FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PETANI DALAM PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DANAU LIMBOTO (Studi Kasus Di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo) SKRIPSI OLEH KARMILA N. SAHA PROGRAM S1 AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PETANI DALAM PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DANAU LIMBOTO (Studi Kasus Di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo) OLEH

KARMILA N. SAHA 614410088

SkripsiIniMerupakanSalahSatuSyaratUntuk MemperolehGelarSarjanaPertanianPada

JurusanAgribisnis JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

: Karmila N. Saha

Nim

Tempat Tanggal Lahir : Telaga, 20 Agustus 1992 Alamat

: Desa Tilote, Kec. Tilango, Kab. Gorontalo Agama

: Islam

Jenis Kelamin

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Danau

Limboto Studi Kasus di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo” adalah hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Adapun bagian – bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari hasil karya orang lain baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah dituliskan dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustakan seusai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi akademik.

Gorontalo , Oktober 2014

Karmila N. Saha NIM.614 410 088

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Telaga, Kabupaten Gorontalo. Pada tanggal 20 Agustus 1992. Penulis adalah anak ke sembilan dari 11 bersaudara dari pasangan Bapak Nipon Saha dan Ibu Maimuna Isa Manopo (almh).

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Tilote, Kecamatan Telaga tamat pada Tahun 2004. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Telaga tamat pada Tahun 2007, kemudian melanjutkan di SekolahMenengahKejuruan (SMK) Negeri 1 Gorontalo tamat pada tahun 2010.Pada tahun yang sama melanjutkan ke perguruan tinggi Universitas Negeri Gorontalo diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian pada jalur Bidik Misi pada Tahun 2010.

Selama menjadi mahasiswa penulis tercatat sebagai peserta ORAMARU dan ORSIMARU di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2010, mengikuti kegiatan Pemecahan Rekor Muri Instalasi Linux Massal Tahun 2013, menjadi peserta Townhall Meeting Diplomasi RI - Amerika Selatan FEALAC Tahun 2013, Peserta Kuliah Kerja Sibermas (KKS) di Desa Tenilo, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo Tahun 2013.

PERSETUJUAN PEMBIMBING FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PETANI DALAM PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DANAU LIMBOTO (Studi Kasus Di Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo)

KARMILA N. SAHA 614 410 088

Skripsiinitelahdisetujuidandisidangkandihadapan KomisiUjianSidangpadatanggal 08 Oktober 2014

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Asda Rauf, M.Si Yanti Saleh, SP. M.Pd Ketua

Anggota

Diketahui

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Supriyo Imran, SP, M.Si Prof.Dr.Ir.H. Mahludin Baruwadi,MP Ketua

Dekan

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Danau Limboto (StudiKasusdi Kecamatan Tilango KabupatenGorontalo)

Nama

: Karmila N. Saha

NIM

Program Studi

: S1 Agribisnis

Telah disidangkan dan dipertahankan dihadapan dewan penguji Hari/Tanggal :Rabu, 08 Oktober 2014

Pukul : 16.00 Wita

Dewan Penguji

1. Dr. Ir. Asda Rauf, M.Si .....................................

2. Yanti Saleh, SP, M.Pd .....................................

3. Prof. Dr. Ir. H. Mahludin Baruwadi. MP .....................................

4. Dr. Amir Halid, SE, M.Si .....................................

5. Wawan K. Tolinggi, SP, M.Si .....................................

Gorontalo, Oktober 2014 Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Mahludin Baruwadi. MP

NIP. 19650711 199103 1003

“MOTTO DAN PERSEMBAHAN”

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa

yang ada pada diri mereka sendiri” ( Q.S Al-Anfal, 8:53)

S pp , setidaknya kita masih bisa berdiri dan menghadapi dengan kekuatan diri, kelapangan hati, dan yakin kita masih bisa hidup dengan mimpi yang telah

My

Buku yang bersampul hijau ini (skripsi) yang telah mengajarkan banyak hal. Perjuangan, sabar, ikhlas, kecewa, sedih, marah, tangisan, bahagia, tertawa, persaudaraan, kebersamaan, saling menolong. Dan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan untuk kita yang masih terus berjuang, dan Orang Tuaku tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan memotivasi dalam studiku selama ini....!!!

Atas rahmat dan anugerah dari Allah SWT, dengan bangganya kupersembahkan karya kecil ini sebagai wujud rasa cinta dan terima kasihku kepada : Ayahanda H.Nipon Saha, dan Ibuku tercinta Maimuna Isa Manopo (Almh) yang telah banyak berdoa, berkorban, mendidik serta sabar dalam segala hal sehingga aku dapat mencapai kesuksesan sampai dengan sekarang, teruntuk kakak-kakak serta adik aku (Ismail , Abd.Karib, Sarina, Samira, Hamsa, Usman, Yusuf, Fitri dan Asrin) yang selalu mendoakan perjuangan kesuksesanku, untuk kakak ipar (Rahmawati Hasania, Yunus Kasim), Ponakan

(Yurni, Mei, Eli, Sakinah, Marwah, Novi, Ajin, Ibe, Zakir, Ain, Fadli, Fita, Aby,

Rinto) yang telah mendoakan untuk keberhasilanku selama ini. Serta untuk YoprinTaidiA.Mdyang selama ini telah banyak memotivasiku, mendorong, menyemangati, mendukung selama penyelesaian studiku.

