Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta.

(1)

Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia

di SMK Piri 3 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nadia Yossemay Dyah Pramesti

NIM. 13520241048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017


(2)

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nadia Yossemay Dyah Pramesti

NIM : 13520241048

Program Studi : Pendidikan Teknik Informatika

Judul TAS : Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia di

Piri 3 Yogyakarta

SMK

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, 21 Maret 2017

Nadia Yossemay Dyah Pramesti NIM. 13520241048


(4)

(5)

HALAMAN MOTTO

“ Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya

didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya”

~Abraham Licoln~

“Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal: namun keberanian untuk meneruskan kehidupanlah yang

diperhatikan”

~Sir Winston Churchill~


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orangtua saya Ibu Anie Nurtjahjaningsih dan Bapak Suradi yang selalu memberi doa, semangat, dan dukungan.

2. Keluarga PTI F 2013 (Hima F) yang menemani dari semester 1 dan selalu memberi dukungan.

3. Teruntuk yang selalu mengingatkan, dan membantu sealama pengerjaan skripsi Priaji Iman P

4. Teruntuk yang Selalu mengingatkan untuk mengerjakan skripsi dan memberi motivasi serta saran David S, Syani Fauziah, Agus Setyawan, Dilla Notria, dan Dini Notria.

5. Nanda Yulanda R, Edwar P, Rosyid Septo , Reza Wasito P, Aulia Rosiana, Wulan R, Tika Danti S, Siti Fauziah, Fitra Mega K, yang telah memberikan semangat dan dukungan tanpa henti, yang menemani dikala jenuh.


(7)

Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia

di SMK Piri 3 Yogyakarta

Nadia Yossemay Dyah Pramesti

NIM.13520241048

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta. Evaluasi uji kompetensi siswa ditinjau dari: (1) aspek context; (2) aspek

input

; (3) aspek

process

; (4) aspek

product

; (5) aspek CIPP secara akumulatif.

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi

(evaluation research)

model CIPP

(context, input, process and product).

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Piri 3 Yogyakarta, SMK Piri 3 memiliki paket keahlian multimedia dan telah melaksanakan uji kompetensi keahlian. Populasi dalam penelitian ini adalah asesor, yang terdiri dari guru produktif multimedia dan DU/DI asesor pelaksanaan uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta yang berjumlah 4 orang. Sampel penelitian dengan menggunakan sampel jenuh atau sampel total. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket. Uji validitas dengan validitas isi yaitu

expert judgment

dan validitas konstruk dengan rumus korelasi

product

moment

. Uji reabilitas menggunakan rumus

Alpha Cronbach.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa: (1) uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

context

termasuk dalam kategori sangat sesuai (85%), yaitu relevan dengan kebijakan dan tujuan uji kompetensi, tuntutan pengembangan diri (harapan masyarakat) dan peluang tamatan multimedia di dunia usaha dan industri, serta perkembangan IPTEK; (2) uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek input termasuk dalam kategori sangat sesuai (82.7%), yaitu memenuhi kriteria asesor, ketersediaan perangkat uji, kelayakan tempat uji, dan kelengkapan sarana prasarana uji komptensi; (3) uji kompetensi keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek process termasuk dalam kategori sangat sesuai (83.4%), yaitu dari segi waktu, prosedur pelaksanaan, pengawasan dan sistem penilaian dalam uji kompetensi; (4) uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek product termasuk dalam kategori sangat sesuai yaitu (83.5%), yaitu ketercapaian dari segi hasil uji, produk dan sertifikat uji kompetensi; (5) uji kompetensi siswa keahlian multimedia SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek CIPP secara akumulatif termasuk dalam kategori sangat baik (85,7%).

Kata Kunci:

evaluasi, CIPP, uji kompetensi, multimedia


(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan dengan judul “Evaluasi Uji Kompetensi Siswa Keahlian Multimedia SMK Piri 3 Yogyakarta”. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Muhammad Munir, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan saran, semangat, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Tim Penguji, Selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang memberikan koreksi perbaikan secara komperhensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Bapak Handaru Jati, S.T, M.M, M.T, Ph.D selaku ketua program studi pendidikan teknik informatika yang memberikan bantuan dan fasilitas selama penyusunan tugas akhir skripsi.

4. Bapak Fatchul Arifin, M.T selaku ketua jurusan pendidikan teknik elektronika beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya tugas akhir skripsi ini.

5. Bapak Dr. Widarto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.


(9)

(10)

6. Kepala Sekolah, guru dan staf SMK Piri 3 Yogyakarta yang telah member ijin, dan bantuan selama pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi. 7. Ibu Dewi, S.Pd, Bapak Adi, S.Pd yang telah member bantuan

pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi. 8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan hingga terselesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas

menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Demikian Tugas Akhir Skripsi ini penulis susun, besar harapan Tugas Akhir SKripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkan.

Yogyakarta, 21 Maret 2017 Penulis

Nadia Yossemay Dyah Pramesti NIM. 13520241048


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

SURAT PERNYATAAN...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

HALAMAN MOTTO...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Identifikasi Masalah...7

C. Batasan Masalah...8

D. Rumusan Masalah...9

E. Tujuan Penelitian...9

F. Manfaat Penelitian...10

BAB II. KAJIAN TEORI...11

A. Kajian Teori...11

1. Pendidikan Kejuruan...11

2. Kompetensi...17

3. Penilaian...21

4. Penetapan Kriteria KKM...28

5. Kompetensi...29

6. Sertifikasi Kompetensi...36


(12)

7. Uji Kompetensi Keahlian Multimedia...40

8. Evaluasi...40

9. Penelitian yang Relevan...53

10. Kerangka Pikir...55

BAB III. METODE PENELITIAN...59

A. Jenis dan Desain Penelitian...59

B. Tempat dan Waktu Penelitian...59

C. Responden...59

D. Variabel Penelitian...60

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data...61

F. Validitas, Reabilitas, dan Teknik Pengisian Instrumen...62

G. Teknik Analisis Data...67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...72

A. Hasil Penelitian...72

B. Jawaban Pertanyaan Penelitian...86

C. Pembahasan Hasil Penelitian...90

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN...100

DAFTAR PUSTAKA...103


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 1. Level Kualifikasi...35

Table 2. Ruang Lingkup Pekerjaan Multimedia...36

Table 3.Kisi Kisi Instrumen Penelitian...62

Table 4.Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas...65

Table 5.Hasil Reabilitas Instrumen...66

Table 6.Kategori Data Hasil Penelitian...68

Table 7. Statistik Deskriptif Asepk Context...73

Table 8.Distribusi Frekuensi Aspek Context...73

Table 9.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Context...74

Table 10.Nilai Pencapaian Kualitas Indikator pada Aspek Context...75

Table 11.Statistik Deskriptif Aspek Input...76

Table 12.Distribusi Frekuensi Aspek Input...77

Table 13.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Input...78

Table 14.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Input...78

Table 15.Statistik Deskriptif Aspek Process...80

Table 16.Distribusi Frekuensi Aspek Process...80

Table 17.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Process...81

Table 18.Nilai Pencapaian Kualitas pada indikator Aspek Process...82

Table 19.Statistik Deskriptif Aspek Product...83

Table 20.Distribusi Frekuensi Aspek Product...84

Table 21.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek Product...85

Table 22.Nilai Pencapaian Kualitas pada Indikator Aspek Product...85

Table 23.Nilai Pencapaian Kualitas Aspek secara Akumulatif...86


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Skill Pendidikan dan Pelatihan untuk kerja...31

Gambar 2. Level pada KKNI (Dikti, 2011)...34

Gambar 3. Skema Kerangka Pikir...56

Gambar 4. Grafik Aspek

Context

...74

Gambar 5. Grafik Aspek

Input

...77

Gambar 6. Grafik Aspek

Process

...81

Gambar 7. Grafik Aspek

Product

...84

Gambar 8. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek

Context

...91

Gambar 9. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek

Input

...93

Gambar 10. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek

Process

...95

Gambar 11. Grafik Nilai Pencapaian Kualitas Butir Aspek

Product

...97


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat ijin Penelitian dari Fakultas Teknik...121

