KOMUNIKASI GAYA PACARAN PADA SISWA : STUDI PADA SISWA/SISWI SMK BARUNAWATI SURABAYA.

(1)

KOMUNIKASI GAYA PACARAN PADA SISWA (Studi pada Siswa/Siswi SMK Barunawati Surabaya)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

RIFATUL AMALIA NIM. B76212108

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Rifatul Amalia, B76212108, 2016. Komunikasi Gaya Pacaran pada Siswa (Studi pada Siswa/Siswi SMK Barunawati Surabaya). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci : Komunikasi, Gaya pacaran, Siswa

Fokus masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah komunikasi gaya pacaran pada siswa?

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui komunikasi gaya pacaran pada siswa.

Pacaran adalah masa pendekatan yang ditandai dengan adanya saling pengenalan pribadi baik kekurangan atau kelebihan masing-masing individu dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran berlanjut, maka dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan atau masa pernikahan.

Dari hasil yang penelitian yang ditemukan dalam penelitian ini adalah (1) Adanya komunikasi verbal yang biasa dipakai oleh siswa ketika berpacaran seperti panggilan sayang antar pasangan, tempat curhat antar pasangan, komunikasi verbal yang dilakukan lewat social media. (2) Adanya komunikasi Non-verbal yang digunakan dalam gaya pacaran siswa seperti mengungkapkan perasaannya lewat sebuah perhatian yang lebih dan melakukan aktifitas fisik bersama pasangan (3) kebanyakan siswa ingin merasakan menjalin cinta dan juga ingin merasakan apa yang dirasakan oleh teman-teman mereka yang sudah pernah menjalin cinta sebelumnya. (4) Tidak melakukan hal-hal yang dapat melanggar hukum atau dapat menyebabkan pengaruh buruk ketika berpacaran.

Bertitik tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang dapat diusulkan adalah (1) bagi siswa, sebaiknya selalu menerapkan pacaran sehat yang tidak melebihi norma-norma yang berlaku. Atau sebaiknya tidak melakukan pacaran diusia dini. Dan tidak terpengaruh dengan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja. (2) bagi orang tua, Diharapkan bisa memantau kegiatan anak disekolah maupun dirumah. Tidak membiarkan anak untuk membebaskan pergaulan yang tidak sehat seperti mengizinkan pacaran di usia yang belum cukup umur. (3) bagi guru dan pendidik, Di harapkan guru atau pendidik dapat memantau anak didiknya untuk menjadi siswa yang baik. Mencegah anak didiknya untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh allah serta tidak melanggar aturan dan norma-norma yang berlaku.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBIING ... ....iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ...vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Fokus penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 4

F. Definisi Konsep ... 7

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 11

G. Metode Penelitian ... 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 12

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 13

3. Jenis Data ... 14

4. Sumber Data ... 15

5. Tahap-tahap Penelitian ... 16

6. Teknik Pengumpulan Data ... 17

7. Teknik Analisis Data ... 18

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 18

H. Sistematika Pembahasan ... 21

BABII KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi ... 22

a. Pengertian Komunikasi... 22

b. Sejarah Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan ... 23

c. Tujuan dan Fungsi Komunikasi...24

d. Unsur-Unsur Komunikasi...25

2. Pacaran ... 28

1)Pengertian Pacaran ... 28

2)Faktor-faktor Pacaran...29

3)Pacaran dari sudut pandang biopsikologis...31

4)Fungsi Pacaran...33

5)Perilaku yang mencemari masa pacaran...34

3. Gaya Pacaran...37


(9)

2) Gaya pacaran tidak sehat...39

4. Remaja ... 41

B. Kajian Teori Teori Interaksi Simbolik ... 44

BABIII PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 49

1. Profil Tempat Penelitian ... 49

2. Profil Informan ... 54

B. Deskripsi Data Penelitian... 55

a. Komunikasi Verbal yang ditunjukan para siswa remaja ketika bersama kekasihnya. ... 58

b. Komunikasi non-verbal yang ditunjukan para siswa remaja ketika bersama kekasihnya. ... 61

BABIV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ... 68

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 73

BABV PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Siswa Pertingkat Tahun Ajaran 2015/2016…………... 52 Tabel 3.2 Data Siswa Menurut Agama Tahun Ajaran 2015/2016………… 53 Tabel 3.3 Data Latar Belakang Ekonomi Siswa SMK Barunawati...…... 53


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja selalu indentik dengan siswa atau pelajar yang masih dalam tingkat SMK/SMA. Siswa juga merupakan remaja yang masih berkembang dan selalu dipenuhi dengan rasa keingintahuan yang tinggi. Secara definisi, Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Menurut WHO Remaja adalah suatu masa dimana Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.1 Banyak orang yang mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang paling indah. Karena pada masa remaja, banyak hal-hal baru yang sepertinya sangat ingin dilakukan ketika masa remaja seperti bergaul dengan teman, menjalin persahabatan, melakukan kenakalan-kenakalan yang masih dibawah norma hingga merasakan jatuh cinta atau menyukai lawan jenis. Biasanya hal pertama yang ingin dirasakan oleh kebanyakan remaja adalah merasakan jatuh cinta dan memiliki suatu hubungan spesial dengan lawan jenis yang mereka sukai. Hal ini biasa di sebut juga dengan pacaran.

Pacaran adalah masa pendekatan yang ditandai dengan adanya saling pengenalan pribadi baik kekurangan atau kelebihan masing-masing individu dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran berlanjut, maka dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan atau masa


(13)

2

pernikahan.2 Dalam kehidupan remaja, status ”berpacaran” atau ”memiliki

pacar” adalah suatu hal yang biasa yang bahkan tidak sedikit remaja yang

sudah merasakan pacaran.

Setiap individu mempunyai sikap yang berbeda begitu pula dengan gaya pacaran yang dilakukan oleh setiap individu juga berbeda. Banyak sekali gaya-gaya pacaran yang di lakukan oleh siswa. Semakin berkembangnya teknologi maka juga semakin berkembang pula gaya pacaran siswa remaja saat ini. Tak hayal banyak siswa remaja saat ini memilih menggunakan gaya pacaran yang tidak sehat seperti mengumbar kemesraan pada publik, berciuman, bahkan hingga melakukan seks bebas.

Menurut hasil survey kesehatan reproduksi remaja yang diselenggarakan BKKBN3, banyak remaja pacaran pertama kali pada usia 12 tahun. Perilaku pacaran remaja juga semakin permisif. Sebanyak 92% remaja

berpegangan tangan saat pacaran, 82% berciuman, 63%

rabaan petting. Perilaku-perilaku tersebut kemudian memicu remaja melakukan hubungan seksual. Perilaku seksual di usia belia itu menyebabkan jumlah anak yang menderita HIV/AIDS terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Tahun 2004 kasus HIV/AIDS sebanyak 154 kasus dan pada 2010 angkanya melonjak menjadi 1.119 kasus. Menurut Maria, seks bebas ini membuat angka penderita HIV/AIDS di kalangan remaja meningkat tajam. Ada peningkatan 700 persen dari jumlah antara tahun 2004 hingga 2010, dari

2

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja. (Bogor : Ghalia Indonesia : 2004) 3 Ika Ningtyas, KPAI: Pacaran Pertama Anak Indonesia Umur 12 Tahun, dalam

https://m.tempo.co/read/news/2012/06/06/174408718/kpai-pacaran-pertama-anak-indonesia-umur-12-tahun 2016


(14)

3

awalnya 154 kasus menjadi 1.119 kasus. Diperkirakan, penyebab utama remaja mengenal pornografi adalah dari teve, internet, dan kebebasan berlebihan yang diberikan pada anak di lingkungan keluarga.4

Namun tak semua remaja melakukan hal buruk tersebut. Ada juga yang lebih memilih berpacaran secara sehat seperti contohnya adalah berpacaran hanya untuk berbagi rasa dan sebagai teman spesial saja, tidak pernah melakukan hal-hal buruk hanya sebatas pegangan tangan dan berpelukan saja. tergantung oleh individu itu sendiri. Apakah ingin melakukan hal buruk tersebut atau ingin melakukan hanya karena rasa keingintahuan saja.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Adapun rumusan masalah yang akan diusung dalam penelitian ini adalah

Bagaimanakah komunikasi gaya pacaran siswa?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah peneliti susun maka tujuan dari penelitian ini adalah

Ingin mengetahui Bagaimanakah komunikasi gaya pacaran siswa?

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu

Manfaat Teoritis, yaitu

4

Ika Ningtyas, KPAI: Pacaran Pertama Anak Indonesia Umur 12 Tahun, dalam

https://m.tempo.co/read/news/2012/06/06/174408718/kpai-pacaran-pertama-anak-indonesia-umur-12-tahun 2016


(15)

4

Diharapkan penelitian ini dapat memperdalam dan memperluas wawasan tentang penelitian kualitatif dalam suatu penelitian dan mempelajari tentang komunikasi dan fenomena yang ada masyarakat

Manfaat Praktisi,

a. Bagi Peneliti,

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan tentang komunikasi dan teori-teori komunikasi dan fenomena yang muncul dimasyarakat.

b. Bagi akademik,

Digunakan menjadi sumber informasi untuk pembuatan penelitian selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini bisa berguna untuk khalayak agar memperhatikan fenomena-fenomena yang muncul khususnya pada siswa remaja.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam sebuah penelitian, harus memiliki referensi yang banyak yang dapat diambil dari buku, Jurnal, hingga kajian terdahulu yang disusun oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki beberapa referensi kajian terdahulu yang dapat menjadi perbandingan dan referensi dari penelitian.

