Kontribusi Anak Jalanan Dalam Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontribusi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, yang artinya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri ataupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi maupun tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Contoh lainnya adalah seseorang membayar sejumlah uang untuk dapat mengikuti kegiatan tertentu. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak positif maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh, seseorang melakukan kerja bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasana asri di daerah tempat ia tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang.

Dengan berkontribusi berarti individu tersebut telah terintegrasi dengan komunitas dan lingkungannya. Dengan cara berkontribusi berarti individu tersebut juga berarti berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi dan perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat dan sesuai dengan kompetensi.

Dalam penulisan ini, makna kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seorang anak jalanan yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran serta dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.


(2)

2.2 Anak Jalanan

2.2.1 Pengertian Anak Jalanan

Banyak terdapat penjelasan yang menjelaskan mengenai pengertian anak jalanan, istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika Selatan atau Brazilia yang digunakan bagi kelompok anak-anak yang hidup dijalanan yang umumnya sudah tidak memiliki hubungan dengan keluarganya (PKPA, 2011:4).

Dalam mendefinisikan anak jalanan UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu: Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life, yang artinya bahwa anak jalaan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah dijalan raya.

Sementara, pengertian yang dirumuskan dalam Lokakarya Kemiskinan dan Anak Jalanan yang dilaksanakan oleh Departemen Sosial pada tanggal 25 dan 26 oktober 1995, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalan dan tempat tempat umum lainnya. Definisi tersebut kemudian dikembangkan oleh Ferry Johanes pada seminar tentang pemberdayaan anak jalanan di STKS Bandung pada oktober 1996 yang menyebutkan bahwa anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya dijalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan keluarga ataupun terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua / keluarga (Huraerah,


(3)

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) berkerjasama dengan Balitbangsos Departemen Sosial RI, mendeskripsikan anak jalanan sebagai anak yang sebagian besar waktunya berada dijalanan atau di tempat-tempat umum yang memiliki ciri-ciri yakni berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaraan di jalanan, penampilannya yang kebanyakan kusam dan tidak terurus, serta mobilitasnya tinggi. (http://tkskponorogo.blogspot.com/2010/03/peta-masalah-anak-jalanan-dan.html. Diakses pada 23.00 WIB. 15 juli 2015).

2.2.2 Kategori Anak Jalanan

Terdapat berbagai penjelasan yang menjelaskan mengenai kategori anak jalanan. Dalam (PKPA, 2011:5) pada mulanya terdapat dua kategori anak jalanan, yaitu children on the street dan children of the street. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu children from families of the street.

1. Children on the street ( Anak jalanan yang bekerja dijalan ) yakni anak anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak dijalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat ekonomi keluarganya karena beban atau kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tua. 2. Children of the street ( Anak jalanan yang hidup di jalanan ) yakni

anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan


(4)

orang tua nya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik ataupun seksual.

3. Children from families of the street yaitu anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan . Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dapat didapat dengan mudah ditemukan seperti di kolong jembatan, rumah liar di sepanjang rel kereta api dan sebagainya, walau secara kuantitatif belum diketahui seberapa jumlahnya ( Bagong, 1999 :41-42 )

Kemudian, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia 1999 (dalam Siregar, 2006:24-25) telah membedakan anak jalanan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Anak-anak yang tidak lagi berhubungan dengan orang tua (children of the street) mereka ini telah mempergunakan fasilitas jalanan sebagai ruang lingkupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus. Kelompok ini disebabkan oleh faktor sosial psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan, dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan anak jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.

2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan (children on the street). Mereka sering


(5)

teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi sampai sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka dilingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasib. 3. Anak-anak yang berhubungan langsung dengan orang tua. Mereka tinggal

dengan orang tuanya, bebrapa jam di jalanan karena ajakan dari teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh oleh orang tua. Aktivitas mereka yang paling menyolok adalah berjualan koran.

4. Anak-anak jalanan yang berusia diatas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang lulus SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa (orang tua maupun saudara) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan (kuli panggul), pengasong, pengamen, pengemis, dan pemulung.