ALMAMATERKU TERCINTA TEMPAT AKU MENIMBA ILMU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

ABSTRAK

Karmila N. Saha (614410088) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Danau Limboto (StudiKasus Di

Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo) . Dibawah bimbingan Asda Rauf dan Yanti Saleh.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisisfaktor – faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam pemanfaatan lahan pesisir Danau Limboto di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo. Untuk mengetahui faktor – faktor apa yang mempengaruhi perilaku petani dalam pemanfaatan lahan pesisir Danau Limboto di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juli Tahun 2014. Metode yang digunakan adalah metode survey yang merupakan pengumpulan data empirik berdasarkan wawancara dan observasi. Dimana terbagi atas data primer dan data sekunder. Pemilihan sampel digunakan secara purposive sampling dan penarikan sampel petani menggunakan slovin dengan jumlah sampel 72 orang yang tersebar di 6 desa. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam pemanfaatan lahan di Pesisir Danau Limboto adalah tidak adanya lahan tetap, kesuburan tanah, dan produksi hasil pertanian yang tinggi.

Kata Kunci : Perilaku, Pemanfaatan Lahan, Tidak Adanya Lahan Tetap,

Kesuburan Tanah dan Produksi Hasil Pertanian.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa dengan terselesainya penyusunan hasil penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi PerilakuPetani Dalam Pemanfaatan lahan Pesisir Danau Limboto (Studi Kasus di KecamatanTilangoKabupatenGorontalo).

Dalam penyusunan hasil penelitian ini penulis banyak dihadapkan dengan berbagai hambatan namun berkat kesabaran dan kerja keras dari penulis dan bantuan dari Bapak/Ibu Dosen khususnya Dosen Pembimbing serta motivasi dari orang tua, keluarga dan teman-teman sehingga hasil penelitian ini bisa diselesaikan sebagaimana mestinya.

Penulisan hasil penelitian ini dapat di selesaikan berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak. Dengan demikian melalui hasil penelitian ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepada kedua orang tuaku tercinta ayahanda H.Nipon Saha dan Ibu Maimuna Isa Manopo (almh). Terima kasih atas kasih sayang, doa, motivasi dan dukungan yang telah diberikan baik secara moril maupun materil sampai dengan saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan ujian hasil penelitian.

2. Kepada pihak DIKTI serta Pengelola Bidik Misi dilingkungan Universitas Negeri Gorontalo yang telah memberikan saya kesempatan bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah selama 4 tahun.

3. Bapak Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd, selaku Pimpinan Universitas Negeri Gorontalo.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahludin Baruwadi, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian, sekaligus sebagai penguji I yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan masukan ataupun saran dalam hasil penelitian ini.

5. Bapak Supriyo Imran, SP. M.Si selaku Ketua Jurusan Agirbisnis

6. Ibu Dr. Ir. Asda Rauf, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan memberikan masukan, meluangkan waktu dan tenaga sehingga hasil penelitian ini dapat di selesaikan.

7. Ibu Yanti Saleh, SP. MPd selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan memberikan masukan, meluangkan waktu, tenaga pikiran untuk memberikan bimbingan, koreksi, saran dan motivasi.

8. Bapak Dr. Amir Halid, SE. M.Si, selaku Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan ataupun saran terkait hasil penelitian ini.

9. Bapak Wawan K. Tolinggi, SP. M.Si, selaku moderator dan penguji yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam proses pelaksanaan ujian hasil penelitian.

10. Seluruh dosen-dosen dan Operator Prodi jurusan Agribisnis yang senantiasa membantu saya dalam kemudahan untuk proses penyelesaian ujian serta dukungannya

11. Seluruh keluargaku yang selalu memberikan doa dan dukungan selama penyusunan dan pelaksanaan ujian hasil penelitian ini

12. Rekan – rekan mahasiswa Agirbisnis angkatan 2010kelas A dan B : Yeni, Ian, Yowan, Aksa, Mun, Maya, Intan, Isran, Eva, Femi, Nur, Nita, Tia, Isna, Muhlis, Eza, Ucin, Fikri, Hermanto, Mutaqin, Randy,Skup, Udin, Tyas,AbangAgus Yayu, Ria, Irma, Rina, Lina, Yul, Sinta, Asty, Orin, Ola, dll. Terima kasih atas kebersamaan, motivasi, bantuan yang diberikan kepada penulis sampai dengan saat ini.

13. Rekan seperjuangan Bidik Misi Margareta, Ajeng, Tyas. Terima kasih atas kebersamaan, motivasi dan dukungannya. Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki, maka tentu saja hasil penelitian ini masih banyak kekurangan sehingga jauh dari kesempurnaan.

Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam penyusunan hasil penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini akan berlanjut sampai ke skripsi dan kiranya dapat bermanfaat bagi kita semua dan kepada pihak lain yang membacanya.

Gorontalo, Oktober 2014 Penulis

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Pengambilan Sampel Tiap-tiap Desa, di kecamatan Tilango,kabupaten gorontalo, 2014 ...................................................

2. Keadaan Penduduk di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, 2014 .................................................................................

3. Jumlah Penduduk Menurut Statistik Pendidikan di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, 2014 .............................

4. Sektor Pekerjaan di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo,2014 ..................................................................................

5. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana Tersedia di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, 2014 .............................

6. Karasteristik Responden Berdasarkan Umur, di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, 2014 .............................

7. Karasteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo,2014 ......

8. Karasteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, 2014 ........................

9. Karasteristik Responden Berdasarkan Status Lahan Di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, 2014 ........................

10. Pengaruh Tidak Adanya Lahan Tetap Terhadap Perilaku Petani Dalam Pemanfaatan Lahan pesisir Danau Limboto ..........................

11. Tanggapan Responden Terhadap Tidak Adanya Lahan Tetap Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Danau Limboto ..........................

12. Pengaruh Daya Dukung Lahan Terhadap Perilaku Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Danau Limboto ..........................