1. Studi Diskriptif Tentang Gaya Pacaran Siswa SMA Kota Semarang disusun oleh Asih Nurul Aini Dewi Elliana tahun 2012. Penelitian ini


(16)

5

termasuk penelitian kolerasi dan penelitian dilakukan di SMA Teuku Umar Semarang. Hasil penelitian dari 40 responden yang terdiri dari terdiri dari 29 (72,5%) laki-laki dan 11 (27,5%) perempuan, jumlah responden berdasarkan umur yang terbanyak adalah berusia 17 tahun yaitu 24 (60 %) responden, umur 15 tahun sebanyak 1 (2,5%) responden, umur 16 tahun sebanyak 10 (25%) responden, umur 18 tahun sebanyak 1 (2,5%) responden, dan umur 19 tahun sebanyak 4 (10%) responden. Responden yang memiliki gaya pacaran wajar sebanyak 36 responden (90%), dan 4 responden (10%) memiliki gaya pacaran yang tidak wajar. Kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini adalah pada remaja kelas XI IPS SMA Teuku Umar Semarang memiliki gaya pacaran yang wajar. Perbedaan penelitian asih adalah menggunakan metode kuantitatif kolerasi sedangkan dengan penelitian ini menggunukan metode kualitatif.

2. Hubungan Antara Penalaran Moral Dan Gaya Pacaran Dengan Kecenderungan Membeli Kondom Pada Remaja disusun oleh Rita Sugiharto Putri tahun 2009. Penelitian ini memakai metode kuantitatif dengan pendekatan Survey. Subjek penelitian ini yaitu remaja di desa Singonegaran 50 orang dan desa Pakunden sebanyak 50 orang. Jadi total keseluruhan 100 orang. Berdasarkan hasil analisis penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara penalaran moral dan gaya pacaran dengan kecenderungan membeli kondom pada remaja. Artinya variabel penalaran moral dan gaya pacaran dapat dijadikan


(17)

6

prediktor (variabel bebas) untuk memprediksikan variabel kecenderungan membeli kondom pada remaja. Dalam penelitian hubungan antara penalaran moral dan gaya pacaran dengan kecenderungan membeli kondom pada remaja. Perbedaan penelitian hubungan antara penalaran moral dan gaya pacaran dengan kecenderungan membeli kondom pada remaja dengan penelitin ini adalah menggunakan metode yang berbeda yaitu metode kuantitatif. Sedangkan penelitian ini menggunakan kualitatif.

3. Gaya Pacaran Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Kelas XI Di SMA Panca Marga 1 Lamongan disusun oleh Amirul Amalia Desain penelitian ini menggunakan analitik dengan metode cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi kelas XI SMA Panca Marga 1 Lamongan sebanyak 307 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pola asuh orang tua dengan gaya pacaran pada remaja (kelas XI) di SMA Panca Marga 1 Lamongan. Upaya yang dapat dilakukan agar guru BK memberikan penyuluhan kepada siswa-siswi mengenai pergaulan yang benar dengan sesama teman. Perbedaannya dengan penelitian Gaya Pacaran Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Kelas XI Di SMA Panca Marga 1 Lamongan dengan penelitian ini adalah juga dari metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif.


(18)

7

F. Definisi Konsep Penelitian

a) Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga seperti; saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi.

Komunikasi juga dapat dinamakan dengan system informasi, yaitu segenap unsure yang saling berhubungan dan dan tidak dapat dipisahkan dalam upaya membuat, menerima dan memberikan sesuatu pada orang lain dengan maksud tertentu.5 Dari segi bahasa, Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris nya communication, berasal dari bahasa latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti: sama; sama disini maksudnya adalah: sama makna6

Menurut Onong Uchjana Effendi, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang di lakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan social.7

b) Pacaran

Pacaran adalah masa pendekatan yang ditandai dengan adanya saling pengenalan pribadi baik kekurangan atau kelebihan masing-masing

5Yoyon Mudjiono, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Surabaya:Jaudar Press, 2012) hlm. 3

-4 6

Onong Uchjana Effendi,Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung:Remaja Karya, 1985) hlm. 11


(19)

8

individu dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran berlanjut, maka dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan atau masa pernikahan.8 Selain itu ada juga yang meyebutkan bahwa Pacaran (dating) adalah salah satu aktivitas yang banyak dijalani oleh remaja. Perkembangan psikologis pada masa remaja memungkinkan adanya ketertarikan terhadap lawan jenis dan keingin untuk membentuk hubungan yang lebih dari sekedar teman atau sahabat9.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadikan dia sebagai pacar 10

Ada 2 aspek yang mempengaruhi ketertarikan antar remaja yang berpacaran yaitu: intimasi dan passion.11

c) Gaya Pacaran

Banyak yang mengatakan bahwa gaya pacaran remaja saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Karena remaja saat ini sudah tidak bisa dikendalikan dan tidak sama dengan pemikiran oranng-orang tua dahulu. Namun, Sebenarnya ada dua gaya dalam pacaran yaitu 1) pacaran sehat 2) pacaran tidak sehat. definisi gaya pacaran sehat menurut Iwan dapat

8

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja. (Bogor : Ghalia Indonesia : 2004)

9Pritha Khalida, “Buku Cinta: Agar Kamu Lebih Tahu Apa Itu Cinta”,

(Jakarta : Bukune , 2010) hlm. 31

10

http://kbbi.web.id/pacar diakses tanggal 14 agustus 2016, 9:12 AM WIB 11


(20)

9

dijelaskan sebagai berikut 12 Pacaran yang sehat adalah pacaran yang baik serta dapat dipengaruhi oleh 4 faktor antara lain sehat secara fisik, sehat secara psikis, sehat secara sosial, dan sehat secara seksual. Sedangkan Gaya pacaran tidak sehat (KNPI) merupakan singkatan dari kissing, necking, petting, intercourse. Tujuan para remaja melakukan KNPI yaitu untuk menunjukan rasa cinta, yang sebenarnya dapat ditunjukan dengan beragam cara dan tidak harus dengan aktifitas seksual.13

d) Remaja

Banyak yang mengatakan bahwa masa Remaja adalah masa-masa yang paling indah, masa-masa dimana seorang anak mulai belajar berkembang serta belajar betapa bahayanya kehidupan. Istilah asing yang menunjukan masa remaja antara lain Preberteit, Adolescentia dan Youth. Dalam bahasa indonesia sering disebut Pubertas atau Remaja.14

Masa remaja dapat ditinjau sejak mulainya seseorang menunjukan tanda – tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya tinggi badan secara maksimal, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi.

Menurut para ahli menyimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.15

12

Iwan, “Boleh Nggak Sih, Masturbasi ?”.(Yogyakarta : CV Andi Offset, 2010) 13

Widya T. Mira, It’s All About A-Z Tentang Sex. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010) 14

Panut Panuju, Psikologi Remaja, (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1999) hlm 1

15Ibid,


(21)

10

e) Teori Interaksi Simbolik

Konsep Teori interaksi simbolik pertama kali dicetuskan oleh George Herbert Mead. Mead menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi tertentu.16 Sebagaimana dinyatakan oleh namanya, Teori Interkasi Simbolik menekankan pada hubungan antara symbol dan inteaksi. Sebenarnya nama

“Interaksi simbolik” bukanlah merupakan ciptaan mead namun Herbert

Blumer lah yang menciptakan nama tersebut dan mempublikasikannya. Karya tunggal mead yang amat penting tertulis jelas di bukunya yang berjudul Mind, Self, dan society. Mead mengambil tiga konsep kritis yang diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun sebuah teori interaksionisme simbolik. Tiga konsep itu dan hubungan diantara ketiganya merupakan inti pemikiran mead, sekaligus khusus menjelaskan tentang bahasa, interaksi social dan refleksivitas.

