BENTUK PENERAPAN AKUNTANSI

(1)

BENTUK PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL PADA PTPN II (PERSERO) KEBUN TANDEM HILIR.

Peneliti

Mei H. M. Munte, SE., M.Si

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Keterbatasan dalam mengelola perusahaan yang berkembang, merupakan masalah yang harus benar–benar ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Keterbatasan yang dimiliki perusahaan akan semakin sukar diatasi jika semakin besar. Sehubungan dengan hal tersebut kemajuan perusahaan dapat dicapai melalui kebutuhan informasi untuk tujuan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil sangat menentukan kelangsungan hidup perusahaan sehingga peranan akuntansi semakin di butuhkan.

Salah satu masalah yang penting untuk diawasi adalah berkenaan dengan masalah keterkaitan suatu perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya yang menuntut dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan (Coorporate Social ResponsibilityCSR).Perusahaan yang besar dan kompleks tidak hanya memiliki kewajiban – kewajiban ekonomis dan legal kepada para pemegang saham saja (shareholder) tetapi juga kewajiban – kewajiban terhadap pihak lain yang lebih luas lagi termasuk kepada masyarakat (stakeholders). Apalagi jika perusahaan tersebut mempunyai banyak cabang di daerah – daerah dan lokasi kebun yang letaknya cukup berjauhan. Pada saat seperti inilah Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial suatu perusahaan diharapkan memiliki komitmen untuk :

a) Berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.


(3)

c) Meningkatkan perhatian terhadap lingkungan kondisi tempat kerja. d) Hubungan perusahaan antar komunitas lokal dan masyarakat luas. e) Investasi sosial perusahaan.

f) Citra perusahaan di mata publik menjadi baik. g) Meningkatkan kinerja keuangan perusahaaan.

Perusahaan beraktifitas melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya, dimana akibat dari interaksi tersebut menuntut terciptanya hubungan timbal balik antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Hal ini akan berimplikasi pada timbulnya dampak – dampak sosial atas kegiatan operasi perusahaan terhadap lingkungannya. Sepanjang perusahaan menggunakan sumber daya manusia dan komunitas yang ada, maka perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian profit tersebut bagi masyarakat. Dasar pengungkapan sosial adalah pernyataan standar Akuntansi Keuangan No. 1 Paragraf 09 yang menghendaki :

Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.1

Dengan demikian fungsi akuntansi keuangan sangat penting dalam pengungkapan suatu pertanggungjawaban sosial dalam perusahaan guna menciptakan kesan dan citra yang baik tentang nilai sosial perusahaan dan mendukung kesinambungan bisnis perusahaan. Dari penjelasan tersebut maka tertarik membahas dalam tulisan skripsi yang berjudul : BENTUK

1Ikatan Akuntansi Indonesia.Standar Akuntansi Keuangan :Salemba Empat, Jakarta,


(4)

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL PADA PTPN II (PERSERO) KEBUN TANDEM HILIR.

B. Perumusan Masalah

Setiap perusahaan dalam menjalankan operasinya selalu menghadapi masalah yang berbeda sesuai dengan jenis kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan itu yang dapat menghambat pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan.

Menurut Sumadi Suryabrata “Masalah atau permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das Sollen dan das Sein ; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan yang sejenis dengan itu”2

Berkaitan dengan masalah yang dihadapi perusahaan terhadap lingkungan sosialnya, maka permasalahan yang dirumuskan adalah : Apakah perusahaan telah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban sosial secara memadai dalam rangka kelangsungan hidup perusahaan ?

A. Hipotesis

Moh Nazir mengemukakan bahwa hipotesis adalah :

…pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar

2 Sumadi Suryabrata,Metode Penelitian, Edisi Kedua, Cetakan Kedelapanbelas : Raja


(5)

kerja serta panduan dalam verifikasi”3 Berdasarkan masalah yang telah

dirumuskan maka hiopotesis dapat dikemukakan yaitu :

1. Perusahaan telah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban sosial secara signifikan, jika tanggung jawab sosial pada masyarakat lingkungan perusahaan dan tanggung jawab sosial pada tenaga kerja perusahaan (SDM) telah memadai terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

2. Perusahaan tidak menerapkan akuntansi pertanggungjawaban sosial secara signifikan, jika tanggung jawab sosial pada masyarakat lingkungan perusahaan dan tanggung jawab sosial pada tenaga kerja perusahaan (SDM) tidak memadai terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

B. Luas dan Tujuan Penelitain

Menyadari keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki maka penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada topik : Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial pada masyarakat lingkungan perusahaan dan pada tenaga kerja perusahaan (SDM).

Adapun tujuan diadakannya penelitan ini adalah :

1. Mengetahui apakah Akuntansi Pertanggungjawaban sosial pada PTPN II (PERSERO) Kebun Tandem Hilir telah diterapkan sebagaimana mestinya. 2. Menyampaikan saran kepada manajemen perusahaan dalam penerapan

akuntansi pertanggungjawaban sosial yang lebih baik pada masa mendatang.

3 Moh Nazir, Metode Penelitian, Cetakan Keempat : Ghalia Indonesia, Jakarta 2005,


(6)

C. Metode Penelitan dan Pengumpulan Data

Penyusunan skripsi ini pada hakikatnya merupakan rangkaian kesimpulan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian dengan cara pendekatan untuk memperoleh data informasi yang diperlukan. Untuk mendapatkan data dan informasi dalam rangka merampungkan skripsi ini maka pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Penelitian Kepustakaan (Library research)

Penelitian ini berdasarkan kepustakaan, sehingga data yang dibutuhkan diperoleh dengan membaca buku – buku, mempelajari buku – buku teori, majalah – majalah ilmiah dan tulisan lain yang berkaitan dengan judul tulisan ini. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder sebagai kerangka kerja teoritis.

2. Penelitian Lapangan(Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang dipilih atau diteliti, untuk memperoleh data primer. Data tersebut diperoleh dengan cara mengajukan kuesioner terhadap 4 (empat) responden dari tiap – tiap bagian berikut: Manajer, Kadis, Asisten Adm dan karyawan bagian Pembukuan yang dapat memberi informasi yang diperlukan dalam objek penelitian.

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam usaha menguji kebenaran hipotesis yaitu :


(7)

1. Metode Analisis Deskriptif( Descriptive Analysis Method )

Metode ini merupakan metode analisis yang mengumpulkan data, merumuskan, mengklafikasikan, menginterpretasikan data yang diperoleh, sehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai objek penelitian atau kebijaksanaan yang dilaksanakan oleh perusahaan.

2. Metode Analisis Deduktif ( Deductive Analysis Method )

Metode ini digunakan untuk menganalisis data dalam usaha membuat kesimpulan dari fakta yang diamati dengan cara membandingkan antara teori yang merupakan kebenaran umum terhadap praktek usaha. Dari kesimpulan dibuat diharapkan dapat dikemukakan saran yang dapat mengatasi masalah perusahaan.


(8)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Sebelum pada uraian yang lebih luas ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu pengertian Akuntansi. Defenisi Akuntansi oleh Mulyadi adalah :

“Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan berupa data operasi dan data keuangan untuk menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh pemakai”.4

Menurut Henry Simamora dalam bukunya menyatakan: “Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian kejadian-kejadian ekonomi suatu organisasi (perusahaan ataupun bukan perusahaan) kepada parapemakai informasi yang berkepentingan”.5

Sementara itu defenisi tanggung jawab sosial menurut Jeff Madura adalah:

“Suatu pengakuan dari perusahaan bahwa keputusan bisnis dapat mempengaruhi masyarakat”.6

Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa Social Responsibility Accounting merupakan bagian ilmu akuntansi yang memperhitungkan pertukaran yang terjadi antara perusahaan dan lingkungan sosialnya.

4 Mulyadi, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Kedua,

Cetakan Ketiga : Salemba Empat, Jakarta, 2001, hal. 1.

5 Henry Simamora, Akuntansi Basis Pengembalian Keputusan Bisnis, Buku Satu,

Cetakan Pertama : Salemba Empat, Jakarta, 2000, hal. 1.

6 Jeff Madura,Introduction to Business, 2nd Edition,Pengantar Bisnis, Alih Bahasa :


(9)

Sejak awal tahun 70-an, istilah Social Accounting banyak digunakan oleh para penulis. Kemudian setelah itu muncul istilah Social Audit. Kemudian pada tahun 1979 sampai 1981 banyak kalangan penulis yang menggunakan istilah Social Reporting dan masih banyak istilah-istilah lain yaitu Social Responsibility Accounting, Social Accounting, Socioeconomic Accounting, dan Social Responsibility Disclosure dimana dari seluruh istilah tersebut yang paling banyak digunakan adalahSocial Accounting.

Menurut Sofyan Syafri ada tiga pandangan atau model yang menggambarkan tentang keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yaitu:

1. Model Klasik

Pendapat ini berkembang pada abad ke 19, bertitik tolak pada konsep persaingan sempurna, dimana perilaku ekonomi terpisah dan berbeda dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain. Tujuan perusahaan hanya untuk mencari untung yang sebesar-besarnya. Kriteria keberhasilan perusahaan diukur oleh daya guna dan pertumbuhan. Menurut pendapat ini, usaha yang dilakukan perusahaan semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan kepada pemilik modal. Jelasnya perusahaan, menurut pendapat ini tidak perlu memikirkan usaha untuk memperbaiki penyakit sosial. 2. Model Manajemen

Menurut pendapat ini perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang hidup dan punya tujuan tersendiri. Dengan demikian manajer sebagai team yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus mempertimbangkan tanggung jawab sosial perusahaan mengingat ketergantungannya dengan pihak lain yang juga punya andil dalam pencapaian tujuan perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran buat pemilik modal.

3. Model Lingkungan sosial

Model ini menekankan bahwa perusahaan menyakini bahwa: kekuasaan ekonomi dan politik yang dimilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan (bersumber) dari lingkungan sosial dan bukan hanya semata dari pasar sesuai dengan teori atau model klasik.7

7 Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan Keempat : Raja


(10)

Sementara itu Ahmed Riahi-Belkaoui dalam bukunya memberikan definisi Akuntansi Pertanggungjawaban sosial sebagai berikut:

…pemilihan variable-variabel, ukuran, dan prosedur pengukuran dari kinerja sosial tingkat perusahaan; yang secara sistematis mengembangkan informasi yang berguna untuk pengevaluasian kinerja sosial perusahaan, dan mengkomunikasikan informasi seperti itu kepada kelompok-kelompok sosial yang berkepentingan baik di dalam maupun di luar perusahaan.8

Hal ini berarti akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan suatu jalan keluar bagi perusahaan untuk bertanggung jawab secara umum. Sedangkan T.Hani Handoko mendefinisikan tanggung jawab sosial berarti bahwa:

“…manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi di dalam pembuatan keputusannya”.9 Tangung jawab sosial perusahaan ini merupakan

salah satu tugas yang harus dilakukan oleh para manajer organisasi perusahaan, karena aspek ini merupakan syarat utama bagi berhasilnya perusahaan, terutama untuk jangka panjang.

