Iman yang Cerdas, Tangguh dan Misioner dalam Arah Dasar

68

B. Iman yang Cerdas, Tangguh dan Misioner dalam Arah Dasar

Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 Gereja Katolik merupakan lembaga persekutuan umat yang didirikan oleh Yesus Kristus, dimana kuasa kepemimpinan diberikan kepada dewan para rasul yang diketuai oleh Petrus. Kuasa kepemimpinan Gereja dilanjutkan oleh dewan para uskup sebagai pengganti dewan para rasul. Dewan para uskup diketuai oleh seorang Paus yang dipilih oleh para kardinal seluruh dunia sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus sebagai uskup agung Roma yang berkedudukan di Vatikan. Dalam karya penggembalaan, para uskup memiliki visi dan misi ke depan bagi keuskupannya. Setiap uskup memiliki visi dan misi yang berbeda sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan di masing-masing keuskupan. Keuskupan Agung Semarang dalam perjalanan sejarah telah mengalami pergantian uskup sebanyak lima kali, yaitu Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, Mgr. Yustinus Darmoyuwono Pr, Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, Mgr. Ignatius Suharyo Pr, dan Mgr. Yohanes Maria Pujasumarta Pr. Setiap uskup agung di Keuskupan Agung Semarang memiliki visi dan misi yang dihidupi untuk mengembangkan keuskupan yang terwujud di dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang. Akan tetapi, istilah Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang baru dipergunakan pada masa penggembalaan Mgr. Julius Darmaatmadja SJ, yaitu pada 1984. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang dan cara perwujudan visi Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang periode 2016 hingga 2020 melalui iman yang cerdas, tangguh dan misioner Martasudjita, 2009: 84-87. 69

1. Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang

Arah dasar merupakan suatu visi yang hendak dicapai oleh setiap keuskupan. Arah dasar juga menjadi pedoman arah untuk melangkah bagi keuskupan. Melalui arah dasar yang telah disusun secara matang dengan melibatkan partisipasi seluruh umat, keuskupan ingin mewujudkan suatu cita-cita di dalam karya-karya pastoral melalui paroki. Pada bagian pertama ini, akan diuraikan mengenai sejarah dan perkembangan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang dari ARDAS 1984-1990 sampai ARDAS 2016-2020. a. Sejarah Terbentuknya Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang Pada 25 Juni 1940, Paus Pius XII membuka lahan pengembalaan baru di Vikariat Apostolik Semarang yang dulunya adalah salah satu stasi dari Vikariat Apostolik Batavia. Mgr. Albertus Soegijapranata SJ ditunjuk menjadi vikaris apostolik pada 1 Agustus 1940 Dewan Kuria KAS, 1988: 21-23. Pada 3 Januari 1961, Vikariat Apostolik Semarang berganti nama menjadi Keuskupan Agung Semarang, yang berarti Gereja di wilayah Keuskupan Agung Semarang sudah menjadi Gereja lokal yang mandiri Dewan Kuria KAS, 1988: 37. Kuasa kepemimpinan sebagai uskup agung terus berlanjut, dari Mgr. Albertus Soegijapranata SJ 1940-1963, Mgr. Yustinus Darmoyuwono 1963-1981, Mgr. Julius Darmaatmadja SJ 1983-1996, Mgr. Ignatius Suharyo 1997-2009, dan Mgr. Johannes Maria Trilaksyanta Pujasumarta 2010-2015. Di dalam karya penggembalaan, setiap uskup mempunyai visi dan misi ke depan untuk mengembangkan keuskupan. Visi dan misi dari setiap uskup ini penting bagi Gereja lokal setempat supaya memiliki arah dan tujuan yang hendak 70 dicapai di dalam periode tertentu. Umat keuskupan pun perlu untuk mengetahui bagaimana arah pemikiran dari para gembala uskup dan para imam supaya dapat bersama-sama bersinergi membangun dan mengembangkan Gereja. Visi dan misi dari setiap uskup tersebut dikristalisasikan ke dalam bentuk Arah dan Dasar ARDAS keuskupan. Di Keuskupan Agung Semarang KAS, setiap uskup mempunyai visi dan misi yang tertuang di dalam kata-kata kunci atau semboyan yang dihidupi dalam masa penggembalaannya. Berawal dari semboyan-semboyan para uskup yang merupakan visi dan misi Gereja lokal terbentuklah sebuah Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang. Akan tetapi, istilah Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang baru diperkenalkan pada masa penggembalaan Mgr. Julius Darmaatmadja SJ. Arah Dasar yang pertama dirumuskan oleh Mgr. Julius Darmaatmadja SJ bersama dengan Dewan Karya Pastoral KAS pada tahun 1984 yang berlaku selama lima tahun Nurwidi, 2009: 14-15. b. Perkembangan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang Arah Dasar ARDAS Keuskupan Agung Semarang KAS merupakan suatu kristialisasi dari pemikiran, visi, misi dan implementasi kehidupan menggereja dan memasyakarat bagi umat Keuskupan Agung Semarang. Istilah ARDAS baru diperkenalan pada masa karya penggembalaan Mgr. Julius Darmaatmaja SJ pada tahun 1984. Keuskupan Agung Semarang saat ini telah memiliki 7 ARDAS, yaitu ARDAS KAS 1984-1990, ARDAS KAS 1990-1995, ARDAS KAS 1996-2000, ARDAS KAS 2001-2005, ARDAS KAS 2006-2010, ARDAS KAS 2011-2015, dan ARDAS KAS 2016-2020. 