FAKTOR - FAKTOR PRODUKSI YANG BERPENGARUH TERHADAP VOLUME PRODUKSI SEDOTAN PADA PT. HAMPARAN PLASTINDO RAYA DI SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

RACHMAD SHOLEH AMIN

0742010011

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

SURABAYA

2011


(2)

HAMPARAN PLASTINDO RAYA DI SURABAYA

Disusun Oleh :

RACHMAD SHOLEH AMIN

0742010011

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Lisa Sulistyawati Ir.M.M

NIP: 195802231987032001

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi

NIP.195507181983022001


(3)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan hidayah-Nya penulis berhasil dalam menyusun skripsi yang berjudul

“Faktor - Faktor Produksi yang Berpengaruh Terhadap Volume Produksi

Sedotan pada PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi

oleh seluruh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik salah satunya

adalah jurusan Ilmu Administrasi Bisnis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lisa Sulistyawati Ir, M.M

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan saran sehingga

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan

kepada :

1.

Ibu Hj. Suparwati, Dra. M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Drs. Nurhadi, M.Si selaku PLH Ketua program studi Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Kepada bapak-ibu dosen Ilmu Administrasi Bisnis yang turut memberikan

ilmu.


(4)

5.

Kedua Orang Tua yang selalu memberi dukungan dan semangat serta

memberikan pengorbanan materi dan moril dan selalu berdoa untuk

kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna

bagi semua pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari jika penyusunan

skrpsi ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran

yang dapat membangun untuk menyempurnakan laporan ini pada waktu yang

akan datang.

Surabaya, Mei 2011

Penulis


(5)

KATA PENGANTAR ……… .. ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ………. ix

BAB I

PENDAHULUAN ...

1

1.1

Latar Belakang ...

1

1.2

Perumusan Masalah ...

4

1.3

Tujuan Penelitian ...

5

1.4

Manfaat Penelitian ...

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

7

2.1

Landasan Teori ...

7

2.1.1

Pengertian Manajemen Produksi ...

7

2.1.2

Tujuan Manajemen Produksi ...

8

2.1.3

Ruang Lingkup Manajemen Produksi ...

9

2.1.4

Produksi ... 11

2.1.4.1 Pengertian Produksi ... 11

2.1.4.2 Jenis-Jenis Produksi ... 12

2.1.4.3 Faktor-Faktor Produksi ... 15

2.1.5

Volume Produksi ... 16

2.1.5.1 Pengertian Volume Produksi ... 16


(6)

2.1.6.1.2 Jenis-Jenis Persediaan ... 20

2.1.6.1.3 Faktor-Faktor Persediaan ... 21

2.1.6.2 Pengertian Tenaga Kerja ... 23

2.1.6.2.1 Pengendalian Tenaga kerja ... 24

2.1.6.2.2 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja .... 26

2.1.6.2.3 Pengolahan Tenaga Kerja ... 28

2.1.6.2.4 Sistem Upah Tenaga Kerja ………. 29

2.1.6.2.5 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap

Volume Produksi ... 30

2.1.6.3 Jam Kerja Mesin ... 31

2.1.6.3.1 Jenis-Jenis Mesin ... 33

2.1.6.3.2 Jam Henti Mesin ... 34

2.1.6.3.3 Tujuan Utama Pemeliharaan

Mesin ... 35

2.1.6.3.4 Jenis-Jenis Pemeliharaan Mesin ... 36

2.1.6.3.5 Syarat-Syarat Pemeliharaan Mesin

Dapat Efisien ... 41

2.2

Kerangka Berpikir ... 43


(7)

3.2 Populasi dan Sampel ... 47

3.2.1 Populasi ... 47

3.2.2. Sampel ... 47

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.3.1 Jenis Data ... 47

3.3.2 Sumber Data ... 48

3.3.3 Pengumpulan Data ... 48

3.4 Uji Asumsi Klasik ... 48

3.5 Teknik Analisis Data Dan Uji Hipotesis .………. 51

3.5.1 Teknik Analisis Data ……… 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 57

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………. 57

4.1.1 Sejarah Perusahaan ………. 57

4.2 Visi dan Misi PT. Hamparan Plastindo Raya ………. 58

4.2.1 Visi PT. Hamparan Plastindo Raya ……… 58

4.2.2 Misi PT. Hamparan Plastindo Raya ……… 58

4.3 Struktur Organisasi ………. 59

4.4 Tujuan Perusahaan ……….. 63

4.4.1 Tujuan jangka pendek ………. 64

4.4.2 Tujuan jangka panjang ……… 64


(8)

4.6 Deskripsi Hasil Penelitian ………... 68

4.6.1 Jumlah Bahan Baku (X1) ……… 68

4.6.2 Upah Tenaga Kerja (X2) ………. 70

4.6.3 Jam Henti Mesin (X

3

) ………. 71

4.6.4 Volume Produksi (Y) ……….. 73

4.6.5 Analisa Data dan Uji Hipotesa ……… ... 75

4.6.6 Uji Hipotesis Secara Simultan ………. .. 81

4.6.7 Uji Hipotesis Secara Parsial ……… 83

4.7 Pembahasan hasil Penelitian ………... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 93

5.1 Kesimpulan ………. 93

5.2 Saran ………... 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 43

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Hamparan Plastindo Raya ……… 60

Gambar 4.2 Aliran Proses Produksi Sedotan ……….. 66

Gambar 4.3 Kurva Statistik Durbin Waston ………... 77

Gambar 4.4 Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara

Simultan atau Keseluruhan ……….. 82

Gambar 4.5 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Jumlah

Bahan Baku (X

1

) terhadap Volume Produksi Sedotan

Pada PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya (Y) ………. 85

Gambar 4.6 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Upah

Tenaga Kerja (X2) terhadap Volume Produksi Sedotan

Pada PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya (Y) ... 87

Gambar 4.7 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Jam

Henti Mesin (X

3

) terhadap Volume Produksi Sedotan Pada

PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya (Y) …...

89


(10)

No

Judul

Halaman

Tabel 1. Data Jumlah Bahan Baku PT. Hamparan Plastindo Raya …………

69

Tabel 2. Data Upah Tenaga Kerja PT. Hamparan Plastindo Raya ………….

70

Tabel 3. Data Jam Henti Mesin PT. Hamparan Plastindo Raya ……….

72

Tabel 4. Data Volume Produksi PT. Hamparan Plastindo Raya ………. 74

Tabel 5. Hasil Uji Multikolinear (dengan tiga variable) ……….. 76

Tabel 6. Heterodastisitas dengan Korelasi Rank Spearmean Korelasi ……… 78

Tabel 7. Analisis Varian (ANOVA) ………. 79

Tabel 8. Hasil Analisis Variabel Jumlah Bahan Baku, Upah Tenaga Kerja


(11)

0742010011

ABSTRAKSI

PT. Hamparan Plastindo Raya merupakan perusahaan industri manufakturing yang

melakukan proses produksi menghasilkan produk jadi yang berupa sedotan. PT. Hamparan

Plastindo Raya terus mengadakan inovasi terhadap produk – produknya. Akan tetapi pada

bulan februari tahun 2011 rencana produksi yang telah dibuat tidak dapat terpenuhi, hal ini

dapat kita lihat dari volume produksi sedotan selama satu bulan pada tahun 2011. Untuk itu

perusahaan harus memperhatikan masalah – masalah yang berhubungan dengan proses

produksi, agar proses produksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh secara simultan yaitu pengaruh jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, dan jam

henti mesin terhadap volume produksi sedotan, serta untuk mengetahui secara parsial yaitu

pengaruh jumlah bahan baku terhadap volume produksi, pengaruh upah tenaga kerja terhadap

volume produksi, dan pengaruh jam henti mesin terhadap volume produksi pada PT.

Hamparan Plastindo Raya di Surabaya.

Populasi dalam penelitian ini adalah data jumlah bahan baku, data upah tenaga kerja,

data jam henti mesin dan data volume produksi sedotan pada PT. Hamplastindo Raya selama

satu bulan di tahun 2011 dengan menggunakan teknik kuota. Untuk menjawab perumusan

masalah, tujuan, dan hipotesis penelitian, analisis yang digunakan adalah analisis regresi

linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil uji simultan adalah jumlah bahan

baku, upah tenaga kerja, dan jam henti mesin memiliki pengaruh secara signifikan atau nyata

terhadap volume produksi sedotan. Dan hasil uji parsial adalah jumlah bahan baku memiliki

pengaruh secara signifikan atau nyata terhadap volume produksi, upah tenaga kerja tidak

memiliki pengaruh secara signifikan atau nyata terhadap volume produksi, dan jam henti

mesin memiliki pengaruh secara signifikan atau nyata terhadap volume produksi sedotan.

Kata Kunci : Jumlah Bahan Baku, Upah Tenaga Kerja, Jam Henti Mesin dengan

Volume Produksi


(12)

RACHMAD SHOLEH AMIN

0742010011

ABSTRACT

PT. Overlay Plastindo Raya is a company manufacturing industries which make the

production process to produce finished products in the form of a straw. PT. Overlay Plastindo

Kingdom continue to innovate on products - products. However, in February 2011 production

plan that has been made can not be met, this can be seen from the volume production of

straw for a month in 2011. For that companies should pay attention to problems - problems

associated with the production process, for the production process can take place effectively

andefficiently.

Based on the description above, the purpose of this study was to determine the effect of

simultaneous influence of the amount of raw materials, labor wages, and hours of stopping

the machine to the production volume straws, and to know the partial namely the influence of

raw materials to production volume, the influence of wage labor to volume production, and

the effect stopping the machine clock to volume production of PT. Overlay Plastindo

Kingdom in Surabaya.

