarkan sebuah kesadaran tanpa keterpaksaan. Model pembelajaran berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang (Bahri, 2010:73).

Adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar Matematika yaitu faktor internal dan eksternal. faktor internal berupa pengaruh dari dalam dirinya sendiri seperti kesehatan, minat, bakat, kesiapan menghadapi pelajaran dan lainnya. Sedangkan faktor eksternal yaitu pengaruh dari keluarga dan lingkungannya.

Hamalik (2011:53), Suasana belajar juga sangat mempengaruhi, Hamalik (2011:53), Suasana belajar juga sangat mempengaruhi,

Dalam pembelajaran transfer informasi dengan menggunakan metode ceramah, kurang mengaitkan materi pelajaran yang diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa kurang mampu menerapkan ide atau pengetahuan yang diperoleh pada berbagai macam situasi yang dihadapinya.

Untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut maka peran sentral guru harus dikurangi dan sebaiknya guru hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Suherman (2004:39) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran siswa tetap dipandang sebagai subjek didik yang sedang belajar dengan bantuan fasilitas dari guru. Oleh karena itu peran aktif siswa perlu dilatih dan dikembangkan dalam menemukan, memahami konsep dan fakta di dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti melalui wawancara terhadap Guru, untuk KKM bidang studi Matematika kelas VII tahun Ajaran 2012/2013 adalah 70 dengan presentase siswa yang tidak mencapai KKM adalah dibawah 50%. dikarenakan siswa menganggap bahwa pelajaran matematika sulit dan tidak menarik. Menurut guru bidang studi matematika kelas VII pada tanggal (18 Maret 2013 ) mengatakan bahwa :

”Nilai matematika siswa kelas VII rata-rata masih rendah atau sebagian besar masih dibawah KKM, salah satu faktor yang terbesar ”Nilai matematika siswa kelas VII rata-rata masih rendah atau sebagian besar masih dibawah KKM, salah satu faktor yang terbesar

Akibatnya siswa merasa jenuh dan tidak termotivasi untuk ikut aktif dalam pembelajaran dan dapat berdampak pada hasil belajar siswa. Sedangkan, Penjelasan yang diperoleh dari salah satu siswa kelas VII ( 4 Maret 2013) mengatakan bahwa:

“Pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. Menurutnya pada materi himpunan, mereka sulit mengerjakan soal cerita contohnya,

dalam satu kelas yang terdiri atas 40 siswa, diketahui 24 siswa gemar bermain tenis, 23 siswa gemar sepak bola, dan 11 gemar kedu- duanya.gambarlah diagram venn dari keterangan tersebut. Pada materi himpunan siswa mendengar , membuat catatan dan mengerjakan latihan soal yang sama dengan contoh yang diberikan guru, siswa juga sulit membedakan mana yang merupakan kumpulan himpunan dan bukan himpunan. ”

Menurut Syaiful Bahri (2010: 77) penggunaan model yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Untuk itu diperlukan kreatifitas guru dalam memilih model atau metode yang tepat untuk diterapkan didalam kelas.

Model pembelajaran elaborasi merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diberikan pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika. Karena Dari penelitian Nurjannah (2010) tentang penerapan Model Elaborasi dalam pemecahan masalah lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sedangkan menurut penelitian Model pembelajaran elaborasi merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diberikan pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika. Karena Dari penelitian Nurjannah (2010) tentang penerapan Model Elaborasi dalam pemecahan masalah lebih baik dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sedangkan menurut penelitian

Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Elaborasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di Kelas VII SMP

Nurul Qomar Palembang ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran elaborasi terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VII SMP Nurul Qomar Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran elaborasi terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VII SMP Nurul Qomar Palembang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan beberapa manfaat bagi para guru, siswa, peneliti dan sekolah.

1. Bagi guru matematika, sebagai salah satu bahan masukan untuk meningkatkan keterampilan dalam mengajar dan membantu dalam mencari model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Bagi para siswa SMP Nurul Qomar, dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk mengetahui adanya model yang aktif, kreatif dan menyenangkan dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi para peneliti yang lain, dapat menjadi rujukan dalam mengadakan penelitian selanjutnya.

4. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang adanya model pembelajaran matematika yang menyenangkan yang dapat meningkatkan kualitas guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari tatanan kehidupan manusia, sejak lahir hingga liang lahat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar menurut Fontana dalam Erman Suherman dkk. (2003 :7) adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Berarti bahwa suatu proses yang dilakukan undividu dimana terjadinya perubahan tingkah laku dari individu tersebut merupakan hasil dari pengalamannya.

Muh ibbin (2003:68) menyatakan hal yang sama yaitu “belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif”. Maksud dari pengertian tersebut adalah perubahan yang dialami oleh individu yang relatif menetap terjadi secara

bertahap merupakan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif siswa.

Seperti yang dikemukakan Aunurrahman (2010: 35): “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Melalui pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara utuh, individu harus melakukan proses yaitu belajar yang akan dijadikan sebagai pengalamnaya dalam berinteraksi dengan lingkungan individu tersebut.

Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2006:11) belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Komponen tersebut dilukiskan dalam bagan 2.1 berikut:

Gambar 1. Bagan Komponen Belajar

Bagan tersebut menjelaskan bahwa, belajar merupakan interaksi antara internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan, proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.

Hamalik (2011: 36) berpendapat bahwa “Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Artinya belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami.

Morgan dan Bundy dikutip dalam buku Taufik Tea (2009: 91) menyatakan bahwa:

“pada hakikatnya, orang belajar adalah berusaha untuk menghubung-hubugkan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki dengan materi baru yang di pelajari, sehingga pengaitan antara sesuatu yang baru dengan hal-hal yang sudah ada dapat mempermudah pe nerimaan akan sesuatu yang baru”.

Maksud dari ungkapan tersebut dapat di terangkan bahwa untuk mendapatkan penerimaan tentang sesuatu yang baru dengan mudah maka perlu adanya usaha untuk mengaitkan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman yang baru.

2. Pengertian Hasil Belajar

Sudjana (2008:2) menyatakan bahwa, “yang dimaksud hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menempuh pengalaman belajar ”. Maksud dari pernyataan diatas adalah Perubahan tingkah laku atau kemampuan siswa setelah menempuh pengalaman belajar inilah yang disebut hasil belajar. hasilnya meliputi hal-hal yang bersifat internal yang tidak dapat langsung diamati seperti pemahaman dan sikap, serta hal-hal yang bersifat eksternal yang dapat langsung diamati seperti keterampilan motorik dan berbicara dalam bahasa asing.

Baharuddin (2010: 15) mengatakan bahwa “ hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku”. Ini berarti apabila terjadi perubahan terhadap tingkah laku maka sudah menunjukkan hasil belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 250) memandang dua sisi dari pengertian belajar yaitu:

1. “Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perhubungan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar.

2. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat tersampaikannya bahan pelajaran ”. Dari pendapat tersebut dapat difahami bahwa ada dua sisi mengenai hasil pengertian hasil belajar yaitu adanya hubungan mental yang lebih baik bagi siswa yang telah memperoleh hasil belajar dibandingkan dengan keadaan siswa sebelum belajar, sedangkan hasil belajar bagi guru saat bahan pelajaran yang akan diajarkan sudah tersampaikan dengan baik.

Hasil yang diperoleh melalui kegiatan belajar dapat diamati pada akhir kegiatan belajar. Menurut Daryanto (2007:16) “hasil belajar dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu proses pembelajaran ”. Maksudnya adalah tolak ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat di lihat dari hasil belajar siswa.

Untuk mengetahui seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh maka diperlukan penilaian hasil belajar. Sudjana (2008:20) menyatakan bahwa: Untuk mengetahui seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh maka diperlukan penilaian hasil belajar. Sudjana (2008:20) menyatakan bahwa:

belajar untuk mendapatkan penilaian hasil belajar dapat diketahui melalui komponen, metode, dan alat bantu yang digunakan sesuai dengan fungsinya, serta dapat diketahui pula tercapai atau tidaknya tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Informasi mengenai keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembelajaran sangat penting untuk menetapkan keputusan lebih lanjut mengenai kegiatan belajar dan pembelajaran.

Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa yang mana yang sudah maupun yang belum berhasil menguasai bahan. Guru juga dapat mengetahui apakah meteri yang diajarkan menggunakan metode yang sudah tepat bagi siswa.

Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl yang dikutip oleh Uno (2006: 35) membagi hasil belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan yaitu; ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).

Ketiga aspek-aspek hasil belajar tersebut dapat dirinci oleh penjelasan Hamalik (2006: 30) sebagai berikut yaitu:

1) Ranah Kognitif adalah Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari lima aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, analisis, sintensis, dan evaluasi. Contoh soal himpunan yang mengukur pengetahuan adalah H adalah suatu himpunan tokoh-tokoh yang 1) Ranah Kognitif adalah Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari lima aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, analisis, sintensis, dan evaluasi. Contoh soal himpunan yang mengukur pengetahuan adalah H adalah suatu himpunan tokoh-tokoh yang

2) Ranah Efektif adalah berkenaan dengan sikap dan nilai, ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab ( reaksi), menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau konsep nilai.

3) Ranah Psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati) tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotorik. Karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar ini akan terus melekat pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Dari berbagai defenisi yang telah disimpulkan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa untuk melakukan perubahan tingkah laku setelah menempuh pengalaman belajar yang merupakan tingkah laku setelah menempuh pengalaman belajar yang merupakan tingkat perhubungan mental yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelum belajar, yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dan kegagalan Hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dan kegagalan

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode

(2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari (3) Penerapan, mencangkup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. (4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

(5) Sintesis, mencakupm kemampuan membentuk suatu pola baru. (6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini aspek yang diukur adalah pengetahuan,

pemahaman dan penerapan. Alasan peneliti memilih tiga aspek tersebut karena lebih mudah terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui hasil belajar dengan menggunakan model elaborasi akan lebih mudah dan dapat

3. Pengertian Matematika

Menurut Tinggih yang dikutip oleh Suherman dkk. (2003:16) perkataan matematika berarti” ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Hal ini dimaksudkan matematika lebih menekankan aktivitas

dalam dunia rasio (penalaran). Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.

Suherman dkk. (2003:16) mengungkapkan tentang matematika sebagai berikut: ”pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia

dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Agar konsep-konsep matematika yang telah tebentuk itu dapat dipahami orang lain dan dapat dengan mudah dimanipulasi secara tepat, maka digunakan notasi dan istilah yang cermat yang disepakati bersama secara global (universal) yang dikenal dengan bahasa matematika”.

Ungkapan diatas menjelaskan tentang tahapan pemahaman konsep matematika yang dimulai dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris lalu di proses dalam dunia rasio kemudian diolah secara analisis dan sintesis dan terakhir kesimpulan yang berupa konsep-konsep matematika dalam bentuk notasi dan istilah yang dituliskan dalam bahasa matematika.

Uno (2010:126) mendefinisikan bahwa karakteristik matematika dapat bersifat deduktif, logis, sebagai sistem lambang bilangan yang formal, struktur abstrak, simbolisme, dan merupakan dalil akal manusia Uno (2010:126) mendefinisikan bahwa karakteristik matematika dapat bersifat deduktif, logis, sebagai sistem lambang bilangan yang formal, struktur abstrak, simbolisme, dan merupakan dalil akal manusia

Russel dalam Uno (2010:129) mengatakan bahwa “matematika adalah suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal ”. Maksudnya arah yang dikenal tersusun baik (konstruktif) secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks), contohnya dari bilangan bulat ke bilangan pecahan, bilangan real ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian diferensial dan integral.

Walle (2008:13) mengungkapkan “matematika adalah ilmu tentang pola dan urutan”. Artinya ilmu matematika itu berkaitan dengan pola atau aturan dan urutan yang logis. Matematika memiliki konsep-konsep struktur dan hubungan-hubungan yang banyak mengunakan simbol- simbol. Simbol-simbol matematika sangat bermanfaat untuk mempermudah cara berpikir, karena simbol-simbol ini dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide sehingga mendapatkan sejumlah informasi, dan informasi inilah dapat membentuk konsep-konsep baru.

