PENGARUH AUGMENTED PRODUCT PAKET MEETING DAN KUALITAS PELAYANAN BANQUET TERHADAP KEPUASAN TAMU BISNIS DI SAVOY HOMANN BIDAKARA HOTEL, BANDUNG.

(1)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti sidang skripsi di Program Studi Manajemen Resort dan Leisure

Disusun Oleh : Lufi Nurfitriani H.

1002976

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT AND LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Oleh

Lufi Nurfitriani Hayuning

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Penetahuan Sosial

© Lufi Nurfitriani Hayuning 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN LUFI NURFITRIANI HAYUNING


(3)

DI SAVOY HOMANN BIDAKARA HOTEL, BANDUNG. Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd NIP. 19620512 198703 1 002

Pembimbing II

Erry Sukriah, SE.,M.SE. NIP. 19791215 200812 2 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Fitri Rahmafitria, SP.,M.Si. NIP. 19741018 200812 2 001


(4)

iv DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

UCAPAN TERIMAKASIH ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Produk ... 9

B. Definisi Kualitas dan Pelayanan (Banquet) ... 12

C. Kepuasan Konsumen (Tamu Bisnis) ... 27

D. Hipotesis ... 35

E. Kerangka Pemikiran ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Lokas Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 39

C. Definisi Operasional... 39

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 40


(5)

F. Teknik Analisis Data ... 59

G. Jenis dan Sumber Data ... 74

H. Teknik Pengumpulan Data ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Profil Perusahaan ... 76

B. Profil Tamu Bisnis ... 86

C. Penilaian Tamu Bisnis terhadap Augmented Product Paket Meeting di Savoy Homannn Bidakara Hotel ... 88

D. Kualitas Pelayanan Banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 103

E. Tingkat Kepuasan Tamu Bisnis atas Pelayanan Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 118

F. Pengaruh Augmented Product Paket Meeting dan Kualitas Pelayanan Banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 142

G. Analisis Korelasi ... 144

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 146

A. Kesimpulan ... 146

B. Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 148


(6)

vi DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 1.1Daftar Hotel Bintang Empat di Kota Bandung ... 3

Tabel 1.2 Competitor Statistic Report Hotel Bintang Empat di Kota Bandung Tahun 2013 ... 4

Tabel 2.1Definisi Koneseptual dan Operasional Kepuasan Pengunjung ... 30

Tabel 3.1 Pemakaian Ruangan Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 40

Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 44

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas ... 54

Tabel 3.4 Kategori Koefisiensi Reliabilitas ... 57

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 58

Tabel 3.6 Kriteria Nilai pada Skala ... 60

Tabel 3.7 Uji Normalitas ... 63

Tabel 3.8 Uji Multikolinieritas ... 64

Tabel 3.9 Uji Heteroskedastisitas ... 66

Tabel 3.10 Uji Autokorelasi ... 67

Tabel 3.11 Uji t ... 70

Tabel 3.12 Uji F ... 73

Tabel 4.1 Daftar Ruangan Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 82

Tabel 4.2 Penilaian Tamu Bisnis mengenai Augmented Product Paket Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 89

Tabel 4.3 Penilaian Tamu Bisnis terhadap Desain/Gaya pada Augmented Product Paket Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 92

Tabel 4.4 Penilaian Tamu Bisnis terhadap Kemasan Augmented Product Paket Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 94

Tabel 4.5 Penilaian Tamu Bisnis terhadap Merek di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 96

Tabel 4.6 Penilaian Tamu Bisnis terhadap Penyampaian Jasa di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 98


(7)

Tabel 4.7 Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Augmented Product Paket Meeting di

Savoy Homann Bidakara Hotel ... 100

Tabel 4.8 Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Aspek Tangible dalam Kualitas Pelayanan Banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 103

Tabel 4.9 Penilaian Tamu Bisnis terhadap Kualitas Pelayanan Banquet dalam Aspek Reliability di Savoy Homann Bidakara Hotel... 106

Tabel 4.10 Penilaian Tamu Bisnis terhadap Kualitas Pelayanan Banquet dalam Aspek Responsiveness di Savoy Homann Bidakara Hotel... 108

Tabel 4.11 Penilaian Tamu Bisnis terhadap Kualitas Pelayanan Banquet dalam Aspek Assurance di Savoy Homann Bidakara Hotel... 110

Tabel 4.12 Penilaian Tamu Bisnis terhadap Kualitas Pelayanan Banquet dalam Aspek Empathy di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 113

Tabel 4.13 Penilaian Tamu Bisnis terhadap Kualitas Pelayanan di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 115

Tabel 4.14 Kepuasan Tamu Bisnis atas Pelayanan Banquet ... 118

Tabel 4.15 Skor Importance ... 120

Tabel 4.16 Skor Kepuasan... 121

Tabel 4.17 Skor Gap Antara Importance dan Kepuasan Aspek Tangible ... 124

Tabel 4.18 Faktor Pembobot Aspek Tangible ... 124

Tabel 4.19 Skor Kepuasan Tertimbang Aspek Tangible ... 125

Tabel 4.20 Skor Gap Antara Importance dan Kepuasan Aspek Reliability ... 126

Tabel 4.21 Faktor Pembobot Aspek Reliability ... 127

Tabel 4.22 Skor Kepuasan Tertimbang Aspek Reliability ... 128

Tabel 4.23 Skor Gap Antara Importance dan Kepuasan Aspek Responsiveness129 Tabel 4.24 Faktor Pembobot Aspek Responsiveness ... 130

Tabel 4.25 Skor Kepuasan Tertimbang Aspek Responsiveness ... 131

Tabel 4.26 Skor Gap Antara Importance dan Kepuasan Aspek Assurance ... 132

Tabel 4.27 Faktor Pembobot Aspek Assurance... 133

Tabel 4.28 Skor Kepuasan Tertimbang Aspek Assurance ... 134

Tabel 4.29 Skor Gap Antara Importance dan Kepuasan Aspek Empathy ... 135


(8)

viii

Tabel 4.31 Skor Kepuasan Tertimbang Aspek Empathy ... 136

Tabel 4.32 Skor Gap Antara Importance dan Kepuasan ... 138

Tabel 4.33 Faktor Pembobot ... 140

Tabel 4.34 Penghitungan Indeks Kepuasan Pelanggan ... 141

Tabel 4.35 Analisis Regresi Linear Berganda ... 143


(9)

DAFTAR GAMBAR Gambar

Gambar 1.1 Pemakaian Ruangan Berdasarkan Event ... 5

Gambar 2.1 Model Konseptualisasi Servqual ... 25

Gambar 2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan ... 31

Gambar 2.3 Total Perceived Quality ... 33

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... 37

Gambar 3.1 Peta Savoy Homann Bidakara Hotel ... 38

Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Daerah Uji t ... 69

Gamber 3.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Daerah Uji F ... 72

Gambar 4.1 Logo Hotel Savoy Homann Bidakara Hotel Bandung ... 80

Gambar 4.2 Motto Savoy Homann Bidakara Hotel ... 81

Gambar 4.3 Struktur Organisasi F & B Department ... 85

Gambar 4.4 Jenis Kelamin Responden ... 86

Gambar 4.5 Pekerjaan Responden ... 86

Gambar 4.6 Latar Belakang Pendidikan ... 87

Gambar 4.7 Pendapatan Responden ... 88

Gambar 4.8 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Fitur pada Augmented Product Paket Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 91

Gambar 4.9 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Desain/Gaya pada Augmented Product Paket Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 93

Gambar 4.10 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Kemasan Augmented Product Paket Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 95

Gambar 4.11 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Merek di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 98 Gambar 4.12 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Penyampaian Jasa


(10)

x atas Augmented Product Paket Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 100 Gambar 4.13 Garis Kontinum Augmented Product Paket Meeting ... 103 Gambar 4.14 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Aspek Tangible

dalam Kualitas Pelayanan Banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 105 Gambar 4.15 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Aspek Reliability

dalam Kualitas Pelayanan Banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 107 Gambar 4.16 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Aspek

Responsiveness dalam Kualitas Pelayanan Banquet di Savoy

Homann Bidakara Hotel ... 109 Gambar 4.17 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Aspek Assurance

dalam Kualitas Pelayanan Banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 112 Gambar 4.18 Garis Kontinum Penilaian Tamu Bisnis Mengenai Aspek Assurance

dalam Kualitas Pelayanan Banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel ... 114 Gambar 4.19 Garis Kontinum Kualitas Pelayanan Banquet di Savoy Homann

Bidakara Hotel ... 117 Gambar 4.20 Analisis Gap Berdasarkan Skor Importance dan Kepuasan ... 139


(11)

ii

ABSTRAK

PENGARUH AUGMENTED PRODUCT PAKET MEETING DAN KUALITAS PELAYANAN BANQUET TERHADAP KEPUASAN TAMU BISNIS DI SAVOY HOMANN BIDAKARA HOTEL, BANDUNG, JAWA

BARAT Oleh:

Lufi Nurfitriani Hayuning NIM: 1002976

Kepuasan tamu atas pelayanan hotel merupakan tolak ukur sebuah pencapaian, karena dimana terdapat kepuasan maka akan terjadi dampak positif bagi keberlangsungan hotel tersebut. Pada penelitian ini membahas mengenai pengaruh antara paket meeting dan kualitas pelayanan Banquet terhadap kepuasan tamu bisnis di Savoy Homann Bidakara Hotel. Peneliti memfokuskan penelitian pada permasalahan yang ada di Savoy Homann Bidakara Hotel yang timbul akibat menurunnya jumlah pembelian paket meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penilaian tamu bisnis mengenai paket meeting dan kualitas pelayanan Banquet, dan mengidentifikasi pula kepuasan tamu bisnis terhadap paket meeting dan kualitas pelayanan Banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara paket meeting dan kualitas pelayanan Banquet terhadap kepuasan tamu bisnis di Savoy Homann Bidakara Hotel.Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik regresi linear berganda, hal tersebut dikarenakan pada penelitian ini terdapat tiga variabel dimana satu variabel dependen dan dua variabel independen sebagai faktor prediktor. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya tentang produk, kualitas pelayanan jasa, Banquet, dan kepuasan konsumen. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, penyebaran kuesioner, dan studi literatur/pustaka.Berdasarkan hasil penelitian pada pembahasan yang disertai dengan teori-teori yang mendukung, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh paket meeting dan kualitas pelayanan Banquet sebesar 26,21% terhadap kepuasan tamu bisnis di Savoy Homann Bidakara Hotel. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa paket

meeting dan kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kepuasan tamu bisnis.