The population in this study is the data amount of raw materials, labor data, data at stopping

the machine and data volumes straw production at PT. Hamplastindo Kingdom for one month

in the year 2011 by using quotas. To answer the problem formulation, objectives and research

hypothesis, the analysis used was multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that the results of simultaneous tests is the number of raw

materials, labor wages, and hours of stopping the machine has a significant effect or

significant effect on production volume straws. And the results of the partial test is the

amount of raw materials has a significant effect or significant effect on the volume of

production, wage labor has no significant effect or significant effect on production volumes,

and hours of stopping the machine has a significant effect or significant effect on production

volume straws

Key word : raw materials, labour wages, hours of stopping the machine on production

volume straws


(13)

1.1 Latar belakang

Perekonomian suatu Negara mempunyai pengaruh terhadap dunia usaha, berkaitan dengan teknologi yang digunakan didalam menciptakan produk, semakin tinggi pendapatan konsumen akan mempunyai pola konsumsi yang semakin tinggi dan semakin rendah pendapatan konsumen akan mempunyai pola konsumsi yang semakin rendah sehingga menimbulkan perbedaan. Pola konsumsi yang berbeda-beda akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. Perusahaan yang mempunyai skala ekonomi kecil harus mampu menciptakan suatu produk yang dapat diterima oleh konsumen baik mempunyai pola konsumsi tinggi maupun pola konsumsi rendah.

Perusahaan dalam menciptakan suatu produk yang dapat diterima oleh konsumen harus mampu menciptakan produk sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen, karena produk merupakan unsur yang sangat penting, melalui produk yang diterima konsumen .

Produk yang berkualitas yang diciptakan melalui proses produksi sangat penting mempertimbangkan faktor-faktor produksi yang digunakan, yang meliputi bahan baku, mesin, tenaga kerja.

Bahan baku merupakan faktor produksi utama yang sangat penting dalam produksi, artinya bila suatu proses produksi sedang berlangsung dan


(14)

ketersediaan bahan baku tidak memadai yang disebabkan oleh keterlambatan pembuatan bahan baku utama serta keterlambatan pengiriman bahan baku dari suplier maka akan mengakibatkan proses produksi terhenti sehingga perusahaan tidak mampu memenuhi volume produksi yang diinginkan. Kualitas bahan baku akan menentukan kualitas produk sehingga perusahaan didalam menciptakan produk harus mempertimbangkan kualitas dari bahan baku, jika kualitas bahan baku yang digunakan mempunyai kualitas yang rendah maka produk yang diciptakan memiliki kualitas yang rendah.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting, karena tenaga kerja itu faktor yang mengkoordinir faktor produksi yang lain, yang meliputi penggunaan bahan baku, mesin dan faktor produksi lain. Didalam hal penggunaan tenaga kerja agar mampu melakukan koordinasi penggunaan faktor-faktor produksi dalam aktivitas produksi perusahaan harus mempertimbangkan kuantitas atau jumlah tenaga kerja digunakan serta kualitas atau kemampuan, keahlian dari tenaga kerja tersebut. Penggunaan tenaga kerja secara kuantitas dan kualitas akan terkait dengan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan yang meliputi upah tetap dan insentif. Upah dan insentif yang diberikan harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian tenaga kerja, semakin tinggi kemampuan dan keahlian tenaga kerja akan semakin tinggi upah dan insentif yang diterima sehingga akan semakin berkualitas dalam melaksanakan aktivitas produksi.


(15)

Mesin sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai peranan penting didalam menciptakan produk, karena mesin merupakan teknologi yang dapat menentukan kualitas dan kapasitas produk yang dihasilkan, artinya jika dalam proses produksi digunakan teknologi atau mesin yang handal yaitu mampu bekerja secara terus-menerus dengan kerusakan mesin yang minimal sehingga meminimalkan terjadinya down time, dan dapat menghasilkan produk sesuai yang diharapkan. Kualitas dan kuantitas mesin dalam proses produksi menentukan produk yang dihasilkan, jika dalam proses produksi sering terjadi down time (jam henti mesin akibat intervensi pekerjaan) dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan berkurangnya volume produksi, jika dalam proses produksi tidak sering terjadi jam henti mesin (down time) maka proses produksi akan meningkat pula.

PT. Hamparan Plastindo Raya merupakan perusahaan industri manufacturing yang melakukan proses produksi menghasilkan produk jadi yang berupa sedotan, dengan menggunakan faktor produksi bahan baku, tenaga kerja, dan mesin. Kapasitas sedotan sebagai volume produksi sangat ditentukan oleh jumlah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi jika bahan baku ditambah akan mengakibatkan bertambahnya volume sedotan, tenaga kerja yang meliputi upah tenaga kerja akan menyebabkan kualitas pekerjaan semakin baik sehingga akan menambah volume sedotan demikian juga mesin yang meliputi jam henti mesin, jika


(16)

jam henti mesin yang digunakan semakin jarang terjadi akan menyebabkan volume produksi semakin bertambah.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut peneliti akan melakukan penelitian terhadap masalah volume produksi, jumlah bahan baku, upah tenaga kerja dan jam henti mesin pada PT. Hamparan Plastindo Raya dengan judul “Faktor - Faktor Produksi yang Berpengaruh terhadap Volume Produksi Sedotan pada PT. Hamparan Plastindo Raya di SurabayaTahun 2011”

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian berdasarkan latar belakang masalah dan penetapan judul sebagai berikut :

1. Secara Parsial :

a. Apakah jumlah bahan baku berpengaruh signifikan terhadap volume produksi?

b. Apakah upah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap volume produksi?

c. Apakah jam henti mesin (down time) berpengaruh signifikan terhadap volume produksi?

2. Secara Simultan :

a. Apakah jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, dan jam henti mesin (down time) berpengaruh signifikan terhadap volume produksi?


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dilaksanakan adalah :

Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap volume produksi sedotan pada PT Hamparan Plastindo Raya yang terdiri dari:

1. Secara Parsial :

a. Mengetahui pengaruh signifikan jumlah bahan baku terhadap volume produksi.

b. Mengetahui pengaruh signifikan upah tenaga kerja terhadap volume produksi.

c. Mengetahui pengaruh signifikan jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi.

2. Secara Simultan :

a. Mengetahui pengaruh signifikan antara jumlah bahan baku. upah tenaga kerja, jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan langsung dengan variabel – variabel yang diteliti dalam penelitian ini.


(18)

2. Secara Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu sumbangan pikiran serta sebagai bahan referensi bagi perusahaan dalam menetukan kebijakan yang berhubungan dengan variabel – variabel dalam penelitian ini.


(19)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi

Dalam manajemen produksi mengkoordinasikan penggunaan sumber daya perlu membuat keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dan tepat dengan apa yang diharapkan, yaitu tepat mutu, tepat jumlah dan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan serta dengan biaya yang rendah.

Menurut Handoko (2000:3) manajemen produksi adalah merupakan usaha-usaha pengolahan secara optimal dan penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk barang dan jasa.

Menurut Pardede (2005 : 13) manajemen operasi dan produksi secara umum dapat diartikan sebagai pengarahan dan pengendalian berbagai kegiatan yang mengolah berbagai jenis sumber daya untuk membuat barang dan jasa tertentu. Dalam pengertian yang lebih luas manajemen operasi dan produksi mencakup segala bentuk dan jenis pengambilan keputusan mulai dari penentuan jenis barang dan jasa yang akan dihasilkan, sumber daya yang dibutuhkan, cara mengolahnya, dan


(20)

teknik-teknik operasi dan produksi yang akan digunakan, sampai barang dan jasa tersebut berada di tangan pemakai atau pengguna.

Sedangkan manajemen produksi menurut Pardede (2005 : 13) kegiatan ini hanya meliputi kegiatan pengolahan sumber daya yang terdiri dari bahan baku dan tenaga kerja manusia untuk menghasilkan barang. Manajemen produksi ini belum memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pembuatan berbagai jenis jasa. Akan tetapi dengan perkembangan ilmu manajemen, pembuatan jasa pada saat ini mempunyai kedudukan yang sama dengan pembuatan barang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen produksi merupakan usaha-usaha dalam mengolah berbagai jenis sumber daya yang terdiri dari bahan baku, tenaga kerja manusia yang bertujuan untuk dapat menghasilkan suatu produk atau jasa sesuai dengan tujuannya.

2.1.2 Tujuan Manajemen Produksi

Pada saat ini dirasakan adanya kebutuhan untuk menaikkan produktivitas didalam segala kegiatan ekonomi. Kenaikan produktivitas ini dirasakan perlu, tidak saja didalam pabrik tetapi juga di dalam badan atau lembaga yang menghasilkan jasa seperti bank, rumah sakit, jawatan pemerintah dan lain-lain. Permintaan terhadap barang atau jasa cenderung naik (terutama disebabkan adanya kenaikan penduduk) sedangkan faktor-faktor produksi (resources) terbatas adanya.


(21)

Oleh karena itu merupakan tantangan untuk menuntut diperolehnya pengetahuan dan pengembangan pengetahuan yang sudah ada untuk mengambil keputusan di bidang manajemen produksi. Sedangkan tujuan manajemen produksi ialah memproduksi atau mengatur produksi barang dan jasa dalam jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen (Gitosudarmo, Indriyo, 2002:3).

Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan manajemen produksi ialah memproduksi atau mengatur barang dan jasa dalam jumlah kualitas, harga, waktu serta dampak yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2.1.3 Ruang lingkup Manajemen Produksi

Manajemen produksi mencakup kegiatan-kegiatan yang cukup luas dan mencakup berbagai macam keputusan, baik keputusan jangka panjang maupun jangka pendek mengenai rancangan dari pada sistem produksi dan rancangan operasi serta sistem pengawasannya.

Adapun ruang lingkup manajemen produksi menurut Assauri (2004:79) yang mencakup kegiatan keputusan mengenai rancangan sistem produksi meliputi:

1. Seleksi dan Rancangan

Dalam hal ini perlu diperhatikan usaha-usaha untuk menghasilkan produk secara efektif dan efisien serta kualitas yang baik.


(22)

2. Seleksi Peralatan dan Proses

Untuk melaksanakan kegiatan produksi biasanya terdapat beberapa pilihan dari peralatan yang akan dipakai mulai dari penentuan tempat operasi, perencanaan gedung yang sesuai dengan penentuan dan pemeliharaan mesin serta fasilitas produksi lainnya.