Menurut Amri dan Ahmadi (2010:100) dalam dunia alamiah “Matematika dapat digunakan untuk mengajukan pertanyaan ,untuk

mengumpulkan, mengorganisasikan, menyajikan data, dan menyusun penjelasan yang meyakinkan”. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan mengumpulkan, mengorganisasikan, menyajikan data, dan menyusun penjelasan yang meyakinkan”. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan

Dari berbagai pandangan dan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan tentang pola dan dari arah yang dikenal tersusun baik menuju arah yang rumit, dan memiliki hubungan dengan ide, proses dan penalaran dengan mengikuti tahap-tahap yang dimulai dari perjalanan manusia dalam dunia empirisnya, lalu diproses secara rasio diolah secara analisis dan sintesis kemudian terakhir munculah kesimpulan yang membentuk konsep-konsep baru yang berupa simbol-simbol atau sistem lambang bilangan yang formal, abstrak, berbentuk notasi dan istilah.

4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu dengan menghubungkan sesuatu yang baru dengan sesuatu yang dimiliki untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Menurut Sudjana (2008: 28) Hasil belajar adalah kemampuan siswa untuk melakukan perubahan tingkah laku setelah menempuh pengalaman belajar yang merupakan tingkat perhubungan mental yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelum belajar, yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Hasil belajar yang diuraikan diatas bukanlah sesuatu yang berdiri Hasil belajar yang diuraikan diatas bukanlah sesuatu yang berdiri

a. Faktor Internal

Faktor intern yang dapat mempengaruhi individu yang sedang belajar banyak macam jenisnya. Tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1) Faktor Jasmaniah, yaitu faktor yang menyangkut keadaan tubuh /raga faktor tersebut berupa: kesehatan tubuh (tidak sakit) dan cacat tubuh.

2) Faktor Psikologis, yaitu faktor yang menyangkut psikis/ keadaan dan pisik. Faktor tersebut berupa intelegensi (kecakapan), perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, serta kesiapan.

3) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang menyangkut keadaan psikis dan fisik. Faktor tersebut berupa: lemah tidak mempunyai energy (tidak berdaya), lesu, malas, jenuh dan kebosanan.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan keluarga Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi

2) Faktor Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar pada siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen konsisten.

3) Faktor Lingkungan Masyarakat Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt merupakan faktor ektern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaanya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga- lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remajadan lain-lain. Hakim (2005: 12) Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab terhambatnya pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Elaborasi

1. Pengertian Model Pembelajaran Elaborasi

Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan, Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan,

Pengertian model pembelajaran menurut Dahlan yang dikutip dalam buku Amri dan Ahmadi (2010:101) mengungkapakan bahwa:

“Model pembelajaran merupakan kerangka perencanaan pembelajaran yang menggambarkan bagaimana suatu prosedur sistematis, yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai”. Dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran adalah

kerangka perencanaan yang digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran yang tersusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pengertian elaborasi menurut Baharrudin dan Wahyuni (2010:109) adalah “perubahan makna baru terhadap informasi baru

dengan cara menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada atau yang sudah dimiliki”. Maksudnya adalah elaborasi akan memudahkan

seseorang untuk mengingat kembali informasi atau pengetahuan yang sudah ada untuk memahami informasi baru. Penggunaan elaborasi dapat membangun sebuah pemahaman terhadap informasi baru, dan untuk mengubah pengetahuan yang sudah ada.

Degeng menyebutkan bahwa desain elaborasi adalah suatu cara untuk mengorganisasikan pembelajaran, mulai dari memberikan Degeng menyebutkan bahwa desain elaborasi adalah suatu cara untuk mengorganisasikan pembelajaran, mulai dari memberikan

Sementara itu, Reigeluth menyebutkan bahwa, teori elaborasi merupakan proses instruksional yang dimulai dengan mengadakan ikhtisar yang mengajarkan pandangan-pandangan secara umum, simpel, dan mendasar.

Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi dari jarak memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui (Trianto, 2007:92). Strategi ini menggunakan skemata yang telah ada di otak untuk membuat informasi.