Kata kunci: Augmented Product Paket Meeting, Kualitas Pelayanan Banquet, dan Kepuasan Tamu Bisnis.


(12)

iii Lufi Nurfitriani Hayuning 2014

ABSTRACT

THE EFFECT OF AUGMENTED PRODUCT OF MEETING PACKAGE AND QUALITY OF BANQUET SERVICE TOWARD BUSINESS GUEST SATISFACTION IN SAVOY HOMANN BIDAKARA HOTEL, BANDUNG,

WEST JAVA by :

Lufi Nurfitriani Hayuning NIM : 1002976

Hotel guest’s satisfaction with the service is a measurement of achievement because if there is satisfaction there will be a positive effect for sustainability of the hotel . This study discusses about the influence of meeting packages and service quality toward satisfaction of business guest in the Savoy Homann Bidakara Hotel. The research focuses on the problems that exist in the Savoy Homann Bidakara Hotel due to the decreasing number of meeting

package’s purchase in Savoy Homann Bidakara Hotel. This study aims to identify

the business guest’s valuation about meeting packages and quality of Banquet

service and also to describe the guest satisfaction towards meeting packages and quality of Banquet service in the Savoy Homann Bidakara Hotel. The method used in this study is a descriptive analysis with quantitative approach used to determine whether there is any influence between meeting packages and quality of service toward satisfaction of business guest in the Savoy Homann Bidakara Hotel. In this research, the technique used is multiple linear regression technique because in this study there are three variables in which one dependent variable and two independent variables as predictors. The theories related to this study include the product, quality of service, Banquet, and customer satisfaction. The data was collected by observation, questionnaires, and literature studies. Based on the result of the research which accompanied by discussion and supporting theories, the result shows that there are effects of meeting packages and quality of Banquet service for 26.21% toward guest satisfaction in the Savoy Homann Bidakara Hotel. Based on the data obtained from this study, it can be concluded that the meeting package and service quality have a significant effect on business

guest’s satisfaction.

Key words : Augmented Product of Meeting Package, Banquet Service’s Quality and Business Guest’s Satisfaction.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat membantu kemajuan perekonomian negara melalui devisa yang dihasilkan oleh kegiatan wisata yang dilakukan para wisatawan. Pendapatan suatu negara bersumber dari berbagai jenis penerimaan, baik pajak maupun non pajak. Sesuai dengan UU no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. PNBP meliputi (1) Penerimaan sumber daya alam; (2) Setoran laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN); (3) Penerimaan bukan pajak lainnya. Pariwisata merupakan bentuk kegiatan yang memerlukan sumber daya alam sebagai bahan baku utama dalam proses kegiatan. Dengan begitu pariwisata merupakan salah satu sumber PNBP yang berpengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Termasuk Indonesia yang merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya sehingga pariwisata bagaikan primadona yang cukup memiliki peran penting dalam pertumbuhan perekonomian negara Indonesia.

Industri pariwisata di Indonesia diharapkan agar dapat mewujudkan potensi industri perjalanan dan pariwisata, menciptakan lapangan kerja, menghasilkan ekspor, serta merangsang investasi agar terciptanya pariwisata yang berkelanjutan dan sebagai sarana penggerak perekonomian. Berlangsungnya kegiatan pariwisata tentunya didukung oleh berbagai faktor seperti transportasi, akomodasi, sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Belakangan ini muncul sebuah trend wisata yang melayani jasa paket wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) dimana para pelaku pariwisatanya adalah orang-orang/kelompok yang melakukan suatu pertemuan untuk kerjasama bisnis yang di dalamnya terdapat unsur leisure. Saat ini kegiatan MICE di Indonesia belum berkembang secara merata, kegiatan MICE hanya terdapat di kota-kota tertentu seperti Jakarta, Denpasar, Jambi, Jayapura, Ujung


(14)

Pandang, Medan, Manado, Surabaya, Batam, Yogyakarta, Padang, Palembang, dan Kota Surakarta. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai kegiatan wisata MICE di Indonesia.

Pengeluaran perjalanan bisnis global diperkirakan akan meningkat sepanjang tahun 2013 dan terus meningkat selama beberapa tahun kedepan, hal tersebut sesuai dengan Laporan Tahunan Global & Forecast yang dilakukan oleh GBTA (Global Business Travel Association). Belanja perjalanan bisnis diperkirakan akan tumbuh sekitar 8,2% pada tahun 2014, diikuti oleh 7,6% pada tahun 2015, 7,2% pada tahun 2016, dan 7,1% pada tahun 2017 (GBTA, 2013).

Berdasarkan data ICCA Statistic Report (2012) negara Indonesia menempati peringkat ke 41 dari 109 negara di dunia dengan jumlah kegiatan meeting sebanyak 73 kali. Hal tersebut menandakan bahwa Indonesia mulai menyadari akan potensi kegiatan wisata MICE terhadap perkembangan perekonomian serta peningkatan kerjasama regional maupun kerjasama multilateral.

Pada perkembangannya wisata MICE melibatkan hotel-hotel sebagai tempat yang memfasilitasi kegiatan MICE. Sehingga belakangan ini kegunaan hotel pada saat weekday lebih banyak digunakan sebagai tempat penyelenggaraan MICE dibandingkan sebagai tempat beristirahat. Untuk mendukung kegiatan MICE ditawarkan pula paket MICE dengan komponen pendukungnya adalah fasilitas kamar dan restoran sebagai pemenuhan kebutuhan dasar seperti istirahat, makan dan minum.

Saat ini banyak hotel yang menawarkan paket MICE yang komponen utama dalam paket tersebut merupakan ruangan diselenggarakannya MICE dan kamar hotel sebagai akomodasi selama penyelenggaraan MICE. Seperti Savoy Homann Bidakara Hotel yang merupakan hotel bintang empat dan sebagai MICE Hotel yang telah memiliki 17 ruangan MICE dan 185 kamar.

Persaingan bisnis ditengah-tengah maraknya perkembangan wisata MICE menjadikan Savoy Homann sebagai kompetitor yang memiliki kompetitor. Persaingan tersebut mencakup kepada keseluruhan hotel berbintang yang terdapat di Kota Bandung, terutama hotel yang setaraf dengan Savoy Homann Bidakara


(15)

Hotel yaitu hotel-hotel bintang empat. Adapun nama-nama hotel bintang empat di kota Bandung, diantaranya adalah:

Tabel 1.1

Daftar Hotel Bintang Empat di Kota Bandung

No. Nama Hotel Alamat

1 Arrison Swiss – Bellhotel Jl. Otto Iskandardinata No. 16 2 Aston Braga Hotel & Residence Jl. Braga No. 99 – 101

3 Aston Primera Pasteur Hotel & Conference Center

Jl. Dr. Djunjunan No. 96 4 Galeri Ciumbuleuit Jl. Flores No. 42A

5 Garden Permata Hotel Jl. Leumbah Neundeut No. 7 Setrasari

6 Golden Flower Jl. Asia Afrika No. 15 – 17 7 Grand Pasundan Conv./Graha

Bandung Kencana, PT.