13. Tanggapan Responden Terhadap Daya Dukung Lahan Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Danau Limboto ..........................

14. Pengaruh Produksi Hasil Pertanian Terhadap Perilaku Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Danau Limboto ..........................

15. Tanggapan responden terhadap perilaku petani Dalam pemanfaatan lahan pesisir Danau Limboto ............................

16. Hasil Analisis Pengaruh Simultan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Petani ................................................

17. Hasil Analisis Pengaruh Parsial Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Petani ................................................

45

18. Hasil Uji Korelasi (R) ........................................................................ 48

49

19. 2 Hasil Uji Determinasi (R ) ................................................................

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skema Kerangka Penelitian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Perilaku Petani Dalam Pemanfaatan Lahan Pesisir Danau Limboto Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, 2014 ...........................

21

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia. Artinya pertanian merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian juga memiliki peran nyata sebagai pengahsil devisa negara melalui ekspor. Oleh karena itu perlu diadakannya pembangunan dalam sektor pertanian sehingga dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun diluar negeri. Sehingga semua potensi yang dimiliki tidak hanya persawahan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia (Dai, 2014 : 1). Sedangkan menurut Daniel(2004 : 161) sampai era reformasi sekarang, tampaknya sektor pertanian masih dan akan merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia (>60%) tinggal di pedesaan dan lebih separuh penduduk tersebut menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Pertanian memang merupakan sektor yang sedang menjanjikan akhir-akhir ini di bidang sektor lain seperti pertambangan, jasa, perdagangan, keuangan dan jasa-jasa lainnya. Tidak heran kalau banyak pengusaha beralih ke sektor pertanian yang sejak semula tidak dilirik. Selain harga dan peluang pasar, masyarakat dari berbagai kalangan mengincar sektor pertanian karena tidak membutuhkan investasi dan skill yang banyak. Asalkan memiliki lahan, dengan bekal kemauan belajar dan bekerja keras serta modal kecil saja siapapun dapat memproduksi komoditas yang sedang menjadi primadona ini (Najiayati dan Danarti, 1999 : 2). Sektor pertanian yang relatif lebih bekerja intensive memungkinkan menjadi pemasok tenaga kerja ke sektor modern. Di samping itu sektor pertanian bisa menjadi sumber modal bagi sektor modern. Namun, banyak pula kita jumpai meskipun sektor pertanian menyumbang sebagian besar dari produksi nasional, justru untuk sebagian besar tidak berasal dari pendapatan yang ditabung oleh sektor pertanian, tetapi sumber modal sebagian besar berasal dari luar negeri. Sektor pertanian sering pula menjadi sumber devisa melalui hasil ekspor dan Pertanian memang merupakan sektor yang sedang menjanjikan akhir-akhir ini di bidang sektor lain seperti pertambangan, jasa, perdagangan, keuangan dan jasa-jasa lainnya. Tidak heran kalau banyak pengusaha beralih ke sektor pertanian yang sejak semula tidak dilirik. Selain harga dan peluang pasar, masyarakat dari berbagai kalangan mengincar sektor pertanian karena tidak membutuhkan investasi dan skill yang banyak. Asalkan memiliki lahan, dengan bekal kemauan belajar dan bekerja keras serta modal kecil saja siapapun dapat memproduksi komoditas yang sedang menjadi primadona ini (Najiayati dan Danarti, 1999 : 2). Sektor pertanian yang relatif lebih bekerja intensive memungkinkan menjadi pemasok tenaga kerja ke sektor modern. Di samping itu sektor pertanian bisa menjadi sumber modal bagi sektor modern. Namun, banyak pula kita jumpai meskipun sektor pertanian menyumbang sebagian besar dari produksi nasional, justru untuk sebagian besar tidak berasal dari pendapatan yang ditabung oleh sektor pertanian, tetapi sumber modal sebagian besar berasal dari luar negeri. Sektor pertanian sering pula menjadi sumber devisa melalui hasil ekspor dan

Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dibentuk sejak Desember Tahun 2000 memisahkan diri dari Provinsi Sulawesi utara. Dengan berdirinya menjadi Provinsi baru ke 32, maka pembangunan di berbagai sektor sangat meningkat tajam, sebagai konsekuensi akan terjadi transformasi penggunaan berbagai sumber daya, dari sektor yang sifatnya tradisional ke yang lebih modern yang biasanya cepat dengan kwantitas lebih banyak.Pembangunan Provinsi Gorontalo yang masih bertumpu pada eksploitasi sumberdaya alam sebagai sumber pembiayaan pembangunan memiliki potensi besar terjadinya kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan adanya pemantauan yang seksama terhadap tingkat dan pola pemanfaatan sumberdaya alam (Pusat Survei Sumberdaya Alam, 2003 : 1).

Danau Limboto merupakan salah satu aset sumberdaya alam yang dimiliki oleh Provinsi Gorontalo. Saat ini Danau Limboto memiliki peran sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan serta menjadi obyek wisata. Areal Danau ini berada pada dua wilayah yaitu 30% wilayah kota Gorontalo dan 70% di wilayah Kabupaten Gorontalo dengan melingkupi 7 kecamatan. Keadaan Danau Limboto kini berada pada kondisi memprihatinkan karena mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang mengancam keberadaannya di masa yang akan datang. Semakin berkurangnya Danau Limboto merupakan salah satu aset sumberdaya alam yang dimiliki oleh Provinsi Gorontalo. Saat ini Danau Limboto memiliki peran sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan serta menjadi obyek wisata. Areal Danau ini berada pada dua wilayah yaitu 30% wilayah kota Gorontalo dan 70% di wilayah Kabupaten Gorontalo dengan melingkupi 7 kecamatan. Keadaan Danau Limboto kini berada pada kondisi memprihatinkan karena mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang mengancam keberadaannya di masa yang akan datang. Semakin berkurangnya

