ANALISIS KUALITAS PELAYANAN BADAN PERIJINAN TERPADU DALAM MENINGKATKAN INVESTASI DI KABUPATEN SRAGEN

(1)

commit to user

i

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN BADAN PERIJINAN

TERPADU DALAM MENINGKATKAN INVESTASI DI

KABUPATEN SRAGEN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan

Minat Utama:

Ekonomi Dan Sumberdaya Manusia

Diajukan oleh : Maya Widiarti NIM : S 4209135

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Penghargaan atas kerja keras dan pengorbanan atas waktu yang terbagi pada saat pembuatan tesis ini ku persembahkan untuk:

1. Suamiku tersayang yang telah mendampingiku, yang tiada bosan memotivasi dan memberikan semangat dalam hiduku, syukron abi.

2. Iz Qonita, buah hatiku yang selalu menjadi spirit dalam hidupku. Maafkan umi mengambil beberapa waktu bermain denganmu selama perjuangan ini. 3. Bapak dan Ibu yang selalu membantu dan memotivasi untuk maju.

4. Teman-teman di kantor BPT Kabupaten Sragen terima kasih atas motivasi dan dukungannya, khususnya kepada Kepala BPT dan Kabid. PM

5. Teman-teman Almamaterku Magister Studi Ekonomi dan Pembangunan terutama yang satu bimbingan, Darmawan, Darmanto, Andin, Mba Dwi, Latif, Heru, Danu, Lia, Alim, Suraji, Suyatmo, Ety, Irawan, Sumarno. Sukses untuk teman-teman semua.


(6)

commit to user

vi

MOTTO

· Tuhan membesarkan kehidupanmu, sebesar kebesaran jiwamu (Mario Teguh)

· Saya tidak harus memimpin, untuk melakukan sesuatu yang baik, orang yang melakukan kebaikan, telah memimpin tanpa menjabat.

(Mario Teguh)

· Motivasi adalah kekuatan mental yang menentukan penggunaan dari kemampuan (Mario Teguh)


(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

MAYA WIDIARTI

ANALYSIS OF THE QUALITY OF INTEGRATED

LICENSING BOARD TO INCREASE INVESTMENT IN THE

DISTRICT SRAGEN

This aim study is determine the effect of service quality Integrated Licensing Agency assessed by the level of customer satisfaction towards investment in Sragen Regency.

Primary data through a questionnaire used to determine the performance of the Integrated Licensing Agency (CPM) Sragen Regency and realized investments of respondents who have obtained a business license agricultural sector; animal husbandry and fishery, industry and commerce, and tourism fields. Measurement of performance variables to 14 (fourteen) item questions about the quality of service and level of investment is measured by the number of actual licenses obtained from the respondents. Data analysis used are: 1) test the validity of the correlation product moment correlation technique, 2) reliability analysis using Cronbach alpha, and 3) testing hiotesis using Chi Square test of independence (crosstab analysis).

Validity and reliability test results showed 14 (fourteen) items are valid and reliable question is used as a measurement in this study. Results of hypothesis testing concluded that: The quality of public services Integrated Services Agency Government of Sragen Regency which was measured by 14 (fourteen) dimensions: 1) TheThe procedure of service , 2) Terms of Service; 3)Clarity of service personnel ;4) Disciplinary care workers;5)Responsibility officers responsible for services; 6) The ability of care workers; 7) The speed of service; 8) Fairness get service; 9) Courtesy and friendliness of staff; 10) Fairness care costs; 11) Certain service charges; 12) Assurance service schedule; 13) Leisure environment ; and 14) Security Services, is associated with increased investment in 1) Agriculture, 2) Animal Husbandry and Fisheries, 3) Industry and commerce, and 4) Tourism i Sragen Regency.

Keywords:


(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

MAYA WIDIARTI

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN BADAN PERIJINAN

TERPADU DALAM MENINGKATKAN INVESTASI DI

KABUPATEN SRAGEN

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan Badan Perijinan Terpadu yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap investasi di Kabupaten Sragen.

Data primer dengan kuesioner digunakan untuk mengetahui kinerja Badan Perijinan Terpadu (BPT) Kabupaten Sragen dan realisasi investasi dari responden yang telah mendapatkan ijin usaha bidang pertanian; peternakan dan perikanan; industri dan perdagangan; dan bidang pariwisata. Pengukuran variable kinerja dengan 14 (empat belas) item pertanyaan tentang kualitas pelayanan dan tingkat investasi diukur dengan jumlah realisasi perijinan yang diperoleh dari responden. Analisi data yang digunakan adalah: 1) uji validitas dengan teknik korelasi

product moment correlation, 2) analisis reliabilitas dengan metode cronbach alpha, dan 3) pengujian hiotesis menggunkan uji kebebasan Chi Square (analisis

crosstab).

Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan 14 (empat belas) item pertanyaan adalah valid dan reliable digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa: Kualitas pelayanan publik Badan Pelayanan Terpadu Pemerintah Kabupaten Sragen yang diukur dengan 14 (empat belas) dimensi: 1) Prosedur pelayanan; 2) Persyaratan Pelayanan; 3) Kejelasan petugas pelayanan; 4) Kedisiplinan petugas pelayanan; 5) Tanggung jawab petugas pelayanan; 6) Kemampuan petugas pelayanan; 7) Kecepatan pelayanan; 8) Keadilan mendapatkan pelayanan; 9) Kesopanan dan keramahan petugas; 10) Kewajaran biaya pelayanan; 11) Kepastian biaya pelayanan;12) Kepastian jadwal pelayanan;13) Kenyamanan lingkungan; dan 14) Keamanan Pelayanan, berhubungan dengan peningkatan investasi dibidang 1) Pertanian, 2) Peternakan dan perikanan, 3) Industri dan perdagangan dan 4) Pariwisata Kabupaten Sragen.

Kata Kunci:


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu Wata’alla atas rahmat dan anugerah yang penulis rasakan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul : Analisis Kualitas Pelayanan Badan Perijinan Terpadu Dalam Meningkatkan Investasi Di Kabupaten Sragen

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, terlebih kebatasan penulis dalam wawasan dan pengalaman terkait obyek yang diteliti. Namun demikian harapan kami semoga Tesis ini bermanfaat bagi pembaca yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut.

Dalam penyusunan Tesis ini berbagai kendala dihadapi penulis, namun demikian rasanya menjadi ringan ketika ketulusan-ketulusan hadir dari berbagai pihak yang mengulurkan bantuan kepada penulis. Oleh stebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. JJ. Sarungu, MS selaku Direktur Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret beserta Staf Pengelola. 2. Dr. Agustinus Suryantoro, M.Si selaku Pembimbing I yang memberikan

motivasi, bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

3. Drs. Sutanto, M.Si selaku Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran senantiasa memberi dorongan serta meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.

4. Kepala Badan Pelayanan Terpadu Sragen. 5. Teman-teman di kantor BPT Kabupaten Sragen

6. Segenap Dosen Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Segenap Karyawan dan Karyawati Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(10)

commit to user

x

8. My Hubby tercinta yang telah menyemangati, memberikan perhatian dan kasih saying yang tulus untuk penulis.

9. Anak-anakku yang mendukung doa.

10.Teman-teman satu kelompok yang selalu menyemangati, meskipun sering telat sendiri kalianlah yang menjadi semangatku untuk maju.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu, yang telah membantu keberhasilan penyusunan Tesis ini.

Surakarta, Maret 2011 Penulis


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRACT v

INTISARI vi

MOTO v

PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR TABEL xiv

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 11 C. Tujuan Penelitian 11 D. Manfaat Penelitian 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 13

A. Landasan Teori 13

1. Pengertian Pelayanan 13 2. Manajemen Kualitas Pelayanan 15 3. Kebijakan Pemerintah Dalam Memperluas Kompetensi 18 4. Paradigma Pelayanan Prima 23


(12)

commit to user

xii

5. Reinventing Government 27

6. Investasi 42

B. Penelitian Terdahulu 46 C. Kerangka Pemikiran 51

D. Hipotesis 53

BAB III : METODE PENELITIAN 55

A. Tipe Penelitian 55

B. Unit Analisis 55

C. Sumber Data 56

D. Populasi Dan Sampel 56

E. Pengumpulan Data 57

F. Definisi Operasional 57 G. Teknik Analisis Data 60

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 63

A. Uji Instrumen 63

1. Uji Validitas 63 2. Uji Reabilitas 64 B. Deskripsi Data Responden 65 1. Deskripsi Responden 65 2. Deskripsi Jawaban Responden 67

C. Uji Hipotesis 80

D. Pembahasan Hasil Penelitian 81


(13)

commit to user

xiii

A. Kesimpulan 90

B. Implikasi Manajerial 90 C. Saran Penelitian Kedepan 92


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi BPT 5 Gambar 1.1 Grafik Permohonan Perijinan 2005-2009 7 Gambar 1.2. Grafik Permohonan Perijinan 2003-2010 8 Gambar 1.3. Grafik Retribusi 2003-2010 8 Gambar 1.4. Grafik Realisasi Investasi 2002-2010 8 Gambar 1.5 Grafik PAD Tahun 2000-2009 10 Gambar 2.1. Paradigma Pelayanan 24 Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran 52