Jl. Peta No. 147 – 149 Lingkar Selatan

8 Grand Seriti Jl. Hegarmanah No. 9 – 15

9 Grand Setiabudhi Jl. Dr. Setiabudhi No. 130 – 134

10 Holiday Inn Jl. Ir. H. Juanda No. 31

11 Horison Jl. Pel. Pejuang No. 121

12 Jayakarta Jl. Ir. H. Juanda No. 381

13 Novotel Bandung Jl. Cihampelas No.23 – 25

14 Panghegar Jl. Merdeka No. 2

15 Papandayan Jl. Jend. Gatot Subroto Np. 83

16 Savoy Homann Bidakara Hotel Jl. Asia Afrika N0. 112

17 The Amaroossa Jl. Aceh No. 71A

18 The Ardjuna Boutique Jl. Ciumbuleuit No. 152

19 The Majesty Hotel & Apartment Jl. Dr. Setiabudhi No. 130 – 134

20 Tropicana Hotel Jl. Cihampelas No. 125


(16)

Berdasarkan data tersebut diatas sudah dipastikan terdapatnya persaingan antar hotel bintang empat dimana standar dan kualitas pelayanan menjadi modal utama untuk bersaing. Hal tersebut terlihat dari data Competitor Statistic Report Hotel Bintang Empat di Kota Bandung tahun 2013 yang terdiri atas:

Tabel 1.2

Competitor Statistic Report Hotel Bintang Empat di Kota Bandung Tahun

2013

Nama Hotel Occupancy 2013

Aston Primera 84,5%

Santika 84,1%

Novotel 82,2%

Golden Flower 78,4%

Aston Tropicana 76,6%

Arion Swiss 75,9%

Savoy Homann 75,2%

Aston Braga 74,2%

Luxton 73,3%

Jayakarta 68,2%

Preanger 67,6%

Panghegar 62,6%

Permata 57,6%

Horison 54,8%

Grand Aquila 49,6%

Sumber: Savoy Homann Bidakara Hotel 2013

Savoy Homann menawarkan augmented product paket meeting yang komponennya terdiri atas ruangan meeting, kamar, serta restoran. Oleh karena itu, sebagian besar kamar dihuni berdasarkan penjualan augmented product paket

meeting. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa Savoy Homann melakukan

pengamatan hanya pada 15 hotel pesaingnya. Rate Savoy Homann dalam aspek

occupancy bila dibandingkan dengan kelima belas hotel pesaingnya berada di

posisi delapan. Oleh karena itu dirasa perlu untuk mencermati kinerja Savoy Homann Bidakara Hotel dalam upaya meningkatkan pendapatan/income melalui peningkatan kualitas pelayanan.

Savoy Homann Bidakara Hotel memiliki sejumlah kamar dan ruang meeting dimana kedua aspek tersebut menjadi komponen dalam proses pemasaran.


(17)

Berdasarkan augmented product paket meeting dan events yang disediakan tentunya dapat meningkatkan jumlah kunjungan sekaligus pembelian produk di Savoy Homann Bidakara Hotel. Pelayanan meeting dan events yang disediakan di Savoy Homann Bidakara Hotel dalam bentuk kegiatan dinner, meeting, gathering,

wedding, dan beberapa jenis kegiatan lainnya seperti seminar, birthday, training, tabel manner, engagement, hotel tour, dan lain sebagainya. Berikut adalah jumlah

penggunaan ruangan meeting berdasarkan events tahun 2012 dan 2013 di Savoy Homann Bidakara Hotel:

Gambar 1.1 Pemakaian Ruangan Berdasarkan Event Sumber: Savoy Homann Bidakara Hotel 2013

Berdasarkan data tersebut diatas dapat dilihat bahwa jumlah penggunaan ruangan berdasarkan meeting pada tahun 2012 sebesar 89% dan tahun 2013 sebesar 79%, dinner pada tahun 2012 sebesar 0% dan 11% pada tahun 2013,

gathering sebesar 2% pada tahun 2012 dan 2% pada tahun 2013, dan wedding

sebesar 3% pada tahun 2012 dan 2% pada tahun 2013, sedangkan kegiatan lainnya sebesar 4,5% pada tahun 2012 dan 5,9% pada tahun 2013. Dari data tersebut terlihat jelas bahwa penggunaan ruangan terbanyak di Savoy Homann Bidakara Hotel adalah berdasarkan acara meeting. Akan tetapi total penggunaan


(18)

augmented product paket meeting pada tahun 2013 mengalami penurunan sekitar

13 % dibandingkan dengan tahun 2012. Penurunan kepuasan konsumen menjadi salah satu indikator penyebab penurunan jumlah pembelian augmented product paket meeting.

Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi jumlah penurunan tersebut, dua diantaranya adalah faktor augmented product paket meeting yang ditawarkan dan kualitas pelayanan banquet dalam melayani tamu bisnis. Belakangan ini terjadi sedikit kendala dalam hal kualitas pelayanan yang dialami

banquet yang merupakan bagian operasional departemen F&B. Penurunan

kualitas pelayanan disebabkan oleh kurangnya penerapan dalam melaksanakan tugas berdasarkan policy & procedur, kurangnya profesionalisme dan kesigapan dalam melayani tamu, dan kurangnya penerapan kedisiplinan kerja, baik dalam sikap maupun sistem kerja (Savoy Homann Bidakara Hotel Annual Report, 2013). Saat ini, sudah cukup banyak hotel yang menyediakan fasilitas meeting. Persaingan bisnis yang dilakukan para kompetitor menjadi salah satu perhitungan Savoy Homann Bidakara Hotel dalam menyusun strategi penjualan augmented

product paket meeting. Dengan begitu, hal tersebut menjadi salah satu tuntutan

bagi Savoy Homann Bidakara Hotel yang merupakan salah satu hotel yang menyediakan augmented product paket meeting untuk dapat memenuhi kebutuhan para tamu bisnis.

Untuk dapat berkompetisi dengan pesaingnya, Hotel Savoy Homann dituntut untuk dapat mengemas augmented product paket meeting dengan harga yang lebih bersaing serta memenuhi standarisasi pelayanan hotel terutama dalam hal

Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) sesuai dengan ketentuan

yang telah terbentuk baik dalam tangible maupun intangible. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan suatu penelitian mengenai: Pengaruh Augmented

Product Augmented product paket meeting dan Kualitas Pelayanan Banquet

Terhadap Kepuasan Tamu Bisnis di Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung”


(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penilaian tamu terhadap augmented product paket meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel?

2. Bagaim

ana kualitas pelayanan banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel?

3. Bagaimana tingkat kepuasan wisatawan atas pelayanan banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel?

4. Bagaimana pengaruh augmented product paket meeting dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan tamu bisnis di Savoy Homann Bidakara Hotel?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi penilaian tamu terhadap augmented product paket

meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel.

2. Mengidentifikasi kualitas pelayanan banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel.

3. Menganalisis tingkat kepuasan wisatawan atas pelayanan banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel.

4. Menganalisis pengaruh augmented product paket meeting dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan tamu bisnis di Savoy Homann Bidakara Hotel

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Lembaga

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam meningkatkan produk serta kualitas pelayanan sesuai dengan harapan konsumen.


(20)

2. Bagi Peneliti

Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan penelitian, serta dapat menyumbangkan ide pikiran dalam meningkatkan pelayanan.

3. Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan dapat menjadi bahan untuk penelitian berikutnya. E. Sistematika Penelitian

Penulisan Skripsi ini merujuk kepada sistematika penulisan yang tercantum dalam buku Pedoman Akademik terbitan Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013. Berikut adalah sistematika yang digunakan:

1. BAB I : Pendahuluan

Berisi mengenai penjabaran latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

2. BAB II : Kajian Pustaka

Berisi teori-teori para ahli yang mendukung penelitian dan kerangka pemikiran penulis.

3. BAB III : Metode Penelitian

Penjabaran mengenai metode yang digunakan dan penjelasan seperti : Lokasi, Populasi, Sampel, Variable, Definisi Operasional, Instrumen penelitian dan Teknik pengumpulan data.

4. BAB IV : Hasil Penelitian

Penjelasan mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian. 5. BAB V : kesimpulan dan Rekomendasi

Hasil dari pembahasan dan rekomendasi yang direkomendasikan oleh penulis dari hasil pembahasan.

6. Daftar Pustaka


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini menganalisa mengenai pengaruh augmented product paket

meeting dan kualitas pelayanan banquet dengan kepuasan tamu bisnis di Savoy

Homann Bidakara Hotel yang terletak di Jalan Asia-Afrika No. 112, Kota Bandung, Jawa Barat. Savoy Homann merupakan hotel pertama sekaligus hotel tertua di kota Bandung. Savoy Homann Bidakara Hotel merupakan perusahaan milik keluarga Homann.

Dalam penelitian ini, ditentukan objek penelitian sebagai variabel bebas (independend variable) adalah augmented product paket meeting dan kualitas pelayanan banquet, sedangkan variabel terikat (dependend variable) adalah kepuasan tamu bisnis. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah tamu bisnis yang menggunakan jasa banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel.


(22)

Sumber : www.savoyhomann-hotel.com

B. Metode Penelitian

Drs. Wardiyanta (2006:1), metodologi merupakan kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis, mengerjakan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian metodologi penelitian adalah cara dan prosedur ilmiah yang diterapkan untuk melaksanakan penelitian, mulai dari menentukan variabel, menentukan populasi, menentukan sampel, mengumpulkan data, mengolah data, dan menyusunnya dalam laporan tertulis.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Sugiyono (2005:1) menjelaskan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2005:11) metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

C. Definisi Operasional

1. Kata ‘produk’ sebenarnya lebih mengacu pada keseluruhan konsep atas objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen (Rambat Lupiyoadi dan A Hamndani, 2008:84).

2. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Geotsch dan Davis, 1994, dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, 2003:4).

3. Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan


(23)

permasalahan konsumen/pelanggan (Groonroos, 1990, dalam Ratminto dan Atik, 2010:2).

4. Banquet service (pelayanan jamuan) adalah bentuk pelayanan yang dilakukan

secara serentak, yang mana, semua tamu dilayani pada waktu yang sama, semua penataan, menu, minuman, anggur, dan waktunya harus dijadwalkan dengan hati-hati sebelum acara yang sebenarnya (Raymond J. Goodman, 2002:86).

5. Kepuasan dikonseptualisasikan sebagai perasaan yang timbul setelah mengevaluasi pengalaman pemakaian produk (Cadotte, Woodruff & Jenkins, 1987, dalam Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra, 2011:294).