Lampiran 2. Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol...122

Lampiran 3. Rekomendasi Penelitian dari Dikpora...123

Lampiran 4. Surat ijin Penelitian dari SMK Piri 3 Yogyakarta...124

Lampiran 5. Instrumen Penelitian...125

Lampiran 6. Contoh instrumen yang telah diisi...140

Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data...155

Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan...156


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi tolok ukur tingkat kecerdasan suatu negara. Sejauh ini Indonesia telah mengusahakan peningkatan kualitas, untuk menjadikan pendidikan yang lebih baik. Usaha untuk mewujudkan pendidikan yang baik, Indonesia menerapkan tiga jalur pendidikan yang terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal (UU Nomor 20 tahun 2003 tentang pengertian pendidikan). Salah satu pendidikan formal pada pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau yang sering dikenal dengan pendidikan vokasi.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan formal yang mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri. Hal ini sesuai dengan Depdikbud 1995 yang menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat berkerja dalam bidang tertentu maka dari itu Peserta didik yang telah lulus dari SMK diharapkan mampu bekerja sesuai dengan bidang yang diminati.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai pendidikan kejuruan yang memiliki tujuan pendidikan mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia


(17)

(18)

kerja akan dihadapkan dalam tantangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar mampu mengantisipasi dan mengisi tenaga kerja dalam era ekonomi kreatif (Istanto, 2010). Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan peserta didik mampu mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai dengan bidang yang diminatinya. Agar bisa mendapatkan pekerjaan yang cocok maka masyarakat pengguna pendidikan kejuruan harus mengerti dan memahami dengan baik jenis-jenis lapangan kerja dan berbagai jenis bidang keahlian yang di selenggarakan di SMK. Untuk mencapai tujuan pendidikan kejuruan tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan kejuruan tidak dapat dipisahkan dari dunia industri sebagai institusi penyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus didesain agar para lulusan dapat mengembangkan keterampilan, kemampuan, pengetahuan, sikap dan kebiasaan kerja yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja. Dalam dunia pendidikan, SMK merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang mempersiapkan dan mengembangkan kompetensi siswa untuk memasuki dunia kerja, sehingga kualifikasi lulusan SMK juga harus sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.

Salah satu kompetensi program keahlian di SMK yaitu Multimedia. Tujuan kompetensi keahlian paket keahlian multimedia adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar kompeten di bidang Teknik Multimedia baik sebagai teknisi web, teknisi multimedia maupun teknisi video digital dan efek visual. SMK sebagai pendidikan untuk


(19)

(20)

dunia kerja, maka siswa SMK wajib menguasai tuntutan kompetensi keahlian yang dijabarkan dalam Standar Kompetensi Keahlian Multimedia. Pada Kenyataannya masih banyak lulusan SMK kompetensi keahlian multimedia yang belum memiliki keahlian atau keterampilan seperti yang di harapkan oleh

stakeholder

. Seiring dengan perkembangan dunia kerja dibidang teknologi informasi dan komunikasi, lingkup pekerjaan bagi lulusan program keahlian multimedia terus berkembang diantarannya seperti pengembang multimedia, pengembang web, rumah produksi sinema, industry media dan periklanan. Padahal yang sering ditemui adalah kualifikasi lulusan SMK program keahlian multimedia tidak sama sehingga dunia usaha yang membutuhkan tenaga professional di bidang multimedia tidak begitu saja bersedia menerima lulusan multimedia.

Kualifikasi lulusan yang beragam tersebut karea sarana prasarana dan proses pendidikan di masing-masing sekolah juga belum standar. Beberapa tahun silam ketika semakin banyak SMK yang bermunculan, mengukur kemampuan lulusan SMK hanya dapat dilihat dari nilai rata-rata dalam ijazah padahal sesungguhnya ijazah yang dimiliki oleh lulusan SMK belum mengambarkan secara persis keahlian kejuruan yang dikuasai oleh pemilik ijazah

Kebutuhan terhadap tenaga terampil dan tenaga ahli di bidang multimedia akan terus meningkat. Keahlian di bidang multimedia semakin dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari, baik di dunia kerja atau di dunia


(21)

(22)

industri. Pekerjaan di bidang teknik multimedia sangat banyak dan beragam sesuai dengan namanya. Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan Paket Keahlian Multimedia adalah jenis pekerjaan dan atau profesi yang relevan dengan kompetensi yang sesuai dengan SKKNI Bidang Teknologi Infomatika pada jenjang SMK. Dalam konteks pendidikan, asesmen atau penilaian merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui perkembangan, kemajuan dan hasil belajar siswa. Menurut Wagiran (2011) bahwa penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Aiken, 1985, Anastasi, 1988, Buckendahl, 2002, Cullen, 2003).

Uji Kompetensi keahlian pada SMK merupakan salah satu bagian penting dalam pelaksanaan Ujian Nasional bagi siswa SMK. Permendiknas Nomor 28 Tahun 2009 meyebutkan bahwa hasil dari pelaksanaan uji kompetensi keahlian menjadi indikator ketercapaian standar kompetensi lulusan, sedangkan bagi

stakeholder

akan dijadikan infomasi atas kompetensi yang dimiliki calon tenaga kerja. Seorang siswa dikatakan dapat lulus uji kompetensi apabila sudah mengikuti uji kompetensi keahlian baik praktik maupun uji kompetensi teori. Uji kompetensiteori ini dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan,dan pemahaman, Sedangkan untuk praktik dapat mengukur kemampuan siswa. Persentase skor uji kompetensi praktik adalah 70% dan uji kompetensi teori 30%. Menurut BSNP (2013) secara


(23)

(24)

keseluruhan skor yang harus diperoleh siswa agar dapat dinyatakan lulus uji kompetensi yaitu minimal 7,0. Pelaksanaan uji kompetensi keahlian harus memenuhi syarat serta standart yang telah ditentukan baik berupa perlengkapan maupun peralatan. Salah satu hal penting dalam pelaksanaan uji kompetensi ini adalah verifikasi tempat pelaksanaan ujian.

Hasil dari penilaian tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan tindakan dalam mengambil keputusan tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Penilaian hasil belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan, selain dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah juga oleh masyarakat (DU/DI). Penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal

(internal assessment)

dalam rangka penjaminan mutu, sedangkan penilaian oleh pemerintah dan masyarakat (DU/DI) merupakan penilaian eksternal (

external assessment

) sebagai pengendali mutu. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang berbasis kompetensi menuntut model dan teknik penilaian yang dilakukan secara internal dan eksternal sehingga dapat diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik. Penilaian hasil belajar siswa SMK dalam hal ini uji kompetensi keahlian siswa termasuk pada penilaian berbasis kompetensi (

Competency based Assessment

).

Berdasarkan observasi di lapangan uji kompetensi SMK sudah melibatkan pihak industry sebagai pemakai lulusan Multimedia, tetapi belum berlaku begitu dengan lembaga sertifikasi profesi telematika. Uji kompetensi


(25)

(26)

praktik biasanya dilaksanakan dengan cara mengharuskan siswa membuat suatu produk tertentu yang kriterianna sudah ditentukan. Seorang siswa yang berhasil dalam uji kompetensi keahlian dinyatakan telah lulus maka akan mendapatkan sertifikat kompetensi yang dibuat oleh sekolah dengan lembaga industri yang bekerja sama dengan sekolah. Tentunya pelaksanaan uji kompetensi yang dilakukan oleh suatu sekolah akan berbeda dengan sekolah lain apabila sekolah tersebut tidak memiliki sarana prasarana penunjang yang memadai. Demikian pula tidak semua SMK dapat dan sudah mengajak dunia industry melakukan pengujian di sekolah

Hasil dari observasi terhadap pelaksanaan uji kompetensi keahlian di lapangan ditemukan bahwa beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan uji kompetensi belum sesuai seperti yang diharapkan dalam pedoman pelaksanaan. Hal tersebut dapat dilihat dengan kurang lengkapnya sarana prasarana untuk uji kompetensi dan alokasi waktu yang kurang memadai. Terlebih lagi dalam hal pelaksanaan uji kompetensi belum mencerminkan standar kemampuan yang dipersyaratkan dunia kerja karena belum ada sertifikasi dengan lembaga sertifikasi profesi telematika, maka dari itu mengingat begitu pentingnya uji kompetensi keahlian bagi siswa lulusan SMK, maka diperlukan penelitian mengenai uji kompetensi keahlian.

Keberhasilan uji kompetensi disuatu sekola dapat terlaksana apabila semua aspek dalam uji kompetensi mempuyai angaka kualitas yang tinggi. Aspek aspek dalam uji kompetensi meliputi aspek

context, input, process

,


(27)

(28)

dan

prouduct.

Aspek

context

meliputi kebijakan, tujuan, tuntutan pengembangan diri dan peluang tamatan multimedia di dunia usaha serta kemajuan iptek. Aspek

input

meliputi dukungan sumber daya manusia (asesor), sarana prasarana, perangkat dan tempat uji kompetensi. Aspek

process,

meliputi waktu, prosedur, pengawasan uji kompetensi keahlian. Aspek

product

meliputi dokumentasi atau nilai hasil uji kompetensi dan sertifikat. Berdasarkan uraian diatas, maka studi penelitian ini berupaya mendeskripsikan uji kompetensi di Sekolah Menengah Kejuruan Piri 3 Yogyakarta pada tahun 2017 yang dituangkan dalam judul “ Evaluasi Uji Kompetensi Keahlian Siswa Keahlian Multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang, terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Lulusan SMK paket keahlian multimedia belum memiliki keahlian

atau keterampilan seperti yang diharapkan,

2. Kualifikasi Lulusan SMK paket keahlian multimedia belum standar, sehingga dunia usaha yang membutuhkan tenaga professional di bidang multimedia tidak begitu saja bersedia menerima lulusan multimedia,

3. SMK Se-Kota Yogyakarta belum ada yang memiliki tempat uji kompetensi keahlian multimedia maupun teknik komputer jaringan sebagaimana yang dipersyaratkan dari LSP Telematika,


(29)

(30)

4. Tidak semua SMK dapat mengajak dunia industri melakukan pengujian di sekolah,

5. Pelaksanaan uji Kompetensi belum sesuai yang diharapkan seperti dalam pedoman pelaksanaan,

6. Pelaksanaan uji kompetensi keahlian multimedia belum

mencerminkan standar kemampuan yang dipersyaratkan dunia kerja,

7. Kurangnya keterampilan lulusan SMK sehingga sulit memasuki dunia kerja,

8. Uji kompetensi siswa Program Keahlian Teknik Informatika di SMK se-Kota Yogyakarta yang mencakup aspek

context, input,

process

dan

product

di SMK Piri 3 belum pernah dievaluasi.

C. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan permasalahan yang akan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah karena dapat diketahui bersama bahwa permasalahan mengenai uji kompetensi keahlian ini begitu beragam, maka permasalahan dibatasi pada uji kompetensi kejuruan multimedia yang meliputi : (a) Aspek

context

meliputi kebijakan dan tujuan uji kompetensi paket keahlian multimedia, tuntutan pengembangan diri dan peluang lulusan, dan kemajuan IPTEK; (b) Aspek

input

meliputi dukungan sumber daya manusia (asesor), perangkat, tempat uji kompetensi dan sarana prasarana;

(c) Aspek

process

, yang meliputi waktu, prosedur, pengawasan, dan system penilaian; (d) Aspek

product

meliputi hasil nilai uji kompetensi,

product

uji


(31)

(32)

kompetensi dan sertifikat kompetensi. Penelitian ini hanya dibatasi pada uji kompetensi praktik, paket keahlian multimedia SMK Piri 3 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah diatas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kesesuaian uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

context?

2. Bagaimana kelengkapan uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

input

? 3. Bagaimana efektivitas uji kompetensi di SMK Piri 3 Yogyakarta

ditinjau dari aspek

process

?

4. Bagaimana ketercapaian uji kompetensi siswa keahlian

multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

product

? 5. Bagaimana uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri

3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

context, input, process,

dan

product

secara akumulatif?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sesuai/menjawab rumusan masalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kesesuaian uji kompetensi siswa paket keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

context.


(33)

2. Mengetahui kelengkapan uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

input

3. Mengetahui efektivitas uji kompetensi siswa keahlian multimedia

di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

process

4. Mengetahui efektivitas uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

product

5. Mengetahui uji kompetensi siswa keahlian multimedia di SMK Piri 3 Yogyakarta ditinjau dari aspek

context, input, process,

dan

product

secara akumulatif

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan referensi bagi peneliti yang sedang atau akan melakukan penelitian sejenis.

b. Memberikan kontribusi dalam dunia IPTEK 2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan untuk memperbaiki kegiatan uji kompetensi keahlian program Teknik informatika SMK Piri 3 Yogakarta

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi DU/DI agar industri tergugah turut memiliki program uji kompetensi

c. Sebagai suatu masukan dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan uji kompetensi.


(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dari individu yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan yang berguna bagi pengembangan potensi dirinya dan kelangsungan hidupnya baik untuk saat ini maupun masa mendatang. Hal ini sama dengan yang tertuang pada Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1).

Menurut beberapa ahli pendidikan dalam Thompson (1973:105-115) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan program pendidikan yang dirancang oleh pemerintah untuk menghasilkan pekerja berdasarkan kesesuaian kebutuhan masyarakat dan mempersiapkan siswa untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan kemampuan.

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja. Pendapat yang demikian akan membawa kepada pemikiran selanjutnya yaitu pendidikan kejuruan harus dekat dan berjalan berkesinambungan dengan dunia kerja. Sejalan dengan pemikiran di atas Thompson (1973:111) mendefinisikan pendidikan vokasi atau pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang dirancang untuk


(35)

mengembangkan keterampilan, kemampuan, pemahaman, sikap, kebiasaan


(36)

kerja, dan apresiasi yang diperlukan oleh pekerja dalam memasuki pekerjaan dan membuat kemajuan dalam pekerjaan yang bermakna produktif. Sedangkan menurut Sudira (2012:13) bahwa pendidikan kejuruan selain harus menguatkan keterampilan keras (

hard skill

), juga harus memiliki keterampilan yang mumpuni dalam hal keterampilan lunak (

soft skill

). Bahkan mengenai keterampilan lunak atau

soft skill

saat ini dan ke masa yang akan depan akan semakin kuat prosentasenya dalam proses pengembangan karir seseorang, karena sebagai jenis hard skill semakin mudah dibuat menggunakan berbagai

software

komputer.

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan berperan penting dalam menyiapkan peserta didik untuk siap dan mampu memasuki dunia kerja dengan bekal ilmu dan keterampilan yang telah didapatkan di sekolah kejuruan.

Menurut Evans (dalam Muliaty, 2007: 7) pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lain. Sebelumnya, Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan


(37)

(38)

keterampilan. Lebih lanjut, Djohar (2007:1285) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja profesional dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karakteristik pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-1297) adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk menyiapkan penyediaan tenaga kerja. Oleh karena itu orientasi pendidikan kejuruan tersebut mengarah pada lulusan yang dapat dipasarkan di dunia kerja.

b. Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata tenaga kerja di dunia usaha dan industri.

c. Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan kejuruan meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diterapkan baik pada situasi simulasi kerja melalui proses belajar mengajar, maupun situasi kerja yang nyata dan sebenarnya.

d. Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (

in-school success

), dan keberhasilan siswa di luar sekolah (

out-of school success)

. Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler, sedangkan kriteria kedua ditunjukkan oleh keberhasilan atau kinerja lulusan setelah berada di dunia kerja yang nyata dan sebenarnya.


(39)

e. Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan/daya (

responsiveness

) terhadap perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu pendidikan kejuruan harus dapat responsif dan proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan menekankan pada upaya adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir anak didik dalam jangka panjang.

f. Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan utama dalam pendidikan kejuruan, untuk dapat mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif.

g. Hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha dan industri merupakan suatu keharusan, seiring dengan tingginya tuntutan relevansi program pendidikan kejuruan dengan tuntutan dunia usaha dan industri.

Djojonegoro (dalam Sudira, 2009) menjelaskan pendidikan kejuruan

memiliki multi-fungsi yang jika dilaksanakan dengan baik akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional. Fungsi-fungsi tersebut mencakup: (a) Sosialisasi yaitu transmisi dan konkritisasi nilai-nilai ekonomi, solidaritas, religi, seni, dan jasa; (b) kontrol sosial yaitu kontrol perilaku dengan norma-norma kerjasama, keteraturan, kebersihan, kedisiplinan, kejujuran, keterbukaan; (c) Seleksi dan alokasi yaitu mempersiapkan, memilih, dan menempatkan calon tenaga kerja sesuai dengan permintaan pasar kerja; (d) Asimilasi dan Konservasi


(40)

budaya yaitu absorbsi antar budaya masyarakat serta pemeliharaan budaya lokal; (e)


(41)

Mempromosikan perubahan demi perbaikan. Pendidikan kejuruan tidak hanya mendidik dan melatih keterampilan yang ada, tetapi juga harus berfungsi sebagai pendorong perubahan. Pendidikan kejuruan berfungsi sebagai proses akulturasi atau penyesuaian diri dengan perubahan dan enkulturasi atau pembawa perubahan bagi masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan diharapkan tidak hanya adaptif tetapi juga harus antisipatif.

Selain fungsi di atas, Sudira (2009) juga mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan juga memiliki tiga manfaat utama yaitu: (a) bagi peserta didik, manfaat yang didapatkan adalah sebagai peningkatan kualitas diri, peningkatan peluang mendapatkan pekerjaan, peningkatan peluang berwirausaha, peningkatan penghasilan, penyiapan bekal pendidikan lebih lanjut, penyiapan diri bermasyarakat, berbangsa, bernegara, penyesuaian diri terhadap perubahan dan lingkungan; (b) bagi dunia kerja, mereka dapat memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi, meringankan biaya usaha, membantu memajukan dan mengembangkan usaha; (c) bagi masyarakat secara keseluruhan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan produktivitas nasional, meningkatkan penghasilan negara, mengurangi pengangguran.

Terdapat tiga model penyelenggaraan pendidikan kejuruan, sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (dalam Muliaty, 2007:8-9).


(42)

a. Model 1. Dalam model 1 ini, pemerintah tidak memiliki peran, atau perannya hanya bersifat marginal dalam proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya liberal, namun model ini juga berorientasi pada pasar (

market-oriented model

)

permintaan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan sebagai pemeran utama juga dapat menciptakan desain pendidikan kejuruan yang tidak harus berdasarkan pada prinsip pendidikan yang bersifat umum, dan pemerintah dalam hal ini tidak

memiliki pengaruh kuat dalam melakukan intervensi terhadap perusahaan karena dalam hal ini perusahaan adalah sebagai sponsor dan pendukung dana. Negara-negara yang menganut model ini adalah Inggris, Amerika Serikat dan Jepang.

b. Model 2. Model ini sifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini yang menentukan jenis pendidikan apa yang harus

dilaksanakan di perusahaan, bagaimana desain silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan saat itu. Dalam hal ini, pemerintah sendiri yang melakukan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian pendidikan kejuruan. Walaupun model ini disebut juga model sekolah (

school model

), pelatihan dapat dilaksanakan sepenuhnya di perusahaan. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia serta banyak dunia ketiga juga melaksanakan model ini.


(43)

(44)

c. Model 3. Pemerintah menyiapkan dan memberikan kondisi yang relatif terpadu dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan-perusahaan swasta dan sponsor swasta lainnya. Model ini disebut juga model pasar dikontrol pemerintah (

state controlled

market

). Model ini disebut model sistem ganda (

dual system

) yang sistem pembelajarannya dilaksanakan di dua lokasi, yaitu di sekolah kejuruan dan di mitra kerja (dunia usaha dan industri) yang keduanya saling membantu dalam menciptakan kemampuan kerja lulusan yang handal. Negara yang menggunakan sistem ini diantaranya Swiss, Austria, Jerman dan Indonesia.

Kecenderungan yang digunakan di Indonesia adalah “Model 3”, yang pelaksanaan pendidikan sistem ganda tersebut dilaksanakan di dua lokasi yaitu di sekolah dan di industri sebagai mitra kerja sekolah kejuruan. Menurut Djojonegoro (dalam Muliaty, 2007:9) pendidikan sistem ganda merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh.

2. Kompetensi

Menurut struktur

spectrum

sekolah menengah kejuruan (2008) terbagi menjadi 6 (enam) bidang studi keahlian, salah satunya yaitu bidang studi keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bidang studi keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi terbagi lagi


(45)

menjadi tiga program studi, salah satunya yaitu program Teknik Komputer dan Informatika, sedangkan


(46)

pada bidang studi keahlian terdapat empat kompetensi salah satunya adalah kompetensi multimedia.

Dalam Kurikulum 2013 disebutkan bahwa tujuan kompetensi keahlian multimedia adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap, agar kompeten:

a. Mengembangkan desain multimedia b. Mengembangkan citra digital

c. Mengembangkan teknik animasi 2 dimensi dan 3 dimensi d. Merekam dan menyunting audio-video

e. Mengembangkan aplikasi multimedia interaktif

Tujuan pendidikan menengah kejuruan (SMK) sebagaimana tentang dalam PP 19 Tahun 2005 Pasal 26 ayat 3 dinyatakan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadia, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan ini kemudian dirumuskan kedalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan menengah kejuruan. Lebih lanjut dalam lampiran Permendiknas nomor 23 Tahun 2006 SKL SMK dirumuskan menjadi 23 item yaitu :

a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja;

b. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memeperbaiki kekurangannya;


(47)

c. Menunjukan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaanya;

d. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan social; e. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan

golongan social ekonomi dalam lingkup global;

f. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif;

g. Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan;

h. Menunjukan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayakan diri;

i. Menunjukan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik;

j. Menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah yang kompleks;

k. Menunjukan kemampuan menganalisis gejala alam dan social; l. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung

jawab;

m. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

n. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya; o. Mengapresiasikan karya seni dan budaya;


(48)

p. Menghasilkan karya kreatif, baik individu maupun kelompok; q. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani,

serta kebersihan lingkungan;

r. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun; s. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam

pergaulan di masyarakat;

t. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain;

u. Menunjukan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estesis;

v. Menunjukan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan inggris;

w. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk

memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan SMK dan 23 SKL SMK merupakan sebuah tuntutan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa/siswi SMK sebagai salah satu pendidikan yang mempersiapkan anak untuk terjun ke dunia kerja maupun industri. Kegiatan instruksional di SMK digunakan untuk membangun SKL pada setiap diri siswa SKL nomor 1 hingga 22 merupakan kompetensi yang menyeluruh atau berlaku untuk semua siswa lulusan SMK. Sedangkan SKL nomor 23 merupakan kompetensi yang spesifik


(49)

(50)

yaitu kompetensi yang digunakan untuk memberikan ciri khas pendidikan untuk dunia kerja dalam hal ini adalah kompetensi keahlian multimedia.