(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pegawai Perijinan Terpadu Sragen Menurut Pendidikan 4 Tabel 1.2. Tabel Pemohon Perijinan Tahun 2005-2009 8 Tabel 1.3. Tabel Pemohon Perijinan dan Non Perijinan Tahun 2003-2010 8 Tabel 1.4. Tabel Retribusi Tahun 2003-2010 8 Tabel 1.5. Tabel Realisasi Investasi 2003-2010 9 Tabel 1.6. Tabel PAD Tahun 2000-2009 10 Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas 64 Tabel 4.2. Hasil Uji Reabilitas Variabel 65 Tabel 4.3. Deskripsi Responden Berdasar Umur Responden 66 Tabel 4.4. Deskripsi Responden Berdasar Jenis Kelamin 66 Tabel 4.5. Deskripsi Responden Berdasar Tingkat Pendidikan 67 Tabel 4.6. Nilai Persepsi, Interval IKM, Konversi IKM, Mutu Pelayanan

Dan Kinerja Unit Pelayanan 68 Tabel 4.7. Kualitas Pelayanan Secara Umum 68 Tabel 4.8. Prosedur Pelayanan 69 Tabel 4.9. Persyaratan Pelayanan 70 Tabel 4.10. Pelayanan Dan Penjelasan Yang diberikan Petugas 71 Tabel 4.11. Kedisplinan Petugas 71 Tabel 4.12. Tanggung Jawab Petugas 72 Tabel 4.13. Kemampuan Petugas 73


(16)

commit to user

xvi

Tabel 4.14. Kecepatan Waktu Pelayanan 74 Tabel 4.15. Kedisplinan Antrian 74 Tabel 4.16. Kesopanan Dan Keramahan 75 Tabel 4.17. Kewajaran Biaya 75 Tabel 4.18. Kesesuaian Biaya 76 Tabel 4.19. Ketepatan Waktu 77 Tabel 4.20. Kenyamanan Pelayanan 78 Tabel 4.21. Keamanan Pelayanan 78 Tabel 4.22. Jumlah Investasi 79 Tabel 4.23. Hasil Uji Hipotesis Dengan Chi-Square Tests 81


(17)

commit to user

ABSTRACT

MAYA WIDIARTI

NIM : S4209135

ANALYSIS OF THE QUALITY OF INTEGRATED

LICENSING BOARD TO INCREASE INVESTMENT IN THE

DISTRICT SRAGEN

This aim study is determine the effect of service quality Integrated Licensing Agency assessed by the level of customer satisfaction towards investment in Sragen Regency.

Primary data through a questionnaire used to determine the performance of the Integrated Licensing Agency (CPM) Sragen Regency and realized investments of respondents who have obtained a business license agricultural sector; animal husbandry and fishery, industry and commerce, and tourism fields. Measurement of performance variables to 14 (fourteen) item questions about the quality of service and level of investment is measured by the number of actual licenses obtained from the respondents. Data analysis used are: 1) test the validity of the correlation product moment correlation technique, 2) reliability analysis using Cronbach alpha, and 3) testing hiotesis using Chi Square test of independence (crosstab analysis).

Validity and reliability test results showed 14 (fourteen) items are valid and reliable question is used as a measurement in this study. Results of hypothesis testing concluded that: The quality of public services Integrated Services Agency Government of Sragen Regency which was measured by 14 (fourteen) dimensions: 1) TheThe procedure of service , 2) Terms of Service; 3)Clarity of service personnel ;4) Disciplinary care workers;5)Responsibility officers responsible for services; 6) The ability of care workers; 7) The speed of service; 8) Fairness get service; 9) Courtesy and friendliness of staff; 10) Fairness care costs; 11) Certain service charges; 12) Assurance service schedule; 13) Leisure environment ; and 14) Security Services, is associated with increased investment in 1) Agriculture, 2) Animal Husbandry and Fisheries, 3) Industry and commerce, and 4) Tourism i Sragen Regency.

Keywords:


(18)

commit to user

ii

MAYA WIDIARTI

NIM : S4209135

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN BADAN PERIJINAN

TERPADU DALAM MENINGKATKAN INVESTASI DI

KABUPATEN SRAGEN

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan Badan Perijinan Terpadu yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap investasi di Kabupaten Sragen.

Data primer dengan kuesioner digunakan untuk mengetahui kinerja Badan Perijinan Terpadu (BPT) Kabupaten Sragen dan realisasi investasi dari responden yang telah mendapatkan ijin usaha bidang pertanian; peternakan dan perikanan; industri dan perdagangan; dan bidang pariwisata. Pengukuran variable kinerja dengan 14 (empat belas) item pertanyaan tentang kualitas pelayanan dan tingkat investasi diukur dengan jumlah realisasi perijinan yang diperoleh dari responden. Analisi data yang digunakan adalah: 1) uji validitas dengan teknik korelasi

product moment correlation, 2) analisis reliabilitas dengan metode cronbach alpha, dan 3) pengujian hiotesis menggunkan uji kebebasan Chi Square (analisis

crosstab).

Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan 14 (empat belas) item pertanyaan adalah valid dan reliable digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa: Kualitas pelayanan publik Badan Pelayanan Terpadu Pemerintah Kabupaten Sragen yang diukur dengan 14 (empat belas) dimensi: 1) Prosedur pelayanan; 2) Persyaratan Pelayanan; 3) Kejelasan petugas pelayanan; 4) Kedisiplinan petugas pelayanan; 5) Tanggung jawab petugas pelayanan; 6) Kemampuan petugas pelayanan; 7) Kecepatan pelayanan; 8) Keadilan mendapatkan pelayanan; 9) Kesopanan dan keramahan petugas; 10) Kewajaran biaya pelayanan; 11) Kepastian biaya pelayanan;12) Kepastian jadwal pelayanan;13) Kenyamanan lingkungan; dan 14) Keamanan Pelayanan, berhubungan dengan peningkatan investasi dibidang 1) Pertanian, 2) Peternakan dan perikanan, 3) Industri dan perdagangan dan 4) Pariwisata i Kabupaten Sragen.

Kata Kunci:


(19)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nyeri persalinan merupakan proses alamiah yang dirasakan oleh ibu yang akan melahirkan. Nyeri ini merupakan perasaan subyektif akibat timbulnya perubahan fungsi berbagai organ tubuh yang turut menentukan lancarnya proses persalinan. Nyeri yang dirasakan berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbal punggung dan menurun ke paha (Bobak, 2005).

Nyeri pada saat melahirkan memiliki derajat yang paling tinggi diantara rasa nyeri yang lain, secara medis dikatagorikan bersifat tajam dan panas atau somatic-sharp and burning . Sebuah studi pada wanita dalam persalinan kala I dengan memakai McGill Pain Questionnare untuk menilai nyeri didapatkan bahwa 60% primipara melukiskan nyeri akibat kontraksi uterus sangat hebat (intolerable, unberable, extremely severe), 30% nyeri sedang. Pada multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri sedang, 25% nyeri ringan (Acute Pain Services, 2007). Nyeri persalinan kala 1 fase aktif ini diakibatkan oleh kontraksi rahim yang mulai adekuat dimana kontraksi rahim terjadi 3 sampai 5 kali dalam 10 menit dengan lama kontraksi antara 30 sampai 60 detik. Gerakan kontraksi rahim menyebabkan otot otot dinding rahim mengkerut, menjepit pembuluh darah, vagina dan jaringan lunak di sekitarnya meregang, sehingga terasa nyeri. Keadaan mental si ibu (ketakutan, cemas, khawatir atau tegang ) serta hormon prostaglandin yang meningkat sebagai respon terhadap stress. Intensitas nyeri selama kala 1 fase aktif ini di akibatkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang


(20)

commit to user

di bangkitkan. Semakin besar distensi abdomen, intensitas nyeri menjadi lebih berat. Pada kala 1 fase aktif persalinan nyeri yang di timbulkan bersifat “Visceral Pain”, dimana nyeri terjadi pada bagian permukaan perut sebelah bawah yang beradiasi ke area lumbal dan punggung bawah. Rangsangan nyeri persalinan melalui dua jalur utama, serabut saraf sensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf simpatis rahim memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf torakal 10 -11- 12 karena itu nyeri rahim terutama dirasakan pada dermaton torakal 10- 11- 12, rangsngan tersebut juga disalurkan melalui saraf spinal thorakal 11 dan 12 ke spinothalamikus anterolateralis menuju pusat nyeri di otak untuk dipersebsikan sebagai nyeri, sehingga tejadi respon nyeri baik berupa fisiologis maupun perilaku. Nyeri sejumlah system tubuh yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, ketegangan otot dan konsentrasi ibu selama persalinan menjadi terganggu, Jika ibu tidak dapat menahan rasa nyeri, semua itu bisa berefek buruk terhadap kelancaran persalinan sehingga terjadi persalinan lama. Ini akan mengakibatkan distress pada bayi dan mempengaruhi bayi yang akan dilahirkan. (Arifin, 2008).

