T PD 1308112 Chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelompok eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz (ekspositori).

Alasan mengunakan metode kuasi eksperimen adalah karena pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat dan perlakukan yang dilakukan terhadap variabel bebas dilihat hasilnya pada variabel terikat.

Desain dari penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Nonequivalent Control Group Design dengan tiga variabel yaitu Pangaruh Strategi Problem Solving menurut Wankat dan Oreovicz (X) sebagai variabel bebas (independent variable) dan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis (Y1) dan Self Regulated Learning Siswa (Y2) sebagai variabel terikat (dependent variable). Penelitian ini didesain dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (pretest dan posttes) dan kelompok kontrol / control group pretest dan posttest design (Arikunto, 2010, hlm.124). Desain penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random. (Sugiyono, 2013, hlm. 118)

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen O X O


(2)

Keterangan

O : Pre-tes dan post-tes kemampuan pemahaman konsep matematis dan self regulated learning siswa

X : perlakuan terhadap kelompok eksperimen

Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran secara ekspositori melalui ceramah, diskusi dan penugasan secara individual. Terhadap kedua kelompok tersebut diberikan pre-test dan post-test dengan menggunakan perangkat alat tes, pedoman observasi dan lembar angket likert yang dimodifikasi. Mekanisme penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009, hlm. 56).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang dengan karakteristik yang sama.

Pemahaman Konsep Matematika

(Y1) Strategi Problem Solving

Menurut Wankat Dan Oreovicz (X)

Self Regulated Learning


(3)

2. Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan petimbangan tertentu. Yang artinya sampel diambil berdasarkan kesepakatan antara pihak sekolah dengan peneliti. Hal tersebut dilakukan agar tidak banyak menggangu aktivitas di sekolah tersebut. Oleh kerena itu, sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas pada sekolah yang berbeda dimana satu kelas sebagai kelas dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dan kelas yang satunya lagi adalah kelas dengan pendekatan ekspositori.

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah para siswa dari dua sekolah yang mempunyai karakteristik yang sama, dengan status Sekolah Negeri yang terakreditasi B. Adapun faktor-faktor pendukung yang ada seperti, jumlah siswa yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai siswa dengan jumlah yang tidak jauh berbeda dan latar belakang keluarga yang berbeda-beda pula. Demikina pula basic pendidikan guru pada kedua sekolah hampir sama yaitu telah menempuh Strata 1. Letak kedua SDN yang berada pada satu kecamatan yaitu Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini melibatkan dua jenis variabel yaitu variabel bebas, dan variabel terikat.

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, disebut juga variabel stimulus, predictor, antecedent, atau independent variable (Sugiono, 2009, hlm. 39). Pada penelitian ini pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz merupakan variabel bebas.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, disebut juga dependent variable (Sugiono, 2009, hlm. 39) yaitu pemahaman konsep matematika dan self-regulated learning siswa.


(4)

D. Instrumen Penelitian

Karakteristik yang akan diukur dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematis dan self-regulated learning siswa. Alat test yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu tes dan non tes yang diberikan kepada kelompok siswa yang diberi perlakuan (eksperimen) dan kelompok siswa sebagai pembanding (kontrol). Instrumen penelitian tersebut meliputi soal tes hasil belajar untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep matematis, lembar angket untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan self-regulated learning siswa terhadap pembelajaran, dan catatan harian untuk mendukung hasil observasi. Secara garis besarnya dapat diuraikan Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi :

1. Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika

Tes pemahaman konsep matematika diberikan untuk pre-tes dan post-tes. Pre-tes diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada awal penelitian. Post-tes diberikan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa setelah menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dan pembelajaran ekspositori. Soal tes matematika yang digunakan berbentuk tes uraian sebanyak 10 soal. Pemilihan tes uraian ini bertujuan untuk melihat proses pengerjaan yang dilakukan siswa agar dapat diketahui bagaimana kemampuan pemahaman masalah matematika siswa.

Selain itu, tes bentuk uraian memilki beberapa kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2003, hlm.77) yaitu diantarnya: (1) pembuatan soal bentuk uraian relatif lebih mudah dan dapat dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama; (2) karena dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci, maka proses berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil evaluasi dapat mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya; (3) proses pengerjaan tes akan menghasilkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena tes tersebut menuntut


(5)

siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang relevan.

Dalam penyusunan soal tes tersebut, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan aturan pemberian skor masing-masing butir soal.

Untuk mengevaluasi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, peneliti menggunakan kriteria penilaian dengan berpedoman pada rubik sederhana yang dikembangkan oleh “New standards project” dikemukakan oleh Van De Walle (2008, hlm. 85) dan kemudian dimodifikasi. Kriteria penskoran rubik jawaban tes ini dapat dilihat pada tabel 3.1


(6)

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Respon Siswa Skor

Siswa belum mengerti (siswa menunjukkan kesalahpahaman besar tehadap konsep dan prosedur yang salah atau kegagalan dalam menyelesaikan soal)

Tidak ada jawaban 0

Tidak memuaskan: pencapaian sedikit (tugas dikerjakan dan prosedur penyelesaian dibuat. Ada bagian pencapaian tapi hanya sedikit atau tidak ada keberhasilan.

