GAMBARAN OBAT KADALUARSA DI PUSKESMAS KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2014
GAMBARAN OBAT KADALUARSA DI PUSKESMAS KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2014
Puspa IR,**Tedi,* Fadly* **Alumni, Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang *Dosen Poltekkes Palembang
ABSTRAK
Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari Puskesmas karena ketersediaan obat setiap saat menjadi tuntutan dalam pelayanan kesehatan.Kinerja pengelola obat yang buruk dapat dilihat dari banyaknya jumlah obat yang mengalami kadaluarsa. Dengan banyaknya jumlah obat yang kadaluarsa, berarti negara telah membuang uang anggaran dalam penyediaan obat-obatan untuk daerah. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan pendekatan deskriptif. Sampel penelitian ini adalah seluruh data dari seluruh Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir pada bulan April – Juni 2015. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data obat kadaluarsa seluruh Puskesmas tahun 2014. Setelah dilakukan penelitian didapat bahwa gambaran obat kadaluarsa di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir sepanjang tahun 2014 terdiri dari bentuk sediaan tablet sebesar 94,52%, kapsul 1,47%, serbuk 0,86%, salep 0,16%, sirup 0,92%, injeksi 1,64% dan tetes telinga 0,39%. Jumlah obat kadaluarsa di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir sepanjang tahun 2014 dalam bentuk sediaan tablet sebanyak
112484, kapsul 1750, serbuk 1025, salep 202, sirup 1104, injeksi 1960 dan tetes telinga 469 dengan kerugian biaya sebesar 18.336.021. Waktu kadaluarsa obat yaitu dari bulan Februari sampai Desember.
Kata kunci : Puskesmas,obat, kadaluarsa
PENDAHULUAN
untuk penyakit langka, 13,2% obat yang sudah Kadaluarsa obat diartikan sebagai batas
mendekati waktu kadaluarsa, 32,4% obat waktu dimana produsen obat menyatakan
mahal dan 23,7% obat yang dihentikan bahwa suatu produk dijamin stabil dan
penggunannya. Manajemen dan koordinasi mengandung kadar zat sesuai dengan yang
yang buruk menyebabkan pengadaan yang tercantum dalam kemasannya pada
tidak efektif sehinggga menimbulkan obat penyimpanan sesuai dengan anjuran (Nuraini,
menjadi kadaluarsa (WHO, 2010). 2013). Memperhatikan masa kadaluarsa suatu
Di Kabupaten Ogan Ilir, berdasarkan data produk obat penting untuk menghindari
pemusnahan obat kadaluarsa di puskesmas dikonsumsinya suatu produk yang sebenarnya
pada tahun 2011 bahwa jumlah obat kadaluarsa sudah tidak layak dikonsumsi.
mencapai 33598 item obat yang terdiri dari Di negara berkembang anggaran belanja
beberapa bentuk sediaan yaitu, tablet, kapsul, obat merupakan anggaran kedua terbesar
sirup, injeksi dan salep dengan berbagai setelah gaji, yaitu sekitar 40% dari seluruh
macam nama obat. Persentase obat kadaluarsa anggaran unit pelayanan kesehatan (Quik dkk,
dalam bentuk sediaan tablet sebanyak 25,19%; 2008). Secara nasional biaya untuk obat sekitar
kapsul 71,31%; sirup 0.006%; injeksi 3,48%; 40-50% dari seluruh biaya operasional
dan salep 0.0051%.
kesehatan. Sehingga ketidakefisienan dalam Manajemen obat di Puskesmas pengelolaan obat akan berdampak negatif baik
merupakan salah satu aspek penting dari secara medis maupun medik (Departemen
Puskesmas karena ketidak efisienan Kesehatan RI, 2006).
persediaan obat akan memberikan dampak Data badan kesehatan dunia WHO tahun
negatif terhadap biaya operasional Puskesmas. 2010 menunjukkan bahwa di Uganda
Sementara ketersediaan obat setiap saat karakteristik obat yang mengalami kadaluarsa
menjadi tuntutan dalam pelayanan merupakan 20% obat penenang, 81,8% obat
kesehatan. Kinerja pengelola obat yang ISSN 0126-107X
Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2; buruk dapat dilihat dari banyaknya jumlah
Tujuan Khusus
obat yang kadaluarsa. Pemesanan obat yang
1. Menghitung jumlah obat kadaluarsa sesuai melebihi dari jumlah kebutuhan yang
bentuk sediaan di Puskesmas Kabupaten diperlukan di luar dari stok obat pengaman dan
Ogan Ilir tahun 2014. waktu tunggu akan mengakibatkan
2. Mengidentifikasi waktu kadaluarsa obat di pemborosan karena sebagian obat bisa
Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir. saja tersisa sampai lewat batas waktu
3. Menghitung jumlah kerugian biaya yang penggunaannya. Dengan banyaknya jumlah
diakibatkan dari obat kadaluarsa di obat yang kadaluarsa, berarti negara telah
Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir tahun membuang uang anggaran dalam penyediaan
obat-obatan untuk daerah. Oleh karena itu, kinerja pengelola obat sangat menentukan METODE PENELITIAN
keberhasilan dalam pengelolaan obat di
Jenis Penelitian
Puskesmas. Penelitian non eksperimen dengan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pendekatan deskriptif yaitu suatu metode yang oleh Nuraini (2013) tentang Analisa
memberikan gambaran atau keadaan objek Pengelolaan Obat Kadaluarsa Di Instalasi
yang diteliti berdasarkan data yang telah Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
dikumpulkan sehingga dapat memberikan Sukoharjo Tahun 2011 menyebutkan bahwa
gambaran yang tepat mengenai proses obat- obatan bisa saja mendekati atau lewat
penelitian
masa kadaluarsanya, tidak sesuai kebutuhan
Populasi
bahkan dikirim dalam jumlah yang tidak Populasi dalam penelitian ini adalah dibutuhkan.
seluruh Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir
Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir 2015. mempunyai 25 Puskesmas. Berdasarkan hasil
pengamatan sementara oleh peneliti di tiga Cara Pengumpulan Data Peneliti mendatangi Puskesmas Kabupaten
Puskesmas pada bulan Februari 2015, sebagai Ogan Ilir, kemudian peneliti mengumpulkan studi pendahuluan dengan cara melihat data semua data obat kadaluarsa tahun 2014. obat kadaluarsa tahun 2014 terdapat jenis obat Selanjutnya, peneliti mencatat nama, tertentu yang telah lewat batas waktu bentuk sediaan, jumlah, waktu dan biaya dari penggunaannya. Hal ini menunjukkan
obat kadaluarsa.
bahwa tidak menutup kemungkinan di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir masih
Alat Pengumpulan Data
terdapat obat yang telah kadaluarsa. Alat yang digunakan dalam pengumpulan Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik
data yaitu kertas kerja, alat tulis dan kalkulator. untuk melakukan penelitian mengenai
HASIL PENELITIAN
“Gambaran Obat Kadaluarsa di Puskesmas Sumber data dalam penelitian ini adalah Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014“.
berupa data obat kadaluarsa di Puskesmas
TUJUAN PENELITIAN
Kabupaten Ogan Ilir tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2015 di 25
Tujuan Umum
Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Mengamati gambaran obat kadaluarsa di
Kabupaten Ogan Ilir.
Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir tahun 2014. 223
ISSN 0126-107X
Sampel
Tidak dilakukan sampling dalam penelitian
Tabel 1. Jumlah Obat Kadaluarsa di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014
No
Nama Puskesmas
Bentuk Sediaan
Injeksi Kapsul Salep Serbuk Sirup Tablet Tetes
Telinga
1 Betung 279 - - 100 - 12170 95
2 Indralaya 40 750 25 - 19 2000 88
3 Kandis 50 - - - 300 12 -
4 Kerinjing 150 - - 25 50 2100 -
5 KTMS Rambutan - - - - - 320 50
6 Muara Kuang 405 - 48 - 387 30000 -
7 Palem Raya - - - - 25 1000 -
8 Payakabung 398 1000 - - 547 17600 -
9 Pegayut 40 - 49 - - 1294 50
10 Simpang Timbangan - - - - 60 15280 48
11 Sri Tanjung 311 - 55 900 - 16600 20
12 Sungai Pinang 140 - 25 - 4 6220 48
13 Talang Aur - - - - - 100 -
14 Talang Pangeran 22 - - - - 3000 70
15 Tambang Rambang 125 - - - - 4500 -
ini karena seluruh data dari seluruh Puskesmas digunakan sebagai bahan penelitian.
Jumlah obat kadaluarsa di 15 Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir sepanjang tahun 2014 paling banyak terdapat di Puskesmas Muara
Kuang sedangkan yang paling sedikit terdapat di Puskesmas Talang Aur.
Tabel 2. Daftar Nama Obat Kadaluarsa di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014
Indralaya
Aminophylin
Chloramphenicol Digoxin Efedrin Garam Oralit Ibuprofen Oxytetracyclin Phytomenadion Simvastatin Tramadol Vitamin B6 Vitamin C Amoxicillin Chlorampenicol Chlorampenicol Gentamicin Metochlopramide
Oxytetrasiklin
30 amp 95 btl
250 tab 400 tab 100 sachet
20 tab 150 amp
94 amp 1500 tab
5 amp 1000 tab 9000 tab 750 kap
19 btl 88 btl 10 amp
2000 tab
25 tube
Muara Kuang
Palem Raya
Payakabung
Antalgin Cotrimoxazole
Difenhidramin Gentamicin Hydrochlorothiazide Lidocain Oxytetrasiklin Phytomenadion Tramadol Vitamin C Antasida Papaverin Albendazol Aminophylin Cefotaxime Chloramphenicol Cotrimoxazole Cotrimoxazole
1000 tab
387
btl
20 amp 100 amp 6000 tab
60 amp 48 tube
210 amp 15 amp 23000 tab 25 btl 1000 tab 1000 tab 90 amp 98 vial
327 btl 220 btl 2000 tab
Kandis
Tramadol Aminophyllin Amlodipin 5 mg Cotrimoxazole Phytomenadion
30 amp 200 tab
100 tab
12 btl 50 amp
Vitamin B6
Phytomenadion Propanolol Vitamin A Vitamin C
3000 tab 210 amp
1600 tab 1000 kap 10000 tab
ISSN 0126-107X 224
Puspa IR, Tedi, Fadly. Gambaran Obat Kadaluarsa Di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014
Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2;
Kerinjing Chlorampenicol 50 btl Simpang Albendazol
60 tab Digoxin 200 tab Timbangan Chloramphenicol 48 btl
Garam Oralit 25 sachet Cotrimoxazole 60 btl Phytomenadion
150 amp Metochlopramide 300 tab Propiltiourasil
120 tab Ranitidin
500 tab
Simvastatin
Vitamin C 14800 tab
1400 tab
Albendazol 120 tab Talang Aur Propanolol 100 tab Rambutan Chlorampenicol 50 btl Sungai Chlorampenicol 4 btl
KTMS
Digoxin PTU
100 tab Pinang
Chloramphenicol 48 btl
100 tab Pegayut
Aminophylin 100 tab Digoxin
Chlorampenicol
994 tab Gentamicin
10 amp
Oxytetrasklin
25 tube Phytomenadion
50 btl Oxytetrasiklin
49 tube Phytomenadion
120 amp
Propanolol
40 amp Simvastatin
10 amp Vitamin C 6000 tab
Sri Tanjun g Aminophylin
25 amp Rambang Chloramphenicol 20 btl Deksametason 100 amp
300 tab Gentamisin
Garam Oralit 900 sachet Digoxin
70 amp Furosemide 40 mg 700 tab Metoklorpramid 100 tab Propanolol 40 mg
500 tab
Oxytetracyclin 55 tube Vitamin C 3000 tab Papaverin 40 mg 2000 tab
Phytomenadion
150 amp
Phytomenadion
62 amp
Propanolol
110 tab
Ranitidin
5 amp
Simvastatin
90 kap
Tramadol 5 amp Vitamin B6 300 tab Vitamin C 50 mg 14000 tab
Dapat dilihat bahwa obat yang paling sediaan salep adalah Oxytetracyclin, sediaan banyak kadaluarsa dalam bentuk sediaan tablet sirup adalah Cotrimoxazole, sediaan injeksi
adalah Vitamin C, sediaan kapsul adalah adalah Phytomenadion dan sediaan tetes telinga Vitamin A, sediaan serbuk adalah Garam Oralit,
adalah Chlorampenicol.
Tabel 3. Waktu Kadaluarsa dari Obat yang Mengalami Kadaluarsa Tahun 2014
Bulan Bentuk Sediaan
Tablet Kapsul Serbuk Salep Sirup Injeksi Tetes Telinga Januari - - - - - - -
Februari 8600 - - 202 - 150 - Maret 400 - - - 729 - - April - - - - - - - Mei 1830 750 - - - 1121 - Juni 3870 1000 125 - 350 293 469 Juli 1600 - 900 - - 112 - Agustus 83500 - - - 25 - - September 4300 - - - - 60 - Oktober 994 - - - - 224 - November 5690 - - - - - - Desember 1700 - - - - - - Total 112484 1750 1025 202 1104 1960 469
225 ISSN 0126-107X
Puspa IR, Tedi, Fadly. Gambaran Obat Kadaluarsa Di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014
Waktu kadaluarsa dari obat yang mengalami pada bulan Januari dan April tidak ada obat kadaluarsa banyak terdapat pada bulan
kadaluarsa yang waktu kadaluarsanya pada Agustus dalam bentuk sediaan tablet sedangkan
bulan tersebut.