Rasa nyeri pada ibu bersalin di pengaruhi oleh banyak factor yaitu faktor eksternal dan faktor internal, faktor eksternal terdiri dari suku, bangsa, agama, budaya, ras, sosiokultiral, lingkungan, pendamping dan tindakan medik. Faktor internal terdiri dari kecemasan, ketakutan, ketegangan, penyakit, kelelahan, umur, arti nyeri bagi seseorang, pengalaman nyeri sebelumnya dan pendidikan (Henderson, 2005 : 103). Beragam sikap yang ditunjukkan oleh ibu terhadap rasa nyeri persalinan, meski bersifat alami banyak calon ibu takut terhadap rasa nyeri


(21)

commit to user

persalinan sehingga mulai mempertimbangkan penggunaan teknologi pereda nyeri baik secara farmakologis maupun non farmakologis. Secara farmakologis antara lain dengan obat analgesik, suntikan epidural, spinal, intrathecal labor analgetika

(ILA) dan paracervical bkock. Sedangkan metode non farmakologis antara lain dengan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), homeopathy, visualisasi persalinan, teknik auditori image visual persalinan, relaksasi, posisi melahirkan, terapi bola bola persalinan, persalinan dalam air, metode

hypnobirthing, terapi akupuntur, metode alif atau zikir, yoga dan peregangan, metode pernafasan, pemanasan, metode persalinan aktif, (active birth), metode reiki serta pijat aroma terapi yang dapat digunakan dalam menurukan respon nyeri. Masase adalah terapi nyeri yang paling primitive (Lee, 1990 : 1777). Dalam laporan penelitian Steer (1993) 19,3% wanita dilaporkan mendapat massase untuk meredakan nyeri persalinan (Rosemary 2003 : 163) Malkin merinci 6 gerakan dasar di antaranya adalah Effleurage (gerakan tangan mengurut) Teknik pijat

Effleurage banyak di terapkan di negara barat seperti Perancis. Teknik pijat

Effleurage dapat menimbulkan efek distraksi dan relaksasi, sehingga membantu ibu menjadi lebih rileks, menciptakan perasaan nyaman, enak dan respon nyeri akan menurun. Di Indonesia teknik ini masih belum popular dan masih jarang dilakukan (Danuatmaja, 2004 : 67)

Penatalaksanaan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif dilakukan observasi dengan menggunakan lembar partograf, observasi tersebut meliputi detak jantung janin, kondisi air ketuban, penyusupan kepala janin, pembukaan dan pendataran

servix, , penurunan kepala janin, kontraksi uterus meliputi frekuensi serta lama kontraksi, tekanan darah, jumlah nadi, suhu tubuh, serta peneriksaan urine,


(22)

commit to user

sedangkan observasi intensitas nyeri belum di masukkan dalam standar operasional prosedur, juga masih banyak bidan yang belum mengetahui tentang penerapan teknik pijat Effleurage sebagai upaya penurunan nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif. Berdasarkan data yang di peroleh, Polindes Kembangringgit pada tahun 2010 tercatat 120 persalinan normal, 11 persalinan tindakan dan 8 persalinan dengan operasi (SC), sampai saat ini data tentang nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif belum diketahui

Berdasarkan permasalahan di atas dimana nyeri persalinan pada ibu

inpartu kala 1 fase aktif bisa berdampak terhadap kelancaran proses persalinan , serta masih banyak bidan yang belum mengetahui tentang penerapan teknik pijat

Effleurage sebagai upaya penurunan nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif, untuk itu peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tentang penerapan teknik pijat Effleurage sebagai upaya penurunan nyeri persalinan pada ibu inpartu

kala 1 fase aktif oleh bidan dan pendamping pasien di Polindes Kembangringgit Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto

B. Fokus Penelitian

1. Penerapan teknik pijat Effleurage oleh bidan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif

2. Penerapan teknik pijat Effleurage oleh pendamping pasien pada ibu

inpartu kala 1 fase aktif

3. Evaluasi penerapan teknik pijat Effleurage oleh bidan dan pendamping pasien terhadap penurunan nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase


(23)

commit to user C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pengamatan di lapangan dalam proses pertolongan

persalinan, bidan belum mengetahui tentang penerapan teknik pijat Effleurage

sebagai upaya penurunan nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif, sehingga dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah teknik pijat Effleurage yang dilakukan oleh bidan ? 2. Bagaimana teknik pijat Effleurage yang dilakukan oleh pendamping

pasien ?

3. Bagaimana evaluasi bidan koordinator tentang teknik pijat Effleurage yang dilakukan oleh bidan dan pendamping pasien terhadap penurunan nyeri

persalinan ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tujuan Umum

Untuk menjelaskan bagaimana penerapan teknik pijat Effleurage sebagai upaya penurunan nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif di Polindes Desa Kembangringgit Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto

Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan teknik pijat Effleurage yang dilakukan oleh bidan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif

2. Mendeskripsikan teknik pijat Effleurage yang di lakukan oleh pendamping pasien pada ibu inpartu kala 1 fase aktif


(24)

commit to user

3. Melakukan evaluasi terhadap teknik pijat Effleurage yang dilakukan oleh bidan, dan pendamping pasien terhadap penurunan nyeri persalinan

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai sumber informasi tentang manfaat teknik pijat Effleurage sebagai upaya penurunan nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif juga sebagai dasar untukpenelitan selanjutnya

2. Manfaat Praktis a. Bagi pasien :

Hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk membantu klien dalam menurunkan nyeri persalinan pada saat inpartu kala 1 fase aktif

b. Bagi bidan :

Hasil penelitian ini dapat membantu bidan memberikan kemudahan dalam menolong persalinan terutama pada kala 1 fase aktif

c. Bagi institusi :

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai acuan pada pertolongan persalinan


(25)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini pertama akan di jelaskan mengenai pengertian Effleurage, teknik pijat Effleurage, serta cara kerja dalam upaya penurunan nyeri persalinan kala1 fase aktif pada ibu inpartu. Kedua, konsep tentang nyeri meliputi pengertian nyeri, teori terjadinya nyeri nyeri, tahapan nyeri faktor faktor yang mempengaruhi respon nyeri dan pengukuran intensitas nyeri. Ketiga, konsep tentang persalinan yang meliputi pengertian persalinan, tahap tahap persalinan dan patofisiologi nyeri persalinan

A. Kajian teori 1. Effleurage

a. Pengertian

Massage adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau memperbaiki sirkulasi. Malkin (1994) merinci enam gerakan dasar yang dilakukan, gerakan tersebut adalah : Effleurage (gerakan tangan mengurut), Petrissage (gerakan tangan mencubit), Tapotement (gerakan tangan melakukan perkusi), Hacking

(gerakan tangan mencincang), Kneading (gerakan tangan meremas) dan Cupping

(gerakan membentuk seperti mangkuk), setiap gerakan ditandai dengan perbedaan tekanan, arah dan kecepatan, posisi tangan dan gerakan untuk mencapai pengaruh yang berbeda pada jaringan di bawahnya (Rosemary,2003:164). Effleurage


(26)

commit to user

berasal dari bahasa Prancis yang berarti ”Skimming the surface” yang artinya ”mengambil buih di permukaan”. Effleurage (pijat ringan) adalah salah satu gerakan utama dalam pijat dan bisa di lakukan di bagian tubuh manapun.

Effleurage menunjukkan awal dan akhir pijatan dan bisa di lakukan sebelum atau sesudah usapan dan memudahkan aliran gerakan satu ke gerakan yang lain. Telapak tangan harus selalu bersentuhan dengan tubuh, yang akan merasakan sebuah gerakan yang berkelanjutan ketika menerapkan tekanan ritmis dari atas ke bawah menuju titik awal dengan sentuhan ringan, mempertahankan irama tersebut dan menghindari gerakan gerakan kasar (Jordi , 2007 : 24)

b. Teknik pijat Effleurage

Teknik pijat Effleurage merupakan salah satu metode non farmakologis yang dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif. pijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak terputus - putus. Bisa di lakukan dengan posisi pasien terlentang atau miring, teknik pijat ini menimbulkan efek relaksasi dan menciptakan perasaan nyaman

Ada dua cara teknik pijat Effleurage 1). Teknik menggunakan dua tangan

Teknik ini bisa dilakukan oleh ibu inpartu sendiri dengan menggunakan kedua telapak jari jari tangan melakukan usapan ringan, tegas dan konstan dengan cara gerakan melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian bawah di atas simpisis pubis, mengarah ke samping perut, terus ke fundus uteri kemudian turun ke umbilicus dan kembali ke perut bagian bawah di samping simpisis pubis, (Bobak, 2005 : 57)


(27)

commit to user

Gambar 1

Teknik pijat Effleurage dengan dua tangan oleh ibu inparu Sumber : www.birthsource.com

2). Teknik menggunakan satu tangan

Teknik ini dapat di lakukan oleh orang lain (suami, keluarga atau petugas kesehatan) dengan menggunakan ujung ujung jari tangan melakukan usapan pada abdomen secara ringan, tegas, konstan dan lambat dengan

membentuk pola gerakan seperti angka delapan (Bobak, 2005 :58)

Gambar 2

Teknik pijat Effleurage dengan satu tangan Sumber : http://www.wikimu.com


(28)

commit to user c. Cara Kerja

Dasar teori massage adalah teori gate control yang dikemukakan oleh (Melzack dan Wall, 1965). Teori ini menjelaskan tentang dua macam serabut syaraf berdiameter kecil dan serabut berdiameter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda. Impuls rasa sakit yang dibawah oleh saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls diteruskan ke

korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat di blok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan pada saraf yang berdiameter besar yang banyak pada kulit, harus dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai korteks serebral. Pijat Effleurage pada abdomen

yang teratur dangan latihan pernapasan selama kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita dari nyeri selama kontraksi. Begitu pula adanya massage

yang mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin system control dasenden. Massage membuat pasien lebih nyaman karena massage

membuat relaksasi otot (Monsdragon, 2004).