16Richard West and Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi : Analisis Dan Aplikasi”

, (Jakarta : Salemba Humanika, 2008) hlm. 96


(22)

11

G. Kerangka Pikir Peneltian

1. Kerangka Pikir

Ilustrasi kerangka pikir penelitian ”Komunikasi Gaya Pacaran pada

Siswa”

Bagan 1.1

Kerangka pikir ”Komunikasi Gaya Pacaran pada Siswa”

Setiap individu mempunyai sikap yang berbeda begitu pula dengan gaya pacaran yang dilakukan oleh setiap individu juga berbeda. Banyak sekali gaya-gaya pacaran yang di lakukan oleh siswa. Semakin berkembangnya teknologi maka juga semakin berkembang pula gaya pacaran siswa remaja. Gaya-gaya yang dilakukan oleh para siswa ini ada banyak kategori yaitu kategori gaya pacaran yang sehat dan gaya pacaran yang tidak sehat. Gaya pacaran yang sehat seperti tidak mengumbar kemesraan di depan dan melakukan hanya sebatas pegangan tangan tidak lebih dari itu. Sedangkan gaya pacaran yang tidak sehat contohnya adalah

Siswa

Gaya Pacaran

Interaksi Simbolik


(23)

12

selalu mengumbar kemesraan di publik dan melakukan hal-hal buruk seperti ciuman hingga seks bebas. Dalam penelitian ini menggunakan teori interaksi simbolik dikarenakan teori ini membahas tentang

H. Metode Penelitian

a) Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan untuk mencari jawaban dari problem yang ingin kita teliti.17 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga berkehendak mengadakan akumulasi data dasar.18 Deskriptif adalah bagian terpanjang yang berisi semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan yang dilihat serta dicatat selengkap dan seobyektif mungkin. Dengan sendirinya uraian dalam bagian ini harus sangat rinci19

Ciri-ciri penelitian kualitatif:

1. Penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisis dengan cara non-statistik meskipun tidak selalu harus menabuhkan penggunaan angka. 2. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si

peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkap gejala

17

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 145

18Mahi M. Hikmat, “Metode Penelitian dalm Perspekstif Ilmu Komunikasi dan sastra”,

(Yogyakarta: Graha ilmu, 2011) hlm. 44 19


(24)

13

sosial di lapangan dengan mengarahkan segenap fungsi indrawinya.

3. Penelitian kualitatif menggali nilai yang terkandung dari suatu perilaku.

4. Penelitian kualitatif bersifat fleksibel, tidak terpaku pada konsep, fokus, teknik pengumpulan data yang direncanakan pada awal penelitian dapat berubah di lapangan mengikuti situasi dan perkembangan penelitian.

b) Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa remaja yang pernah merasakan pacaran.

Obyek dalam penelitian ini adalah komunikasi gaya pacaran yang dilakukan oleh siswa remaja

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMK Barunawati yang bertempat di jalan Perak Barat no 173 surabaya.

c) Jenis Data

Ada dua macam jenis data yang digunakan yaitu; a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli dan tidak melalui media perantara. Data primer dapat berupa opini subjek secara individual atau secara kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan,


(25)

14

dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu melalui metode wawancara dan observasi.

Data primer ini diambil oleh peneliti dari siswa remaja di SMK Barunawati dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap pengalaman gaya pacaran yang mereka alami serta di lingkungan sekitar SMK Barunawati. Peneliti juga akan mengamati komunikasi verbal dan non verbal ketika mewawancarai para siswa tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari peneliti secara tidak langsung dan melalui media perantara atau bisa dikatakan dan dicatat oleh pihak lain.

Data sekunder merupakan data pendamping dari data primer yang telah di dapat di lapangan. Data sekunder dari penelitian ini diambil dari catatan dan laporan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

d) Sumber Data

Menurut Suharmi Arikunto, yang dimaksud dalam sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.20 Ada beberapa sumber data yang bisa digunakan peneliti diantaranya

a. Informan

20


(26)

15

Informan adalah orang yang berpengaruh dalam proses pengumpulan data dan bisa juga disebut sebagai narasumber atau key member, yaitu orang yang memegang kunci utama sumber data dalam penelitian ini.

Informan haruslah orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah siswa remaja.

b. Tempat atau lokasi

Yaitu dari memahami kondisi lokal penelitian, dengan secara tidak langsung peneliti bisa cermat mencoba untuk mengkaji dan secara praktis menarik kemungkinan kesimpulan.

c. Dokumen dan arsip

Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti.21 Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu.

21

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif&Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 225


(27)

16

d. Catatan lapangan

Yaitu catatan yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti yang berkaitan dengan gaya pacaran yang dilakukan informan, kemudian hasilnya dijadikan suatu catatan.

e) Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian ini. Adapun tahap penelitian secara umum terdiri dari tiga tahap,22 yaitu

a. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun rancangan untuk mempermudah jalannya penelitian sesuai dengan judul yang telah dibuat.

2) Mengurus perizinan, peneliti mengurus perizinan dibagian Prodi Ilmu Komunikasi yang akan diajukan kepada informan. Tahap pekerjaan lapangan

3) Memilih lapangan penelitian, berguna untuk mempermudah peneliti dalam proses penelitian untuk mengetahui lebih pasti gambaran umum tentang kondisi lapangan.

4) Memilih informan dan memanfaatkannya sebagai sumber data yang dibutuhkan yang sesuai dengan penelitian.

5) Menyiapkan perlengkapan penelitian secara teknis maupun non-teknis guna memperlancar jalannya penelitian.

22

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung, 2014) hlm, 127


(28)

17

b. Tahap Lapangan

1) Peneliti memahami situasi dan kondisi lapangan penelitian. Menyesuaikan penampilan fisik serta cara berperilaku peneliti dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan, dan adat-istiadat tempat penelitian.

2) Peneliti menerapkan teknik pengamatan (observasi) terhadap lingkungan serta komunikasi gaya pacaran siswa sebagai data laporan dengan membuat catatan lapangan saat observasi.

3) Melakukan wawancara (interview) kepada informan dengan mengikuti pedoman wawancara dan dibantu dengan menggunakan alat bantu seperti tape recorder, foto, dan sebagainya.

f) Teknik Pengumpulan data

1) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah suatu cara

mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Pengamatan


(29)

18

Pengamatan dilakukan dengan meneliti secara langsung Komunikasi verbal dan Non-verbal ketika mewawancarai informan.

2) Dokumentasi

Dokumentasi sangat diperlukan sebagai memperkuat fakta yang ditemukan dari penelitian yang dilakukan. Dokumentasi yang diambil berupa foto hasil wawancara tertulis.

g) Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah di rumuskan dalam proposal. Dalam penelitian kualitatif, data yang di peroleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (Trianggulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi dara tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif.23

h) Teknik Pemeriksaa Keabsahan Data

Menurut Moleong untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:

23Sugiyono., Memahami Penlitian Kualitatif…


(30)

19

a. Keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang panjang dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang telah dikumpulkan dari informan utama, maka perlu mengadakan keikutsertaan dalam rentang waktu yang panjang. Adapun maksudnya adalah untuk mengecek kebenaran data yang diberikan baik dari informan utama maupun informan penunjang.

Karena teknik ini menghendaki pengenalan secara mendalam, maka waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan data atau informasi menjadi lama. Semakin lama peneliti berbaur dengan yang diteliti, maka peneliti akan dapat mempelajarai pola dan perilaku hidup obyek yang diteliti.24

b. Triangulasi untuk pemeriksaan keabsahan data yang telah dikumpulkan agar memperoleh kepercayaan dan kepastian data, maka peneliti melaksanakan pemeriksaan dengan teknik mencari informasi dari sumber lain. Menurut Patton dan Moleong tiangulasi dengan sumber lain berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dilakukan dengan; (1) membandingkan data hasil dari informan utama dengan informasi yang diperoleh dari informan lainnya. (2) membandingkan data informasi hasil observasi dengan informasi

24


(31)

20

dari hasil wawancara kemudian menyimpulkan hasilnya. (3) membandingkan hasil wawancara dengan didukung dokumentasi. Triangulasi sumber adalah langkah pengecekan kembali data-data yang diperoleh dari informan dengan cara menanyakan kebenaran data atau informasi kepada informan yang satu dengan informan yang lainnya antara siswa remaja yang merupakan informan dalam penelitian ini.


(32)

21

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan

Pada bab ini membahas konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka berfikir penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Teoritis

Pada bab ini dijelaskan tentang teori komunikasi serta kamunikasi gaya pacaran siswa

Bab III Penyajian Data

Pada bab ini membahas tentang penyajikan data penelitian, berupa deskripsi subyek penelitian dan deskripsi data peneliti.

Bab IV Analisis Data

Bab ini berisi tentang pengumpulan data-data yang diperoleh dalam penelitian sehingga didapat hasilnya, yang kemudian dilakukan pembahasan dan penganalisisan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan kesimpulan.

Bab V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran dan rekomendasi.


(33)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

Pada bab ini peneliti menerangkan tentang pengertian serta konsep dari judul penelitian yang peneliti lakukan.

1. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia yang dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang tidak terhingga seperti; saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran informasi, gaya rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi.

Komunikasi juga dapat dinamakan dengan system informasi, yaitu segenap unsure yang saling berhubungan dan dan tidak dapat dipisahkan dalam upaya membuat, menerima dan memberikan sesuatu pada orang lain dengan maksud tertentu.1 Dari segi bahasa, Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggrisnya communication, berasal dari bahasa latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti: sama; sama disini maksudnya adalah: sama makna2

1Yoyon Mudjiono, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Surabaya:Jaudar Press, 2012) hlm. 3

-4 2

Onong Uchjana Effendi,Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung:Remaja Karya, 1985) hlm. 11


(34)

23

Menurut Onong Uchjana Effendi, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang di lakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan social.3

b. Sejarah Komunikasi Sebagai Ilmu Pengetahuan

Sejarah publistik atau ilmu publisistik pertama kali muncul dengan nama Zaitungskunde yang diajarkan pada Universitas Bazel di Swiss, yakni pada tahun 1884 dengan tokohnya Karl Bucher, seorang ekonom dari madzhab historis dijerman (1847-1930), yang sangat berpengaruh sekali di lapangan kernyanya sebahai wartawan dan redaktur ekonomi pada surat kabar Frankfrutszaitung; namun selanjutnnya ia bergerak di bidang pendidikan tentang hai itu di beberapa universitas.