Jumlah obat berdasarkan bentuk sediaan yang kadaluarsa
tase n
e rse
P 0.50 % Jumlah Obat Kadaluarsa 0.05% 0,00%
Tablet Kapsul Serbuk Salep Sirup Injeksi Tetes
Bentuk Sediaan
Telinga
Grafik 1 Jumlah Obat Kadaluarsa di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014 Berdasarkan Bentuk Sediaan
Dari grafik dapat dilihat bahwa persentase 94,52%, kapsul sebesar 1,47%, serbuk sebesar jumlah obat kadaluarsa dalam bentuk sediaan
0,86%, salep sebesar 0,16%, sirup sebesar tablet jauh lebih banyak dibandingkan bentuk
0,92%, injeksi sebesar 1,64% dan tetes telinga sediaan lain. Jumlah obat kadaluarsa
sebesar 0,39%.
dalam bentuk sediaan tablet yaitu sebesar
Tabel 4. Daftar Jumlah Biaya Obat Kadaluarsa di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014
No Nama Puskesmas Rupiah (Rp)
1 Betung 1.337.185
2 Indralaya 1.196.846
3 Kandis 155.000
4 Kerinjing 809.875
5 KTMS Rambutan 45.258
6 Muara Kuang 2.678.468
7 Palem Raya 169.675
8 Payakabung 4.667.360
9 Pegayut 198.744
10 Simpang Timbangan 950.416
11 Sri Tanjung 1.629.614
12 Sungai Pinang 886.600
13 Talang Aur 11.400
14 Talang Pangeran 560.608
15 Tambang Rambang 477.175
Total
ISSN 0126-107X 226
Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2; Jumlah biaya dari obat kadaluarsa di 15
Puskesmas Talang Aur. Sedangkan untuk total Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir tahun 2014
biaya keseluruhan obat kadaluarsa di 15 yang tertinggi yaitu di Puskesmas
Puskesmas yaitu sebesar Rp. 18.336.021. Payakabung dan biaya terendah di
Biaya Obat Kadaluarsa
Tablet Kapsul Serbuk
Salep Sirup Injeksi Tetes Telinga
Biaya Obat Kadaluarsa
Bentuk Sediaan
Grafik 2. Jumlah biaya obat kadaluarsa di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir tahun 2014 berdasarkan bentuk sediaan
Jumlah biaya obat kadaluarsa dalam petugas di bagian gudang obat yang bertujuan bentuk sediaan tablet sebesar Rp. 5.961.152,
untuk mengetahui jumlah dan jenis obat yang kapsul Rp. 549.500, serbuk Rp. 314.675, salep
kadaluarsa. Pencatatan yang dilakukan meliputi Rp. 407.232, sirup Rp. 3.373.575, injeksi Rp.
nama obat, waktu kadaluarsa dan jumlah. 4.778.939 dan tetes telinga sebesar Rp.
Tetapi berdasarkan penelitian tidak semua 2.950.948.
puskesmas melakukan pencatatan obat kadaluarsa secara lengkap, hanya puskesmas
PEMBAHASAN
yang mempunyai sistem pengelolaan yang baik Dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang melakukan pencatatan obat kadaluarsa terutama pengobatan di puskesmas maka obat-
secara lengkap. Seharusnya pencatatan yang obatan merupakan unsur yang sangat penting.
lengkap dapat memberikan informasi secara Obat menjadi salah satu perbekalan farmasi
lengkap mengenai obat-obatan yang yang harus ada di Puskesmas. Tidak semua
kadaluarsa sehingga dapat digunakan sebagai obat yang tersedia di apotek dan gudang obat
arsip bagi puskesmas dan Dinas Kesehatan dapat langsung di distribusikan kepada pasien.
yang digunakan untuk mengajukan usulan Obat-obatan yang belum didistribusikan
penghapusan sediaan obat yang rusak dan disimpan untuk sementara bahkan ada
kadaluarsa.
yang sampai melewati waktu kadaluarsanya. Pemeriksaan waktu kadaluarsa obat Dari hasil penelitian di 25 Puskesmas
dilakukan secara berkala oleh petugas gudang wilayah kerja dinas Kabupaten Ogan Ilir, masih
obat. Obat yang memiliki waktu kadaluarsa terdapat obat kadaluarsa di 15 Puskesmas. Obat
lebih pendek di distribusikan terlebih dahulu yang mengalami kadaluarsa terdiri dari bentuk
dari obat yang waktu kadaluarsanya lebih sediaan tablet, kapsul, serbuk, salep, sirup,
panjang. Tapi pada kenyataannya masih injeksi dan tetes telinga dengan jumlah
terdapat beberapa obat yang kadaluarsa. Untuk keseluruhan sebanyak 118994 item obat. Di
puskesmas yang memiliki pengelolaan yang Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir proses
baik, obat-obat yang sudah mendekati waktu pencatatan obat kadaluarsa dilakukan oleh
kadaluarsa segera di distribusikan kepada 227
ISSN 0126-107X
pasien atau di distribusikan ke puskesmas pembantu sehingga tidak ada obat yang sampai lewat batas kadaluarsanya. Banyaknya obat yang mengalami kadaluarsa kemungkinan dipengaruhi oleh stok obat yang diberikan Dinas Kesehatan kepada puskesmas adalah obat-obat yang sudah mendekati waktu kadaluarsa dan tidak sesuai dengan kebutuhan jadi banyak obat yang tersisa sampai lewat dari waktu kadaluarsanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuraini (2013) tentang Analisa Pengelolaan Obat Kadaluarsa Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun 2011 menyebutkan bahwa obat-obatan bisa saja mendekati atau lewat masa kadaluarsanya, tidak sesuai kebutuhan bahkan dikirim dalam jumlah yang tidak dibutuhkan. Petugas dan tempat penyimpanan yang kurang mencukupi dan sistem manajemen obat- obatan tidak teratur dapat menjadi penyebab banyaknya obat yang kadaluarsa. Hal inilah yang juga menjadi penyebab banyaknya obat kadaluarsa di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir khususnya di Puskesmas Muara Kuang. Jika saja Dinas Kesehatan memberikan obat dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan puskesmas maka jumlah obat yang kadaluarsa tidak akan terlalu banyak.