3. Rancangan Produksi

Dalam hal ini biaya produksi erat hubungannya dengan rancangan dari bagian-bagian yang ada (hasil produksi, rencana kerja) dan sebagainya. 4. Rancangan Tugas Pekerjaan

Merupakan bagian integral daripada rancangan sistem termasuk organisasi sebagai dasar kerja yang merupakan kegiatan yang dapat membantu dalam rangka mencapai tujuan.

5. Lokasi Sistem

Lokasi sangat memegang peranan penting, tentang pembagian pokok yang menyangkut jarak dari pasar untuk tempat agar memperoleh bahan baku.

6. Penyusunan

Perencanaan mengenai kapasitas produksi dan sistem kerja perlu dibuat operasi dari perusahaan harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh keuntungan antara lain dengan mengurangi biaya material handling dan dapat memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan.

Dari uraian di atas maka kegiatan manajemen produksi itu dibutuhkan untuk mengatur dan mengkoordinasi faktor-faktor produksi


(23)

ada guna mencapai tujuan perusahaan, maka perlu melakukan kegiatan yang di kenal dengan proses produksi agar dapat di capai secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana yaitu segala proses kegiatan tersebut harus direncanakan, dikoordinasikan, dan diawasi.

2.1.4 Produksi

2.1.4.1 Pengertian Produksi

Menurut Gitosudarmo (2002 : 3) kegiatan operasional adalah merupakan interaksi antara bagan dasar, bahan-bahan pembantu, tenaga kerja, dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang digunakan.

Menurut Pardede (2005 : 15) kegiatan operasi dan kegiatan produksi atau kegiatan pengolahan, dimulai dari penentuan jenis barang atau jasa yang akan dibuat perusahaan. Setelah perusahaan menetapkan jenis barang yang akan dibuatnya maka langkah berikutnya adalah menentukan jenis bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan mesin yang dibutuhkan dalam kegiatan pengolahan. Jenis bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja manusia yang akan digunakan harus ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat mutu yang direncanakan untuk barang dan jasa yang akan dibuat. Jenis mesin yang digunakan akan bergantung kepada teknologi yang digunakan dalam pengolahan. Hal yang sebaliknya juga berlaku dimana jenis teknologi yang bergantung kepada jenis bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja dan mesin yang tersedia pada perusahaan.


(24)

Jadi bahwa suatu proses produksi adalah serangkaian cara atau kegiatan mengolah bahan baku menjadi produk atau jasa untuk mencapai nilai tambah dalam kegunaannya. Tetapi kegiatan proses produksi dalam menciptakan dan menambah kegunaan barang dan jasa tersebut diperlukan faktor-faktor pendukung seperti, sumberdaya manusia, sumberdaya alam, mesin pengolah bahan, bahan baku, dan juga dana untuk mendukung kelancaran kegiatan usaha tersebut secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa.

2.1.4.2 Jenis-jenis Produksi

Kegiatan pengolahan menurut Pardede (2005 : 160) dibedakan menjadi: a. Pengolahan yang terus menerus

Pada kegiatan pengolahan yang terus menerus, setiap bahan yang sedang diolah harus melalui berbagai jenis pengolahan yang berbeda yang dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin atau peralatan yang berbeda-beda pula. Pada jenis pengolahan ini setiap mesin yang berbeda dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk satu rangkaian yang terdiri dari beberapa mesin yang gunanya berbeda-beda. Dengan demikian setiap mesin saling bergantungan satu dengan yang lainnya dimana apabila salah satu diantaranya berhenti maka semua mesin di dalam rangkaian tersebut juga berhenti.


(25)

Ciri-ciri utama kegiatan pengolahan yang terus menerus adalah:

1. Jumlah barang yang dibuat adalah padat modal (capital – Intensive process) yaitu kegiatan yang lebih mengutamakan peran mesin dan peralatan dari pada peran tenaga kerja manusia.

2. Jumlah barang yang dibuat selama satu masa pengolahan cukup besar (mass production).

3. Tidak satu pun mesin yang dapat dihentikan tanpa mengganggu kegiatan mesin-mesin lain yang ada dalam satu rangkaian.

4. Jumlah persediaan barang dalam pengerjaan sangat sedikit atau tidak ada sama sekali.

5. Jumlah pekerjaan yang dapat dikerjakan persatuan waktu adalah sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah dengan mudah.

6. Jenis pengolahan seperti ini digunakan untuk membuat barang-barang yang serupa atau sejenis.

7. Pada umumnya barang-barang yang dibuat dimaksudkan untuk persediaan.

b. Pengolahan yang terputus-putus

Pada kegiatan pengolahan yang terputus-putus setiap, bahan yang sedang diolah akan melewati berbagai pusat kerja yang berbeda, dimana setiap mesin yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang berbeda-beda tersebut tidak dihubungkan oleh suatu alat yang memindahkan bahan-bahan yang sudah diolah dari mesin urutan


(26)

pertama ke mesin urutan kedua dan seterusnya. Pada umumnya mesin-mesin yang digunakan pada kegiatan pengolahan terputus-putus adalah mesin bermanfaat ganda, yaitu mesin-mesin yang dapat digunakan untuk melaksanakan lebih dari satu jenis pekerjaan yang berbeda. Ciri - ciri utama kegiatan pengolahan yang terputus-putus adalah: 1. Kegiatan pengolahan yang dilakukan adalah padat karya, yaitu

lebih mengutamakan peran tenaga kerja manusia dari pada peran mesin dan peralatan.

2. Jumlah barang yang dibuat selama satu jam masa pengolahan tidak terlalu besar.

3. Setiap mesin dapat dihentikan setiap saat tanpa mengganggu kegiatan mesin-mesin lainnya.

4. Terdapat persediaan barang dalam pengerjaan dalam jumlah yang cukup besar.

5. Jumlah pekerjaan yang dilakukan per satuan waktu dapat diubah-ubah dengan mudah.

6. Digunakan untuk mengolah bahan yang berbeda-beda untuk membuat barang yang berbeda-beda.

7. Pada umumnya barang-barang yang dibuat dimaksudkan untuk memenuhi pesanan.


(27)

2.1.4.3 Faktor-faktor Produksi

Faktor produksi menurut Swastha dan Sukotjo (2000 : 15) yaitu: a. Manusia

Manusia tidak hanya berperan sebagai tenaga kerja, tetapi sekaligus juga sebagai konsumen. Masalah etika dan moral sangat penting dalam penggunaan tenaga kerja. Selain itu penawaran tenaga kerja juga tergantung pada komposisi umur dan jumlah penduduk. Seseorang dapat dianggap sebagai tenaga kerja yang produktif pada umur antara 16-55 tahun.

b. Uang

Uang merupakan unsur yang penting untuk menciptakan sejumlah modal. Modal secara luas dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang atau barang yang dibeli dengan uang tersebut untuk memproduksi barang lain, termasuk barang modal antara lain: mesin-mesin, peralatan, pabrik, fasilitas transport, dan sebagainya.

c. Material

Material merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif. Elemen-elemen yang dapat dikategorikan ke dalam kelompok material antara lain: tanah yang geografis tidak dapat dipindah-pindahkan dan sumber-sumber alam seperti: hasil hutan, hasil pertanian dan mineral.


(28)

d. Metode

Metode adalah ide-ide atau inisiatif yang bersifat produktif, pengambilan keputusan penanggungan resiko yang ada, dan sebagainya semua itu ditujukan untuk mengorganisasi dan mengkoordinir faktor-faktor lain dengan baik.

2.1.5 Volume Produksi

2.1.5.1 Pengertian Volume Produksi

Menurut Gitosudarmo (2002 : 149) luas produksi atau volume produksi adalah banyaknya jumlah atau jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan. Beliau juga berpendapat bahwa luas produksi yang terlalu besar, disamping itu dengan adanya volume produksi yang berlebihan dapat berakibat merosotnya harga jual suatu barang. Bagi perusahaan yang menghasilkan barang lebih dari satu macam maka terlalu besarnya volume produksi dari satu jenis barang berarti berkurangnya kesempatan produk jenis lain diperluas dari bahan dasar, bahan pembantu, tenaga dan alat – alat yang dimiliki terlalu banyak dikerahkan untuk jenis produk yang pertama. Selain itu luas produksi yang terlalu kecil atau volume produksi yang terlalu sedikit berakibat tidak dapatnya perusahaan itu memenuhi permintaan-permintaan yang ada di pasar. Disamping itu terlalu kecilnya jumlah produk yang diproduksikan dapat berakibat pula dideritanya atau ditanggungnya harga pokok produk yang terlalu tinggi disebabkan karena biaya tetap hanya dipikul oleh volume produksi yang kecil saja sehingga


(29)

biaya tetap persatuannya menjadi tinggi pula. Harga jual yang tinggi berakibat berkurangnya barang yang dapat dijual karena permintaan akan menjadi berkurang. Penentuan luas produksi yang tepat berarti adanya alokasi sumber produksi yang lebih efisien. Bahan dasar, bahan pembantu dan faktor-faktor produksi yang lain dapat ditentukan pada volume produksi yang tepat sehingga dapat dihindarkan adanya pemborosan-pemborosan dan kerugian-kerugian financial faktor-faktor produksi tersebut.

2.1.6 Faktor-Faktor Volume Produksi

Suatu perusahaan memerlukan sumber daya yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang. Sumber daya tersebut adalah bahan mentah, bahan pembantu, mesin-mesin, dan peralatan-peralatan lain, tenaga kerja, modal serta tanah untuk lokasi perusahaan. Tiap-tiap perusahaan tentu saja akan mempunyai jumlah dan jenis sumber-sumber produksi yang berbeda-beda satu dengan lain. Jenis dan jumlah barang-barang yang dapat dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jenis serta jumlah faktor-faktor produksi ini sangat terbatas adanya. Disamping itu penentuan volume produksi yang tetap akan berarti pula suatu perusahaan lebih efektif memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia bagi perusahaan yang bersangkutan. Ketidaktepatan penentuan luas produksi atau volume produksi yang berakibat ketidaktepatan alokasi faktor-faktor produksi. Hal ini akan membuat semakin kerugian financial


(30)

yang diderita oleh perusahaan. Disamping faktor-faktor produksi yang paling menguntungkan, dari uraian di atas jelas bahwa luas produksi atau volume produksi dipengaruhi atau dibatasi oleh beberapa faktor (Gitosudarmo, 2002 : 151) yaitu:

1. Tersedianya bahan dasar atau bahan baku

2. Tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dimiliki 3. Tersedianya tenaga kerja

4. Batasan permintaan

5. Tersedianya faktor-faktor produksi yang lain

2.1.6.1 Pengertian Bahan Baku

Bahan baku merupakan bagian yang integral dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Bahan baku menurut Gitosudarmo (2002 : 79) adalah merupakan kebutuhan pokok dari suatu industri yang akan menghasilkan suatu produk atau barang.