2. Nyeri

a. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau


(29)

commit to user

mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Menurut (The International association for teh Study of Pain). Nyeri adalah pengalaman sensorik (fisik) dan emosional (psikologis) yang tidak menyenangkan dan di sertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual

b. Teori terjadinya Nyeri

Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Hidayat, 2008).

Ada beberapa macam teori nyeri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1). Teori pola (Pattern Theory) adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu

respon yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi modalitas respons dari reaksi sel T.

2). Teori pemisahan (specificity theory) menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke pinal cord melalui dorsalis yang bersinaps didaerah posterior kemudian naik ke traktus hemifer dan menyilang ke garis media ke sisi lainnya dan berakhir di korteks selebri, dimana rangsangan nyeri tersebut diteruskan. 3). Teori pengendalian gerbang (gate control theory) yang dikemukakan oleh

Melzak dan Wall. Teori ini lebih komprehensip dalam menjelaskan tranmisi dan persepsi nyeri. Rangsangan atau impuls nyeri yang disampaikan oleh


(30)

commit to user

syaraf perifer aferen ke korda spinalis dapat dimodifikasi sebelum tramisi ke otak. Sinaps dalam dorsal medulla spinalis beraktifitas seperti pintu untuk mengijinkan impuls masuk ke otak. Kerja kontrol gerbang ini menguntungkan dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam rangsangan

akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat akan meningkatkan aktifitas

subtansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu sehingga aktifitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rasa nyeri terhambat juga. Rangsangan serat besar ini dapat langsung merangsang ke korteks serebri dan hasil persepsinya akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas sel T. Rangsangan pada serat kecil membuka pintu mekanisme sehingga aktifitas sel T meningkat

4). Teori tranmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai

tranmisi impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif (Hidayat, 2008).

c. Tahapan Nyeri

Ada empat tahapan terjadinya nyeri : 1). Transduksi

Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran


(31)

commit to user

nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan.

Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu

hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf.

2). Transmisi

Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf

perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi sedangkan dari neuro presinaps ke pasca sinaps melewati neurotransmitter.

3). Modulasi

Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan neurotansmiter antara lain

endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer

4). Persepsi


(32)

commit to user

yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan (Wibowo, 2009).

d. Faktor factor yang mempengaruhi respon nyeri

Oleh karena nyeri merupakan masalah yang kompleks, maka beberapa factor dapat mempengaruhi respon nyeri antara lain :

1). Umur

Faktor umur adalah variable penting yang mempengaruhi respon nyeri. Pada anak anak akan mesulitan untuk mengerti tentang nyeri dan prosedur keperawatan yang menimbulkan nyeri, anak anak akan kesulitan mengungkapkan respon nyerinya pada orang lain atau arang tuanya oleh karena itu perawat harus menggunakan teknik sederhana untuk membantu anak mengerti dan menggambarkan tentang nyerinya dengan menggunakan gambar gambar pada anak untuk menggambarkan respon nyerinya. Anak mempunyai respon nyeri yang lebih tinggi bila di banding dengan usia remaja,dewasa dan orang tua. Ini di karenakan anak dapat mengekspresikan nyeri lebih bebas sedangkan pada remaja respon nyeri lebih rendah karena dapat mengontrol perilakunya, sedangkan usia dewasa dan tua lebih rendah lagi karena mereka menganggap nyeri merupakan proses alami

2). Jenis Kelamin

Umumnya laki laki dan perempuan tidak mempunyai perbedaan yang


(33)

commit to user

gender yang mempengaruhi respon nyeri, namun dalam suatu penelitian yang di lakukan oleh Buns et al (1989) pada pasien post operasi abdomen menunjukkan bahwa pasien laki laki membutuhkan morphin yang lebih banyak di bandingkan dengan pasien perempuan

3). Sosiokultural

Ras, budaya dan etnis merupakan factor penting dalam respon individu terhadap nyeri. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh davitz kelompok orang yang berkulit hitam mempunyai respon nyeri yang lebih rendah di banding berkulit putih

4). Lingkungan

Lingkungan dan situasi yang berhubungan dengan nyeri akan mempengaruhi respon pasien terhadap nyeri, jika seseorang mengalami nyeri yang hebat tetapi pasien berada dalam situasi formal atau gaduh, respon orang tersebut mungkin sangat berbeda bila pasien sendirian atau berada di lingkungan rumah sakit

5). Arti Nyeri

Arti nyeri pada seseorang akan mempengaruhi respon nyerinya karena sangat berhubungan dengan penyebab nyeri yang di alaminya, seseorang akan merespon nyeri yang berbeda bila dia percaya bahwa nyeri sebagai suatu ancaman, merasa kehilangan, hukuman atau kemenangan. Nyeri oleh karena melahirkan akan berbeda dengan nyeri karena pembedahan

6). Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi respon nyerinya. Bila perhatian meningkat akan bisa meningkatkan respon terhadap


(34)

commit to user

nyeri, sedangkan relaksasi akan mengurangi respon terhadap nyeri (Gill, 1990:66).konsep ini mendasari perawat dalam mengatasi nyeri seperti relaksasi atau pemijatan dengan cara mengalihkan perhatian dan konsentrasi terhadap stimulasi yang lain (Mc Caffery, 1986)

7). Kecemasan

Hubungan antara kecemasan dan nyeri merupakan hubungan yang komplek, kecemasan seringkali meningkatkan respon nyeri, tetapi nyeri dapat juga meningkat menimbulkan kecemasan (Gill, 1990). Sangat sulit untuk memisahkan dua sensasi tersebut, kesehatan emosional seseorang biasanya dapat mentoleransi lebih terhadap nyeri sedang bahkan nyeri berat di bandingkan dengan seseorang yang emosinya tidak stabil. Berbagai penelitian menunjukkan bahwakecemasan dapat member pengaruh yang besar terhadap cara merespon nyeri pada pasien kanker

8). Kelelahan

Kelelahan akan meningkatkan respon nyeri seseorang dan akan mengurangi kemampuan beradaptasi terhadap nyeri yang di alaminya. Seringkali keluhan nyeri akan berkurang setelah melakukan istirahat yang cukup lama

9). Pengalaman Nyeri sebelumnya

Setiap orang akan belajar dari pengalaman nyeri masa lalu. pangalaman nyeri masa lalu tidak akan menjamin seseorang untuk lebih mudah mengatasi nyeri yang akan datang. jika seseorang menderita nyeri berulang ulang tanpa ada penurunan rasa nyeri dari sebelumnya atau terserang nyeri berat, kecemasan bahkan rasa takut akan terjadi. Sebaliknya jika seseorang mengalami nyeri berulang dengan tipe yang sama tetapi dia berhasil mengurangi respon yang di


(35)

commit to user

alaminya, dia akan menjadi lebih mudah untuk menginterpretasikan sensasi nyeri dengan melakukan upaya persiapan yang lebih baik untuk mengurangi nyeri tersebut. Ketika seseorang mendapt nyeri untuk pertama kalinya, dia akan gagaluntuk beradaptasi

10).Coping style

Pengalaman nyeri seseorang bisa tidak berarti. Seringkali pasien kehilangan kemampuan untuk mengontrol lingkungannya. Coping style sering akan mempengaruhi banyaknya nyeri yang di terima. Seseorang yang bersikap introvert dia akan memiliki control diri yang lebih baik terhadap lingkungannya di bandingkan dengan orang yang memiliki sikap extrofert

terhadap nyeri yang di rasakan (Scultheis 1987 :107) 11).Dukungan social dan keluarga

Faktor lain yang berpengaruh cukup signifikan dalam merespon nyeri adalah kehadiran dan dorongan dari orang lain. Seseorang dengan kelompok sosial yang berbeda berharap dapat menyampaikan keluhan nyerinya sesuai dengan keinginannya (Mc Caffery, 1983).orang yang mengalami nyeri seringkali memiliki ketergantungan terhadap anggota keluarganya untuk memberikan dukungan, bantuan atau pencegahan terhadap nyeri yang dirasakan. Ketidakhadiran keluarga dan teman dekat seringkali akan membuat nyeri yang di alami akan semakin meningkat

e. Pengukuran Intensitas Nyeri

Menurut Perry dan Potter (1993), nyeri tidak dapat diukur, secara objektif misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat


(36)

commit to user

diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang bidan hanya bisa mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan perilaku klien. Klien kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda antara klien dan bidan. Tipe nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri merupakan makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri dapat mengkaji beratnya nyeri. Untuk menentukan derajat nyeri, bidan dapat menanyakan pada klien tentang nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala

numerik 0 -10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya (Reeder dan Mark 1995). Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Ada tiga cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa digunakan antara lain: Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini ,Nol ( 0 ) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.

1. Skala Numerik

Gambar 3

Skala Numerik Nyeri

Sumber : http://fkunhas.com/1/mengukur+skala+nyeri.html

No Worst Pain Mild Possible Pain Moderate Pain Severe Pain Very Pain


(37)

commit to user

2. Visual Analog Scale (VAS)

Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas mengekspresikan nyeri , ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dan tengah kira-kira nyeri yang sedang.

Tidak ada rasa nyeri

Anda diminta menunjukkan posisi nyeri pada garis antara kedua nilai ekstrem . bila anda menunjuk tengah garis,

menunjukkan nyeri yang moderate / sedang

Sangat Nyeri

Gambar 4 Visual Analog Scale

Sumber : http://fkunhas.com/1/mengukur+skala+nyeri.html

3. Skala Wajah

Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih, juga di gunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

Gambar 5 Skala wajah Nyeri

Sumber : http://fkunhas.com/1/mengukur+skala+nyeri.html

Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri, untuk menentukan derajat nyeri bidan dapat menanyakan kepada klien tentang nyeri yang di rasakan dengan menggunakan skala numerik 0 – 10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya (Reeder dan mark 1995). Nyeri yang di tanyakan pada adalah sebelun dan sesudah


(38)

commit to user

di lakukan intervensi nyeri untuk mengevaluasi keefektifannya. Cara mengkaji nyeri yang di gunakan adalah 0 – 10 angka skala intensitas nyeri yaitu : intensitas nyeri dibedakan menjadi 5 dengan

menggunakan skala numerik

0 : Tidak nyeri 1 - 2 : Nyeri ringan 3 - 5 : Moderat / sedang 6 - 7 : Severe / berat

8 - 10 : Sangat berat

3. Konsep Persalinan a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil pembuahan (yaitu janin yang viable, plasenta dan ketuban) dari dalam uterus lewat vagina ke dunia luar (Helen Farrer, 2001 : 118)

b. Tahap tahap Persalinan

Persalinan di bagi menjadi 4 kala. Pada kala 1 serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm, kala 1 di namakan kala pembukaan yaitu proses membukanya serviks sebagai akibat adanya kontraksi uterus, kala 1 ada 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung 8 jam dan terjadi sangat lambat sampai ukuran diameter serviks 3 cm, Fase aktif di bagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi , fase dilatasi maksimal fase deselerasi dan berlangsung selama 6 jam sampai dengan dari mulai serciks membuka 4 cm sanpai dengan 10cm (lengkap). Kala II disebut kala pengeluaran oleh karena adanya kekuatan kontraksi uterus, janin di dorong keluar sampai lahir.Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan di lahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam persalinan


(39)

commit to user c. Patofisiologi Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, pembukaan dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan (Arifin, 2008). Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi uterus, kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi Braxton hicks akibat perubahan-perubahan dari hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi

Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam (Gadysa, 2009).

Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan

segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen yang menyokong

struktur ini, faktor berikut mendukung teori tersebut :

1) Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri viseral. Intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.

2) Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin yang menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat


(40)

commit to user

pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah mulainya kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan tekanan lebih cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum adanya persepsi nyeri. Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.

3) Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat eferen melalui pleksus hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan

lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat disebarkan dari area pelvis ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral. Pada penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan ditransmisikan melalui

saraf pudendal melalui pleksus sakral ke ganglia akar saraf posterior pada S2 sampai S4 (Patree, 2007). Nyeri pada kala I persalinan timbul dari uterus dan

adnexa saat berkontraksi, Beberapa kemungkinan mekanisme yang menjelaskan hal ini yaitu: nosiseptif yang berasal dari uterus telah diajukan namun pengamatan saat ini bahwa nyeri itu lebih banyak dihasilkan akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dan mekanisme distensi

sesudahnya. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan uterus yang akan melawan obstruksi yang terjadi,

serviks dan perineum mungkin juga berperan terhadap terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian berperan dalam terjadinya nyeri, yaitu

bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam laktat, dan substan P. Bukti yang mendukung tentang nosiseptik yang berasal dari uterus didasarkan pada penelitian, hal ini ditinjau secara mendetail oleh Bonica (Idmgarut,2009)


(41)

commit to user

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian ini di tunjang oleh penelitian penelitian lain yang relevan antara lain penelitian yang di lakukan oleh Chan MY, Chen CH, Huang KF, National Tainan Institue Of Nursing NOC (2006) meneliti Perbandingan effek pijat pada nyeri persalinan dengan meggunakan kuisioner “The McGill Pain” dimana penelitian ini membandingkan dua kelompok yang di pijat dan yang tidak di pijat , pemijatan mengurangi intensitas nyeri pada fase 1 dan 2, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan pada fase 3, meskipun pijatan tidak mampu mengubah karakteristik nyeri , tetapi pijatan secara efektif mengurangi intensitas nyeri pada wanita saat melahirkan.

4. Penelitian juga dilakukan oleh Kimber L, McNabb M, Mc Court C, Haines A, Brocklehurst P, Unit Maternitas Horton, Universitas Oxford (2008), meneliti bahwa terdapat perbedaan antara kelompok intervensi ( pijat dengan teknik relaksasi), placebo (musik dengan teknik relaksasi) dan kelompok terkontrol 9Perawatan biasa), Kelompok placebo tidak menggunakan analgesic untuk memberikan penekanan bahwa perbedaab yang ditimbulkan hanya karena penggunaan pijat saja. Terdapat perbedaan skor nyeri yang lebih rendah pada kelompok intervensi, tetapi perbedaan ini tidak terlalu signifikan. Tidak ada perbedaan yang ditemukan dengan yang menggunakan analgesic. Terdapat tren pandangan yang lebih positif terhadap persiapan persalinan pada kelompok intervensi dan kelompok placebo daripada kelompok terkontrol. Hal ini memberikan keyakinan bahwa pijatan yang teratur dengan teknik


(42)

commit to user

relaksasi dari kehamilan tua hingga persalinan di terima dan berjasa dalam mendeteksi perbedaan nyeri sebagai output yang terukur

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tiffany Field, Touch Research Institute,

University of Miami School of Medicine, Department of Pediatrics (2010) meneliti wanita yang mendapatkan terapi pijat mengalami penurunan rasa sakit yang signifikan dan masa persalinannya rata rata lebih pendek tiga jam dengan membutuhkan obat (penghilang nyeri) yang lebih sedikit

4. Penelitian yang dilakukan Rini Hariani ratih ( 2010) di Klinik bersalin Fatimah Ali meneliti tentang wanita yang mendapat metode masesa selama persalinan mengalami penurunan kecemasan, pengurangan nyeri , dan waktu persalinan lebih pendek secara bermakna. Penelitian ini menggunakan desain

quasi eksperimen yang bersifat one grout pretes postes. Jumlah sample dalam penelitian 20 orang dibagi menjadi 2 kelompok intervensi teknik pijat

effleurage 10 orang metode abdominal lifting 10 orang di analisa menggunakan Uji t-dependent dan t-independent, hasil Uji t-dependent

diperoleh intensitas nyeri sebelum di lakukan detode effleurage rata rata 6,10 dan setelah dilakukan teknik pijat effleurage rata 3,90 sedang intensitas nyeri sebelum dilakukan detode abdominal lifting rata rata 5,50 setelah di lakukan diperoleh rata rata 3,70. nilai rata rata perbedaan kelompok teknik pijat

effleurage adalah 2,200 sedang nilai rata rata metode abdominal lifting adalah 1,800, maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan intensitas nyeri sebelum dilakukan dan setelah dilakukan intervensi (nilai p<0,0001) sedangkan Uji t-independent perbedaan penurunan intensitas nyeri antar kelompok intervensi tidak ada perbedaan antara kedua kelompok (nilai


(43)

commit to user

p=0,174). Dari hasil penelitian ini dinyatakan teknik pijat effleurage dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan kepada ibu bersalin

C. Kerangka Berfikir

Keterangan :

= Diteliti

Gambar 6. Kerangka berpikir

Pasien dengan persalinan normal akan melewati kala 1 yang terdiri dari fase

laten dan fase aktif, pada saat kala 1 fase aktif akan timbul nyeri persalinan yang di sebabkan oleh kontraksi uterus, proses pembukaan dan penipisan serviks serta segmen bawah rahim. Nyeri yang terjadi akan di persepsikan oleh pusat nyeri di

Pasien

Nyeri Persalinan kala1 Fase aktif - Bidan

- pendamping pasien

Respon Nyeri 1 Teknik effleurage

- Satu tangan - Dua tangan

Respon Nyeri II Evaluasi oleh


(44)

commit to user

otak sehingga muncullah respon nyeri. Sesuai dengan cara kerja teknik Effleurage

dimana ketika permukaan kulit abdomen diberikan pijatan ringan, lembut dan lambat oleh bidan dan pendamping pasien baik menggunakan satu tangan maupun dua tangan, maka saraf berdiameter besar akan menutup gate kontrol sehingga respon nyeri tidak di lanjutkan ke otak. Dan pada respon nyeri berikutnya bidan koordinator akan melakukan evaluasi kapada bidan dan pendamping pasien tentang teknik pijat Effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan


(45)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi atau site selection berkenaan dengan penentuan unit, bagian, kelompok dan tempat dimana orang orang terlibat di dalam kegiatan atau peristiwa yang ingin di teliti. Satuan yang di pilih hendaknya yang secara nyata dimana kegiatan tersebut efektif di laksanakan (Sukmadinata, 2001 :102)

Lokasi dalam hal ini juga bisa di kaitkan dengan pembatasan masalah, terutama bila pembatasannya mengenai keleluasaan daerah penelitiannya (Sutopo 2006 : 178). Lokasi penelitian ini dilakukan di Polindes Kembangringgit Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto. Waktu penelitian mulai Januari – Juli 2011