6. Savoy Homann Bidakara Hotel merupakan hotel bintang empat milik keluarga Homann. Pada tahun 1939, bangunan yang sekarang dirancang dengan desain gelombang samudera bergaya art deco karya Albert Aalbers. Hotel Savoy Homann merupakan hotel pertama di kota Bandung dan terletak

di Jalan Asia-Afrika No. 112, Bandung.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel_Savoy_Homann) D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:72). Dengan begitu populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah tamu bisnis yang membeli

augmented product paket meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel.

Setelah mengetahui penjelasan mengenai populasi tersebut maka populasi diambil berdasarkan data pembelian augmented product paket meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari


(24)

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2005:73). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian tamu bisnis yang membeli augmented product paket meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel.

Untuk dapat menentukan jumlah sampel perlu dilakukan penghitungan besarnya ukuran sampel dengan menggunakan teknik Slovin yaitu sebagai berikut:

Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

E = Presentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (e = 0,1)

Untuk dapat mengetahui ukuran sampel dalam penelitian ini, digunakan populasi data pembelian augmented product paket meeting, dari data dalam setiap penggunaan ruangan meeting menjadi jumlah keseluruhan per tahun di Savoy Homann Bidakara Hotel. Data tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Pemakaian Ruangan Meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel

No. Penggunaan Ruang Meeting Jumlah Penggunaan

1 2012 1.561

2 2013 1.536

TOTAL 3.097


(25)

Sumber: Savoy Homann Bidakara Hotel 2013

Berdasarkan hasil olahan data diatas, penulis menggunakan rumus Slovin dalam mencari jumlah sampel, maka ukuran sampel pada penelitian ini adalah:

n = ______1.549_____ 1+(1.549 × (0,1)2) n = ______1.549_____

16,49

n = 93,935719 ≈ 94 orang.

Dengan begitu, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 93,935719 orang yang dibulatkan menjadi 94 orang.

3. Teknik Sampling

Dalam setiap penelitian dibutuhkan sampel, dalam pengambilan sampel dibutuhkan teknik pengambilan sampel untuk dapat menentukan sampel yang akan digunakan. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah

probablility sampling dengan menggunakan jenis teknik simple random sampling

dimana yang dimaksud probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang menentukan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi yang dipilih untuk menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2005:74). Sedangkan simple random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2013:120).

4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005:31) .

Variabel penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah augmented

product paket meeting dan kualitas pelayanan banquet sebagai variabel yang


(26)

variabel yang kedua (variabel dependend) termasuk beberapa indikator didalamnya.


(27)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Sub variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

Augmented product

paket meeting (X1)

Augmented

Product merupakan

merupakan barang atau layanan nyata yang dipromosikan bersama dengan perilaku yang diharapkan (Djoko Setyabudi, 2009 dalam Tantri Fauzia, 2010:22)

Fitur (Features) Fitur (Features),

merupakan

komponen-komponen spesifik produk yang dapat ditambah atau dikurangi tanpa mengubah

karakteristik esensial produk bersangkutan.

a. Augmented product paket

meeting di Savoy Homann

didukung oleh fitur-fitur yang lengkap.

b. Dengan harga augmented product paket meeting yang

lebih rendah, Savoy Himann tetap memberikan komponen fitur yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan tamu bisnis.

c. Daya tarik Savoy Homann berdasarkan fitur yang unik dan terbaru.

a. Tingkat kelengkapan fitur-fitur mendukung kegiatan meeting. b. Tingkat penilaian mengenai

pemberian komponen fitur yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan tamu bisnis dengan harga augmented product paket

meeting yang lebih rendah.

c. Tingkat daya tarik Savoy Homann berdasarkan fitur yang unik dan terbaru.


(28)

Desain/Gaya

(Styling)

Desain/Gaya (Styling), berarti memberikan penampilan untuk para produk. Styling pada jasa tidak hanya mencakup unsur-unsur berwujud, tetapi termasuk pada unsur tak berwujud.

a. Penataan ruangan meeting di Savoy Homann memiliki desian/gaya yang unik.

b. Penataan meja meeting memiliki desain yang mampu memenuhi harapan tamu bisnis.

c. Penataan jamuan saat acara

meeting memenuhi harapan tamu bisnis.

a. Tingkat penilaian mengenai Penataan ruangan meeting di Savoy Homann memiliki desian/gaya yang unik.

b. Tingkat penilaian mengenai penataan meja meeting memiliki desain yang mampu memenuhi harapan tamu bisnis.

c. Tingkat penilaian mengenai penataan jamuan saat acara

meeting memenuhi harapan tamu bisnis.

Ordinal

Kemasan

(Packaging)

Kemasan

(Packaging), unsur tidak berwujud dalam jasa tidak bisa dikemas seperti halnya produk fisik yang menggunakan pembungkus fisik untuk melindungi produk dan sekaligus menciptakan identitas unik.

a. Komponen pada augmented product paket meeting dikemas

secara unik.

b. Pengemasan augmented product paket meeting yang unik menjadi identitas Savoy Homann.

c. Kemasan augmented product

paket meeting di Savoy Homann

membawa tamu kepada

pencapaian harapan dan kepuasan.

a. Tingkat penilaian mengenai komponen pada augmented

product paket meeting dikemas

secara unik.

b. Tingkat penilaian mengenai pengemasan augmented product paket meeting yang unik

menjadi identitas Savoy Homann.

c. Tingkat kemasan augmented

product paket meeting di Savoy

Homann membawa tamu kepada pencapaian harapan dan kepuasan.

Ordinal

Merek (Brand) Merek (Brand), untuk mengidentifikasi

a. Savoy Homann sebagai brand yang memotivasi tamu untuk

a. Tingkat penilaian menganai Savoy Homann sebagai brand


(29)

produk sebagai hak milik atau kepunyaan organisasi tertentu dan untuk memfasilitasi diferensiasi suatu produk dari produk-produk pesaingnya.

membeli augmented product

paket meeting.

b. Savoy Homann sebagai brand yang memotivasi tamu untuk kembali membeli augmented product paket meeting.

c. Savoy Homan sebagai brand yang memotivasi tamu untuk tetap membeli augmented product paket meeting.

yang memotivasi tamu untuk membeli augmented product paket meeting.

b. Tingkat penilaian menganai Savoy Homann sebagai brand yang memotivasi tamu untuk kembali membeli augmented

product paket meeting.

c. Tingkat penilaian menganai Savoy Homan sebagai brand yang memotivasi tamu untuk tetap membeli augmented product paket meeting.

Penyampaian Jasa (Service Delivery)

Penyampaian Jasa

(Service Delivery),

dalam konteks jasa, konsep aksesibilitas dipandang lebih tepat daripada konsep distribusi yang biasanya dijumpai dalam pemasaran barang.

a. Karyawan mampu memenuhi kebutuhan tamu bisnis.

b. Karyawan mampu berinteraksi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan tamu bisnis.

c. Kemudahan tamu dalam mengakses kegiatan meeting.

a. Tingkat penilaian mengenai karyawan mampu memenuhi kebutuhan tamu bisnis.

b. Tingkat penilaian mengenai kemampuan berinteraksi karyawan dengan baik dalam memenuhi kebutuhan tamu bisnis.

c. Tingkat kemudahan tamu dalam mengakses kegiatan meeting.


(30)

Kualitas pelayanan (X2) Kualitas jasa (pelayanan) didefinisikan sebagai sebarapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima (Parasuraman, dkk, 1998). Tangible (Berwujud)

Tangible, yaitu

kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan

eksistensinya kepada pihak eksternal.

a. Kapasitas ruangan meeting. b. Kebersihan ruangan meeting dan

hotel.

c. Kebersihan peralatan jamuan. d. Kemudahan bagi tamu dalam

mendapatkan informasi. e. Tersedianya fasilitas umum.

a. Tingkat penilaian mengenai kapasitas ruangan meeting. b. Tingkat kebersihan ruangan

meeting dan hotel.

c. Tingkat kebersihan peralatan jamuan.

d. Tingkat kemudahan bagi tamu dalam mendapatkan informasi. e. Tingkat ketersediaan fasilitas

umum.

Ordinal

Reliability

(Keandalan)

Reliability, yaitu kemampuan

perusahaan untuk memberikan

pelayanan sesuai

dengan yang

dijanjikan secara akurat dan terpercaya.

a.Kecepatan pelayanan dalam menyiapkan kebutuhan meeting. b.Ketepatan pelayanan dalam

menyiapkan kebutuhan meeting. c.Kesigapan pelayan dalam

memenuhi permintaan tamu bisnis.

d.Mengatasi dengan baik komplain tamu.

e.Menunjukkan hospitality kepada tamu.

a. Tingkat kecepatan dalam menyiapkan kebutuhan meeting. b. Tingkat ketepatan dalam

menyiapkan kebutuhan meeting. c. Tingkat kesigapan pelayan

dalam memenuhi permintaan tamu bisnis.

d. Tingkat baik/buruknya pelayanan dalam mengatasi komplain tamu.

e. Tingkat baik/buruknya hospitality kepada tamu.

Ordinal

Responsiveness

(Ketanggapan)

Responsiveness, yaitu

suatu kebijakan untuk

membantu dan

memberikan

pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat

a. Kepekaan karyawan dalam mengatasi keluhan/complain tamu.

b. Kecepatan respon karyawan dalam membantu memenuhi permintaan & kebutuhan tamu.

a. Tingkat kepekaan karyawan

dalam mengatasi

keluhan/complain tamu.

b. Tingkat kecepatan respon karyawan dalam membantu memenuhi permintaan &


(31)

kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.

c. Keramahan karyawan saat menangani keluhan/complain tamu.

kebutuhan tamu.

c. Tingkat keramahan karyawan

saat menangani

keluhan/complain tamu.