Pada sejarah publistik ini terbagi menjadi beberapa fase. fase pertama, zaitungskunde belum menjadi Wissenscaft lantaran kondisi saat ini kunde adalah pengetahuan yang ditunjukan kepada pengumuman dalam praktek. Jadi tidak menitik beratkan pada teori-teori, data-data dan sebagainya sesuai dengan prosedur ilmu pengetahuan, sebagai suatu dislipin ilmu.4 Namun identifikasi dengan Volkenskunde, yakni penerangan apa yang diketahui. Maka publisistik pada saat ini hanya merupakan keterampilan saja.

Fase kedua, Zaitungskunde menjadi Zaitungswissenschaft. Sudah mampu meningkatkan kualitas keterampilan itu dengan melihat

3Onong Uchjana Effendi, “Dinamika Komunikasi”, (Remaja karya:Bandung, 1986) hlm. 17


(35)

24

aspek yang melingkupi terhadap efektifitas mengumumkan dan menginformasikan sesuatu pada khalayak ramai.

Istilah jurnalistik berkembang di amerika sejak tahun 1690 dengan munculnya surat kabar yang pertama Public Occerences Both Foreign and Domestic oleh Benyamin Haris.

Perbedaan dia antara kedua istilah ini adalah jurnalistik merupakan kepandian prakstis, sedangkan publistik menyangkut kepandaian yang luas. Jurnalistik berupaya menyajikan berita actual, sedangkan publistik mengungkapkan bagaimana proses penyampaian itu dapat efektif berlangsung serta dampaknya atau efek dan feedback.

c. Tujuan dan fungsi komunikasi

1) Tujuan Komunikasi

Menurut Astrid S. Susanto, menegaskan bahwa tujuan akhir komunikasi adalah pembentukan kepribadian, perlunya pendidikan untuk penduduk dewasa dan remaja (adult edication atau non-formal education) adalah tidak lain daripada itu adalah penggunaan suatu ilmu pengetahuan baru dari orang lain yang akan bertindak dengan bijaksana, sehingga terbentuklah manusia bijaksana5

Sedangkan menurut Colin Cherry (1964), yang mengatakan bahwa komunikasi tujuannya pada pembentukan satuan social yang terdiri dari individu melalui penggunaan bahasa dan tanda.

5Astrid S. Susanto “Filsafat Komunikasi”, (Bulan


(36)

25

Memiliki kebersamaan dalam peraturan-peraturan untuk mencapai aktifitas pencapaian tujuan.6

2) Fungsi komunikasi

Komunikasi tidak hanya di artikan sebagai pertukaran berita dan pesan, namun sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenak tukar menukar fakta, data dan ide. maka fungsi komunikasi dalam sistem sosial adalah sebagai berikut7:

 Informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang membutuhkan agar dapat dimengerti dana beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan, masyarakat, nasional, internasioal, dan sebagainya serta orang lain dan agar dapat di manfaatkan sebagainya serta orang lain dan agar dapat dimanfaatkan sebagai pengambilan keputusan yang tepat (decision making)

 Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka panjang, mendorong menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

 Sosialisasi: penyediaan sumber ilmu pengetajuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai

6Yoyon Mudjiono, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (Surabaya:Jaudar Press, 2012) hlm. 17

-18

7 Ibid


(37)

26

anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan akhirnya ia dapat aktif didalam masyarakat.

 Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling bertukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik; menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama di tingkat internasional mondial, nasional, dan lokal.

 Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

 Memajukan kebudayaan: penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan wawasan masa lalu; perkembangan kebudayaan dengan memperluas horison seseorang, membangun imaginasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan esensinya.

 Hiburan: penyebarluaskan sinyal, simbol, suara, dan image dari drama , tari, kesenian, kesusastraan, musik komedi, olah


(38)

27

raga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok atau individu.

 Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu berkesempatan memperoleh berbagai besar yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain

d. Unsur-Unsur Komunikasi

Salah satu syarat untuk dapat berhasil dalam komunikasi adalah seberapa jauh adanya suatu kemungkinan berpengaruh yang dicapai oleh komunikasi. Ada beberapa unsure-unsure yang harus ada dalam berkomunikasi8 yaitu

1. Komunikator adalah individu ataupun yang mengambil parakarsa atau sedang mengadakan komunikasi dengan individu lain (khalayak).

2. Message (Pesan) adalah suatu kumpulan pola-pola dan isyarat atau symbol-symbol. Di dalam symbol atau isyarata itu sendiri mempunyai makna. Hanya saja terdapat kesepakatan antar manusia untuk memberikan makna pada symbol-simbol yang mereka pakai, hingga dapat berkomunikasi.

3. Channel (saluran) adalah alat-alat yang secara fisik menjadi tempat dimana sinyal ditransmisikan.


(39)

28

saluran utama adalah gelombang udara, gelombang radio, kabel telepon, sistem saraf, dan hal-hal lain yang sejenis.9

4. Komunikan adalah objek sasaran dari kegiatan komunikasi, yaitu bahwa hasil dari kegiatan itu idea atau gagasan dan pikiran komunikator akan diterima Komunikan/sasaran. Komunikan juga sering disebut

“receiver atau Decoder”.

5. Responn atau Feedback adalah transmisi reaksi balik dari penerima kepada pengirim. Model – model yang menekankan pada feedback adalah yang dipengaruhi oleh sibernetik (Cybernetics).10

2. Pacaran

1) Pengertian Pacaran

Bila kita melihat pertumbuhan fisik muda-mudi, maka kita mendapat kesan bahwa mereka mengalami pertumbuhan tinggi badan yang hebat. Muda-mudi, tidak hanya menyamai tinggi badan orang tua mereka, bahkan melebihinya. Kaum remaja secara fisik sudah terlihat dewasa dan ingin menyamai perbuatan-perbuatan orang dewasa. Pengaruh bacaan, majalah, Buku roman dan film menyebabkan muda-mudi meniru tingkah laku dan komunikasi yang di lakukan oleh orang dewasa dengan

mudah. Yang paling mudah ditiru justru berbau dengan “Cinta” yang

9John Fiske, “Pengantar Ilmu Komunikasi”; penerjemah Hapsari Dwiningtyas

(Jakarta:Rajawali Pers, 2012) hlm. 29

10 Ibid


(40)

29

banyak di ambil sebagai inti daripada film. Puncak peniruan ini terlihat dalam pergaulan antar pemuda-pemudi yakni “Pacaran”.

Pacaran (dating) adalah salah satu aktivitas yang banyak dijalani oleh remaja. Perkembangan psikologis pada masa remaja memungkinkan adanya ketertarikan terhadap lawan jenis dan keingin untuk membentuk hubungan yang lebih dari sekedar teman atau sahabat11.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadi dia sebagai pacar12.

2) Faktor-faktor Pacaran

Ada 2 aspek yang mempengaruhi ketertarikan antar remaja yang berpacaran yaitu: intimasi dan passion.13

1) Intimasi adalah hubungan yang akrab, intim, menyatu, saling percaya, dan saling menerima antar individu yang satu dengan individu yang lain.

2) Passion adalah terjadinya hubungan antar individu tersebut, lebih dikarenakan oleh unsur-unsur biologis seperti ketertarikan fisik atau dorongan seksual.

11Pritha Khalida, “Buku Cinta: Agar Kamu Lebih Tahu Apa Itu Cinta”,

(Jakarta : Bukune , 2010) hlm. 31

12

http://kbbi.web.id/pacar diakses tanggal 14 agustus 2016, 9:12 AM WIB

13Agoes Dariyo, “Psikologi Perkembangan Remaja”. (Bogor : Ghalia Indonesia : 2004)


(41)

30

Dengan adanya kedua faktor ini, maka para ahli menyebutnya sebagai masa percintaan atau pacaran yang romantic.

Jika sudah dalam tahap stastus berpacaran atau memiliki pasangan maka, ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam berpacaran,14 yaitu :

a. Umur

Factor umur sangat penting sekali. Semakin lanjut usia pemuda-pemudi, maka semakin matang pula cara berfikir dan bersikap. Taraf kematangan ini perlu supaya mereka dapat mempertimbangkan dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam hubungannya dengan batas-batas kesopanan. Semakin muda usianya, maka semakin sulit mempertimbangkan batas-batas kesopanan dan pembagian waktu. Umur yang terlalu muda untuk pacaran menyebabkan para muda-mudi kurang mampu dalam membatasi kesenangan diri, krang dapat membatasi diri dalam pembagian waktu belajar dan bermain. Dengan demikian umur yang cukup atau dewasa bisa mempertimbangkan sesuatu yang sertai kedislipinan diri dalam hal waktu belajar, bekerja, dan bermain serta dalam pembagian yang tepat antara tugas dan pergaulan.

b. Sifat Pacaran

Pergaulan bebas, sering dimulai dengan pergaulan yang biasa

di kenal dengan “Pacaran”. Banyak masayarakat yang menilai ketika

14 Singgih D. Gunarsa Y. Singgih D Gunarsa “Psikologi Untuk Muda-Mudi” (Jakarta : BPK


(42)

31

melihat sepasang remaja putra dan putri berjalan bersama, berboncengan bersama dan belajar bersama maka mereka disebut pacaran. Padahal sebetulnya ini hanya merupakan persahabatan atau perkenalan biasa.