Dari pembahasan tersebut memberikan suatu kesimpulan umum, bahwa tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah mengukur dan mengungkapkan kinerja sosial tingkat perusahaan yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan tehadap masyarakat.

8 Ahmed Riahi Belkaoui, Accounting Theory, 5th Edition,. Teori Akuntansi, Alih

Bahasa : Ali Akbar Yulianto dan Risnawati Dermauli, Buku Satu, Edisi Kelima : Salemba Empat, Jakarta, 2006, hal. 349.

9 T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi Kedua, Cetakan Keempatbelas : BPFE


(11)

B. Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Dari beberapa definisi tentang pandangan akuntansi pertangungjawaban sosial yang diberikan, pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama yaitu: 1. Menilai dampak sosial kegiatan perusahaan.

2. Mengukur efektivitas program-program perusahaan yang bersifat sosial. 3. Melaporkan sampai seberapa jauh perusahaan memenuhi tanggung jawab

sosialnya.

4. Peniliaian menyeluruh terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya (baik sosial maupun ekonomi).

C. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Menurut Ahmed Riani-Belkaoui, terdapat tiga asumsi tujuan dari tanggung jawab sosial perusahaan yaitu:

1. Yang berasumsi bahwa tujuan dari CSR (Coorporate Social Responsibility) adalah untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.

2. Yang berasumsi bahwa tujuan dari CSR (Coorporate Social

Responsibility) perusahaan adalah untuk membebaskan

akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial di antara organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial.

3. Yang dampaknya berasumsi bahwa CSR (Coorporate Social

Responsibility) perusahaan secara efektif adalah perpanjangan

dari pelaporan keuangan tradisonal dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor.10

Pada tujuan pertama, perusahaan dalam kontrak sosialnya dipandang sebagai agen produksi. Dalam tujuan kedua, perusahaan berperan sebagai agen dalam


(12)

pembagian sumber daya dan proses distribusi manfaat oleh masyarakat. Kedua tujuan ini disebut sebagai tujuan pengukuran, sedangkan tujuan ketiga berhubungan dengan proses pelaporan.

Dalam peraturan yang terjadi antara perusahaan dan lingkungan sosialnya, akan timbul social cost dan social benefit. Social cost yaitu apabila kegiatan perusahaan berakibat pada pengerusakan sumber daya, sedangkan social benefit yaitu apabila kegiatan perusahaan berakibat meningkatkan sumber daya.

D. Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Tuana Kota mengklasifikasikan ruang lingkup akuntansi pertanggungjawaban sosial menjadi 4 (empat) bagian utama yaitu:

1. Keterlibatan Masyarakat yaitu meliputi kegitan-kegiatan yang memberikan manfaat kepada masyarakat secara luas, misalnya pembangunan dan pembiayaan dan pembelanjaan rumah-rumah, kegiatan-kegiatan kedermawaan, perencanaan perbaikan kampung-kampung dan lain-lain. 2. Sumber-sumber Daya Manusia yaitu termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan

yang memberikan manfaat kepada pegawai, misalnya program latihan dan peningkatan keterampilan, perbaikan keadaan dan suasana kerja, dan segala sesuatu yang berkenaan dengan balas jasa kepada karyawan.

3. Sumber-sumber fisik dan sumbangan-sumbangan lingkungan yaitu dengan sumber-sumber fisik dan sumbangan-sumbangan lingkungan dimaksudkan mutu udara dan air serta pengendalian pencemaran suara (kebisingan) disamping pemeliharaan atau konversi sumber-sumber dan pengendalian pembangunan sampah industri.


(13)

4. Sumbangan barang atau jasa perusahaan yaitu dimaksudkan pertimbangan-pertimbangan mengenai dampak dari produk perusahaan terhadap masyarakat yakni dengan memperhatikan mutu, pembungkus, iklan, jaminan purna jual, keselamatan dan lain-lain.

Sedangkan dalam buku Sofyan Syafri, Bradshaw mengemukakan ada 3 (tiga) bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yaitu:

1. Coorporate Philanthropy

Di sini tanggung jawab perusahaan itu berada sebatas kedermawaan atau voluntir belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

2. Coorporate Responsibility

Di sini kegiatan pertanggungjawaban itu sudah merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.

3. Coorporate Policy

Di sini tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan bagian dari kebijakannya.11

Selain itu terdapat 5 (lima) kemungkinan ruang lingkup dimana tanggung jawab sosial berada, yaitu:

1. Sumbangan Laba Netto(net profit contribution)

Meningkatnya perhatian terhadap diterimanya tujuan sosial, haruslah tidak mengurangi pentingnya tujuan memperoleh laba. Disini terjadi timbal balik yang saling menguntungkan antara laba dan lingkungan sosial.

2. Sumbangan Terhadap Lingkungan(environtmental contribution)

Perusahaan bertanggung jawab untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan serta aspek lingkungan produksinya. Misalnya, pemakaian sumber daya, proses produksi dan dampak kegiatan perusahaan.


(14)

3. Sumbangan Kepada Publik(public contribution)

Dimana perusahaan dalam melakukan kegiatannya memperhitungkan dampak dari kegiatan operasional serta usaha perusahaan dalam memberikan manfaat kepada masyarakat diluar perusahaan.

4. Sumbangan Kepada Sumber Daya Manusia(human resources contribution) Perusahaan bertanggung jawab dalam meningkatkan sumber daya manusia dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang memberi manfaat kepada pegawai, misalnya, pensiun, jaminan kesehatan.

5. Sumbangan Produk atau Jasa(product or service contribution)

Yaitu pertimbangan mengenai dampak dari produk perusahaan terhadap masyarakat (meliputi aspek kualitatif produk atau jasa), misalanya meliputi standar kualitas, pengepakan, dan jaminan produk dan upaya menciptakan produk yang tidak merusak atau mencemarkan lingkungan.

Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Dr. Suryana ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu:

1. Tanggung jawab Terhadap Lingkungan.

Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung jawab Terhadap Karyawan

Tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:

Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat merekaBerikan umpan balik baik yang positif maupun negatifBerilah hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan baikPercayakanlah mereka

3. Tanggung jawab Terhadap Pelanggan

Tanggung jawab sosial perusahaan terdapat pelanggan menurut Ronald J.Ebert ada dua kategori, yaitu:


(15)

2. Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan. Ada 4 (empat) hak pelanggan, yaitu:

Hak untuk mendapatkan produk yang aman

Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produkHak untuk didengar

Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli 4. Tanggung jawab terhadap investor

Tanggung jawab perusahaan terhadap investor adalah menyediakan pengembalian (return) investasi yang menarik di antaranya dengan memaksimumkan laba. Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan setepat mungkin.

5. Tanggung jawab Terhadap Masyarakat

Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada dilokasi tersebut.12

Kegiatan program yang dilakukan oleh perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosialnya dapat dikategorisasi dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Public relation

Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Bentuk ini lebih ditekankan pada penanaman persepsi tentang perusahaan dengan si perusahaan membuat suatu kegiatan sosial tertentu dan khusus sehingga tertanam dalam image komunitas bahwa perusahaan tersebut banyak melakukan kegiatan sosial sampai anggota komunitas tidak mengetahui produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

2. Strategi defensif

Usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan terhadap karyawannya, dan biasanya untuk melawan ‘serangan’ negatif dari anggapan komunitas atau komunitas yang sudah terlanjur berkembang.

3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi perusahaan itu

Berusaha untuk menanamkan kesan baik terhadap komunitas atau komunitas berkaitan dengan kegiatan perusahaan, biasanya


(16)

berkaitan erat dengan kebudayaan perusahaan yang berlaku. Kegiatan tanggung jawab sosial dari perusahaan yang bersangkutan didorong oleh kebudayaan yang berlaku di perusahaan, sehingga secara otomatis dalam kegiatan pertanggungjawaban sosial perusahaan yang bersangkutan sudah tersirat etika dari perusahaan tersebut.13

Literatur dalam ilmu sosial. Ilmu sosiologi, dan khususnya kegiatan-kegiatan sosial merupakan saksi dan penyebab yang mendorong timbulnya akuntansi pertanggungjawaban sosial perusahaan. Dalam hal ini menimbulkan adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan individu ke arah kesejahtraan sosial.

Kecenderungan ini dapat dilihat dari beberapa paradigma berikut ini: a. Kecenderungan Terhadap Kesejahteraan Sosial

Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan masyarakat dan sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Kenyataan ini semakin disadari dan semakin dibutuhkan pertanggungjawabannya untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang keterkaitan saling pengaruh mempengaruhi antar perusahaan dan masyarakat.

b. Kecenderungan Terhadap Kesadaran Lingkungan

Dalam hal ini kesadaran manusia dalam memperhatikan lingkungan belum begitu besar, dimana justru perhatian yang lebih besar terhadap kesejahteraan binatang peliharaan dan kesayangan dan mengabaikan kesajahteraan makhluk manusia itu sendiri. Kesadaran akan kebenaran inilah yang merupakan salah satu pendorong munculnya akuntansi pertanggungjawaban sosial.

13 Bambang Rudito dan Melia famiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia,Cetakan Pertama : Rekayasa Sains, Bandung, 2007, hal. 210-212.


(17)

c. Perspektif Ekosistem

Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efesiensi, menimbulkan krisis ekosistem. Dimana tanpa pembatasan terhadap tingkah laku manusia tampaknya yang timbul hanya kehancuran dan kekacauan, sehingga perspektif terhadap ekosistem inilah yang mendorong akuntansi pertanggungjawaban sosial.

d. Ekonomisasi vs Sosialisasi

Ekonomisasi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya sosialisasi memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya. Walaupun sosialisasi ini belum tampak nyata, namun pengaruh pemerintah dan tekanan sosial cenderung menguntungkan kepentingan sosial. Akhirnya perlu alat ukur sampai seberapa jauh pengaruh perusahaan terhadap masyarakat.

Penyakit sosial yang ditimbulkan oleh pengaruh kegiatan Negara dan bisnis ditanggulangi secara tepat dan terarah, salah satu upaya ke arah itu yaitu: 1. Perlunya Standar atau ukuran tentang kualitas pengaruh kegiatan itu.