B. Bentuk dan Strategi

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptip kualitatif, yang di susun secara lentur dan terbuka untuk bisa disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang di jumpai di lapangan. Studi Penelitian kualitatif lebih mementingkan deskriptip proses tentang mengapa dan bagaimana sesuatu bisa terjadi, yang mengarah pada pemahaman makna. Penelitian yang akan di lakukan adalah bentuk studi kasus terpancang tunggal (Embedded Research), studi kasus terpancang tunggal artinya penelitian hanya di lakukan pada satu sasaran dengan satu karakteristik (satu lokasi atau satu subyek)


(46)

commit to user

Kegiatan penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

C. Sumber data dan Teknik sampling

Sumber data yang akan di manfaatkan dalam penelitian meliputi : 1).Informan atau nara sumber yang berasal dari pasien, pendamping pasien, bidan, yang terlibat dalam proses pertolongan persalinan.. 2) Tempat dalam penelitian ini di Polindes Kembangringgit Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto. 3) Peristiwa yaitu semua kegiatan penerapan teknik pijat Effleurage pada ibu inpartu kala 1 fase aktif. 4). Dokumen terdiri dari kartu ibu, lembar observasi (SOAP), lembar partograf. Teknik pengambilan sampling adalah porposive sampling yaitu sampel berdasarkan tujuan dan tertimbangan tertentu, sampel yang cocok dan sampel yang insidental (Nana Syaodih, 2010 :254) dalam penelitian ini yaitu ibu inpartu kala 1 fase aktif

D. Kedudukan peneliti

Peneliti adalah bidan koordinator yang melatih bidan di Polindes dan pendamping pasien untuk menerapkan teknik pijat Effleurage, kemudian peneliti mengevaluasi penerapan teknik pijat Effleurage yang di lakukan oleh bidan dan pendamping pasien

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam Respon nyeri ibu

inpartu kala1 fase aktif sebelum

perlakuan

Respon nyeri ibu inpartu kala1 fase

aktif setelah perlakuan Teknik pijat

Effleurage dengan satu tangan atau


(47)

commit to user

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data di lakukan dalam berbagai natural setting, (kondisi alamiah), berbagai sumber (sumber data primer dan sekunder)

Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data, yaitu : observasi, wawancara, dokumentasi dan trianggulasi. Pada penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang lebih banyak berperan adalah observasi pastisipan (Participant Obvervation), wawancara mendalam ( in-depth interview), dan dokumentasi.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa teknik antara lain : 1. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara, bentuk pertanyaan wawancara terbuka untuk mendapatkan informasi yang bersifat mendalam (Sugiyono, 2009 : 74) sedangkan wawancara terstruktur (structured Interview) peneliti harus membawa instrumen sebagai pedoman wawancara, bisa juga menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara. Wawancara di lakukan sebelum di lakukan teknik pijat Effleurage dan setelah di lakukan teknik pijat

Effleurage, semua hasil wawancara di rekam dan hasil rekaman di transkripsikan dalam suatu deskripsi tekstual.

2. Observasi (pengamatan), Sanafiah Faisal dalam (Sugiono, 2009: 64) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang terangan dan tersamar (over observation dan covert observation) dan observasi tak berstruktur


(48)

commit to user

terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian untuk mengetahui aktifitas yang dilakukan oleh bidan dan pendamping pasien dalam proses penerapan teknik pijat Effleurage.

3. Dokumentasi, selain wawancara dan observasi , bila terdapat data dari informan yang memerlukan klarifikasi maka hal tersebut dapat di lakukan dengan menggunakan dokumen data dari Polindes, sebagai pelengkap dalam teknik pengumpulan data. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan , gambar atau karya karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini dokumen berupa kartu ibu bersalin, lembar observasi ibu inpartu kala 1 fase aktif, lembar penapisan, lembar partograf 4. FGD

FGD (Focus Group Discussion). Diskusi ini merupakan cara wawancara kelompok, dan data yang di peroleh sekalisus sudah merupakan data yang lebih mantap karena sudah di bahas oleh banyak nara sumber sebagai anggota diskusi kelompok. Dalam diskusi ini terdiri dari peneliti yaitu bidan koordinator, bidan polindes dan dokter puskesmas.

F. Validasi data

Dalam penelitian ini validitas data di uji dengan cara : Tri Anggulasi 1. Trianggulasi Sumber/data (data trianggulation)

Trianggulasi sumber dilakukan dengan mengumpulkan data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda 2. Trianggulasi teori (theoretical triangulation)


(49)

commit to user

lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang di kaji 3. Trianggulasi metode (methodological triangulation)

Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang di peroleh secara wawancara kemudian di sesuaikan dengan hasil observasi dan dokumentasi

4. Triangulasi peneliti (investigator triangulation)

Trianggulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa di uji validitasnya dari beberapa peneliti

G. Analisis Data

Aktivitas dalam analisis data penelitian kualitatif bersifat induktif. Analisis data kualitatif dilakukan terhadap hasil pengumpulan data berupa wawancara, pengamatan, dokumentasi, diskusi kelompok terfokus dan melakukan beragam teknik refleksi bagi pendalaman dan pemantapan data. Analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman yang di kutip dalam Sugiono (2009), meliputi yaitu pengumpulan data, sajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data meliputi wawancara mendalam, wawancara terstruktur, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data di lakukan sebelum pelaksanaan penelitian dan setelah penelitian


(50)

commit to user

2. Reduksi data

Merupakan proses seleksi, memfokuskan, penyederhanaan dan abstraksi data. Proses ini berlangsung terus menerus selama pengumpulan data sampai laporan akhir peneliti di susun. Pada waktu pengumpulan data berlangsung peneliti membuat ringkasan dari catatan yang di peroleh di lapangan, membuat kode, memusatkan tema, menentukan batas permasalahan dan menulis memo. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada penerapan metode Effleurage

pada ibu inpartu kala 1 fase aktif dan respon nyeri yang di tunjukkan

3. Sajian data

Sebagai proses analisa data yang berintikan penyajian dengan cara mengorganisir informasi secara sistematik untuk mempermudah penelitian dalam menggabungkan dan merangkai keterikatan antar data dalam menyusun penggambaran proses dan fenomena yang di teliti. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk uraian singkat naratif yang di tuangkan dalam analisis dan refleksi

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Penariakan kesimpulan atau verifikasi adalah merupakan kegiatan melakukan penarikan kesimpulan dari keadaan yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang di miliki, landasan yang kuat dari proses analisis terhadap fenomena yang ada dan mendiskusikan permasalahan dengan pihak pihak yang terkait sampai di peroleh kesepakatan kesimpulan


(51)

commit to user

Gambar 7

Siklus analisis data kualitatif

Sumber : Miles dan Huberman (1984)

H. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini seluruhnya direncanakan sebagai berikut :

1. Persiapan

a. Berkonsultasi dengan dokter Puskesmas berkaitan dengan informan kompeten yang akan memberikan informasi tentang permasalahan penelitian yang akan dilakukan

b. Menghubungi teman sejawat (bidan desa) untuk di ajak berkolaborasi dalam penelitian yang dalam hal ini dia dilibatkan menjadi petugas tenaga kesehatan dan berkoordinasi untuk menyamakan persepsi dan langkah langkah penerapan teknik pijat effleurage kepada pasien

2. Pengumpulan Data

a. Melakukan pendekatan pada informan kunci

Pada tahap ini peneliti mendiskripsikan teknik pijat Effleurage kepada bidan di Polindes

b. Melakukan pendekatan pada subyek penelitian

Pengumpulan data

Sajian data

verifikasi Reduksi data


(52)

commit to user

memberitahu keluarga terutama suami pasien untuk minta ijin menggunakan subyek penelitian ibu inpartu kala 1 fase aktif (pasien/istri), kemudian menyampaikannya kepada pasien (ibu inpartu kala 1 fase aktif) dalam hal ini pasien di libatkan dan menyamakan persepsi tentang langkah langkah penerapan teknik pijat Effleurage dalam upaya penurunan nyeri persalinan c. Melakukan pendekatan pada pendamping pasien untuk mendiskripsikan

teknik pijat Effleurage kepada pasien d. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

Menjelaskan kepada pasien bahwa peneliti ingin melakukan pengamatan pada proses persalinan terutama tentang nyeri persalinan dan dalam pengamatan nanti akan dilakukan penerapan teknik pijat Effleurage pada saat terjadi kontraksi rahim dan diharapkan dengan pijatan tersebut akan membantu menurunkan nyeri parsalinan

3. Pelaksanaan

a. Melakukan pengkajian persepsi nyeri sebelum perlakuan dengan wawancara dan observasi dengan memberi tahu ibu tentang gambaran nyeri dengan menggunakan skala numerik dari 0 hingga 10, ( 0 ) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, (2) nyri ringan, (5) nyeri sedang, (7) nyeri hebat dan (10) nyeri yang sangat hebat, secara subyektif ibu di minta untuk menggambarkan nyeri yang di rasakan saat rahim berkontraksi kira kira pada skala berapa ? dan di observasi denganmenggunakan skala wajah b. Prosedur tindakan teknik pijat Effleurage pada abdomen