Obat yang telah melewati masa kadaluarsa dapat menjadi limbah yang dapat mencemari lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Penanganan obat kadaluarsa yang ada di puskesms Kabupaten Ogan Ilir yaitu obat- obatan yang telah kadaluarsa tidak langsung dimusnahkan saat itu juga. Obat yang telah kadaluarsa dikumpulkan oleh petugas gudang obat dan kemudian dipisahkan dari obat-obatan yang lain. Apabila obat kadaluarsa yang ada di puskesmas jumlahnya sedikit maka Dinas Kesehatan memerintahkan petugas gudang obat yang ada di puskesmas untuk melakukan pemusnahan sendiri tetapi apabila
jumlah obat kadaluarsa dalam jumlah banyak maka dikembalikan ke Dinas Kesehatan untuk dilakukan pemusnahan. Tidak seluruh puskesmas melakukan penanganan obat kadaluarsa dengan baik. Ada beberapa puskesmas yang masih menyimpan obat kadaluarsa terlalu lama di dalam gudang obat dan tidak dipisahkan dari obat yang belum kadaluarsa bahkan jumlah obat kadaluarsa tersebut dalam jumlah banyak. Pengumpulan obat yang kadaluarsa seharusnya dilakukan pada tempat yang terpisah dengan obat-obatan yang masih baik (belum kadaluarsa) dan tidak disimpan terlalu lama namun segera diserahkan kepada gudang obat farmasi di Dinas Kesehatan karena dapat mempengaruhi mutu dari obat yang belum kadaluarsa dan dapat menyebabkan petugas puskesmas salah dalam pengambilan obat.
Dalam penelitian ini harga obat yang diambil adalah daftar harga obat dari Dinas Kesehatan. Berdasarkan rekapitulasi jumlah biaya obat kadaluarsa dari 15 Puskesmas yang terdapat obat kadaluarsa, Puskesmas dengan jumlah biaya obat kadaluarsa yang paling tinggi adalah Payakabung karena Puskesmas Payakabung merupakan salah satu Puskesmas yang besar dan terlihat bahwa stok obat yang ada di gudang obat Puskesmas Payakabung lebih banyak dibandingkan dengan Puskesmas yang lain. Selain itu, obat yang kadaluarsa adalah Chlorampenicol dengan sediaan sirup memiliki jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan Chlorampenicol yang ada di Puskesmas lain dan mempunyai harga yang paling tinggi dibandingkan dengan harga sediaan sirup yang lain. Puskesmas Payakabung juga memiliki jumlah obat kadaluarsa dalam sediaan injeksi yang paling banyak yaitu obat Cefotaxime dan dengan harga obat injeksi yang paling tinggi dibandingkan dengan harga obat injeksi yang lain. Sedangkan Puskesmas dengan jumlah
ISSN 0126-107X 228
Puspa IR, Tedi, Fadly. Gambaran Obat Kadaluarsa Di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014
Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2; biaya obat kadaluarsa yang paling rendah
94,52% dengan obat terbanyak adalah adalah Puskesmas Talang Aur karena memiliki
Vitamin C, kapsul 1,47% adalah Vitamin jumlah obat kadaluarsa yang paling sedikit
A, serbuk 0,86% adalah garam oralit, salep dibandingkan dengan Puskesmas yang lain.
0,16% adalah Oxytetracyclin, sirup 0,92% Selain itu Puskesmas Talang Aur merupakan
adalah Cotrimoxazole, injeksi 1,64% Puskesmas yang paling kecil dan terlihat bahwa
adalah Phytomenadion dan tetes telinga stok obat yang ada lebih sedikit diantara
0,39% adalah Chlorampenicol. Puskesmas yang lain.
2. Jumlah obat kadaluarsa di Puskesmas Berdasarkan daftar nama obat yang
Kabupaten Ogan Ilir tahun 2014 dalam mengalami kadaluarsa, Vitamin C
bentuk sediaan tablet sebanyak 112484, merupakan obat kadaluarsa yang hampir
kapsul 1750, serbuk 1025, salep 202, sirup terdapat di 15 Puskesmas dengan jumlah
1104, injeksi 1960 dan tetes telinga 469. mencapai 23000 di Puskesmas Muara
3. Waktu kadaluarsa obat di Puskesmas Kuang. Ini menunjukkan bahwa pengadaan
Kabupaten Ogan Ilir sepanjang tahun 2014 obat yang dilakukan tidak tepat jenis dan tepat
yaitu pada bulan Februari, Maret, Mei, Juni, jumlah untuk kebutuhan obat di Puskesmas.
Juli, Agustus, September, Oktober, Selain itu juga adanya indikasi bahwa
November dan Desember. perencanaan yang dilakukan oleh Puskesmas
4. Jumlah kerugian biaya yang diakibatkan maupun Dinas Kesehatan Ogan Ilir masih
dari obat kadaluarsa sepanjang tahun 2014 belum sesuai dengan kebutuhan Puskesmas.
adalah sebesar Rp. 18.336.021 Seluruh obat yang kadaluarsa terdiri dari 36
item obat yaitu pada sediaan tablet 18 item obat, SARAN kapsul 2 item obat, serbuk 1 item obat, sirup 3
1. Diharapkan kepada Puskesmas untuk item obat dan injeksi 10 item obat. Berdasarkan
memperbaiki pengelolaan obat di bentuk sediaan, jumlah biaya yang paling tinggi
puskesmas guna mencegah adanya obat adalah sediaan tablet karena jumlah obat
kadaluarsa.
kadaluarsa dalam bentuk sediaan tablet lebih
2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk banyak dibandingkan dengan sediaan yang lain.
mengadakan evaluasi dan pengawasan Selain itu, sebagian obat yang ada di Puskesmas
terhadap penyediaan obat-obatan yang adalah dalam bentuk sediaan tablet sehingga
tepat jenis dan tepat jumlah untuk kemungkinan obat yang paling banyak
Puskesmas sehingga jumlah obat kadaluarsa adalah sediaan tablet. Dengan
kadaluarsa yang ada di Puskesmas dapat banyaknya jumlah obat yang kadaluarsa
dikurangi.
3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya Puskesmas masih kurang baik dan banyak uang
menunjukkan bahwa manajemen obat di
meneliti faktor-faktor penyebab obat anggaran negara yang terbuang untuk
kadaluarsa di Puskesmas. penyediaan obat-obatan untuk daerah.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi.
1. Gambaran obat kadaluarsa di Puskesmas
Binarupa Aksara
Kabupaten Ogan Ilir adalah adanya obat Depkes RI, 2005. Pedoman Teknis kadaluarsa di 15 Puskesmas dengan jumlah Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan
obat kadaluarsa yang paling banyak adalah Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan dalam bentuk sediaan tablet sebesar
Dasar. Departemen Kesehatan RI 229
ISSN 0126-107X
Puspa IR, Tedi, Fadly. Gambaran Obat Kadaluarsa Di Puskesmas Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014
Depkes R.I., 2006. Surat Keputusan Menteri
hal. 275
Kesehatan R.I. No. 189/MENKES/ SK/III/2006 Tentang Kebijakan Obat
Idham, 2005. Analisis Kecukupan Obat Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan
Pelayanan Kesehatan Dasar Sebelum RI
dan Sesudah Desentralisasi. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 55:4.
Depkes RI, 2006. Pedoman Pengelolaan Obat
Jakarta.
Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas/Polindes
Nuraini, WF.,2013. Analisa Pengelolaan Obat Kadaluarsa Di Instalasi Farmasi Rumah Depkes RI, 2006. Pedoman Teknis Pengadaan
Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun Obat Publik dan Perbekalan Untuk
201. Karya Tulis Ilmiah,Universitas Pelayanan Kesehatan Dasar
Sebelas Maret, hal. 9-17 Depkes RI, 2007. Pedoman Pengelolaan Obat
Syamsuni, 2005. Farmasetika Dasar Dan Publik dan Perbekalan Kesehatan di
Hitungan Farmasi. Buku Kedokteran EGC, Daerah Perbatasan. Direktorat Bina
Jakarta, hal. 47-48
Publik dan Perbekalan Kesehatan, Jakarta, hal. 14-35
Trihono, 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Sagung Seto, Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir, 2011.
Jakarta.
Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir
Quick, J.D., dkk, 1997. Managing Drug Supply, Second Edition, Revised And Expanded. Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir 2014.
Kuimaria Press West Hartford. Wijono. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir
WHO, 1999. Guidelines for Safe Disposal Of Unwanted Pharmaceuticals in and after Efendi, F., 2009. Keperawatan Kesehatan
Emergencies. WHO No: 99,2 Komunitas : Teori dan Praktek dalam Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta,
WHO, 2010. Expiry of medicines in supply outlets in Uganda. WHO No: 88
230 ISSN 0126-107X
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN SWAMEDIKASI JERAWAT PADA SISWA SMA NEGERI 3 PALEMBANG
Sidri1, Putri Sukma Rani2 1Dosen Jurusan Farmasi, 2Alumni Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari faktor persepsi sakit, ketersediaan informasi tentang obat, ketersediaan obat dimasyarakat dan sumber informasi cara pemakaian obat terhadap keputusan swamedikasi jerawat. Penelitian dilakukan pada siswa SMA Negeri 3 Palembang yang berjerawat dan melakukan swamedikasi jerawat yang berjumlah 94 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitis dengan pendekatan cross sectional (satu waktu). Uji statistik menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa faktor persepsi sakit, ketersediaan informasi tentang obat, ketersediaan obat di masyarakat dan sumber informasi cara pemakaian obat secara bersama-sama mempengaruhi keputusan swamedikasi jerawat sedangkan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan swamedikasi jerawat adalah persepsi sakit.
PENDAHULUAN
1993). Pengobatan sendirimenurut WHO Jerawat merupakan peradangan pada kulit
adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, yang ditandai dengan adanya komedo tertutup
herbal,maupun obat tradisional oleh seorang (white head), komedo terbuka (black head),
individu untuk mengatasi penyakitatau gejala bintil (papula atau nodula) atau bintil bernanah
penyakit (WHO, 1998). DiIndonesia sendiri (pustula atau kista) pada permukaan kulit
obat yang dapat digunakan secara swamedikasi berwarna kemerahan dan berlemak yang
adalah obat darigolongan bebas dan obat bebas disebut soborrhea (Winarno dan Ahnan, 2014).
terbatas.
Kemunculan jerawat umumnya terjadi di masa Swamedikasi dapat mempermudah pubertas dimana produksi hormon androgen
masyarakat memperoleh obat tanpa perlu meningkat drastis dan berimbas pada
mengeluarkan biaya jasa untuk dokter dan peningkatan sekresi keratin dan sebum
dalam waktu yang relatif cepat. Tetapi pada (Winarno dan Ahnan, 2014).
pelaksanaannya ternyata menjadi sumber Penelitian Goodman (1999) menyatakan
terjadinya kesalahan pengobatan (medication bahwa prevalensi tertinggi penderita jerawat
error) seperti terjadinya kesalahan medis dalam yaitu pada usia 16-17 tahun dimana pada wanita
diagnosis dan keterlambatan dalam pengobatan berkisar 83-85% dan pada pria berkisar 95-
yang disebabkan karena keterbatasan 100%. Pada umumnya banyak remaja yang
pengetahuan masyarakat akan obat dan cara bermasalah dengan jerawat merasakan jerawat
penggunaannya (Wibowo, 2014). merupakan siksaan psikis baik remaja (Andy,
Swamedikasi merupakan salah satu cara 2009). Pada usia remaja wajah merupakan
yang dapat dilakukan untuk pengobatan jerawat pusat keindahan yang utama, sehingga
jenis ringan, namun seperti yang disebutkan kebanyakan remaja akan melakukan berbagai
diatas apabila terjadi kekeliruan dalam cara untuk mengobati jerawatnya.
pelaksanaannya tentu akan berdampak buruk Pengobatan sendiri atau swamedikasi
bahkan dapat memperparah kondisi yaitumengobati segala keluhan pada dirisendiri
jerawat.Menurut penelitian Andy (2009) yang dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek
berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa
Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat”, nasehat dokter (Tan, H. T. dan Kirana, R.,
tingkat pengetahuan siswa SMA Santo Thomas ISSN 0126-107X
Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2;
1 Medan mengenai jerawat paling banyak sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan berada dalam kategori kurang. Kurangnya
oleh peneliti untuk dapat dianggap mewakili pengetahuan di dukung dengan faktor emosi di
karakteristik populasinya (Sudibyo dan usia remaja yang sangat rentan terpengaruh hal
Surahman, 2014). Pada penelitian ini sampel apapun dapat menyebabkan kesalahan dalam
yang diambil adalah semua siswa yang pemilihan pengobatan termasuk dalam hal
berjerawat dan melakukan swamedikasi pengobatan jerawat sendiri. Karena kurangnya
jerawat yang berjumlah 94 orang.Teknik pada pengetahuan medis dan terapi sebagian besar
penelitian ini adalah dengan menggunakan remaja belum mengetahui cara pengobatan
kuesioner.
sendiri (swamedikasi) yang tepat terhadap Pada penelitian ini terdapat empat variabe jerawat, sehingga perlu dikaji faktor-faktor
bebas (variabel independen) yaitu persepsi yang mempengaruhi para remaja dalam
sakit, ketersediaan informasi tentang obat, memutuskan swamedikasi jerawat. Menurut
ketersediaan obat di masyarakat dan sumber Sukasediati (1996), faktor tersebut antara lain
informasi cara pemakaian obat, serta satu adalah persepsi sakit, ketersediaan informasi
variabel terikat (variabel dependen) yaitu, tentang obat, ketersediaan obat di masyarakat
keputusan swamedikasi jerawat. Sistem dan sumber informasi cara pemakaian obat.
penilaian kuesioner dilakukan dengan metode Siswa SMA merupakan kelompok masyarakat
skoring.
yang berada pada usia remaja.Kemampuan
Tabel 1. Tabel skoring
untuk melakukan swamedikasi belum sepenuhnya dikuasai, namunsudah banyak
Jawaban Skor yang melakukan swamedikasi (Widayati, et al,
No.