2. Sikap baru yang muncul belakangan ini yang cenderung ke arah memperhatikan kesejahteraan sosial perlu didukung dan dimantapkan, bahkan perlu diratifikasi.

3. Hubungan perusahaan masyarakat perlu diserasikan dengan cara keterlibatan perusahaan untuk memperbaiki ketimpangan sosial masyarakat.


(18)

Beberapa hal yang diungkapkan dalam konsep pengukuran dan penilaian yaitu lingkungan:

1. Polusi

2. Pencegahan kerusakan lingkungan, konservasi sumber-sumber alam, dan lain-lain.

Praktek usaha yang fair:

1. Merekrut pegawai dari minoritas dan peningkatan kemampuannya 2. Penggunaan tenaga wanita

3. Pembukaan unit usaha di luar negeri, dan lain-lain Sumber tenaga manusia:

1. Kesehatan dan keamanan pegawai 2. Training, dan lain-lain

Keterlibatan terhadap masyarakat: 1. Kegiatan masyarakat sekitar 2. Bantuan kesehatan

3. Pendidikan 4. Seni, dan lain-lain

Produksi:

1. Keamanan produksi 2. Mengurangi polusi 3. Keracunan, dan lain-lain

Ahmed Belkaoui dengan cara sistematis mengelompokkan batasan sikap perusahaan terhadap tanggung jawab sosial ini dalam lima kategori yaitu:

Pertama : Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha mencari laba yang maksimal. Jika perusahaan dapat mengumpulkan laba yang


(19)

sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai badan usaha. Menurut kategori ini, apabila perusahaan diwajibkan untuk memperhatikan lingkungan sosial masyarakat, maka akan merusak sendi-sendi ekonomi persaingan bebas.

Kedua : Disamping tujuan mencari untung, perusahaan juga harus memperhatikan pihak-pihak tertentu dengan siapa ia mempunyai kepentingan. Hal ini dicontohkan dengan perbaikan kesejahtraan karyawan, menjalin hubungan baik dengan kelompok masyarakat, dan lain-lain.

Ketiga : Perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan memperluas tanggung jawab manajemen.

Keempat : Tanggung jawab sosial perusahaan mencakupi hal yang bersifat ekonomi dan non ekonomi.

Dalam kategori ini dikenal tiga pusat lingkaran:

1. Lingkaran dalam, mencakup tanggung jawab dasar dalam melaksanakan fungsinya dengan efisien.

2. Lingkaran tengah, mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi ekonomisnya dengan penuh kesadaran akan perubahan nilai dan prioritas yang berlaku dalam masyarakat.

3. Lingkaran luar, mencakup tanggung jawab yang baru muncul dan masih berkembang, dimana perusahaan harus secara luas terlibat secara aktif untuk memperbaiki lingkungan sosial.


(20)

Kelima : Tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan mencakupi keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial.

Keenam : Kategori ini merupakan variasi semua pengertian yang diliput oleh literatur tentang bentuk dan batasan tanggung jawab sosial perusahaan di atas.

Bentuk keterlibatan perusahaan tergantung pada lingkungan sosial, bentuk masyarakat, sifat, dan keadaan tertentu yang berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan tersebut sebagai berikut:

1. Lingkungan Hidup, yaitu terdiri dari: a. Keindahan lingkungan

b. Penggunaan tanah c. Pengelolaan sampah d. Pengurangan suara bising

e. Pengawasan terhadap efek polusi f. Dan lain-lain

2. Energi, terdiri dari:

a. Penghematan energi dalam proses produksi b. Dan lain-lain

3. Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, terdiri dari: a. Keamanan dan kesehatan karyawan

b. Kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan c. Menambah dan memperluas hak-hak karyawan d. Bantuan pada sekolah


(21)

e. Pendirian sekolah

f. Peningkatan karier karyawan g. Membantu pendidikan tinggi h. Dan lain-lain

4. Praktek Bisnis yang jujur, terdiri dari: a. Memperhatikan hak-hak karyawan b. Selalu mengontrol kualitas produk c. Adanya jaminan

d. Dan lain-lain

5. Membantu Masyarakat Lingkungan, terdiri dari:

a. Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya

b. Membangun klinik kesehatan c. Membangun sekolah

d. Membangun rumah ibadah

e. Sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat f. Perbaikan sarana pengangkutan

g. Dan lain-lain

6. Kegiatan Seni dan Kebudayaan, terdiri dari: a. Sponsor kegiatan seni dan budaya b. Membantu lembaga seni dan budaya c. Penggunaan seni dan budaya dalam iklan d. Dan lain-lain


(22)

7. Hubungan dengan Pemegang Saham, terdiri dari: a. Sifat keterbukaan Direksi pada semua Persero

b. Pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial c. Dan lain-lain

8. Hubungan dengan Pemerintah, terdiri dari: a. Mentaati peraturan pemerintah

b. Membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan c. Membantu secara umum usaha peningkatan kesejahteraan sosial

masyarakat d. Dan lain-lain

Pelaksanaan bentuk-bentuk kegiatan tanggung jawab sosial di perusahaan ini akan semakin cepat apabila terdapat beberapa tekanan atau faktor antara lain: 1. Adanya Peraturan Pemerintah dan UU yang diberlakukan

2. Ditetapkannya standar akuntansi yang mengharuskan pengungkapan tanggung jawab sosial

3. Adanya kesadaran dari perusahaan

D.1. Tanggung jawab Sosial Pada Masyarakat Lingkungan Perusahaan

Adapun yang menjadi perhatian dalam Tanggung jawab Sosial Pada Masyarakat Lingkungan Perusahaan adalah :

1. Pemberian subsidi kepada masyarakat dibandingkan dengan laba perusahaan.

2. Pembangunan infrastruktur kesehatan seperti klinik kesehatan pada komunitas masyarakat.


(23)

3. Pemberian dukungan pada masyarakat dalam aspek pendidikan (termasuk pemberian beasiswa, kesempatan magang, dan kesempatan riset), dan pemberian fasilitas peendidikan (bus buat anak sekolah). 4. Ketertiban perusahaan dalam pendirian lembaga keagamaan (rumah

ibadah) dan kegiatan kerohanian (perayaan hari besar).

5. Keterlibatan perusahaan terhadap perbaikan sarana pengangkutan di lingkungan masyarakat.

6. Pemberian sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat.

7. Pemberian bantuan pada lingkungan masyarakat atas perbaikan perumahan dan pasar.

8. Prioritas lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar (termasuk pemberian fasilitas dan motivasi oleh perusahaan untuk berwirausaha bagi masyarakat sekitar di sekitar industri/perusahaan tersebut.

9. Dukungan perusahaan terhadap aspek kegiatan seni dan budaya dengan menjadi sponsor pagelaran seni, pameran dan sebagainya.

D.2. Tanggung Jawab Sosial Pada Tenaga Kerja Perusahaan (SDM)

Adapun yang menjadi perhatian dalam Tanggung Jawab Sosial Pada Tenaga Kerja Perusahaan (SDM) adalah :

1. Tanggung jawab perusahaan atas keselamatan kerja karyawan serta fasilitas yang telah diberikan pada karyawan.

2. Pemberian atas fasilitas kesehatan karyawan (fasilitas berupa pendirian perusahaan)


(24)

4. Pendirian koperasi karyawan.

5. Bantuan perusahaan atas pendidikan keluarga anggota karyawan seperti beasiswa.

6. Pemberian fasilitas peribadatan di lingkungan perusahaan.

7. Pemberian cuti karyawan yang diberikan oleh perusahaan (termasuk cuti yang diperlukan oleh pekerja wanita).

8. Tanggung jawab perusahaan dalam memperhatikan hak-hak karyawan. 9. Kebijaksanaan perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga dan

rekreasi bagi karyawan perusahaan.

E. Konsep Pengukuran Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Ada tiga pendekatan yang dapat menjadi pedoman untuk ukuran yang dapat dipakai dalam pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial yaitu:

1. Pendekatan Biaya Manfaat(Benefit Cost Approach).

Pendekatan biaya manfaat ini merupakan yang paling informatif dan tepat dimana dalam pendekatan ini mengungkapkan biaya perusahaan dan manfaat yang berkaitan dengan kegiatan sosial perusahaan. Menurut Estes ada beberapa teknik pengukuran yang dapat dipakai, antara lain:

a. Penilaian Pengganti(Surrofgate Valuation)

Jika nilai dari sesuatu tidak bisa langsung ditentukan, maka kita bisa mengestimasikannya dengan nilai suatu pengganti, yaitu sesuatu yang


(25)

kira-kira mempunyai kegunaan yang sama dengan yang sedang diukur. Kelemahan dari cara ini adalah kemungkinan besar mengukur hal yang salah, atau memilih suatu pengganti yang nilainya tidak sesuai dengan yang sedang diukur.

b. Teknik Survey

Teknik ini mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi dari mereka yang dipengaruhi, yaitu kelompok masyarakat yang dirugikan atau yang menerima manfaat. Pengumpulan informasi yang paling mudah adalah dengan bertanya langsung kepada anggota kelompok masyarakat yang ada. Dalam melakukan pengumpulan informasi tersebut, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Responden harus mempunyai suatu pengertian yang jelas mengenai dampak yang sedang diukur dalam dirinya.

2. Responden harus mampu menghubungkan dampak ini ke unit moneter, baik secara langsung maupun menggunakan pengganti. 3. Responden harus memberikan jawaban dengan jujur.

c. Biaya Perbaikan dan Pencegahan

Untuk biaya-biaya sosial tertentu dapat dinilai dengan mengestimasi pengeluaran yang dilakukan untuk memperbaiki dan mencegah kerusakan.


(26)

d. Penilaian yang Independen

Penilaian yang independen dapat berguna unutk menilai barang-barang tersebut. Hal ini analog dengan penilaian pengganti yang dilakukan oleh ahli dari luar perusahaan.

e. Putusan Pengadilan

Putusan pengadilan, misalnya denda akibat suatu dampak dari kegiatan perusahaan sering menunjukkan nilai sosial.

f. Biaya Pengeluaran

Besarnya pengeluaran perusahaan untuk menghasilkan suatu manfaat sosial, sebenarnya kurang layak untuk dijadikan indikator nilai manfaat sosial.

2. Pendekatan Deskriptif

Pendekatan ini umumnya merugikan mengenai semua kegiatan sosial perusahaan dan merupakan bentuk pelaporan sosial yang paling sederhana dan paling informatif. Laporan ini digunakan sebagai penyajian lampiran laporan tahunan.

3. Pendekatan Biaya Yang Dikeluarkan

Pendekatan ini menggambarkan semua pengeluaran untuk setiap kegiatan sosial yang dilakukan dan mengkuantitaskan semua uraian kegiatan dalam bentuk satuan uang. Pendekatan ini menggambarkan suatu daya banding(comparability), yaitu hasil suatu tahun dapat dibandingkan dengan hasil tahun lainnya.

Sampai saat ini belum ada suatu standar atau pedoman akuntansi untuk pengukuran dan pelaporan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Standar


(27)

atau pedoman tersebut diperlukan untuk menjamin bahwa laporan yang disajikan bermanfaat, wajar dan menyediakan informasi yang cukup bagi kelompok-kelompok masyarakat yang berkepentingan. Standar atau pedoman tersebut juga dapat digunakan sebagai dasar evaluasi atas prestasi perusahaan dan meningkatkan daya banding laporan keuangan.

Kendala dalam penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial ini adalah mengenai standar pengukuran untuk biaya sosial dan manfaat sosial. Selain itu dibidang akuntansi sendiri belum ada standar atau pedoman yang mengatur sehubungan dengan dampak lingkungan.

Selain itu untuk menilai dampak sosial dan tingkah laku dari organisasi dalam hubungannya dengan apa yang dicapainya dilakukan audit sosial.

Menurut Bambang Rudito bahwa: “Audit Sosial merupakan proses yakni sebuah organisasi dapat menaksir untuk keberadaan sosialnya, laporan pada organisasi tersebut dan meningkatkan keberadaannya”.14

Apabila dalam hasil audit sosial menggambarkan suatu proses yang sesuai dengan apa yang diharapkan, maka kenyataan ini dapat mendorong menginformasikan kepada stakeholder lain tentang apa yang telah dilakukan ke depan berkenaan dengan kelangsungan hidup perusahaan.

14 Bambang Rudito,Audit Sosial, Cetakan Pertama : Rekayasa Sains, Bandung, 2007,


(28)

BAB III

GAMBARAN UMUM PADA PTPN II (PERSERO) KEBUN TANDEM HILIR

3.1 Sejarah Singkat dan Struktur organisasi Sejarah Singkat

Pada awalnya kebun Tandem Hilir hanya ada satu komoditi yaitu tanaman Tembakau Deli. Sejarah pertama kali tanaman tembakau ditanam di Deli pada tahun 1864 oleh seorang pioner Belanda bernama Jacobus Nienhuys. Hasil tanaman tembakau tersebut cukup baik, maka pada tahun 1869 berdirilah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang tembakau yaitu Deli Maatschappij dan tahun-tahun berikutnya berkembanglah perusahaan tembakau lainnya seperti pada tahun-tahun 1875 berdirilah Deli Batavia Maatschappij, tahun 1877 Tabak Maatschappij, dan pada tahun 1889 Senembah Maatschappij. Pada mulanya areal tanaman tembakau meluas sampai ke Asahan dan Siak akan tetapi kemudian hanya tinggal di daerah Deli Serdang dan Langkat, dan ternyata areal yang paling sesuai untuk menghasilkan daun dengan mutu yang baik terletak di antara sungai Ular dan Sungai Wampu. Sewaktu ambil alih perkebunan oleh pemerintah yaitu pada tahun 1957 ternyata yang mengelola budidaya tembakau hanya tinggal dua perusahaan yaitu Verenigde Deli Maatschappij dengan 5 (tahun) kebun, kemudian berdasarkan PP No. 4 tahun 1968, kedua perusahaan tersebut dilebur menjadi PNP-IX.


(29)

Dalam usaha pengembangan dan swasembada Gula Nasional, pemerintah membentuk proyek gula PTPN-II dilatarbelakangi oleh percobaan tanaman tebu di lahan tembakau oleh PPIG (Proyek Pengembangan Industri Gula/Ditjen Perkebunan) yang dimulai pada tahun 1975. Penelitian juga melihat kemungkinan penanaman tebu diantara rotasi tanaman Tembakau Deli sebagai usaha peningkatan produktivitas tanah, pencegahan penyakit layu Tembakau Deli (Pseudomonas solenacearum) melalui percobaan tanaman tebu sebelum bercocok tanam Tembakau Deli, menekan biaya umum, serta pencegahan penyerobotan lahan oleh masyarakat pada saat tanah dihutankan selama 5 (lima) tahun (Buiten Werk). Tanaman tebu di kebun Tandem Hilir dimulai pada tahun 1982 yang digiling pada tahun 1983 di PG Sei Semayang dengan kapasitas terpasang PGSS 4.000 TCD, PG Kwala Madu selesai dibangun akhir 1983 dan mulai giling pada tahun 1984 dengan kapasitas 4.000 TCD. Kebun Tandem Hilir termasuk dalam lingkungan PG Kwala Madu sejak tahun 1983 sampai dengan sekarang.

Sesuai perkembangan pada saat ini kebun Tandem Hilir hanya ada satu komoditi yaitu tanaman tebu, sedangkan Tembakau Deli pada tahun 2005 kebun Tandem Hilir tidak ditanami lagi tembakau sebab produktivitas tidak mencapai target serta nilai perolehan penjualan tidak mencapai Harga Polok Produksi (HPP) yang diharapkan perusahaan. Pengolahan produksi tembakau kebun Tandem Hilir pada tahu panen 2004/2005 diolah kebun Tandem. Tahun 2005 areal Tembakau Deli kebun Tandem Hilir dialihkan 100% ke konversi tebu.


(30)

Lingkungan Fisik Deskripsi Wilayah

Kebun Tandem Hilir merupakan salah satu kebun milik PTP. Nusantara II yang dipimpin oleh seorang Administratur (sekarang Manager), yang bergerak di bidang usaha sub sektor perkebunan yang mengupayakan komoditi perkebunan yaitu tanaman tebu yang terdiri dari dua Daerah Pertanaman (DP) yaitu DP I dan DP II, dimana kebun tersebut termasuk dalam wilayah desa Tandem Hilir I, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, berada pada ± 40 km dari Kota Medan.

Kebun Tandem Hilir memiliki ketinggian tempat ± 50 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan topografi datar, memiliki jenis tanah Aluvial, yang terdiri dari endapan krikil, pasir, dan lempung. Tekstur tanahnya berliat, strukturnya sedang sampai berat. Curah hujan berkisar antara 1200-2100 mm/tahun. Temperatur rata-rata 22,100C-32,100C.

Berdasarkan letak wilayah, Kebun Tandem Hilir memiliki batas-batas wilayah sebagai brikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tandem Hilir II 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Tandem 3. Sebelah timur berbatasan dengan Kebun Bulu Cina 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat


(31)

Keadaan Kebun dan Komoditi Tanaman Yang Dihasilkan

Kebun Tandem Hilir memiliki satu komoditi yaitu tanaman tebu. Adapun luas wilayah kebun Tandem Hilir adalah 1.186.50 Ha dengan komposisi tebu TG 2007/2008 sebagai berikut:

- PC : 316,20 ha

- Ratoon–I : 258,80 ha

- Ratoon–II : 275.00 ha - Ratoon–III : 255,10 ha

- KBP : 2,50 ha

- KBI : 10,50 ha

- KBD : 68,50 ha

- Jumlah TG : 1.168,50 ha

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2.

Kondisi Masyarakat dan Budaya Secara Umum

Kebun Tandem Hilir berada di Desa Tandem Hilir I, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatra Utara. Desa Tandem Hilir I terletak di daerah aliran sungai dengan ketinggian ± 50 m di atas permukaan laut. Daerah ini sering mengalami banjir dan pernah terjadi bercana angin putting beliung.

Jumlah penduduk di Desa Tandem Hilir I berjumlah 11.509 jiwa dengan jumlah keluarga 2.634 keluarga. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani, peternak dan pedagang, dan sebagian kecil berpencaharian pada


(32)

sektor industri pengolahan dan jasa. Penghasilan yang diperoleh tiap keluarga ±250.000/ bulan, sehingga secara ekonomi masyarakat di Desa Tandem Hilir I berekonomi lemah. Komoditi utama penghasilan penduduk adalah tebu, lainnya kelapa sawit, dan padi.

Penduduk Desa Tandem Hilir I mayoritas beragama Islam, Kristen, dan Budha. Suku yang paling banyak mendiami desa Tandem Hilir I adalah jawa, semi permanen (57.5%), permanen (35%), dan tidak permanen (7,5% ). Sebagian besar masyarakat menggunakan lahan milik negara sebagai sumber mata pencaharian dengan menggunakan Hak Guna Usaha (HGU) dari pemerintah.

Deskripsi responden

Adapun yang menjadi responden untuk menjawab kuesioner yang saya buat adalah :

1. Manajer

Alasan kenapa saya memilih manajer sebagai responden adalah : 1. Manajer yang bertanggung jawab terhadap lingkungan perusahaan.

2. Setiap tindakan yang harus di putuskan harus di ketahui terlebih dahulu oleh manajer.

3. Manajerlah yang melaksanakan perncanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan guna menunjang tugas pokok secara efektif dan efisien.

4. Manajer lah yang mengajukan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) unit kebun.


(33)

2. Kadis

Alasan kenapa saya memilih Kadis sebagai responden adalah :

1. Kadis bertanggung jawab atas semua kinerja di lapangan yang akan di laporakan kepada manajer.

2. Menyusun, mengavaluasi, dan melakukan perbaikan terhadap penyimpangan kerja di lapangan.

3. Mengkoordinir pelaksanaan penyusunan RKAP dan DP. 4. Memberikan usuk dan saran perbaikan yang diperlukan. 3. Asisten Admi

Alasan kenapa saya memilih Asistan Admi sebagai responden adalah :

1. Asisten Admi yang mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi perkantoran.

2. Melaksanakan satndar biaya dan fisik.

3. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kerja. 4. Krani Pembukuan

Alasan kenapa saya memilih Krani Pembukuan sebagai responden adalah : 1. Krani Pembukuan yang menyusun setiap transaksi perusahaan sebatas yang

di perintahkan oleh asisten Admi.


(34)

Dari bagian struktur organisasi tersebut dapat diuraikan fungsi dan uraian dari masing-masing bagian sebagai berikut :

1. Manajer bertugas dan berwenang untuk : a. Bertanggung jawab kepada Direksi.

b. Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan guna menunjang tugas pokok secara efektif dan efisien. c. Mengajukan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) unit kebun. d. Mengendalikan kegiatan harian operasional kebun.

e. Memberikan usul dan saran kepada Direksi untuk perbaikan kinerja perusahaan.

f. Memberi teguran, kondute, dan usul kepada karyawan. 2. Kadis Tanaman bertugas dan berwenang untuk :

a. Bertanggung jawab kepada Manajer.

b. Menyusun, mengevaluasi, dan melakukan perbaikan terhadap penyimpangan kerja di lapangan serta pengendalian biaya operasional agar efektif dan efisien.

c. Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan di tingkat rayon untuk menunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan Manajer.

d. Mengkoordinir pelaksanaan penyusunan RKAP dan DP.

e. Memberikan usul dan saran perbaikan yang diperlukan unit kebun kepada Manajer.


(35)

3. Asisten Admi / umum / `tehnik bertugas dan berwenang untuk : a. Bertanggung jawab kepada Manajer.

b. Menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan untuk laporan manajemen.

c. Menyimpan uang kas dan surat-surat berharga milik perusahaan.

d. Mengendalikan sumber dana dan penggunaan dan serta pengamanan terhadap asset perusahaan.

e. Menyampaikan saran-saran tentang kondisi keuangan dan administrasi yang berkaitan dengan operasional perusahaan kepada Manajer.

f. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja. g. Malaksanakan standar biaya dan fisik.

h. Mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi perkantoran.

i. Mengusulkan / menilai kondute karyawan pelaksanaan lingkup kantor. j. Melaksanakan kebijakan Manajer dalam mengelola dibidang tehnik.

k. Bertugas memelihara dan memperdayakan alat angkut berat, bengkel tehnik, infrastruktur dan bangunan.

l. Membuat rencana tentang pengadaan, perbaikan dan pengoperasian transport, bangunan / sipil, bengkel tehnik dan mekanisasi.

m. Menilai kondute karyawan pelaksanaan dalam mengusulkan mutasi dan demo promosi jabatan.

4. PAPAM (Perwira Pengamanan) bertugas dan berwenang : a. Bertanggung jawab kepada Manajer.


(36)

b. Bersama dinas / unit lainnya mengkoordinasi latihan bersama untuk keamanan, keselamatan kerja, dan malakukan inspeksi / patrol.

c. Menyusun rencana kerja tahunan bidang keamanan.

d. Menganalisa dan memperbaiki serta meningkatkan hasil kerja dibidang keamanan.

e. Mengusulkan kondute, mutasi promosi lingkup bidang keamanan.

B. Kegiatan Perusahaan

Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan ada beberapa tahap yang dilakukan oleh PTPN II (Persero) Kebun Tandem Hilir antara lain :

Kegiatan Proses Produksi

Proses produksi merupakan cara, metode atau tehnik yang digunakan untuk menciptakan atau menambah manfaat suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan tenaga kerja, mesin, bahan baku dan modal yang ada.

Adapun tahap-tahap kegiatan pelaksanaan proses produksi antara lain :

1. Persiapan lahan

Sebelum penanaman tebu dilakukan terlebih dahulu tanahnya diolah untuk menjamin perkecambahan yang tinggi. Untuk areal baru terlebih dahulu dilakukan pembabatan dan rumpuk bakar kurang lebih 1 minggu sebelum penggemburan tanah. Untuk areal ex tebu : sesudah selesai tebu di tebang (exR3) segera dilakukan bakar klaras, kemudian dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah tersebut dilakukan dengan pembajakan, penggemburan dan pembuatan juringan. Dengan demikian perkecambahan tebu dapat tumbuh dengan baik.


(37)

2. Pembibitan

Bibit tebu merupakan pertumbuhan dari mata tunas yang terdapat disetiap ruas batang. Umur bibit yang normal : 6-7 bulan.

Ada beberapa macam bibit yaitu :

1. Rayungan, bibit yang mata tunasnya telah tumbuh. Satu stek dapat terdiri dari 1-2 tunas.

2. Bagal, bibit yang mata tunasnya belum tumbuh, cocok ditanam dilahan sawah ataupun tegalan. Untuk kebun Tandem Hilir menggunakan bibit bagal (umur 6-7 bulan), kemudian di letakkan pada juringan tebu dan dipotong 2-3 stek.

3. Dederan, bibit bagal yang disemaikan terlebih dahulu sampai keluar tunasnya.

4. Bibit pucuk, bibit yang diambil dari ujung batang dengan 2-3 ruas.

Dalam pembibitan ini ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi kebun pembibitan yaitu :

1. Lokasi dipinggir jalan, tujuannya untuk memudahkan angkut bibit, saprodi, tebang dan distribusi bibit, serta dekat dengan sumber air untuk mempermudah pemberian air.

2. Lahannya subur dengan solum yang dalam.

3. Dekat dengan areal tebu giling, supaya biaya angkut bibit lebih murah. 4. Lahan bebas hama dan penyakit dan bebas dari ternak hewan.


(38)

Penanaman dilakukan pada bulan Februari-juli. Bibit bagal berupa stek 2-3 mata diletakkan didasar juringan dengan overlapping 100% (doble stek) kemudian ditutup setebal 3-5 cm pada musim hujan dan 6-10 cm pada musim kemarau. Sebelum peletakan bibit bagal pada dasar juringan dilakukan terlebih dahulu penaburan pupuk dengan dosis 100 Kg pupuk urea dan 400 Kg pupuk halei/Ha.

4. Pemupukan

Pemupukan tanaman tebu harus memperhatikan jenis, dosis, waktu dan caranya. Empat hal tersebut perlu diperhatikan, agar tanaman mendapat unsur hara yang sesuai, penyerapan yang tepat waktu, dan lebih efisien. Pemupukan ini bertujuan untuk menambah unsur hara untuk tanaman. Pupuk yang digunakan adalah pupuk : Pupuk Urea dan pupuk Halei, dimana pada pupuk tersebut terkandung unsur N, P, K dan yang dibutuhkan tanaman tebu.

Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk tersebut pada juringan tebu bersamaan dengan tanaman PC, tetapi unutk tanaman raton, pupuk tersebut di tabur setelah umur tanaman : 2-3 minggu pada setiap juringan tebu.

5. Pengendalian Gulma dan Hama

Gulma merupakan tanaman pengganggu pada tanaman tersebut perlu dikendalikan. Adapun cara-cara pengendalian gulma yaitu :

1. Menyiang dan 1x dan 2x (dengan tenaga manual).

2. Herbisida Pree Emerpence untuk tanaman PC dan Herbisida Post untuk tanaman raton.

Hama berupa binatang pengganggu tanaman. Gangguan dilakukan dengan menghisap atau memakan bagian tanaman. Untuk menghindari serangan hama,


(39)

dapat dilakukan upaya pencegahan. Upaya itu antara lain dengan menanam varietas tebu tahan hama, kebersihan kebun terjamin, dan pergiliran pola tanam. Beberapa hama penting yang sering menyerang tanaman tebu seperti : Hama penggerek batang raksasa, hama uret, hama kutu bulu putih, hama ulat grayak, hama belalang, hama tikus dan lain-lain.

6. Klentek

Klentak adalah pembersihan daun kering yang menempal pada batang tebu, dan hal ini bertujuan untuk kemasakan batang tebu dari sinar matahari, sehingga rendemen tebu diharapkan dapat mencapai anggaran. Disamping itu, tujuan klentek agar pada saat tebang, penebang dapat menebang tebu sampai ke pangkal tebu, sehingga pondasi yang tertinggal di lapangan seminim mungkin. Klentek dilakukan pada umur tanaman 6-7 bulan.

7. Tebang

Penangan tebu dapat ditentukan dari Varietas tebu, umur tanaman dan kemasakan tebu. Pada umumnya, untuk tanaman PC, umur tebu yang ditebang yakni 11-12 bulan, dan untuk tanaman Raton yakni 10-11 buku.

Adapun penebangan tebu pada umumnya dilakukan secara manual, yakni: 1. Setiap penebang, terlebih dahulu membersihkan pangkal tebu dari

sampah-sampah tebu, kemudian dilakukan penebangan pada pangkal tebu, sehingga dengan demikian diharapkan peningkatan poduksi tebu dan rendemen akan lebih besar.


(40)

2. Setiap batang tebu dibersihkan dari daun-daun kering dan pucuk tebu yang produktif juga ikut di potong, kemudian di masukkan ke dalam ikatan tebu (± 20 batang/ikat).

3. Tempat penumpukan ikatan tebu, terlebih dahulu dibersihkan, sehingga pada saat pengangkutan setiap ikatan tebu ke atas truk pengangkut tebu, sampah-sampah tidak ikut terbawa.

4. Tebu mati tidak ikut di masukkan ke dalam ikatan.

5. Tebu muda (sagalan) yang panjangnya < 1,5 meter, tidak di tebang, karena akan menurunkan rendemen.

6. Tebu yang sudah dalam bentuk ikatan, diangkat ke truk pengangkutan tebu untuk di giling di pabrik gula.

7. Tebu yang sudah di tebang, maximal 1x24 jam sudah harus di giling.

Dengan demikian, diharapkan produksi tebu dan produksi gula dapat di capai sesuai yang di harapkan.

C. Bentuk-Bentuk Pertanggungjawaban Sosial Pada Perusahaan

Sehubungan dengan judul skripsi yaitu “Bentuk Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial pada PTPN II (Persero) Kebun Tandem Hilir, maka dikumpulkan data dari perusahaan mengenai beberapa bentuk kegiatan perusahaan sebagai bukti keterlibatan sosialnya yang menyangkut dua indikator yaitu tanggung jawab sosial pada masyarakat lingkungan perusahaan dan tanggung jawab sosial pada tenaga kerja perusahaan (SDM)


(41)

Tanggung jawab sosial ini merupakan perangkat kebijakan yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya (Coorporate Social Resposibility). Secara umum tujuannya adalah untuk menilai sejauh mana perusahaan menerapkan bentuk pertanggungjawaban sosial dalam mengukur dan menilai kelangsungan hidup perusahaan malalui efisiensi dan efektivitas. Dimana yang menjadi sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan dalam arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memeliharanya.

Sesuai hasil kuesioner pada Tabel 3.1 yang ditunjukkan kepada empat responden atas 9 (Sembilan) pertanyaan, dengan bobot pernyataan`

Tidak Memadai (TM) = 1, Kurang Memadai (KM) = 2, Cukup Memadai (CM) = 3, Memadai (M) = 4, Sangat Memadai (SM) = 5 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dilihat dari pemberian subsidi kepada masyarakat dibandingkan dengan laba

perusahaan, jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 3,25. Berarti bahwa pemberian subsidi kepada masyarakat dibandingkan laba perusahaan masuk dalam kategori antara cukup memadai.

2. Untuk butir pertanyaan mengenai pembangunan infrastruktur kesehatan seperti klinik kesehatan pada komunitas masyarakat, jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 3,5. berarti bahwa pembangunan infrastruktur kesehatan pada komunitas masyrakat cukup memadai.


(42)

3. Pemberian dukungan pada masyarakat dalam aspek pendidikan (termasuk beasiswa, kesempatan magang dan kesempatan riset) dan pemberian fasilitas pendidikan (bus buat anak sekolah), dimana jumlah dari hasil 4 jawaban responden yaitu 2,75. Berarti bahwa pemberian dukungan pada masyarakat dalam aspek pendidikan masuk dalam kategori cukup memadai.

4. Pertanyaan mengenai keterlibatan perusahaan dalam pendirian lembaga keagamaan (rumah ibadah) dan kegiatan kerohanian (perayaan hari besar), dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu mencapai 4,25. Berarti bahwa bentuk keterlibatan perusahaan pada lembaga pendirian lembaga keagamaan sudah memadai.

5. Keterlibatan perusahaan terhadap perbaikan sarana pengangkutan di lingkungan masyarakat, jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu mencapai 2,75. Berarti bahwa dalam keterlibatan perusahaan atas perbaikan sarana pengangkutan di lingkungan masyarakat masuk kategori kurang memadai.

6. Untuk butir pertanyaan dilihat dari pemberian sumbangan dari perusahaan untuk kegiatan sosial masyarakat, jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 3,25. Berarti bahwa pemberian sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat cukup memadai.

7. Sedangkan untuk butir pertanyaan atas pemberian bantuan perusahaan pada lingkungan masyarakat atas perbaikan perumahan dan pasar, jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 2,75. Berarti bahwa pemberian bantuan perusahaan atas perbaikan rumah masuk dalam kategori kurang memadai.


(43)

8. Dilihat dari prioritas pekerjaan bagi masyarakat sekitar, dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 3,5. Berarti bahwa prioritas pekerjaan bagi masyarakat sekitar cukup memadai.

9. Untuk butir pertanyaan terakhir apabila dilihat dari dukungan perusahaan terhadap aspek kegiatan seni dan budaya dengan menjadi sponsor, atas pagelaran seni dan pameran, dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 3,75. Berarti bentuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan seni dan budaya masuk dalam kategori cukup memadai.


(44)

Tabel 3.1

Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tanggung Jawab Sosial pada Masyarakat Lingkungan Perusahaan No Indikator Jawaban Kuesioner Responden Total Rata-rata APS pada masyarakat lingkungan

perusahaan 1 2 3 4

1

Pemberian subsidi pada masyarakat dibandingkan dengan laba perusahaan

3 3 4 3 13 3,25

2

Pembangunan infrastruktur kesehatan pada komunitas masyarakat seperti klinik

kesehatan 4 4 4 2 14 3,5

3

Pembangunan dukungan pada masyarakat dalam aspek pendidikan

3 3 3 2 11 2,75

4

Keterlibatan perusahaan dalam pendirian

lembaga keagamaan 5 4 5 3 17 4,25

5

Keterlibatan perusahaan terhadap perbaikan sarana pengangkutan di

lingkungan masyarakat 3 3 3 2 11 2,75

6

Pemberian sumbangan dari perusahaan

untuk kegiatan sosial masyarakat 3 3 3 4 13 3,25

7

Pemberian bantuan perusahaan pada lingkungan masyarakat atas perbaikan perumahan dan pasar

3 3 3 2 11 2,75

8

Prioritas pekerjaan bagi masyarakat

sekitar 4 4 4 2 14 3,5

9

Dukungan perusahaan terhadap kegiatan

seni dan budaya 4 4 4 3 15 3,75

Total 32 31 33 23 119 3,3


(45)

Dari Tabel 3.1 mengenai jawaban dai 4 (empat) responden dengan jumlah pertanyaan 9 (Sembilan) atas tanggung jawab sosial pada masyarakat lingkungan perusahaan, dapat dilihat bahwa total keseluruhan dari jumlah rata-rata yaitu 3,3. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial pada masyarakat lingkungan perusahaan masuk dalam kategori cukup memadai.

b. Tanggung jawab Sosial pada Tenaga Kerja Perusahaan (SDM)

Tanggung jawab perusahaan secara sosial tidak hanya terbatas pada konsep pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif, hanya dikelurkan dari perusahaan, akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki bersama antar tenaga kerja perusahaan (SDM). Dalam arti bahwa tanggung jawab sosial ini tidak harus dikondisikan dari faktor luar (eksternal) dan ternyata suatu faktor dalam (internal), yaitu dari dalam SDM perusahaan itu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan kehidupan tenaga kerja perusahaan.

Sesuai dengan hasil kuesioner pada Tabel 3.2 atas pertanyaan dilihat dari : 1. Tanggung jawab perusahaan atas keselamatan kerja karyawan serta fasilitas

yang telah diberikan pada karyawan, dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 4. Berarti bahwa tanggung jawab perusahaan atas keselamatan kerja karyawan serta fasilitas yang telah diberikan masuk dalam kategori memadai.

2. Dilihat dari pemberian atas fasilitas kesehatan karyawan (fasilitas berupa pendirian poliklinik yang ada di perusahaan), dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 3,5. Berarti pemberian fasilitas kesehatan


(46)

karyawan sudah . Berarti pemberian fasilitas kesehatan karyawan sudah dilaksanakan secara cukup memadai.

3. Sedangkan butir pertanyaan berikutnya yakni program latihan dan bantuan pendidikan tinggi bagi karyawan, dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 2,25. Berarti untuk pernyataan ini kurang memadai. 4. Dilihat dari pendirian koperasi karyawan yang ada di perusahaan, dimana

jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 4,25. Berarti bahwa pendirian koperasi karyawan yang ada di perusahaan sudah dilaksanakan mamadai.

5. Untuk butir pertanyaan dilihat dari bantuan perusahaan atas pendidikan keluarga anggota karyawan seperti beasiswa, dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 responden yaitu 3,5. Berarti bantuan perusahaan atas pendidikan keluarga anggota karyawan cukup memadai.

6. Pemberian fasilitas peribadatan di lingkungan perusahaan, dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 3,75. Berarti bahwa pemberian fasilitas peribadatan di lingkungan perusahaan cukup memadai.

7. Dilihat dari pemberian cuti karyawan yang diberikan oleh perusahaan (termasuk cuti yang diperlukan oleh pekerja wanita), dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 4,75. Berarti pelaksanaan atas pemberian cuti karyawan yang diberikan perusahaan sudah memadai pelaksanaannya.

8. Untuk butir pertanyaan dilihat dari tanggung jawab perusahaan dalam memperhatikan hak-hak karyawan, dimana jumlah rata-rata dari hasil 4


(47)

jawaban responden yaitu 3,75. Berarti pelaksanaan atas tanggung jawab perusahaan dalam memperhatikan hak-hak karyawan cukup memadai.

9. Untuk butir pertanyaan terakhir mengenai kebijaksanaan perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga dan rekreasi bagi karyawan perusahaan, dimana jumlah rata-rata dari hasil 4 jawaban responden yaitu 3. Berarti kebijaksanaan perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan karyawan perusahaan cukup memadai.


(48)

Tabel 3.2

Tabulasi Hasil Kuesioner Untuk Butir Pernyataan Tanggung jawab Sosial pada Tenaga Kerja Perusahaan (SDM)

No Indikator Jawaban Kuesioner Responden Total Rata-rata

APS pada masyarakat lingkungan

perusahaan 1 2 3 4

1

Tanggung jawab perusahaan atas keselamata kerja karyawan serta fasilitas yang telah diberikan

4 4 4 4 16 4

2 Pemberian karyawan (berupa poliklinik)fasilitas kesehatan 4 4 3 3 14 3,5

3 Program pendidikan tinggi bagi karyawanlatihan dan bantuan 2 2 2 3 9 2,25

4 Pendirian koperasi karyawan yangada di perusahaan 4 5 5 3 17 3,25

5

Bantuan perusahaan atas pendidikan keluarga anggota karyawan seperti beasiswa

4 3 4 3 14 3,5

6 Pemberian fasilitas peribadatan di

lingkungan perusahaan 4 4 4 3 15 3,75

7 Pemberian cuti karyawan yangdiberikan oleh perusahaan 5 5 5 4 19 4,75 8 Tanggung jawab perusahaan dalammemperhatikan hak-hak karyawan 4 4 4 3 15 3,75

9

Kebijaksanaan perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga dan rekreasi bagi karyawan perusahaan

3 3 3 3 12 3

Total 34 34 34 29 131 3,6

Sumber : Data Karyawan PTPN II Tandem Hilir Diolah dari Hasil Kuesioner Dari Tabel 3.2 yang terdiri dari 4 (empat) responden dengan jumlah pertanyaan yaitu 9 atas tanggung jawab sosial pada tenaga kerja perusahaan (SDM) dapat dilihat bahwa total keseluruhan dari jumlah rata-rata yaitu 3,6. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial pada tenaga kerja perusahaan (SDM) masuk dalam kategori cukup memadai.


(49)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Analisis dan Evaluasi Penerapan Pertanggungjawaban Sosial Pada PTPN II Tandem Hilir

Seperti yang telah diketahui bahwa Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial adalah konsep baru dalam dunia akuntansi sehingga belum ada standar resmi mengenai pengukuran dan pelaporannya, oleh karena itu perusahaan belum melakukan pengukuran khusus untuk kegiatan sosialnya. Namun hal ini bukan berarti pihak perusahaan tidak peduli pada lingkungan sosialnya, akan tetapi perusahaan dituntut untuk tidak hanya berorientasi pada laba saja tapi juga pada ekonomi sosialnya.

Evaluasi dilakukan terhadap berbagai tolak ukur dan karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial dalam perusahaan untuk melihat apakah akuntansi pertanggungjawaban sosial yang diterapkan oleh perusahaan telah signifikan dengan konsep pertanggungjawaban sosial yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasi ini dilakukan dengan menurunkan beberapa pernyataan yang telah ditetapkan pada masing-masing indikator ke dalam butir-butir kuesioner yang diberikan kepada 4 (empat) responden. Dari kuesioner tersebut, diperoleh hasil-hasil sebagaimana dijelaskan berikut yaitu :

1. Butir Pernyataan atas Tanggung Jawab Sosial pada Masyarakat Lingkungan Perusahaan.

Untuk pernyataan dilihat dari pemberian subsidi pada masyarakat dibandingkan dengan laba perusahaan sebanyak 1 responden menjawab memadai


(50)

karena perusahaan menyalurkannya kepada karyawan seperti pemberian kredit dan 3 responden menjawab cukup memadai karena dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan yang di tentukan oleh perusahaan seperti pemberian kredit kepada karyawan yang mau membuka usaha. Sehingga berdasarkan jumlah rata-rata dari keempat responden ini yaitu 3,25. Berarti pemberian subsidi pada masyarakat dibandingkan laba perusahaan cukup memadai.