Ada jawaban tapi jawaban salah 1

Kecil: pencapaian sebagian (sebagian tugas diselesaikan, tapi kurang memahami, masukan langsung atau pengerjaan lebih jauh dibutuhkan) Jawaban benar tetapi penggunaan konsep kurang

lengkap dan jawaban mengandung pergitungan yang salah

2 Pandai ; pencapaian pokok (sedikit kesalahan dan pemahaman cukup Jawaban benar tetapi penggunaan konsep hampir

lengkap, menggunakan algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar namun mengandung sedikit kesalahan

3

Bagus: pencapaian penuh (strategi penyelesaian masalah sudah benar, memiliki pemahaman konsep yang tinggi, prosedur pengerjaan sudah secara

sistematis)

Jawaban benar, penggunaan konsep secara lengkap, hampir semua petunjuk soal diikuti, penggunaan

algoritma secara lengkap dan benar, melakukan peritungan secara sistematis.

4

Dapat kita ketahui bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan informasi selengkap-lengkapnya tentang peserta didik untuk tujuan pembuatan keputusan pembelajaran (Ibrahim dan Nur dalam Zalinar, 2012, hlm. 51) mengemukakan ada empat prinsip-prinsip yang dijadikan landasan untuk melakukan penilaian yaitu: (1) penilaian harus ditujukkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran; (2) metode penilaian harus dirancang sehingga memungkinkan peserta didik mampu mendemonstrasikan apa yang diketahui


(7)

bukan mengungkapkan apa yang tidak diketahui; (3) penilaian bersifat opersional, untuk mencapai pembelajaran matematika; dan (4) kualitas alat penilaian tidak ditentukan oleh mudahnya pemberian skor, dan alat penilaian seyogyanya bersifat praktis untuk dilakukan.

Demikain pula pernyataan yang dikemukakan oleh Suydam (dalam Zalinar, 2012, hlm. 52) mengenai penulisan evaluasi matematis haruslah memperhatikan beberapa hal berikut ini: (1) memilih teknik pengukuran yang paling efektif untuk tujuan yang lebih spesifik; (2) menggunakan kalimat yang sederhana dan jelas, dengan bahasa yang mudah diapahami oleh peserta didik; (3) merangsang setiap item tes sedemikian hingga dapat sebagai bukti bahwa tujuan telah tercapai; (4) memulai dengan soal tes yang mudah; (5) buatlah petunjuk dengan jelas, ringkas; (6) analisislah jawaban siswa pada tiap-tiap soal, untuk digunakan sebagai diagnostik. Masingilia dan Wisnowska (dalam Zaliniar, 2012, hlm. 52) menyatakan bahwa rubrik skoring (scoring rubrics) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untu menilai tugas-tugas menulis matematis. Demikain halnya peneliti merujuk pada pernyataan tersebut dimana penilaian dalam penelitian ini menggunakan rubrik skoring.

Soal tes sebelum digunakan sebagai instrumen pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji coba. Uji coba dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh perangkat instrumen pengumpul data yang handal, sehingga data yang didapat akan lebih akurat. Hal yang serupa diungkapkan oleh Suherman dan Kusumah (1990, hlm. 134) bahwa untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik diperlukan alat evaluasi yang baik pula dan evaluasi yang baik adalah yang dapat memberi gambaran yang benar tentang kemajuan terhadap peserta didik.

Ada satu tahapan sebelum soal-soal diuji cobakan, yaitu peneliti meminta pertimbangan pada rekan yang dianggap berkompeten dibidangnya, dosen pembimbing dan para ahli untuk menguji validitas yang terdiri dari validitas muka dan validitas isi terhadap soal-soal tersebut, barulah soal tersebut diujikan secara empirik dengan cara soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diujicobakan kepada siswa kelas VI Sekolah Dasar. Jumlah siswa yang mengikuti uji coba sebanyak 40 orang. Setelah dilakukan uji coba, hasil yang diperoleh dari


(8)

uji coba itu dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.

a. Analisis Validitas Tes 1) Validitas logis

Uji validitas yang termasuk dalam validitas logis yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi dan validitas muka (face validity). Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya tidak salah tafsir atau kejelasan bahasa/redaksional dan gambar/representasi dari setiap butir tes yang diberikan. Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas muka yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan ketika menjawab soal tersebut (Suherman, 2003, hlm. 106)

Validatas isi suatu evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan. Validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian materi tes dengan kisi-kisi tes, materi ajar yang telah diajarkan dan apakah soal pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan indikator kemampuan yang diukur dan tingkat kesukaran untuk siswa.

2) Validitas empiris

Uji validitas yang termasuk dalam validitas empiris yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas butir soal. Untuk menguji validitas setiap butir soal, maka skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Product Moment Pearson (Arikunto, 2009, hlm. 72), rumusnya dinyatakan sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ Keterangan


(9)

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua veriabel yang dikorelasikan.

N = banyak pasangan nilai

X = nilai rata-rata soal-soal tes pertama perorangan Y = nilai rata-rata soal soal-soal tes kedua perorangan

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi (Suherman, 2003, hlm. 113) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen Koefisien Korelasi Instrumen Validitas

0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi (baik)

0,40 ≤ rxy < 0,70 Cukup (sedang)

0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah (kurang)

0,00 ≤ rxy < 0,20 Sangat Rendah (sangat kurang ) rxy < 0,00 Tidak Valid

Penjelasan dari tabel di atas adalah, jika butir soal dengan koefisien korelasi lebih dari atau sama dengan 0,90 dan kurang dari atau sama dengan 1,00 maka interpretasi untuk soal tersebut sangat tinggi. Jika koefisien korelasi lebih dari atau sama dengan 0,70 dan kurang dari 0,90 maka interpretasi untuk soal tersebut tinggi, jika koefisien korelasi lebih dari atau sama dengan 0,40 dan kurang dari 0,70 maka interpretasi untuk soal tersebut cukup, jika koefisien korelasi lebih dari atau sama dengan 0,20 dan kurang dari 0,40 maka interpretasi untuk soal tersebut rendah, jika koefisien korelasi lebih dari atau sama dengan 0,00 dan kurang dari 0,20 maka interpretasi untuk soal tersebut sangat rendah, jika koefisien korelasi kurang dari 0,00 maka interpretasi untuk soal tersebut tidak valid.

Pada taraf signifikansi 5% dengan n = 40 diperoleh rtabel sebesar 0,312. Selanjutnya rxy dibandingkan dengan rtabel. Tiap item tes dikatakan valid apabila


(10)

Hasil perhitungan dengan menggunakan Exel dan interpretasi validasi butir soal untuk tes kemampuan pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini seperti yang terdapat pada lampiran C1 secara singkat dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Data Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis No

Soal

Koefisien (rxy)

Interpretasi Kreteria

1 0,62 Cukup Valid

2 0,45 Cukup Valid

3 0,70 Tinggi Valid

4 0,74 Tinggi Valid

5 0,50 Cukup Valid

6 0,45 Cukup Valid

7 0,64 Cukup Valid

8 0,70 Tinggi Valid

9 0,55 Cukup Valid

10 0,75 Tinggi Valid

Tabel di atas menunjukkan data hasil uji coba validitas butir soal untuk tes kemampuan pemahaman konsep matematis dengan rincian soal nomor satu koefisien korelasi sebesar 0,62 masuk dalam kategori cukup maka dinyatakan valid, rincian soal nomor dua koefisien korelasi sebesar 0,45 masuk dalam kategori cukup maka dinyatakan valid, rincian soal nomor tiga koefisien korelasi sebesar 0,70 masuk dalam kategori tinggi maka dinyatakan valid, rincian soal nomor empat koefisien korelasi sebesar 0,74 masuk dalam kategori tinggi maka dinyatakan valid, rincian soal nomor lima koefisien korelasi sebesar 0,50 masuk dalam kategori cukup maka dinyatakan valid, rincian soal nomor enam koefisien korelasi sebesar 0,45 masuk dalam kategori maka cukup dinyatakan valid, rincian soal nomor tujuh koefisien korelasi sebesar 0,64 masuk dalam kategori cukup maka dinyatakan valid, rincian soal nomor delapan koefisien korelasi sebesar 0,70 masuk dalam kategori tinggi maka dinyatakan valid, rincian soal nomor sembilan koefisien korelasi sebesar 0,55 masuk dalam kategori cukup maka dinyatakan valid, rincian soal nomor sepuluh koefisien korelasi sebesar 0,75 masuk dalam kategori tinggi maka dinyatakan valid.


(11)

Melihat hasil penyajian data di atas maka dapat dinyatakan terdapat empat soal masuk dalam kategori tinggi, dan enam soal masuk dalam kategori cukup. Maka dari itu 10 soal itu dinyatakan valid.

b. Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Untuk mencari reliabilitas butir soal tes berbentuk uraian menggunakan rumus Alpha (Suherman, 2003, hlm. 154), yaitu:

= ∑ Keterangan

= koefisien reliabilitas n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah varians skor setiap item = varians skor total

Jumlah varians skor setiap item dan varians total, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

= ∑ (∑ )

Keterangan:

= varians tiap skor soal ∑ = jumlah tiap skor soal

∑ = jumlah kuadrat tiap skor soal = jumlah siswa

Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas digunakan tolak ukur Guilford (dalam Suherman, 2003, hlm. 139), sebagai berikut:


(12)

Tabel 3.4

Klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi Derajat Reliabilitas

r11≤ 0,20 Sangat rendah 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah 0,40 < r11≤ 0,70 Sedang 0,70 < r11 ≤ 0,90 Tinggi 0,90 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi

Tabel di atas menunjukkan interprestasi koefisien reliabilitas, jika koefisien reliabilitas kurang dari atau sama dengan 0,20 maka soal tersebut dinyatakan sangat rendah, jika koefisien reliabilitas lebih dari 0,20 dan kurang dari atau sama dengan 0,40 maka interpretasi untuk soal tersebut dinyatakan rendah, jika koefisien reliabilitas lebih dari 0,40 dan kurang dari atau sama dengan 0,70 maka interpretasi untuk soal tersebut dinyatakan sedang, jika koefisien reliabilitas lebih dari 0,70 dan kurang dari atau sama dengan 0,90 maka interpretasi untuk soal tersebut dinyatakan tinggi, dan jika koefisien reliabilitas lebih dari 0,90 dan kurang dari atau sama dengan 1,00 maka interpretasi untuk soal tersebut dinyatakan sangat tinggi.

Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak, maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha cronchbach dengan bantuan exel realstat, seperti yang terdapat pada lampiran C1, secara ringkasnya disajikan pada tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Data Reliabilitas

Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

rhitung Kriteria Kategori


(13)

Berdasarkan analisis reliabilitas uji soal kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada tabel di atas, diperoleh reliabilitas sebesar 0,8. Bila diinterprestasikan dalam kriteria di atas, maka tes r tersebut memiliki reliabilitas tinggi. Dengan kata lain soal memiliki kekonsistenan yang sedang atau akan memberikan hasil yang relatif sama bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun pada waktu yang berbeda, serta tempat dan kondisi yang berbeda pula.

c. Analisis Daya Pembeda

Dalam bukunya Arikunto (2009, hlm. 214) menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang (berkemampuan rendah). Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bilamana memang siswa yang pandai dapat menyelesaikan soal dengan baik, dan siswa yang kurang pandai tidak dapat mengerjakan soal tersebut dengan baik. Daya pembeda dihitung dengan membagi testee ke dalam dua kelompok, yang pertama kelompok atas (the higher group), yaitu kelompok testee yang tergolong pandai dan kelompok bawah (the lower group), yaitu kelompok yang tergolong rendah. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus (Suherman, 2003, hlm. 160) , yaitu:

Keterangan

DP =daya pembeda

= jumlah benar untuk kelompok atas = jumlah benar untuk kelompok bawah = jumlah siswa kelompok atas

Hasil perhitungan daya pembeda kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Suherman dan Kusumah (1990, hlm. 202)


(14)

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Besarnya Daya Pembeda (DP) Instrumen Validitas

DP ≤ 0,00 Sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP≤ 1,00 Sangat Baik

Tabel di atas menunjukkan klasifikasi daya pembeda butir soal, jika daya pembeda butir soal berada pada nilai 0,00 maka daya pembeda butir soal tersebut dinyatakan sangat jelek, jika daya pembedanya lebih dari 0,00 dan kurang dari atau sama dengan 0,20 maka daya pembeda butir soal tersebut dinyatakan jelek, jika daya pembedanya lebih dari 0,20 dan kurang dari atau sama dengan 0,40 maka daya pembeda soal tersebut dinyatakan cukup, jika daya pembedanya lebih dari 0,40 dan kurang dari atau sama dengan 0,70 maka daya pembeda soal tersebut dinyatakan baik, jika daya pembedanya lebih dari 0,70 dan kurang dari atau sama dengan 1,00 maka daya pembeda soal dapat dinyatakan sangat baik.

Jika DP sama dengan 1,00 akan diperoleh kesamaan 1,00 =

sehingga = =

Kondisi ini hanya dapat dipenuhi jika = 0 sehingga = . Hal ini berarti semua siswa kelas atas (pandai) dapat menjawab benar dan semua siswa kelas bawah (kurang pandai) menjawab dengan salah. Demikain dengan soal yang mempunyai daya pembeda = 1,00 dapat membedakan kemampuan siswa pandai dan kurang pandai dengan sempurna, sehingga kategori daya pembeda soal tersebut sangat baik.

Adapun hasil analisisi daya pembeda instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat pada lampiran C2, secara ringkasnya disajikan dalam tabel 3.7 di bawah ini:


(15)

Tabel 3.7 Data Daya Pembeda

Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

No. Soal Daya Pembeda Interprestasi

1 0,42 Baik

2 0,31 Cukup

3 0,44 Baik

4 0,60 Baik

5 0,27 Cukup

6 0,10 Jelek

7 0,73 Sangat Baik

8 0,27 Cukup

9 0,25 Cukup

10 0,56 Baik

Tabel di atas menunjukkan bahwa daya pembeda dengan klasifiaksi jelek sebanyak satu yaitu soal nomor enam dengan daya pembeda 0,01. Untuk mengatasi hal yang demikian ini peneliti mengkonsultasikan soal nomor enam tersebut kepada guru kelas, sehingga didapatkan solusi dengan melakukan perbaikan konteks/keterbacaan pada soal tersebut agar lebih dimengerti oleh siswa. Dari sepuluh soal terdapat daya pembeda dengan klasifikasi cukup sebanyak empat butir soal dengan masing-masing besarnya daya pembeda sebagai berikut soal nomor dua besarnya daya pembeda yaitu 0,31, soal nomor lima dan nomor delapan memilki daya pembeda yang sama yaitu 0,27, soal nomor sembilan dengan daya pembeda sebesar 0,25.

Dari tabel di atas dapat kita lihat ada empat kategori baik daya pembeda soal yang masing–masing yaitu soal nomor satu dengan besar daya pembeda 0,42, soal nomor tiga dengan daya pembeda sebesar 0,44, soal nomor empat dengan daya pembeda sebesar 0,60. Hanya terdapat satu daya pembeda dengan kategori sangat baik, yaitu terdapat pada soal nomor tujuh dengan daya pembeda sebesar 0,73.

d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu butir soal dapat dikatakan memiliki indeks kesukaran yang baik jika soal tesebut tidak terlalu mudah dan tiadak terlalu sukar.


(16)

Tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus (Suherman 2003, hlm. 170):

Keterangan

IK = indeks kesukaran

= jumlah benar untuk kelompok atas = jumlah benar untuk kelompok bawah = jumlah siswa kelompok atas

= jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada butir soal yang diolah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal (Suherman 2003, hlm. 170) sebagai berikut:

Tabel 3.8

Klasifikasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran

IK = 0,00 Terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK= 1,00 Terlalu mudah

Tabel di atas menunjukkan klasifikasi tingkat kesukaran, jika tingkat kesukaran suatu butir soal sebesar 0,00 maka soal tersebut dinyatakan teralu sukar, jika tingkat kesukaran berada pada nilai lebih dari 0,00 dan kurang dari atau sama dengan 0,30 maka soal tersebut dinyatakan sukar, bila tingkat kesukaran butir soal ada pada nilai lebih dari 0,30 dan kurang dari atau sama dengan 0,70 maka soal tersebut dinyatakan sedang, jika tingkat kesukaran butir soal ada pada nilai lebih dari 0,70 dan kurang dari atau sama dengan 1,00 maka


(17)

soal tersebut dinyatakan mudah, jika tingkat kesukaran suatu butir soal sama dengan 1,00 maka soal tersebut dinyatakan teralu mudah.

Hasil perhitungan indeks kesukaran instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran C3, dan secara ringkas disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.9

Data Tingkat Kesukaran

Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,34 Sedang

2 0,71 Mudah

3 0,52 Sedang

4 0,43 Sedang

5 0,29 Sukar

6 0,21 Sukar

7 0,43 Sedang

8 0,29 Sukar

9 0,31 Sedang

10 0,38 Sedang

Berdasarkan data dari tabel di atas, terdapat satu butir soal yang termasuk kategori mudah yaitu soal nomor dua dengan indeks kesukaran 0,71, dan terdapat enam butir soal yang berkategori sedang dengan indeks kesukaran masing-masing yaitu: soal nomor satu dengan indeks kesukaran 0,34, soal nomor tiga dengan indeks kesukaran 0,52, soal nomor empat dan tujuh memiliki indeks kesukaran yang sama 0,43, soal nomor sembilan dengan indeks kesukaran 0,31, serta soal nomor sepuluh dengan indeks kesukaran 0,38, sedangkan soal yang termasuk kategori sukar ada tiga butir yaitu: soal nomor lima dan delapan yang mempunyai indeks kesukaran yang sama 0,29, serta soal nomor enam dengan indeks kesukaran 0,21.

Setelah melakukan perhitungan uji coba maka dapat dianalisis semua soal dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.


(18)

Tabel 3.10

Rangkuman Interpretasi Hasil Uji Coba Butir Soal

No. Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keterangan rxy Kriteria DP Kriteria IK Kriteria

1 0,62 Valid 0,42 Baik 0,34 Sedang Digunakan 2 0,45 Valid 0,31 Cukup 0,71 Mudah Digunakan 3 0,70 Valid 0,44 Baik 0,52 Sedang Digunakan 4 0,74 Valid 0,60 Baik 0,43 Sedang Digunakan 5 0,50 Valid 0,27 Cukup 0,29 Sukar Digunakan 6 0,45 Valid 0,10 Jelek 0,21 Sukar Digunakan 7 0,64 Valid 0,73 Sangat Baik 0,43 Sedang Digunakan 8 0,70 Valid 0,27 Cukup 0,29 Sukar Digunakan 9 0,55 Valid 0,25 Cukup 0,31 Sedang Digunakan 10 0,75 Valid 0,56 Baik 0,38 Sedang Digunakan

2. Instrumen Non Tes

a. Klasifikasi Self-Regulated Learning

Instrumen self-regulated learning siswa diukur dengan menggunakan lembaran angket self-regulated learning. Angket self-regulated learning siswa mencerminkan kemandirian belajar yang dimiliki siswa menurut aspek ciri-ciri self-regulated learning siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekonsistenan tanggapan siswa terhadap angket self-regulated learning. Tanggapan yang diberikan kepada siswa terhadap angket ini menggunakan skala Likert yang dimodifikasi.

Mengenai skala Likert manurut Widoyoko (2012, hlm. 115) bahwa prinsip pokok skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan.

Untuk skala Likert digunakan skala dengan 4 angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan skala 4 (empat) berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam


(19)

bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan tingkatan. Contoh pilihan respons:

SS = Sangat Sering S = Sering

J = Jarang TP = Tidak Pernah

Untuk menilai validitas semua pernyataan motivasi belajar, dilakukan judgement oleh tiga orang pakar dengan kualitas doktor. Untuk memperoleh item soal angket yang layak pakai, seluruh aspek dikembangkan menjadi indikator yang kemudian dari indikator tersebut dikembangkan menjadi item-item pernyataan sebanyak 32 item. Menurut para penimbang item-item yang kurang layak, baik secara konstruk maupun kebahasaannya, dilakukan revisi sesuai dengan saran-saran para penimbang tersebut.

b. Analisis Validitas Tes Self-Regulated Learning Siswa 1) Validitas empiris

Untuk mengetahui apakah uji coba tes self-regulated learning siswa itu valid atau tidak, maka dilakukanlah uji validitas tes, dengan tujuan apakah tes tersebut dapat digunakan untuk instrumen penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran C4. Berikut disajikan hasil validitas tes self-regulated learning siswa secara singkat pada tabel 3.11.


(20)

Tabel 3.11

Data Hasil Uji Coba Validitas Angket Self-Regulated Learning Siswa

No Soal Koefisien (rxy)

Interpretasi Kreteria

1 0,83 Tinggi Valid

2 0,36 Rendah Valid

3 0,58 Cukup Valid

4 0,70 Tinggi Valid

5 0,35 Rendah Valid

6 0,42 Cukup Valid

7 0,54 Cukup Valid

8 0,70 Tinggi Valid

9 0,49 Cukup Valid

10 0,72 Tinggi Valid

11 0,36 Rendah Valid

12 0,38 Rendah Valid

13 0,77 Tinggi Valid

14 0,32 Rendah Valid

15 0,38 Rendah Valid

16 0,34 Rendah Valid

17 0,66 Cukup Valid

18 0,39 Rendah Valid

19 0,31 Rendah Valid

20 0,38 Rendah Valid

21 0,42 Cukup Valid

22 0,37 Rendah Valid

23 0,67 Cukup Valid

24 0,66 Cukup Valid

25 0,47 Cukup Valid

26 0,38 Rendah Valid

27 0,49 Cukup Valid

28 0,34 Rendah Valid

29 0,58 Cukup Valid

30 0,44 Cukup Valid

31 0,49 Cukup Valid

32 0,37 Rendah Valid

Melihat hasil penyajian data pada tabel di atas maka dapat dinyatakan terdapat lima soal masuk dalam kategori tinggi, dan 13 soal masuk dalam kategori cukup, dan 14 soal masuk dalam kategori rendah. Maka dari itu 32 soal itu dinyatakan valid.


(21)

b. Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Hasil perhitungan reliabilitas soal uji coba self-regulated learning siswa dapat dilihat pada lampiran C4, berikut disajikan secara singkat pada tabel 3.12.

Tabel 3.12 Data Reliabilitas

Angket Self-Regulated Learning Siswa

rhitung Kriteria Kategori

0,89 Reliabel Tinggi

Berdasarkan analisis reliabilitas uji tes self-regulated learning siswa pada tabel di atas, diperoleh reliabilitas sebesar 0,89. Bila diinterprestasikan dalam kriteria di atas, maka tes tersebut memiliki reliabilitas tinggi. Dengan kata lain soal memiliki kekonsistenan yang sedang atau akan memberikan hasil yang relatif sama bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun pada waktu yang berbeda, serta tempat dan kondisi yang berbeda pula.

E. Observasi

Dalam melakukan pengamatan secara langsung aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru, peneliti melakukan observasi. Sentosa (2013, hlm. 19) menyatakan “observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi

objek penelitian tersebut.” Observasi pada penelitian ini dilakukan pada setiap tindakan aktivitas belajar siswa dan guru pada kelas eksperimen. Lembar observasi ini hanya digunakan pada kelas eksperimen karena indikator-indikator pengamatan dikembangkan dibuat hanya untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian


(22)

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, serta gejala-gejala yang terjadi terhadap objek yang diobservasi (Sugiyono, 2009, hlm. 117).

F. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan yang digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini:

Tahap 1: Persiapan

1. Pengajuan judul dan pembuatan proposal 2. Seminar proposal dan perbaikan hasil proposal 3. Membuat instrumen dan merancang bahan ajar 4. Validasi instrumen dan merevisinya

5. Mengurus perizinan melakukan penelitian 6. Uji coba instrumen

7. Analisis hasil uji coba

Tahap 2: Pelaksanaan

1. Pre-tes kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa, dan 2. Angket self-regulated learning siswa pada kelas kontrol dan

eksperimen

Kelas kontrol Kelas Esperimen

Pembelajaran menggunakan 1. Pembelajaran menggunakan Ekspositori strategi problem solving

menurut Wankat dan Oreovicz

2. Pengisian lembar observasi

1. Post-tes kemampuan pemahaman konsep matematis 2. Angket self-regulated learning siswa


(23)

Tahap 3: Analisis Data

 Data kuantitatif : pre-tes dan post-tes  Data kualitatif : lembar observasi,

angket self-regulated learning

Tahap 4: Penarikan kesimpulan dan saran

 menarik kesimpulan dari data kuantitarif  mendeskripsikan data kualitatif

 penyusunan lapor

Bagan 3.1

Rancangan Alur Kegiatan Penelitian 1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengajukan judul penelitian, menyusun proposal penelitian;

b. kemudian diseminarkan dan setelah mendapat masukan dari tim penelaah seminar proposal maka proposal akan diperbaiki;

c. Membuat instrumen penelitian dan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau bahan ajar;

d. Memvalidasi instrumen, menganalisis, dan merevisinya sebelum penelitian; e. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada pihak-pihak terkait;

f. Melaksanakan uji coba lapangan, mengumpulkan data hasil uji coba dan menganalisis data tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Menentukan sampel penelitian, memberikan soal pretes baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk menetahui kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa, dan pemberian angket self-regulated learning siswa sebelum mendapat perlakuan;


(24)

b. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz di kelas eksperimendan pembelajaran ekspositori di kelas kontrol

c. Di kelas dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreoviczdilakukan observasi pada guru dan siswa di setiap pertemuan untuk mengamati situasi yang terjadi dalam kelas ketika pembelajaran itu berlangsung;

d. Memberikan post-tes baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, dan memberikan angket self-regulated learning siswa untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa setelah mendapat perlakuan.

3. Tahap Akhir

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah: a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif;

b. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap data pre-tes dan post-tes; c. Melakukan analisis data kualitatif terhadap data lembar observasi.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:

i. Menarik kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai kemampuan pamahaman konsep matematis dan self-regelated learning siswa;

ii. Menarik kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai proses pembelajaran dengan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz.

iii. Penyusunan laporan

G. Teknik pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes, skala sikap, dan lembar observasi. Data yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dikumpulkan melalui tes (pre-tes dan post-tes). Sedangkan data


(25)

yang berkaitan self-regulated learning siswa dikumpulkan melalui skala sikap, lembar observasi.

Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut ini:

Tabel 3.13

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik

Pengumpulan Instrumen

1. Siswa

Kemampuan pemahaman matematis dengan menjawab soal-soal uraian yang diberikan sesuai dengan materi. Tes ini diberikan sebelum dan setelah mendapat perlakuan

Tes Pre-tes

dan post-tes

Soal uraian yang berhubungan dengan materi

2. Siswa

Self-regulated learning siswa

diberikan sebelum dan setelah diberikan perlakuan

Skala Sikap

Angket Self-regulated learning

siswa untuk mengetahui kemandirian belajar siswa

3. Siswa dan Guru

Keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan

menggunakan strategi problem

solving menurut Wankat

danOreovicz

Observasi

Pedoman observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran

H. Teknik Analisis Data

Jenis data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dan self-regulated learning siswa.

Pengolahan dan analisis data hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 20. Adapun langkah-langkahnya uji statistik yang dilakukan oleh peneliti adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua rerata atau uji t.


(26)

Berikut ini akan diuraikan langkah demi langkah dalam perhitungan secara statistiknya:

1. Analisis Data Kuantitatif a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. dikarenakan jumlah data sebanyak 32 orang, maka untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Saphiro Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Uji normalitas ini dilakukan terhadap pre-tes dan N-Gain dari dua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal maka dalam menguji kesamaan dua rerata digunakan uji t. Apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa sebaran data tidak berdistribusi nomal maka untuk menguji kesamaan dua rerata digunakan perhitungan dengan statistik nonparametrik, yaitu uji Man-Whitney. Uji normalitas menggunakan bantuan SPSS 20 pada taraf signifikansi 5%.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika Sig. lebih besar dari α = 0,05 maka H0 diterima, dan H1 ditolak (Pramesti, 2014, hlm. 28)

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas variansi antara dua kelas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variansi kedua kelas sama atau berbeda. Uji homogenitas dilakukan apabila pada uji normalitas diperoleh kesimpulan bahwa data berdistribusi normal. Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji kesamaan variansi dari skor pretes, postes, dan gain pada kedua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol) untuk setiap aspek kemampuan matematis. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Levene dengan bantuan SPSS 20 pada taraf signifikansi 5%.

Hipotesis yang akan diuji dapat juga dinyatakan sebagai berikut (Sudjana, 2005, hlm. 237)


(27)

H0 : Variansi skor tes kemampuan pemahaman konsep matematika kelompok homogen.

H1 : Variansi skor tes kemampuan pemahaman konsep matematika kelompok tidak homogen.

Keterangan:

Variansi skor tes kelas dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz

Variansi skor tes kelas ekspositori

Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika Sig. lebih besar dari α = 0,05 maka H0 diterima, dan H1 ditolak (Pramesti, 2014, hlm. 33)

c. Uji Perbedaan Dua Rerata

Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis dan self-regulated learning siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara ekspositori maka dilakukan pengujian perbedaan dua rerata

dengan α = 0,05.

Jika hasil dari pengujian normalitas dan homogenitas didapatkan bahwa data itu berdistribusi normal dan homogen terhadap data pre-tes dan pot-tes, pada kedua kelas maka langkah selanjutnya dilakukanlah uji perbedaan dua rerata yang digunakan adalah uji t independent sample test.

Adapun hipotesis untuk kemampuan pemahaman konsep matematis adalah: H0 : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

H1 : µ1 ≠ µ2 Terdapat perbedaan rerata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat


(28)

dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

Hipotesis self regulated learning siswa adalah:

H0 : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan rata-rata self regulated learning siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

H1 : µ1≠ µ2 Terdapat perbedaan rata-rata self regulated learning siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

Keterangan

µ1 = rerata skor postes kelas dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz

µ2 = rerata skor postes kelas dengan pembelajaran secara ekspositori.

Jika data hasil tes kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan dua rerata untuk data pretes dan postes menggunakan uji t-independen. Jika data hasil tes kedua kelas berdistribusi normal dan variansi keduanya tidak

homogen, maka digunakan uji t’ independen. Jika data hasil tes kedua kelas tidak

berdistribusi normal dan variansi keduanya tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah pengujian bebas asumsi atau uji nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney U (uji-U).

Berikut uji statistik yang digunakan untuk uji t independen dengan rumus (Sudjana, 2005, hlm. 239):

x x


(29)

x x

Keterangan:

S = Simpangan baku gabungan dari kedua kelompok.

S1 = Simpangan baku kelas yang menggunakan strategi problem solving

menurut Wankat dan Oreovicz

S2 = Simpangan baku kelas yang menggunakan pembelajaran secara ekspositori.

X 1= Rerata skor post-tes pada strategi problem solving menurut Wankat dan

Oreovicz

X = Rerata skor post-tes yang menggunakan pembelajaran secara ekspositori n1 = Banyak siswa kelas yang menggunakan strategi problem solving menurut

Wankat dan Oreovicz.

n2 = Banyak siswa kelas yang menggunakan pembelajaran secara ekspositori

Dalam menghitung uji perbedaan dua rerata ini peneliti menggunakan sofware SPSS 20. Sehingga pengujian hipotesisnya berdasarkan p value (significance atau sig) dengan kriteria sebagi berikut:

Jika sig (1 tailed) = sig (2 taliled) < dengan = 0,05 maka H0 ditolak Jika sig (1 tailed) = sig (2 taliled) ≥ dengan = 0,05 maka H0 diterima

d. Data N-Gain

Untuk mengetahui peningkatan kamampuan pemahaman konsep matematis dan sel-regulated learning siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan perhitungan skor N-Gain dengan rumus dalam Hake (1999, hlm. 1), yaitu:


(30)

Hasil perhitungan kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan N-Gain ternormalisasi berikut:

Tabel 3.14

Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi

Indeks Gain Kriteria

≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ < 0,700 Sedang

< 0,30 Rendah

Berdasarkan pemaparan di atas selanjutnya peneliti menggambarkan alur analisis untuk data kuantitatif pada penelitian ini disajikan secara singkat pada bagan di bawah ini:

Data

Tidak

Uji Normalitas Uji Non Parametrik

(Mann Whitney)

Ya Tidak

Uji Homogenitas Uji Perbedaan Dua Rerata

(Uji )

Ya

Uji Perbedaan Dua Rerata (Uji t)


(31)

Bagan 3.2

Alur Analisis Data Kuantitatif 2. Analisis Data Kualitatif

Kelas eksperimen, dengan melakukan analisis kualitatif terhadap data hasil observasi.

Data hasil observasi Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Dengan lembar observasi ini peneliti dapat mengamati semua kegiatan atau aktivitas baik siswa maupun guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen. Tujuan dari pengamatan ini tidak lain ingin memperoleh gambaran mengenai proses pelaksanaan pembelajaran dengan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz di kelas tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz.


(32)

(1)

H0 : Variansi skor tes kemampuan pemahaman konsep matematika kelompok homogen.

H1 : Variansi skor tes kemampuan pemahaman konsep matematika kelompok tidak homogen.

Keterangan:

Variansi skor tes kelas dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz

Variansi skor tes kelas ekspositori

Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika Sig. lebih besar dari α = 0,05 maka H0 diterima, dan H1 ditolak (Pramesti, 2014, hlm. 33)

c. Uji Perbedaan Dua Rerata

Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis dan self-regulated learning siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara ekspositori maka dilakukan pengujian perbedaan dua rerata

dengan α = 0,05.

Jika hasil dari pengujian normalitas dan homogenitas didapatkan bahwa data itu berdistribusi normal dan homogen terhadap data pre-tes dan pot-tes, pada kedua kelas maka langkah selanjutnya dilakukanlah uji perbedaan dua rerata yang digunakan adalah uji t independent sample test.

Adapun hipotesis untuk kemampuan pemahaman konsep matematis adalah: H0 : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

H1 : µ1 ≠ µ2 Terdapat perbedaan rerata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat


(2)

dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

Hipotesis self regulated learning siswa adalah:

H0 : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan rata-rata self regulated learning siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

H1 : µ1≠ µ2 Terdapat perbedaan rata-rata self regulated learning siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

Keterangan

µ1 = rerata skor postes kelas dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz

µ2 = rerata skor postes kelas dengan pembelajaran secara ekspositori.

Jika data hasil tes kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan dua rerata untuk data pretes dan postes menggunakan uji t-independen. Jika data hasil tes kedua kelas berdistribusi normal dan variansi keduanya tidak

homogen, maka digunakan uji t’ independen. Jika data hasil tes kedua kelas tidak

berdistribusi normal dan variansi keduanya tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah pengujian bebas asumsi atau uji nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney U (uji-U).

Berikut uji statistik yang digunakan untuk uji t independen dengan rumus (Sudjana, 2005, hlm. 239):

x x


(3)

x x

Keterangan:

S = Simpangan baku gabungan dari kedua kelompok.

S1 = Simpangan baku kelas yang menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz

S2 = Simpangan baku kelas yang menggunakan pembelajaran secara ekspositori. X 1= Rerata skor post-tes pada strategi problem solving menurut Wankat dan

Oreovicz

X = Rerata skor post-tes yang menggunakan pembelajaran secara ekspositori n1 = Banyak siswa kelas yang menggunakan strategi problem solving menurut

Wankat dan Oreovicz.

n2 = Banyak siswa kelas yang menggunakan pembelajaran secara ekspositori Dalam menghitung uji perbedaan dua rerata ini peneliti menggunakan sofware SPSS 20. Sehingga pengujian hipotesisnya berdasarkan p value (significance atau sig) dengan kriteria sebagi berikut:

Jika sig (1 tailed) = sig (2 taliled) < dengan = 0,05 maka H0 ditolak Jika sig (1 tailed) = sig (2 taliled) ≥ dengan = 0,05 maka H0 diterima d. Data N-Gain

Untuk mengetahui peningkatan kamampuan pemahaman konsep matematis dan sel-regulated learning siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan perhitungan skor N-Gain dengan rumus dalam Hake (1999, hlm. 1), yaitu:


(4)

Hasil perhitungan kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan N-Gain ternormalisasi berikut:

Tabel 3.14

Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi Indeks Gain Kriteria

≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ < 0,700 Sedang

< 0,30 Rendah

Berdasarkan pemaparan di atas selanjutnya peneliti menggambarkan alur analisis untuk data kuantitatif pada penelitian ini disajikan secara singkat pada bagan di bawah ini:

Data

Tidak

Uji Normalitas Uji Non Parametrik

(Mann Whitney)

Ya Tidak

Uji Homogenitas Uji Perbedaan Dua Rerata

(Uji )

Ya

Uji Perbedaan Dua Rerata (Uji t)


(5)

Bagan 3.2

Alur Analisis Data Kuantitatif 2. Analisis Data Kualitatif

Kelas eksperimen, dengan melakukan analisis kualitatif terhadap data hasil observasi.

Data hasil observasi Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Dengan lembar observasi ini peneliti dapat mengamati semua kegiatan atau aktivitas baik siswa maupun guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen. Tujuan dari pengamatan ini tidak lain ingin memperoleh gambaran mengenai proses pelaksanaan pembelajaran dengan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz di kelas tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan strategi problem solving menurut Wankat dan Oreovicz.


(6)