71 1 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 1984-1990 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang diprakarsai oleh Mgr. Julius Darmaatmadja SJ yang disusun bersama-sama dengan Dewan Karya Pastoral DKP Keuskupan Agung Semarang. Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 1984-1990 memiliki rumusan sebagai berikut Nurwidi, 2009: 9; bdk. Hadi Saptana, 2008: 18-19: Keuskupan Agung Semarang ingin mewujudkan diri sebagai umat Allah yang beriman mendalam, sesuai dengan kebudayaan setempat, beriman dewasa, semua turut bertanggungjawab dan terlibat, mandiri, beriman misioner: kepada yang terbuka siap mewartakan YesusInjil. Kepada yang tertutup siap mewartakan yang benar, baik dan suci, kepada yang berkeyakinan agamanya kuat mencoba meningkatkan menjadi orang yang betul-betul baik, beriman memasyarakat; meresapi segala tata kehidupan bermasyarakat dengan semangat dan nilai kristiani. Di dalam catatan Rm. F. Heselaars SJ sebagai anggota Dewan Karya Pastoral DKP Keuskupan Agung Semarang sebagaimana dikutip oleh Nurwidi dalam buku ‘Eklesiologi ARDAS Keuskupan Agung Semarang’ menyebutkan bahwa munculnya ARDAS KAS 1984-1990 berawal dari Temu Pastoral KAS di Girisonta pada 19 Maret 1984, dimana Mgr. Julius Darmaatmadja SJ mengungkapkan sebuah keinginan bahwa Keuskupan Agung Semarang menjadi keluarga beriman bagi masyarakat. Dari rumusan ARDAS KAS 1984-1990 dapat dilihat bahwa cita-cita yang hendak diwujudkan dalam periode tersebut adalah Keuskupan Agung Semarang menjadi paguyuban umat Allah keluarga beriman yang memiliki iman mendalam, dewasa, misioner dan memasyarakat. ARDAS KAS 1984-1990 memberikan tekanan khusus pada iman yang memasyarakat dengan rumusan ‘terwujudnya umat yang imannya merasuki seluruh dimensi hidup dalam masyarakat’ Nurwidi, 2009: 44. Selain itu, ARDAS KAS 1984- 72 1990 mulai menekankan peranan kaum awam dalam berbagai dimensi kehidupan dalam keluarga, karya, masyarakat dan negara. Untuk dapat mewujudkan keluarga beriman yang memiliki iman mendalam, dewasa, misioner dan memasyakarat, maka Keuskupan Agung Semarang melalui Gereja setempat yaitu paroki-paroki mengusahakan sebuah karya-karya dalam berbagai bidang seperti pengembangan karya katekese, PSE, dan penekanan pada keterlibatan umat Katolik di dalam masyarakat Nurwidi, 2009: 43-44. 2 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 1990-1995 ARDAS KAS 1990-1995 merupakan kelanjutan dari ARDAS KAS sebelumnya. Adapun rumusan ARDAS 1990-1995 sebagai berikut Nurwidi, 2009: 11-12; bdk. Banawiratma Suharyo, 1990: 13: Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dalam perkembangan situasi hidup dalam budaya setempat, bercita-cita semakin mengikuti Yesus Kristus secara penuh dalam menjawab dan memaklumkan kabar gembira penyelamatanNya. Bersama saudara yang berkehendak baik cita-cita tersebut dilaksanakan dengan: memupuk semangat persaudaraan sejati di antara umat dan saudara-saudara berkeyakinan lain, melibatkan diri dalam kegembiraan dan kecemasan masyarakat, mengusahakan terciptanya tatantan hidup demi kesejahteraan semua orang dengan mengutamakan saudara-saudara yang terlupakan dan menderita. Penghayatan akan rahasia penyelamatan itu semakin disadari, dirasakan dan diperteguh dalam pewartaan dan doa. Semoga Ia yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya Flp 1:6. Cita-cita ARDAS KAS 1990-1995 juga masih sama dengan cita-cita dan tekanan dari ARDAS KAS 1984-1990, yaitu umat memiliki iman yang memasyarakat. Tekanan khusus dalam ARDAS KAS 1990-1995 adalah cita-cita ARDAS KAS 1990-1995 dilaksanakan bersama dengan semua pihak yang berkehendak baik, 73 yaitu umat Katolik dan umat berkeyakinan lain. ARDAS KAS 1990-1995 memberikan penjelasan tentang arti iman dan iman yang memasyarakat dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat yang termuat di dalam ARDAS 1984-1990. Tekanan khusus tersebut dilaksanakan melalui semangat untuk menjail persaudaraan sejati antar umat beragama, ikut terlibat dalam kegembiraan dan kecemasan masyarakat, mengupayakan sebuah tatanan hidup yang mengedepankan kesejahteraan umum orang dengan prioritas kepada saudaran yang menderita Nurwidi, 2009: 45. 