Assurance

(Jaminan dan Kepastian)

Assurance, yaitu pengetahuan,

kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan.

a. Ketepatan karyawan dalam menjalankan SOP.

b. Kemampuan karyawan

mengetahui tentang produk yang ditawarkan.

c. Kehandalan karyawan dalam memberikan pelayanan.

d. Kemampuan karyawan

mengetahui tentang

perusahaannya (Savoy Homann Bidakara Hotel).

a. Tingkat ketepatan karyawan dalam menjalankan SOP.

b. Tingkat kemampuan karyawan mengetahui tentang produk yang ditawarkan.

c. Tingkat kehandalan karyawan dalam memberikan pelayanan. d. Tingkat kemampuan karyawan

mengetahui tentang

perusahaannya (Savoy Homann Bidakara Hotel).

Ordinal

Empathy

(Empati)

Empathy, yaitu

memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.

a. Ketelitian karyawan saat melakukan pekerjaannya.

b. Menanggapi kebutuhan tamu. c. Karyawan merasa bertanggung

jawab atas keamanan barang milik penumpang ketika berada di area kerjanya.

a. Tingkat ketelitian karyawan saat melakukan pekerjaannya.

b. Tingkat menanggapi kebutuhan tamu.

c. Tingkatan rasa bertanggung jawab karyawan atas keamanan barang milik penumpang ketika berada di area kerjanya.


(32)

Kepuasan Wisatawan (Y) Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk (jasa) yang diterima dan yang diharapkan (Kotler, 1997).

Expected

Quality adalah gambaran dari manfaat suatu produk yang akan digunakan pelanggan (Kotler dan Keller, 2009).

Tangible (Berwujud),

yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.

a. Kapasitas ruang meeting.

b. Kebersihan ruangan meeting dan hotel.

a. Tingkat penilaian mengenai kapasitas ruangan meeting. b. Tingkat kebersihan ruangan

meeting dan hotel.

Ordinal

Reliability

(Keandalan), yaitu kemampuan

perusahaan untuk memberikan

pelayanan sesuai

dengan yang

dijanjikan secara akurat dan terpercaya.

a. Ketepatan pelayanan dalam menyiapkan kebutuhan meeting. b. Kesigapan pelayan dalam

memenuhi permintaan tamu bisnis.

a. Tingkat ketepatan dalam menyiapkan kebutuhan meeting. b. Tingkat kesigapan pelayan

dalam memenuhi permintaan tamu bisnis

Ordinal

Responsiveness

(Ketanggapan), yaitu suatu kebijakan untuk

membantu dan

memberikan

pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian

a. Kepekaan karyawan dalam mengatasi keluhan/complain tamu.

b. Kecepatan respon karyawan dalam membantu memenuhi permintaan & kebutuhan tamu.

a. Tingkat kepekaan karyawan

dalam mengatasi

keluhan/complain tamu.

b. Tingkat kecepatan respon karyawan dalam membantu memenuhi permintaan & kebutuhan tamu.


(33)

informasi yang jelas.

Assurance (Jaminan dan Kepastian), yaitu pengetahuan,

kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan.

a. Kemampuan karyawan

mengetahui tentang produk yang ditawarkan.

b. Kehandalan karyawan dalam memberikan pelayanan.

a. Tingkat kemampuan karyawan mengetahui tentang produk yang ditawarkan.

b. Tingkat kehandalan karyawan dalam memberikan pelayanan.

Ordinal

Empathy (Empati), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.

a. Ketelitian karyawan saat melakukan pekerjaannya.

b. Karyawan merasa bertanggung jawab atas keamanan barang milik penumpang ketika berada di area kerjanya.

a. Tingkat ketelitian karyawan saat

melakukan pekerjaannya

b. Tingkatan rasa bertanggung

jawab karyawan atas keamanan barang milik penumpang ketika berada di area kerjanya.


(34)

Perceived

Quality adalah keyakinan mengenai

produk atau jasa yang dialami atau jumlah atribut

produk/jasa yang diterima (Kotler dan Keller, 2009).

Tangible (Berwujud),

yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.

a. Kapasitas ruang meeting.

b. Kebersihan ruangan meeting dan hotel.

a. Tingkat penilaian mengenai kapasitas ruangan meeting. b. Tingkat kebersihan ruangan

meeting dan hotel.

Ordinal

Reliability

(Keandalan), yaitu kemampuan

perusahaan untuk memberikan

pelayanan sesuai

dengan yang

dijanjikan secara akurat dan terpercaya.

a. Ketepatan pelayanan dalam menyiapkan kebutuhan meeting. b. Kesigapan pelayan dalam

memenuhi permintaan tamu bisnis.

a. Tingkat ketepatan dalam menyiapkan kebutuhan meeting. b. Tingkat kesigapan pelayan

dalam memenuhi permintaan tamu bisnis

Ordinal

Responsiveness

(Ketanggapan), yaitu suatu kebijakan untuk

membantu dan

memberikan

pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.

a. Kepekaan karyawan dalam mengatasi keluhan/complain tamu.

b. Kecepatan respon karyawan dalam membantu memenuhi permintaan & kebutuhan tamu.

a. Tingkat kepekaan karyawan

dalam mengatasi

keluhan/complain tamu.

b. Tingkat kecepatan respon karyawan dalam membantu memenuhi permintaan & kebutuhan tamu.


(35)

Assurance (Jaminan dan Kepastian), yaitu pengetahuan,

kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan.

a. Kemampuan karyawan

mengetahui tentang produk yang ditawarkan.

b. Kehandalan karyawan dalam memberikan pelayanan.

a. Tingkat kemampuan karyawan mengetahui tentang produk yang ditawarkan.

b. Tingkat kehandalan karyawan dalam memberikan pelayanan.

Ordinal

Empathy (Empati), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.

a. Ketelitian karyawan saat melakukan pekerjaannya.

b. Karyawan merasa bertanggung jawab atas keamanan barang milik penumpang ketika berada di area kerjanya.

a. Tingkat ketelitian karyawan saat melakukan pekerjaannya

b. Tingkatan rasa bertanggung jawab karyawan atas keamanan barang milik penumpang ketika berada di area kerjanya.

Ordinal


(36)

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Menurut Arikunto (2002:150) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pengerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tertutup dan pedoman wawancara. Kuesioner tertutup karena dengan kuesioner tertutup akan memudahkan dalam mencari dan mengetahui data yang valid dan relevan selain itu dapat menghemat waktu serta memudahkan penulis dalam menganalisis data.

Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai pengaruh augmented

product paket meeting dan kualitas pelayanan banquet terhadap kepuasan tamu

bisnis di Savoy Homann Bidakara Hotel peneliti menggunakan skala likert dalam mengukur hasil kuesioner. Skala Likert memiliki gradasi penilaian dari sangat positif sampai sangat negatif. Terdiri dari lima kategori dalam skala likert, dan diberi bobot 5 sampai 1.

Sangat Puas : bobot nilai 5

Puas : bobot nilai 4

Cukup Puas : bobot nilai 3 Tidak Puas : bobot nilai 2 Sangat Tidak Puas : bobot nilai 1 1. Uji Validitas

Untuk dapat mengukur tingkatan valid atau tidaknya suatu instrumen penelitian perlu dilakukan uji validitas. Menurut Arikunto (2002:144), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk menguji validitas peneliti menggunakan rumus korelasi


(37)

Keterangan:

rxy = Keeratan hubungan (korelasi)

x = Jumlah skor pertanyaan y = Jumlah skor total pertanyaan n = Jumlah sampel yang akan diuji

Kriteria putusan:

rxy hitung > r tabel maka valid atau sahih

rxy hitung < r tabel maka tidak valid atau tidak sahih

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

No Variabel

Sub-variabel

Pernyataan Nilai r Hitung

Nilai r Tabel

Ket.