2.2.3 Kriteria Anak Jalanan

Berdasarkan data yang dihasilkan melalui survei oleh berbagai lembaga anak diperoleh bahwa anak jalanan memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Usia berkisar antara 6-18 tahun. 2. Intensitas hubungan dengan keluarga.

a. Masih berhubungan maksimal sekali perminggu. b. Sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga. 3. Waktu yang dihabiskan dijalan lebih dari 4 jam sehari. 4. Tempat tinggal :


(6)

b. Tinggal berkelompok dengan teman-temannya. c. Tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap. 5. Tempat anak jalanan sering dijumpai :

a. Pasar.

b. Terminal bus/angkot. c. Stasiun kereta api. d. Taman-taman kota.

e. Perempatan jalan atau di jalan raya. f. Pusat perbelanjaan atau mall. g. Kendaraan umum (ngamen). h. Tempat pembuangan sampah. 6. Aktivitas anak jalanan :

a. Menyemir sepatu. b. Mengasong.

c. Menjadi calo secara teratur minimal bertemu sekali setiap hari. d. Frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat minimal. e. Menjajakan majalah/Koran.

f. Mengelap mobil. g. Mencuci kendaraan. h. Menjadi pemulung. i. Menjadi kuli angkot. j. Menyewakan payung. k. Mengamen.


(7)

7. Sumber dana dalam melakukan kegiatan : a. Modal sendiri.

b. Modal kelompok. c. Modal majikan/patron d. Stimulasi/bantuan 8. Permasalahan Anak Jalanan :

a. Korban eksploitasi pekerjaan dan seks. b. Rawan kecelakaan lalu lintas.

c. Ditangkap petugas. d. Konflik dengan anak lain. e. Terlibat tindakan kriminal.

f. Ditolak masyarakat di lingkungannya. 9. Kebutuhan anak jalanan :

a. Aman dalam keluarga. b. Bantuan usaha.

c. Pendidikan bimbingan keluarga. d. Gizi dan kesehatan.

e. Hubungan harmonis dengan orangtua, keluarga dan masyarakat (Nurdin:1989).


(8)

Untuk mempermudah pemahaman atas konsep anak jalanan, berikut tabel karakteristik anak jalanan:

Tabel 2.1

Karakteristik Anak Jalanan Faktor Pembeda Hidup Dijalanan Bekerja di

Jalanan

Rentan Menjadi Anak Jalanan

Lama di jalan 24 jam 7-12 jam 4-6 jam

Hubungan dengan Keluarga

Putus hubungan Tidak teratur pulang ke rumah

Masih tinggal bersama orang tua Tempat tinggal Di jalanan Mengontrak

(Bersama-sama)

Bersama keluarga

Pendidikan Tidak sekolah Tidak sekolah Masih sekolah Sumber: PKPA 2011

2.2.4 Faktor-Faktor Keberadaan Anak Jalanan

Pada awal kajian tentang anak jalanan, persoalan kemiskinan ekonomi keluarga sering disebut sebagai penyebab utama munculnya anak jalanan. Belakangan statement ini mulai diperdebatkan, karena tidak semua keluarga miskin menghasilkan anak jalanan. Kemiskinan kemudian dipandang sebagai salah satu faktor beresiko yang memunculkan anak jalanan tetapi bukan satu-satunya. Ada variabel lain yang saling merajut, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perpecahan dalam keluarga, atau pengaruh lingkungan (YLPS Humana, 2004:14).


(9)

Sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak terjerumus dalam kehidupan dijalanan, seperti : kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan keluarga, orang tua dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua. Kombinasi dari factor-faktor yang ada ini sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri dijalanan. Kadangkala pengaruh teman atau kerabat juga menentukan keputusan untuk hidup di jalanan. Pada batas-batas tertentu memang tekanan kemiskinan merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup di jalanan. Kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan sendiri, melainkan sekitar 60% diantaranya karena dipaksa oleh orang tua nya (Bagong, 1999:48)

Menurut Surjana (dalam Siregar, 2006: 26) menyebutkan bahwa faktor yang mendorong anak menjadi anak jalanan terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu :

1. Tingkat Mikro ( immediate cause ) yaitu faktor yang berhubungan antara anak dengan keluarga. Sebab-sebab yang bisa di identifikasikan dari anak adalah anak lari dari rumah, sebagai contoh anak yang hidup dengan orang tua nya akan tetapi mendapat perlakuan kekerasan seperti ditampar, di pukul, dan mendapatkan kekerasan akibat kesalahan yang kecil. Jika sudah melampaui batas toleransi anak, maka anak cendrung memilih keluar dari rumah dan memilih untuk hidup di jalanan, disuruh bekerja dengan kondisi masih sekolah ataupun sudah tidak sekolah, dalam rangka bertualang, bermain-main atau diajak teman. Sebab-sebab yang berasal


(10)

dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, kondisi psikologis seperti ditolak orang tua, salah perawatan dari orang tua sehingga mengalami kekerasan dirumah (child abuse), kesulitan berhubungan dengan keluarga karena terpisah dengan orang tua. Permasalahan yang timbul dari anak maupun keluarga ini satu sama lainnya saling berkaitan.

2. Messo ( Underlying Cause ) yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur masyarakat (struktur disini dianggap sebagai kelas dari masyarakat, dimana masyarakat terbagi menjadi masyarakat kaya dan miskin, bagi kelompok masyarakat miskin anak akan diikut sertakan dalam menambah penghasilan keluarga). Sebab-Sebab yang dapat di identifikasi adalah pada kelompok masyarakat miskin, anak-anak adalah asset untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga, oleh karena itu anak-anak diajarkan untuk bekerja, pergi ke kota untuk bekerja adalah sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat miskin dewasa maupun anak-anak (urbanisasi)

3. Makro ( Basic Cause ) yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur masyarakat, (struktur disini dianggap memiliki status sebab akibat yang sangat menentukan, dalam hal ini sebab banyak waktu di jalanan, akibatnya banyak uang). Sebab yang dapat di identifikasi secara ekonomi adalah membutuhkan modal dan keahlian besar. Untuk memperoleh uang yang lebih banyak mereka harus lama bekerja dijalanan dan harus meninggalkan bangku sekolah.


(11)

Dalam Pandangan Soetarso bahwa dampak krisis moneter dan ekonomi dalam kaitannya dengan keberadaan anak-anak jalanan adalah :

1. Orang tua mendorong anak untuk bekerja membantu ekonomi keluarga. 2. Kasus kekerasan dan perlakuan salah yang dilakukan oleh orang tua

terhadap anak semakin meningkat, sehingga anak memilih hidup di jalanan.

3. Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membiayai uang sekolah.

4. Semakin banyak anak hidup dijalanan karena biaya sewa rumah / kontrak meningkat.

5. Timbul persaingan dengan pekerja dewasa di jalanan, sehingga anak terpuruk melakukan pekerjaan berisiko tinggi terhadap keselamatannya dan eksploitasi anak oleh orang dewasa dijalanan.

6. Anak menjadi lebih lama dijalanan sehingga mengundang masalah lain. 7. Anak jalanan menjadi korban pemerasan, dan mengalami eksploitasi

seksual terutama anak jalanan perempuan ( Huraerah, 2006 : 78 ).

2.2.5 Resiko Anak Jalanan

Menjadi anak jalanan selalu penuh dengan resiko. Resiko tersebut ada yang ditimbulkan oleh relasi anak dengan lingkungan fisik (spasial), relasi anak dengan lingkungan sosial budaya, atau relasi anak dengan struktur atau aparatus kekuasaan. Dengan demikian ruang-ruang publik perkotaan dengan segala macam interaksi yang terjadi di dalamnya selalu berpotensi mengancam keselamatan anak-anak yang banyak menghabiskan waktu di dalamnya. Sejauh ini ada


(12)

beberapa macam resiko yang dialami anak jalanan, antara lain: korban operasi tertib sosial, korban kekerasan orang dewasa, kehilangan pengasuhan, resiko penyakit, kehilangan kesempatan pendidikan, eksploitasi seksual dan berkonflik dengan hukum (YLPS Humana, 2004:24).

Darwansyah (2012), menyebutkan akibat yang ditimbulkan bagi sang anak di jalanan adalah:

1. Perkembangan dan pembentukan kepribadian anak tidak berjalan dengan baik karena secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras, sehingga hal ini akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian sang anak.