1) Beri penjelasan pada ibu tentang langkah-langkah teknik pijat Effleurage


(53)

commit to user

3) Pada waktu timbul kontraksi, kaji respon fisiologis dan respon perilaku 4) Setelah selesai kontraksi observasi tanda tanda vital

5) Pada waktu timbul kontraksi berikutnya :

a) Letakkan satu atau dua telapak tangan di atas simpisis pubis

b) Usapkan satu atau dua telapak tangan dengan membentuk pola lingkaran di atas abdumen

c) Lakukan gerakan ini berulang ulang selama ada kontraksi

d) Kaji respon nyeri dengan menggunakan skala numerik dan skala wajah

gambar 8

Teknik pijat Effleurage menggunakan dua tangan

http ://google.co.id/image.Technic+Effleurage+Abdomen (2010)

4. Pengamatan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah

a. Melaksanalan evaluasi tentang teknik pijat Effleurage yang dilakukan oleh bidan atau pendamping pasien

b. Melaksanakan evaluasi terhadap penurunan nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase aftif


(54)

commit to user 5. Analisis dan Refleksi

a. Melakukan analisis penerapan teknik pijat Effleurage

b. Melakukan verifikasi dan pendalaman data

c. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian

d. Merumuskan implikasi acuan sebagai bagian dari pengembangan saran dan laporan penelitian

I. KERANGKA KEGIATAN PENELITIAN

Gambar 9

Kerangka kegiatan penelitian

Penarikan kesimpulan

Masalah penelitian Pengumpulan data

Penulisan hasil penelitian

Perbanyakan hasil penelitian dan ujian Analisa data


(55)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang diskripsi tempat penelitian, hasil temuan studi penerapan teknik pijat Effleurage pada ibu inpartu kala 1 fase aktif yang dilakukan oleh bidan dan pendamping pasien meliputi, dokumentasi observasi, serta wawancara kepada pasien dan penilaian akhir tentang penurunan nyeri persalinan pada pasien

A. Diskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Polindes

Penelitian ini di lakukan di wilayah kerja Polindes Kembangringgit, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan kesehatan masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu anak dan keluarga berencana. Polindes di kelola oleh bidan di desa bekerjasama dengan dukun bayi serta di bawah pengawasan dokter puskesmas setempat. Polindes Kembangringgit ada di wilayah Puskesmas Watukenongo Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto. Data selengkapnya dapat di sajikan dalam diskripsi sebagai berikut :

a. Nama : Polindes Dahlia

b. Alamat : Dusun Kembangan Rt : 2 Rw : 4 DesaKembangringgitKecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Telp :0321 594151.Jawa Timur c. Tujuan : Memperluas jangkauan, meningkatkan mutu dan mendekatkan


(56)

commit to user

pelayanan Kesehatan Ibu Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat Desa

d. Sarana dan Pra Sarana Polindes

1). Tersedia bidan desa yang bekerja penuh untuk mengelola pondok bersalin 2). Tersedia sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan di desa

antara lain :

a). Bidan kit (peralatan pertolongan persalinan)

b). Intra Uterina Device (IUD) Kit (peralatan pemasangan IUD) c). Sarana Imunisasi dasar dan Imunisasi ibu hamil

d). Timbangan berat badan ibu dan bayi

e). Pengukur tinggi badan dan panjang badan bayi f). Infus set dan cairan infus

g). Obat obatan sederhana dan uterotonika

h). Buku buku pedoman KIA (Kesehatan Ibu Anak). KB (Keluarga Berencana) dan Pedoman kesehatan lainnya

i). Inkunator (bok penghangat bayi) j). Tabung oksigen

3). Memenuhi persaratan rumah sehat a). Terdapat sumber air bersih b). Ventilasi cukup

c). Penerangan cukup

d). Terdapat sarana pembuangan air limbah e). Lingkungan pekarangan bersih


(57)

commit to user

4). Lokasi Polindes

Mudah di capai penduduk desa dan mudah di jangkau kendaraan roda empat

5). Data fisik Polindes

a). Ruang tunggu : 1 b). Ruang rawat jalan : 1 c). Ruang kamar bersalin : 1 d). Kamar mandi : 1 e). Ruang nifas : 2 f). Ruang pembinaan kader : 1

e. Fungsi dari Pondok Bersalin Desa antara lain

1). Sebagai tempat pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk pelayanan medis Keluarga Berencana

2). Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan

3). Sebagai tampat untuk konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat dan dukun bayi / kader posyandu

f. Kegiatan yang di laksanakan di Polindes di atur oleh bidan di desa setempat, sedangkan pelaksanaannya dikerjakan bersama dengan dukun bayi dan kader posyandu sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimiliki. Kegiatan ini meliputi :

1). Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada bumil dan melakukan deteksi dini resiko tinggi kehamilan 2). Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko (skor 6) 3). Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui


(58)

commit to user

4). Memberikan pelayanan kesehatan Neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah serta imunisasi dasar pada bayi

5). Memberikan pelayanan keluarga berencana

6). Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang beresiko tinggi dan sangat tinggi baik ibu maupun bayinya

7). Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader posyandu 8). Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu 9). Melatih dan membina dukun bayi dan kader posyandu

10). Memberikan penyuluhan kesehatan dan gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan penggunaan ASI dan KB

11). Mencatat dan melaporkan kegiatan yangdi laksanakan kepada Puskesmas setempat

g. Pembinaan dan Pengawasan secara umum berada di bawah bimbingan dan pengawasan Kepala Puskesmas setempat

h. Pembiayaan di Pondok bersalin desa dapat di pungut biaya jasa oleh pengelola pondok bersalin desa yang di tetapkan secara musyawarah bersama masyarakat serta di sesuaikan dengan kemampuan masyarakat setempat i. Perizinan untuk memulai Pondok Bersalin tidak di perlukan adanya surat izin, cukup di laporkan dan di catat pada Puskesmas setempat, sedangkan untuk praktik bidan di perlukan surat izin bidan (SIB) dan surat izin praktik bidan j. Pencatatan dan Pelaporan Pondok bersalin di laksanakan seperti yang

berlaku untuk usaha praktik bidan secara perorangan k. Pembinaan dan pengawasan


(59)

commit to user

Pondok bersalin sebagai suatu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan di desa, secara umum berada di bawah bimbingan dan pengawasan kepala Puskesmas

2. Data Pencapaian Target Sasaran KIA di Polindes Kembangringgit

Tabel 4.1 Pencapaian sasaran kesehatan ibu dan anak sampai bulan maret 2011

No Data Sasara Pencapaian Prosentase 1 Pemeriksaan ibu hamil (K1) 20 22,7 %

2 Pemeriksaan ibu hamil (K4) 18 20,4 % 3 Deteksi resiko tinggi ibu hamil 3 16,6 % 4 Persalinan oleh tenaga kesehatan 14 16,3 % 5 Pelayanan ibu nifas 17 19,7 % 6 Kunjungan bayi (KN 1 murni) 14 17,3 % 7 Kunjungan bayi (KN2 lengkap) 14 17,3 % Sumber : Data temuan studi tahun 2011

Berdasarkan data pada tabel 4.1 dari cakupan pencapaian pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mulai bulan januari sampai dengan bulan maret 2011 sejumlah 14 orang atau 16,3% dari target sasaran, jumlah tersebut bisa menjadi gambaran banyaknya pasien yang bersalin setiap bulan, dari jumlah persalinan tersebut sudah cukup untuk digunakan sebagai informan pasien yaitu ibu inpartu kala 1 fase aktif dalam penelitian ini yang akan menggunakan informan pasien sebanyak 3 orang


(60)

commit to user B. Temuan Studi

1. Penerapan Teknik Pijat Effleurage pada Ibu Inpartu Kala 1 Fase Aktif oleh Bidan di Polindes

Dalam memberikan penerapan teknik pijat Effleurage pada ibu inpartu kala 1 fase aktif, bidan bekerja berdasarkan standar operasional prosedur, standar tersebut adalah melakukan observasi tentang pemeriksaan kesehatan ibu meliputi tanda tanda vital, palpasi, auskultasi serta laboratorium sederhana, selanjutnya peneliti terlebih dahulu mengkaji pengetahuan bidan tentang nyeri persalinan, respon terhadap nyeri persalinan dan teknik pijat Effleurage, serta melakukan wawancara mendalam dan pengamatan pada pasien

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan bidan AN. Di katakan bahwa penyebab nyeri persalinan adalah karena terjadinya penipisan dan pembukaan mulut rahim,sedangkan untuk mengurangi nyeri persalinan bidan berpendapat bisa secara farmakologis diantaranya dengan menggunakan suntikan epidural atau obat obatan analgetika, dan secara non farmakologi diantaranya dengan posisi miring kekiri, teknik bernafas, hypnobirthing, juga massage. Beberapa faktor yang bisa menurunkan nyeri persalinan adalah pendampingan, relaksasi, serta tindakan dari petugas medis atau para medis. Menurut bidan sifat nyeri persalinan adalah sangat spesifik yaitu rasa nyeri muncul secara periodik bersifat visceral pain makin lama makin sering, sedangkan respon nyeri sangat di pengaruhi oleh kehadiran orang yang dicintai agar dapat menyampaikan keluhan nyerinya sesuai dengan keinginannya, dan bidan di polindes mengatakan belum pernah mendapatkan pelatihan tentang cara menurunkan nyeri persalinan.Bidan dalam melakukan pertolongan persalinan sudah sesuai dengan standar operasional prosedur, tapi