Sedangkan menurut Kusuma (2002 :131) bahwa persediaan adalah sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, barang dalam proses pada prose manufaktur dan barang jadi yang disimpan untuk dijual, beliau juga menegaskan bahwa tujuan adanya persediaan bahan baku tersebut adalah untuk mengurungi ketidakpastian produksi akibat fluktuasi pasokan bahan baku.


(31)

Menurut Herjanto (2003 : 219) persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan dan akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Bisa dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang berkaitan didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lain.

Menurut Rangkuti (2004 : 13) persediaan ditujukan untuk mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan. Jenis persediaan ini sering disebut dengan istilah persediaan keluaran produk (product output).

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud dengan persediaan adalah merupakan jumlah bahan -bahan atau barang-barang yang disediakan perusahaan baik itu merupakan barang jadi, barang dalam proses, maupun bahan mentah yang disediakan untuk menjaga kelancaran proses produksi itu sendiri.

Tersedianya bahan baku yang cukup besar adalah merupakan faktor penting guna kelancaran proses produksi. Akan tetapi persediaan bahan baku yang sangat besar adalah pemborosan biaya yang besar pula. Untuk itu diperlukan perencanaan dan pengawasan terhadap bahan baku


(32)

ini baik mengenai jumlah bahan baku yang dibutuhkan selama atu tahun dapat diperhitungkan dari rencana produksi yang akan dihasilkan.

2.1.6.1.1 Fungsi Persediaan

Fungsi persediaan, menurut Rangkuti (2004 : 7) yaitu:

1. Bacth Stock atau Lot Size Inventory

Persediaan yang diadakan karena perusahaan membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.

2. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak diramalkan.

3. Anticipation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.

2.1.6.1.2 Jenis-Jenis Persediaan

Menurut Rangkuti merupakan bentuk/jenis persediaan sebelum memasuki proses produksi yang nantinya akan diolah menjadi barang jadi (2004 : 14) jenis-jenis persediaan yaitu:


(33)

1. Persediaan bahan mentah (raw material)

Persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan dalam proses produksi. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts)

Persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu atau (Supplies)

Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam peruses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan dalam proses (work in process)

Persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi

Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.

2.1.6.1.3 Faktor-Faktor Persediaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan menurut Ahyari (2000 : 4) yaitu :


(34)

a. Perkiraan pemakaian bahan baku

Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar atau jumlah bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk keperluan proses produksi pada periode yang akan datang. Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui dari perencanaan produksi pada periode yang bersamaan.

b. Harga dari bahan baku

Harga dari bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku ini.

c. Biaya-biaya persediaan

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah layaknya diperhitungkan pula dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku.

d. Kebijakan pembelanjaan

Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan akan kepada kebijakan pembelanjaan dari dalam perusahaan tersebut. Di samping itu dilihat apakah dana yang disediakan tersebut cukup untuk pembayaran semua bahan baku yang diperlukan perusahaan, ataukah hanya sebagian saja.


(35)

e. Pemakaian bahan

Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun harus senantiasa dianalisa.

f. Waktu tunggu

Waktu tunggu adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh karena hal ini sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali.

2.1.6.2 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah yang memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas perusahaan baik tenaga kerja teknik maupun tenaga kerja administrasi. Menurut Ahyari (2003 : 14) tenaga kerja merupakan salah satu masukan yang penting dalam pelaksanaan proses produksi sehingga tersedianya tenaga kerja ini perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan yang akan mendirikan pabrik tersebut. Sedangkan menurut Sukanto (2000 : 27) pengertian tenaga kerja dalam proses produksi adalah jumlah orang yang melakukan aktivitas atau kegiatan yang memperoleh


(36)

hasil dalam hal ini mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Pendapat Assauri (2004 : 114) bahwa penggunaan tenaga kerja merupakan besarnya waktu yang tersedia selama pekerja dipekerjakan dalam kegiatan-kegiatan produktif. Sedangkan Handoko (2000 : 177) berpendapat menjelaskan tujuan penggunaan tenaga kerja adalah mengoptimalkan pelaksanaan kerja, dimana prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen tenaga kerja sebagai berikut :

1. Memadukan karyawan dalam pekerjaan

Disini bahwa orang harus dipilih untuk pekerjaan-pekerjaan atas dasar berbagai perbedaan karakteristik dan preferensi individual.

2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja

Hal ini dilakukan agar karyawan mempunyai tanggung jawab. 3. Memberikan penghargaan dan prestasi kerja

Diberikan bila karyawan dapat mencapai standar kerja yang lebih dari standar yang telah ditetapkan guna memotivasi karyawan.

4. Merumuskan tanggung jawab karyawan

Hal ini sangat diperlukan guna memperoleh hasil berkualitas dan tujuan perusahaan terwujudkan.

2.1.6.2.1 Pengendalian Tenaga Kerja

Pengendalian tenaga kerja berfokus pada pencegahan penyimpangan dalam kualitas dan kuantitas dari sumber daya yang


(37)

digunakan dalam perusahaan atau organisasi. Adapun beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan dalam rangka pengendalian tenaga kerja menurut Gibson Donely Ivancevich (2001 : 302) adalah :

1. Sumber daya manusia harus mampu memenuhi persyaratan kerja yang ditentukan oleh organisasi atau perusahaan.

2. Karyawan harus memiliki kemampuan fisik dan intelektual untuk melaksanakan tugasnya.

3. Para karyawan meningkatkan kesadaran dan pentingnya prosedur pengendalian sehingga memandang fungsi pengendalian sebagai suatu upaya penting perusahaan.

Untuk memantau operasi perusahaan agar berjalan dengan lancar dan memastikan bahwa berbagai tujuan tengah direalisasikan, maka manajer harus membimbing dan mengawasi kegiatan yang sedang berjalan, dan para manajer harus mengambil tindakan korektif yang bertujuan untuk perbaikan proses perolehan sumber daya manusia, dimana jenis pengendalian tenaga kerja ini didasarkan dari fakta hasil masa lalu yang diperoleh serta didasarkan pada masa depan.

Agar kegiatan pengendalian tenaga kerja berhasil, para manajer harus mengelilingi dirinya dari orang-orang yang handal dan kemudian memberikan peralatan, pelatihan dan dorongan yang mereka butuhkan untuk bekerja sampai potensial mereka sepenuhnya teracung pada pekerjaan.


(38)

Pengendalian tenaga kerja dicapai melalui prosedur yang meliputi pemilihan dan penempatan dari karyawan. Saat ini pemilihan karyawan dilaksanakan para manajer, para karyawan jenjang organisasi bertanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan calon-calon karyawan untuk bermacam posisi harus direkrut dari dalam atau luar perusahaan, dan pelamar yang paling menjanjikan harus dari daftar para pesaing, berdasarkan pada kesesuaian keterampilan pelamar dan karakteristik pribadi persyaratan kerja.

Seperti diketahui bahwa semakin banyak pemimpin memberi pelimpahan wewenang kepada karyawan maka semakin banyak pula tugas pengawasan yang harus dilakukan. Kadang-kadang pemimpin tidak sempat untuk melakukan pengawasan yang harus diselesaikan.

Untuk keperluan pengawasan ini pemimpin dapat mengangkat staf yang akan membantunya dalam melakukan pengawasan terhadap unit-unit dalam organisasi secara keseluruhan.

2.1.6.2.2 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja

Agar dapat menyesuaikan dan menetapkan tingkat kebutuhan tenaga kerja untuk menyelesaikan produk yang naik turun sesuai permintaan pasar, maka perlu dilakukan forecast yang tepat sesuai dengan perubahan-perubahan kapasitas yang dibutuhkan bagi perusahaan biasanya adalah tidak ekonomis untuk menambah dan mengurangi tenaga kerja adalah sumber daya kapasitas yang tetap, tetapi penyesuaian-penyesuaian


(39)

besar (substansial) dapat dibuat tanpa harus menarik lebih banyak orang dan kemudian memutuskan hubungan kerja dengan mereka.

Penggunaan tenaga kerja lembur, sub kontrak dari luar atau penimbunan persediaan merupakan keputusan manajerial dan tergantung pada biaya-biaya realisasi masing-masing alternatif. Pada dasarnya penentuan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama periode waktu tertentu melalui perhitungan rasio permintaan terhadap kapasitas satu unit sumber daya. Jumlah total jam sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan produk-produk yang berbeda sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan pada konsumen.

Dalam praktek sering ditemui dimana jumlah tenaga kerja tidak sama dengan jumlah pekerjaan dalam kenyataannya pekerjaan lebih besar. Setelah memutuskan mana pekerjaan yang ditangani sendiri, mana yang disubkontrakkan dan menentukan jumlah jam kerja tiap bagian maka daftar pekerjaan yang dibuat meliputi tenaga kerja langsung dan tidak langsung haruslah tepat. Sehingga para mandor dan bagian personalia dapat menggunakan dalam pembuatan anggaran-anggaran.

Selain itu dengan mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, hal ini diperlukan untuk lokasi tenaga kerja, kegiatan lama yang pelaksanaannya perlu tambahan fasilitas untuk penyelesaiannya dan dapat diketahui dari mana diambil tambahan fasilitas tersebut.