2. Anak-anak jalanan pada umumnya menjadi pribadi yang introvert (tidak terbuka), cenderung sukar mengendalikan diri, dan lebih bersifat asosial. 3. Bagi anak jalanan perempuan seringkali mereka dijadikan sebagai tempat

pelampiasan kebutuhan seksual para preman (lelaki dewasa yang sama-sama tinggal di jalanan), atau bahkan mereka dijual sebagai pelacur. 4. Menjadi subjek dan objek kriminalitas. Seorang anak jalan seringkali

dimanfaatkan oleh para preman untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dengan cara yang tidak benar seperti mencurui dan merampas. Dan kadang-kadang anak jalanan yang tidak patuh dengan orang yang menyuruhnya bisa menerima perlakuan kriminal seperti dipukul dan dianiaya atau bahkan diperkosa bagi anak jalanan perempuan.


(13)

5. Kehidupan masa depan sang anak tidak terjamin karena tidak dibekali oleh pengetahuan dan keterampilan yang cukup ketika masih kecil. Bahkan dapat dikatakan anak-anak jalanan itu tidak mempunyai masa depan. Selamanya mereka akan berada di jalanan dan akan sulit sekali bagi mereka untuk keluar dari kehidupan jalanan.

6. Pendidikan formal sang anak tidak maksimal karena mereka mungkin lebih memilih untuk berada di jalanan daripada di sekolah dengan berbagai alasan.

2.3 Keluarga

Secara umum keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan, atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Menurut Ernest Burgess keluarga adalah sekelompok manusia yang disatukan oleh jalinan perkawinan, darah, adopsi yang membentuk sebuah rumah tangga, berinteraksi, berkomunikasi dalam aturan sosial mereka (suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, kakak dan adik) dan menciptakan serta mengembangkan suatu kultur (Burges dalam Su’adah. 2005: 26).

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak pasal 1 ayat 3 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai dengan derajat ketiga.


(14)

Keluarga adalah sutau kelompok yang terdiri atas seorang pria dan wanita serta anak-anaknya yang masih bergantung padanya yang terikat oleh perkawinan atau hubungan darah. Keluarga merupakan sumber keamanan dan sumber perlindungan, karena didalam keluaraga orang tua merupakan sumber pertama kesejahteraan jasmani dan rohani bagi anak. Orang tua memberi cinta kasih kepada anak-anaknya dengan segala apa yang dibutuhkan (Taryati. 1999: 32).

2.3.1 Ciri Struktur Keluarga

Menurut Anderson Carter yang merupakan ciri-ciri struktur keluarga adalah sebagai berikut:

1. Terorganisasi yaitu saling berhubungan, ketergantungan antara anggota keluarga.

2. Ada keterbatasan yaitu setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

2.3.2 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarag, kelompok, dan masyarakat. berbagai peranan yang terdapat didalam


(15)

1. Peranan Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarkat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarkat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan.

3. Peranan Anak

Anak-anak dalam melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.3.3 Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dijalankan oleh keluarga, yaitu:

1. Fungsi pendidikan, dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

2. Fungsi sosialisasi anak, dimana hal ini tugas keluarga adalah mempersiapkan anak menjadi anggota masyarkat yang baik.


(16)

3. Fungsi perlindungan, dalam hal ini keluarga bertugas melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.

4. Fungsi perasaan, dalam hal ini keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah dunia ini. 5. Fungsi ekonomi, dimana tugas kepala keluarga dalam fungsi ekonomi

adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain. Kepala keluarga bertujuan untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan tersebut, sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

6. Fungsi rekreatif, dimana fungsi keluarga dalam hal ini adalah harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana berusaha untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan didalam rumah dengan cara menonton televisi bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing dan sebagainya.

7. Fungsi biologis, dimana dalam hal ini fungsi keluarga yaitu meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.

8. Fungsi kasih sayang, dimana dalam hal ini keluarga memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara anggota keluarga serta membina kepribadian anggota keluarga.


(17)

2.4 Sosial Ekonomi

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistim pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotanya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat ketika itu.

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto “ Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam suatu ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya akan rusak ” (Soekanto, 1990 : 48).

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaiu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.


(18)

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dangan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990 : 35). Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Menurut Melly G. Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari

Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly dalam Susanto, 1984: 120).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi hidupnya.