3 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 1996-2000 ARDAS KAS yang ketiga yaitu ARDAS KAS 1996-2000 merupakan ARDAS yang juga diprakarsai oleh Mgr. Julius Darmaatmadja SJ bersama dengan DKP KAS dalam agenda Temu Pastoral bulan Janurari 1996 dan pada Februari 1996 ditetapkan sebagai rumusan definitif ARDAS KAS 1996-2000. Rumusan ARDAS KAS 1996-2000 sebagai berikut Nurwidi, 2009: 12; bdk. Hadi Saptana, 2008: 20: Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat, bercita-cita untuk semakin setia mengikuti Yesus Kristus yang memaklumkan Kerajaan Allah dengan beriman dewasa, mendalam, misioner dan memasyarakat. Dalam hal ini berarti membuka diri untuk menerima Allah, mengalami kehadiranNya baik dalam doa, karya maupun dalam peristiwa. Iman sebagai pengalaman akan Allah mendorong orang untuk mengungkapkan dan mengamalkannya. Terutama untuk masa kini, cita-cita tersebut diwujudkan dengan membela kehidupan dan menunjung tinggi martabat manusia. Terwujudnya cita-cita tersebut diperlancar dengan tata penggembalaan yang mengikutsertakan dan mengembangkan seluruh warga Gereja. Ia yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya Flp 1:6 74 Cita-cita ARDAS KAS 1996-2000 adalah membangun paguyuban umat Allah yang semakin setia dalam mengikuti Yesus Kristus dengan beriman dewasa, misioner dan memasyarakat di tengah arus zaman globalisasi. Cita-cita tersebut memberikan tekanan kepada keterlibatan umat KAS untuk menjunjung tinggi martabat manusia dengan mendasari semua upaya kemanusiaan kepada bimbingan Allah. Menjunjung tinggi martabat manusia diwujudkan oleh Gereja KAS dengan membangun persaudaaraan sejati. Gereja sebagai paguyuban umat Allah dihayati sebagai suatu perjumpaan antara umat dengan Allah dan umat lain yang membangun persaudaraan. Perjumpaan antar umat akan membangun paguyuban-paguyuban. Paguyuban-paguyuban yang ada di dalam Gereja perlu menjalin hubungan satu dengan yang lain sebagai suatu ikatan di dalam persekutan Gereja. Di sinilah jati diri Gereja semakin jelas sebagai communion of communities persekutuan dari paguyuban-paguyuban. Di dalam paguyuban- paguyuban tersebut, umat menemukan cara baru untuk menggereja baik di dalam komunitas kristiani maupun komunitas kemanusiaan. Di dalam persekutuan dari paguyuban inilah cita-cita dari ARDAS KAS 1996-2000 dapat terwujud Nurwidi, 2009: 51. 4 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2001-2005 ARDAS KAS 2001-2005 memiliki banyak perubahan dibandingkan dengan tiga ARDAS sebelumnya. Perubahan tersebut terletak pada bagaimana pengolahan dan perumusan ARDAS itu sendiri. Apabila di dalam ARDAS yang pertama hingga ketiga melibatkan Dewan Para Imam, Dewan Karya Pastoral KAS, dan Dewan Konsultor KAS, tetapi di dalam ARDAS KAS 2001-2005 lebih 75 melibatkan umat baik dalam kelompok teritorial paroki dan kategorial Nur Widi, 2009: 34-35. Proses pengolahan ARDAS KAS 2001-2005 melalui beberapa tahap sebagai berikut Nurwidi, 2009: 35-36: 1. Rapat Dewan Imam 6-7 Desember 1999 mengadakan evaluasi Ardas 1996-2000 dan Temu Pastoral Januari 2000 memberikan masukan kepada Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang DKP untuk memproses rumusan Ardas 2001-2005. 2. Studi DKP pada 26-29 Juni 2000 di Pastoran Sanjaya Muntilan menghasilkan rumusan sementara yang diusulkan kepada seluruh umat. 3. Pertemuan-pertemuan umat dalam kelompok, baik teritorial maupun kategorial, membicarakan bersama rumusan sementara dan menyampaikan tanggapan tertulis kepada Sekretariat DKP sampai tanggal 30 September 2000 4. Rapat Pengurus Harian DKP pada 30 September-1 Oktober 2000 di Pastoran Sanjaya Muntilan mengolah tanggapan umat, dan kemudian melaporkan rumusan yang telah diperbaiki sesuai dengan tanggapan umat bdk. lampiran pada Komunikasi Pastoral, No. 10 Th. II Oktober 2000. 5. Rapat Dewan Konsultor KAS pada 2-3 Oktober 2000, dan Rapat DKP pada 23-26 Oktober 2000 menyetujui rumusan yang telah direvisi tersebut supaya diproses menuju rumusan terakhir. 6. Rapat Pengurus Harian DKP pada 12 November 2000 membicarakan dan menyepakati rumusan terakhir Ardas 2001-2005. 7. Pada 6 Januari 2001, Ardas 2001-2005 diumumkan secara resmi oleh Uskup Agung Semarang kepada seluruh umat agar dapat berfungsi memberi arah, inspirasi, dan meneguhkan apa yang sudah terjadi di Keuskupan Agung Semarang. 