(40)

2.1.6.2.3 Pengolahan Tenaga Kerja

Salah tujuan pengolahan tenaga kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas, dalam hal ini perlu dicatat bahwa tujuan manajemen tenaga kerja adalah bukan untuk memaksimalkan performance tetapi mengoptimalkan pelaksanaan kerja adanya berbagai batasan yang meliputi operasi organisasi.

Berbagai prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen tenaga kerja menurut Handoko (2000 : 214) :

1. Memadukan karyawan dan pekerjaan yakni orang-orang harus dipilih untuk pekerjaan atas dasar perbedaan karakteristik dan preferensi individual.

2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja maksudnya pelaksanaan standar kerja harus ditetapkan untuk semua pekerjaan agar tujuan dan apa yang diharapkan karyawan jelas.

3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja artinya manajer perlu memberikan penghargaan kepada karyawan yang dapat mencapai melebihi standar untuk memotivasi kerja mereka.

4. Menjamin supervise yang baik maksudnya seorang (supervisor) harus ahli baik dalam ketrampilan teknologi maupun manajerial dan mempunyai perhatian terhadap kesejahteraan dan rasa kejujuran dengan karyawan secara individual tanpa melupakan pencapaian prestasi yang tinggi.


(41)

5. Merumuskan secara jelas dan tanggung jawab karyawan bila tanggung jawab pekerjaan tidak jelas dan berubah-ubah, para pekerja akan frustasi.

2.1.6.2.4 Sistem Upah Tenaga Kerja

Berdasarkan surat keputusan menteri kerja dalam bukunya Amin Widjaya dan Iman Syahputra (2000 : 16) sistem upah tenaga kerja menurut status pekerjaan adalah :

1. Status pekerjaan harian

a. Sistem pembayaran mingguan

Pengusaha dapat membayar upah secara mingguan dengan menghitung upah mingguan baik yang menganut enam hari kerja atau lima hari kerja adalah : 7 X (upah sebulan dibagi 30)

b. Perhitungan upah lembur

Apabila pekerja harian tetap melaksanakan lembur dengan perhitungan upah lembur perjam adalah : 1/173 X upah sebulan. 2. Pekerja harian lepas

Bagi pekerja harian lepas yang bekerja 5 hari per minggu 8 jam per maka upah hariannya adalah 6/5 X upah sehari. Dalam hal ini jam ke 8 tidak dihitung sebagai kerja lembur.

3. Pekerja borongan

Pekerja borongan yang bekerja 6 hari kerja dengan standart waktu kerja 7 jam sehari dan 40 jam seminggu atau waktu kerja 5 hari dengan


(42)

standart waktu kerja 8 jam sehari. Maka pembayaran upahnya sebagai berikut :

a. pekerja yang menyelesaikan pekerjaan borongan sesuai dengan standart prestasi yang disepakati atau target produksi maka upah hariannya harian sekurang – kurangnya sama dengan upah minimum regional setempat.

b. pekerja yang menyelesaikan pekerjaan borongan diatas standart prestasi yang disepakati atau target produksi, maka upah hariannya harus diberikan pembayaran tambahan secara proposional.

c. pekerja yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan borongan diatas standart prestasi yang disepakati atau target produksi, maka pengusaha harus memberikan bimbingan dan pembinaan teknis sehingga pekerja dapat meningkatkan produktivitasnya.

2.1.6.2.5 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Volume Produksi

Hal-hal yang harus diperbaiki dalam kaitannya dengan faktor tenaga kerja ini adalah :

1. Motivasi, pengabdian, disiplin, etos kerja, produktivitas, dan masa depannya.

2. Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan.


(43)

Pada pokoknya bila telah ditentukan pesanan-pesanan pabrik, langkah lebih terinci diperlukan selain menentukan kegiatan dan bahan yang diperlukan yaitu :

1. Mengetahui siapa yang mengerjakan pesanan 2. Mesin-mesin dan teknologi yang diperlukan

Penentuan jumlah tenaga kerja yang meliputi jangka waktu tertentu untuk pemenuhan keperluan bagi kegiatan produksi ini kita sebut man power loading (Sukanto 2000 : 27). Guna man power loading adalah : 1. Membantu kita merencanakan kebutuhan-kebutuhan akan tenaga kerja 2. Membantu kita selalu berpegang pada kontrak-kontrak kerja

Bila usaha stabil man power loading tidak perlu diambil, tetapi kenyataannya volume produksi atau penjualan turun naik dan kombinasi produk juga berubah-ubah. Sehingga perlu ditentukan kebutuhan akan tenaga kerja. Walaupun usaha-usaha stabil ketentuan akan kebutuhan tenaga kerja ditentukan untuk maksud-maksud tidak ada pengangguran per bagian dan untuk penilaian hasil kerja.

2.1.6.3 Jam Kerja Mesin

Dalam memproduksi barang setiap perusahaan menggunakan alat bantu yang berupa mesin. Tidak jarang kita menjumpai suatu pabrik menggunakan mesin dan sangat tergantung kepada mesin dan peralatan lainnya. Oleh karena itu kita arus pandai dalam memilih kualitas daripada mesin tersebut untuk menghasilkan produk, sebab apabila salah dalam


(44)

menetapkan kebijaksanaan yang dibuat oleh perusahaan akan mengalami kerugian, dan sebaliknya apabila ternyata mesin-mesin maupun peralatan sebelum operasi tersebut dimulai adalah sangat penting. Hal ini juga dapat kita lihat jumlah efektivitas dan jumlah mesin yang beroperasi juga menentukan apakah keadaan operasi perusahaan telah selesai, tidak dengan apa yang telah direncanakan. Sehingga kegiatan dapat menunjang lainnya juga diperlukan seperti aktivitas pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan pergantian terhadap mesin dan peralatan pabrik diperlukan agar proses produksi terjamin kelancarannya dengan kata lain untuk mencegah adanya hambatan dalam proses produksi dan tercapainya volume produksi yang diharapkan.

Mesin menurut Assauri (2004 : 79) adalah suatu peralatan yang digerakkan oleh suatu kekuatan atau tenaga yang dipergunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian – bagian produk tertentu. Bahwa mesin sangatlah membantu manusia dalam melakukan pengerjaan produksi suatu barang sehingga barang yang dihasilkan dapat dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.

Jam kerja mesin menurut Harsono (2000 : 149) dapat diartikan sebagai jumlah jam yang digunakan oleh mesin-mesin pabrik untuk memproduksi suatu barang dalam waktu dan jumlah tertentu.


(45)

Jadi dapat disimpulkan jam kerja mesin adalah keadaan yang menunjukkan jumlah jam kerja proses produksi mesin untuk memproduksi atau melakukan aktivitas, merubah bahan baku menjadi barang jadi.

2.1.6.3.1 Jenis-Jenis Mesin

Jenis-jenis mesin dibedakan atas dua jenis menurut Assauri (2004 : 79) yaitu:

1. Mesin yang bersifat umum atau serba guna

Merupakan suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang atau produk atau bagian dari produk. Mesin ini biasa digunakan oleh perusahaan yang memproduksi produknya dalam jumlah kecil. Adapun ciri – ciri dari mesin yang bersifat umum adalah:

a. Biasanya dibuat dengan bentuk standard an diproduksi dalam jumlah yang besar maka harganya relative murah.

b. Sangat fleksibel dalam penggunaannya.

c. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik. d. Biaya untuk peralatan relatif murah begitu juga dengan

penggunaannya karena bentuknya standar. e. Tidak mudah ketinggalan zaman.

2. Mesin yang bersifat khusus

Merupakan mesin yang direncanakan dan dirancang untuk mengerjakan satu atau beberapa jenis kegiatan yang sama.


(46)

a. Mesin dibuat atas dasar pesanan dengan jumlah kecil dan harganya relatif mahal.

b. Biasanya mesin ini bersifat otomatis sehingga pekerjaan cepat dapat diselesaikan.

c. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan tenaga yang lebih spesifik atau spesialis.

d. Karena penggunaannya bersifat khusus maka mesin cepat ketinggalan zaman.

2.1.6.3.2 Jam henti mesin (down time)

Jam kerja (down time) terjadi pada peralatan yang digunakan dalam proses produksi yang akan menyebabkan terlambatnya proses produksi. Komaruddin (2001 : 224) down time (jam henti) mesin adalah waktu yang karena pemeliharaan, pergantian suku cadang, kerusakan listrik mati atau penyebab lainnya yang sampai mengakibatkan peralatan tidak dapat memproduksi atau membantu barang-barang.

Menurut Komarudin (2001:224) ditinjau dari keadaan proses produksi dapat dibagi menjadi dua antara lain:

a. Jam henti (down time) yang terjadi pada system otomatis.

Jam henti (down time) yang terjadi pada system otomatis ini mesin dan peralatan yang dipergunakan dalam perusahaan yaitu secara full otomatis. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan


(47)

dikendalikan dalam unit produksi dengan system pengendalian otomatis.

b. Jam henti (down time) yang terjadi pada system manual

Jam henti (down time) yang terjadi pada system manual ini mesin dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi dengan tujuan yang pelaksananya banyak dipengaruhi oleh para karyawan.

Menurut Schoeder (2000:201) yang termasuk dalam kegiatan down time mesin yaitu delay (penundaan) dan waiting (menunggu). Yang dimaksud delay (penundaan)menunjukkan waktu yang bagi antara bagian satu dengan yang lain menunggu barang dalam proses produksi termasuk operator atau mesinnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jam henti (down henti) adalah waktu berhentinya mesin atau peralatan produksi yang bersifat sementara dikarenakan adanya kegiatan atau hal yang mengharuskan mesin berhenti.

2.1.6.3.3 Tujuan Utama Pemeliharaan Mesin

Menurut pendapat Assauri (2004 : 79), adapun tujuan utama dari pemeliharaan mesin (maintenance) yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan rencana produksi.


(48)

2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan produk itu sendiri dan kegiatan produksi tidak terganggu. 3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di

luar batas dan menjaga modal tang di investasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut.

4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan rendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien seluruhnya.

5. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja.

6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama mungkin dan total biaya yang terendah.