Untuk pembangunan infrastruktur kesehatan seperti klinik kesehatan pada komunitas masyarakat sebanyak 3 responden menjawab memadai karena pihak perusahaan memberikan pelayanan kesehatan kepada karyawan yang aktif maupun pensiunan, 1 responden menjawab kurang memadai karena di kebun tandem hilir belum ada poliklinik, sehingga apabila sakit, harus pergi ke kebun terdekat yaitu kuala madu. dengan demikian jumlah rata-rata yaitu 3,75. Berarti cukup memadai. menggambarkan bahwa dari jawaban keempat responden tersebut ada responden yang menjawab kurang memadai dan inilah yang menjadi tolak ukur perusahaan agar dapat meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab sosialnya dalam hal pembangunan infrastruktur kesehatan bagi komunitas masyarakat.

Pemberian dukungan pada masyarakat dalam aspek pendidikan (termasuk pemberian beasiswa, kesempatan magang dan kesempatan riset) dan pemberian fasilitas pendidikan sebanyak 3 responden menjawab cukup memadai karena perusahaan telah memberikan fasilitas sekolah untuk karyawan di dalam kebun dan juga pemberian beasiswa bagi anak karyawan yang berprestasi, dan 1 responden menjawab kurang memadai karena di dalam kebun hanya ada sekolah


(51)

SD dan Sanawiyah. Dengan jumlah rata-rata 2,75. Berarti bahwa pemberian dukungan perusahaan dalam aspek pendidikan (termasuk pemberian beasiswa, kesempatan magang, dan kesempatan riset) dan pemberian fasilitas pendidikan kurang memadai.

Sedangkan keterlibatan perusahaan dalam pendirian lembaga keagamaan dan kegiatan kerohanian sebanyak 2 responden menjawab sangat memadai karena perusahaan memberikan kebebasan kepada karyawan untuk melakukan ibadah dan perayaan hari besar dan kebun juga mengadakan perayaan hari besar, 1 responden menjawab memadai karena perusahaan selalu ikut serta dalam perayaan hari besar dan 1 responden menjawab cukup memadai karena perusahaan juga ikut dalam melakukan perayaan hari besar untuk karyawan. dengan jumlah rata-rata 4,25 yaitu memadai. Berarti bahwa pelaksanaan penerapan tanggung jawab sosial pada kegiatan kerohanian dan pendirian lembaga keagamaan sudah memadai.

Keterlibatan perusahaan terhadap perbaikan sarana pengangkutan di lingkungan masyarakat sebanyak 3 responden menjawab cukup memadai karena dari kebun sendiri untuk perbaikan jalan di lingkungan afdeling, mulai dari jembatan, titi dan sarana jalan dan 1 responden menjawab kurang memadai karena masih ada jalan yang belum di perbaiki dan juga jembatan yang berlubang akibat dari mobil pengangkut tebu. Dengan jumlah rata-rata 2,75 yaitu kurang memadai. Namun ada 1 responden yang menjawab kurang memadai, ini harus menjadi perhatian bagi perusahaan.

Pemberian sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat sebanyak 3 responden menjawab cukup memadai karena kebun ikut berpartisipasi dalam


(52)

semua kegiatan yang dilakukan di lingkungan kebun, dan 1 responden menjawab memadai karena kebun aktif dalam memberikan sumbangan apabila ada acara dan membutuhkan bantuan dana. Dengan jumlah rata-rata 3,25. Berarti bahwa penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberian sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat cukup memadai dan diharapkan perusahaan mampu mempertahankan bahkan lebih meningkatkan lagi untuk kegiatan sosial.

Pemberian bantuan pada lingkungan masyarakat atas perbaikan perumahan dan pasar sebanyak 3 responden menjawab cukup memadai karena kebun melakukan perbaikan perumahan yang bertahap dan 1 responden menjawab kurang memadai karena belum ada. Dengan jumlah rata-rata 2,75. Berarti bahwa penerapan tanggung jawab sosial atas perbaikan perumahan dan pasar masuk dalam kategori kurang memadai. Hal inilah yang menjadi tolak ukur perusahaan agar lebih memberikan perhatiannya atas tanggung jawab sosialnya pada lingkungan masyarakat khususnya atas perbaikan perumahan dan pasar guna kesejahteraan masyarakat di lingkungan perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.

Prioritas lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sebanyak 3 responden menjawab memadai karena kebun memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat seluas-luasnya, dan 1 responden menjawab kurang memadai karena belum ada. Dengan jumlah rata-rata dari hasil jawaban keempat responden yaitu 3,5. Berarti penerapan tanggung jawab sosial perusahaan atas pemberian lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar memadai dan hal ini dapat dilihat dari 3 responden yang memberikan jawaban memadai. Berdasarkan jawaban 1 responden yang menjawab kurang memadai ini diharapkan perusahaan dapat


(53)

meningkatkan prioritas lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar perusahaan termasuk pemberian fasilitas dan motivasi oleh perusahaan untuk berwira usaha di sekitar perusahaan.

Dukungan perusahaan terhadap aspek kegiatan seni dan budaya, 3 responden menjawab memadai karena kebun mendukung setiap kegiatan seni yang akan dilakukan dan 1 responden menjawab cukup memadai karena perusahaan mendukung setiap apa yang dilakukan dalam hal seni dan budaya. Dengan jumlah rata-rata dari hasil jawaban keempat responden yaitu 3,75. Berarti bahwa pemberian dukungan perusahaan dalam kegiatan seni dan budaya cukup memadai.


(54)

Tabel 4.1

Tabulasi Hasil Kuesioner Tanggung jawab Sosial Masyarakat Lingkungan Perusahaan. No Indikator Jawaban Kuesioner Responden Total Rata-rata APS pada masyarakat lingkungan

perusahaan 1 2 3 4

1 Pemberian subsidi pada masyarakat dibandingkan dengan laba perusahaan

3 3 4 3 13 3,25

2 Pembangunan infrastruktur

kesehatan pada komunitas masyarakat seperti klinik kesehatan

4 4 4 2 14 3,5

3 Pembangunan dukungan pada

masyarakat dalam aspek pendidikan 3 3 3 2 11 2,75 4 Keterlibatan perusahaan dalam

pendirian lembaga keagamaan 5 4 5 3 17 4,25 5 Keterlibatan perusahaan terhadap

perbaikan sarana pengangkutan di lingkungan masyarakat

3 3 3 2 11 2,75

6 Pemberian sumbangan dari

perusahaan untuk kegiatan sosial masyarakat

3 3 3 4 13 3,25

7 Pemberian bantuan perusahaan pada lingkungan masyarakat atas perbaikan perumahan dan pasar

3 3 3 2 11 2,75

8 Prioritas pekerjaan bagi masyarakat

sekitar 4 4 4 2 14 3,5

9 Dukungan perusahaan terhadap

kegiatan seni dan budaya 4 4 4 3 15 3,75

Total 32 31 33 23 119 3.3

Sumber : Data karyawan PTPN II Tandem Hilir diolah dari hasil kuesioner

Dari hasil perhitungan kuesioner tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam tanggung jawab pada masyarakat lingkungan perusahaan dengan jumlah rata-rata 3,3 maka masuk dalam kategori cukup memadai. Berarti bahwa perusahaan cukup memadai dalam menerapkan Akuntansi Pertanggungjawaban


(55)

Sosial dalam hal penerapan tanggung jawab sosialnya, sehingga berdasarkan jumlah rata-rata hasil keseluruhan jawaban responden ini diharapkan perusahaan lebih meningkatkan penerapan tanggung jawab sosialnya khususnya pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan terhadap masyarakat lingkungan perusahaan guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lingkungan perusahaan juga untuk kelangsungan hidup perusahaan.

2. Butir Pernyataan atas Tanggung Jawab Sosial Pada Tenaga Kerja Perusahaan (SDM)

Mengenai tanggung jawab perusahaan atas keselamatan kerja karyawan serta fasilitas yang diberikan sebanyak 4 responden menjawab memadai karena kebun telah memberikan alat-alat kerja sesuai dengan peraturan perusahaan. Dengan jumlah rata-rata 4. Berarti bahwa tanggung jawab perusahaan atas keselamatan kerja karyawan memadai. Diharapkan perusahaan mampu mempertahankannya dan dapat lebih meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab sosialnya khususnya dengan memperhatikan keselamatan utama karyawan dengan adanya jaminan dari pihak perusahaan serta peningkatan atas fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan bagi karyawan.

Untuk butir pernyataan atas pemberian fasilitas kesehatan karyawan, 2 responden menjawab cukup memadai karena kebun memberikan mobil kantor untuk mengantar karyawan atau pun anggota keluarga karyawan yang sakit di malam hari, sebanyak 2 responden menjawab memadai karena kebun memberikan fasilitas berupa mobil untuk mengantar karyawan ataupun anggota keluarga karyawan yang sakit di malam hari. Dengan jumlah rata-rata 3,5. Berarti bahwa pelaksanaan pemberian fasilitas atas kesehatan karyawan masuk kategori cukup


(56)

memadai. Diharapkan perusahaan mampu mempertahankannya dan dapat lebih meningkatkan pelaksanaan tanggung jawab sosialnya khususnya dengan memberikan fasilitas kesehatan karyawan.

Program latihan dan bantuan pendidikan tinggi bagi karyawan sebanyak 3 responden menjawab kurang memadai karena belum ada dan 1 resonden menjawab cukup memadai karena ada sekolah dari perusahaan yang di sebut LPP. Dengan jumlah rata-rata 2,25 yaitu masuk kategori kurang memadai. Berdasarkan jawaban responden yang menjawab butir pertanyaan dengan jawaban kurang memadai menjadi tolak ukur perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan pendidikan tinggi bagi karyawan dengan membuat program latihan dan bantuan pendidikan tinggi bagi karyawan perusahaan.