5 2008). Siswa SMA Negeri 3 Palembang yang
1. Sangat Setuju
4 berlokasi di tengah kota Palembang tentu
2. Setuju
merupakan salah satu sekolah unggulan dan
3 memiliki kemudahan untuk mengakses obat
3. Kurang Setuju
2 swamedikasi di berbagai apotek di kota
4. Tidak Setuju
Palembang. Berdasarkan hal tersebut peneliti
1 tertarik untuk melakukan penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
5. Sangat Tidak Setuju
Data yang diperoleh diolah dengan Swamedikasi Jerawat pada Siswa SMA Negeri
menggunakan program aplikasi SPSS 16,0
3 Palembang”. menggunakan uji regresi logistik ganda.
METODE HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa fakor
surveianalitisdengan pendekatan cross persepsi sakit memiliki pengaruh yang paling
sectional (satu waktu).Penelitian dilakukan tinggi terhadap keputusan swamedikasi
pada bulan Maret 2015 di SMA Negeri 3 jerawat. Nilai Exp (B) = 7,834 pada pemodelan
Palembang.Populasi penelitian adalah semua akhir multivariat menunjukkan faktor persepsi
siswa kelas X SMA Negeri 3 Palembang yang sakit tujuh kali berisiko mempengaruhi
berjumlah 330 siswa. Sampel ditentukan keputusan swamedikasi jerawat.
berdasarkan teknik pengambilan sampel Menurut peneliti, tingginya persepsi sakit
purposive sampling yaitu cara pengambilan dalam mempengaruhi keputusan swamedikasi
232 ISSN 0126-107X
Sidri, Putri Sukma Rani. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Swamedikasi Jerawat Pada Siswa Sma Negeri 3 Palembang
jerawat adalah karena sebagian besar remaja dapat disebabkan informasi tentang obat hanya sudah memiliki pengalaman swamedikasi
memberikan informasi yang tidak selalu jerawat baik yang dialaminya sendiri maupun
dengan mudah dipercaya oleh remaja, dari cerita pengalaman temannya, selain itu
sedangkan persepsi sakit didukung oleh pengetahun mengenai jerawat yang diperoleh
pengalaman serta pemahaman yang melaui proses belajar dan memberi pemahaman
mendukung kepercayaan remaja terhadap obat tentang jerawat serts obatnya tanpa harus
sehingga akhirnya memustuskan untuk bertanya ke dokter juga dapat menjadi alasan
melakukan swamedikasi jerawat. besarnya pengaruh persepsi sakit terhadap
Faktor ketersediaan obat di masyarakat keputusan swamedikasi jerawat. Penelitian ini
memiliki pengaruh yang paling rendah diantar tidak sejalan dengan penelitian Andy (2009)
faktor-faktor lain terhadap keputusan yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja
swamedikasi jerawat. Nilai Exp (B) = 1,753 SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap
pada pemodelan pertama multivariat Jerawat” yang menunjukkan tingkat
menunjukkan faktor ketersediaan obat di pengetahuan siswa SMA Santo Thomas 1
masyarakat satu kali berisiko mempengaruhi Medan mengenai jerawat paling banyak berada
keputusan swamedikasi jerawat. Karena dalam kategori kurang sedangkan pada
memiliki nilai Exp (B) yang paling rendah penelitian ini tingginya pengaruh faktor
faktor ketersediaan obat di masyarakat persepsi sakit menunjukkan tingginya
langsung dikeluarkan pertama kali dari pengetahuan para siswa tentang jerawat.
pemodelan multivariat.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Menurut peneliti, rendahnya pengaruh fakor ketersediaan informasi tentang obat
faktor ketersediaan obat dimasyarakat dalam memiliki pengaruh nomor dua tertinggi setelah
mempengaruhi keputusan swamedikasi jerawat faktor persepsi sakit terhadap keputusan
adalah karena para siswa menyadari tidak swamedikasi jerawat. Nilai Exp (B) = 3,381
semua obat yang tersedia di apotek, toko obat pada pemodelan akhir multivariat setelah faktor
maupun toko online akan sesuai dengan jenis ketersediaan informasi tentang obat
jerawat yang mereka alami. Banyaknya jenis dibandingkan dengan faktor persepsi sakit
obat jerawat yang disediakan tidak menunjukkan faktor ketersediaan informasi
menyebabkan siswa langsung memutuskan tentang obat tiga kali berisiko mempengaruhi
untuk melakukan swamedikasi. Hal ini keputusan swamedikasi jerawat.
menunjukkan bahwa para siswa cukup berhati- Menurut peneliti, cukup tingginya pengaruh
hati dalam melakukan swamedikasi jerawat. faktor ketersediaan informasi tentang obat
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor dalam mempengaruhi keputusan swamedikasi
sumber informasi cara pemakaian obat jerawat adalah karena kemudahan mengakses
memiliki pengaruh terendah kedua setelah informasi saat ini diberbagai media. Para
faktor ketersediaan obat di masyarakat terhadap remaja dapat dengan mudah memperoleh
keputusan swamedikasi jerawat. Nilai Exp (B) informasi obat melalui situs-situs kesehatan,
= 1,994 pada pemodelan multivariat setelah buku atau majalah kesehatan termasuk dari
faktor ketersediaan obat di masyarakat program kesehatan yang disiarkan ditelevisi
dikeluarkan menunjukkan faktor sumber maupun radio.
informasi cara pemakaian obat satu kali Pengaruh ketersediaan informasi tentang
berisiko mempengaruhi keputusan obat yang tidak setinggi pengaruh persepsi sakit
swamedikasi jerawat. Hasil ini menunjukkan ISSN 0126-107X
Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2;
tingkat kerendahan faktor sumber informasi
DAFTAR PUSTAKA
cara pemakaian obat setara dengan faktor Andy. 2009. Pengetahuan dan Sikap Remaja ketersediaan obat di masyarakat. Karena
SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap memiliki nilai Exp (B) yang paling rendah pada
Jerawat. Skripsi, Jurusan Pendidikan Dokter USU (tidak dipubikasikan).
pemodelan multivariat setelah faktor
Halaman 1-2.
ketersediaan obat di masyarakat dikeluarkan Goodman, G., 1999. Acne and Acne Scarring faktor sumber informasi cara pemakaian obat
Why We Should Treat?. Dalam: The menjadi faktor yang dikeluarkan berikutnya
Medical Journal of Australia, 171: 62-63. dalam pemodelan multivariat.