Penyusutan luas dan kedalaman air di Danau Limboto terjadi sangat cepat pada 10 tahun terakhir. Pada tahun 1932 rata - rata kedalaman Danau Limboto 30 meter dengan luas 7.000 Ha, dan pada tahun 1961 rata - rata kedalaman danau berkurang menjadi 10 meter dan luas menjadi 4.250 Ha. Sedangkan tahun 1990 – 2008 kedalaman danau rata – rata ± 2,5 meter dengan luas 3.000 Ha. Penyebab penyusutan luas dan kedalaman danau disebabkan oleh adanya sedimentasi yang terjadi di daerah tengah, hulu dan dimana ± 25 anak sungai masuk atau sebagai inletnya adalah Danau Limboto dan hanya 1 (satu) outlet Danau menuju ke laut. Berdasarkan data Balitbangpedalda (2009) bahwa pada 23 anak sungai yang dimana aktifitas pertaniannya sangat tinggi yaitu yang berada di daerah hulu danau (DAS Limboto) yang telah berlangsung secara konvensional atau tidak berbasis konversi.

Kecamatan Tilango merupakan salah satu kecamatan yang lokasinya berada tepat di pesisir Danau Limboto yang memiliki 7 desa, 6 desa diantaranya masyarakat petani memanfaatkan lahan kering di pesisir Danau Limboto untuk kegiatan pertanian dengan jarak kurang lebih 500meter dari rumah penduduk ke danau tersebut. Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Tilango dominan pada sektor pertanian, yang beberapa tahun belakangan ini telah memberikan kontribusi dalam sektor pertanian yang terbilang cukup berkembang terutama dalam

(khususnya sayur- sayuran).Hortikultura merupakan pembudidayaan tanaman di kebun, umumnya komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup sehingga perisibel (mudah rusak), dan air merupakan komponen penting dalam kualitas komoditas ini. Berdasarkan data tahun 2014 untuk luas panen tanaman sayur- sayuran di Kecamatan Tilango yaitu seluas 32,2 Ha dengan masing-masing luas

menghasilkan

komoditas

hortikultura hortikultura

Terkait dengan aktivitas pertanian oleh petani yang ada di pesisir Danau Limboto ini terutama dalam sistem pengelolaan lahan, masyarakatpun lebih dominan menggunakan lahan pertanian yang berada di pesisir Danau Limboto di bandingkan dengan lahan pertanian yang berada jauh dari pesisir Danau Limboto dikarenakan cepatnya proses penyuburan dan sedimentasi di Danau Limboto dan mengakibatkan fungsi utama dari danau berkurang, seperti sebagai peredam banjir pada musim hujan dan penyedia air pada musim kemarau, serta sebagai habitat berbagai jenis ikan. Tapi disisi lain, para petani memiliki alasan tersendiri atas pemilihan lokasi lahan yang dikelola untuk kegiatan pertanian yang berada di pesisir Danau Limboto, alasan utamanya yaitu tidak adanya lahan tetap, kesuburan tanah, dan produksi hasil pertanian yang selalu didapatkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk melakukan st udi penelitian tentang “Faktor – faktor yang Mempengaruhi PerilakuPetani dalam pemanfaatan Lahan Pesisir Danau Limboto, Studi Kasus di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dilatar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitiannya adalah faktor – faktor apa yang mempengaruhi perilaku petani dalam pemanfaatan lahan pesisir Danau Limboto, Studi Kasus di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisisfaktor – faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam pemanfaatan lahan pesisir Danau Limboto,Studi Kasus di Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo.

D. Manfaat

1. Untuk petani, dapat dijadikan sebagai bahan informasi ataupun acuan dan tolak ukur tentang pemanfaatan lahan pesisir Danau Limboto.

2. Untuk pemerintah, dapat dijadikan sebagai informasi ataupun masukan kepada pemerintah agar dapat memberikan suatu kebijakan terkait kegiatan pertanian yang berada di pesisir Danau Limboto.

3. Untuk mahasiswa, dapat dijadikan sebagai pedoman untuk dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku petanidalam pemanfaatan lahan yang berada di pesisir Danau Limboto.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Petani

1. Perilaku Menurut Levis (2013 : 157) definisi perilaku adalah ekspresi seseorang terhadap keadaan dunia sekitarnya. Akumulasi sikap atau persepsi, pengetahuan dan keterampilan akan menentukan perilaku seseorang.Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang memiliki arti yang luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia yaitu semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003 : 114). Dalam teori Bloom tentang perilaku dimana merupakan suatu aliran teori belajar humanistik, artinya proses belajar untuk perubahan perilaku berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri yang menekankan pada isi dari proses belajarterhadap suatu kondisi sekitar lingkungan ( Levis, 2013 : 158).

Dalam teori Lawrence Green (1980) seperti yang dikutip oleh Notoadmojo (2003 : 113) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, dimana kesehatan seseorang di pengaruhi oleh 2 (dua) faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes) . Faktor perilaku dibentuk oleh :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor) , yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factor) , yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana untuk kegiatan pertanian.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petani yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat.