Proses pengorganisasian merupakan proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya didalam otak. Melalui proses organisasi inilah, manusia dapat memahami sebuah informasi baru yang di dapatnya dengan menyesuaikan informasi tersebut dengan struktur pengetahuan yang dimilikinya, sehingga Proses pengorganisasian merupakan proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya didalam otak. Melalui proses organisasi inilah, manusia dapat memahami sebuah informasi baru yang di dapatnya dengan menyesuaikan informasi tersebut dengan struktur pengetahuan yang dimilikinya, sehingga

mengakomodasikan informasi/pengetahuan tersebut. Strategi atau teori elaborasi, Wena (2012:25) mengkategorikan sebagai “strategi pengorganisasian isi pembelajaran tingkat makro.

Teori elaborasi mendeskripsikan cara-cara pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci”. Pengurutan isi

pembelajaran dari yang bersifat umum ke rinci dilakukan dengan:

a. Langkah pertama dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari),

b. Langkah selanjutnya mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci.

Teori elaborasi yang dimaksudkan oleh wena tersebut menjelaskan tentang langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran yang harus mengikuti urutan dari umum ( menampilkan epitome) terlebih dahulu lalu ke rinci ( mengelaborasikan bagian-bagian epitome tersebut).

Dalam melakukan pengorganisasian isi pembelajaran juga harus memperhatikan komponen-komponen yang dijadikan dasar teori elaborasi. Menurut Reigeluth dan Degeng dalam buku Made Wena (2012:26-28) menyatakan ada tujuh komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborasi yaitu sebagai berikut : Dalam melakukan pengorganisasian isi pembelajaran juga harus memperhatikan komponen-komponen yang dijadikan dasar teori elaborasi. Menurut Reigeluth dan Degeng dalam buku Made Wena (2012:26-28) menyatakan ada tujuh komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborasi yaitu sebagai berikut :

(bukan merangkum) bagian isi yang lebih rinci, dan (2) Epitomasi dibuat atas dasar satu tipe struktur isi bidang studi. Dalam teori elaborasi epitome dapat dipadankan dengan “kerangka isi”, yang hanya mencakup sebagian kecil isi bidang studi yang

amat penting. Dalam epitome sebaiknya hanya terdapat satu tipe isi bidang studi: konsep, prosedur, atau prinsip.

b. Urutan prasyarat belajar Urutan prasyarat belajar adalah stuktur yang menunjukkan konsep, prosedur atau prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep, prosedur atau prinsip lain bisa dipelajari. Urutan prasyarat belajar yang dimaksud disini sepadan dengan struktur belajar atau hierarki belajar yang dikemukakan oleh Gagne(1985).

c. Rangkuman Rangkuman adalah tinjauan kembali (review) terhadap apa yang dipelajari. Rangkuman dibuat karena sangat penting untuk mempertahankan retensi (daya ingat).

d. Pesintesis, Pensentesis berfungsi untuk menunjukkan kaitan-kaitan di antara konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Pensitesis sangat penting karena akan menunjukkan sejumlah keterkaitan/hubungan di antara konsep, prosedur, dan prinsip sehingga dapat memudahkan pemahaman tentang suatu konsep, kebermaknaan dengan jalan menunjukkan konteks suatu konsep, prosedur, atau prinsip pada bagian isi yang lebih luas, sekaligus juga dapat memberi pengarug motivasional pada siswa (keller,1983).

e. Analogi. Analogi dibuat untuk memudahkan pemahaman terhadap pengetahuan yang baru dengan cara membandingkannya dengan pengetahuan yang sudah dikenal oleh siswa. Analogi dapat dipakai untuk memperjelas suatu konsep, prosedur, prinsip atau teori sehingga mudah dipahami siswa.

f. Pengaktif strategi kognitif Strategi kognitif adalah keterampilan yang diperlukan siswa untuk mengatur proses internalnya ketika belajar, mengingat dan berpikir. Pembelajaran akan menjadi efektif apabila guru mampu mendorong siswa, baik secara sadar ataupun tidak, untuk menggunakan strategi kognitif. Untuk mengaktifkan strategi kognitif dapat melalui pertanyaan-pertanyaan penuntun , dapat juga f. Pengaktif strategi kognitif Strategi kognitif adalah keterampilan yang diperlukan siswa untuk mengatur proses internalnya ketika belajar, mengingat dan berpikir. Pembelajaran akan menjadi efektif apabila guru mampu mendorong siswa, baik secara sadar ataupun tidak, untuk menggunakan strategi kognitif. Untuk mengaktifkan strategi kognitif dapat melalui pertanyaan-pertanyaan penuntun , dapat juga

Uno (2010:142) menyatakan bahwa: “Psikologi kognitif menjadi pijakan teotitis dari teori elaborasi.