Sudibyo, S., dan Surahman. 2014. Metodologi Menurut peneliti, rendahnya pengaruh
Penelitian Untuk Mahasiswa Farmasi. faktor sumber informasi cara pemakaian obat
Jakarta : TIM. Halaman 51. terhadap keputusan swamedikasi jerawat
Sukasediati, N. 1996. Peningkatan Mutu adalah karena adanya informasi cara
Pengobatan Sendiri Menuju Kesehatan pemakaian obat tidak menjadi pertimbangan untuk Semua. Buletin Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 18 (1).
para siswa dalam memutuskan untuk Tan, H. T. dan Kirana. 1993. Swamedikasi.
melakukan swamedikasi jerawat, apalagi pada Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
kasus jerawat pemakaian obat tidaklah sulit, WHO. 1998. The Role of The Pharmacist in
hanya dengan melihat bentuk sediaan para Self-Care and Self-Medication. The Hague,
siswa dapat mengetahui cara pemakaian obat The Netherlands: WHO, p.1-11. tersebut dan aturan pakai yang sudah tertera
Wi b o w o , M I N A . 2 0 1 4 . M e n g a t a s i pada kemasan obat. Para siswa cenderung akan
Permasalahan Swamedikasi. melakukan swamedikasi apabila telah yakina
http://farmasi.ump.ac.id/index.php/. pada obat yang digunakannya dan tidak akan
(diakses pada 28 Februari 2015). terlalu mempermasalahkan seperti apapun cara
Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C., pemakaian obat tersebut.
Hiller, J.E. 2008. Identifying Key. Winarno, F.G. dan Ahnan A.D. 2014. Jerawat
SIMPULAN
yang Masih Perlu Anda Ketahui. Dari semua hasil analisis diperoleh bahwa
Yogyakarta : Graha Ilmu. Halaman 1-47. semua variabel bebas penelitian baik persepsi
sakit, ketersediaan informasi tentang obat, ketersediaan obat di masyarakat dan sumber informasi cara pemakain obat mempengaruhi keputusan swamedikasi jerawat, dan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan swamedikasi jerawat adalah persepsi sakit.
234 ISSN 0126-107X
EFEK EKSTRAK TANAMAN TAPAK LIMAN (Elephantopus scaber L) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DAN KREATININ DARAH TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI CISPLATIN
Ridha Sharlya Triana dan Sonlimar Mangunsong,
Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Palembang
ABSTRAK
Herba tapak liman (Elephantopus scaber) adalah salah satu tanaman yang berkhasiat menurunkan kadar asam urat secara empiris. Senyawa flavonoid yang terkandug pada tanaman tapak liman diyakini dapat menghambat reaksi superoksida saat pembentukan asam urat dan kreatinin. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ekstrak ethanol herba tapak liman yang diberikan kepada tikus putih yang diinduksi cisplatin dapat menurunkan kadar asam urat dan kreatinin. Methode yang digunakan metode yang digunakan adalah eksperimental, menggunakan 24 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok I (kelompok normal), kelompok II (induksi cisplatin dosis tunggal), kelompok III (induksi cisplatin dan Allopurinol 0,9 mg/200 gr BB), kelompok IV (induksi cisplatin dan ekstrak dosis 175 mg/ 200 gr BB ), kelompok
V (induksi cisplatin dan ekstrak dosis 350 mg/200 gr BB), kelompok VI (induksi cisplatin dan dosis ektrak 700 mg/200 gr BB). Penginduksian cisplatin secara intra peritonial dilakukan untuk meningkatkan kadar asam urat dan kreatinin. Pengukuran dilakukan dengam pengambilan darah setelah hari ke 11 percobaan dan di kirim ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang. Hasil yang diperoleh dari hasil uji statistik One Way ANOVA uji Tukey. Hasilnya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0.05) kadar asam urat pada kelompok negatif dengan kelompok pembanding. Namun, ada perbedaan yang bermakna (p<0.05) kadar kreatinin darah tikus pada kelompok negatif dan kelompok pembanding. Ekstrak tanaman tapak liman memberi pengaruh terhadap penurunan kadar kreatinin hewan coba. Ekstrak tanaman tapak liman (Elephantopus scaber) terbukti menurunkan kadar kreatinin darah tikus putih yang diinduksi cisplatin pada dosis 700 mg/ 200 gr Bb secara signifikan . Namun, tidak mampu menurnkan kadar asam urat tikus secara signifikan. Tetapi kesetaraan penurunan masih lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol Allopurinol.
Kata Kunci : ekstrak tapak liman, cisplatin, asam urat , kreatinin darah.
PENDAHULUAN
zat-zat purin oksalat, fosfat, sulfat dan urat. ( Cisplatin adalah salah satu obat anti kanker
Irianto,2004) Creatinine serum harus dipantau yang paling efektif dan potensial untuk
dengan ketat. (Katzung, 2002). Kadar kreatinin pengobatan tumor padat seperti tumor dalam
darah yang meningkat disebabkan oleh paru-paru, kepala dan leher, ovarium dan
beberapa kondisi salah satunya adalah gout kanker testis .salah satu efek samping dari
(kadar asam urat yang tinggi) atau cisplatin adalah terbentuknya radikal bebas.
hiperurisemia. Salah satu tumbuhan untuk Radikal bebas membentuk ROS (reactive
pengobatan asam urat adalah tanaman Tapak oxidative species) yang pada tubulus ginjal
Liman (Sandjaya, 2014).Senyawa Flavonoid dengan diinduksi cisplatin dapat membentuk
yang bersifat antioksidan dapat menghambat asam urat. Efek samping ini telah melebihi
kerja reaksi superoksida sehingga penggunaan klinik cisplatin yaitu 25-30%
pembentukan asam urat bisa di hambat atau di pasien, meskipin pada dosis tunggal.(Kim et al,
kurangi.(Sandjaya, 2014 ). 2015).
TUJUAN PENELITIAN
Diperkirakan 20% pasien yang menerima
Tujuan umum
dosis tinggi cispatin memiliki disfungsi ginjal Untuk menguji efek tapak liman (Oh et al 2014). Kerusakan ginjal dapat kita (Elephantopus scaber) terhadap penurunan lihat dengan mengukur kadar kreatinin di dalam kadar asam urat dan kreatinin pada hewan coba darah. Kreatinin adalah hasil buangan kreatin yang diinduksi dengan cisplatin. dalam otot. Hasil metabolisme lain meliputi
ISSN 0126-107X 235
Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2;
Tujuan khusus Pengelompokan hewan percobaan berdasarkan
1. Membuktikan bahwa ekstrak tapak liman perlakuan sebagai berikut : (Elephantopus scaber) dapat menurunkan
- Kelompok 1, kelompok normal, yaitu kadar asam urat pada hewan coba yang telah
hewan coba yang hanya di beri makan dan diinduksi dengan cisplatin.
minum ad libitum.