Butir selanjutnya atas pendirian koperasi sebanyak 1 responden menjawab memadai karena sudah ada koperasi di kebun dan dapat dimanfaatkan dan 1 responden menjawab cukup memadai karena pihak kebun telah mendirikan koperasi dan sudah berjalan dan 2 responden menjawab sangat memadai karena koperasi sudah berjalan. Dengan jumlah rata-rata 4,25 yaitu masuk kategori memadai. Berarti bahwa tanggung jawab sosial perusahaan khususnya atas pendirian koperasi karyawan sangat dibutuhkan oleh karyawan perusahaan sehingga diharapkan perusahaan dapat mempertahankannya.

Bantuan perusahaan atas pendidikan keluarga anggota karyawan sebanyak 2 responden menjawab memadai karena pihak kebun memberikan berupa Zakat Mitra dan ada juga dari kantor direksi, 2 responden menjawab cukup memadai karena sudah di lakukan perusahaan. Dengan jumlah rata-rata 3,5 yaitu masuk kategori cukup memadai. Berarti bahwa tanggung jawab sosial perusahaan


(57)

khususnya atas bantuan perusahaan atas pendidikan keluarga anggota karyawan sangat di butuhkan oleh karyawan perusahaan sehingga perusahaan dapat mempertahankannya.

Pemberian fasilitas peribadatan di lingkungan perusahaan sebanyak 3 responden menjawab memadai karena di kebun sudah ada dan sudah berjalan dan 1 responden menjawab cukup memadai karena ada dan sudah di manfaatkan dengan baik. Dengan jumlah rata-rata dari hasil keempat responden yaitu 3,75. Berarti penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberian fasilitas untuk peribadatan di lingkungan perusahaan cukup memadai dilaksanakan.

Pertanyaan atas pemberian cuti karyawan (termasuk cuti oleh pekerja wanita) sebanyak 3 responden menjawab sangat memadai karena karyawan dapat malakukan cuti, seperti cuti hamil, cuti datang bulan, bulanan, tahunan, hamil dan setelah melahirkan dan 1 responden menjawab memadai karena kebun memberikan cuti kepada semua karyawan. Dengan jumlah rata-rata dari hasil jawaban keempat responden yaitu 4,75 yaitu memadai. Berarti bahwa tanggung jawab sosial perusahaan khususnya atas pemberian cuti bagi karyawan memadai termasuk pemberian cuti yang diperlukan oleh pekerja wanita pada perusahaan dan diharapkan perusahaan mampu mempertahankannya

Untuk tanggung jawab perusahaan dalam memperhatikan hak-hak karyawan sebanyak 3 responden menjawab memadai karena semua hak karyawan terpenuhi, 1 responden menjawab cukup memadai karena perusahaan memberikan hak-hak kepada karyawan. Dengan jumlah rata-rata dari hasil jawaban responden 3,75


(1)

penerapan tanggung jawab sosialnya dan ini dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan, yaitu terhadap tenaga kerja perusahaan (SDM) sehingga diharapkan perusahaan dapat mempertahankan.

Berdasarkan analisa dari dua indikator di atas maka dapat dihitung hasil perhitungan kuesioner secara keseluruhan dengan rumus, yaitu :

Indikator Score Total

= 3,45

2 9 , 6 2

6 , 3 3 ,

3 + = =

Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan cukup signifikan, yaitu dalam menerapkan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial untuk kelangsungan hidup perusahaan.

B. Analisis dan Evaluasi Pengukuran Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial pada PTPN II Tandem Hilir

PT Perkebunan Nusantara II Tandem Hilir belum melakukan pengukuran yang khusus untuk kegiatan sosialnya selain karena belum adanya ketentuan yang pasti dari pihak pakar akuntansi dalam hal pengukuran pertanggungjawaban sosial, namun telah melaporkan biaya pengeluaran untuk pertanggungjawaban sosial sebagai tanggung jawab perusahaan baik terhadap masyarakat lingkungan perusahaan dan SDM perusahan itu sendiri. Dalam hal ini perusahaan mencatat biaya pengeluaran untuk pertanggunjawaban sosial berupa pos biaya sosial dalam catatan atas laporan keuangan dalam Tabel 4.3 berikut. :

Pengujian Hipotesis


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan penganalisaan data yang diperoleh melalui kuesioner maka untuk mengetahui apakah PTPN II (Persero) Kebun Tandem Hilir telah menerapkan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial secara memadai, ada beberapa indikator yang digunakan. Adapun indikator-indikator tersebut yaitu :

1. Bahwa dari 9 (Sembilan) indikator yang digunakan atas tanggung jawab sosial pada masyarakat lingkungan perusahaan dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 indikator yang termasuk dalam kategori memadai yaitu penerapan tanggung jawab sosial atas keterlibatan perusahaan dalam pendirian lembaga keagamaan. Kemudian terdapat 8 indikator yang termasuk kategori antara cukup memadai dan kurang memadai yaitu pemberian subsidi kepada masyarakat dibandingkan dengan laba perusahaan, pembangunan infrastruktur kesehatan seperti klinik kesehatan pada komunitas masyarakat, pemberian dukungan pada masyarakat dalam aspek pendidikan, keterlibatan perusahaan terhadap perbaikan sarana pengangkutan di lingkungan masyarakat, pemberian sumbangan dari perusahaan untuk kegiatan sosial masyarakat , pemberian bantuan perusahaan pada lingkungan masyarakat atas perbaikan perumahan dan pasar, prioritas pekerjaan bagi masyarakat sekitar serta dukungan perusahaan terhadap aspek kegiatan seni dan budaya.


(3)

2. Bahwa dari 9 (sembilan) indikator yang digunakan atas tanggung jawab sosial pada tenaga kerja perusahaan (SDM) dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 indikator yang termasuk dalam kategori memadai. Diantaranya tanggung jawab perusahaan atas keselamatan kerja karyawan serta fasilitas yang telah diberikan pada karyawan, pendirian koperasi karyawan yang ada di perusahaan, dan pemberan cuti karyawan yang diberikan perusahaan. Kemudian ada 6 indikator yang termasuk kategori antara cukup memadai dan kurang memadai yaitu penerapan tanggung jawab sosial dalam pemenuhan kebutuhan keluarga dan rekreasi bagi karyawan perusahaan, program latihan dan pendidikan tinggi bagi karyawan, pemberian fasilitas kesehatan karyawan (berupa poliklinik), pemberian fasilitas peribadatan di lingkungan perusahaan, bantuan perusahaan atas pendidikan keluarga anggota karyawan seperti beasiswa dan tanggung jawab perusahaan dalam memperhatikan hak-hak karyawan.

3. Dari poin 1 dan 2 tersebut dapat diketahui bahwa penerapan akuntansi pertanggungjawaban sosial pada PTPN II (Persero) Kebun Tandem Hilir secara umum cukup memadai akan tetapi dari beberapa indikator tersebut masih ada yang kurang memadai dalam pelaksanaannya.

4. PTPN II Tandem Hilir belum melakukan pengukuran yang khusus untuk kegiatan sosialnya. Dalam menerapkan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial dalam sistem akuntansi perusahaan melaporkan biaya pengeluaran untuk pertanggungjawaban sosial berupa biaya sosial dalam Catatan atas Laporan Keuangan, namun telah menerapkan tanggung jawab sosialnya dalam kegiatan sosial.


(4)

B. Saran

Untuk melengkapi uraian dan penyajian dari skripsi ini, maka pada bagian akhir penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kinerja perusahaan ini, yaitu :

1. Sudah saatnya perusahaan memberikan perhatian khusus terhadap Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial secara keseluruhan baik atas tanggung jawab sosial pada masyarakat lingkungan perusahaan dan tenaga kerja perusahaan dengan meningkatkan tanggung jawab sosial pada masyarakat lingkungan dan SDM perusahaan, yaitu :

a. Dalam pemberian bantuan atas perbaikan perumahan dan pasar di lingkungan perusahaan.

b. Lebih meningkatkan dukungan terhadap kegiatan seni dan budaya dengan menjadi sponsor atas pagelaran seni dan budaya.

c. Meningkatkan prioritas pekerjaan bagi masyarakat sekitar termasuk pemberian fasilitas dan motivasi oleh perusahaan untuk berwirausaha bagi masyarakat disekitar perusahaan.

d. Memberikan perhatian terhadap sarana pengangkutan di lingkungan perusahaan.

e. Pemberian subsidi kepada masyarakat dibandingkan dengan laba perusahaan.

f. Pembangunan infrastruktur kesehatan seperti klinik kesehatan pada komunitas masyarakat.


(5)

h. Pemberian sumbangan dari perusahaan untuk kegiatan sosial masyarakat. i. Meningkatkan tanggung jawab sosial pada tenaga kerja perusahaan

khususnya kebijaksanaan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan rekreasi bagi karyawan perusahaan.

j. Pemberian program latihan dan bantuan tinggi bagi karyawan sebagai visi kedepan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

k. Pemberian fasilitas kesehatan karyawan (berupa poliklinik).

l. Bantuan perusahaan atas pendidikan keluarga anggota karyawan seperti beasiswa.

m. Pemberian fasilitas peribadatan di lingkungan perusahaan.

n. Tanggung jawab perusahaan dalam memperhatikan hak-hak karyawan. 2. Kepada pimpinan PTPN II (Persero) Kebun Tandem Hilir disarankan agar

perusahaan harus lebih meningkatkan lagi Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial baik tanggung jawab sosial pada masyarakat lingkungan perusahaan dan tanggung jawab sosial pada tenaga kerja perusahaan dengan tetap mempertahankan pertanggungjawaban sosial yang sudah memadai bahkan sangat memadai untuk kelangsungan hidup perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed, Riahi, Accounting Theory,5thEdition,Teori Akuntansi,Alih Bahasa : Ali Akbar Yulianto dan Risnawati Dermauli, Buku Satu Edisi Kelima: Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Harahap, Sofyan Syafri,Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan Keempat : Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

Handoko, T. Hami, Manajemen, Edisi Kedua, Cetakan Keempatbelas: BPFE, Yogyakarta, 2002.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan : Salemba Empat, Jakarta, 2007.

Jeff Madura, Introduction toBusinnes, 2nd Edition, Pengantar Bisnis, Alih Bahasa : Saroyini W.R.Salib, Buku Satu, Edisi Kedua : Salemba Empat, Jakarta, 2001, hal. 71

Mulyadi, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Kedua, Cetakan Ketiga : Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Cetakan Keempat : Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005.

Rudito Bambang dan Melia Famiola, Etika Bisnis dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Indonesia, Cetakan Pertama : Rekayasa Sains, Bandung, 2007.

______________, Audit Sosial, Cetakan Pertama : Rekayasa Sains, Bandung, 2007.

Simamora, Hendry, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Buku Satu, Cetakan Pertama : Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, Edisi Kedua, Cetakan Kedelapanbelas : Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.