2.1.6.3.4 Jenis-Jenis Pemeliharaan Mesin

Menurut Assauri (2004 : 79) jenis-jenis pemeliharaan mesin antara lain:

1. Preventif Maintenance

Preventif maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menentukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada


(49)

waktu digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian semua fasilitas produksi yang mendapatkan preventif maintenance atau pemeliharaan rutin akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan siap pakai untuk operasi atau proses produksi yang lebih tepat. Pemeliharaan yang dilakukan dengan cara preventif memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat menguntungkan bagi perusahaan. Adapun keuntungan yang didapat dari preventif pemeliharaan, antara lain:

1. Keamanan yang lebih mantap bagi para tenaga kerja. 2. Penghentian produksi yang lebih sedikit.

3. Reparasi besar-besaran yang berulang lebih sedikit.

4. Biaya yang lebih untuk reparasi sederhana sebelum terjadi kerusakan.

5. Lebih sedikit peralatan cadangan yang diperlukan. 6. Pengendalian suku cadang lebih baik.

7. Identifikasi barang-barang dengan biaya pemeliharaan yang tinggi.

Preventif pemeliharaan ini sangat penting karena penggunaannya yang sangat efektif dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi yang termasuk dalam golongan “Critical Unit”.

Sebuah fasilitas atau peralatan mesin produksi akan termasuk dalam golongan Critical Unit apabila:

1. Kerusakan fasilitas atau peralatan mesin produksi tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan kerja.


(50)

2. Kerusakan fasilitas atau peralatan mesin produksi ini akan mempengaruhi kualitas dari produksi yang dihasilkan.

3. Kerusakan peralatan atau mesin produksi akan menyebabkan kemacetan seluruh proses produksi.

4. Model yang ditanamkan dalam fasilitas atau peralatan mesin produksi tersebut atau harga dari fasilitas atau peralatan ini adalah cukup besar atau mahal.

Pada prinsipnya, dalam masalah pemeliharaan peralatan mesin produksi ini tindakan berjaga-jaga (preventif) adalah lebih baik dari pada berbuat setelah benar-benar terjadi kerusakan, oleh karena itu pemeliharaan peralatan mesin produksi diprogram dengan baik. Program pemeliharaan peralatan mesin produksi itu antara lain:

1. Penyusunan perencanaan yang meliputi penentuan tugas-tugas yang akan dilakukan, prioritas dan tenaganya.

2. Mengatur jadwal waktu dan beban pekerjaan sesuai dengan skala prioritasnya.

3. Mengatur kartu perintah kerja dan kartu-kartu pemeliharaan setiap peralatan untuk mengawasi pekerjaan pemeliharaan dan suku cadang yang pernah diganti, bahkan untuk memonitor dibagian apa peralatan itu sering mengalami kerusakan.

4. Mengatur penggunaan suku cadang dengan memakai kartu untuk mempermudah administrasi gudang (misalnya master bill material


(51)

5. Mengatur program latihan dengan metode-metode yang mungkin dilaksanakan, dengan metode meningkatkan ketrampilan kerja. 6. Mengatur distribusi waktu kapan peralatan akan diperbaiki

(overhead) dengan memperhitungkan beberapa kemungkinan kerugian yang akan diderita karena sebagian atau keseluruhan kegiatan terhenti selama perbaikan berlangsung.

Dalam prakteknya, preventif maintenance yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibedakan menjadi dua:

1. Routine Maintenance

Adalah Kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara rutin, contohnya membersihkan peralatan, pelumasan pengecekan bahan bakar.

2. Periodik Maintenance

Adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang digunakan secara periodik Contohnya pembongkaran mesin.

2. Corrective Maintenance

Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan pada fasilitas, sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan corrective maintenance yang dilakukan sering disebut dengan kegiatan perbaikan atau reparasi. Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang terjadi akibat tidak dilakukannya preventive maintenance ataupun telah dilakukan preventive maintenance tetapi sampai pada suatu waktu


(52)

tertentu fasilitas atau peralatan mesin produksi tersebut rusak. Secara sepintas memang corrective maintenance murah biayanya bila dibandingkan dengan biaya yang dari preventive maintenance, sejauh kerusakan belum terjadi pada fasilitas peralatan sewaktu proses produksi berlangsung, hal ini akan membawa dampak negative bagi perusahaan. Selain biaya-biayanya jauh mahal, peralatan akan mengalami kerusakan yang lebih bahkan kemungkinan bagi perusahaan untuk membeli mesin-mesin baru. Sehingga hal ini akan mengakibatkan:

a. Buruh menganggur. b. Produksi terhenti. c. Biaya spare part tinggi. d. Kekecewaan pada konsumen

Apabila masalah ini sampai terjadi, maka perusahaan pasti mengalami kerugian yang jelas tidak di kehendaki perusahaan. Jadi dalam hal ini kegiatan corrective maintenance sifatnya hanya menunggu sampai terjadi kerusakan dahulu, baru kemudian memperbaikinya. Maksud dari tindakan ini adalah agar fasilitas atau peralatan mesin produksi tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi, sehingga operasi atau proses produksi dapat berjalan lancar kembali.


(53)

2.1.6.3.5 Syarat-syarat Agar Pemeliharaan Mesin dapat Efisien

Pelaksanaan maintenance dari mesin dan peralatan di suatu perusahaan tergantung dari kebijaksanaan (policy) perusahaan itu sendiri, yang kadang-kadang berbeda dengan kebijaksanaan lainnya. Dimana pelaksanaannya tergantung kepada pimpinan tertinggi (Top Management) perusahaan. Walaupun kebijaksanaan (policy) telah ditentukan, tetapi didalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut manager bagian pemeliharaan harus memperhatikan enam prasyarat agar pekerjaan bagian pemeliharaan dapat efisien. Keenam prasyarat tersebut (Assauri 2004 : 79) antara lain: a. Data Mengenai Mesin dan Peralatan yang Dimiliki Perusahaan

Data yang dimaksud adalah seluruh data mengenai mesin atau peralatan seperti nomor, jenis (type), umur dan tahun pembuatan keadaan atau kondisinya, pembebanan dalam operasi (operating load) produksi yang dilaksanakan per jam atau kapasitas, bagaimana operator menjalankan atau menghandel mesin-mesin tersebut, beberapa maintenance crew, kapasitas dam keahliannya, ketentuan yang ada, jumlah mesin dan sebagiannya. Dari data ini akan ditentukan banyaknya kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan dan yang mungkin dilakukan.

b. Planning dan Scheduling

Perencanaan kegiatan pemeliharaan disusun untuk jangka panjang dan jangka pendek. Seperti preventif maintenance, inspeksi, reparasi kerusakan dan sebagainya. Planning dan scheduling juga menentukan


(54)

apa yang dikerjakan dan kapan dikerjakan serta urut-urutan pengerjaan atau prioritasnya dan dimana dikerjakannya. Perlu pula direncanakan banyaknya tenaga pemeliharaan yang harus ada, agar lebih efektif dan efisien.

c. Surat Perintah (work order)

Yang tertulis dalam surat perintah ini memberitahukan atau menyatakan tentang:

1. Apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan dan yang bertanggung jawab.

2. Dimana dikerjakan. Apakah di luar atau di dalam perusahaan. 3. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan. d. Persediaan Alat-Alat Spare Part (stores control)

Untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ini dibutuhkan adanya spare part (alat-alat) dan material yang nantinya harus disediakan dan diawasi. Dengan stores control ini, manager bagian pemeliharaan harus selalu berusaha supaya spare part dan material atau onderdil-onderdil tetap ada pada saat dibutuhkan. Dan investasi dari persediaan (stores)

ini adalah minimum (dalam arti cukup, tidak kurang dan tidak berlebihan).

e. Catatan (records)

Catatan tentang kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dan apa yang perlu untuk kegiatan maintenance. Sehingga terdapat catatan mengenai


(55)

gambaran produksi seperti jam produksi yang berjalan, waktu berhenti dan jumlah produksi.

f. Lapangan Pengawasan dan Analisis

Laporan (reports) tentang progress (kemajuan) yang telah kita adakan pembetulan dan pengawasan. Kalau pemeliharaannya baik, maka ini sebenarnya berkat report dan control yang ada.

2.2 Kerangka Berfikir

Berdasarkan dari latar belakang perumusan masalah dan landasan teori yang telah ada, maka penelitian membuat alur berpikir sebagai berikut :

Gambar2.1 Kerangka Berpikir.

Volume Produksi ( Y ) Jumlah Bahan Baku

( X1 )

Upah Tenaga Kerja ( X2 )

Jam Henti Mesin ( X3 )


(56)

Dalam meningkatkan volume produksi suatu perusahaan pada dasarnya memerlukan sumber daya dan dipengaruhi oleh bahan mentah, bahan pembantu, mesin dan tenaga kerja, modal serta tang untuk lokasi perusahaan. Maka perusahaan plastik ini memiliki bahan baku guna kelangsungan dalam pembuatan proses produksi untuk menjadi barang jadi. Sedangkan bahan baku tersebut akan diproses melalui mesin, dimana jam mesin atau kapasitas mesin memiliki sifat-sifat yang berbeda yang akan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan perusahaan baik kualitas maupun kuantitasnya. Dan untuk menghasilkan produk sesuai dengan tujuan dalam kaitannya memproses bahan baku dengan mesin diperlukan tenaga kerja yang bersifat membantu kinerja atau proses berjalannya produksi selain peralatan mesin yang digunakan oleh perusahaan. Sehingga volume produksi dapat meningkat dan perusahaan dapat mencapai laba sesuai dengan target.

Dalam hal ini jumlah bahan baku (X1), upah tenaga kerja (X2), jam

henti mesin (X3) dan volume produksi (Y), maka digunakan analisis

regresi linier berganda yang nantinya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara jumlah bahan baku (X1), upah tenaga kerja (X2), jam henti

mesin (X3) terhadap volume produksi (Y). maka diharapkan dapat

diketahui pengaruh atau tidak pengaruh dengan menggunakan analisis tersebut.