2. Mengukur pada dosis berapa mg ekstrak - Kelompok 2, kelompok negatif, yaitu tapak liman (Elephantopus scaber) yang
hewan coba yang diinduksi cisplatin dosis memberikan efek penurunan kadar asam
tunggal.
urat dan kreatinin pada hewan coba. - Kelompok 3, kelompok positif, yaitu hewan coba yang diinduksi cisplatin dosis
METODE PENELITIAN
tunggal lalu diberi suspensi Allopurinol
Preparasi Ekstrak Tapak Liman
selama 10 hari setelah penginduksian Sebanyak 1,7 kg tanaman tapak liman
cisplatin.
kering yang sudah disortir dan dibersihkan serta - Kelompok 4, kelompok dosis I, yaitu telah dii kering anginkan. Kemudian seluruh
hewan coba yang diinduksi cisplatin dosis tanaman dimaserasi dengan etanol 96 % yang
tunggal, lalu di beri suspensi ekstrak tapak telah di destilasi sebelumnya. Maserasi
liman dengan dosis 175 mg/ 200 gr BB dilakukan selama 5 hari sambil di kocok setiap
setelah 4 (empat) hari penginduksian
2 kali sehari. Hasil maserat di saring dengan
cisplatin.
kertas saring, dienaptuangkan selama sehari - Kelompok 5, kelompok dosis II, yaitu semalam. Hasil maserat lalu di destilasi vakum
hewan coba yang diinduksi cisplatin dosis sehingga didapatkan ekstrak kental Tapak
tunggal, lalu di beri suspensi ekstrak tapak Liman sebanyak 36 gr.
liman dengan dosis 350 mg/ 200 gr BB
setelah 4 (empat) hari penginduksian Hewan coba yang digunakan adalah tikus
Penyiapan Hewan Coba
cisplatin.
putih betina (Rattus novergicus) berjenis galur - Kelompok 6, kelompok dosis III, yaitu wistar (150-200 gr) dengan umur 10 (sepuluh)
hewan coba yang diinduksi cisplatin dosis minggu. Tikus tersebut di peroleh dari
tunggal, lalu di beri suspensi ekstrak tapak peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan
liman dengan dosis 700 mg/ 200 gr BB Pangan Kota Bandung yang berjumlah 24 ekor.
setelah 4 (empat) hari penginduksian Hewan coba di bagi menjadi 6 kelompok
cisplatin.
dengan jumlah hewan per kelompok telah di
Pengambilan darah tikus putih
hitung dengan rumus Federer. Pengambilan darah dilakukan pada pagi hari
Perlakuan
agar darah masih segar. Tikus dikorbankan Tikus diadaptasi selama 1 (satu) minggu dan
dengan cara narkose dengan menggunakan eter diberi makan standar dan minum ad libitum.
yang di tuang ke dalam wadah tertutup yang Masing-masing hewan uji di kandangkan
berisi kapas putih. Setelah tikus pingsan, secara individu dalam kandang yang memiliki
rongga dada tikus di sterilkan dengan sirkulasi udara yang baik. Penimbangan berat
menggunakan alkohol. Lalu, di ambil darah badan di lakukan diawal sebelum aklimatisasi
secara intrakardial melalui rongga dada. Darah hewan coba dan 7 (hari) setelah aklimatisasi
yang diambil sebanyak 2-3 ml yang langsung sebelum dilakukan penginduksian cisplatin.
ditampung ke dalam tabung darah untuk di 236
ISSN 0126-107X
Ridha Sharlya Triana dan Sonlimar Mangunsong. Efek Ekstrak Tanaman Tapak Liman (elephantopus Scaber L)
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dan Kreatinin Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Cisplatin
kirim ke laboratorium untuk mengukur kadar betina hari ke 10 tidak menunjukkan perbedaan asam urat dan kreatinin darahnya.
yang bermakna antara kelompok tikus putih yang diberi suspensi ekstrak tapak liman yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok dosis I (dosis ekstrak 175 mg/20 gr Hasil penginduksian cisplatin terlihat hari
BB), kelompok dosis II (dosis ekstrak 350 ke-2 setelah penginduksian. Seluruh hewan
mg/200 gr BB), kelompok dosis III (dosis coba yang diinduksi terlihat lemah, kurang ekstrak 700 mg/ 200 gr BB) dan kelompok
nafsu makan dan terdapat lingkar merah pada kontrol positif (suspensi Allopurinol 0,9 mg/ sekitar mata tikus yang merupakan efek
200 gr BB) terhadap hewan coba kelompok samping dari cisplatin tersebut. Hal ini dapat
kontrol negatif yang diinduksi cisplatin dijelaskan pada gambar 1 yaitu :
sebanyak 1,2 mg / 200 gr BB dan kelompok
Vascular
normal yang hanya diberi makan dan minum.
injury
Pemberian ekstrak tapak liman
TNF-a Tubular renal
(Elephantopus scaber) diharapkan dapat meningkatkan efek dalam menurunkan kadar
iskemik
asam urat dan kreatinin. Tapak liman mengandung senyawa flavonoid yang bersifat
inflamasi Apoptosis tubular renal
antioksidan menghambat kerja reaksi superoksida sehingga pembentukan asam urat
Kerusakan jaringan renal
bisa di hambat atau dikurangi (Sandjaya, 2014) penetapan dosis ekstrak Tapak liman ditetapkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Penurunan GFR
Abdul Arief (2009) yaitu dosis 350 mg/ 200gr BB yang berpotensi memberi efek dalam menurunkan kadar asam urat pada tikus.. Rata-
rata kadar asam urat pada kelompok negatif
Kerusakan ginjal akut
adalah 1,470 mg/dL, tetapi dengan pemberian Adapun rata-rata hasil pengukuran kadar
ekstrak dosis III dapat meningkatkan kadar asam urat dan kreatinin darah tikus dapat dilihat
asam urat dengan rata-rata menjadi 1,745 dalam tabel 1 yaitu sebagai berikut :
mg/dL. Hal ini dimungkinkan karena adanya Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran kadar asam
urat dan kreatinin darah tikus putih.
senyawa antioksidan dari ekstrak yang dapat
Signifikansi
memperbaiki fungsi ginjal yang rusak.
Kadar rata-rata
X ± SD (mg/dl) (p<0,05)
Kerusakan tubular disarankan sebagai
Klp Asam
kreatinin
kreatinin
Asam
urat
faktor patogen utama dalam induksi cisplatin
1 1,743 0,245 Ns S
yang menyebabkan neprotoksisitas.
urat
3 2,280 0,730 Ns S tercapai di tubulus proksimal, sehingga
Ns
Konsentrasi tinggi dari cisplatin pada ginjal
Ns
5 2,610 0,460 Ns S
cisplatin menyebabkan toksisitas ginjal,
Ns
kerusakan tubular dan kematian sel (Kim et al, 2013) studi eksperimental menyatakan
1. Kadar asam urat
kemungkinan yang dapat menyebakan Berdasarkan hasil uji statistik one way
konsentrasi tinggi dari asam urat itu sendiri ANOVA kadar asam urat darah tikus putih
disebabkan oleh gangguan ginjal tanpa adanya ISSN 0126-107X