3. Penilaian

Penilaian erat kaitannya dengan hasil belajar maupun dengan prestasi belajar seseorang yang sedang mengenyam sebuah jalur pendidikan tertentu. Penilaian hasil belajar merupakan suatu kegiatan mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi mengenai pencapaian hasil belajar. Umumnya penilaian hasil belajar tersebut merupakan hasil dari adanya proses belajar mengajar, sebagai salah satu faktor penentu kualitas hasil belajar. Kegiatan penilaian sangat perlu dilakukan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dan pendidik, satuan pendidikan serta pemerintahan sebagai penyelengara pendidikan. Sehingga hasil penilaian dapat menjadi acuan bagi semua pihak terkait untuk saling intropeksi dan melakukan perbaikan serta peningkatan baik dalam infrastruktur maupun yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) No.66 Tahun 2013 tentang Standart Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa kegiatan penilaian bertujuan menjamin pelaksanaan pembelajaran agar sesuai terhadap kompetensi yang telah direncanakan, kemudian pelaksanaan penilaian yang professional serta pelaporan hasil penilaian tersebut secara objek dan akuntabel. Kegiatan penilaian harus memperhatikan standart


(51)

(52)

standar tentang penilaian yang baik, mulai dari mekanisme, prosedur serta instrument penilaian.

Menurut Nana Sudjana (1995: 3) bahwa penilaian mempunyai ciri-ciri adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria atau apa harusnya. Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjuk arah yang lebih luas, konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan sebagai berikut:

a. Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan pendidikan yang ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang ditimbulkan dan efek sampingnya.

b. Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi juga melakukan pengkajian terhadap komponen-komponen pendidikan, baik proses maupun keluaran.

c. Penilaian tidak hanya untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapaianya. (Enny Sudaryanti, 2007)

Menurut (BSNP 2007: 9), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan


(53)

(54)

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Jadi penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh informasi untuk dijadikan sebagai pengambil keputusan tentang hasil belajar peserta didik.

Nana Sudjana (1995: 3) menyatakan bahwa penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi dan

judgment

merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu.

Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai berikut :

a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional. Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan intruksional.

b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain.

c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan


(55)

(56)

kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya

Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa berhasilkah proses belajar mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa serta sebagai laporan kemauan belajar siswa yang diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk raport yang biasanya diberikan pada akhir semester.

Fungsi penilaian menurut Cronbach, 1954 dalam Hamalik (2002: 204) yang lainnya di sini bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar siswa, tetapi sangat luas. Fungsi penilaian adalah sebagai berikut:

a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan perilakunya.

b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.

c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya telah memadai.

d. Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi.

Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam mewujudkan dan mengubah perilakunya sesuai dengan tata tertib yang ada. Di sini juga siswa mendapat kepuasan atas apa yang dikerjakannya yang berupa nilai.


(57)

(58)

Apabila mereka sungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu maka hasil yang didapatkan akan bagus sehingga mereka akan puas dengan hasil yang didapatkannya. Penilaian juga membantu guru dalam menetapkan metode yang digunakan telah tepat diterapkan.

Sedangkan tujuan dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4)

adalah sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.

d. Memberikan pertanggungjawaban (

accountability

) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.

Dari pendapat di atas, penilaian mempunyai tujuan mendeskripsikan hasil belajar siswa sehingga dapat diketahui


(59)

kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Selain itu juga dapat mengetahui


(60)

keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di sini dapat terlihat berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Apabila hasilnya kurang baik maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak sekolah.

Dalam Penilaian selain terdapat tujuan dan fungsi penilaian terdapat juga jenis-jenis penilaian. Jenis penilaian hasil pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok

a. Penilaian Formatif-Sumatif

Proses penilaian yang dilakukan oleh seorang pendidik pada dasarnya karena dua alasan, yaitu pertama untuk memantau perkembangan belajar anak dan untuk membuat penyesuaian-penyesuaian dalam pengajaran, baik untuk individu maupun semua siswa. Kedua untuk menentukan peringkat pencapaian belajar siswa dalam periode waktu tertentu (Anderson dan Krathwohl, 2001: 245). Dengan demikian dua fungsi utama penilaian adalah pendiagnosisan dan pemeringkatan.

Berdasarkan pada perbedaan kedua tujuan diatas, penilaian dibedakan atas penilaian formatif dan penilaian sumatif. Formatif bermakna membantu untuk memperbaiki pembelajaran saat masih ada waktu dan kesempatan. Sedangkan Sumatif memberi makna

to sum up

pada akhir periode atau bisa dikatakan penilaian sumatif adalah penilaian


(61)

hasil belajar untuk menentukan pencapaian akhir pembelajaran.


(62)

b. Penilaian Internal-Eksternal

Bedasarkan sumber pelakunnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan atas penilaian internal dan penilaian eksternal. Penilaian internal adalah penilaian yang menggunakan alat ukur dan penilai yang berasal dari dalam sekolah yang bersangkutan. Sedangkan penilaian eksternal adalah penilaian yang menggunakan alat ukur dan penilai berasal dari luar sekolah atau oleh pihak yang tidak diberi mandate untuk mengajar di kelas.

Diatas merupakan jenis-jenis penillaian, tentunya dalam suatu proses penilaian terdapat fungsi –fungsi tersediri. Fungsi dari diadakannya penilaian sangat beragam berikut Menurut Ditjen PMPTK (2008) dilihat

dari fungsi penilaian dibedakan menjadi lima jenis yaitu: 1) Penilaian Formatif

Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar menfajar untuk memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaanya.

2) Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit seberapa jauh program, yakni akhir caturwulan, akhir semester, dan akhir tahun.


(63)

(64)

3) Penilaian Diagnostik

Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. 4) Penialain selektif

Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya tes atau ujian saringan masuk ke sekolah tertentu.

5) Penilaian Penempatan

Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditunjukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar.

4. Penetapan Kriteria KKM

Dalam Penilaian tentunya terdapat batasan nilai yang akan menentukan apakah siswa tersebut lulus atau tidak, batasan nilai tersebut dinamakan KKM. KKM merupakan kriterian ketuntasan belajar minimal untuk setiap mata pelajaran yang ditentukan oleh satuan pendidikan, berkisar antara 0-100%.(Dit PSMK, 2008:12)

a. KKM Program Normatif dan Adaptif

1) Kriterian ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator program normative dan adaptif adalah 75%

2) KKM program normative dan adaptif ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik


(65)

kompleksitas kompetensi, dan kemampuan sumber daya pendudkung dalam penyelenggaraan pembelajaran. b. KKM Program Produktif

KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria ketuntasan untuk masing-masing kompetensi dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang dipersyaratkan dunia kerja yaitu kompeten atau belum kompeten dan diberi lambing atau skor 7,00 bila memenuhi persyaratan minimal.

5. Kompetensi

Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Kompetensi menurut Spencer Dan Spencer dalam Palan (2007) adalah sebagai karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang individu yang berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan dalam menduduki suatu jabatan.Kompetensi terdiri dari 5 tipe karakteristik, yaitu motif (kemauan konsisten sekaligus menjadi sebab dari tindakan), faktor bawaan (karakter dan respon yang konsisten), konsep diri (gambaran diri), pengetahuan (informasi dalam bidang tertentu) dan keterampilan (kemampuan untuk melaksanakan tugas).


(66)

(67)

Hal ini sejalan dengan pendapat Becker and Ulrich dalam Suparno (2005:24) bahwa

competency refers to an individual’s

knowledge, skill, ability

or personality characteristics that directly

influence job performance

. Artinya, kompetensi mengandung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan (keahlian) dan kemampuan ataupun karakteristik kepribadian yang mempengaruhi kinerja

Dalam konteks kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan sikap-perilaku dan keterampilan yang tercermin dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.Kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam bidang tertentu.

Dalam konteks pendidikan kejuruan kompetensi berfokus pada kemampuan individu dan melakukan tugas tertentu.