(19)

2.4.1 Pendapatan

Ilmu ekonomi mengenal istilah pendapatan yang terdiri atas : a. Pendapatan Berupa Uang

1. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi atau penjualan dari kerajinan rumah.

2. Hasil investasi yakni pendapatan yang di peroleh dari hak milik tanah. 3. Keuntungan sosial yakni pendapatan yang di peroleh dari kerja sosial. b. Pendapatan berupa barang.

1. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentuk dalam beras, pengobatan dan transportasi, pemukiman dan rekreasi.

2. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian barang yang diproduksi dirumah atau di sewa yang seharusnya di keluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.

3. Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu pengambilan tabungan penjualan barang yang dipakai, penagihan piutang, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah/pemberian, warisan atau menang judi (Sumardi, 1985: 45).

2.4.2 Pangan

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan


(20)

bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan : a. Pangan Segar

Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar.

b. Pangan Olahan

Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.

c. Pangan siap saji

Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan

(http://waraslove.blogspot.com/2009/02/pengertian-pangan.html)

2.4.3 Pendidikan

Menurut Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


(21)

2.4.3.1 Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

3. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang harus dilaksanakan selama 9 (Sembilan) tahun sebelumnya.

4. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA.


(22)

2.4.3.2 Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara SMP) Paket C (Setara SMA).

3. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri

(http://kavie-design.indonesianforum.net/pendidikan-f5/pengertian-pendidikan-t8.htm).


(23)

2.4.4 Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, menyatakan bahwa :

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.


(24)

2.4.5 Perumahan

Menurut Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman, perumahan adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaaan keluarga.

Tiga fungsi utama yg terkandung dalam sebuah rumah, yaitu :

1. Sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah.

2. Sebagai penunjang kesehatan (opportinity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi.

3. Sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah.

2.5 Kesejahteraan Sosial

Dalam sistem kenegaraan Indonesia, Konsep kesejahteraan sosial terdapat dalam Undang-Undang Kesejahteraan Sosial Nomor 11 tahun 2009, pasal satu yang menyebutkan bahwa kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritiual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Menurut Walter Freidlander (1961), kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan sepenuh mungkin dan


(25)

meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat (Muhidin, 2007: 1).

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi ataupun kehidupan spiritual sehingga dapat hidup sebagai manusia yang berharkat dan bermartabat.

2.6 Kerangka Pemikiran

Ada banyak faktor yang menyebabkan anak mulai bekerja dijalanan atau terpaksa bekerja pada usia dini. Studi tentang pekerja anak di Indonesia sebagian besar menemukan bahwa penyebab anak sampai terlibat dalam kegiatan produktif berkaitan erat dengan alasan ekonomi keluarga atau karena tekanan kemiskinan.

Kehidupan keluarga atau orang tua yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya akibat tekanan kemiskinan memaksa anak untuk turut bekerja membantu menghidupi ekonomi keluarga. Anak-anak dari keluarga miskin terutama di daerah perkotaan terpaksa harus bekerja, baik membantu pekerjaan orang tua ataupun mencari pekerjaan sendiri di luar rumah dan jalanan termasuk merupakan alternatif yang dipilih oleh anak untuk bekerja.

Hal ini tentu perlu mendapat perhatian dari semua pihak terhadap kontribusi yang diberikan anak jalanan yang berupa peningkatan sosial ekonomi. Dalam hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam peningkatan pendapatan, kesehatan, pangan, pendidikan dan perumahan keluarga tersebut.


(26)

Dilihat dari kondisi-kondisi tersebut maka diperlukan suatu penelitian. Sebab apabila ternyata anak jalanan tersebut tidak memberikan kontribusi maka tentunya anak tidak perlu berada dijalanan untuk membantu perekonomian keluarga. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah bagan alur pemikiran :

Bagan Alur Pemikiran

KONTRIBUSI ANAK JALANAN

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

PERUMAHAN PENDIDIKAN

PENDAPATAN PANGAN


(27)

2.7 Definisi Konsep dan Definisi Opersional 2.7.1 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah pengertian makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek penelitian. Dengan kata lain penulis berupaya membawa para pembaca bahwa hasil penelitian ini untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh penulis. Jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (siagian, 2011:138)

Untuk memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka penulis membatasi konsep-konsep sebagai berikut :

1. Kontribusi ialah sumbangan yang diberikan seseorang atau individu maupun kelompok yang bersifat riil yang bertujuan untuk melihat dampak dan pengaruhnya kepada individu maupun kelumpok lainnya.