(57)

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan keputusan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :

1. Secara simultan terdapat pengaruh signifikan jumlah bahan baku, upah tenaga kerja dan jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi pada PT. Hamparan Plastindo Raya Surabaya.

2. Secara parsial terdapat pengaruh signifikan : a. Jumlah bahan baku terhadap volume produksi b. Upah tenaga kerja terhadap volume produksi


(58)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional bertujuan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya, hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi dimana variabel-variabel tersebut ialah variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas (X) terdiri dari : 1. Jumlah Bahan Baku (X1)

Bahan baku sebagai variabel bebas (X1) dalam penelitian ini

meliputi banyaknya/jumlah bahan baku utama yang digunakan dalam satu periode proses produksi . Dalam ukuran (kg).

2. Upah Tenaga kerja (X2)

Tenaga kerja sebagai variabel bebas (X2) dalam penelitian ini

meliputi upah tenaga kerja yang terdiri dari upah tetap atau insentif. Dalam ukuran (rupiah/per minggu).

3. Jam Henti Mesin (X3)

Mesin sebagai variabel bebas (X3) dalam penelitian ini meliputi

waktu henti mesin (down time) pada saat mesin dipergunakan dalam proses produksi. Dalam ukuran selisih antara jam kerja


(59)

mesin yang seharusnya dengan jam kerja mesin yang sesungguhnya (jam)

b. Variabel terikat (Y) adalah :

Volume produksi sebagai variabel terikat (Y) yaitu banyaknya hasil produksi yang berupa barang jadi yang dihasilkan setiap satu periode produksi. Dalam ukuran (kg)

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, jam henti mesin selama proses produksi dilaksanakan pada bulan februari tahun 2011.

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah laporan jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, jam henti mesin selama 30 hari kerja tahun 2011. Teknik penarikan sampel menggunakan kuota sampling dalam bentuk time series laporan harian selama 30 hari.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, jam henti mesin pada bagian produksi.


(60)

3.3.2 Sumber Data

Perolehan data diambil dari laporan produksi pada PT. Hamparan Plastindo Raya Surabaya sebagai obyek penelitian yang berkaitan dengan jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, jam henti mesin serta volume produksi.

3.3.3 Pengumpulan Data 1. Observasi

Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap aktivitas produksi, dengan melakukan mencatat data menurut keadaan yang sebenarnya.

2. Dokumentasi

Yaitu mencatat data tentang jumlah bahan baku yang digunakan, upah tenaga kerja dan waktu henti mesin selama 30 hari melalui observasi.

3.4 Uji Asumsi Klasik

Regresi linier berganda dengan persamaan Y = a + b1X1 + b2X2 +

b3X3 + b4X4 setelah model regresi diperoleh, maka model tersebut sudah

termasuk BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau tidak. Untuk menilai apakah model yang digunakan merupakan model linier, sehingga estimasi yang dihasilkan merupakan estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), hal ini terpenuhi jika plot antara nilai residual dan


(61)

nilai prediksi tidak membentuk suatu pola tertentu atau acak. Suatu model dikatakan BLUE bila memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu : 1. Tidak boleh multikolinieritas

2. Tidak boleh heteroskedastisitas 3. Tidak boleh autokorelasi 4. normalitas

Teknik analisi data yang dilakukan peneliti secara kuantitatif untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah bahan baku, upah tenaga kerja, jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi pada PT. Hamparan Plastindo Raya, maka dilakukan analisa dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Multikolinieritas

multikolinieritas artinya antar variabel independent yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1) untuk mengetahui apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent dapat menggunakan uji multikolinieritas,. Karena dalam model regresi linier yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent.

Menurut Yarnest (2003 : 68) terdapat korelasi yang sempurna atau tidak sempurna tetapi sangat tinggi pada variabel independent yang dilambangkan dengan X1,X2,X3…X0. Jika terjadi multikolinieritas pada


(62)

ditentukan dan standar deviasi akan memiliki nilai tak terhingga, sehingga metode leaset Square tidak dapat digunakan. Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai toleransi dan Variance Inflacition Faktor (VIF) dari masing – masing variabel. Jika nilai toleransi < 0.5 atau VIF > 0.5 maka terdapat multikolinieritas, sehingga variabel tersebut harus dibuang (atau sebaliknya).

b. Heteroskedastisitas

terdapat nilai variasi residual yang sama untuk semua pengaturan, atau terdapatnya pengaruh perubahan variabel independent (X1) dengan

nilai mutlak residual, sehingga penaksiran akan menjadi akurat. Mengukur heteroskedastisitas dilihat dari nilai signifikan korelasi Rank Spearman. Menurut Yarnest (2003 : 70) deteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

1. Bila probabilitas ≥ 0,05 berarti tidak terdapat heteroskedastisitas. 2. Bila probabilitas < 0,05 berarti terdapat heteroskedastisitas. c. Autokorelasi

Terdapat korelasi di antara sesame data pengamatan dimana adanya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya (data time series yang kurang akurat. Mengukur autokorelasi dilihat dari nilai Durbin Waston Test (DW).

Menurut Yarnest (2003 : 73), deteksi adanya autokorelasi adalah sebagai berikut :


(63)

1. Jika nilai DW terletak antara du dan (4 – du) atau du≤ DW ≤ (4 –

du), berarti bebas dari autokorelasi.

2. Jika nilai DW < dL atau DW > (4 – dL) berarti terdapat autokorelasi.

d. Normalitas

Salah satu cara mengecek kenormalitasan adalah dengan plot probabilitas normal. Menurut Sulaiman (2004 : 89) dengan plot ini, masing – masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan pada distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila titik – titik (data) terkumpul disekitar garis lurus.

Hipotesis :

H0 : Sampel ditarik dari populasi dengan distribusi tertentu.

H1 : Sampel ditarik bukan dari populasi dengan distribusi tertentu.

Jika : nilai signifikan ≤ά maka tolak H0

nilai signifikan > ά maka terima H0

3.5 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.5.1 Teknik Analisis Data

1. Untuk mengetahui pengaruh factor produksi yang meliputi jumlah bahan baku, upah tenaga kerja dan jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi di analisa dengan regresi linier berganda, secara matematik rumus yang digunakan (Algifari 1997 : 48)


(64)

Dimana: y = volume produksi (kg)

x1 = jumlah bahan baku (kg)

x2 = upah tenaga kerja (upah/rupiah per minggu)

x3 = jam henti mesin (jam)

b1 = koofisien regresi jumlah bahan baku

b2 = koofisien regresi upah tenaga kerja

b3 = koofisien regresi jam henti mesin

a = konstanta

e = Faktor pengangguran/standar error 2. Uji Hipotesis

a. Uji F (uji Simultan)

Untuk menguji hipotesa pertama : Secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara jumlah bahan baku, upah tenaga kerja dan jam henti mesin (down time) terhadap volume produksi pada PT. Hamparan Plastindo Raya Surabaya. Digunakan uji F :

) 1 ( / ) ( / ) (Re    k n S JK k g JK Fhitung

(Degree of freedom/d.f. = n – k = 3dan a = 0,05) 1) Perumusan Hipotesa statistik :

H0: b1 = b2 = b3 = 0 : maka secara simultan tidak terdapat

pengaruh signifikan antara jumlah bahan baku(X1), upah tenaga kerja (X2), jam

henti mesin terhadap volume produksi (Y).


(65)

HA: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 : maka secara simultan terdapat pengaruh

signifikan antara jumlah bahan baku(X1),

upah tenaga kerja (X2), jam henti mesin

(X3) terhadap volume produksi (Y).

2) Kriteria keputusan

H0 diterima dan HA ditolak : jika Fhitung < Ftabel, artinya secara

simultan tidak terdapat pengaruh signifikan antara jumlah bahan baku (X1),

upah tenaga kerja (X2), jam henti mesin

(X3) terhadap volume produksi (Y).

HA diterima dan H0 ditolak jika Fhitung ≥ Ftabel, artinya secara

simultan terdapat pengaruh signifikan antara jumlah bahan baku (X1), upah

tenaga kerja (X2), jam henti mesin (X3)

terhadap volume produksi (Y). b. Uji t (uji Parsial)

Untuk menguji hipotesa kedua : secara parsial terdapat pengaruh signifikan antara:

1) Jumlah bahan baku (X1) terhadap volume produksi (Y) diuji

dengan uji t :

1 1 Se b thitung


(66)

a) Perumusan Hipotesa statistik :

H0 : b1 = 0 : maka secara parsial tidak terdapat pengaruh

signifikan antara jumlah bahan baku(X1)

terhadap volume produksi (Y).

HA : b1 ≠0 : maka secara parsial terdapat pengaruh

signifikan antara jumlah bahan baku(X1)

terhadap volume produksi (Y). b) Kriteria keputusan

H0 diterima dan HA ditolak : jika thitung < ttabel artinya secara

parsial tidak terdapat pengaruh signifikan antara jumlah bahan baku (X1) terhadap volume

produksi (Y).

HA diterima dan H0 ditolak : jika thitung≥ ttabel artinya secara

parsial terdapat pengaruh signifikan antara jumlah bahan baku (X1) terhadap volume

produksi (Y).

2) Upah tenaga kerja (X2) terhadap volume produksi (Y) diuji

dengan uji t :

1 2 hitung

Se b t  Keterangan:


(67)

a) Perumusan Hipotesa statistik :

H0 : b2 = 0 : maka secara parsial tidak terdapat pengaruh

signifikan antara upah tenaga kerja(X2)

terhadap volume produksi (Y).

HA : b2 ≠0 : maka secara parsial terdapat pengaruh

signifikan antara upah tenaga kerja(X2)

terhadap volume produksi (Y). b) Kriteria keputusan

H0 diterima dan HA ditolak : jika thitung < ttabel artinya secara

parsial tidak terdapat pengaruh signifikan antara upah tenaga kerja(X2) terhadap volume

produksi (Y).

HA diterima dan H0 ditolak : jika thitung≥ ttabel artinya secara

parsial terdapat pengaruh signifikan antara upah tenaga kerja(X2) terhadap volume

produksi (Y).

