kebiasaan serta aktivitasnya dalam keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar, serta kondisi kehidupan keluarga siswa.
c. Menyelenggarakan kelompok belajar. Kegiatan ini bermanfaat untuk:
1 Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima pendapat dari teman lain.
2 Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar
secara kelompok. 3 Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara
bersama-sama. 4 Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di dalam
masyarakat yang lebih luas. 5 Memupuk rasa kegotong royongan.
d. Pertemuan guru-murid Sewaktu-waktu apabila dibutuhkan, maka guru perlu mengadakan
pertemuan dari hati-kehati dengan murid. Pertemuan itu dapat dilaksanakan sebelum sekolah dimulai, pada waktu istirahat, atau setelah
sekolah usai. Dari pertemuan tersebut akan didapatkan data mengenai siswa yang mungkin sedang bermasalah.
F. Keterbatasan Guru.
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah tenaga konselor
profesional memang masih relatif terbatas, maka peran guru sebagai
pembimbing tampaknya menjadi penting. Ada atau tidak ada konselor
profesional di sekolah, tentu upaya pembimbingan terhadap siswa mutlak
diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah tersedia tenaga konselor profesional, guru bisa bekerja sama dengan konselor bagaimana seharusnya
membimbing siswa di sekolah. Namun jika belum, maka kegiatan
pembimbingan siswa tampaknya akan bertumpu pada guru. Beberapa keterbatasan guru antara lain:
1. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua
tugas itu. 2. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah siswa.
G. Upaya Guru Dalam Mengoptimalkan Peranannya
Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Guru harus memiliki pemahaman tentang
anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar
serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan
menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
keunikan yang dimilikinya. 3. Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan
dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.
4. Guru senantiasa
memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika
sedang berada di kelas maupun di luar kelas. 5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsip umum konseling dan
menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu
dalam belajarnya.
H. Evaluasi