2. Anak Jalanan adalah anak yang menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk beraktivitas di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya, seperti terminal bis, stasiun kereta api, pasar tempat hiburan, pusat perbelanjaan, atau taman kota.

3. Kehidupan Sosial Ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan mencukupi kebutuhan hidupnya.


(28)

4. Keluarga adalah unsur terkecil dalam suatu kelompok sosial masyarakat yang terdiri dari Ayah, ibu, beserta anak-anak yang berhubungan dengan anggota keluarga.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kontribusi anak jalanan dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung adalah sumbangan yang diberikan oleh anak jalanan yang bersifat riil kepada keluarga anak jalanan itu sendiri yang dapat dilihat dari tingkat sosial ekonomi keluarga yang diukur dari keadaan pendidikan, perumahan, kesehatan, pendapatan dan pangan keluarganya.

2.7.2 Definisi Operasional

Perumusan definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka. Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variable dapat diukur (Siagian, 2011: 141)

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :

1. Kontribusi yang indikatornya adalah : Ada atau tidaknya kontribusi dalam hal pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi keluarga.


(29)

2. Anak jalanan yang indikatornya diukur melalui :

a. Aktivitas Pekerjaan. Aktivitas pekerjaan diukur dari jenis pekerjaan yang dilakukan.

b. Waktu dalam bekerja. Waktu dalam bekerja diukur dari lamanya menjalani pekerjaan dan lamanya bekerja dalam sehari.

c. Motif untuk berkerja. Motif untuk bekerja diukur dari alasan mengapa menekuni pekerjaan.

d. Modal yang digunakan. Modal yang digunakan diukur dari dana awal yang digunakan untuk bekerja.

e. Pendapatan yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh diukur dari seberapa banyak yang didapat dalam jangka waktu satu hari.

3. Kehidupan Sosial ekonomi keluarga yang indikatornya diukur melalui : a. Kondisi Kesehatan. Kondisi kesehatan diukur dari tempat mengobati

penyakit dan sumber biaya untuk mengobati penyakit.

b. Kondisi Perumahan. Kondisi perumahan diukur dari status kepemilikan rumah, sumber utama kebutuhan air bersih dan sumber penerangan.

c. Kondisi Pendidikan. Kondisi Pendidikan diukur dari sumber biaya pendidikan dan jenjang pendidikan yang ditempuh.

d. Kondisi Pendapatan. Kondisi Pendapatan diukur dari jenis mata pencaharian dan besarnya jumlah pendapatan.

e. Kondisi Pangan. Kondisi pangan diukur dari intensitas makan dalam satu hari.


(1)

2.4.5 Perumahan

Menurut Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman, perumahan adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaaan keluarga.

Tiga fungsi utama yg terkandung dalam sebuah rumah, yaitu :

1. Sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah.

2. Sebagai penunjang kesehatan (opportinity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi.

3. Sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah.

2.5 Kesejahteraan Sosial

Dalam sistem kenegaraan Indonesia, Konsep kesejahteraan sosial terdapat dalam Undang-Undang Kesejahteraan Sosial Nomor 11 tahun 2009, pasal satu yang menyebutkan bahwa kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritiual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Menurut Walter Freidlander (1961), kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan sepenuh mungkin dan


(2)

meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat (Muhidin, 2007: 1).

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi ataupun kehidupan spiritual sehingga dapat hidup sebagai manusia yang berharkat dan bermartabat.

2.6 Kerangka Pemikiran

Ada banyak faktor yang menyebabkan anak mulai bekerja dijalanan atau terpaksa bekerja pada usia dini. Studi tentang pekerja anak di Indonesia sebagian besar menemukan bahwa penyebab anak sampai terlibat dalam kegiatan produktif berkaitan erat dengan alasan ekonomi keluarga atau karena tekanan kemiskinan.

Kehidupan keluarga atau orang tua yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya akibat tekanan kemiskinan memaksa anak untuk turut bekerja membantu menghidupi ekonomi keluarga. Anak-anak dari keluarga miskin terutama di daerah perkotaan terpaksa harus bekerja, baik membantu pekerjaan orang tua ataupun mencari pekerjaan sendiri di luar rumah dan jalanan termasuk merupakan alternatif yang dipilih oleh anak untuk bekerja.

Hal ini tentu perlu mendapat perhatian dari semua pihak terhadap kontribusi yang diberikan anak jalanan yang berupa peningkatan sosial ekonomi. Dalam hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam peningkatan pendapatan, kesehatan, pangan, pendidikan dan perumahan keluarga tersebut.


(3)

Dilihat dari kondisi-kondisi tersebut maka diperlukan suatu penelitian. Sebab apabila ternyata anak jalanan tersebut tidak memberikan kontribusi maka tentunya anak tidak perlu berada dijalanan untuk membantu perekonomian keluarga. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah bagan alur pemikiran :

Bagan Alur Pemikiran

KONTRIBUSI ANAK JALANAN

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA

PERUMAHAN PENDIDIKAN

PENDAPATAN PANGAN


(4)

2.7 Definisi Konsep dan Definisi Opersional 2.7.1 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah pengertian makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek penelitian. Dengan kata lain penulis berupaya membawa para pembaca bahwa hasil penelitian ini untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh penulis. Jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (siagian, 2011:138)

Untuk memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka penulis membatasi konsep-konsep sebagai berikut :

1. Kontribusi ialah sumbangan yang diberikan seseorang atau individu maupun kelompok yang bersifat riil yang bertujuan untuk melihat dampak dan pengaruhnya kepada individu maupun kelumpok lainnya.

2. Anak Jalanan adalah anak yang menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk beraktivitas di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya, seperti terminal bis, stasiun kereta api, pasar tempat hiburan, pusat perbelanjaan, atau taman kota.

3. Kehidupan Sosial Ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan mencukupi kebutuhan hidupnya.


(5)

4. Keluarga adalah unsur terkecil dalam suatu kelompok sosial masyarakat yang terdiri dari Ayah, ibu, beserta anak-anak yang berhubungan dengan anggota keluarga.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kontribusi anak jalanan dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga di Kelurahan Bantan Timur Kecamatan Medan Tembung adalah sumbangan yang diberikan oleh anak jalanan yang bersifat riil kepada keluarga anak jalanan itu sendiri yang dapat dilihat dari tingkat sosial ekonomi keluarga yang diukur dari keadaan pendidikan, perumahan, kesehatan, pendapatan dan pangan keluarganya.

2.7.2 Definisi Operasional

Perumusan definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi konsep. Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka. Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variable dapat diukur (Siagian, 2011: 141)

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut :

1. Kontribusi yang indikatornya adalah : Ada atau tidaknya kontribusi dalam hal pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi keluarga.


(6)

2. Anak jalanan yang indikatornya diukur melalui :

a. Aktivitas Pekerjaan. Aktivitas pekerjaan diukur dari jenis pekerjaan yang dilakukan.

b. Waktu dalam bekerja. Waktu dalam bekerja diukur dari lamanya menjalani pekerjaan dan lamanya bekerja dalam sehari.

c. Motif untuk berkerja. Motif untuk bekerja diukur dari alasan mengapa menekuni pekerjaan.

d. Modal yang digunakan. Modal yang digunakan diukur dari dana awal yang digunakan untuk bekerja.

e. Pendapatan yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh diukur dari seberapa banyak yang didapat dalam jangka waktu satu hari.

3. Kehidupan Sosial ekonomi keluarga yang indikatornya diukur melalui : a. Kondisi Kesehatan. Kondisi kesehatan diukur dari tempat mengobati

penyakit dan sumber biaya untuk mengobati penyakit.

b. Kondisi Perumahan. Kondisi perumahan diukur dari status kepemilikan rumah, sumber utama kebutuhan air bersih dan sumber penerangan.

c. Kondisi Pendidikan. Kondisi Pendidikan diukur dari sumber biaya pendidikan dan jenjang pendidikan yang ditempuh.

d. Kondisi Pendapatan. Kondisi Pendapatan diukur dari jenis mata pencaharian dan besarnya jumlah pendapatan.

e. Kondisi Pangan. Kondisi pangan diukur dari intensitas makan dalam satu hari.