3) Jam henti mesin (X3) terhadap volume produksi (Y) diuji

dengan uji t :

1 3 hitung

Se b t  Keterangan:


(68)

a) Perumusan Hipotesa statistic :

H0 : b3 = 0 : maka secara parsial tidak terdapat pengaruh

signifikan antara jam henti mesin(X3) terhadap

volume produksi (Y).

HA : b3 ≠0 : maka secara parsial terdapat pengaruh

signifikan antara jam henti mesin(X3) terhadap

volume produksi (Y). b) Kriteria keputusan

H0 diterima dan HA ditolak : jika thitung < ttabel artinya secara

parsial tidak terdapat pengaruh signifikan antara jam henti mesin(X3) terhadap volume

produksi (Y).

HA diterima dan H0 ditolak : jika thitung ≥ ttabel artinya

secara parsial terdapat pengaruh signifikan antara jam henti mesin(X3) terhadap

volume produksi (Y). (Degree of freedom/d.f. = n – k = 3dan a = 0,05)


(69)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan

Pada tahun 1990, bapak Yulianto Wijaya ini seorang karyawan yang bekerja di perusahaan yang bernama Sumber Djaya. Beliau bekerja di divisi produksi, dan mempunyai jabatan sebagai manajer di bagian produksi tersebut. Beliau bekerja di perusahaan Sumber Djaya selama 15 tahun dan pada tahun 2005 bapak Yulianto Wijaya keluar dari perusahaan Sumber Djaya dan mencoba untuk menjadi pengusaha dengan bidang yang sama pada plastik. Karena berkembangnya usaha plastik yang semakin maju, dan dengan ditinjau keahlian bapak Yulianto Wijaya dalam mengelola plastik sangat baik maka beliau mendirikan sebuah perusahaan dengan nama PT. Hamparan Plastindo Raya.

Perusahaan Hamparan Plastindo Raya merupakan suatu perusahaan manufaktur yang memproduksi produk jadi berupa sedotan. Perusahaan Hamparan Plastindo Raya juga menerima jasa daur ulang plastik bekas untuk dijadikan biji plastik atau barang setengah jadi. Kemudian akan dijadikan barang jadi seperti sedotan. Perusahaan Hamparan Plastindo Raya berdiri pada tanggal 1 september 2007, yang di pimpin oleh Bapak Yulianto Wijaya sebagai direktur perusahaan. Perusahaan Hamparan Plastindo Raya berlokasi di Jalan Karang Pilang no 130 Surabaya. Maksud didirikan


(70)

Perusahaan Hamparan Plastindo Raya dikarenakan bapak Yulianto Wijaya ingin ikut berkecimpung lebih dalam pada didunia bisnis plastik, dan melihat permintaan pasar terhadap produk plastik sedotan yang semakin meningkat, sehingga bapak Yulianto mendirikan perusahaan Hamparan Plastindo Raya.

Perusahaan Hamparan Plastindo Raya juga menerima produk plastik dari supplier – supplier luar untuk disetorkan pada pabrik – pabrik plastik yang nantinya dijadikan bahan campuran untuk memproduksi produk sedotan. Adapun produk – produk yang diterima oleh perusahaan Hamparan Plastindo Raya yaitu PE (poly etyline), PP (poly propholyne), HD (high density), LD (low density).

4.2. Visi dan Misi PT. Hamparan Plastindo Raya 4.2.1 Visi PT. Hamparan Plastindo Raya

Membantu pemerintah untuk mengelola sampah plastik dengan cara daur ulang untuk menjadi barang yang bisa dikonsumsi atau barang jadi.

4.2.2 Misi PT. Hamparan PLastindo Raya

Dalam upaya mengimplementasikan visi tersebut, manajemen Hamparan Plastindo Raya menetapkan misinya yang harus dijalankan secara komitmen, loyalitas dan tanggung jawab bagi seluruh pekerja pada perusahaan. Misi yang dimaksud antara lain :


(1)

Semakin meningkat jumlah bahan baku yang disediakan akan membuat kelacaran proses produksi dapat terjaga. Sehingga dengan lancarnya proses produksi akan membuat volume produksi juga mengalami peningkatan. Dari pernyataan diatas sesuai dengan teori Rangkuti (2004 : 13) tersedianya bahan baku merupakan faktor penting guna kelancaran proses produksi.

b. Upah Tenaga Kerja

Upah Tenaga Kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap Volume Produksi Sedotan Pada PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya dan telah di uji kebenarannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis dan perhitungan tidak sesuai dengan hipotesis dan kerangka pikir yang telah di buat. Upah tenaga kerja yang meningkat seharusnya membuat volume produksi juga ikut meningkat. Tetapi karena perusahaan Hamparan Plastindo Raya merupakan perusahaan yang padat modal dan bukan padat karya artinya hampir seluruh kegiatan proses produksi dijalankan oleh tenaga mesin mulai dari pemasukan bahan baku sampai menghasilkan produk jadi dari pada tenaga manusia sehingga peran tenaga kerja di perusahaan ini memang hanya sebagai operator mesin atau menjalankan aktivitas mesin dalam proses produksi maka setelah di uji secara parsial upah yang di berikan kepada tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap volume produksi. Dari pernyataan diatas sesuai dengan teori


(2)

  92

Sukanto (2000 : 27) yaitu menentukan tenaga kerja di dalam proses produksi

b. Jam Henti Mesin

Jam Henti Mesin berpengaruh signifikan terhadap Volume Produksi Sedotan Pada PT. Hamparan Plastindo Raya di Surabaya dan telah di uji kebenarannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis dan perhitungan sesuai dengan hipotesis dan kerangka pikir yang telah di buat. Bahwa jam henti mesin yang semakin sedikit menyebabkan volume produksi meningkat. Hal ini karena jam henti mesin menunjukan jumlah jam kerja proses produksi mesin untuk melakukan aktivitas merubah bahan baku menjadi barang jadi. Sehingga semakin sedikit jumlah jam henti mesin, maka semakin banyak suatu perusahaan memproduksi produknya, dan volume produksi pun meningkat. Dari pernyataan diatas sesuai dengan teori Assauri (2004 : 79) yaitu pemeliharaan mesin sangat penting guna kelancaran proses produksi.


(3)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik secara simultan Jumlah Bahan Baku (X1), Upah Tenaga Kerja (X2) dan Jam Henti Mesin (X3) berpengaruh signifikan terhadap Volume Produksi Sedotan Pada PT Hamparan Plastindo di Surabaya (Y).

2. Setelah dilakukan uji statistik secara parsial yaitu:

a. Jumlah Bahan Baku (X1) berpengaruh signifikan terhadap Volume Produksi Sedotan Pada PT Hamparan Plastindo di Surabaya (Y). b. Upah Tenaga Kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap Volume

Produksi Sedotan Pada PT Hamparan Plastindo di Surabaya (Y). c. Jam Henti Mesin (X3) berpengaruh signifikan terhadap Volume


(4)

  94

5.2. Saran

1. Bagi Perusahaan

a. Hendaknya perusahaan memperbaiki produktivitas jumlah bahan baku dengan memperkirakan kebutuhan bahan baku sehingga tidak terjadi keterlambatan pengiriman bahan baku dan ketersediaan bahan baku tidak menurun atau mencapai target.

b. Hendaknya perusahaan terus memperhatikan upah tenaga kerja yang diberikan kepada karyawan sehingga tidak adanya masalah dalam sistem pengupahan. Dan diharapkan tenaga kerja lebih memiliki kualitas yang lebih baik, agar dapat bekerja secara optimal sehingga dapat menghasilkan produk yang ada.

c. Hendaknya perusahaan terus meningkatkan pemeliharaan dan perawatan terhadap mesin – mesin yang telah digunakan dalam proses produksi baik dalam frekuensi, jadwal kegiatan produksi, dan metode yang digunakan dalam pemeliharaan mesin. Sehingga apabila pemeliharaan mesin tetap terjaga dengan baik maka akan berakibat terjadinya jam henti mesin juga semakin berkurang dan volume produksi semakin meningkat.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa membuat skripsi ini lebih berkembang, dengan menambah variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.


(5)

Ahyari, Agus, 2003,

Manajemen Produksi

, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta.

Algifari, 2000,

Analisis Regresi

, Edisi kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Assauri, Sofyan, 2004,

Manajemen Produksi dan Operasi

, Edisi Revisi, Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

Amin Widjaya, Iman Syahputra, 2000,

Manajemen Tenaga Kerja

penerbit Bumi Aksara,

Jakarta.

DR. Suharsimi, Arikunto,

Manajemen Penelitian,

Edisi Kedua, Penerbit PT. RINEKA CIPTA,

Jakarta.

Gibson, Donely, Ivancevich, 2001,

Manajemen Produksi,

Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Gitosudarmo, Indriyo, 2002,

Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi

, Edisi Kedua,

Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Gurajati, Damodar, 1999,

Ekonometrika Dasar

, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Handoko, T.Hani, 2000,

Manajemen Produksi dan Operasi

, Edisi Pertama, Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

Harsono, 2000 ,

Dasar – Dasar Manajemen Produksi

, Penerbit Balai Aksara, Jakarta.

Herjanto, Eddy, 2003,

Manajemen Produksi dan Operasi

, Edisi Kedua, Penerbit Grasindo,

Jakarta.

Komarudin, 2001,

Ensiklopedia Manajemen

, Penerbit Alumni, Bandung.

Kusuma, Hendra, 2002,

Manajemen Produksi Perencanaan dan Pengendalian Produksi

,

Penerbit ANDI, Yogyakarta.


(6)

Rangkuti, Freddy, 2004,

Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis,

Penerbit Grafindo,

Jakarta.

Rangkuti, Freddy, 2008,

Riset Pemasaran

, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Schoroeder G, Roger, 2000,

Manajemen Operasi

, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sukanto Reksohardiprodjo, 2000,

Manajemen Produksi dan Operasi,

Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

Swastha dan sukotjo, 2000,

Pengantar Bisnis Modern

, Edisi Ketiga, Penerbit Liberty,