2. Petani Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usahatani, sebagai contoh petani tembakau atau petani ikan, pelaku budidaya hewan ternak ( livestock ) secara khusus disebut sebagai peternak (Anonim, 2014). Hanafie, (2010 : 84) mengemukakan secara mikro, hal-hal yang berkaitan dengan sumberdaya manusia adalah dalam perannya sebagai pelaku utama sektor pertanian. Pertanian merupakan proses produksi yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan. Terlaksananya proses tersebut dalam mencapai pengembangan pertanian sangat tergantung pada peranan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Dalam bidang pertanian, bentuk usaha pertanian di dominasi oleh pertanian rakyat. Dengan demikian, peranan sumber daya manusia sebagai produsen dapat di tinjau dalam 3 aspek, antara lain :

1. Petani sebagai pekerja usahatani (cultivator) Peranan utama petani dalam usahataninya adalah sebagai pekerja, yaitu petani itu sendiri yang mengusahakan usahataninya. Dalam pelaksanaannya, petani itu tidak bekerja seorang diri, tetapi dibantu oleh tenaga kerja lainnya seperti istri, dan anak-anaknya. Anak-anak yang berumur di atas 10 tahun sudah dapat dianggap sebagai tenaga kerja yang produktif. Mereka dapat membantu mengatur pengairan, menuai padi, mengangkut bibit dan sebagainya. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani itu merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak dinilai dalam bentuk uang. Seringkali petani juga harus menyewa tenaga kerja dari luar ketika pekerjaan di usaha tani membuthkan banyak tenaga kerja, sementara tenaga kerja keluarga tidak mencukupi.

2. Petani sebagai pemimpin usahatani (manager) Peranan lain petani adalah sebagai pemimpin atau pengelola usahatani. Dalam peranan ini, sangat diutamakan keterampilan, termasuk keterampilan dalam mengambil keputusan dari berbagai alternatif yang ada. Keputusan yang diambil oleh petani selaku pengelola, antara lain menentukan pilihan tanaman apa yang mungkin dapat ditanam, kapan memulai tanaman, kapan 2. Petani sebagai pemimpin usahatani (manager) Peranan lain petani adalah sebagai pemimpin atau pengelola usahatani. Dalam peranan ini, sangat diutamakan keterampilan, termasuk keterampilan dalam mengambil keputusan dari berbagai alternatif yang ada. Keputusan yang diambil oleh petani selaku pengelola, antara lain menentukan pilihan tanaman apa yang mungkin dapat ditanam, kapan memulai tanaman, kapan

3. petani sebagai diri pribadi (person) petani sebagai pribadi merupakan anggota sebuah keluarga dan ia pun menjadi anggota masyarakat suatu desa atau rukun tetangga. Sebagai manusia, peranan petani sama saja dengan peranan anggota masyarakat lainnya karena pada dasarnya petani itu sama dengan semua manusia pada umumnya yang memiliki 4 kapasitas penting dalam hidupnya, yaitu bekerja, belajar, berpikir kreatif, dan bercita-cita. Petani memiliki kesanggupan dasar yang sama, serta mereka digerakkan oleh dorongan pribadi dan pengaruh masyarakat yang sama pula.

B. Pemanfaatan Lahan

Menurut UU Nomor 41 Tahun 2009 pasal 1, yang dimaksud dengan lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia (Setiawan, 2012 : 71).Lahan adalah milik bersama dan dikuasai oleh kelompok-kelompok sosial, biasanya suku, kepala suku atau pendeta menentukan lahan yang boleh dimanfaatkan oleh setiap keluarga. Lahan dibuka dengan jalan menebang pohon-pohon yang ada dan membakar areal tersebut. Lahan ini ditanami selama beberapa tahun, kemudian dibiarkan sambil sebidang lahan lainnya dibuka. Masa regenerasi akan mempertahankan kesuburan lahan, kalau hal itu berlangsung cukup lama, dengan kata lain jika jumlah penduduk sedikit. Dalam hal ini, masukan yang terbatas, pemanfaatan yang luas itu mampu menunjang swasembada dalam arti yang sempit (Planck, 1990 : 17).

Lahan yang merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perumahan indsutri pertambangan dan transportasi.(Catur, dkk.2007:1). Berdasarkan kondisi agroekosistemnya, lahan pertanian dapat dikelompokkan ke dalam lahan pertanian basah dan lahan pertanian kering (tadah hujan). Lahan pertanian basah terbagi ke dalam lahan basah beririgasi (lahan beririgasi) dan lahan basah non irigasi. Sedangkan lahan kering terbagi kedalam lahan kering dataran sedang dan lahan kering dataran tinggi.

Lahan beririgasi adalah lahan yang merupakan tanah turunan dari bangunan maupun jaringan irigasi yang keberadaannya menunjang kelestarian irigasi. Lahan beririgasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : (1) lahan beirigasi teknis (lahan yang sumber airnya dari irigasi yang secara khusus di bangun dengan teknik modern); (2) lahan beririgasi setengah teknis (semi modern); (3) lahan beririgasi pedesaan (sistem lokal-tradisional) (Setiawan, 2012 71-72).

Menurut Hanafie(2010 : 54-56) berdasarkan penguasaannya atas sebidang lahan, petani dibedakan menjadi petani pemilik, penggarap, petani penyewa, petani penyakap dan buruh tani yang tidak mempunyai kewenangan sedikitpun atas sebidang tanah. Berdasarkan luas lahan yang dimiliki, ada petani kaya pemilik lahan luas, petani menengah pemilik lahan sedang, dan petani gurem pemilik lahan sempit. Penggunaan lahan/ tanah dalam bidang pertanian meliputi usaha tani tanaman padi dan/atau palawaija, usahatani tanaman hortikultura, usaha tani tanaman perkebunan, usaha tani tanaman kehutanan, usahatani ternak/unggas, budidaya ikan/biota lain di air tawar. Secara mikro, pengaruh tanah dalam pertanian dilihat dari penguasaan lahan, luas lahan garapan, dan nilai lahan. Macam – macam menurut kepemilikan oleh petani dibedakan menjadi :

1. Lahan yang dibeli, baik kontan maupun angsuran.

2. Lahan warisan, yaitu lahan yang diterima oleh ahli waris berdasarkan pembagian dari harta orang tua yang telah meninggal dunia.