8. Dengan arah dan inspirasi itu, seluruh umat menentukan pilihan pastoral yang menjadi dasar dalam membuat program kerja untuk jangka waktu 2001-2005. Adapun rumusan ARDAS Keuskupan Agung Semarang 2001-2005 adalah sebagai berikut Nurwidi, 2009: 12-13, bdk; DKP KAS, 2001: 5: Umat Allah Keuskupan Agung Semarang bercita-cita dengan bimbingan Roh Kudus semakin setia mengikuti Yesus Kristus yang memaklumkan Kerajaan Allah yang memerdekakan bdk Luk 4:18-19. Mengikuti Yesus Kristus berarti membuka diri dan mengalami kehadiran Allah baik dalam doa maupun peristiwa sehari-hari serta melibatkan diri dalam perutusanNya. Dalam masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis dan berjuang untuk memperbaharui ciri, cita-cita tersebut diwujudkan dalam 76 pengembangan persekutuan paguyuban-paguyuban bdk. FABC V 1990 yang terbuka, bersahabat, saling mengasihi secara tulus dan mengutamakan yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Untuk mencapai cita-cita tersebut diperlukan tata penggembalaan yang mengikutsertakan umat, dan kerja sama dengan siapa pun yang berkehendak baik. Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya bdk Flp 1:6 Perubahan dalam mengolah ARDAS KAS 2001-2005 yang melibatkan seluruh umat keuskupan secara teritorial paroki dan kategorial membawa dampak yang besar. Umat KAS secara nyata mulai melibatkan diri untuk mengembangkan Gereja. Keterlibatan ini juga membuka pandangan baru bahwa Gereja bukan hanya milik para imam, akan tetapi Gereja adalah persekutuan umat Allah yang terbuka sesama dan situasi zaman. Di dalam ARDAS 2001-2005 ini pula Gereja KAS membuka diri untuk melibatkan dan memberdayakan kaum kecil, lemah, miskin, dan tersingkir KLMT. Cita-cita ARDAS KAS 2001-2005 adalah paguyuban-paguyuban umat yang semakin mengikuti Yesus Kristus dalam mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan. Paguyuban umat yang mengikuti Yesus Kristus dalam mewujudkan Kerajaan Allah hanya dapat terwujud atas dasar bimbingan Roh Kudus. Konteks situasi perwujudan ARDAS KAS 2001-2005 adalah keadaan masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis dan berjuang untuk memperbaharui diri melalui pengembangan paguyuban yang terbuka, bersahabat dan saling mengasihi. Kelompok KLMT menjadi prioritas utama dalam pengembangan paguyuban, sehingga Gereja sungguh hadir dalam kehidupan masyarakat yang membutuhkan. Seturut dengan cara hidup menggereja yang baru ini, Gereja KAS mengembangkan tata penggembalaan yang partisipatif, transformatif dan memberdayakan Nurwidi, 2009: 53-54. 77 5 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2006-2010 ARDAS KAS 2006-2010 telah dipersiapkan sejak tahun 2004 oleh pengurus harian DKP KAS melalui rapat pada 7 Maret 2004. Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa rumusan ARDAS KAS 2006-2010 merupakan pengolahan dari evaluasi ARDAS 2001-2005 dan usulan dari umat. Pengurus harian DKP KAS membentuk tim khusus ARDAS 2006-2010 yang akan melakukan jajak pendapat kepada umat untuk melakukan evaluasi ARDAS 2001-2005 dan usulan ARDAS 200-2010 Nurwidi, 2009: 36. Setelah melalui proses pengolahan bersama baik yang dilakukan oleh Dewan Para Imam, Dewan Karya Pastoral, Dewan Konsultor Keuskupan dan bekerja sama dengan seluruh umat, rumusan ARDAS KAS 2006-2010 diumumkan secara resmi oleh Mgr. Ignatius Suharyo pada hari Minggu 1 Januari 2006. Adapun rumusan ARDAS KAS 2006-2010 sebagai berikut Nurwidi, 2009: 13-14; bdk. DKP KAS, 2006: 11: Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dalam bimbingan Roh Kudus berupaya semakin menjadi persekutuan paguyuban-paguyuban murid- murid Yesus Kristus yang mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekakan bdk. Luk 4:18-19 . Mewujudkan Kerajaan Allah berarti bersahabat dengan Allah, mengangkat martabat pribadi manusia, dan melestarikan keutuhan ciptaan. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang sedang berjuang mengatasi korupsi, kekerasan, dan kerusakan lingkungan hidup, umat Allah Keuskupan Agung Semarang terlibata secara aktif membangun habitus baru berdasarkan semangat Injil bdk. Mat 5-7 . Habitus baru dibangun bersama-sama: dalam keluarga dengan menjadikannya basis hidup beriman; dalam diri anak, remaja, dan kaum muda dengan melibatkan mereka untuk pengembangan umat; dalam diri yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir dengan memberdayakannya. Untuk mendukung upaya tersebut, umat Allah Keuskupan Agung Semarang mengembangkan pola penggembalaan yang mencerdaskan umat beriman, melibatkan perempuan dan laki-laki, memberdayakan paguyuban-paguyuban pengharapan, memajukan kerja sama dengan semua yang berkehendak baik, serta melestarikan keutuhan ciptaan. 78 Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus hati bertekan bulat melaksanakan upaya tersebut, dan mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi dengan setia dan rendah hati seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja. Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya bdk. Flp 1:6 . Umat Allah Keuskupan Agung Semarang diajak untuk memperjuangkan Gereja yang semakin relevan dan signifikan di dalam menghadapi tantangan zaman. Perjuangan untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan dilakukan dengan menjadi Gereja yang memiliki habitus baru untuk memberdayakan kaum kecil, lemah, miskin dan tersingkir, serta menuntut partisipasi semua umat baik perempuan maupun laki-laki dari berbagai kategorial, baik anak-anak, remaja, kaum muda dan orang dewasa Martasudjita, 2009: 87. Hal ini menjadi sebuah kesadaran baru bahwa partisipasi umat menjadi bagian penting dalam mengembangkan Gereja. Secara khusus, Keuskupan Agung Semarang mengagendakan kerja umat Allah dalam periode ARDAS KAS 2006- 2010, dimana pada tahun 2006 difokuskan untuk sosialisasi ARDAS KAS 2006- 2010, tahun 2007 difokuskan untuk keluarga, tahun 2008 difokuskan untuk anak dan remaja, tahun 2009 difokuskan untuk kaum muda, serta tahun 2010 bagi semua umat Keuskupan Agung Semarang untuk bersyukur atas habitus baru DKP KAS, 2006: 56. Cita-cita ARDAS KAS 2006-2010 adalah mewujudkan Kerajaan Allah yang memerdekaan melalui paguyuban-paguyuban gerejani dan sosial. Kerajaan Allah yang memerdekaan terwujud melalui persahabatan dengan Allah, menjunjung tinggi martabat manusia, dan memelihara keutuhan ciptaan DKP KAS, 2006: 20-21. Keterlibatan seluruh umat dimana terdiri dari keluarga, anak, 79 remaja, kaum muda serta kaum KLMT mendapat tekanan khusus dan semakin dikembangkan dengan membangun habitus baru yang didasarkan kepada nilai- nilai Injili yang ditempatkan di dalam konteks masyarakat Indonesia yang sedang mengalami krisis korupsi, kekerasan, dan kerusakan lingkungan hidup. Krisis- krisis yang dihadapi oleh masyarkat Indonesia dipandang sebagai akibat dari habitus lama yang telah merusak hubungan dengan Allah, sesama dan ciptaan. Oleh karena itu, ARDAS KAS 2006-2010 sangat menekankan bahwa habitus baru adalah gerekan bersama seluruh yang didukung dengan pola penggembalaan yang mencerdaskan umat beriman, melibatkan kaum awam, memberdayakan paguyuban-paguyuban, memajukan kerja sama dengan semua yang berkehendak baik, serta melestarikan keutuhan ciptaan Nurwidi, 2009: 57-59. 6 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011-2015 Pada tahun 2010, kuasa penggembalaan Mgr. Ignatius Suharyo digantikan oleh Mgr. Johannes Pujasumarta. Dalam masa transisi ini, Mgr. Johannes Pujasumarta meneruskan cita-cita Mgr. Ignatius Suharyo yang tertuang di dalam ARDAS KAS 2011-2015 dan secara khusus bersama dengan seluruh umat Keuskupan Agung Semarang mensyukuri rahmat habitus baru. Pada 8 Januari 2011 bersamaan dengan pemberkatan gedung pastoran Sanjaya Muntilan, Mgr. Johannes Pujasumarta mengumumkan berlakunya ARDAS KAS 2011-2015 DKP KAS, 2011: v. Rumusan ARDAS KAS 2011-2015 adalah sebagai berikut DKP KAS, 2011: 1: Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban- paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, 80 berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tatanan hidup baru yang adil, damai, sejahtera, dan demokratis, umat Allah berperan secara aktif mengembangkan habitus baru berdasarkan semangat Injil dengan beriman mendalam dan tangguh, serta ambil bagian mewujudkan kesejahteraan umum. Langkah pastoral yang ditempuh adalah pengembangan umat Allah, terutama optimalisasi peran kaum awam, secara berkesinambungan dan terpadu dalam perwujudan iman di tengah masyarakat; pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel; serta pelestarian keutuhan ciptaan. Langkah tersebut didukung oleh tata penggembalaan yang sinergis, mencerdaskan dan memberdayakan umat Allah serta memberikan peran pada berbagai karisma yang hidup dalam diri pribadi maupun kelompok. Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus, setia, dan rendah hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, dan mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja. Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya bdk. Flp 1:6. ARDAS KAS 2011-2015 merupakan kelanjutan dari ARDAS KAS 2006- 2010 yang menekankan kepada pengembangan habitus baru. Melalui ARDAS KAS 2011-2015, umat Allah Keuskupan Agung Semarang diajak untuk semakin menjadikan nilai-nilai Kerajaan Allah semakin relevan dan signifikan dengan cara mengembangkan iman yang mendalam dan tangguh, serta terlibat dalam upaya pengembangan kesejahteraan umum. Menjadi Gereja yang relevan dan signifikan merupakan cita-cita utama dari ARDAS KAS 2011-2015 yang dilatarbelakangi oleh peristiwa dan permasalahan yang terjadi di Indonesia, terutama di daerah Keuskupan Agung Semarang. Gereja yang signifikan berarti Gereja memiliki nilai dan mutu penting, sehingga kehadiran dan gerak pastoral Gereja menjadi penting dan memiliki nilai di dalam diri umat dan masyarakat. Gereja yang relevan apabila kehadiran Gereja sungguh sesuai dan konkrit dalam kehidupan masyarakat DKP KAS, 2011: 9. Gereja yang signifikan dan relevan tampak 81 manakala Gereja menanggapi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan umat beriman dan masyarakat, sehingga seluruh umat mampu merasakan suasana at home di dalam persatuan Gereja. Kehadiran Gereja yang signifikan dan relevan akan terlihat jelas dalam keterlibatan Gereja dalam pengembangan di bidang sosial ekonomi, keadilan, kedamaian dan keutuhan alam ciptaan DKP KAS, 2011: 10. Sebagai lanjutan dari ARDAS KAS 2006-2010, ARDAS KAS 2011-2015 memberikan tempat dalam pengembangan habitus baru ke dalam empat bidang, yaitu: pengembangan iman yang mendalam dan tangguh; keterlibatan di bidang sosial-politik-kemasyarakatan; pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel KLMTD; serta upaya pelestarian keutuhan ciptaan. Perbedaan yang muncul di dalam ARDAS KAS 2011-2015 dibandingkan dengan ARDAS 2006-2010 adalah penekanan pada empat bidang sekaligus di tiap tahunnya dengan melibatkan semua kelompok kategorial DKP KAS, 2011: 2. 7 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang periode 2016-2020 merupakan arah dasar ketujuh, sekaligus melanjutkan ARDAS KAS 2011-2015. Meskipun menjadi kelanjutan dari ARDAS KAS 2011-2015, ada perbedaan dalam perumusan ARDAS KAS 2016-2020. Perbedaan tersebut terletak pada dasar perumusan ARDAS KAS 2016-2020. ARDAS KAS 2016-2020 ditempatkan dalam roadmap Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang RIKAS 2016-2035 dalam rangka menyambut Tahun Yubelium Agung 2033 untuk mengenang 2000 tahun penebusan oleh Yesus Kristus DKP KAS, 2016: 3. Rumusan ARDAS 82 KAS 2016-2020 diturunkan dari RIKAS 2016-2035 bagian pertama, yang berarti bahwa ARDAS KAS 2016-2020 sebagai pedoman, arah, tujuan dari segala karya pastoral di Keuskupan Agung Semarang sekaligus sebagai awal perwujudan RIKAS 2016-2035 DKP KAS, 2016: 6. ARDAS KAS 2016-2020 dipromulgasikan pada 3 Januari 2016 bertepatan dengan Hari Raya Penampakan Tuhan dan Hari Anak Misioner. Rumusan ARDAS KAS 2016-2020 adalah sebagai berikut DKP KAS, 2016: 13: Umat Allah Keuskupan Agung Semarang, sebagai persekutuan paguyuban- paguyuban murid-murid Yesus Kristus dalam bimbingan Roh Kudus bertekad dan bergotong royong memperjuangkan hidup bersama yang sejahtera, bermartabat, beriman, demi terwujudnya peradaban kasih, tanda kehadiran Kerajaan Allah. Bersama masyarakat Indonesia yang sedang menghidupi kembali nilai-nilai Pancasila di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Allah Keuskupan Agung Semarang mewujudkan diri sebagai Gereja yang, merengkuh dan bekerja sama dengan semua orang inklusif, terus menerus membarui diri inovatif dan berdaya ubah transformatif. Cita-cita tersebut diwujudkan dengan: pengembangan iman umat yang cerdas, tangguh, misioner dan dialogis secara berjenjang dan berkelanjutan; pengembangan keluarga, lingkungan dan kelompok-kelompok umat agar lebih berperan dalam masyarakat; peningkatan pelayanan karitatif dan pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel agar semakin sejahtera dan bermartabat; serta peningkatan peran dan keterlibatan kaum awam dalam gerakan sosial, budaya, ekonomi, politik dan pelestarian lingkungan dengan semangat pembelajaran, kejujuran, dan kerja sama. Upaya tersebut didukung dengan transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola paroki dan lembaga-lembaga karya serta peningkatan spiritualitas dan profesionalitas para pelayan pastoral. Umat Allah Keuskupan Agung Semarang dengan tulus, setia, dan rendah hati bertekad bulat melaksanakan upaya tersebut, serta mempercayakan diri pada penyelenggaraan ilahi seturut teladan Maria, hamba Allah dan bunda Gereja. Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya bdk . Flp 1:6 Cita-cita dari ARDAS KAS 2016-2020 adalah Gereja Keuskupan Agung Semarang menjadi Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif yang 83 diwujudkan dengan; pengembangan iman umat yang cerdas, tangguh, dan misioner dan dialogis secara berkelanjutan; pengembangan keluarga, lingkungan, kelompok kategorial agar semakin berperan aktif di dalam masyarakat; peningkatan karya karitatif dan pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel KLMTD; dan peningkatan peran serta kaum awam dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan kelestarian lingkungan hidup DKP KAS, 2016: 16.