1

Augmented product

paket

meeting

(Produk)

Fitur (Features)

Pernyataan 1 0,442 0,264

Valid

Pernyataan 2 0,578 0,264 Valid

Desain /Gaya (Styling)

Pernyataan 3 0,616 0,264 Valid

Pernyataan 4 0,694 0,264 Valid

Kemasan (Packaging)

Pernyataan 5 0,657 0,264 Valid

Pernyataan 6 0,701 0,264 Valid

Merek (Brand)

Pernyataan 7 0,496 0,264 Valid


(38)

Penyampaia n Jasa (Service

Delivery)

Pernyataan 9 0,490 0,264 Valid

Pernyataan 10 0,504 0,264 Valid

2

Kualitas Pelayanan

Banquet

Tangible

Pernyataan 11

expected 0,610 0,264 Valid

Pernyataan 12

expected

0,655

0,264 Valid

Reliability

Pernyataan 13

expected 0,750 0,264 Valid

Pernyataan 14

expected 0,784 0,264 Valid

Responsive-ness

Pernyataan 15

expected 0,857 0,264 Valid

Pernyataan 16

expected 0,830 0,264 Valid

Assurance

Pernyataan 17

expected 0,845 0,264 Valid

Pernyataan 18

expected

0,679 0,264 Valid

Empathy

Pernyataan 19

expected

0,790 0,264 Valid

Pernyataan 20

expected

0,834 0,264 Valid

3

Kepuasan


(39)

Tamu Bisnis

perceived

Pernyataan 12

perceived

0,667 0,264 Valid

Reliability

Pernyataan 13

perceived 0,733 0,264 Valid

Pernyataan 14

perceived

0,763 0,264 Valid

Responsive-ness

Pernyataan 15

perceived 0,756 0,264 Valid

Pernyataan 16

perceived 0,852 0,264 Valid

Assurance

Pernyataan 17

perceived

0,812 0,264 Valid

Pernyataan 18

perceived 0,661 0,264 Valid

Empathy

Pernyataan 19

perceived

0,789 0,264 Valid

Pernyataan 20

perceived 0,802 0,264 Valid

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2014

Berdasarkan kriteria putusan diketahui apabila r hitung > r tabel maka valid atau sahih. Pada tabel olahan data diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dari masing-masing sub-variabel memiliki nilai r hitung diatas nilai r tabel yaitu sebesar 0,264. Variabel independen pertama yaitu augmented product paket meeting dengan indikator sub-variabelnya adalah fitur dengan nilai r


(40)

hitungnya 0,442 dan 0,578, desain/gaya dengan nilai r hitungnya 0,616 dan 0,694, kemasan dengan r hitungnya 0,657 dan 0,701, merek dengan r hitungnya 0,496 dan 0,439, dan penyampaian jasa dengan r hitungnya 0,490 dan 0,504. Berdasarkan hasil r hitung pada variabel augmented product paket meeting yang secara keseluruhan memiliki nilai diatas 0,264, berarti variabel independen pertama pada penelitian ini dinilai valid.

Sedangkan variabel independen kedua yaitu kualitas pelayanan banquet dimana indikator sub-variabelnya yang dinilai berdasarkan pengalaman

(pereceived) responden, dalam penelitian ini responden tersebut adalah tamu

bisnis. Sub-variabel tersebut adalah tangible dengan nilai r hitungnya 0,610 dan 0,655, reliability dengan nilai r hitungnya 0,750 dan 0,784, responsiveness dengan nilai r hitungnya 0,857 dan 0,830, assurance dengan r hitungnya 0,845 dan 0,679, dan empathy dengan r hitungnya 0,790 dan 0,834. Terlihat bahwa variabel kualitas pelayanan juga memiliki nilai r hitung di atas 0,264. Oleh karena itu, data tersebut dinyatakan valid.

Dan untuk variabel dependen yaitu kepuasan tamu bisnis dimana indikator sub-variabelnya yang dinilai berdasarkan ekspektasi (expected) responden, dalam penelitian ini responden tersebut adalah tamu bisnis. Sub-variabel tersebut adalah adalah tangible dengan nilai r hitungnya 0,667 dan 0,667, reliability dengan nilai r hitungnya 0,733 dan 0,763, responsiveness dengan nilai r hitungnya 0,756 dan 0,852, assurance dengan r hitungnya 0,812 dan 0,661, dan empathy dengan r hitungnya 0,789 dan 0,802. Terlihat bahwa variabel kualitas pelayanan juga memiliki nilai r hitung di atas 0,264. Oleh karena itu, data tersebut dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu cara untuk melihat apakah alat ukur (daftar pertanyaan), konsisten atau tidak (I Gusti Bagus Rai Utama & Ni Made Eka Mahadewi, 2012:141). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan rumus korelasi Alpha Cronbach (Uyanto, 2006:264)


(41)

Keterangan:

r11 = Nilai reliabilitas

si = Ragam (varaince) dari butir ke-i st = Ragam (variance) dari skor total k = Jumlah butir dalam skala pengukuran

Uji reliabilitas memiliki kiteria seperti yang dipaparkan Guilford (1956:145) mengenai kategori koefisiensi reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kategori Koefisiensi Reliabilitas

Reliabilitas Interpretasi

0,80 – 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,60 – 0,79 Reliabilitas tinggi

0,40 – 0,59 Reliabilitas sedang

0,20 – 0,39 Reliabilitas rendah

-1,00 – 0,19 Reliabilitas sangat rendah (tidak reliable) Sumber: Guilford (1956:145)

Dapat dilihat bahwa nilai reliabilitas sangat rendah berada pada rentang -1,00 – 0,19 berarti dengan kata lain nilai tersebut memiliki interpretasi tidak reliabel. Untuk nilai reliabilitas dengan interpretasi rendah berada pada rentang 0,20 – 0,39, hal ini dinyatakan bahwa nilai tersebut masih masuk dalam kategori reliabel. Kemudian nilai reliabilitas dengan interpretasi sedang berada pada rentang 0,40 – 0,59, hal ini dinyatakan bahwa nilai tersebut termasuk dalam kategori cukup reliabel. Sedangkan untuk nilai reliabilitas dengan interpretasi tinggi berada pada rentang 0,60 – 0,79, hal ini dinyatakan bahwa nilai tersebut


(42)

termasuk dalam kategori reliabel. Dan untuk nilai reliabilitas dengan interpretasi sangat tinggi berada pada rentang 0,80 – 1,00, berarti dengan kata lain nilai tersebut memiliki interpretasi sangat reliabel atau apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas No. Variabel Sub-variabel Nilai r

Hitung

Nilai r

Tabel Keterangan

1.

Augmented product paket meeting (Produk)

Fitur (Features)

0,760 0,7 Reliabilitas tinggi Desain /Gaya

(Styling) Kemasan (Packaging) Merek (Brand)

Penyampaian Jasa (Service

Delivery)

2

Kualitas Pelayanan

Banquet

Tangible

0,921 0,7 Reliabilitas sangat tinggi

Reliability

Responsiveness

Assurance


(43)

3 Kepuasan Tamu Bisnis

Tangible

0,914 0,7 Reliabilitas sangat tinggi

Reliability

Responsiveness

Assurance

Empathy

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2014

Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan, diketahui bahwa augmented

product paket meeting memiliki reliabilitas tinggi, dengan nilai r hitungnya adalah

0,760, sedangkan kualitas pelayanan banquet dan kepuasan tamu bisnis memiliki reliabilitas yang sangat tinggi dengan masing-masing nilainya adalah 0,921 dan 0,914. Dengan kata lain, bila variabel-variabel pada penelitian ini digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, maka akan menghasilkan data yang sama.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik deskriptif. Dalam statistik deskriptif dilakukan pencarian kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2005:142).

1. Interval Garis Kontinum

Untuk menjawab masalah penelitian yang pertama, yaitu menilai bagaimana


(44)

Hotel, pertanyan kedua mengenai bagaimana kualitas pelayanan banquet di Savoy Homann Bidakara Hote, dan pertanyaan ke tiga mengenai bagaimana tingkat kepuasan tamu bisnis atas pelayanan meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel, akan dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan kuantitatif melalui penghitungan interval garis kontinum yang mengukur penilaian responden melalui hasil kuesioner.

Menurut Muh Afdal (2012) data interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria tertentu serta menunjukkan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal. Sedangkan garis kontinum adalah deretan angka yang berurutan sepanjang sebuah garis lurus (Abdul Halim Wicaksono, 2012). Adapun langkah menghitung interval garis kontinum adalah sebagai berikut:

Nilai Indeks Maksimum = Nilai Indeks Minimum = Jarak Interval =

Terdapat kriteria pada penentuan interval garis kontinum dalam penghitungan jumlah skor total, adapun kriteria tersebut adalah:

Tabel 3.6

Kriteria Nilai pada Skala

No. Skala Interpretasi Bobot

1 1 Sangat Buruk/Sangat Tidak Puas 1

2 2 Buruk/Tidak Puas 2

3 3 Cukup Baik/Cukup Puas 3

4 4 Baik/Puas 4

5 5 Sangat Baik/Sangat Puas 5


(45)

Pada penghitungan dalam menentukan hasil skor total dilakukan penghitungan dengan mengalikan jumlah penilaian responden dengan skala likert, dimana skala tersebut memiliki bobot sesuai dengan urutan interpretasinya. Misalnya, interpretasi sangat buruk/sangat tidak setuju memiliki bobot terendah yaitu 1, begitu seterusnya hingga skala tertinggi (semakin tinggi skala maka semakin besar bobot tersebut).

2. Importance Performance Analysis

Untuk dapat mengetahui indeks kepuasan konsumen digunakan teknik pengukuran importance performance analysis. Menurut Martilla & James (1977, dalam Fandy Tjiptono, 2012:319) importance performance analysis merupakan teknik pengukuran kepuasan pelanggan yang paling banyak dipakai, yakni dengan menggunakan importance ratings dan performance ratings.

Langkah-langkah dalam menghitung importance performance analysis adalah sebagai berikut:

a. Menghitung skor importance rata-rata dan skor kepuasan rata-rata. Pada penelitian ini, skor imprortance menggunakan skor expected sedangkan skor kepuasan menggunakan skor perceived.

b. Setelah mengetahui skor importance dan skor kepuasan, dilakukan penghitungan gap dengan mengurangi skor kepuasan dengan skor

-importance.

c. Setelah mengetahui skor gap, langkah berikutnya adalah dengan menghitung skor faktor pembobot. Skor faktor pembobot dilakukang dengan cara menjumlah skor importance terlebih dahulu, kemudian tiap skor importance pada masing-masing indikator dibagi dengan total skor importance kemudian dikalikan dengan 100%.