(1)

commit to user

sakit tidak akan di teruskan ke corteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan

berupa usapan pada saraf yang berdiameter besar yang banyak pada kulit harus di lakukan pada awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang di bawa oleh saraf yang berdiameter kecil mencapai corteks serebral

Sebagaimana di uraikan di atas , pada informan pasien Ny.Ja mengalami nyeri persalinan pada nilai 8 yang artinya ”nyeri berat” setelah di lakukan pemijatan menurun dengan nilai 5 yang artinya ”nyeri sedang” penurunan tingkat nyeri terjadi 3 poin. Pada informan pasien Ny.Ik dari awal muncul rasa nyeri sudah di lakukan pemijatan dan setelah di ukur dengan skala numerik ada pada nilai 5 yang artinya ”nyeri sedang” sedangkan pada informan pasien Ny. Ri mengalami nyeri persalinan ada pada nilai 10 yang artinya ” sangat berat” setelah di lakukan pemijatan menurun pada nilai 7 yang artinya ”nyeri berat” penurunan tingkat nyeri terjadi 3 poin , dari hal tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa

penerapan teknik pijat Effleurage yang di lakukan oleh bidan maupun

pendamping pasien dapat menurunkan nyeri persalinan pada ibu inpartu kala 1 fase aktif


(2)

commit to user BAB V

KESIMPULAM, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penerapan teknik pijat Effleurage oleh bidan di Polindes

Pengetahuan dari ke tiga pasien inpartu kala 1 fase aktif tentang nyeri persalinan sangat beragam, mulai dari istilah ”loro sewu dadi siji” yang menggambarkan betapa hebatnya nyeri persalinan, kemudian ada istilah ”kapok lombok” yang mengandung arti memberi motifasi, bahwasannya sehebat apapun nyeri persalinan tersebut , ternyata masih banyak wanita yang melahirkan lebih dari satu. Dari ketiga pasien yang akan melahirkan semua di observasi dengan menggunakan lembar partograf dan semua pasien dalam keadaan normal sedangkan respon nyeri pasien di observasi menggunakan skala numerik dan skala wajah, dua diantara ketiga pasien merasakan nyeri ”sangat berat” dan yang satu merasakan ”nyeri sedang” cara mereka mengatasi rasa nyeri persalinan juga sangat bervariasi dan cenderung tidak ada dalam teori kebidanan, hal ini bisa di maklumi karena ternyata bidan belum pernah memberikan pengetahuan tentang cara mengendalikan nyeri persalinan. Ketika bidan menerapkan teknik pijat Effleurage dengan cara menggunakan dua tangan yaitu pemijatan dimulai dari

perut bagian bawah lalu ke fundus uteri dengan gerakan secara melingkar dan

terus menerus selama rahim berkontraksi, ketiga pasien bisa menerima karena pada dasarnya dua diantara ketiga pasien tersebut setiap bulan sudah melakukan ”oyok” (pijat ringan) pada dukun bayi dengan maksud untuk menata posisi bayi,


(3)

commit to user

dan pasien merasakan nyaman setelah di ”oyok” (pijat ringan), sehingga pijat

Effleurage dirasakan hampir sama dengan ”oyok” dan pasien bisa menerima,

merasa lebih nyaman dan bisa mengendalikan rasa nyeri, dalam keadaan nyeri yang terkendali diharapkan pasien bisa lebih kooperatif saat bidan memimpin persalinan.

2. Penerapan teknik pijat Effleurage oleh pendamping pasien

Dari pendamping pasien yaitu dua orang ibu dan dua orang suami dari pasien. tiga diantaranya mempunyai pengetahuan tentang nyeri persalinan yaitu di pandang dari sudut agama di anggap sebagai takdir dari Tuhan, dan berdasar pengalaman mereka nyeri persalinan juga disebabkan karena jumlah kehamilan ganjil yang disebut ”medeking” juga di pengaruhi oleh jenis kelamin bayi, anak laki laki lebih nyeri dibanding anak perempuan, pengetahuan dari pendamping pasien tersebut masih belum di temukan dalam teori kebidanan. secara logika mereka belum mengerti tentang penyebab nyeri persalinan tapi ada satu pendamping pasien yang mengatakan bahwa nyeri persalinan secara logika disebabkan adanya tekanan dari dalam rahim untuk mengeluarkan isi rahim, pengetahuan ini dia dapatkan dari membaca majalah ayah bunda, sedangkan untuk mengatasi nyeri persalinan, pengetahuan mereka masih berorientasi pada sosial budaya yaitu dengan cara minta maaf pada suami dan orang tua serta minta air pada Kyai bahkan ada yang disuruh minum air bekas basuhan kaki ibunya yang semuanya secara rasional belum ada dalam teori kebidanan. Tentang penerapan

teknik pijat Effleurage oleh pendamping pasien sebenarnya hal tersebut sudah di

lakukan terutama oleh dukun bayi yang di sebut ”oyok” tapi mereka belum tahu secara pasti teknik pijat yang benar serta efektifitasnya terhadap penurunan nyeri


(4)

commit to user

persalinan, dan menerapnya kepada pasien sangat mudahserta bisa dikerjakan oleh siapapun atas petunjuk dari bidan.

3. Evaluasi teknik pijat Effleurage yang di lakukan oleh bidan dan

pendamping pasien terhadap penurunan nyeri persalinan

Dari tindakan penerapan teknik pijat Effleurage pada ibu inpartu kala 1 fase aktif yang di lakukan oleh bidan dan pendamping pasien menunjukkan bahwa hasil pengamatan dari ketiga pasien ibu inpartu kala 1 fase aktif adalah

a. Pasien Ny. Ja dari ”nyeri berat” menurun ke ”nyeri sedang”

b. Pasien Ny. Ri dari nyeri ”sangat berat” menurun ke ”nyeri berat”

c. Pasien Ny. Ik ada pada nyeri sedang dari awal rasa nyeri muncul sampai

bayi lahir, hal ini karena suami sudah aktif melakukan pijat ringan secara dini sehingga nyeri bisa terkendali

Dapat disimpulkan bahwa teknik pijat Effleurage pada ketiga pasien

tersebut belum mampu menghilangkan nyeri yang di rasakan oleh ibu yang akan melahirkan dan tidak bisa merubah karakteristik nyeri tapi efektif dalam menurunkan nyeri persalinan, sehingga sangat baik apabila pengamatan nyeri persalinan dimasukkan dalam standar operasional prosedur (SOP) dan penerapan

teknik pijat Effleurage bisa dijadikan acuan dalam menurunkan nyeri persalinan.

diharapkan dengan penurunan nyeri tersebut pasien bisa kooperatif dengan instruksi bidan saat memimpin persalinan.

B. Implikasi

Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkunagn pendidikan kesehatan maka kesimpulan yang di tarik tentu mempunyai implikasi di bidang


(5)

commit to user

pendidikan kesehatan dan juga penelitian penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :

1 Terhadap teori

Dari hasil penelitian mengenai penerapan teknik pijat Effleurage pada ibu

inpartu kala 1 fase aktif sebagai upaya penurunan nyeri persalinan ternyata

menunujukkan hasil signifikan, penerapan teknik pijat Effleurage tersebut sudah

sesuai dengan teori yang ada tetapi masih banyak pendapat masyarakat tentang cara penurunan nyeri persalinan yang belum ada dalam teori kebidanan

2. Terhadap bidan

Berdasarkan pada hasil penelitian di atas bawha penerapan teknik pijat Effleurage kepada pasien inpartu kala 1 fase aktif memberikan kontribusi yang berarti terhadap kinerja bidan, selama ini di dalam standar operasional prosedur (SOP) belum memasukkan masalah penurunan nyeri persalinan, maka dalam mengatasi masalah tersebut perlu adanya usaha dan upaya baik dari lembaga maupun pimpinan, dalam rangka menurunkan komplikasi kehamilan akibat nyeri persalinan dengan cara mengadakan perbaikan pada standar opersional prosedur (SOP).

3. Terhadap pasien

Ada tiga pasien dalam penelitian ini, dengan penerapan teknik pijat Effleurage, memang tidak bisa menghilangkan atau merubah karakteristik nyeri, tetapi terbukti sangat efektif dalam menurunkan nyeri persalinan, sehingga sangat tepat untuk di ajarkan kepada pendamping pasien bahkan pasien itu sendiri yang di harapkan bisa mengendalikan nyeri dan kooperatif dalam menghadapi persalinan


(6)

commit to user C. Saran

1. Pembuat kebijakan

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai acuan dalam membuat standar opersional prosedur di dalam pendidikan kesehatan khususnya dalam pelayanan kebidanan

2. Bidan selaku pelaksana dalam memberikan pelayanan kebidanan diharapkan mampu untuk mengenali setiap kebutuhan pasien dan memberikan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) pada pasien serta keluarganya untuk ikut aktif dalam mempersiapkan persalinan

3. Pasien dan pendamping pasien diharapkan lebih berperan aktif dalam mempersiapkan kebutuhan saat persalinan, diantaranya persiapan fisik, mental, finansial dan juga pengetahuan yang cukup tentang persalinan

4. Dukun bayi sebagai mitra kerja bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan di bidang Ibu dan Anak tetap patuh pada program kemitraan dukun bidan dan bekerja sesuai dengan kebijakan pemerintah