Menurut Dr. Singgih Gunarsa dalam bukunya15, pergaulan demi usaha mengenal lebih mendalam perlu untuk menambah pengetahuan tentang pribadi-pribadi yang akan dihadapi kelak di masa dewasa. Dalam pacaran meliputi juga unsure lain, bukan sekar berkumpul untuk belajar akan tetapi ada unsure rasa senang dari suasana ketika bersama. Ada perasaan bergelora yang timbul ketika bertemu. Seolah-olah ada “arus listrik” pada kedua insane yang

berlainan jenis dan keadaan inilah yang disebut “pacaran”. Setiap

sentuhan, seolah-olah menimbulkan aliran listrik

c. Tingkat pacaran

Tidak terlalu banyak penjelasan tentang tingkat pacaran. Mungkin tingkat pacaran dapat dilihat bagaimana sepasang pemuda dan pemudi tersebut menjalaninya. Semakin dekat seseorang dengan lawan jenisnya maka seharusnya semakin waspada pula dengan tingkat kedekatannya. Seseorang harus memperkuat iman dan hati nurani ketika sudah menjalani hubungan yang disebut pacaran.


(43)

32

3) Pacaran dari sudut pandang Biopsikologis

Jika melihat pada factor biopsikologis, menurut Dr.Sawitri Supardi Sdarjoun,16 pacaran dipercaya sebagai manifestasi yang timbul akibat meningkatnya kebutuhan seksual pada usia remaja dengan pematangan fungsi seksual, yang ditandai dengan mestruasi pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki, kelenjar seks pn memproduksi hormone yang mempengaruhi munculnya dorongan dan kebutuhan seksual erotis. Kesadaran akan kebutuhan erotis dan seksual inilah yang kemudian mendorong rasa ingin tahu para remaja tentang seks dan seksualitas, yang diwujudkan dalam perilaku seksual yang wajar hingga menyimpang.

Perilaku yang dianggap wajar secara psikologi adalah pacaran sebatas dating dan sharing beberapa hal yang umum. Sementara, tindakan dikategorikan menyimpang apabila perilaku seksual ini diwujudkan dalam bentuk hubungan seksual pra-nikah. Apapun alasannya, melakukan hubungan seksual diluar ikatan pernikahan bisa menjadi indicator bahwa seseorang tergolong impulsive. Orang tersebut hanya meimikirkan kesenangan dan pemuasan kebutuhan sesaat, tanpa mempertimbangkan norma ataupun kesehatan.

16Pritha Khalida, “Buku Cinta: Agar Kamu Lebih Tahu Apa Itu Cinta”,

(Jakarta : Bukune , 2010) hlm. 37-38


(44)

33

Dr. Sawitri juga mengemukakan bahwa remaja yang mengenali seksualitasnya, menerima perilaku seksualnya serta sadar akan konsekuensinya, merupakan remaja yang mampu melangkah tangguh dalam proses pencarian identitas diri yang utuh. Saat ini atau nanti, ia akan mampu menjalin relasi yang intim dan sehat dengan rekan sejenis atau lawan jenis. Ini lebih baik dari pada yang mencoba mengabaikan ataupun mengalihkan perhatian dari masalah seksualitas yang sedang dihadapinya.

3) Fungsi Pacaran

Dari sudut pandang psikologis fungsi pacaran pada remaja sebagai berikut 17

Mendapatkan teman untuk menceritakan masalah

pribadi

Sadar atau tidak, terkadang ketika kita telah menginjak masa remaja, jarang sekali kita bercerita tengan masalah pribadi dengan orang tua kita. Karena ada rasa malu ketika kita ingin bercerita tentang masalah pribadi. Inilah mengapa salah satu factor remaja lebih memilih mencari

“seseorang” untuk bisa diajak berkeluh kesah tentang

masalah pribadi yang sedang dialaminya.

17Ibid.


(45)

34

Sebagai Hiburan

Remaja sering sekali disibukkan dengan rutinitas sekolah yang sangat padat dana terkadang waktu untuk menghibur diri sangatlah sedikit. Maka tak heran jika ada beberapa remaja yang mulai mencari pacara atau pasangan hanya untuk semata.

Meningkatkan Motivasi belajar

Tidak sedikit remaja saat ini yang memiliki hubungan special dengan lawan jenisnya sering mendapatkan motivasi belajar. Hal ini dikarenakan banyak remaja yang berasumsi bahwa ketika kita mempelajari sesuatu atau sedang belajar sebuah pelajaran yang sangat sulit dan saat itu disamping kita ada yang menyemangati untuk lebih maju lagi maka hal itu juga akan menaikkan motivasi belajar para remaja itu sendiri.

Membuktikan diri cukup menarik

Pernyataan bahwa “kita adalah sosok yang menarik”

adalah sebuah pembuktian bahwa remaja juga suka di beri pujian oleh orang lain. Maka dari itu banyak remaja sangat senang jika pasangannya memuji kecantikan atau kelebihan yang remaja tersebut miliki.


(46)

35

4) Perilaku yang mencemari Masa Pacaran

Meskipun masa pacaran merupakan episode yang sangat menyenangkan dan mungkin paling indah dalam kehidupan para remaja, namun periode ini juga merupakan masa paling kritis bagi mereka. Ada beberapa hal yang sering mencemari masa pacaran para remaja adalah sebagai berikut.18 a. Dorongan seksual

Para remaja umumnya memiliki dorongan seksual yang dahsyat sehingga perasaan sayang dan cinta dapat berubah menjadi nafsu birahi yang mendorong mereka melakukan hubungan seksual sebelum waktunya. Dorongan seksual sendiri sebenarnya wajar dan tidak perlu ditakuti, dihindari, atau ditekan sedemikian rupa, namun perlu pengelolaan yang tepat agar tidak menimbulkan masalah. b. Kecemaran

Salah satu masalah berat yang sering kali melanda masa pacaran para remaja adalah perbuatan atau tindakan berpacaran yang tidak senonoh sehingga melanggar kesopanan dan kesantunan. Kecemaran adalah mengotori atau menodai nama baik mereka sendiri oleh karena perilaku atau tindak-tanduk berpacaran yang tidak terpuji. c. Hawa nafsu

18

E.B.Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2009) hlm. 89


(47)

36

Banyak remaja yang tidak mampu mengekan desakan dorongan seksual mereka yang dahsyat dengan mengumbarnya setiap ada kesempatan. Akibatnya, sungguh mencengangkan, semakin banyak remaja yang harus berurusan dengan klinik-klinik aborsi untuk menggugurkan kandungan. Selain itu, longgarnya pengendalian hawa nafsu menyebabkan semakin banyak remaja yang telah terlibat hubungan seksual sebelum waktunya.

d. Mabuk-mabukan

Banyak remaja yang terlibat mabuk-mabukan ketika berpacaran. Dalam keadaan fly karena pengaruh alcohol, mereka tidak lagi memiliki moral yang jelas sehingga mendorong mereka bebas melakukan apa saja tenpa kendali. Mabuk-mabukkan merupakan perilaku memperhatikan yang semakin banyak melanda kaum remaja dewasa ini.

e. Pesta pora

Tidak kalah memperhatikan adalah perilaku sebagian remaja yang senang pesta pora menghambur-hamburkan uang ketika berpacaran.


(48)

37

f. Narkoba

Salah satu aspek yang sering mencemari pola berpacaran para remaja adalah narkoba. Dewasa ini kalangan remaja merupakan sasaran terbesar penggunaan narkoba. Berbagai dampak negative muncul akibat penggunaan narkoba oleh para remaja. Selian menjadi sumber berbagai penyakit, penggunaan narkoba di kalangan remaja juga menghancurkan masa depan mereka.

3. Gaya Pacaran

Banyak yang mengatakan bahwa gaya pacaran remaja saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Karena remaja saat ini sudah tidak bisa dikendalikan dan tidak sama dengan pemikiran oranng-orang tua dahulu. Namun, Sebenarnya ada dua gaya dalam pacaran yaitu 1) pacaran sehat 2) pacaran tidak sehat.

1) Gaya Pacaran Sehat

definisi gaya pacaran sehat menurut Iwan dapat dijelaskan sebagai berikut 19 Pacaran yang sehat adalah pacaran yang baik serta dapat dipengaruhi oleh 4 faktor antara lain sehat secara fisik, sehat secara psikis, sehat secara sosial, dan sehat secara seksual.

19


(49)

38

a. Sehat secara fisik.