(46)

d. Setelah mengetahui skor faktor pembobot, langkah terakhir adalah dengan menghitung indeks kepuasan konsumen. Indeks kepuasan pelanggan dilakukan dengan menghitung skor kepuasan tertimbang yang dapat dilakukan dengan rumus berikut:

e. Setelah mengetahui skor kepuasan tertimbang, kemudian semua hasilnya dijumlah dan dibagi dengan skor tertinggi pada skala point, yaitu 5. Kemudian hasil tersebut dikonversi ke dalam bentuk persentase.

3. Teknik Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk menjawab masalah penelitian yang keempat, mengenai bagaimana pengaruh augmented product paket meeting dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan tamu bisnis di Savoy Homann Bidakara Hotel akan dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan kuantitatif melalui penghitungan dengan menggunakan teknik regresi linear berganda.

Teknik regresi linear berganda menurut Sugiyono (2005:210) digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2. Adapun persamaan regresi untuk dua prediktor adalah:

Keterangan:

Y = Kepuasan Konsumen

X1 = Augmented product paket meeting

Y = a + b1X1 + b2X2 + .... + bnXn


(47)

X2 = Kualitas Pelayanan Banquet b1, b2 = Koefisien regresi

a = Residual

a. Uji Asumsi Regresi Linear Berganda

Uji asumsi dilakukan untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Untuk menguji asumsi digunakan tika jenis uji asumsi, diantaranya adalah:

1) Uji Asumsi Normalitas

Uji asumsi normalitas digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Tony Wijaya, 2009:126). Uji asumsi normalitas memiliki kriteria sebagai berikut:

Jika taraf signifikansi > 0,05 maka distribusi normal Jika taraf signifikansi < 0,05 maka distribusi tidak normal

Berarti dalam penelitian ini fungsi uji asumsi normalitas adalah sebagai alat penguji untuk melihat apakah augmented product paket meeting (produk), kualitas pelayanan Banquet dan kepuasan tamu bisnis dalam model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20, adapun hasil pengujian normalitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 94

Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation 3,70543442


(48)

Most Extreme Differences

Absolute ,053 Positive ,048 Negative -,053

Kolmogorov-Smirnov Z ,515

Asymp. Sig. (2-tailed) ,954 Sumber: SPSS 20 oleh Peneliti, 2014

Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk pengujian asumsi kenormalan adalah metode Kolmogorov-Smirnov dengan ketentuan jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas 0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas atau dengan kata lain distribusi data dikatakan normal, dan jika nilainya dibawah 0,05 maka distribusi data dinyatakan tidak normal. Berdasarkan hasil output diatas, dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,954 berarti nilai tersebut berada di atas batas ketentuan Kolmogorov-Smirnov (maximum

error) dan dikatakan terdistribusi normal.

2) Uji Asumsi Multikolinieritas

Uji asumsi multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu model (Wiratna Sujarweni, 2007:95). Sedangkan menurut Nachrowi Djalal & Hardius Usman (2002:122) Uji asumsi multikolinieritas digunakan untuk mencari hubungan linier (kolinieritas) pada sebuah asumsi pada penelitian. Interpretasi dari persamaan regresi ganda secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi.

Peran multikolinieritas dalam prediksi dan menunjukkan bahwa terkecuali struktur kolinieritas berlanjut pada sampel berikutnya, maka berbahaya untuk menggunakan estimasi regresi yang mengandung problem multikolinieritas untuk tujuan peramalan. Jika dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang tinggi.Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dengan membuat hipotesis:


(49)

Untuk mengetahui terdapat atau tidaknya hubungan korelasi antara variabel

independet, dilakukan uji multikolinearitas dengan bantuan software SPSS 20

yang outputnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) -12,999 8,358 -1,555 ,123

LnX2 5,520 1,757 ,325 3,141 ,002 ,928 1,077 LnX1 -1,729 1,989 -,090 -,869 ,387 ,928 1,077 a. Dependent Variable: Lnei2

Sumber: SPSS 20 oleh Peneliti, 2014

Dari hasil output pada Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa VIF untuk setiap variabel independent pada penelitian ini keduanya baik variabel X1 (Kualitas Pelayanan Banquet) maupun X2 (Augmented product paket meeting) memiliki nilai VIF sebesar 1,077 dan nilai Tolerance Value adalah 0,928. Dengan begitu nilai VIF dari masing-masing variabel independent <10, dan nilai Tolerance >0,10. Maka dapat disimpulkan bahwa pada setiap variabel independent tidak terjadi mulitkolinearitas.

3) Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Uji asumsi heteroskedastisitas digunakan untuk mecari ada atau tidaknya hubungan yang positif antara variabel bebas (independend variable) dan variabel terikat (dependend variable). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui

Tolerance value< 0,10 atau VIF > 10 : terjadi multikolinearitas


(50)

ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas (Duwi, 2011). Terdapat beberapa metode pengujian yang bisa digunakan pada uji asumsi heteroskedastisitas, namun pada penelitian ini hanya menggunakan metode Uji White.

Menurut White, uji ini dapat dilakukan dengan meregres residual kuadrat (ei²) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas (Kaie, 2014). Adapun langkah-langkah penghitungan uji white dengan SPSS adalah sebagaiberikut:

a) Menghitung regresi awal dan mencari nilai residual kuadratnya (e²). Kemudian buat persamaan regresi menurut White.

b) Regresikan persamaan regersi White.

c) Hitung nilai chi-kuadrat dari perkalian antara jumlah sampel dan R². d) Mencari nilai residual kuadrat.

 H0 diterima : Jika chi kuadrat hitung ≤ chi kuadrat tabel atau chi kuadrat hitung< 5,99.

 H0 ditolak : Jika chi kuadrat hitung ≥ chi kuadrat tabel atau chi kuadrat hitung > 5,99

e) Menghitung chi-kuadrat hitung dan chi-kuadrat tabel dengan cara:  Chi-kuadrat hitung = n x R2

 Chi-kuadrat tabel = k-1 (dimana k merupakan jumlah variabel yang digunakan).

Output Model Summaryb seperti pada Tabel 3.9 di bawah, dapat digunakan untuk menjawab hasil uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Berdasarkan heteroskedastisitas yang menggunakan uji white dengan langkah-langkah tersebut di atas, maka diperoleh hasil outputnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Uji Heteroskedastisitas


(51)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,879a ,773 ,768 3,74593

a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y

Setelah mendapatkan output seperti pada Tabel 3.9, langkah berikutnya adalah mencari nilai chi-kuadrat hitung dan chi-kuadrat tabel dengan ketentuan H0 diterima jika nilai c² hitung > c² tabel. berdasarkan hasil output di atas maka didapat hasil chi-kuadrat hitungnya adalah n x R2 = 94 x 0,773 = 72,662. Sedangkan chi-kuadrat tabel dengan derajat kebebasan k-1 = 3-1 = 2 dan a = 95% didapat nilai chi-kuadrat tabelnya adalah 5,99. Dengan ketentuan chi-kuadrat hitung > chi kuadrat tabel = 72,662 > 5,99 maka H0 ditolak atau tidak ada heteroskedastisitas.

4) Uji Asumsi Autokorelasi

Uji asumsi autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

b) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

c) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Tabel 3.10 Uji Autokorelasi


(52)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,313a ,098 ,078 1,95012 1,730

a. Predictors: (Constant), LnX1, LnX2 b. Dependent Variable: LnY

Dalam ketentuan hasil pengolahan uji autokorelasi DW=2. Jika DW di atas dua berarti terjadi autokorelasi positif dan jika DW di bawah dua maka terjadi autokorelasi negatif. Pada hasil output uji autokorelasi didapat hasil DW-nya mendekati angka dua yaitu 1,730, berarti tidak terdapat autokorelasi.

b. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui jawaban sementara atau hipotesis pada penelitian ini, digunakan uji t (t test), uji F dan teknik analisis korelasi yang langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Uji t (t test)

Uji t digunakan untuk menghitung probabilitas pada uji t-test data. Uji ini digunakan untuk mengetes apakah dua sampel memiliki perbedaan rata-rata atau tidak. Pada uji ini terdapat beberapa tipe, yaitu tipe 1 yang digunakan pada uji t sampel berpasangan, tipe 2 digunakan pada uji t dengan asumsi variansi dua sampel yang sama, dan tipe 3 digunakan pada uji t dengan asumsi variansi dua sampel yang tidak sama (Suliyanto, 2012:132).

Pengujian dengan menggunakan uji t sebelumnya dilakukan jika sampel yang diuji adalah independen dalam arti masing-masing kelompok sampel berasal dari populasi yang berbeda (Purbayu dan Ashari, 2005:60). Untuk menguji dengan menggunakan Uji t apakah ada perbedaan antara augmented product paket

meeting dan kualitas pelayanan pada kepuasan tamu bisnis, dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis null dan alternatif H0 : µ1 = µ2 atau µ1 - µ2 = 0


(53)

b) Menentukan taraf keyakinan

Level kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan sebesar 95% atau dengan alpha (α) 5%.

c) Menentukan aturan pengambilan keputusan H0 diterima : thitung ≤ ttabel

H0 ditolak : thitung ≥ ttabel

Berdasarkan t tabel dengan alpha 5% uji dua arah atau 2,5%; dan derajat kebebasan 91 (n-k) diperoleh nilai t tabel sebesar 2,367. Jadi keputusan yang diambil adalah:

H0 diterima : -2,367 ≤ thitung ≤ 2,367

H0 ditolak : thitung ≥ 2,367 atau thitung ≥ -2,367

Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Daerah Uji t Sumber: Danang Sunyoto (2012,39)

d) Menghitung thitung atau t statistik

e) Pengambilan keputusan dan interpretasi hasil.