2. Iman yang Cerdas, Tangguh dan Misioner

Iman merupakan sebuah tanggapan atau jawaban manusia atas wahyu, kasih, dan panggilan Allah dengan sepenuh hati tanpa ada paksaan dari luar. Di dalam iman, manusia mampu menyadari dan mengakui bahwa Allah adalah tak terbatas yang berkenan untuk memasuki hidup manusia, sekaligus menyerahkan diri seutuhnya kepada pribadi Allah. Manusia memperoleh dan membangun iman melalui pengalaman religius KWI, 1996: 129. Paus Emeritus Benediktus XVI pada akhir tahun 2012 menetapkan bahwa dari 12 Oktober 2012 sampai dengan 24 November 2013 sebagai Tahun Iman, dimana menjadi kesempatan bagi umat untuk dapat melihat betapa pentingnya iman di dalam kehidupan yang terus bergejolak. Latar belakang dari pencanangan Tahun Iman ini adalah untuk memperingati 50 tahun dibukanya Konsili Vatikan II dan 20 tahun penerbitan Katekismus Gereja Katolik . Paus Emeritus Bendiktus dalam kesempatan ini juga menuliskan seruan apostolik Porta Fidei Pintu menuju Iman untuk membantu umat dalam menghayati Tahun Iman Pujasumarta, 2012: 1. 84 Keuskupan Agung Semarang menanggapi seruan apostolik Porta Fidei dan pencanangan Tahun Iman melalui gerakan bersama, yaitu pelaksanaan formatio iman berjenang. DKP Keuskupan Agung Semarang menyusun sebuah roadmap tentang pendidikan dan pembinaan iman secara berjenjang dan berkelanjutan, dimana pendidikan dan pembinaan iman tersebut dimulai dari usia dini PIUD, anak PIA, remaja PIR, orang muda PIOM, dewasa PIOD dan usia lanjut PIUL. Pendidikan dan pembinaan iman yang berjenjang dan berkelanjutan ini dimaksudkan supaya umat di Keuskupan Agung Semarang memiliki iman yang cerdas, tangguh dan misioner DKP, 2014: 3-4; bdk. Sukendar, 2014: 18-20. a. Iman yang Cerdas Katekismus Gereja Katolik KGK, art. 155 menyatakan bahwa: ”Dalam iman, akal budi dan kehendak manusia bekerja sama dengan rahmat ilahi: Iman adalah suatu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah dengan pengantaraan rahmat”. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai Citra-Nya yang melebih makhluk lain karena memiliki akal budi, kehendak bebas dan kuasa. Tiga unsur inilah yang menjadi penggerak dalam hidup manusia. Melalui akal budi manusia dapat mengerti dan menyadari tentang jati diri manusia dan keadaan di sekitar. Sedangkan, melalui kehendak bebas manusia dapat bertindak dan melakukan suatu hal dengan bebas dan tanggung jawab. Manusia juga diberi kuasa oleh Allah untuk menguasai alam ciptaan dengan tujuan untuk melestarikan dan menjaga alam ciptaan. Seorang yang memiliki iman yang cerdas berarti mampu menggunakan akal budi untuk 85 menentukan suatu keputusan atau tindakan di dalam bimbingan Roh Kudus atau rahmat Allah Dwi Harsanto, 2014: 24. Iman yang cerdas juga menyangkut dua aspek. Pertama, kedewasaan dan kematangan untuk memahami dan menghayati iman. Hal ini berkaitan dengan tindakan atau sikap yang tidak percaya secara membabi buta di mana hanya menggandalkan emosi, tetapi juga menggunakan akal budi, kehendak dan perasaan. Kedua, iman yang cerdas ditandai dengan kepandaian dalam memperhitungkan keadaan dan sikap untuk mengatasi tantangan yang ada DKP KAS, 2014: 29-30. Dalam hal ini dapat diambil contoh dari kisah gadis bijaksana dan gadis bodoh di dalam Mat 25:1-13. Gadis yang bijaksana menunjukkan sikap cerdas dalam mengantisipasi dan menghadapi permasalahan yang muncul dengan tidak menyerah dan menyalahkan, tetapi menghadapi dengan sikap tenang dan kreatif, sehingga berbuah keselamatan. Kecerdasan dalam beriman tidak hanya berkaitan dengan akal budi, kepandaian dan ketrampilan manusiawi. Dalam Mat 10:16, Yesus mengatakan “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu h endaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” Iman yang cerdas berarti memiliki kecerdikan seperti ular dan ketulusan seperti merpati. Kecerdikan bukan bertujuan untuk menipu orang lain, tetapi kecerdasan untuk dapat bertahan dalam situasi sulit. Ketulusasn hati yang suci dan murni menjadi landasan untuk iman yang cerdas supaya dapat terarah kepada kehendak Allah Budi Purnomo, 2014: 5. Orang yang beriman cerdas berarti beriman secara dewasa dan matang dalam pemahaman dan pengetahuan iman. Kematangan akan pemahaman dan 86 pengetahuan iman menuntut sebuah keberanian untuk bersaksi baik di dalam keluarga, Gereja dan masyarakat. Kedewasaan iman dapat ditunjukkan dalam kebijaksanaan dan penghayatan hidup sehari-hari Edi Haryanto, 2014: 16. Kecerdasan iman juga tidak terlepas dari peran hati nurani. Melalui hati nurani yang tenang, manusia dapat mengambil sebuah keputusan atau penegasan dengan bijaksana dan tepat. Allah hadir dan tinggal di dalam hati nurani manusia yang tenang Darmaatmadja, 2014b: 8. Oleh karena itu, orang yang beriman cerdas perlu mengembangkan imannya