Dalam konteks dunia industri kualitas tenaga kerja bergantung pada kualitas system yang dimiliki seseorang dengan keterampilan yang pantas, kebiasaan (habis), dan sikap dalam setiap langkah kehidupannya sebelum memasuki dunia kerja, selama dalam pekerjaan, dan diantara pekerjaan dan karier (Stren, 2003).


(68)

Gambar 1.Struktur Skill Pendidikan dan Pelatihan untuk kerja (Stren, 2003)

Dari beberapa pendapat mengenai kompetensi dapat disimpulkan bahwa kompetensi berfokus pada kemampuan individu untuk menguasai tugas atau pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Kemampuan seseorang tersebut mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu secara professional. Seseorang dikatakan kompeten atau memiliki kompetensi dalam bidang tertentu, manakala ia dengan segenap pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan tersebut dengan baik sesuai dengan tuntutan professionalisme.


(69)

Berdasarkan pada arti standar kompetensi terbentuk atas kata standar dan kompetensi. Standar dapat diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan siap kerja. Dengan demikian, standar kompetensi merupakan kesepakatan-kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan pada suatu bidang pekerjaan oleh seluruh

“stakeholder”

dibidangnya.

Standar kompetensi menggambarkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan bagi seseorang untuk bekerja secara efektif ditempat kerja, yang didefinisikan oleh industri, yang secara nasional diakui dan membentuk standar dasar untuk industri tertentu. Menurut LSP Telematika standar kompetensi merupakan ukuran atau patokan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang harus dimiliki seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas yang sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

Dapat disimpulkan bahwa standar kompetensi adalah sejumlah kompetensi dasar yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

Indonesia memiliki kualifikasi nasional yang mengatur mengenai tenaga kerja dan jenjangnya, kualifikasi tersebut


(70)

tertuang dalam KKNI. Kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan


(71)

kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintergrasikan sektor pendidikan dengan sector pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai sector pekerjaan (Perpres Nomor 8 Tahun 2012). Dalam Kualifikasi KKNI terdapat 9 (Sembilan) jenjang yang terdiri dari kualifikasi 1 adalah tamatan pendidikan dasar, kualifikasi 2 adalah tamatan pendidikan menengah baik SMA maupun SMK, kualifikasi 3, 4, dan 5 adalah lulusan Diploma 1 hingga Diploma 3, dan kualifikasi 6 adalah lulusan pendidikan profesi, sedangkan yang terakhir yaitu kualifikasi 7, 8, dan 9 adalah lulusan S-1/Diploma 4, S-2, dan S-3.

KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan system pendidikan nasional, system pelatihan kerja nasional serta system penilaian kesetaraan capaian pembelajaran nasional, yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumber daya manusia nasional yang bermutu dan produktif. KKNI menyatakan 9 jenjang kualifikasi sumberdaya manusia Indonesia yang produktif, secara komperhensif mempertimbangkan dua sisi penting relevansi pendidikan dan pelatihan yaitu kebutuhan kompetensi kerja dalam ranah dunia kerja serta ketercapaian pembelajaran yang dihasilkan dalam suatu proses pendidikan.

Menurut Dikti tahun 2011, Diskriptor setiap jenjang kualifikasi KKNI yang merupakan perpaduan antara kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja dan ketercapaian pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu


(72)

(73)

pengetahuan, teknologi, dan seni perkembangan sektor-sektor pendukung perekonomian kesejahteraan rakyat seperti perindustrian, pertanian, kesehatan, hukum dan aspek lain yang terkait, serta aspek-aspek pembangun jati diri bangsa yang tercermin dalam bhineka tunggal ika, yaitu komitmen untuk tetap mengakui keragaman agama, suku, budaya, bahasa dan seni yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia.

Seperti yang dijabarkan pada gambar KKNI terdiri atas 9 jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang yang paling rendah yaitu jenjang satu dan jenjang yang paling tinggi yaitu jenjang sembilan. Sekolah menengah kejuruan berada pada level 2 yang dikelompokan dalam jabatan operator. Dalam jabatan sebagai operator siswa SMK sangat dituntut untuk memilki dan menguasai kometensi yang sesuai dengan bidang keahliannya.


(74)

(75)

Dalam Kurikulum 2013 untuk siswa SMK, level kualifikasi tamatan SMK bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi Kompetensi Keahlian Multimedia tercantum dalam table 1 level kualifikasi dibawah ini

Table 1. Level Kualifikasi Tingkat Level Kualifikasi Kompetensi

1 Teknisi Web  Memahami fundamental

multimedia

 Memahami system informasi manajemen

 Memahami algoritma pemograman

 Mendesain grafis untuk media cetak dan komunikasi massa

 Mendesain web untuk media informasi dan komunikasi global

2 Teknisi Multimedia  Mendesain multimedia untuk media pendidikan dan bisnis

 Membuat animasi 3 dimensi untuk melengkapi multimedia 3 Teknisi Video Digital  Menguasai teknik audio dan

dan Efek Visual video digital untuk media informasi, iklan, dan hiburan.

 Edutaiment.

Dalam Kepmen Nomor Kep.11Men/111/2007 disebutkan bahwa keahlian di bidang multimedia semakin dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari, baik di dunia kerja atau dunia industri. Pekerjaan di bidang multimedia sangat banyak dan beragam sesuai dengan namanya Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan program keahlian Multimedia adalah jenis pekerjaan atau profesi yang relevan dengan kompetensi yang tertuang di dalam tabel SKKNI bidang teknologi informatika pada jenjang SMK antara lain


(76)

(77)

Table 2. Ruang Lingkup Pekerjaan Multimedia No Dunia usaha / Industri Lingkup Pekerjaan

1 Pengembang Web  Pembuat web

 Pemelihara web

2 Pengembang Multimedia  Pembuatan Multimedia

 Pemelihara multimedia 3 Pengembang permainan  Pembuat pemainan

 Pembuat media simulasi 4 Rumah Produksi  Pembuat video klip

Sinema/Film  Penyunting video

5 Industri Media dan  Pembuatan animasi

Periklanan  Pembuatan media

informasi

6. Sertifikasi Kompetensi

Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi berguna untuk mengembangkan kompetensi dan mendidik atau melatih sampai kompeten yaitu dibuktikan dengan adanya sertifkasi kompetensi guna memastikan dan memelihara kompetensi (Surono, BSNP 2012). Sedangkan Sertifikasi kompetensi adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi kerja baik yang besifat nasional, maupun internasional. (Wikipedia berbahasa Indonesia)

Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa sertifikasi adalah proses formal untuk memvalidasi pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang diperoleh oleh seseorang dengan cara mengikuti suatu standar penilaian


(78)

(79)

yang telah ditetapkan. Hasil proses sertifikasi dinyatakan dalam sertifikat yang dikeluarkan oleh badan-badan pemberi akreditasi.

Sertifikasi merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh pekerjaan dan mempunyai pola :

a. Sertifikasi melalui proses pendidikan

Yaitu proses pendidikan yang di laksanakan oleh lembaga formal atau lembaga pendidika normal, seluruh komponen melalui pendidikan dilakukan penilaian

b. Sertifikasi melalui uji kompetensi

Melalui proses pelatihan pada lembaga pelatihan c. Sertifikasi melalui uji kompetensi

Melalui uji keterampilan atau kompetensi pada tempat uji komptensi. Badan- badan yang berwenang dalam sertifikasi kompetensi di Indonesia antara lain :

a. Badan Nasional Sertifikasi Profesi b. Lembaga Sertifikasi Profesi

c. Panitia Uji

d. Tempat Uji Kompetensi

Memiliki Sertifikasi keahlian merupakan bukti fisik, apabila seseorang dapat menguasai suatu bidang keahlian tertentu, tentunya akan berbeda antara seseorang yang memiliki sertifikasi dan tidak memiliki sertifikasi untuk memasuki dunia kerja. Berikut manfaat kepemilikan sertifikasi yaitu


(80)

a. Bagi sebuah Perusahaan

1) Memudahkan perusahaan untuk rekrutmen dan seleksi personil 2) Memudahkan perusahaan untuk penempatan dan penugasan 3) Memudahkan perusahaan untuk pengaturan remunesasi dan

kompensasi

4) Memudahkan perusahaan untuk mengaturan pengembangan karier dan diklat

5) Meningkatkan produktivitas perusahaan 6) Meningkatkan keselamatan ditempat kerja b. Bagi Tenaga Kerja

1) Meningkatkan mobilitas dan daya-saing tenaga kerja 2) Meningkatkan pengakuan atas kompetensi tenaga kerja 3) Meningkatkan prospek karier tenaga kerja

4) Meningkatkan keselamatan pribadi tenaga kerja

5) Meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan tenaga kerja c. Bagi Pemerintah Dan Masyarakat

1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi bursa kerja 2) Meningkatkan daya saing kerja di pasar kerja global 3) Meningkatkan kualitas dan produktivitas perusahaan

4) Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja 5) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi diklat

6) Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah


(81)

7) Menurunkan tingkat pengangguran

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi adalah

pengakuan kompetensi seseorang sesuai dengan standar penilaian yang telah ditetapkan. Sertifikasi dapat diperoleh melalui proses pendidikan, pelatihan dan melalui uji kompetensi.

Sertifikasi dapat diperoleh oleh berbagai kalangan dengan berbagai paket keahlian tidak terkecuali paket keahlian multimedia, berikut sertifikasi dibidang multimedia.

Sertifikasi paket keahlian multimedia adalah Vendor yang mengeluarkan sertifikasi di bidang multimedia adalah Adobe dan Macromedia. Sertifikasi yang di miliki Adobe dinamakan ACE

( Adobe Certified Expert

), ditujukan untuk para

Graphics Designer,

Web Designer, Developer

, dan professional bisnis yang ingin menunjukan kemampuan mereka dalam memahami produk Adobe. Macromedia memiliki sertifikasi yang menunjukan kemampuan seseorang telah menguasai satu atau lebih produk dari Macromedia. Beberapa sertifikasi yang dimiliki macromedia adalah

Certified Macromedia

Flash MX Developer, Certified Macromedia

Flash MX Designer, Certified ColdFusion MX Developer.

Sementara itu menurut LSP Telematika sertifikat kompetensi bidang multimedia untuk siswa SMK yaitu sertifikasi kompetensi level

junior Graphic

Designer

dan

level Practical Multimedia.


(82)

7. Uji Kompetensi Keahlian Multimedia

Menurut Kamus Besar Bahasa lndonesia(2008) kata uji diartikan sebagai pencobaan untuk mengetahui kualitas sesuatu (kepandaian, kecakapan, ketahanan dan sebagainya). Sehingga kata uji menunjukkan pada suatu proses: untuk mengetahui kualitas sesuatu. Berkaitan dengan penilaian hasil belajar siswa, uji kompetensi merupakan evaluasi hasil belajar siswa selama belajar dan bisa dijadikan sehagai alat ukur keberhasilan siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sebuah sekolah.

Text

atau uji merupakan perangkat evaluatif atau prosedur dimana perilaku siswa dalam domain tertentu diperoleh dan kemudian dievaluasi

dan diberi skor menggunakan proses standar. Pengujian merupakan proses pengumpulan data dan mengembalikan hasil, bukan proses memberikan kesempatan untuk belajar. Data dari beberapa penilaian yang digunakan

unntuk membuat keputusan: tentang level hasil belajar siswa. Uji kompetensi mementingkan indikator-indikator kompetensi siswa terpenuhi dan dapat dikembangkan lebih lanjut ( Dominique, 2006:46)

8. Evaluasi

Menurut suhasimi Arikunto dan Cepi (2009:2) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kerjanya sesuatu,


(83)

yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.


(84)

Weiss (1972) memandang, evaluasi meliputi berbagai jenis atau gradasi makna

judgment

(penentuan nilai). Suatu gejala tunggal (orang, benda, idea atau pemikiran) dicermati dan ditimbang dengan menggunakan semacam ukuran atau kriteria baik yang bersifat eksplisit maupun implisit. Menurut Hadi (2011 : 13) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai suatu objek, menilai suatu objek, dan membandingkannya dengan kriteria, standar dan indikator.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian evaluasi sebagai suatu kegiatan mendiskripsikan, mengumpulkan data, menyajikan suatu informasi yang terrencana untuk mengetahui keadaan suatu objek. Pengumpulan informasi dilakukan dengan menggunakan instrument yang hasilnya dibandingkan dengan suatu acuan (standar) untuk memperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Setiap pelaksanaan suatu kegiatan evaluasi tentunya memiliki suatu tujuan tertentu. Evaluasi sendiri memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan informasi mengenai suatu program yang digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Menurut Weiss (1972 :4) bahwa tujuan evaluasi adalah :

The purpose of evaluation research is to measure the effect of

program against the goals it set out accomplish as means of

vontributing to subsuquest decision making about the program

end improving future programming.


(85)

(86)

Pernyataan sebut dapat diartikan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mengukur dampak atau pengaruh sebuah program dengan membandingkan dengan sasaran atau tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya hasil dari perbandingan akan dijadikan pertimbangan untuk pengambilan keputusan tentang program tersebut untuk peningkatan program dimasa yang akan datang

Menurut Arikunto (2010:292) evaluasi program juga berarti upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing komponennya, berikut beberapa komponen tersebut :

a) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut kurang bermanfaat atau dalam pelaksanaanya sangat banyak hambatan

b) Memodifikasi Program, berdasarkan dari data yang terkumpul dapat diketahui bahwa hasil dari program tersebut kurang tinggi sehingga diperlukan penyusunan perencanaan program kembali secara lebih baik.

c) Merevisi program, karena ada yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kelemahan pada program tetapi hanya sedikit)

d) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat

Uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi program


(87)

adalah jawaban atas pernyataan apakah program dilanjutkan atau dihentikan. Dilanjutkan dalam arti perlu perbaikan atau revisi agar program


(88)

lebih efektif pada masa yang akan datang. Evaluasi perlu dihentikan apabila program tidak banyak memberikan manfaat justru menimbulkan banyak resiko.

Terdapat beberapa model evaluasi, model evaluasi sendiri merupakan rancangan yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap suatu program. Desain evaluasi dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang biasanya sering dinamakan dengan nama pembuat atau tahap evaluasinya. Para ahli evaluasi telah merancang model evaluasi yang dapat digunakan oleh para evaluator. Tayibnapis (2008: 13-21) dalam bukunya evaluasi progam, menyebutkan beberapa evaluasi yang terkenal antara lain: model CIPP, UCLA, model Stake atau model counternances. Model-model yang satu dengan yang lainnya memang nampak bervariasi namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sehubungan dengan pengambilan keputusan. Ada banyak model evaluasi program tersebut antara lain:

a) Model Evaluasi CIPP

Evaluasi model CIPP dikembangkan pertama kali oleh Daniel

Stufflebean pada tahun 1960-an. CIPP merupakan singkatan dari

Context

,

Input

, Procees, and

Product

yang berarti evaluasi model ini menilai dari segi konteks,

input

, proses, dan keluaran yang dihasilkan. CIPP adalah pendekatan pengambilan keputusan yang difokuskan untuk evaluasi dan menekankan penyediaan informasi yag sistematis berdasarkan program dan


(89)

(90)

pelaksanaanya. Informasi dipandang sebagai suatu nilai yang palin berharga ketika suatu program akan dilaksanakan (Robinson, 2002 : 1).

Menurut Patton (Robinson, 2002 : 1), CIPP merupakan kumpulan dari informasi yang terangkum secara sistematis mengenai aktivitas, karakteristik dan keluaran dari program yang digunakan oleh orang-orang tertentu. CIPP bertujuan mengevaluasi dan mengurangi kegagalan, meningkatkan tingkat efektifitas dan membuat keputusan mengenai program yang akan dilaksanakan beserta dampak yang menyertainya.