Pasangan yang memiliki rasa sayang terlalu berlebihan terhadap kekasihnya justru dapat memicu hubungan tesebut menjadi tidak sehat. Karena terlalu sayang, terkadang seseorang bisa bersikap terlalu mudah cemburu terhadap pasangannya. Misalnya, apabila pasangannya memiliki hubungan pertemanan dengan lawan jenis lain, hal ini dapat membuatnya cemburu dan bisa saja terjadi suatu kekerasan terhadap pasangannya. Bisa hanya dicubit, tetapi bisa juga ditampar maupun dipukuli. Gaya pacaran seperti ini sudah bisa dikatakan tidak sehat karena telah menyakiti fisik pasangan.

b. Sehat secara psikis.

Setiap hubungan tentu harus disepakati oleh kedua pihak tanpa adanya pemaksaan kehendak satu sama lain sehingga dalam hubungan tersebut seseorang benar-benar bisa mendapatkan kenyamanan dan dapat membangun komitmen dengan baik, jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun hubungan, misalnya karena rasa kasihan, rasa tidak tega, dan lain-lain. Rasa keterpaksaan tersebut tentu telah masuk ke dalam kategori pacaran yang tidak sehat secara psikis.


(50)

39

c. Pacaran sehat secara sosial.

Sikap-sikap yang dilakukan dalam proses pacaran yang dapat dilihat masyarakat dengan baik disebut dengan pacaran sehat secara sosial. Sekarang ini banyak remaja yang tidak mengenal waktu dalam berpacaran, misalnya berkunjung kerumah pacar sampai larut malam. Hal tersebut tentu akan membuat pandangan masyarakat terhadap pasangan yang terpaut terlalu jauh juga sudah dapat dikategorikan sebagai gaya pacaran tidak sehat secara sosial.

d. Pacaran sehat secara seksual.

Dengan aktifitas seksual banyak remaja yang beranggapan bahwa untuk mengungkapkan rasa cinta dan rasa sayang harus dilakukan dengan aktifitas tersebut. Biasanya aktifitas seksual ini dimulai dari hal-hal kecil, tetapi lama-lama bisa merembet ke hal-hal yang lebih berbahaya secara seksual. Kalangan remaja biasa menyebut gaya pacaran yang tidak sehat secara seksual ini dengan kissing, necking, petting dan intercourse atau disingkat dengan istilah KNPI.

2) Gaya pacaran tidak sehat

Gaya pacaran tidak sehat (KNPI) merupakan singkatan dari kissing, necking, petting, intercourse. Tujuan para remaja


(51)

40

melakukan KNPI yaitu untuk menunjukan rasa cinta, yang sebenarnya dapat ditunjukan dengan beragam cara dan tidak harus dengan aktifitas seksual.20 Biasanya perilaku mencemaskan ini dimulai dengan berciuman (kissing) dengan pasangan, kemudian lama-lama berlanjut ke necking (mencium leher sampai meraba-raba tubuh). Jika sudah sampai ke tahap necking maka sangat mungkin untuk berlanjut ke petting (saling menggosok-gosokkan alat kelamin). Apabila telah melakukan petting maka biasanya aktivitas ini berlanjut pada tahap intercourse. Rangsangan yang dihasilkan oleh petting dapat menyebabkan motivasi yang sangat besar bagi pasangan untuk melakukan intercourse atau hubungan seksual. Dengan terjadinya intercourse, maka resiko terjadinya kehamilan akan sangat besar.21

a. Kissing

Ciuman adalah hal yang sudah umum dilakukan. Berciuman dengan bibir serta mulut yang terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang dimaksud dengan French kiss.

b. Necking

20

Widya T. Mira, It’s All About A-Z Tentang Sex. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010)

21Iwan, “Boleh Nggak Sih, Masturbasi ?”.


(52)

41

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang pada umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam.

c. Petting

Petting adalah merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangannya meskipun diluar atau di dalam pakaian termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang sampai ke daerah kemaluan.

d. Intercourse

Aktifitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Aktifitas ini yang paling membahayakan dan merugikan bagi yang melakukannya.

4. Remaja

Setiap orang pasti akan merasakan atau melewati masa remaja. Masa dimana kita akan merasakan banyak perubahan-perubahan dalam diri kita seperti perubahan bentuk tubuh dan perubahan emosi psikologi kita. Banyak yang mengatakan bahwa masa Remaja adalah masa-masa yang paling indah, masa-masa dimana seorang anak mulai belajar berkembang serta belajar betapa bahayanya kehidupan. Masa Remaja adalah masa transisi dimana seseorang akan mengalami perubahan dari anak-anak ke dewasa. Istilah asing yang menunjukan masa remaja antara


(53)

42

lain Preberteit, Adolescentia dan Youth. Dalam bahasa indonesia sering disebut Pubertas atau Remaja.22

Masa remaja dapat ditinjau sejak mulainya seoerang menunjukan tanda – tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya tinggi badan secara maksimal, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi.

Menurut WHO, definisi remaja di bagi mejadi 3 kriteria yaitu sebagai berikut :23

Remaja adalah suatu masa dimana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

Menurut para ahli menyimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.24

Dr.Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya menerangkan tahap-tahap perkembangan dalam kurun usia remaja menurut Petro Blos

22

Panut Panuju, Psikologi Remaja, (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1999) hlm 1

23Sarlito Wirawan Sarwono, “Psikologi Remaja”, (Jakarta : Rajawali Pers, 2003) hlm 9

24


(54)

43

(1962).25 Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja :

1. Remaja Awal (early adolescence) seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, ceat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang.

2. Remaja madya (middle adolescence) pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan "naratic", yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya.

3. Remaja akhir (late adolescence) tahap ini adalah masa konsolidasi nenuju periode dewasa dan ditanqi dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c) Terbentuk identitas seksual yang tidal akan berubah lagi

25Sarlito Wirawan Sarwono, “Psikologi Remaja”, (Jakart


(55)

44

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingam diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh "dinding" yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public)

B. Kajian Teori

1. Teori Interaksi Simbolik

Konsep Teori interaksi simbolik pertama kali dicetuskan oleh George Herbert Mead. Mead menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi tertentu.26 Sebagaimana dinyatakan oleh namanya, Teori Interkasi Simbolik menekankan pada hubungan antara symbol dan inteaksi. Sebenarnya nama

“Interaksi simbolik” bukanlah merupakan ciptaan mead namun Herbert

Blumer lah yang menciptakan nama tersebut dan mempublikasikannya. Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang individu dan interaksinya dengan masyarakat. Esensi Interaksi Simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri manusia, yakni komunikasi atau pertukaran symbol yang diberi makna. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangan ekpetasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang

26Richard West and Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi : Analisis Dan Aplikasi”

, (Jakarta : Salemba Humanika, 2008) hlm. 96


(56)

45

mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendiri yang menentukan perilaku manusia. Dalam konteks ini, makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan social memainkan perannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi social dan kekuatan social.

Menurut teori interaksi simbolik, kehidupan social pada dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan symbol-simbol, mereka tertarik pada cara manusia menggunakan symbol-simbol yang merepresentasikan apa yang meraka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang timbul dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlihat dalan interaksi social.27 Itulah mengapa Mead tertarik pada interaksi, dimana isyarat nonverbal dan makna dari suatu pesan verbal, akan mempengaruhi pikiran orang yang sedang berinteraksi. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat nonverbal (seperti body language, gerak fisik, baju, status, dll) dan pesan verbal (seperti kata-kata, suara, dll) yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting (a significant symbol).

Karya tunggal mead yang amat penting tertulis jelas di bukunya yang berjudul Mind, Self, dan society. Mead mengambil tiga konsep kritis

27Artur Asa Berger, “Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer”,

translate M. Dwi Mariyanto dan Sunarto (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2004) hlm. 14


(57)

46

yang diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun sebuah teori interaksionisme simbolik. Tiga konsep itu dan hubungan diantara ketiganya merupakan inti pemikiran mead, sekaligus khusus menjelaskan tentang bahasa, interaksi social dan refleksivitas.

a) Mind (pikiran)

Mead mendefinisikan pikiran (mind) sebagai kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dan Mead percaya bahwa manusia harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan orang lain. Bayi tidak dapat benar-benar berinteraksi dengan orang lainnya sampai ia mempelajari bahasa (language), atau sebuah sistem simbol verbal dan nonverbal yang diatur dalam pola-pola untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan dan dimiliki bersama. Bahasa tergantung pada apa yang disebut Mead segabai simbol signifikan (significant symbol), atau simbol-simbol yang memunculkan makna yang sama bagi banyak orang.28

b) Diri (self)

Mead mendefinisikan diri (self) sebagai kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain. Mead tidak percaya bahwa diri berasal dari introspeksi atau dari pemikiran sendiri yang sederhana. Bagi Mead, diri berkembang dari sebuah jenis pengambilan peran yang khusus-maksudnya,

28Richard West and Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi : Analisis Dan Aplikasi”

, (Jakarta : Salemba Humanika, 2008) hlm. 104-105


(58)

47

membayangkan bagaimana kita dilihat oleh orang lain. Meminjam konsep yag berasal dari seorang sosiologis Charles Cooley pada tahun 1912, Mead menyebut hal tersebut sebagai cermin diri (looking-glass self), atau kemampuan kita untuk melihat diri kita sendiri dalam pantulan dari pandangan orang lain. Pemikiran Mead mengenai cermin diri mengimplikasikan kekuasaan yang dimiliki oleh label terhadap konsep diri dan perilaku

c) Society (masyarakat)