3. Lahan yang diperoleh secara hibah, yaitu lahan yang diterima/didapat secara cuma-cuma dari badan/harta orang yang masih hidup.

4. Lahan yang dimiliki berdasarkan land reform , permohonan biasa, pembagian lahan transmigrasi, pembagian lahan dari pembukaan hutan, hukum adat, atau penyerahan dari program Perkebunan Inti Rakyat (PIR)

5. Lahan sewa, yaitu lahan yang didapat dengan perjanjian sewa, yang besarnya sewa sudah ditentukan terlebih dahulu tanpa melihat besar/kecilnya hasil produksi. Pembayaran sewa didapat berupa uang atau barang. Dalam sewa- menyewa, pemilik lahan tidak ikut menangguna ongkos-ongkos produksi dan resiko dari penggarapan lahannya.

6. Lahan bagi hasil (sakap), yaitu lahan sewa, tetapi dengan perjanjian besarnya sewa berdasarkan hasil panen/produksi dan dibayarkan setelah panen. Besarnya bagian yang akan diserahkan pada pemilik lahan sudah ditentukan terlebih dahulu, seperti setengah atau sepertiga hasil produksi.

7. Lahan gadai, yaitu lahan yang berasal dari pihak lain sebagai jaminan pinjaman uang pihak yang menggadaikan lahannya. Lahan tersebut dikuasai oleh orang yang memberi pinjaman uang sampai pemilik lahan membayar kembali hutangnya.

8. Lahan bengkok/pelungguh, yaitu lahan milik desa/kelurahan yang dikuasakan kepada pamong desa atau bekas pamong desa sebagai gaji atau pensiun.

9. Lahan bebas sewa, serobotan, dan lahan garapan. Lahan bebas sewa adalah lahan yang didapatkan dengan tanpa membeli atau membayar sewa dan bukan merupakan hak milik, tetapi hanya diizinkan memakai dengan bebas sewa.

10. Lahan yang dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain dan dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut berupa lahan sawah dan/ atau bukan lahan sawah.

11. Lahan pertanian adalah lahan yang dikuasai dan pernah di usahakan untuk pertanian selama setahun yang lalu. Lahan tersebut mencakup lahan sawah, huma, ladang, tegal/kebun, kolam/tebat/empang, tambak, lahan perkebunan, hutan, dan lahan untuk penggembalaan/ padang rumput.

12. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air yang biasanya ditanami padi sawah, tanpa memandang darimana diperolehnya atau status lahan tersebut. Dalam hal ini, termasuk lahan yang hanya terdaftar di Pajak Bumi Bangunan (PBB), lahan bengkok, lahan serobotan, dan rawa yang ditanami padi. Lahan sawah dibedakan menjadi:

13. Lahan bukan sawah adalah semua lahan selain lahan sawah yang biasanya ditanami dengan tanaman musiman atau tanaman tahunan, lahan untuk kolam atau untuk kegiatan usaha pertanian lainnya. Lahan bukan sawah meliputi huma, ladang, tegal, kebun, kolam/tebat/empang, dan lahan perkebunan.

14. Huma adalah lahan kering yang biasanya ditanami tanaman musiman dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi. Kemungkinan lahan ini beberapa tahun kemudian akan dikerjakan kembali bila kesuburannya kembali.

15. Ladang/tegal/kebun adalah lahan yang ditanami tanaman musiman atau tanaman tahunan,serta terpisah dengan halaman sekitar rumah dan penggunaannya tidak berpindah-pindah. Lahan yang dibiarkan kosong kurang dari 1 tahun (menunggu masa penanaman yang akan datang) dianggap sebagai kebun/ tegal apabila hendak ditanami tanaman musiman/tahunan atau dianggap sebagai lahan perkebunan apabila akan ditanami tanaman perkebunan.

16. Lahan tidur adalah lahan yang biasanya digunakan untuk usaha pertanian, tetapi tidak dimanfaatkan lebih dari 2 tahun Pengembangan usaha pertanian di wilayah pesisir merupakan salah sau bagian dari kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Namun demikian, pembukaan lahan pertanian di wilayah pesisir harus dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan lingkungan sehingga tidak akan menimbulkan masalah-masalah lingkungan seperti menurunnya produktivitas perikanan, pencemaran perairan, perubahan siklus aliran air, dan meningkatnya laju sedimentasi.

Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Kualitas pemanfaatan lahan pada suatu tempat sangat tergantung kepada kombinasi antara pola pemanfaatan dengan keterbatasan geobiofisik dari wilayah. Hal ini memberikan gambaran bahwa keinginan manusia untuk memperbaiki kehidupan ekonomi tidak berarti manusia boleh mengorbankan kelestarian lingkungan. Proses perubahan dalam pemanfaatan lahan ini selain menghasilkan manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat juga tidak lepas dari resiko terjadinya kerusakan lahan akibat erosi, longsor lahan, pencemaran lingkungan, banjir dan lainnya. Erosi akan menyebabkan terjadinya pendangkalan waduk, penurunan kapasitas saluran irigasi. Erosi yang tinggi, banjir pada musim penghujan tidak hanya menimbulkan dampak negatif pada aspek geobiofisik sumber daya alam dan lingkungan tetapi juga berdampak pada aspek sosial ekonomi masyarakat. Erosi, longsor lahan dan banjir dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam produksi pertanian, perikanan dan penggunaan sumberdaya alam yang berkaitan dengan air akan menurun (Juhadi, 2007 : 21).

Penggunaan lahan (land use) didefinisikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan (pertanian lahan kering atau pertanian pada lahan yang tidak beririgasi), sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang, dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan kedalam lahan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, pertambangan (Arsyad, 2006 : 261).

Pengelolaan sumberdaya lahan diperlukan guna memberi dukungan teknologi pada lahan marjinal dan terdegradasi serta alokasi lahan untuk meningkatkan pendapatan petani secara berkelanjutan. Rehabilitasi lahan sangat diperlukan karena luas lahan terdegradasi nasional masih sangat kritis (lebih dari dua juta hektar), sementara kemampuan rehabilitasinya selama empat tahun kurang dari 500.000 hektar (Irianto, 2006:25).

Transformasi lahan menuju penggunaannya untuk menghasilkan barang dan jasa adalah cara yang paling substansial bagi manusia dalam mengubah ekosistem bumi, dan dikategorikan sebagai penggerak utama hilangnya keanekaragaman hayati. Diperkirakan jumlah lahan yang diubah oleh manusia antara 39%-50%. Degradasi lahan, penurunan fungsi dan produktivitas ekosistem jangka panjang, diperkirakan terjadi pada 24% lahan di dunia. Laporan FAO menyatakan bahwa manajemen lahan sebagai penggerak utama degradasi dan 1.5 miliar orang bergantung pada lahan yang terdegradasi. Deforestasi, desertifikasi, erosi tanah, kehilangan kadar mineral, dan salinisasi adalah contoh bentuk degradasi tanah (Anonim, 2014 : 1).

Dalam menganalisis perkembangan wilayah sering berhadapan dengan faktor-faktor yang secara langsung atau tida terkait dengan penggunaan lahan. Dalam aspek lingkungan, lahan bukan saja memberikan wadah fisik kedudukan sistem produksi, tetapi juga memberikan input ke, menerima output dari dan dapat memperbaiki kerusakan sistem produksi. Akibatnya, setiap jenis penggunaan lahan dapat mencirikan kualitas penggunaan lahannya, dan ketika lahan memberi tanda-tanda kerusakan maka jenis penggunaan lainnya siap menggantikannya. Sebaliknya bila lahan memberikan keuntungan (social benefit) , maka penggunaannyapun dipertahankan. Dalam aspek sosial dan ekonomi, kepentingan terhadap lahan lebih komplek dan membuat keputusan penggunaan lahan atau perubahannya harus di pelajari secara hati-hati. Penggunaan lahan di pedesaan memuat kepentingan yang mungkin lebih sederhana, dengan tuntutan umum memfokuskan kepada produksi pertanian (Nugroho, 2012 : 139).

C. Danau Limboto

Danau Limboto adalah salah satu aset sumberdaya alam yang dimiliki oleh Provinsi Gorontalo saat ini.danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan dan objek wisata. Areal danau ini berada pada dua wilayah yaitu + 30% wilayah Kota Gorontalo dan + 70% di wilayah Kabupaten Gorontalo dan menjangkau 7 kecamatan.

1. Kondisi Danau Limboto Danau Limboto kini berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan

karena mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang mengancam keberadaaannya dimasa yang akan datang. Semakin berkurangnya luasan perairan danau menyebabkan semakin menurunnya fungsi danau sebagai kawasan penampung air sehingga berpotensi terjadinya banjir dan kekeringan di sekitar wilayah kawasan danau bahkan di luar kawasan Danau Limboto (Suwanto, dkk., 2011 : 47).

Kawasan Danau Limboto berada di dataran rendah kawasan ekosistem lahan basah dengan karasteristik memiliki ketinggian 0-100 m dpl kemiringan 8% dan kedalaman efektif lapisan tanah > 50cm, berada pada wilayah DAS LBB (Dareah Aliran Sungai Limboto – Bone – Bolango). Dataran rendah di sekitar Danau Limboto, saat ini merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk, areal persawahan, kolam dan kebun yang berada pada wilayah administrasi Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo, dimana di daerah secara potensial merupakan daerah penampungan curah hujan yang jatuh pada pegunungan sebelah utara, selatan, barat daya, dan timur Kabupaten dan Kota Gorontalo.Secara ekologis, ekosistem Danau Limboto tidak bisa dipisahkan dari wilayah Daerah Aliran Sungai Limboto – Bone – Bolango (DAS LBB), sistem aliran permukaan Sub DAS Limboto semuanya masuk dulu ke Danau Limboto kemudian keluar lagi untuk bergabung dengan sistem aliran permukaan Sub DAS Bolango dan sistem aliran permukaan Sub DAS Bone menuju ke muara (Teluk Tomini). Sub DAS Limboto yang meliputi Sungai Biyonga, sungai Alo, Sungai Pohu (keduanya bergabung menjadi sungai Alopohu sebelum masuk ke Danau Limboto), Sungai

Rintenga, Sungai Marisa, Sungai Meluopo semua aliran permukaannya menuju ke Danau Limboto (Kementrian Lingkungan Hidup RI – Balitbangpedalda Provinsi Gorontalo, 2006: 45).

Luas Danau Limboto sampai tahun 2007 sebesar 2.537,152 Ha, dengan kedalaman sekitar 2 – 2,5 meter sedangkan luas daerah tangkapan air Danau Limboto sekitar 900km 2 . Pada tahun 1932 rata-rata kedalaman Danau Limboto 30

meter dengan luas 7000 Ha, dan tahun 1961 rata-rata kedalaman danau berkurang menjadi 10 meter dan luas menjadi 4.250 Ha. Sedangkan tahun 1990 – 2008 kedalaman Danau Limboto rata-rata tinggal 2,5 meter dengan luas 3000 Ha. Dalam kurun waktu 52 tahun luas Danau Limboto berkurang sekitar 4.304 Ha atau sekitar 62,60% dari total luas danau. Sehingga dari data tersebut di atas rata- rata luas danau berkurang sekitar 65,89 Ha pertahun, sehingga pada Tahun 2025 danau ini diperkirakan akan berubah menjadi daratan (Suwanto,dkk., 2011 : 48).

Dengan melihat kondisi Danau Limboto yang sekarang sangat sulit untuk melakukan upaya rehabilitasi karena banyak kerusakan yang ditimbulkan bukan hanya di sekitar Danau tapi bagian hulu sampai hilir Daerah Aliran Sungai Limboto sudah mengalami kerusakan yang luar biasa. Terkait penyusutan luas Danau Limboto yang makin kritis, hal ini menandakan tingkat pendangkalan yang dialami Danau Limboto akan meninggalkan hamparan tanah atau lahan yang cukup luas, pemanfaatan lahan pada tepi Danau merupakan salah satu penyebab hilangnya vegetasi asli dan rusaknya ekosistem lahan basah, sehingga menyebabkan Danau tidak mampu menahan laju sedimentasi yang dibawa aliran sungai. Menurut data dari Badan Penelitian, Pengembangan dan Pengendalian Dampak Lingkungan (Balitbangpedalda, 2003 : 3), sebagian besar areal wilayah bantaran Danau Limboto saat ini telah digunakan sebagai tempat pemukiman permanen, selain itu pengaplingan tanah yang masih berupa rawa di tepian Danau oleh masyarakat terkadang mempunyai masalah tersendiri yang berkembang di masyarakat karena merasa mempunyai hak kependudukan yang seharusnya menjadi tanah negara. Dimana sejumlah bangunan ibadah atau rumah penduduk yang dibangun di areal bekas genangan air yang sebelumnya masih termasuk Dengan melihat kondisi Danau Limboto yang sekarang sangat sulit untuk melakukan upaya rehabilitasi karena banyak kerusakan yang ditimbulkan bukan hanya di sekitar Danau tapi bagian hulu sampai hilir Daerah Aliran Sungai Limboto sudah mengalami kerusakan yang luar biasa. Terkait penyusutan luas Danau Limboto yang makin kritis, hal ini menandakan tingkat pendangkalan yang dialami Danau Limboto akan meninggalkan hamparan tanah atau lahan yang cukup luas, pemanfaatan lahan pada tepi Danau merupakan salah satu penyebab hilangnya vegetasi asli dan rusaknya ekosistem lahan basah, sehingga menyebabkan Danau tidak mampu menahan laju sedimentasi yang dibawa aliran sungai. Menurut data dari Badan Penelitian, Pengembangan dan Pengendalian Dampak Lingkungan (Balitbangpedalda, 2003 : 3), sebagian besar areal wilayah bantaran Danau Limboto saat ini telah digunakan sebagai tempat pemukiman permanen, selain itu pengaplingan tanah yang masih berupa rawa di tepian Danau oleh masyarakat terkadang mempunyai masalah tersendiri yang berkembang di masyarakat karena merasa mempunyai hak kependudukan yang seharusnya menjadi tanah negara. Dimana sejumlah bangunan ibadah atau rumah penduduk yang dibangun di areal bekas genangan air yang sebelumnya masih termasuk

2. Keadaan Sosial dan Ekonomi Salah satu faktor sosial ekonomi adalah faktor penduduk. secara administratif, Danau Limboto dikelilingi oleh 7 kecamatan. Yaitu kecamatan Limboto, Limboto Barat, Telaga, Tilango, Telaga biru dan Batudaa yang merupakan wilayah Kabupaten serta kecamatan Kota Barat yang merupakan wilayah Kota Gorontalo. Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2008 terdapat pada Kecamatan Limboto dengan jumlah penduduk sebanyak 68.314 jiwa.Jumlah penduduk yang tinggal di desa-desa sekitar Danau adalah 50.930 jiwa (sekitar 11%), namun bila dilihat tingkat kepadatan cenderung lebih tinggi, yaitu 542

jiwa/km 2 . Pemanfaatan Danau Limboto pada masa penjajahan Belanda terlihat dengan adanya bangunan pelabuhan dan pasar ikan. Bangunan pelabuhan dan

pasar ikan didirikan tahun 1932 dan digunakan sebagai tempat pelelangan ikan dari Danau Limboto.

Danau Limboto sangat dibanggakan oleh masyarakat Gorontalo disamping sebagai sumber mata pencharian juga merupakan salah satu objek wisata yang memiliki panorama indah, terlebih apabila dilihat dari puncak bukit yang berada di sekelilingnya.Unsur ekosistem lain di luar faktor biotik dan abiotik adalah culture (budaya) yaitu sebaran penduduk, mata pencharian dan pola hidup masyarakat, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dan juga akan mempengaruhi tatanan ekosistem dalam posisi rentan pada suatu Daerah Aliran Sungai. Struktur dan kedinamisan ekosistem merupakan akibat proses perubahan (Suwanto, dkk., 2011 : 53)

3. Permasalahan Ekosistem Danau Menurut Suwanto (2011: 53-55) berdasarkan dari Kementrian Lingkungan Hidup adapun permasalahan yang ada di kawasan Danau Limboto, maka disusun 3. Permasalahan Ekosistem Danau Menurut Suwanto (2011: 53-55) berdasarkan dari Kementrian Lingkungan Hidup adapun permasalahan yang ada di kawasan Danau Limboto, maka disusun