Olds dan militer dikutip dari Kuo-Hung Tseng (2010: 3) menyatakan bahwa untuk melakukan evaluasi dengan CIPP, maka langkah-langkah yang dibutuhkan untuk perencanaan penilaian adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi keserasian tujuan dari program yang dilaksanakan dengan tujuan dari institusi dan badan akreditasi sekolah yang ditunjuk; (2) mengembangkan objektivitas program dan kriteria performa pada tiap-tiap tujuan; (3) menentukan metode yang terbaik untuk menilai dan mengevaluasi tiap-tiap hasil dan mengumpulkannya; (4) melaporkan hasil kepada instansi yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dan memberikan perbaikan terhadap program tersebut.

Tahap model evaluasi CIPP yang dikemukakan Kaufman dan Thomas (2009: 116-117) adalah sebagai berikut :


(91)

(92)

1) Evaluasi Konteks (

Context Evaluation

)

Evaluasi konteks adalah fase awal dalam pengembangan program yang

meliputi identifikasi kebutuhan dan desain program. Fase ini juga merupakan upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel penelitian dan tujuan program. Evaluasi konteks meliputi penggambaran latar belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan kebutuhan dan tujuan program, menentukan sasaran program dan sejauh mana tawaran ini cukup responsif terhadap kebutuhan yang sudah diidentifikasi.

2) Evaluasi Masukan (

Input Evaluation

)

Evaluasi

input

digunakan untuk mengidentifikasi apa yang benar-benar

diperlukan untuk menentukan definisi tentang tujuan evaluasi yang sedang dilakukan. Masukan (

input

) merupakan model yang digunakan untuk menentukan bagaimana cara penggunaan sumber daya yang ada bisa mencapai tujuan serta secara essential memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari pihak lain atau tidak. Aspek

input

juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk mengimplementasi program.

3) Evaluasi Proses (

Procees Evaluation

)

Evaluasi proses secara khusus digunakan untuk mendeteksi,

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu program yang terjadi selama


(93)

(94)

implementasi suatu program. Evaluas proses digunakan sebagai rekaman impelemntasi riil suatu program.

4) Evaluasi Produk (

Product Evaluation

)

Evaluasi produk terjadi ketika suatu program sudah berlangsung dengan penekanan pada pengumpulan informasi yang dibutuhkan untuk suatu keputusan yang dibuat berkenaan dengan suatu program. Evaluasi produk meliputi penentuan (penilaian) dampak umum dan khusus suatu program, mengukur dampak terantisipasi, mengidentifikasi dampak yang tidak terantisipasi, memperkirakan kebaikan program, serta mengukur efektifitas program.

Berdasarkan berbagai jenis pemamaparan mengenai model CIPP diatas, maka dapat didefinisikan bahwa model CIPP merupakan model evaluasi yang mengevaluasi suatu pelaksanaan program dilihat dari empat aspek yaitu konteks, masukan, proses dan keluaran informasi yang diperoleh dalam model ini merupakan data yang sangat berharga. Data tersebut digunakan untuk mengevaluasi dan mengurangi kegagalan.

b) Model Evaluasi Kesenjangan (

Discrepancy Model

)

Kata

discrepancy

adalah istilah bahasa inggris yang dapat diartikan kedalam bahasa Indonesia yang berarti “kesenjangan”. Model yang di kembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat membandingkan apa yang seharusnya dan diharapkan


(95)

(96)

terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dari kegiatan membandingkan tersebut dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya ( Kaufman dan Thomas, 2009: 127).

Model evaluasi ini bertujuan untuk menganalisis suatu program sehingga dapat ditentukan apakah suatau program layak ditentukan, ditingkatkan, atau sebaliknya dihentikan dengan mementingkan terdefinisikannya standar,

performance

, dan

discrepancy

secara terperinsi dan terukur. Evaluasi program yang dilaksanakan oleh

evaluator

bertujuan mengukur besarnya kesenjangan yang ada disetiap komponen program. Dengan terjabarnya setiap komponen program maka langkah-langkah perbaikan dapat di lakukan.

c) Model Evaluasi Scriven

Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven dengan tujuan utama pada waktu itu adalah evaluasi kurikulum. Akan tetapi evaluasi yang dikemukakanya dapat dialihkan kepada evaluasi proses, dan evaluasi produk, maupun evaluasi program. Dengan kata lain model scriven dapat diaplikasikan pada berbagai kegiatan dan program pendidikan. Scriven menenkankan bahwa evaluasi menginterprestasi-kan evaluator sebagai pengambil keputusan dan sekaligus penyedia informasi. Dengan demikian ia membedakan antara “

god of evaluation dan role of evaluation

” berhubungan dengan proses pendidikan, antara lain proses pengembangan kurikulum dan


(97)

(98)

proses pembelajaran. Scriven memberikan kontribusi dan evaluasi pendidikan antara lain:

1) Evaluasi berdasarkan kenyataan (

Goal Free Evaluation

)

Scriven menekankan bahwa evaluasi program dan produk hendaklah menilai efek nyata dari suatu kegiatan. Ini berarti bahwa evaluasi tidak terikat hanya pada tujuan yang dirumuskan pada permulaan program, akan tetapi juga memperhatikan efek nyatanya. Dengan cara ini semua hasil kegiatan dapat diketahui termasuk didalamnya efek samping yang ditimbukan pada suatu kegiatan.

2) Evaluasi Formatif (

Formative Evaluation

)

Model ini juga pada awalnya dirancang oleh Scriven dalam hubungan pengembangan kurikulum. Ia menyatakan suatu kurikulum mempunyai bentuk yang siap. Evaluasi formatif merupakan pengumpulan data atau bukti selama penyusunan dan uji coba kurikulum baru. Revisi atau perbaikan dilakukan berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan melalui

evaluasi formatif. Evaluator dapat melihat kekurangan dalam pelaksanaan program / kegiatan dan dapat memantau proses pelaksanaan sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan kelengkapan produk yang dikembangkan. Oleh karena itu, evaluasi formatif dapat juga disebut dengan evaluasi internal

(Internal-evaluation

atau

intrinsic evaluation

) karena evaluasi formatif


(99)

(100)

menyangkut isi, tujuan, prosedur/proses, sikap guru, sikap siswa, fasilitas, dan sebagainnya.

3) Evaluasi Summatif (

Summative Evaluation

)

Berbeda dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif lebih diarahkan untuk menguji efek dari komponen-komponen pendidikan atau pembelajaran terhadap para siswa, atau dapat diarahkan untuk menguji efek dari komponen-komponen pendidikan/pembelajaran terhadap para siswa. Evaluasi sumatif dirancang untuk mengetahui seberapa jauh kurikulum yang telah disusun sebelumnya memberikan hasil kepada siswa antara lain mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal itu dapat dilihat pada hasil

pre test

dan

post

test

antara kelompok eksperimen dan kontrol. Walaupun Scriven tidak mengarahkan model ini pada evaluasi pada proses belajar dan mengajar, namun pelaksanaan kurikulum tidaklah dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan.

d) Model Evaluasi Kirkpatrick

Model yang dikembangkan oleh Kirkpatrick ini dikenal dengan

evaluating traning program : the four level evaluation model

. Evaluasi terhadap program training mencangkun empat level evaluasi yaitu :

reaction, learning, behavior

, dan

result

.

1) Evaluasi Reaksi (

Reaction Evaluation

)


(1)

Proses

2 1,5

1 Proses

0,5 0

Sangat

Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah

Product

2 1,5

1 Product

0,5 0

Sangat

Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah


(2)

Total

2 1,5 1 Tota l 0,5 0 Sangat Tinggi Ting

gi Rendah

Sangat Rendah


(3)

DOKUMENTASI KEGIATAN UJI KOMPETENSI KEAHLIAN

MULTIMEDIA

TAHUN AJARAN 2016/2017

A. Pelaksanaan Editing


(4)

B. Presentasi Hasil


(5)

(6)