Masyarakat, karenanya terdiri atas individu-individu, dan Mead berbicara mengenai dua bagian penting masyarakat yang memengaruhi pikiran dan diri. Pemikiran Mead mengenai orang lain secara khusus (particular others) merujuk pada individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita. Orang-orang ini biasanya adalah anggota keluarga, teman, dan kolega di tempat kerja serta supervisor. Kita melihat orang lain secara khusus tersebut untuk mendapatkan rasa penerimaan sosial dan rasa mengenai diri. Sedangkan orang lain secara umum memberikan menyediakan informasi mengenai peranan, aturan, dan sikap yang dimiliki bersama oleh komunitas. Orang lain secara umum juga memberikan kita perasaan mengenai bagaimana orang lain bereaksi kepada kita dan harapan sosial secara umum. Perasaan ini berpengaruh dalam mengembangkan kesadaran sosial. Orang lain secara umum dapat membantu dalam menengahi konflik yang


(59)

48

dimunculkan oleh kelompok-kelompok orang lain secara khusus yang berkonflik.29

Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang berkaitan dengan interaksi simbolik, dan tujuh asumsi-asumsi karya Herbert Blumer (1969) adalah sebagai berikut: Tiga tema konsep pemikiran Mead :30

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia 2. Pentingnya konsep diri, dan

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.

Dari tiga konsep tersebut, diperoleh tujuh asumsi karya Herbert Blumer (yang merupakan murid Mead ) yaitu :

a) Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka.

b) Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia. c) Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif.

d) Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.

e) Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku. f) Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan

sosial.

g) Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

29Ibid

, hlm. 108 30

Richard West and Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi : Analisis Dan


(60)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian

1. Profil Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di SMK Barunawati Surabaya, yang beralamat di Jalan Perak Barat No. 173 Surabaya, Kelurahan Perak Utara, Kecamatan Pabean Cantian. SMK Barunawati itu sendiri memiliki 4 Kompetensi keahlian yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Multimedia, dan Teknik Kominukasi Jaringan yang semua kompetisi keahlian tersebut sudah terakreditasi “A”.

SMK Barunawati juga memiliki luas lahan bangunan 1233 m2, 800 m2 Lapangan olahraga, 14 ruang kelas, dan 16 ruang penunjang lainnya. Pada tahun ajaran 2015/2016, Jumlah siswa yang duduk di kelas 10 ada sekitar 345 siswa, siswa yang duduk dikelas 11 ada sekitar 308 siswa, dan sedangkan untuk siswa yang duduk dikelas 12 ada sekitar 376 siswa. Jadi, jumlah keselurahan siswa dan siswi SMK Barunawati pada tahun ajaran 2015/2016 ini berjumlah 1029 siswa. Jumlah guru yang menjadi fasilitator di SMK Barunawati ada sebanyak 52 guru.

a. Profil sekolah

1. Nama Sekolah : SMK Barunawati 2. No Statistik Sekolah : 344 05 600 2044


(61)

50

4. Otonomi Daerah : Pemkot Surabaya

5. Kecamatan : Pabean Cantian

6. Desa/Kelurahan : Perak Utara

7. Jalan dan Nomor : Jalan Perak Barat 173. Surabaya

8. Kode Pos : 60165

9. Telepon : (031) 3291312

10.Faxcimile / Fax : (031) 3291312

11.Website : smkbarunawati-sby.sch.id

12.Email : smkbarunawatisurabaya@yahoo.co.id

13.Kepala Sekolah : Subiyanto, S.Pd, MM

14.Jumlah Guru : Total 52

15.Daerah : Perkotaan

16.Status Sekolah : Swasta 17.Kelompok Sekolah : Inti

18.Akreditasi : Terakreditasi “A”

19.Surat Keputusan / SK : 421.03./74/108.09/2002 20.Sertifikasi ISO : 9001:2008

21.Tahun Berdiri : 1987

22.Kegiatan Belajar Mengajar: Pagi dan Siang 23.Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

24.Lokasi Sekolah : Wilayah Pelabuhan Tanjung Perak 25.Jarak ke Pusat Kecamatan : 1 Km


(62)

51

27.Terletak pada Lintasan : Kabupaten Kota

28.Perjalanan / Perubahan Sekolah : Terdaftar Th. 1988 s.d Th. 1989. Diakui Th. 1989 s.d Th. 1996 Disamakan Th. 1997 s.d Th 2002

Terakreditasi “ A” Th 2002 s.d sekarang

29.Organisasi Penyelenggaraan : Yayasan Barunawati Biru Surabaya ( YBBS )

b. Visi dan Misi Sekolah

VISI : Sekolah berkualitas, berwawasan global berkarakter entrepreneur dan religius.

MISI :

1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.

2. Meningkatkan kualitas integritas melalui pembinaan karakter interpreneur dan religius.

3. Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dalam pengelolaan dan pelayanan.

4. Memperkuat institusi pasangan dengan DU/DI baik dalam proses pembelajaran maupun tamatan siswa.


(63)

52

c. Logo SMK Barunawati

Gambar 3.1 Logo Sekolah SMK Barunawati

d. Data siswa tahun ajaran 2015/2016 Per-Tingkat

Tabel 3.1 Data siswa tahun ajaran 2015/2016 Kompetensi

Keahlian

SISWA

R

ombel

Tk.1

R

ombel

Tk. 2

R

ombel

Tk.3

R

ombel

Tk.4 Total Siswa

L P L P L P L P L+P

Akuntansi 4 2 131 3 4 110 3 7 110 - - - 364

Administras i

Perkantoran

2 3 85 2 4 74 3 4 96 - - - 263

Multimedia 2 59 22 2 52 25 3 65 38 - - - 261

Teknik Komputer Dan Jaringan

1 38 5 1 33 6 2 49 7 - - - 138


(64)

53

e. Data Siswa Menurut Agama dan Umur

Agama JUMLAH SISWA

Tk. 1 Tk. 2 Tk. 3 Tk. 4

Islam 339 279 371 -

Protestan 5 14 1 -

Katolik 1 5 4 -

Hindu - - -

Budha - - -

Konghucu - - -

TOTAL 345 308 376 -

Tabel 3.2 Data Siswa Menurut Agama Tahun Ajaran 2015/2016

f. Kepala Sekolah dan wakil kepala sekolah Kepala Sekolah : Subiyanto, S.Pd, MM Wakil kepala sekolah : Drs. Putut Dwi Djatmoko g. Latar Belakang Ekonomi Siswa

Ekonomi Orang Tua Siswa

JUMLAH SISWA

Tk.1 Tk. 2 Tk.3

Pra-sejahtera 1 (Miskin) 172 119 221

Menengah & Sejahtera 173 189 155

TOTAL 345 308 376

Tabel 3.3 Data Latar Belakang Ekonomi Siswa SMK Barunawati

2. Profil Informan

Peneliti memilih subjek dengan teknik purposive sampling dimana peneliti telah membuat kriteria atau kategorisasi tentang jenis subjek yang layak dijadikan sample.

a) Siswa yang masih dalam kategori remaja yaitu 14-20 tahun b) Sudah pernah merasakan pacaran


(65)

54

c) Subjek memiliki kemampuan komunikasi secara verbal dan nonverbal dengan baik

d) Bersekolah di SMK Barunawati

Subjek terdiri dari 10 siswa SMK Barunawati Surabaya 1) Informan 1

PA adalah seorang siswa yang masih duduk di bangku smk tepatnya di kelas 11 jurusan multimedia. Dia bertempat tinggal di daerah simokerto surabaya. Remaja ini memiliki pengalaman pahit ketika pertama kalinya dia pacaran. Dia pernah mempunyai seorang pacar pertama, namun jalan cintanya tak bertahan lama. Dan hingga saat ini remaja ini masih belum mencoba lagi untuk menjalin asmara kembali.

2) Informan 2

RS adalah seorang siswa yang masih duduk dibangku kelas 12 smk. Remaja yang bertempat tinggal di jalan johor Surabaya ini mengambil jurusan akutansi disekolahnya. Remaja ini mempunyai pengalaman menjalin asmara yang bisa dibilang langgeng. dia menjalin asmara selama dua tahun dengan pasangannya. Dan masih bertahan hingga saat ini.

3) Informan 3

ST adalah seorang siswa yang masih duduk di kelas 12. Remaja ini mengambil jurusan admistrasi perkantoran. Sejak


(66)

55

SMP, siswa ini sudah mencoba berpacaran. Terhitung hingga saat ini ST sudah tiga kali berpacaran.

4) Informan 4

YL adalah seorang siswi smk yang mengambil jurusan administrasi perkantoran. Remaja ini masih duduk di kelas 12 dan Merupakan teman sekelas informan 3. Hingga saat ini, YL sudah dua kali menjalin cinta.

5) Informan 5

MW merupakan siswa kelas 11 jurusan teknik komputer dan jaringan. MW bertempat tinggal tak jauh dari sekolah yang lebit tepatnya berada di daerah perak. Remaja ini memiliki pengalaman pertama dalam berpacaran. Dan hingga saat ini ia masih menjaga hubungan tersebut.

6) Informan 6

AN adalah siswi kelas 11 yang mengambil jurusan akuntasi. Remaja ini bertempat tinggal di daerah benowo Surabaya. AN memiliki pengalaman baru tentang pacaran. Sudah menjalin cinta dengan pacarnya selama 5 bulan hingga sekarang.

7) Informan 7

RM juga siswa SMK yang mengambil jurusan multimedia yang masih duduk di kelas 11. RM merupakan pacar dari informan 6. Remaja ini bertempat tinggal tak jauh dari rumah informan 6 yaitu daerah tandes Surabaya.RM sudah dua kali menjalin cinta


(67)

56

dengan lawan jenisnya. Dan sekarang masih punya pacar yaitu informan 6.

8) Informan 8

SA adalah siswa kelas 12 yang mengambil jurusan multimedia yang sudah masih sekali merasakan berpacaran. Sampai saat ini

dia masih belum nyaman dengan status “berpacaran” dengan

kekasihnya tersebut. 9) Informan 9

VG adalah siswi remaja yang masih duduk dikelas 12. VG merupakan teman dari informan 8 yang juga mengambil jurusan multimedia.

10)Informan 10

VA adalah siswi remaja yang juga masih duduk dikelas 12. VA juga merupakan teman dari informan 9 dan informan 8 yang juga mengambil jurusan multimedia. VA memiliki kekasih yang juga merupakan anak band.

B. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara yang berpedoman pada pertanyaan/teknik wawancara dan obeservasi langsung oleh peneliti yang turun ke lokasi penelitian dengan tujuan agar peneliti dapat secara langsung mendapatkan informasi dari informan dan dokumentasi secara langsung hingga mempermudah peneliti untuk menganalisa hasil penelitian.


(1)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti mengenai “Komunikasi Gaya Pacaran pada Siswa” yang telah dilakukan oleh peneliti dan sudah dibahas diatas, maka disini peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Adanya komunikasi verbal yang biasa dipakai oleh siswa ketika

berpacaran.

a) Pertama, panggilan sayang antar pasangan. Panggilan sayang adalah sebuah julukan yang biasanya dipakai oleh sepasang kekasih dan ditujukan untuk menunjukan rasa sayang yang dimiliki oleh antar pasangan. Hal ini sangat maklum pada setiap orang memiliki pasangan tak terkecuali para siswa yang memiliki kekasih. Panggilan sayang ini biasanya sudah disepakati oleh masing-masing pasangan.

b) Kedua, sebagai tempat curhat antar pasangan. Setiap pasangan punya ceritanya masing-masing dan punya masalah yang berbeda-beda. Hal ini juga merupakan factor utama mengapa kebanyakan pasangan bisa sangat terbuka ketika berada di dekat kekasih mereka tak terkecuali dengan pasangan siswa saat ini.


(2)

79

berhubungan dengan pasangan mereka. Dimulai dari pendekatan atau PDKT hingga mengutarakan perasaan masing-masing juga mereka lakukan dengan social media. beberapa macam social media yang selalu digunakan para siswa yang biasanya untuk berkomunikasi antar pasangan yaitu, BBM (Blackberry Massager), WA (WhatsApps), Line, Path, Kakao Talk, Ask.Fm, Snapchat, Periscope dan masih banyak lagi social media yang dapat digunakan.

2. Adanya komunikasi Non-verbal yang digunakan dalam gaya pacaran siswa.

a) Pertama, mengungkapkan perasaannya lewat sebuah perhatian yang lebih. Perhatian yang lebih sudah biasa dilakukan oleh kebanyakan orang yang memiliki pasangan tak terkecuali dengan para siswa. banyak diantara mereka yang sering memberikan sebuah perhatian lebih untuk pasangannya.

b) Kedua, melakukan aktifitas fisik bersama pasangan.

Aktifitas fisik ini juga bisa disebut dengan aktifitas romantis. Ada beberapa aktifitas fisik yang dilakukan oleh siswa ketika berpacaran yaitu Bergandengan tangan , Berpelukan/Memeluk, Berciuman. Ada juga yang tidak suka dengan kontak-kontak fisik yang seperti ini ketika bertemu dengan pasangan mereka.


(3)

80

3. Pikiran (mind) sebagai kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dan Mead percaya bahwa manusia harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan temuan yang ditemukan oleh peneliti tentang alasan mengapa siswa saat ini ingin melakukan dan merasakan bagaimana menjalin cinta atau hubungan orang yang special buat kita.

4. Gaya pacaran siswa diSMK barunawati masih memiliki gaya pacaran yang wajar. Dimana banyak informan yang masih tidak ingin melakukan hal-hal aneh-aneh yang dapat hal yang aneh-aneh diluar batas dan norma yang sudah ditentukan.

5. Rekomendasi / Saran

Selanjutnya agar penelitian ini dapat membuahkan hasil sebagaimana penulis harapkan, maka saran dari peneliti diharapkan dapat menjadi masukan atau sebagai bahan pertimangan oleh pihak-pihak terkait. Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Siswa/Pelajar Remaja,

Sebaiknya selalu menerapkan pacaran sehat yang tidak melebihi norma-norma yang berlaku. Atau sebaiknya tidak melakukan pacaran diusia dini. tidak terpengaruh dengan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja. Dan selalu menjauhi zina dan penyebab zina seperti pacaran dan seks bebas. Allah Berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Isra’ Ayat 32 sebagai berikut :


(4)

81

“dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Qs : Al Isra’ ayat 32)

2. Orang Tua,

Diharapkan bisa memantau kegiatan anak disekolah maupun dirumah. Tidak membiarkan anak untuk membebaskan pergaulan yang tidak sehat seperti mengizinkan pacaran di usia yang belum cukup umur. Sebaiknya orangtua juga dapat membatasi pergaulan anak agar anak tidak sampai terjerumus di dalam lubang hitam pergaulan bebas.

3. Guru/Pendidik

Di harapkan guru atau pendidik dapat memantau anak didiknya untuk menjadi siswa yang baik. Mecegar anak didiknya untuk tidak melakaukan hal-hal yang dilarang oleh allah serta tidak melanggar aturan dan norma-norma yang berlaku.


(5)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharmisi. 2002. “Prosedur Penelitian” Jakarta : PT. Rineka Cipta Berger, Artur Asa. 2004, “Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer”,

translate M. Dwi Mariyanto dan Sunarto Yogyakarta : Tiara Wacana

Dariyo, Agoes. 2004, “Psikologi Perkembangan Remaja”. Bogor : Ghalia

Indonesia

Effendi, Onong Uchjana. 1985. “Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung : Remaja Karya

Effendi, Onong Uchjana. 1986. “Dinamika Komunikasi”, Remaja karya : Bandung

Fiske, John. 2012. “Pengantar Ilmu Komunikasi”; penerjemah Hapsari

Dwiningtyas Jakarta : Rajawali Pers

Gunarsa , Singgih D. Y. Singgih D Gunarsa. 2004. “Psikologi Untuk Muda-Mudi

Jakarta : BPK Gunung Mulia

Hardjana, Agus M. 2003, “Komunikasi Interpersonal dan Interpersonal”, Yogyakarta : Kanisius

Hikmat, Mahi M. 2011. “Metode Penelitian dalm Perspekstif Ilmu Komunikasi dan sastra” Yogyakarta : Graha ilmu

Iwan. 2010. “Boleh Nggak Sih, Masturbasi ?”Yogyakarta : CV Andi Offset Khalida, Pritha. 2010. “Buku Cinta: Agar Kamu Lebih Tahu Apa Itu Cinta”,

Jakarta : Bukune

Mira, Widya T. 2010. It’s All About A-Z Tentang Sex. Jakarta : PT Bumi Aksara Moleong, Lexy J. 2014. “Metode Penelitian Kualitatif” Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya Bandung

Mudjiono, Yoyon. 2012. “Pengantar Ilmu Komunikasi”, Surabaya : Jaudar Press Mulyana, Deddy. 2004. “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung :

Rosdakarya


(6)

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2003 .“Psikologi Remaja”, Jakarta : Rajawali Pers Surbakti. 2009 . “Kenalilah Anak Remaja Anda”, Jakarta : PT. Elex Media

Komputindo

Susanto , Astrid S. 1976 .“Filsafat Komunikasi”, Bulan Bintang : Jakarta

West , Richard and Lynn H. Turner. 2008. “Pengantar Teori Komunikasi :

Analisis Dan Aplikasi”, Jakarta : Salemba Humanika

Website

https://rumaysho.com/165-cinta-bukanlah-disalurkan-lewat-pacaran.html diakses tanggal 14 agustus 2016 8:50 WIB

https://m.tempo.co/read/news/2012/06/06/174408718/kpai-pacaran-pertama-anak-indonesia-umur-12-tahun diakses tanggal 14 agustus 2016 7:15 WIB

https://m.tempo.co/read/news/2012/06/06/174408718/kpai-pacaran-pertama-anak-indonesia-umur-12-tahun diakses tanggal 14 agustus 2016 7:15 WIB


Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25