Dua bidang kajian psikologi kognitif yang secara langsung mendukung kesahihan teori elaborasi, yaitu (1) teori tentang struktur representasi kognitif, dan (2) proses ingatan (memory), yakni mekanisme penyandian, penyimpanan, dan pengungkapan kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan.

Menurut Uno (2010:146) “teori-teori menunjang hipotesis bahwa apabila suatu pengorganisasian pengajaran yang disusun sedemikian rupa

sehingga ia mampu membangun strktur kognitif siswa terhadap pengetahuan baru yang akan dipelajarinya, akan memberikan hasil belajar yang lebih baik ”

Pijakan teori elaborasi yang kedua adalah proses ingatan. Teori ingatan menyatakan bahwa informasi verbal yang diterima seseorang disandikan, baik dalam bentuk gambaran fisik (episodic) maupun dalam arti makna dan konteksnya (sematic). Selanjutnya informasi tersebut tersimpan sebagai bagian dari skemata. Penggunaan strategi sistesis akan

Kesesuaian urutan elaborasi dengan proses urutan pembentukan ingatan, tidak saja meningkatkan ingatan, tetapi juga menjadikan belajar lebih efisien.

Model pembelajaran elaborasi adalah sebuah kerangka perencanaan pembelajaran yang digambarkan melalui suatu prosedur sistematis dengan mengikuti langkah-langkah strategi elaborasi yaitu mendeskripsikan cara-cara pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci dengan melakukan perubahan makna baru terhadap informasi baru dengan cara menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada atau yang sudah dimiliki siswa. Proses pengorganisasiannya merupakan proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya didalam otak.

2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Elaborasi

Menurut Wena (2012:29), Ciri pengorganisasian model pembelajaran elaborasi adalah melalui pembelajaran dari penyajian isi dari tingkat umum bergerak ketingkat rinci(urutan elaboratif). Pengorganisasian urutan isi ajaran berdasarkan model elaborasi, diambil dengan disajikanya gambaran hal yang paling umum, paling penting dan paling sederhana dari isi pengetahuan yang akan disampaikan. Sajian pertama disebut epitome (sari). Epiteme ini berbeda dengan rangkuman, ia hanya mencakup sebagian kecil isi pengajaran yang Menurut Wena (2012:29), Ciri pengorganisasian model pembelajaran elaborasi adalah melalui pembelajaran dari penyajian isi dari tingkat umum bergerak ketingkat rinci(urutan elaboratif). Pengorganisasian urutan isi ajaran berdasarkan model elaborasi, diambil dengan disajikanya gambaran hal yang paling umum, paling penting dan paling sederhana dari isi pengetahuan yang akan disampaikan. Sajian pertama disebut epitome (sari). Epiteme ini berbeda dengan rangkuman, ia hanya mencakup sebagian kecil isi pengajaran yang

Isi ajaran disampaikan lapis demi lapis. Dimulai dari lapis umum menuju pada lapis yang lebih rinci. Menata isi ajaran dalam lapisan- lapisan tersebut mengolaborasi isi ajaran. Pada lapisan pertama disajikan uraian bagian-bagian tersebut pada epitome. Disajikan pula sub- subbagian meskipun belum secara rinci pengajaran kemudian bergerak pada bagian mendalam. Hal ini dimaksud untuk memperkuat pemahaman disamping berfungsi memberikan gambaran kontektual antara satu bagian dengan bagian lainya.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Elaborasi

Teori elaborasi dilandasi atas beberapa prinsip yang menjadi dasar dalam melakukan perorganisasian isi pembelajaran. Menurut Degeng dikutip dalam buku Made Wena (2012: 30-31) menyatakan bahwa Sedikitnya

langkah-langkah pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan model elaborasi adalah sebagai berikut:

terdapat tujuh

a. Penyajian kerangka isi, yakni menunjukkan bagian-bagian utama bidang studi dan hubungan utama diantara bagian-bagian tersebut.

b. Elaborasi secara bertahap, yakni bagian-bagian yang tercakup dalam kerangka isi akan dielaborasi secar bertahap.

c. Bagian terpenting disajikan pertama kali, yaitu pada suatu tahap elaborasi apa pun pertimbangan yang dipakai, bagian terpenting akan dielaborasi pertama kali.

d. Cakupan optimal elaborasi, maksudnya kedalaman dan keluasan tiap- tiap elaborasi akan dilakukan secara optimal.

e. Penyajian pensintesis secara bertahap, maksudnya pensintesis akan diberikan setelah setiap kali melaukan elaborasi.

f. Penyajian jenis pensintesis, artinya jenis pensintesis akan disesuaikan dengan tipe isi bidang studi.

g. Tahapan pemberian rangkuman, artinya rangkuman akan diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis.

Di samping prinsip-prinsip seperti yang dijelaskan di atas, dalam melakukan perorganisasian pembelajaran teori elaborasi juga harus dilakukan dengan langkah-langkah yang sistematis. Reigeluth dikutip dalam buku Uno (2010:145) menggambarkan langkah-langkah pengajaran berdasarkan model elaborasi seperti pada bagan berikut:

Gambar 2. Bagan Prosedur Model Elaborasi

Di bawah ini disebutkan langkah-langkah desain materi pembelajaran dalam model elaborasi yang dirangkum dari tulisan Degeng, Merril and Twitchell:

1. Penyajian kerangka isi. Proses awal belajar-mengajar disajikan dengan kerangka isi, yaitu struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.

2. Elaborasi tahap pertama. Dalam teori elaborasi, elaborasi tahap pertama dimulai dengan mengurutkan tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, dari bagian-bagian terpenting. Di akhir tiap 2. Elaborasi tahap pertama. Dalam teori elaborasi, elaborasi tahap pertama dimulai dengan mengurutkan tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, dari bagian-bagian terpenting. Di akhir tiap

3. Pemberian rangkuman dan sintesis internal. Tahap ini adalah tahap pemberian rangkuman, berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk yang diajarkan dalam elaborasi.

4. Elaborasi tahap kedua. Pada elaborasi tahap kedua, siswa dibawa pada tingkat kedalaman seperti yang dituntut dalam tujuan pembelajaran. Elaborasi tahapkedua ini dilakukan seperti pada elaborasi tahap pertama (diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis internal) yang disebut juga sebagai expended epitome.

5. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Sintesis eksternal dilakukan seperti tahap pertama.

6. Dilakukan tahap-tahap seperti tahap pertama dan kedua, hingga pada kedalaman tertentu seperti yang telah ditetapkan pada tujuan pembelajaran.

7. Kerangka isi disajikan kembali untuk mensintesiskan keseluruhan isi mata pelajaran atau terminal epitome yang telah diajarkan.

Dalam teori elaborasi, terdapat langkah-langkah pengembangan model pembelajaran. Disebutkan dalam Riyanto (2005:20) dalam Degeng (1997:13) bahwa langkah-langkah pengembangan yang didasarkan pada model elaborasi adalah sebagai berikut:

1. Analisis tujuan dan karakteristik bidang studi. Pada tahap ini, seorang perancang pembelajaran akan menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada hakekatnya, tujuan pembelajaran adalah menginformasikan apa yang harus dicapai oleh siswa pada akhir pembelajaran (Hartley dan Davis dalam Degeng, 1997:75). Penyampaian tujuan belajar pada awal pertemuan menjadi sangat penting karena tujuan belajar ini akan menjadi perhatian utama siswa, dan dengan diberikannya tujuan belajar ini, siswa diharapkan akan dapat mengaitkan prestasi atau perilaku yang diharapkan. Penelitian Degeng menyatakan bahwa, siswa yang diberitahu tujuan belejarnya sebelum belajar dimulai, memperlihatkan hasil belajar yang lebih tinggi dari siswa yang tidak diberitahu tujuan belajarnya.

2. Analisis sumber belajar. Pada tahap ini, seorang perancang akan mencoba untuk menentukan sumber-sumber belajar yang dapat dipergunakan serta menentukan kendala-kendala yang mungkin akan muncul. Dalam hal ini, perancang mengadakan estimasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sumber belajar. Dari proses ini maka seorang perancang akan dapat membuat suatu daftar yang memuat sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.

3. Analisis karakteristik. Pada tahap ini, seorang perancang

siswa yang akan diberikan bahan ajar. Pada tahap ini perlu bagi perancang untuk mengadakan pengamatan terhadap karakteristik siswa. Dengan memahami karakteristik masing-masing siswa, maka perancang akan dapat membantu dalam menentukan strategi belajar apa yang dapat diberikan untuk masing-masing sisw. Dengan demikian, seorang perancang akan memperhatikan adanya perbedaan masing-masing siswa (individual differences). Pada tahap ini, perancang akan dapat membuat daftar karakteristik si belajar.

4. Menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran. Tahap ini sebenarnya dapat segera diselesaikan pada saat perancang menetapkan tujuan belajar dan menentukan karakteristik bidang studi (mata pelajaran, pen). Pada tahan ini, perancang akan membuat tujuan belajar seperti yang kita kenal selama ini yaitu tujuan pembelajaran khusus (TPK) atau sering juga disebut dengan tujuan instruksional khusus (TIK). Dengan demikian, pada tahap ini, perancang mulai menentukan spesifikasi atau hasil apa yang akan diperoleh oleh siswa pada akhir tiap-tiap bab pada proses pembelajaran.

5. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran. Pada tahap ini, perancang pembelajaran akan menentukan bagaimana isi pembelajaran ini akan diorganisasikan. Pengorganisasian ini sangat 5. Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran. Pada tahap ini, perancang pembelajaran akan menentukan bagaimana isi pembelajaran ini akan diorganisasikan. Pengorganisasian ini sangat

6. Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran. Penetapan strategi penyampaian sisa pembelajaran akan sangat bergantung pada usaha perancang dalam menentukan sumber belajar yang akan dipergunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Sebab, penyampaian strategi pembelajaran tertentu akan mempergunakan sumber belajar yang ada, sehingga dapat dihindari penggunaan strategi penyampaian isi belajar yang tidak mempunyai sumber belajar.

7. Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran. Tahap pengelolaan pembelajaran ini sangat bergantung pada upaya perancang pembelajaran dalam menetukan karakteristik siswa. Sebab dalam tahap ini, diperlukan masukan tentang karakteristik siswa dalam upaya untuk menentukan penjadwalan penggunaan komponen strategi pengorganisasian dan penyampaian pembelajaran, pengelolaan motivasional, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa dan kontrol belajar (Degeng, 1997:16).

8. Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Pada tahap akhir ini, perancang pembelajaran akan melakukan pengukuran terhadap hasil pembelajaran yang mencakup tingkat 8. Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Pada tahap akhir ini, perancang pembelajaran akan melakukan pengukuran terhadap hasil pembelajaran yang mencakup tingkat

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Elaborasi

Wena (2012: 24) bahwa kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaan Elaborasi adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan Model Pembelajaran Elaborasi

a. Penggunaan elaborasi telah terbukti dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan;

b. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;

c. Model pembelajaran elaborasi memiliki cara-cara yang sistematis dalam mengurutkan isi pembelajaran dari mudah ke sulit, dari sederhana ke kompleks.

2. Kelemahan Model Pembelajaran Elaborasi

a. Tidak semua siswa bisa menerima strategi ini dengan baik dan tepat, karena gaya belajar setiap siswa berbeda-beda.

b. Dalam mengimplementasikan strategi ini memerlukan banyak waktu untuk menggali, menghubungkan, menganalisis mengembangkan pengetahuan dan memerlukan berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang inovatif.

C. Kajian Materi Himpunan

4. Menggunakan Konsep Himpunan Dan Diagram Venn Dalam Pemecahan Masalah Kompetensi Dasar

: 4.1. Memahami pengertian dan notasi himpunan,

serta penyajianya.

Indikator Pembelajaran: 4.1.1. Siswa dapat membedakan himpunan dan

bukan himpunan.