dengan belajar dari sumber-sumber iman dan menyediakan waktu untuk hening melatih ketenangan DKP KAS, 2014: 30. b. Iman yang Tangguh Tangguh memiliki arti tidak mudah goyah, kokoh dan kuat. Berkaitan dengan iman, ketangguhan berkaitan dengan aspek sikap dalam menghadapi pergulatan hidup. Pergulatan hidup yang dialami oleh manusia berasal dari dua sumber, yaitu dari diri sendiri karena mengalami persoalan hidup, dan dari luar diri yang berupa godaan dan tantangan. Pergulatan hidup yang berasal dari diri sendiri dapat diolah oleh setiap pribadi karena menyangkut hidup masing-masing orang. Akan tetapi, pergulatan hidup yang berasal dari luar hendaknya diolah dan ditanggapi dengan bijaksana, karena godaan mampu menghantarkan manusia menuju kepada dosa, serta tantangan yang tidak dapat diolah dan ditanggapi dengan baik dapat membuat manusia menjadi goyah dan kehilangan jati dirinya DKP KAS, 2014: 30. Rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose membagikan pengalaman mengenai sikap iman yang tangguh meskipun ada banyak godaan dan 87 tantangan yang dihadapi olehnya. “Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur ” Kol 2:1-20. Iman yang tangguh diperoleh melalui sebuah proses yang panjang. Paulus menegaskan bahwa iman yang tangguh dapat diperoleh dengan mengakar kuat di dalam Kristus dan dikembangkan di dalam Kristus. Di dalam 2 Kor 4:7 dituliskan bahwa “Harta ini kami punya dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” Rasul Paulus juga ingin menegaskan bahwa tantangan dari luar tidak akan menggoyahkan iman seseorang yang tetap berpegang pada iman akan Allah. Ketangguhan sejati berasal dari dalam diri yang berakar kepada Yesus Kristus. Apabila seseorang sudah rapuh dari dalam, maka tanpa ada godaan dari luar tetap akan runtuh dan goyah. Secara nyata, ketangguhan iman diuji dalam kesetiaan suami-istri dalam janji setia, kesetiaan para imam dalam merasul di dunia modern, dan kesetiaan umat dalam melakukan tugas sehari-hari Dwi Harsanto, 2014: 25- 26. Selain Rasul Paulus, contoh iman yang tangguh ditunjukkan oleh para martir yang dengan berani mempertahankan imannya akan Yesus Kristus meskipun banyak mengalami godaan dan penderitaan. Ketangguhan iman berkaitan dengan sikap dalam pemaknaan iman akan Yesus Kristus. Iman yang tangguh terwujud melalui sikap dalam memaknai iman secara positif, sehingga iman menjadi pegangan hidup DKP KAS, 2014: 30. Ketangguhan iman menjadi hal penting bagi umat di zaman modern sekarang ini. Kehidupan di dunia modern 88 sekarang ini terdapat banyak perbedaan dan keragaman yang sulit untuk diterima. Keragaman keyakinan, paham, kepercayaan dan agama dipandang mampu membawa pengaruh melalui cara masing-masing. Selain itu, dunia modern juga memberikan tawaran yang menggiurkan melalui harta benda, jabatan, karier, dan pekerjaan yang dapat menggoyahkan iman. Oleh karena itu ketangguhan iman perlu untuk dikembangkan melalui relasi dengan Allah dan sesama yang semakin dekat Edi Haryanto, 2014: 17-18. c. Iman yang Misioner Seorang katolik yang telah menerima baptisan secara langsung menerima tugas menjadi utusan untuk mewartakan Kerajaan Allah yang berarti menjadi seorang misionaris. Katekismus Gereja Katolik KGK, art. 767 menegaskan bahwa Gereja pada kodratnya adalah misioner yang diutus oleh Kristus kepada segala bangsa untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-muridNya. Begitu pula KGK, art. 868 menguraikan bahwa: “Gereja itu Katolik. Ia mewartakan iman; ia mempunyai dan membagi-bagikan kepenuhan sarana keselamatan; ia diutus kepada semua bangsa; ia berpaling kepada semua manusia; ia merangkum waktu; ia adalah misionaris menurut hakikatnya . ” Misioner berkaitan dengan gerak langkah keluar, yaitu memberikan kesaksian iman DKP KAS, 2014: 30. Gerak langkah keluar ini dimiliki oleh setiap orang yang telah menerima Sakramen Baptis dan diteguhkan melalui Sakramen Penguatan. Iman yang merupakan tanggapan akan wahyu Allah tidak hanya disimpan untuk diri Gereja sendiri, melainkan juga bagi semua orang di sekitarnya. 89 Dengan demikian, misioner memiliki arti keberanian untuk bersaksi tentang iman yang dimiliki kepada orang lain dengan cara berani berbicara tentang Kristus. Beriman misioner berarti berani menjalin persaudaraan dan berdialog dengan umat beragama lain, serta mengupayakan ekumene dengan Gereja-gereja lain untuk mewujudkan misi Allah di dunia. Seseorang yang memiliki iman misioner akan melibatkan diri dalam masyarakat untuk bekerja sama dengan semua orang dalam menegakkan keadilan dan kebenaran, mewujudkan kesejahteraan umum dan membangun bangsa bermartabat dengan mengedepankan nilai iman, kebangsaan dan keberpihakan kepada kaum kecil DKP KAS, 2014: 31.

C. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Umat