Evaluasi keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling di SMP Terbuka Kemalang.

(1)

ABSTRAK

EVALUASI KETERLAKSANAAN PERAN GURU BIDANG STUDI DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP

TERBUKA KEMALANG KLATEN

Purwanto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengevaluasi tingkat keterlaksanaan guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling dan (2) untuk mengetahui peran-peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang sudah terlaksana dan belum terlaksana di sekolah SMP Terbuka Kemalang.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Terbuka Kemalang Klaten pada bulan Juli-Agustus 2013. Jumlah subjek berjumlah 44 siswa dan 2 sampel guru bidang studi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kueisoner, wawancara dan observasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam analisis item kuiesoner evaluasi keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling keterlaksanaanya kurang baik (0%), baik (75,86%), sangat baik (24,14%) artinya bahwa tingkat keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling sudah berjalan baik. Sedangkan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan yang terlaksana kurang baik tidak ditemukan, dan fungsi-fungsi bimbingan sudah berjalan dengan baik dan sangat baik tingkat keterlaksanaanya, tapi ada perbedaan antara hasil penelitian kuiesoner dengan hasil wawancara dan observasi. Hasil wawancara dan observasi menunjukan bahwa keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling yang terlaksana kurang baik adalah : (1) Guru melakukan kunjungan rumah, (2) Guru mengadakan pertemuan dengan murid sebelum ( KBM ) kegiatan belajar mengajar, dan (3) Guru membentuk kelompok belajar. Sedangkan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan yang lain, sudah terlaksana dengan baik dan sangat baik.


(2)

ABSTRACT

THE FEASIBILITY EVALUATION ON THE ROLE SCHOOL

SUBJECT TEACHERS IN APPLYING THE FUNCTIONS OF

GUIDANCE AND COUNSELING IN SMP TERBUKA

KEMALANG KLATEN

Purwanto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

This research aims at evaluating the feasibility level on the role of school subject teachers in applying the functions of guidance and counseling and knowing the school subject teachers’ role in performing the functions of guidance and counseling which have been accomplished and have not been accomplished in SMP Terbuka Kemalang.

This research was carried out in SMP Terbuka Kemalang Klaten from July until August 2013. The subjects consist of 44 students and 2 teachers. The technique of data collection is using questionnaire, interviews and observation.

The results show that in the analysis of items in the questionnaire evaluation, feasibility role of school subject teachers in applying the functions of guidance and counseling is less good (0%), good (75.86%), very good (24.14%). It meansthat the level on the role of school subject teachers in applying the functions of guidance and counseling has been running well. While the role of the school subject teachers in performing the functions of guidance not carried out well is not found, and its functions of guidance has been running well in its feasibility level, there is difference between the result of questionnaire research with the interview and observation. The result of interviews and observation shows that feasibility level on the role of school subject teachers in applying the functions of guidance and counseling that is not well carried out are: (1) the teachers’ visit to the house, (2) the teachers have a briefing with the students before teaching and learning activities, and (3) the teachers form a group of learning. While the role of the school subject teachers in performing the other functions of guidance has been carried out well and very well.


(3)

i

EVALUASI KETERLAKSANAAN PERAN GURU BIDANG STUDI DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

DI SMP TERBUKA KEMALANG SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling

Oleh : Purwanto 091114038

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK: TUHAN YANG MAHA KUASA BAPAKKU TEMA WIYONO DAN IBUKU MINTEN ADIKKU IIN RAFIKA WATI NENEKKU DAN KAKEKKU WIRYO TANI ALMAMATERKU SMP NEGRI 2 KEMALANG ALMAMATERKU UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(7)

v MOTTO

“SUKSES KEMARIN TAK BERARTISUKSES HARI INI. BUTUH PERJUANGAN DAN KESADARAN BAHWA ZAMAN TERUS BERUBAH,

SEHINGGA KEWASPADAAN EKSTRA DIHARI INILAH YANG AKAN

MEMBUAT USAHA MAJU SELAMANYA”.

HIDUP ADALAH KESEMPATAN MANFAATKANLAH HIDUP ADALAH KEINDAHAN KAGUMILAH

HIDUP ADALAH MIMPI WUJUDKANLAH HIDUP ADALAH TUGAS SELESAIKANLAH

HIDUP ADALAH LAGU NYAYIKANLAH HIDUP ADALAH KEBERUNTUNGAN, JADIKANLAH HIDUP TERLALU BERHARGA, JANGAN DISIA-SIAKAN

HIDUP ADALAH ANUGRAH, SYUKURILAH HIDUP ADALAH HIDUP BERJUANGLAH


(8)

(9)

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang diberikaanya, penyertaan dan bimbingannya, sehingga praktikan dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Evalusi Keterlaksanaan Peran Guru Bidang

Studi dalam Melaksanakan Fungsi Bimbingan dan Konseling”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memproleh gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyususnan skripsi ini, penulis memproleh banyak bimbingan, kritik, saran, masukan dan dukungan dari semua pihak. Maka pada Pada kesempatan ini, saya menghaturkan banyak terimakasih kepada:

1. Selaku Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan bimbingannya dengan penuh kesabaran dan perhatian.

3. Dosen-dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang semakin memberikan dan memperkaya arti hidup dan perjungan meraih mimpi.

4. Bapakku Temo Wiyono dan Ibuku Minten yang telah memberikan dukungan baik mental, materi dan semangatnya.


(11)

ix

5. Adiku Iin Rafika Wati saya doakan semoga cita-citamu jadi perawat kesampaian.

6. Kakekku dan nenekku Wiryo Tani.

7. Keluarga besar Wiryo Tani : Pakde dan Bude Darso, Jiman, Lamto,

Tuminem, Lamino,Nyarmi, Marjono, Parni, “maafkan aku yang sering merepotkan yang sering hutang uang buat bayar kuliah”.

8. Keluarga besar Guna Anggara:, pakde semuanya, lek Sugiyo, dll. Terima kasih untuk selama ini buat kasih hutangan uang buat bayar kuliah. 9. Keluarga besar SMP Terbuka Kemalang, terima kasih dukungan dan

kerja samanya, tanpa bantuan kalian aku tidak akan seperti ini. Terima kasih.

10. Sahabatku di rumah: Dita, Hendra dll, terutama Udin jangan patah hati masih banyak wanita yang sayang sama kamu.

11. Sahabatku di kos: UUT cepet lek lulus, tidak kebanyakan tidur, Cuplis, Jamblang Sasongko, makasih buat teman di kos, Komik, Uda cepet lulus, Suryo, Mas Dona, Hananta, Felix, Dani, Encex makasih buat semuanaya.

12. Tempat kerjaku PT. JAYA MIX , bos, teman kerjaku, Aan, Tutik, dll makasih buat bantuan 2 tahun ini, buat biaya kuliah.

13. Untuk Rena.ts kamulah cinta pertamaku makasih buat perhatian dan kasih sayangmu saya doakan semoga kamu bahagia bersamanya dan sayangi anakmu.


(12)

(13)

xi ABSTRAK

EVALUASI KETERLAKSANAAN PERAN GURU BIDANG STUDI DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP

TERBUKA KEMALANG KLATEN Purwanto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengevaluasi tingkat keterlaksanaan guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling dan (2) untuk mengetahui peran-peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang sudah terlaksana dan belum terlaksana di sekolah SMP Terbuka Kemalang.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Terbuka Kemalang Klaten pada bulan Juli-Agustus 2013. Jumlah subjek berjumlah 44 siswa dan 2 sampel guru bidang studi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kueisoner, wawancara dan observasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam analisis item kuiesoner evaluasi keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling keterlaksanaanya kurang baik (0%), baik (75,86%), sangat baik (24,14%) artinya bahwa tingkat keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling sudah berjalan baik. Sedangkan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan yang terlaksana kurang baik tidak ditemukan, dan fungsi-fungsi bimbingan sudah berjalan dengan baik dan sangat baik tingkat keterlaksanaanya, tapi ada perbedaan antara hasil penelitian kuiesoner dengan hasil wawancara dan observasi. Hasil wawancara dan observasi menunjukan bahwa keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling yang terlaksana kurang baik adalah : (1) Guru melakukan kunjungan rumah, (2) Guru mengadakan pertemuan dengan murid sebelum ( KBM ) kegiatan belajar mengajar, dan (3) Guru membentuk kelompok belajar. Sedangkan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan yang lain, sudah terlaksana dengan baik dan sangat baik.


(14)

xii

ABSTRACT

THE FEASIBILITY EVALUATION ON THE ROLE SCHOOL

SUBJECT TEACHERS IN APPLYING THE FUNCTIONS OF

GUIDANCE AND COUNSELING IN

SMP TERBUKA

KEMALANG KLATEN

Purwanto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

This research aims at evaluating the feasibility level on the role of school subject teachers in applying the functions of guidance and counseling and knowing

the school subject teachers’ role in performing the functions of guidance and

counseling which have been accomplished and have not been accomplished in SMP Terbuka Kemalang.

This research was carried out in SMP Terbuka Kemalang Klaten from July until August 2013. The subjects consist of 44 students and 2 teachers. The technique of data collection is using questionnaire, interviews and observation.

The results show that in the analysis of items in the questionnaire evaluation, feasibility role of school subject teachers in applying the functions of guidance and counseling is less good (0%), good (75.86%), very good (24.14%). It meansthat the level on the role of school subject teachers in applying the functions of guidance and counseling has been running well. While the role of the school subject teachers in performing the functions of guidance not carried out well is not found, and its functions of guidance has been running well in its feasibility level, there is difference between the result of questionnaire research with the interview and observation. The result of interviews and observation shows that feasibility level on the role of school subject teachers in applying the functions of guidance and

counseling that is not well carried out are: (1) the teachers’ visit to the house, (2)

the teachers have a briefing with the students before teaching and learning activities, and (3) the teachers form a group of learning. While the role of the school subject teachers in performing the other functions of guidance has been carried out well and very well.


(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ...v

PERNYATAAN HASIL KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...9

E. Batasan Istilah...10

BAB II LANDASAN TEORI...11

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling di SMP ...11

B. Perlunya Bimbingan dan Konseling di SMP ...12

C. Fungsi Bimbingan dan Konseling SMP...13

D. Kegiatan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi ...15

E. Peran Guru Mata Pelajaran dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ...17


(16)

xiv

G. Upaya Guru dalam Mengoptimalkan Peranya ...27

H. Evaluasi ...28

I. Hakikat SMP Terbuka ...29

BAB III METODE PENELITIAN...36

A. Jenis Penelitian ...36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...37

C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ...38

D. Metode Pengumpulan Data...38

E. Keabsahan Data ...41

F. Analisis Instrumen Penelitian ...41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...52

A. Hasil Penelitian ...52

1. Penggolongan Subjek Penelitian ...52

2. Penggolongan Item Penelitian ...55

3. Penggolongan Aspek Penelitian ...58

B. Pembahasan ...61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...69

A. Kesimpulan ...69

B. Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA...72


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skoring Kueisoner ...42

Tabel 2 Kisi-Kisi Kueisoner ...43

Tabel 3 Kofisien Reliabilitas ...46

Tabel 4 Penggolongan Katagorisasi ...47

Tabel 5 Pengkatagorisasian Skor Subjek Penelitian ...49

Tabel 6 Penggolongan Katagorisasi Item ...50

Tabel 7 Penggolongan Katagorisasi Aspek ...51

Tabel 8 Penggolongan Subjek Kueisoner ...53

Tabel 9 Penggolongan Item Kueisoner ...55

Tabel 10 Penggolongan Katagorisasi Aspek...58


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ijin Penelitian...75

Lampiran 2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ...76

Lampiran 3 Kueisoner siswa ...77

Lampiran 4 Data Penelitian Kueisoner ...81

Lampiran 5 Out Put Validitas ...82

Lampiran 6 Out Put Realibilitas...86

Lampiran 7 Pedoman Observasi ...87

Lampiran 8 Hasil Observasi...89

Lampiran 9 Pedoman Wawancara ...93


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan terus berubah sesuai dengan tuntutan, kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman, dimana terjadi perkembangan teknologi yang begitu pesat. Pemerintah berusaha terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang masih tergolong rendah. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur guru akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia. Guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang di selenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar di sekolah.

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya melakukan perbaikan terus-menerus. Pemerintah berupaya meningkatkan kulitas guru seperti, mengadakan


(20)

sertifikasi bagi guru untuk meningkatkan profesionalitas dan kemampuan guru, serta meningkatkan kesejahteraan guru. Dengan demikian diharapkan kualitas guru semakin baik. Dunia pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang berkualitas. Guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam bidang mengajar agar bisa menjawab tantangan global dan bisa melakukan proses belajar mengajar secara optimal dan efektif di sekolah.

Guru merupakan orang yang sangat dekat dengan peserta didik yang mengetahui sifat dan karakter peserta didiknya di dalam kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru perlu mengawasi perkembangan peserta didik sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik masing-masing. Guru juga merencanakan kegiatan belajar- mengajar agar tujuan, visi, dan misi, sekolah tercapai. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, guru merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan dan peguasaan proses pembelajaran. Pengajar, pendidik atau guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan.

Dalam perkembangannya, seorang guru kini tugasnya terlihat semakin kompleks. Guru yang hanya bisa menyampaikan materi pelajaran kepada murid-muridnya hanya akan menjadi seorang guru yang terlalu kaku terhadap murid-muridnya. Guru yang tidak melakukan bimbingan terhadap murid-muridnya akan membuat hubungan guru dan murid


(21)

semakin kaku. Hal ini dapat menggambarkan bahwa, tugas seorang guru bukan hanya untuk menyampaikan segudang materi dengan teori-teori dan konsep yang begitu rumit, tetapi seorang guru juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan konseling kepada para peserta didiknya. Agar perserta didik dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Sehingga pembelajaran yang diberikan tidak hanya terpancang pada materi pelajaran yang diberikan tetapi kini ditambah dengan bimbingan yang akan semakin membantu siswa dalam mengatasi persoalan. Baik di dalam masalah pembelajaran materi maupun di luar pembelajaran sekolah.

Berdasarkan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan itu, guru merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai amanat Undang-Undang tersebut, dimana guru mempunyai fungsi strategis dalam mengembangkan potensi peserta didik yang meliputi hal ketakwaan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa secara keseluruhan. Peran guru sangat diharapkan mampu secara optimal


(22)

mengembangkan peserta didik, tidak hanya sebagai pembelajar, melainkan juga sebagai pembimbing peserta didik dalam mengenal dirinya dan lingkungannya. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak menyimpang dalam proses menuju generasi yang sesuai amanat Undang-Undang. Salah cara atau wadah untuk mempermudah mewujudkan hal tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di sekolah.

Bimbingan dan konseling merupakan bantuan kepada individu peserta didik dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya atau dalam proses belajarnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, agar setiap peserta didik dapat lebih berkembang ke arah yang seoptimal mungkin. Dengan demikian, bimbingan dan konseling menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut, termasuk seorang guru. Dalam konteks pemberian layanan bimbingan dan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian layanan bimbingan dan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Guru mata pelajaran diharapkan melaksanakan ketujuh layanan bimbingan dan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin, sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat mencapai


(23)

prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.

Realitas di lapangan yang terjadi di sekolah menunjukkan bahwa peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling belum dapat dilakukan secara optimal. Ini mengingat guru mempunyai tugas dan tanggung jawab mata pelajaran yang syarat akan beban. Selain melaksanakan tugas pokoknya menyampaikan segudang materi, guru mata pelajaran juga dibebani seperangkat administrasi yang harus dikerjakan. Maka guru mata pelajaran akan kurang waktu untuk melakukan tugas untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling. Sehingga tugas guru memberikan layanan bimbingan dan konseling belum dapat dilakukan secara maksimal.

Di SMP Terbuka, peran guru dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling belum dapat dilakukan secara maksimal. Guru bidang studi yang mengajar di SMP Terbuka juga mengajar di SMP reguler. Maka guru bidang studi di SMP Terbuka sudah mempunyai banyak tugas dan tanggung jawab selain melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling. Sehingga penerapan fungsi bimbingan dan konseling di SMP kurang, ditambah lagi ketiadaan guru bimbingan dan konseling maka penerapan fungsi bimbingan dan konseling kepada siswa kurang maksimal.


(24)

Menurut Panduan Penyelenggaraan Pelaksanaan SMP Terbuka (2010) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Terbuka merupakan salah satu satuan pendidikan alternatif yang berfungsi untuk menampung tamatan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibektadiyah (MI) dan setara yang mengalami berbagai kendala kesulitan sehingga tidak dapat bersekolah di sekolah reguler. Kendala dan kesulitan tersebut antara lain disebabkan oleh kondisi letak geografis, daerah terpencil, sosial ekonomi yang lemah, kesulitan transportasi, atau terbatasnya waktu karena harus membantu orang tua bekerja, atau bekerja sendiri mencari nafkah untuk mencukupi keperluan hidupnya, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk belajar di SMP regular, meskipun lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal mereka. SMP Terbuka merupakan salah satu subsistem pendidikan formal yang menggunakan prinsip belajar secara mandiri, yaitu belajar dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. SMP Terbuka dalam penyelenggaraannya bergabung atau menginduk ke SMP Negeri (selanjutnya disebut Sekolah Induk) dan mempunyai ciri khas jika dibandingkan dengan SMP Reguler. SMP Terbuka yang dirancang khusus untuk melayani para siswa usia 13–15 tahun dan maksimal 18 tahun yang tidak dapat mengikuti pelajaran pada SMP Reguler setempat.

Dari pengamatan peneliti selama 6 bulan di sekolah SMP Terbuka Kemalang, SMP tersebut tidak memiliki guru bimbingan dan konseling. Disana guru bidang studi atau guru pamong yang melaksanakan dan menjalankan fungsi bimbingan dan konseling. Dalam permasalahan ini


(25)

sebagaimana telah dikemukakan di atas, guru bidang studi memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan seperti tugas-tugas administratif, menyampaikan materi, membuat progam pembelajaran, dan masih banyak lagi. Maka tugas guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling menjadi kurang maksimal. Sejalan dengan itu seyogyanya peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling terus ditingkatkan agar perserta didik dapat mengatasi permasalahan dan dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan evaluasi keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksankan fungsi bimbingan dan konseling, agar diperoleh informasi tetang keterlaksanaan fungsi bimbingan dan konseling para guru bidang studi di SMP Terbuka.

Dari permasalahan di atas masih banyak instansi pendidikan yang masih kekurangan guru bimbingan dan konseling. Padahal peranan dan fungsi guru dalam melaksanakan fungsi Bimbingan dan Konseling sangat penting dalam membina watak dan kepribadian setiap peserta didiknya. Sejalan dengan itu, peranan guru bidang studi dalam menjalankan fungsi bimbingan dan konseling disekolah sangat penting. SMP Terbuka Kemalang tidak mempunyai guru bimbingan dan konseling maka yang melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling adalah guru bidang studi. Maka dari permasalahan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Evaluasi Keterlaksanaan Peran Guru Bidang Studi dalam


(26)

Melaksanakan Fungsi Bimbingan dan Konseling di SMP Terbuka Kemalang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling di SMP Terbuka Kemalang ?

2. Apa sajakah peran-peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang sudah terlaksana dan belum terlaksana di SMP Terbuka Kemalang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling di SMP Terbuka Kemalang.

2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling yang terlaksana maupun yang belum terlaksana di SMP Terbuka Kemalang.


(27)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya bagi bimbingan dan konseling untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi Bimbingan dan Konseling.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa SMP Terbuka kemalang

Setelah penelitian ini diharapakan siswa dapat memproleh bimbingan dan konseling dari guru bidang studi secara maksimal.

b. Bagi Guru SMP Terbuka Kemalang

Sebagai tambahan informasi, refleksi diri dan evalusi dalam melaksanakan peran guru bidang studi dalam melaksankan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah, agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik, maksimal dan evektif baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

c. Bagi Sekolah SMP Terbuka Kemalang

Sebagai masukan dan evaluasi guru dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah. Baik di dalam kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas.


(28)

d. Bagi Peneliti

Sebagai pembelajaran informasi tentang peran-peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah. Selain itu memberi masukan dan refleksi dalam diri sebagai calon guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling.

E. BATASAN ISTILAH

Terdapat beberapa istilah dalam penelitian ini yang perlu mendapat penjelasan . Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. SMP Terbuka adalah salah satu subsistem pendidikan formal yang menggunakan prinsip belajar secara mandiri, yaitu belajar dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain

2. Evaluasi adalah sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini memaparkan tentang landasan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Topik-topik yang berkaitan dengan pengertian bimbingan dan konseling, fungsi bimbingan dan konseling, hakikat SMP Terbuka.

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling di SMP

M. Surya (1988: 12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Sedangkan menurut Hamalik (2000: 193) bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya.

Dari dua pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya(self realization).

Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang


(30)

dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106). Sedangkan menurut Wibowo (1986:39) konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.

Dari pengertian tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:

1. Adanya bantuan dari seorang ahli.

2. Bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.

3. Proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling. B. Perlunya Bimbingan dan Konseling di SMP

Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen


(31)

bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.

Ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:

1. Masalah perkembangan individu 2. Masalah perbedaan individual 3. Masalah kebutuhan individu

4. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku 5. Masalah belajar

C.Fungsi Bimbingan dan Konseling di SMP

Sugiyo (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Fungsi penyaluran (distributif)

Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.


(32)

a. Fungsi penyesuaian (adjustif)

Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.

b. Fungsi adaptasi (adaptif)

Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14).


(33)

D. Kegiatan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi

Berdasakan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan bahwa kerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:

1. Layanan dasar imbingan

Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SMP.

2. Layanan responsif

Kegiatan utama layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan individual serta memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis layanan BK, yakni:

a) Layanan pengumpulan data b) Layanan informasi

c) Layanan penempatan d) Layanan konseling

e) Layanan referal/melimpahkan ke pihak lain


(34)

Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif adalah: a) Bidang pendidikan

b) Bidang belajar c) Bidang sosial d) Bidang pribadi e) Bidang karir f) Bidang tata tertib

g) Bidang narkotika dan perjudian h) Bidang perilaku sosial

i) Bidang kehidupan lainnya 3. Layanan perencanaan individual

Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.

4. Dukungan sistem

Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam


(35)

bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangaan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan Ellis (1990:180). E. Peran Guru Mata Pelajaran dalam Pelaksanaan BK

Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka. sehingga siswa dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.

Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu


(36)

gurupun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Sanjaya (2006: 20) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling Willis (2004: 34) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.

Lebih jauh, Syamsuddin (2003: 71) menyebutkan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan.

Soetjipto dan Kosasi (2009: 107-111) menyatakan bahwa peranan guru dalam pelaksanaan fungsi bimbingan di sekolah dapat dibedakan


(37)

menjadi dua: 1. tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas dan 2. di luar kelas. Dalam layanan bimbingan, guru mempunyai beberapa tugas utama, sebagaimana dituangkan dalam Kurikulum SMA 1975 tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. Guru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan ini dapat memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar. Sehubungan dengan itu Natawidjaya dan Surya dalam Soetjipto dan Kosasi (2009:108) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing dan konseling, yaitu:

1. Tugas guru dalam layanan bimbingan dalam kelas

Kejelasan gambaran tugas dapat memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas. Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi


(38)

bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar. Seorang guru dapat melakukan bimbingan di dalam kelas dengan hal-hal berikut:

a. Guru sebagai pembangkit motivasi belajar

Pembangkitan motivasi belajar oleh guru kelas dapat dilakukan secara khusus menggunakan jam pelajaran atau diselipkan sambil mengajar atau memberikan latihan-latihan. Selain itu guru juga harus melakukan upaya-upaya untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik antara lain:

1) Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul-betul dirasakan oleh peserta didik akan membangkitkan motivasi belajar.

2) Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik minat sisiwa, dan minat tersebut merupakan salah satu bentuk motivasi.

3) Memilih cara penyajian yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan peserta didik dan banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba dan berpartisipasi. Banyak berbuat dalam belajar akan lebih membangkitkan semangat dibandingkan hanya dengan mendengarkan. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan berbagai kegiatan peserta didik di dalam kelas.


(39)

4) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meraih kesuksesan. Kesuksesan yang dicapai oleh peserta didik akan membangkitkan motivasi belajar, dan sebaliknya kegagalan yang terjadi pada peserta didik dapat menghilangkan motivasi.

5) Memberikan kemudahan dan bantuan kepada peserta didik dalam proses belajar. Tugas guru ialah membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Agar perkembangan peserta didik lancar, guru memberikan kemudahan-kemudahan dalam belajar, dan tidak mempersulit perkembangan belajar yang dialami siswa. Apabila peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, guru memberikan bantuan baik secara langsung maupun dengan memberi petunjuk kepada siapa atau kemana meminta bantuan.

6) Memberikan pujian, ganjaran, ataupun hadiah untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

a. Guru sebagai tokoh kunci dalam bimbingan

Guru memiliki hubungan yang erat dengan murid. Karena guru banyak memiliki waktu dan kesempatan untuk mempelajari murid, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya. Kedudukan guru dalam pendidikan yaitu memiliki wewenang sepenuhnya dalam mempelajari dan memahami siswa-siswanya, bukan saja sebagai individu tetapi juga sebagai anggota kelompok atau kelasnya. Sejak siswa masuk ke sekolah dari pagi hari sampai sekolah usai, guru akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk membantu BK dalam


(40)

mengumpulkan data yang diperlukan agar dapat memahami siswa dengan baik.

Sebagian dari data tersebut didapatkan dari murid sendiri atau dari orang tuanya dengan mengisi formulir-formulir isian atau melalui informasi lisan. Data lainnya diperoleh dari pelaksanaan tes atau melalui observasi terhadap kegiatan-kegiatan siswa, kebiasaan dan tingkah lakunya baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Karena itulah guru memiliki peran penting sebagai anggota utama di antara petugas-petugas bimbingan. Pada umumnya guru tersebut berada pada posisi yang lebih baik untuk mengetahui masalah-masalah, sikap dan kebutuhan siswa sehingga memudahkan guru untuk memberikan bantuan kepada siswa yang membutuhkan.

b. Mengetahui murid sebagai individu.

Tugas pertama guru dalam bimbingan adalah mengetahui atau lebih mengenal siswanya. Kegiatan bimbingan tidak akan berhasil dengan baik manakala guru kurang memahami siswa. Oleh karena itu diperlukan pemahaman atau pengetahuan terhadap siswa tentang kebiasaannya dalam belajar, dalam bermain, kesehatannya, asal-usulnya, teman-teman karibnya bahkan latar belakang sosial-ekonominya Djumhur (1975: 127-129).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:

1) Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.


(41)

2) Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.

3) Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik. 4) Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh

hasil yang lebih baik.

5) Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya.

6)Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati dan menyenangkan.

7) Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.

8) Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.

9) Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.

10) Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa, Pemahaman siswa secara empatik.

11) Penghargaan terhadap martabat siswa sebaga individu

12) Penampilan diri secara asli (genuine) tidak pura-pura, di depan siswa. 13) Kekonkretan dalam menyatakan diri.


(42)

14) Penerimaan siswa secara apa adanya.

2. Tugas Guru dalam operasional Bimbingan di Luar Kelas

a. Bimbingan bagi peserta didik yang sesuai tingkat kecerdasannya.

Meskipun perkembangan belajarnya normal, tetapi mereka membutuhkan bimbingan, untuk mempertahankan prestasi yang telah dicapainya, dan meningkatkannya. Bimbingan terhadap mereka dapat di berikan oleh konselor atau guru pembimbing dan juga guru mata pelajaran. Bimbingan dari konselor lebih bersifat umum, dapat dilakukan secara individual ataupun kelompok, informatif atau adjustif. Materi bimbingan dapat diarahkan pada perencanaan dan pengembangan diri, peningkatan hubungan sosial, pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar, displin belajar, memperbaiki cara-cara belajar, mengerjakan tugas, latihan dll.

Bimbingan yang lebih mengarah pada pemeliharaan dan peningkatan penguasaan materi pelajaran diberikan oleh guru pembimbing dan guru bidang studi. Mereka diharapkan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap perkembangan belajar dari siswa, memperhatikan perbedaan individual siswa, memberikan tugas dan latihan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Guru bidang studi juga diharapkan dapat memberikan layanan remedial terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan dan pengayaan terhadap peserta didik yang cepat.

Bimbingan terhadap peserta didik berprestasi rendah juga dapat diberikan oleh konselor, guru pembimbing dan guru bidang studi. Peserta didik berprestasi rendah, dapat di pastikan memiliki masalah, ada faktor penyebab


(43)

yang melatarbelakanginya mungkin bersumber pada dirinya mungkin juga di luar dirinya. Guru mata pelajaran harus berusaha menemukan penyebab tersebut. Bila penyebabnya sudah ditemukan langkah selanjutnya adalah memberikan layanan remedial atau korektif terhadap kelemahannya dan pengembangan terhadap potensi atau kekuatan yang dimiliknya.

Layanan dari guru pembimbing dan guru bidang studi lebih difokuskan pada layanan remedial dalam beberapa mata pelajaran yang kurang. Konselor juga dapat membantu dalam mendiagnosis kelemahan yang diderita para siswa. Berdasarkan hasil diagnosis tersebut guru-guru memberikan layanan remedial. Disamping memberikan layanan remedial guru bidang studi juga hendaknya berusaha untuk menyiapkan dan memberikan pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih membangkitkan motivasi belajar, lebih permisif dan terbuka pada siswa.

b. Melakukan kunjungan rumah.

Kunjungan rumah merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling. Fungsi utama dari kunjungan rumah adalah membina hubungan baik dan kerjasama antara guru mata pelajaran dan orang tua siswa. Melalui hubungan baik dan kerjasama ini, diharapkan ada saling pengertian, kesamaan persepsi, sikap dan perlakuan terhadap siswa. Dalam kunjungan rumah, guru mata pelajaran dapat memperolah data lebih luas dan mendalam tentang perkembangan siswa, karakteristik, sikap,


(44)

kebiasaan serta aktivitasnya dalam keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar, serta kondisi kehidupan keluarga siswa.

c. Menyelenggarakan kelompok belajar. Kegiatan ini bermanfaat untuk:

1) Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima pendapat dari teman lain. 2) Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar

secara kelompok.

3) Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara bersama-sama.

4) Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas.

5) Memupuk rasa kegotong royongan. d. Pertemuan guru-murid

Sewaktu-waktu apabila dibutuhkan, maka guru perlu mengadakan pertemuan dari hati-kehati dengan murid. Pertemuan itu dapat dilaksanakan sebelum sekolah dimulai, pada waktu istirahat, atau setelah sekolah usai. Dari pertemuan tersebut akan didapatkan data mengenai siswa yang mungkin sedang bermasalah.

F. Keterbatasan Guru.

Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah tenaga konselor profesional memang masih relatif terbatas, maka peran guru sebagai pembimbing tampaknya menjadi penting. Ada atau tidak ada konselor


(45)

profesional di sekolah, tentu upaya pembimbingan terhadap siswa mutlak diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah tersedia tenaga konselor profesional, guru bisa bekerja sama dengan konselor bagaimana seharusnya membimbing siswa di sekolah. Namun jika belum, maka kegiatan pembimbingan siswa tampaknya akan bertumpu pada guru.

Beberapa keterbatasan guru antara lain:

1. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu.

2. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah siswa.

G. Upaya Guru Dalam Mengoptimalkan Peranannya

Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.


(46)

2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya.

3. Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.

4. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas.

5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsip umum konseling dan menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya.

H. Evaluasi

Evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan.


(47)

I. Hakikat SMP Terbuka 1. Pengertian SMP Terbuka

SMP Terbuka adalah program yang mulai dirintis oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional) pada tahun 1979/1980. SMP Terbuka merupakan salah satu subsistem pendidikan formal yang menggunakan prinsip belajar secara mandiri, yaitu belajar dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. Wilayah Indonesia yang sangat luas dengan berbagai kondisi geografis yang sulit, kondisi ekonomi sebagian masyarakat yang masih lemah, dan berbagai faktor lainnya yang berakibat pada terbatasnya layanan pendidikan bagi anak - anak usia 13 - 18 tahun. Melalui SMP Terbuka ini, mereka dapat memperoleh layanan pendidikan yang diperlukan. SMP Terbuka bertujuan memberikan kesempatan belajar yang lebih luas kepada anak - anak lulusan SD / MI atau sederajat yang tidak dapat mengikuti pendidikan di SMP Reguler karena berbagai hambatan yang dihadapinya.

2. Tujuan SMP Terbuka

Menurut (Permendiknas No. 19/2007) tujuan pendidikan pada SMP Terbuka mengacu pada tujuan umum Pendidikan, yaitu : meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan kepribadian, akhlak mulia,keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka disusun kurikulum yang antara lain agar memberi kesempatan kepada peserta didik untuk :


(48)

b. Belajar memahami, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai (norma) yang berlaku.

c. Mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif dan efisien. d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain

e. Mengembangkan dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

3. Kurikulum SMP Terbuka

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

b. Beragam dan terpadu.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomidan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri


(49)

secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat danisi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. f. Belajar sepanjang hayat.

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan


(50)

formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah tersebut harus saling mengisi dan memberdayakan sesuai dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

4. Menurut Panduan Pelaksanaan penyelenggaraan SMP Terbuka 2010 Tugas Guru Bidang Studi dalam Melaksanakan Fungsi Bimbingan dan Konseling di SMP Terbuka adalah sebagai berikut :

a. Memberi kesempatan siswa bertanya dan berdiskusi.

Hal yang penting dalam kegiatan tatap muka adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan dan mendiskusikan persoalan-persoalan belajar untuk masa depanku yang mereka hadapi yang belum dapat terpecahkan selama mereka belajar mandiri/kelompok. Walaupun bahan belajar untuk siswa SMP Terbuka sudah disusun secara sederhana supaya mudah dipelajari siswa sendiri, siswa tentu masih menghadapi berbagai kesulitan. Kesulitan ini mungkin timbul dalam memahami bahasa dan istilah yang digunakan, dalam memahami


(51)

konsep-konsep, maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip dan rumus-rumus, dalam perhitungan dan praktik.

b. Memberi kesempatan siswa untuk bertukar pengalaman

Pada kegiatan tatap muka siswa akan memperoleh kesempatan untuk bertukar pengalaman dengan teman sekelas mereka yang berasal dari siswa lain. Pada umumnya siswa yang belajar secara mandiri seringkali merasa terasing, tidak mendapatkan perhatian, kesepian, dan lekas putus asa. Kalau menjumpai bahan belajar yang isinya sulit dipahami, mereka cenderung menyalahkan diri sendiri dan beranggapan bahwa dirinya kurang pandai. Padahal hal tersebut tidak selalu benar. Pada kenyataannya ada kemungkinan bukan siswanya yang bodoh, melainkan isi pelajarannya yang sulit atau penyajiannya yang kurang baik. Kesadaran ini akan timbul apabila siswa bertukar pengalaman dengan teman siswa lain.

c. Guru berkesempatan melaksanakan bimbingan belajar

Memotivasi siswa dalam belajar setiap kali tatap muka menjadi kewajiban guru untuk memotivasi siswa dalam belajar mandiri. Dalam kegiatan tatap muka, guru memiliki kesempatan untuk melaksanakan bimbingan belajar kepada siswa. Guru yang menguasai mata pelajaran yang menjadi bidang keahliannya dan telah mempunyai pengalaman mengajar, tentu mengetahui bagian-bagian yang sulit dipelajari oleh siswa sendiri. Guru tersebut mengetahui bahwa apabila konsepnya, prinsipnya, atau hukum-hukumnya telah dipahami siswa, bagian yang sulit itu kemungkinan besar tidak sulit lagi untuk dipelajari oleh siswa sendiri.


(52)

Belajar melalui tatap muka dapat dimanfaatkan juga oleh guru untuk menjelaskan bagian-bagian pelajaran penting yang menjadi kunci persoalan itu supaya siswa menjadi lebih mudah dalam belajar mandiri. d. Memberi kesempatan siswa menggunakan fasilitas di sekolah induk.

Untuk memperjelas materi pelajaran tertentu perlu ditunjang dengan fasilitas lain yang terdapat di sekolah induk. Dalam kegiatan tatap muka siswa memperoleh kesempatan untuk belajar dengan menggunakan fasilitas yang tidak ada di TKB ( tempat kegiatan belajar ), seperti alat olahraga, laboratorium, perpustakaan yang lengkap, untuk belajar keterampilan dan sebagainya. Karena itu dalam belajar melalui tatap muka di sekolah induk, siswa dapat belajar dengan menggunakan fasilitas dan perlengkapan tersebut dalam bimbingan guru.

e. Guru berkesempatan menilai kemajuan belajar siswa.

Pada sistem SMP Terbuka yang bertanggung jawab menilai kemajuan belajar siswa adalah guru. Pada saat siswa belajar di TKB ( Tempat kegiatan belajar) sulit bagi guru untuk menilai kemajuan belajar mereka, sebab TKB( tempat kegiatan belajar ) itu tersebar tempatnya. Sedangkan guru bidang studi setiap hari bertugas mengajar di sekolah induk. Karena itu belajar tatap muka ini merupakan kesempatan yang baik bagi guru bidang studi untuk melaksanakan tugasnya menilai kemajuan belajar siswa. Pelaksanaan belajar melalui tatap muka pelaksanaan belajar melalui tatap muka siswa SMP Terbuka dari berbagai TKB ( tempat kegiatan belajar) berkumpul untuk belajar bersama.


(53)

f. Tugas Guru SMP Terbuka

Menurut panduan pelaksanaan penyelenggaraan SMP Terbuka 2010 tugas guru di SMP Terbuka sangat banyak. Peran guru untuk mencetuskan suatu komitmen untuk meningkatkan mutu SMP Terbuka. Adapaun tugas guru dengan cara melaksanakan kegiatan nyata sebagai berikut:

1) Melakukan orientasi belajar mandiri siswa baru. 2) Memberikan motivasi belajar.

3) Meminimalkan ketidakhadiran siswa di TKB.

4) Mengawasi pembelajaran siswa di TKB secara teratur sesuai jadwal . 5) Mengawasi kemajuan belajar siswa.

6) Meminta guru untuk datang melakukan pembinaan ke TKB. 7) Memberikan tugas baca modul dan penyelesaian tugas-tugas. 8) Mencatat daftar kesulitan belajar siswa di TKB.

9) Melengkapi sumber belajar siswa.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian antara lain, jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis instrumen.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas untuk mengukapkan maksud dan keadaan sebagimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Metode penelitian deskritif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kwantitatif. Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat


(55)

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7). Dalam penelitian ini metode kualitatif menggunakan teknik meyebarkan kuisoner untuk memproleh data dari siswa. Sementara metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Miles and Huberman (1994) (dalam Sukidin 2002:2) metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dalam metode penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi untuk memproleh data.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksankan fungsi bimbingan dan konseling. Peneliti memilih subjek dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa SMP Terbuka Kemalang, dimana sempel subjek wawancara dan observasi 2 guru bidang studi itu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Terbuka Kemalang Klaten pada bulan Juni 2012–Agustus 2012.


(56)

C. Subjek Penelitian dan objek penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian, dalam hal ini bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Terbuka kemalang yaitu kelas 1, 2 dan 3 yang berjumlah 44 orang dan seluruh guru bidang studi yang berada di sekolah SMP Terbuka Kemalang. Peneliti mengambil dua orang guru bidang studi sebagai sempel wawancara dan observasi. Alasan memilih SMP terbuka karena (1) Mudah dijangkau peneliti, (2) Tidak memilki guru bimbingan dan konseling, (3) SMP Terbuka Kemalang merupakan SMP berbeda dari sekolah formal.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya, dan mencatatnya (Arikunto, 2002:197). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisoner, wawancara secara struktur dan observasi. Pedoman wawancara terstruktur adalah pedoman wawancara yang


(57)

memuat garis besar hal-hal yang akan sementara observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis Sutrisno dalam (sugiyono 2011:203). Maka dalam penelitian ini menuntut peneliti untuk cermat dalam observasi di dalam kelas maupun di luar kelas.

1. Kuesioner (Angket)

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada (Siregar, 2010: 132). Kuesioner dalam penelitian ini diberikan pada siswa untuk mengetahui keterlaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling di SMP Terbuka kemalang.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104). Pada dasarnya observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena–fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut. Bagi pelaksana observer untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak


(58)

diperlukan (Margono, 2007:159). Dalam melakukan observasi, peneliti diharapakan mengamati guru bidang studi dalam melaksankan fungsi bimbingan dan konseling di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini, peneliti mengobservasi selama 2 hari. Sampel observasi guru sebanyak 2 guru bidang studi, selama melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Observasi ini untuk memproleh informasi yang sebenaranya tanpa direkayasa.

3. Wawancara

Poerwandari (1998) menyatakan bahwa metode wawancara percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian dikenal teknik wawancara-mendalam (Hariwijaya 2007: 73-74). Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian kualitatif. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.Wawancara dilakukan untuk memproleh pengetahuan tetang makna-makna subjektif yang dipahamai individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu atau makna subjektif yang muncul. Wawancara informasi ini di lakukan pada subjek penelitian yaitu guru bidang studi, peneliti memakai 2 sempel guru


(59)

untuk mendapatkan informasi. Selama pertemuan peneliti mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan atas berbagai jawaban yang diberikan dan membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapakan pada peneliti.

E. Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (2011: 330), triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam peneltian ini triangulasi yang akan dilakukan yaitu membandingkan hasil penelitian antara angket siswa, observasi dan wawancara pada guru.

F. Analisis Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner sebagai alat pengumpul data. Kuesioner disusun berdasarkan skala alat ukur untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pelaksanaan peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling. Struktur kuesioner berisi tentang pernyataan-pernyataan dan pilihan jawaban responden. Masing-masing pernyataan dilengkapi dengan pilihan jawaban yang menunjukkan tingkatan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Masing-masing tingkatan diberi nilai angka yang sesuai dengan tingkatan pandangan responden. Pengisian kuisoner dilakukan oleh siswa SMP Terbuka


(60)

Kemalang Tahun Pelajaran 2012/2013 menyangkut aspek peran guru bidang studi dalam melaksankan fungsi bimbingan dan konseling baik di dalam kelas dan di luar kelas. Kuesioner dinyatakan dalam satu bentuk pernyataan.

Pemberian skor dilakukan dengan memberi nilai pada setiap alternatif jawaban. Skoring setiap pilihan jawaban dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1

Skoring/ Penilaian Kuesioner Peran Guru Bidang Studi dalam Melaksanakan fungsi Bimbingan dan Konseling

Siswa SMP Terbuka Kemalang, Klaten Tahun Ajaran 2012-2013

No Pernyataan Jawaban Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

1. ... Sangat tidak Setuju 1 5

Setuju 2 4

Ragu-Ragu 3 3

Tidak Setuju 4 2

Sangat Tidak Setuju 5 1

Adapaun kisi-kisi pembuatan kuisoner didapat dari landasan teori peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling dapat dilihat padatabel 2.


(61)

(62)

2. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas

Menurut Azwar (1999:99) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas digunakan untuk pengujian butir soal dikatakan valid jika dapat diungkapkan data dari variabel secara tepat.

Untuk menentukan apakah instrumen ini valid dan tidak valid maka ketentuan sebagai berikut: Menurut Azwar (1999:101) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi Azwar mengatakan bahwa bila jumlah item belum mencukupi kita bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 tetapi menurunkan batas kriteria di bawah 0,20 sangat tidak disarankan. Untuk pembahasan ini dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria menggunakan r kritis pada taraf signifikansi 0,05 (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian). Pelaksanaan uji validitas dilaksankan denagan responden seluruh siswa-siswi SMP Terbuka kemalang dengan jumlah responden 44 siswa.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat keajegan/konsistensi alat ukur dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Jadi reliabilitas menunjukkan apakah instrument secara konsisten memberikan hasil ukur yang sama tentang


(63)

sesuatu yang diukur pada waktu yang berlainan. Dengan demikian tujuan reliabilitas adalah mengetahui sejauh mana pengukuran variabel dapat memberikan hasil yang sama jika dilakukan kembali kepada subjek yang sama.

Reliabilitas pada penelitian ini dilakukan metode pendekatan konsisten internal yaitu dengan melihat konsistensi antar item dalam alat ukur atau instrumen itu sendiri. Analisis reliabilitasnya dilakukan dengan teknik Alpha dari Cronbach (Azwar:2004). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (rᵪᵪ’) yang memiliki rentang angka 0 sampai dengan

1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti reliabilitasnya semakin rendah.

Koefisien reliabilitas yang mencapai angka r ᵪᵪ’= 1,00 atau bahkan

rᵪᵪ’=0,0 tidak pernah dijumpai dalam pengukuran psikologis. Hal ini dikarenakan pengukuran yang mempengaruhi kecermatan pengukuran (Azwar : 2004). Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknikAlpha CronbachprogramSPSS for windows 16. Adapun uji kofisien reability pembuatan kuisoner peran guru bidang studi dalam melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling dapat dilihat padatabel 3.


(1)

8 Apakah bapak/ mengobservasi kegaiatan-kegiatan siswa ?

Mungkin jarang saya sudah banyak tugas untuk saya lakukan, jadi jarang observasi terhadap siswa.

9 Apakah bapak/ ibu guru juga mengusahakan siswa agar lebih memahami dirinya, sikap, minat, dan pembawaanya?

Ya saya sudah jelaskan diawal tadi bahwa memahami diri, tetang kelemahan dan kekutan, sikap yang baik, menggali minat yang baik untuk terus dikembangkan serta bakat yang dibanaya untuk terus digali sehingga siswa memiliki kegiatan yang positif untuk dilakukan.

10 Apakah bapak /ibu guru mengusahakan kondisi yang aman, dan siswa mendapat perhatian dan penghargaan atas prestasinya?

Ya saya mengusahakan kondisi yang enak, nyaman, tenang untuk belajar. Saya memberikan

pengharagaan dengan pujian jika mendapat prestasi atau nilai hasil belajar yanga baik.

11 Apakah bapak/ ibu guru mengebangkan sikap-sikap

tingkah laku sosial yang baik pada siswa? Bagaimana cara?

Ya, caranya mejelaskan dan menanamkan norma-norma yang ada didalam masyarakat agar

bertingkah laku baik didalam masayarakat.

12 Apakah bapak ibu/ guru menyediakan kondisi dan kesempatan bagi siswa untuk memproleh hasil yang baik?

Ya, saya sudah katakan bahwa kondisi dan kesempatan yang baik, akan membuat belajar dengan baik.

13 Apakah bapak/ ibu guru membantu siswa memilih

pekerjaan yang cocok untuk siswa sesuai dengan minat dan

bakatnya? Bagaiamana caranya?

Ya, tentu saya hanya meyakinkan dan

mengusahakan siswa, untuk memahami bakatnya siswa masing-masing, karena untuk memahami minat perlu test, saya bukan bidangnya, mungkin bidangnya adalah BK dan psikologi.

14 Apakkah bapak/ ibu guru juga memperlakukan siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan? Caranya pak?

Ya, karena kalau saya suka marah dan galak maka siswa akan takut pada saya, maka saya harus memperlakukan siswa dengan sebaik mungkin, contohnya menyapa sebelum KBM, berbicara sopan sehingga siswa akan ikut berbicara sopan dll.

15 Apakah bapak/ ibu guru

memiliki keyakinan bahwa siswa memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang untuk maju ? caranya?

Ya, saya memeberikan motivasi kepada semua siswa untuk terus menggali potensi yang mereka miliki karena setiap orang memiliki kelemahan dan kekuatan.

Mungkin saya memberikan contoh orang miskij menjadi kaya, memerlukan kerja keras dan

keyakinan untuk berkembang untuk menjadi lebih baik.

16 Apakah bapak/ ibu guru agar siswa menyadari perasaan siswa ? Bagaimana cara?

Ya, setiap orang yang menyadari perasaanya akan mudah untuk mengenali kesalahannya dan tidak mudah marah, caranya saya belum tau karena belum melakuakannya.

17 Apakah bapak/ ibu guru

menyadari bahwa mengajar bukan hanya terbatas pada pengausaan materi saja melainkan menyakut perkembangan menjadi individu yang dewasa?

Ya, tentu tugas guru bukan hanya mengajar pelajaran saja melainkan untuk mendidik watak dan kepribadian siswa agar menjadi siswa yang memiliki kepribadian yang baik serta watak yang baik pula, sesuai dengan aturan dan noram yang berlaku.


(2)

18 Apakah bapak/ ibu guru bersikap baik pada siswa? Lalu

bagaiamana cara beremapati pada siswa? Contohnya seperti apa?

Ya, jika saya mnghargai dan bersikap baik pada siswa maka siswa akan bersikap baik dan positif pada saya, serta empati pada siswa juga perlu dilakukan kareana mengingat mereka adalah keluaraga kurang mampu, maka empati saya lebih diunggulkan, krena setiap manusia memiliki harkat, harga diri dan martabat yang sama. 20 apakah bapak/ ibu guru

mengahargai siswa sebagai individu? Bentuk

mengharagainya?

Ya saya sudah katakan setiap orang memiliki harkat dan mertabat yang sama. Bentuk menghargai pada siswa dengan cara memberikan bantuan siswa dan kesemapatan siswa untuk belajar sebaik mungkin.

21 Apakah bapak/ ibu guru menampilakan jati diri yang sesungguhnya tanpa dibuat-buat?

Ya, tentu saya menampilkan diri apa adanya, bila saya memiliki kelamahan saya akan perbaiki sebaik mungkin, kalau saya buat-buat maka siswa malah tidak menghargai saya dan meremehkan saya.

22 Apakah bapak/ ibu guru

Kekonkretan dalam menyatakan diri?

Ya, karena kalau tidak tidak kongkret maka siswa akan bingung dan pusing dengan yang saya berikan.

23 Apakah bapak/ ibu guru menerimaan siswa secara apa adanya? Alasanya?

Ya, tentu saya sudah katakan setiap orang mamilki kelemaham dan kelebihan maka saya menerima siswa secara apa adanya, tentu kelemahan tersebut saya juga memberikan masukan kepada siswa agar terus memperbaikinya.

24 Apakah bapak/ ibu guru juga mengarahkan bimbingan pada perencanaan dan pengembangan diri, peningkatan hubungan sosial, pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar, displin belajar, memperbaiki cara-cara belajar, mengerjakan

tugas?alasanya?

Ya, karena saya memberikan bimbingan untuk mengebangankan diri mereka, memberikan tetang pentingnya hubungan sosial yang baik karena manusia perlu bantuan orang lain untuk hidup atau mahluk sosial, memberikan motivasi untuk

belajar,disiplin belajar, cara-cara belajar yang efektif, dan mengerjakan tugas. Semua itu penting untuk proses belajar mereka agar memproleh hasil yang baik dan suksea kedepanya.

25 Apakah bapak/ ibu guru melakukan kunjungan rumah? Kapan terkahir melakukanya?

Kalau yang ini saya jarang melakukanya karena saya terkendala oleh tugas yang banyak, selain saya mengajar tugas pelajaran disekolah lain saya juga mengajar disekolah ini, maka karena tugas yang banyak saya jarang melakukan kunjungan rumah. Jika ada siswa yang mengalami masalah dirumah atau jarang masuk sekolah saya hanya pesan kepada temanaya untuk sekolah lagi, setelah masuk sekolah saya memberikan motivasi dan nasehat untuk terus belajar dan sekolah.

24 Apakah bapak/ ibu guru membuat kelompok belajar? Alasanya?

Saya belum membuat kelompok belajar, karena tugas saya hanya mengajar didalam kelas.


(3)

25 Apakah bapak/guru melakukan pertemuan dengan murid sebelum kegiatan KBM ? Apa alasan bapak/guru melakukannya

Saya jarang melakukanya karena saya sering telat mengajar karena setelah mengajar siswa disekolah lain saya langsunh kesini maka, saya sering jrang melakukan pertemuan dengan siswa baik setelah KBM atau sebelum KBM.


(4)

Rangkuman Hasil Wawancara Guru Bidang Studi 2

1 Apakah bapak /ibu guru menjelasakan manfaat dan tujuan yang anda berikan pelajaran dikelas?

Ya, karena siswa memiliki kerterbatasan dan penangkapan pelajaran yang berbeda yang berbeda maka saya perlu memberikan penejelasan setiap pelajaran yang saya berikan.

2 Apakah bapak memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa ?

Contohnnya pak?

Ya tentu saja, tapi saya juga mempertimbangkan RPP dan silabus, kedunya saling mendukung. Tapi yang paling penting adalah kebutuhan siswa.contohnya jika anak belum bisa pelajaran matematika sttistik maka saya akan memberikannya dengan begitu diharapakan bisa menguasai pelajaran tersebut. 3 Apakah bapak/ibu guru

menggunakan metode yang beragam dalam memberikan pelajaran ?

alasanya? Contoh metodenya apa?

Ya karena dengan kita memberikan metode yang beragam siswa tidak cepat bosan dan mudah menangkap pelajaran yang saya berikan. Contohnya pelajaran matematika yang sulit menghitung maka saya ajarkan menghitung dengan jari/metode jaritmatika.

4 Apakah bapak/ ibu guru memberikan

kesempatan/dorongan pada siswa untuk meraih kesuksesan ?

Ya karena siswa SMP Terbuka santa perlu mengingat siswa SMP merupakan siswa yang kurang mempu maka perlu motivasi dan dorongan semangat yang lebih untuk meningkatkan motivasi siswa SMP terbuka untuk terus belajar dan mendapatkan kesuksesan.

5 Apakah bapak/ ibu guru memberikan bantuan dan kemudahan kepada siswa tetang pelajaran? Cara dan bentuk apa dalam memberikan batuanaya?

Ya, dengan memberikan bantuan semaksimal mungkin pada siswa. Bila siswa mengalami masalah maka saya akan membantu bila itu masalah materil bila say bisa bantu saya akan membantunya sebisa saya, bila masalah pribadi saya akan membantu memecahkan persolannya dengan sebaik mungkin.

6 Apakah bapak/ ibu guru memberikan pujian, ganjaran, agar anak memiliki motivasi untuk belajar? Contohnya seperti apa ?

Ya sering saya memberikan pujian bila siswa mendapt prestasi dan nilai baik, kalau ganjaran atau hukuman saya jarang melakukan karena itu kurang mendidik, lebih suka memberikan nasihat. Contohnya bila seorang siswa mendapt nilai baik maka saya akan memberikan hadih berupa

biskuit/coklat. 7 Apakah bapak/ ibu guru

sering mengawasi tingakah laku siswa dan kegiatanya?

Ya, apalagi bila siswa memiliki masalah atau siswa nakal saya terus mengawasi untuk mengetahui masalh siswa.

8 Apakah bapak/ mengobservasi kegaiatan-kegiatan siswa ?

Ya tentu saya sudah katakan observasi perlu bila untuk mengetahui maslah siswa.

9 Apakah bapak/ ibu guru juga mengusahakan siswa agar lebih memahami dirinya, sikap, minat, dan

pembawaanya?

Ya, karena siswa bisa memahami diri tetang kekurangan dan kelebihan, sikap baik dan buruknya, minat yang positif agar terus dikembangkan, serta pembaanya untuk mendukung siswa lebih baik lagi.

10 Apakah bapak /ibu guru mengusahakan kondisi yang aman, dan siswa mendapat perhatian dan penghargaan atas prestasinya?

Ya bila saya menyediakan kondisi yang aman maka siswa akan belajar dengan lebih baik lagi, siswa mendapatkan perhatian dari saya tanpa membeda-bedakan siswa,

penghargaan dari prestasi saya sudah katakan bahwa siswa perlu penghargaan karena untuk mendukung dan memotivasi siswa untuk terus belajara lagi.


(5)

11 Apakah bapak/ ibu guru mengebangkan sikap-sikap tingkah laku sosial yang baik pada siswa? Bagaimana cara?

Ya, saya menanamkan tenatang baik buruk, aturan norma-norma, huku yang berlaku dimasyarakat maupun negara.

12 Apakah bapak ibu/ guru menyediakan kondisi dan kesempatan bagi siswa untuk memproleh hasil yang baik?

Ya saya menyedikan kondisi yang baik untuk mereka belajar dikelas agar dapat memperoleh hasil yang baik pula.

13 Apakah bapak/ ibu guru membantu siswa memilih pekerjaan yang cocok untuk siswa sesuai dengan minat dan bakatnya? Bagaiamana

caranya?

Ya, tapi saya hanya mengarahkan untuk belajar dengan baik sehingga diharapkan siswa mampu mendapat perkerjaan yang baik pula.

14 Apakkah bapak/ ibu guru juga memperlakukan siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan? Caranya pak?

Ya karena dengan memperlakukan siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan membuat siswa senang untuk menerima pelajaran saya.

15 Apakah bapak/ ibu guru memiliki keyakinan bahwa siswa memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang untuk maju ? caranya?

Ya, tentu setiap orang memilki potensi untuk tumbuh dan berkembang sebaik mungkin, setipa orang memilki potensi, bakat masing-masing. Saya melakuakan penyadaran tetang siswa tetang hal-hal yang disukai siswa bakat, minatnya sehingga siswa bisa menemukan potensinya, terusa dapat dikembangkan.

16 Apakah bapak/ ibu guru mengusahakan agar siswa menyadari perasaan siswa ? Bagaimana cara?

Ya tentu, caranya saya menanamkan untuk sering

mengkoreksi diri maka siswa akan menyadari persaan yang dialami sehingga siswa mampu mengukapakan perasan dengan baik.

17 Apakah bapak/ ibu guru menyadari bahwa mengajar bukan hanya terbatas pada pengausaan materi saja melainkan menyakut perkembangan menjadi individu yang dewasa? Alasanya?

Ya, sekarang mengajar bukan hanya mengajar pelajaran tetapi tugas guru juga medidik watak siswa untuk berkembang menjadi individu yang dewasa, memiliki moral,

berkebribadian yang baik dll.

18 Apakah bapak/ ibu guru

bersikap baik pada siswa? Lalu bagaiamana cara beremapati pada siswa?

Ya, bila mereka memilki masalah saya akan membantu sebaik mungkin,

20 apakah bapak/ ibu guru mengahargai siswa sebagai individu? Bentuk

mengharagainya?

Ya, saya akan mengharagai dan menerima siswa apa adanya maka saya akan berikan penghargaan dan menghormati yang baik kepada siswa.

21 Apakah bapak/ ibu guru menampilakan jati diri yang sesungguhnya tanpa dibuat-buat?

Ya, karena kalau dibuat-buat malah membuat siswa tidak menghargai saya, ya bila saya memiliki kekurangan saya tidak buat-buat agar baik saya akan mencoba

memperbaikinya dengan sebaik mungkin.

22 Apakah bapak/ ibu guru Kekonkretan dalam menyatakan diri?

Ya tentu karena kalau tidak jelas malah membuat bingung siswa, siswa tidak bisa menangkap apa yang say berikan.


(6)

23 Apakah bapak/ ibu guru menerimaan siswa secara apa adanya? Alasanya?

Ya tentu karena setipa orang memiliki kelemahan dan kekutan yang berbeda-beda,maka saya menerima siswa apa adanya, apalagi siswa ini siswa tidak mempu secara

fianansial. 24 Apakah bapak/ ibu guru juga

mengarahkan bimbingan pada perencanaan dan

pengembangan diri,

peningkatan hubungan sosial, pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar, displin belajar, memperbaiki cara-cara belajar, mengerjakan

tugas?alasanya?

Ya tentu pengebangan diri sangar penting apalagi siswa SMP perlu pengebangan diri, peningkatan hubungan sosial dengan masayarakat, peningkatan motivasi belajar dan disiplin belajar untuk meningkatkan prestasi siswa, memperbaiki cara belajar yang keliru terus saya memberikan tips-tips belajar yang efektif, contohnya belajar dengan musik klasik, dengen menggukan mind map dll. Mengerjakan tugas-tugas baik tugas pelajaran atau tugas sehari-hari ini membentuk siswa untuk berlatih bertanggung jawab terhadap tuganya.

25 Apakah bapak/ ibu guru melakukan kunjungan rumah? Kapan terkahir melakukanya?

Kunjungan rumah saya belum pernah, karena kesibukan saya, bila siswa jarang masuk sekolah saya hanya titipkan pesan pada teman yang dekat untuk masuk sekolah.

24 Apakah bapak/ ibu guru membuat kelompok belajar? Alasanya?

Jarang, mungkin hanya disekolah saja, pembuatan kelompok belajar.

25 Apakah bapak/guru melakukan pertemuan dengan murid sebelum kegiatan KBM ? Apa alasan bapak/guru melakukannya

Jujur saya tidak karena kesibukan mengajar saya jarang berbincang-bincang dengan siswa. Karena saya mengajar didua sekolah sudah tersita waktu banyak sekali.