Adapun rumus untuk menentukan uji t (t test) adalah sebagai berikut:

Dimana:

t = nilai t yang dihitung

H0 ditolak H0 ditolak

H0 diterima


(54)

X = rata-rata

µo = nilai yang dihipotesiskan s = simpangan baku sampel n = jumlah anggota sampel

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak. Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1) Augmented product paket meeting

H0: β = 0 Tidak terdapat pengaruh Augmented product paket meeting (X1) terhadap Kepuasan Tamu Bisnis (Y).

Ha: β ≠ 0 Terdapat pengaruh Augmented product paket meeting (X1) terhadap Kepuasan Tamu Bisnis (Y).

2) Kualitas Pelayanan Banquet

H0: β = 0 Tidak terdapat pengaruh Kualitas Pelayanan Banquet (X2) terhadap Kepuasan Tamu Bisnis (Y).

Ha : β ≠ 0 Terdapat pengaruh Kualitas Pelayanan Banquet (X2) terhadap Kepuasan Tamu Bisnis (Y).

Tabel 3.11 Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -13,306 ,995 -13,373 ,000

Augmented product paket

meeting ,048 ,023 ,052 2,106 ,038

Kualitas Pelayanan ,682 ,017 ,960 39,017 ,000 a. Dependent Variable: Kepuasan Tamu Bisnis


(1)

3. Sedangkan penilaian untuk kepuasan tamu bisnis terhadap pelayanan meeting di Savoy Homann Bidakara Hotel memiliki nilai interpretasi baik dengan nilai indeks kepuasan konsumen sebesar 77,2% yang berada pada interpretasi baik. Dengan interpretasi baik, maka responden merasa puas atas pelayanan meeting yang diberikan pihak Banquet di Savoy Homann Bidakara Hotel. Hal ini didukung oleh kemenarikan tata ruangan, meja, dan penyajian makanan baik itu main course maupun coffee break, pelayanan yang baik dari para karyawan, serta kemudahan-kemudahan yang didapat tamu bisnis dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, hal tersebut juga dirasa perlu diperhatikan agar pelayanan meeting dapat lebih meningkatkan indeks kepuasan tamu bisnis.

4. Pada penelitian ini, Augmented Product Paket Meeting, kualitas pelayanan Banquet, dan kepuasan tamu bisnis memiliki distribusi normal dengan nilai 0,804. Selain itu untuk variabel Augmented Product Paket Meeting dan variabel kualitas pelayanan Banquet tidak memiliki kemiripan sesuai dengan pengujian multikolinierittas dengan nilai VIF 1,058 dan Tolerance 0,945. Dan untuk variabel Augmented Product Paket Meeting dan kualitas pelayanan Banquet terdapat hubungan variabel yang positif terhadap kepuasan tamu bisnis. Penilaian untuk mengetahui pengaruh Augmented Product Paket Meeting dan Kualitas Pelayanan Banquet terhadap Kepuasan Tamu Bisnis di Savoy Homann Bidakara Hotel memiliki pengaruh sebesar 0,879 dengan koefisien determinasi 77,26%. Berarti kontribusi Augmented Product Paket Meeting dan Kualitas Pelayanan Banquet terhadap Kepuasan Tamu Bisnis cukup besar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, sebagai rekomendasi dan saran yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak Savoy Homann Bidakara Hotel khususnya Banquet Manager, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:


(2)

147

1. Dalam upaya meningkatkan pencapaian kepuasan tamu bisnis terhadap produk dalam bentuk Augmented Product Paket Meeting, lebih baik pengemasan Augmented Product Paket Meeting lebih dikemas semenarik mungkin dengan memunculkan komponen/fitur yang menjadi ciri khas Savoy Homann Bidakara Hotel juga menambahkan fasilitas yang unik dan menarik sehingga akan timbul ketertarikan calon pembeli Augmented Product Paket Meeting dan berlangsung kepada pembelian Augmented Product Paket Meeting bahkan mungkin akan timbul keloyalitasan tamu terhadap Savoy Homann Bidakara Hotel.

2. Selain mengemas Augmented Product Paket Meeting dengan fitur yang menarik, aspek kualitas pelayanan perlu diperhatikan juga. Sebaiknya para karyawan Banquet diberikan pelatihan, selain itu ada baiknya juga bila diadakan Banquet staff gathehring untuk mengevaluasi hasil kinerja karyawan dan diberikan contoh nyata perbandingan Savoy Homann Bidakara Hotel dengan Hotel lainnya yang setaraf bintang empat.


(3)

144

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Rineka.

Barnes, James G., 2003. Secrets of Costumer Relationship Management (Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan), Yogyakarta: Andi.

Fauzia, Tantri, 2010. Program Meeting Packages Hotel Panghegar Bandung dalam Upaya Menciptakan Keputusan Pembelian Tamu Bisnis, Bandung:UPI.

Gilbert, G. R. & Veloutsou, C. 2006. A Cross-Industry Comparison of Customer Satisfaction. Journal of Services Marketing. Vol. 20 (5), 298-307.

Guilford, 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education, New York: McGraw Hill.

Henrikson, Tomas, & Wall, Carolin Westman, 2009. How to Create Satisfaction? Journal of Customer Satisfaction in Business Relationships, Swedia: Uppsala University.

Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT. Prenhallindo.

Kotler, Philip & Amstrong, Gary, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1, Jakarta: Erlangga.

Lupiyoadi, Rambat, dan Hamdani, A., 2008. Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat.

Marsum, 2005. Banquet Table Manners & Napkin Folding, Yogyakarta: Andi. Nachrowi, Djalal Nachrowi & Usman, Hardius, 2002. Penggunaan Teknik


(4)

145

Pitana, I Gede, dan Surya, I Ketut, 2008. Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta:Andi.

Prasetijo, Ristiyanti dan John Ihalauw, 2005. Perilaku Konsumen, Yogyakarta: Andi.

Purbayu, dan Ashari, 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta: Andi.

Rahmayanty, Nina, 2012. Manajemen Pelayanan Prima, Yogyakarta: Graha Ilmu. Ratminto, & Winarsih, Atik Septi, 2010. Manajemen Pelayanan, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Raymond J. Goodman, Jr., 2002. F & B Service Management, Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, Wiratna, 2007. Panduan Mudah Menggunakan SPSS, Yogyakarta: Ardana Media.

Suliyanto, 2012. Analisis Statistik Pendekatan Praktis dengan Microsoft Excel, Yogyakarta: Andi.

Suwarsono, 2010. Banquet Operation Kiat Jitu Mengelola Banquet, Jakarta: Erlangga.

Sunyoto, Danang, 2012. Prosedur Uji Hipotesis Untuk Riset Ekonomi, Bandung: Alfabeta.

Tjiptono, Fandy, 2005. Prinsip-prinsip Total Quality Service, Yogyakarta: Andi. Tjiptono, Fandy, 2012. Service Management, Mewujudkan Layanan Prima,


(5)

Tjiptono, Fandy, dan Anastasia, Diana, 2003. Total Quality Management, Yogyakarta: Andi.

Tjiptono, Fandy, dan Chandra, Gregorious, 2007. Service, Quality, & Satisfaction, Yogyakarta: Andi.

Tjiptono, Fandy, dan Chandra, Gregorious, 2011. Service, Quality, & Satisfaction, Edisi 3, Yogyakarta: Andi.

Utama, I Gusti Bagus Rai & Mahadewi, Ni Made Eka, 2012. Metodologi Penelitian Pariwisata & Perhotelan, Yogyakarta: Andi.

Undang-undang No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak Uyanto, Stanislaus S, 2006. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS, Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Wardiyanta, 2006. Metode Penelitian Pariwisata, Yogyakarta: Andi.

Wijaya, Tony, 2011, Manajemen Kualitas Jasa: Desain Servqual, QFD, dan Kano: Disertai Contoh Aplikasi dalam Kasus Penelitian. Jakarta: Indeks. Wijaya, Tony, 2009. Analisis Data Menggunakan SPSS, Yogyakarta: Universitas

Atma Jaya.

Website:

Abdul Halim Wicaksono (2012), tersedia: http://imtaq.com/definisi-skala-psikologi-skaling-dan-kontinum-serta-tujuannya/

Alexandria (2013), tersedia:

http://www.gbta.org/foundation/pressreleases/Pages/rls080513.aspx

Badan Pusat Statistik Kota Bandung, tersedia:


(6)

147

Duwi (2011), tersedia: http://duwiconsultant.blogspot.com/2011/11/uji-heteroskedastisitas.html

Kaie. (2014), Belajar SPSS, Uji White. tersedia :

http://blogtutorialspss.blogspot.com/2012/07/uji-white.html

Kutu Kuliah (2012), tersedia :

http://kutukuliah.blogspot.com/2013/06/rumus-slovin-dalam-menentukan-jumlah-sampel-penelitian.html

Muh. Afdal (2012), tersedia:

http://afdalbaba.blogspot.com/2012/11/analisis-kuantitatif-data-kontinum.html?=1

Savoy Homann Bidakara Hotel. (2014), tersedia: http://www.savoyhomann-hotel.com

Wikipedia. (2014), tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel_Savoy_Homann

_____, (2012), tersedia: