PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III IBNU MAS’UD MI NURUL YAQIN SURABAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE SEND A PROBLEM.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

SITI AMINAH

NIM. D07212061

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JUNI 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Siti Aminah. 2016. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III Ibnu Mas’ud MI

Nurul Yaqin Surabaya Melalui Model Kooperatif tipe Send A Problem.

Kata Kunci : Keterampilan Membaca Pemahaman, Model Kooperatif tipe

Send A Problem, Bahasa Indonesia

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan membaca pemahaman siswa yang rendah pada pelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan membaca pemahaman yang rendah memberikan dampak sulitnya mencapai tujuan pembelajaran bagi pelaku pendidikan. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami kosakata menjadi kalimat bermakna, selain itu siswa mengalami kesulitan membuat petanyaan dengan memandu bacaan. Untuk meningkatkan hasil keterampilan membaca siswa, diambil tindakan pembelajaran melalui model

Kooperatif tipe Send A Problem yang dilakukan dalam 2 siklus.

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat keterampilan membaca pemahaman sebelum diterapkan model Kooperatif tipe

Send A problem pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin?. 2) bagaimana

penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya?. 3) Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia melalui model Kooperatif tipe Send A Problem pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud Kelas III

MI Nurul Yaqin Surabaya?

Penelitian merupakan ini dilakukan dengan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewwin yang dalam satu siklus terdiri dari empat komponen, meliputi: Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tekni pengumpulan data yang digunakan yakni: Wawancara, observasi, dan penilaian non tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keterampilan pembaca pemahaman siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya mash tergolong rendah. Hal ini dapat dilihihat darirata-rata nilai ulangan yang merujuk pada keterampilan membaca siswa yakni 50,5 dengan ketuntasan 48%. (2) Penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem pada keterampilan membaca pemahaman siswa dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi guru pada siklus I adalah 75% (baik) meningkat menjadi 92,5% (sangat baik). Peningkatan ini juga terjadi pada observasi keaktifan siswa pada siklus I yakni 72.5% (baik) meningkat menjadi 95% (sangat baik) pada siklus II. (3) Adanya peningkatan proses pembelajaran berdampak pula pada peningkatan kinerja dan produk siswa. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 74,87 menjadi 88,1 pada siklus II yang secara klasikalnya sudah tuntas. Begitu pula persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 48% menjadi 93% pada siklus II dengan katagori sangat baik.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v

NOTA PEMBIMBING ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR RUMUS ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tindakan yang Dipilih ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Lingkup Penelitian ... 7


(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Membaca ... 10

1. Pengertian Membaca ... 11

2. Tujuan Membaca ... 12

3. Aspek-Aspek Membaca ... 13

4. Tahap-Tahap Membaca ... 14

5. Ragam Membaca ... 16

B. Keterampilan Membaca Pemahaman ... 19

1. Pengertian Membaca Pemahaman ... 19

2. Proses Membaca Pemahaman ... 20

3. Tingkatan Dalam Membaca Pemahaman ... 21

4. Aspek-Aspek Membaca Pemahaman ... 22

5. Penilaian Membaca Pemahaman ... 22

6. Indikator Dalam Peningkatan Membaca Pemahaman ... 23

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 25

1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 25

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 26

D. Materi Mengajukan dan Menjawab Pertanyaan ... 28

1. Pengertian Kalimat Tanya ... 28

2. Macam-Macam Kalimat Tanya... 29

E. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Send A problem ... 30


(9)

2. Kekurangan dan kelebihan Model Kooperatif tipe Send A Problem

……. ... 32

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Tindakan Kelas ... 34

B. Setting dan Subjek Penelitian ... 37

C. Variabel yang Diteliti ... 38

D. Rencana Tindakan ... 38

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Indikator Kinerja ... 51

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah ... 53

B. Hasil Penelitian ... 54

1. Hasil Pra Siklus ... 55

2. Hasil Siklus I ... 57

3. Hasil Siklus II ... 63

C. Pembahasan ... 69

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 76


(10)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... RIWAYAT HIDUP ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi untuk mengekpresikan perasaan dan pikiran. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI meliputi empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek keterampilan atau kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan.

Pengajaran bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam kurikulum sekolah. Hal itu disebabkan karena bahasa Indonesia memiliki peran penting yang menjadi media utama dalam penyampaian di berbagai bidang pelajaran yang lainnya. Bahasa Indonesia selain sebagai bahasa resmi nasional yang diakui secara internasional menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar umum dalam proses pembelajaran sekolah.1

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar membaca. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masamendatang.

1


(12)

Pengertian dari membaca sendiri adalah proses pengelolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan itu. Ada dua aspek keterampilan membaca yaitu keterampilan yang bersifat mekanis dan bersifat pemahaman. Keterampilan mekanis meliputi: pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik dan pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi. Keterampilan yang bersifat pemahaman meliputi: memahami pengertian sederhana, memahami makna, penilaian dan kecepatan membaca yang fleksibel.2

Membaca pemahaman merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, serta memperoleh hiburan. Kegiatan membaca adalah suatu proses interaksi antara pembaca dengan penulis melalui karyanya sehingga, kemampuan memahami teks atau buku merupakan kemampuan mutlak. Banyak informasi direkam dan dikomunikasikan melalui media tulis. Oleh karena itu, membaca memahami merupakan bekal dan kunci keberhasilan peserta didik dalam menjalani proses pendididikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan peserta didik melalui aktifitas membaca. Ilmu yang dipelajari peserta didik tidak hanya didapat dari proses belajar mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi bagian penting dalam penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

2


(13)

Membaca merupakan proses berfikir, untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya. Kemudian pembaca membuat simpulan yang terdapat dalam bacaan. Untuk itu pembaca harus mampu berfikir secara sistematis, logis dan kreatif. Sehingga pembaca dapat menilai bacaan. Kegiatan menuntut kemampuan berfikir kritis3.

Peningkatan kemampuan berfikir memalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa bisa meningkatakan kemampuan berfikirnya yang dapat merangsang siswa berfikir seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana. Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca. Guru memegang peran penting dalam membimbing para siswa agar mampu menguasai kegiatan-kegiatan dalam membaca. Guru bisa melatih siswa terbiasa memusatkan perhatiannya dengan memberikan bacaan yang memnjadi minat mereka. Tanpa perhatian yang penuh ketika membaca, siswa sulit mendapatakan sesuatu dari bacaan.motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk memusatkan perhatian pada bacaan.

Membaca hendaknya memiliki tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki tujuan. Tujuan yang diharapkan dari

3


(14)

kegiatan membaca pemahaman adalah agar siswa mampu mengungkapkan ide atau gagasan, pendapat dan pengetahuan secara tertulis serta dapat dijadikan suatu hobi yang positif. Serta siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman yang lebih baik lagi. Dalam kaitannya, Salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman membaca siswa yakni perkembangan kosakata dan pembelajaran, membuat pertanyaan untuk memadukan membaca.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain yakni berbicara, menulis maupun menyimak. Terutama rendahnya keterampilan membaca pemahaman pada materi mengajukan dan menjawab pertanyaan yang terjadi di kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya. Hal ini disebabkan karena kurang memahami kosakata menjadi kalimat bermakna, masih kesulitan membuat pertanyaan dengan memandu bacaan. Selain itu, faktor pada diri siswa yakni kurang percaya diri, siswa kurang aktif dalam pembelajaran serta siswa mudah bosan terhadap buku yang mereka baca.4

Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin. Bahwa dari jumlah 32 siswa kelas III, 27 siswa nilainya masih di bawah KKM, sedangkan hanya 5 siswa yang nilainya memenuhi KKM dengan criteria ketuntasan minimal yaitu 75 pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

4

Siti Syukrillah, Guru bahasa Indonesia kelasIII Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya,


(15)

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, masalah mendasar yang membuat hasil pembelajaran bahasa Indonesia rendah karena pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran yakni pendekatan konvesional. Kurang variasi dalam pembelajaran membuat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Sebagai upaya, untuk menunjang ketercapainya keterampilan membaca pemahaman yang lebih baik lagi, maka peran guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Ada beberapa strategi maupun model pembelajaran membaca, yang dapat diterapkan. Peneliti memilih menggunakan model KooperatiftipeSend A Problem.Hal ini dikarenakan sendorong siswa menjadi lebih aktif dan pemahaman siswa terhadap suatu bacaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu serta memotivasi siswa terhadap suatu bacaan. Model Kooperatif tipe Send A Problem membantu peserta didik berfikir krisis dan bertindak kreatif.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah peningkatan penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III Ibnu Mas’ud. Dengan demikian penelitian ini berjudul Peningkatan Keterampilan

Membaca Pemahaman pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III

Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya Melalui Model Kooperatif tipe


(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat keterampilan membaca pemahaman sebelum diterapkan model Kooperatif tipe Send A Problem pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya?

2. Bagaimana penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IIIIbnu Mas’udMI Nurul Yaqin Surabaya? 3. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pemahaman mata

pelajaran bahasa Indonesia melalui modelKooperatiftipeSend A Problem pada siswa kelas IIIIbnu Mas’udMI Nurul Yaqin Surabaya?

C. Tindakan yang Dpilih

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam peningkatan keterampilan membaca pemahaman kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaranKooperatiftipeSend A Problem.

Melalui model Kooperatiftipe Send A Problem, memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih keaktifan dan sikap percaya diri siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan. Disamping itu, melatih siswa untuk memahami kata-kata dalam mengembangkan kosa kata menjadi kalimat tanya bermakna. Dengan model Kooperatif tipe Send A Problem, diharapkan


(17)

keterampilan membaca pemahaman siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat keterampilan membaca pemahaman sebelum diterapkan model Kooperatif tipe Send A Problem pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya

2. Mengetahui penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IIIIbnu Mas’udMI Nurul Yaqin Surabaya 3. Mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman mata

pelajaran bahasa Indonesia melalui modelKooperatiftipeSend A Problem pada siswa kelas IIIIbnu Mas’ud MI Nurul Yaqin.

E. Lingkup Penelitian

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak menimbulkan meluasnya pembahasan, maka perlu dibatasi masalah-masalah yang dibahas. Adapun ruang lingkup pembahasannya sebagai berikut:

1. Ruang lingkup kajian dari segi bidang studi hanya difokuskan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya semester genap tahun ajaran 2015-2016, dengan Kompetensi Dasar:


(18)

Standar Kompetensi Kompetensi dasar 7. Memahami teks dengan

membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi

7.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks ajak panjang (150-200 kata) yang dibaca secara intensif.

2. Subyek penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud semester genap tahun ajaran 2015-2016 di MI Nurul Yaqin Surabaya. 3. Materi mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan memahami teks

bacaan cerita rakyat.

4. Menggunakan model pembelajaran Kooperatiftipe Send A Problemuntuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya.

F. Manfaat Penelitan

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat bagi siswa:

Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan baik, serta siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti proses belajardan dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui model KooperatiftipeSend A Problem.


(19)

Guru mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam mengembangkat perangkat pembelajaran dengan beberapa pendekatan. Salah satunya dengan model Kooperatif tipe Send A Problem untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.

3. Manfaat bagi sekolah:

Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan dan pelatihan bagi guru-guru agar menggunakan model Kooperatif tipe Send A Problem.untuk diterapkan pada mata pelajaran lain.

4. Manfaat bagi masyarakat:

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan pendidikan.

5. Manfaat bagi peneliti:

Peneliti memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman baru dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan.


(20)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Keterampilan Membaca

Menurut kamus besar Indonesia, keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cetakan. Keterampilan sendiri diartikan sebagai suatu kecakapan untuk menyelesaikan tugas.1

Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromunscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.2

Menurut Reber dalam Muhibbin, keterampilan adalah kemampuan menentukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejewantahan fungsi-fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas sehingga sampai pada mempengaruhi dan mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap sebagai seorang yang terampil.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan

1

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1688 2

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), 119

3


(21)

adalah kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang tersusun secara teratur yang dapat mengubah kemampuan peserta didik ke tingkatan yang lebih tinggi untuk mencapai hasil tertentu.

1. Pengertian Membaca

Menurut Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.4

Dalman mengemukakan bahwa membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Kegiatan membaca ini sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterprestasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis agar pembaca menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi.

Rahim mengemukakan bahwa keterampilan membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, membaca mencangkup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca krisis, dan pemahaman kreatif. 5

Dari pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses berfikir yang termasuk di dalamnya memahami, menuliskan kembali,

4

Tarigan, Membaca sebagai suatu Keterampilan…, 11. 5


(22)

memceritakan menafsirkan arti dari lambang-lambang tertulis dengan melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin dan ingatan. Membaca tergantung pada kondisi fisik dan mental pembaca, agar dapat memaknai tulisan dan memperoleh informasi secara optimal.

2. Tujuan Membaca

Tarigan mengemukakan bahwa tujuan membaca adalah memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, memperoleh ide-ide utama, mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita, membaca untuk menyimpulkan, mengelompokkan atau mengklasifikasi, menilai dan mengevaluasi , serta memperbandingkan atau mempertentangkan. Dari uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa tujuan membaca yang paling utama adalah memperoleh informasi. Setalah informasi diperoleh pembaca akan melakukan tindak lanjut yang dapat berupa kegiatan menyimpulkan, menilai, membandingkan, membuat pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari isi bacaan tersebut6

Menurut Dalman, terdapat banyak tujuan membaca. Dalam hal ini, tujuan tersebut bergantung pada kepentingan dan bahan bacaan yang dihadapi setiap orang. Pada dasarnya, tujuan seseorang membaca itu tidak lain untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya dan untuk dan untuk kesenangan semata.tujuan membaca yang jelas akan dapat meningkatkan pemahaman seseorang terhadap bacaan. Tujuan membaca erat hubungannya dengan keterampilan membaca seseorang. Oleh sebab itu, seorang pembaca yang

6


(23)

mempunyai tujuan yang jelas akan mudah memahami isi bacaan, karena ia akan berfokus terhadap tujuan yang ingin dicapai.7

3. Aspek-Aspek Membaca

Menurut Tarigan secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order) aspek ini mencangkup:

1) Pengenalan bentuk huruf;

2) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain);

3) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi

(kemampuan menyuarakanbahan tertulis atau “to bark at

print”) ;

4) Kecepatan membaca ke taraf lambat.

b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencangkup:

1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, grametikal, retorikal);

7


(24)

2) Memahami signifikan atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca);

3) Evaluasi atau penilaian (isi,bentuk);

4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.8

4. Tahap-Tahap Membaca

Dalam kegiatan membaca terdapat tiga tahap yakni tahap prabaca, saat baca, pasca baca. Tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan prabaca

Guru yang efektif harus mampu mengarahkan siswa kepada topik pelajaran yang akan dipelajari siswa. Menurut Burns menyatakan, kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Untuk menjadi pembaca yang sukses, siswa harus memiliki konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahasa bicara dan bahasa tulis. Siswa juga membutuhkan kosakata dan pola kalimat yang umumnya tidak ditemukan dalam bahasa lisan dan dengan gaya menulis yang berbeda. Gruber mengemukakan beberapa teknik yang bisa dilakukan guru untuk mengaktifkan skema siswa melalui kegiatan prabaca. Kegiatan yang dimaksud ialah membuat prediksi seperti yang dikemukakan berikut ini:

8


(25)

1) Guru membaca judul bacaan dengan nyaring kemudian memperkenalkan para pelaku dengan menceritakan nama-nama mereka dan beberapa pelaku, para tokoh, akhirnya guru menyuruh siswa memprediksi kelanjutan cerita

2) Kegiatan memprediksi untuk menceritakan minat siswa pada bacaan dengan menggunakan teknik prediksi kegiatan prabaca yang dilakukan ialah membaca nyaring beberapa halaman dari sebuah buku. Kegiatan ini, membangkitkan rasa ingin tahu dan minat kepada buku tersebut.

3) Kegiatan lain yang mencangkup dalam kegiatan prabaca ialah menggunakan berbagai stimulus untuk mempertahankan perhatian siswa pada pelajaran. Pada kegiatan ini guru harus berusaha menggunakan berbagai cara dengan menggunakan media suara yang bervariasi dan gerak-gerak.

b. Kegiatan saat baca

Setelah kegiatan membaca, kegiatan berikutnya ialah kegiatan saat baca (during reading). Rubin menjelaskan bahwa secara literal (harfiah), metakognisi ialah kegiatan berfikir kritis, yang merujuk pada pengetahuan siswa tentang proses kognitif mereka sendiri. Apabila diaplikasikan pada membaca, pembaca merupakan pembelajaran yang aktif dan konsumen informasi. c. Kegiatan pascabaca


(26)

Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam schemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Strategi yang dapat digunakan pada tahap pascabaca adalah belajar memberikan pertanyaan, menceritakan kembali dan prestasi visual.9

5. Ragam Membaca

Menurut Aminuddin ragam membaca secara keseluruhan berjumlah 7 jenis ragam membaca. Ketujuh jenis ragam membaca tersebut yaitu:

a. Membaca dalam hati

Membaca dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bacaan secara diam atau dalam hati. Membaca dalam hati merupakan kegiatan membaca yang berusaha memahami keseluruhan fisik bacaan secara mendalam sambil menghubungkan isi bacaan itu dengan pengalaman maupun pengetahuan yang demilikian tanpa diikuti gerak lisan maupun suara.

b. Membaca cepat

Membaca cepat adalah membaca yang dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi bacaan secara garis besar. Membaca pemahaman dapat menggunakan jenis

9


(27)

membaca cepat untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai isi teks melalui membaca pemahaman dalam waktu terbatas.

c. Membaca teknik

Membaca teknik hampir sama dengan membaca keras. Pembelajaran membaca teknik meliputi pembelajaran membaca dan pembelajaran membacakan. Membaca teknik lebih formal, mementingan kebenaran pembaca serta ketepatan intonasi dan jeda. Dengan mengacu pada pelafalan yang standar, kegiatan membaca teknik langsung memasuki kegiatan pembaca berita, pengumuman, ceramah, berpidato dan sebagaiya.

d. Membaca bahasa

Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan. Membaca bahasa mementingkan segi bahasa bacaan. Membaca bahasa yaitu kegiatan membaca yang bertujuan memperkaya kosa kata, mengembangkan kemampuan, menyusun kalimat, perolehan gaya bahasa yang keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa pembacaannya.

e. Membaca estetis

Membaca estetis sering juga disebut membaca indah, membaca emotif, dan membaca sastra. Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang dilatar belakangi tujuan menikmati serta menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam suatu teks


(28)

sastra. Sementara untuk menikmati dan menghayati, terlebih dahulu pembaca harus mampu memahami isi serta suasana pengaturan dalam teks yang dibacanya.

f. Membaca kritis

Membaca kritis membaca sastra dapat juga meningkatkan menjadi kegiatan membaca kritis, yakni bisa lewat teks sastra yang dibaca pembaca bukan hanya bertujuan memahami, menikmati dan menghayati, melaikan juga bertujuan member penilaian. Pengertian membaca kritis itu sendiri adalah kegiatan membaca dengan menggunakan fikiran dan perasaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan suatu konsep dengan jalan membandingkan isi teks sastra yang di baca dengan pengetahuan, pengalaman serta realitas lain yang diketahui pembaca untuk memberi identifikasi, perbandingan, penyimpulan dan penilaian.

g. Membaca kreatif

Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari. Membaca kreatif merupakan kegiatan membaca yang dilatari tujuan menerapkan perolehan pemahaman


(29)

membaca untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang bersifat aplikatif.10

B. Keterampilan Membaca Pemahaman

1. Pengertian membaca pemahaman

Menurut Tarigan membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi. Membaca pemahaman ini tergantung pada jenis bacaan yang dipilih oleh pembaca.11

Dalman mengemukakan bahwa membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Dalam membaca pemahaman pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan setelah membaca teks, si pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman pembacanya dengan rangkuman bahasanya sendiri.12

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan tentang apa yang disebutkan di dalam teks tersebut. Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami wacana secara tepat.

10

Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2009), 17

11

Tarigan, Membaca sebagai suatu Keterampilan…, 58 12


(30)

2. Proses membaca pemahaman

Menurut Dalman proses membaca pemahaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Membaca sebagai suatu proses psikologis, artinya kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaiatan erat dengan faktor-faktor yang bersifat psikis, seperti motivasi, minat, latarbelakang sosial ekonomi serta tingkat perkembangan dirinya, seperti intelegensi dan usia mental.

b. Membaca sebagai suatu proses sensoris, artinya proses membaca seseorang dimulai dari melihat, atau meraba, proses ini melalui indra penglihatan, mata, maupun telinga sebagai indar pendengar.

c. Membaca sebagai suatu proses perceptual artinya proses ini mengandung stimulus sosial makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus serta respon yang menghubungkan makna dengan stimulus dan lambang.

Proses membaca pemahaman dapat diawali dengan memberikan motivasi terhadap siswa dan memahami latarbelakang sosial ekonomi serta tingkat perkembangan siswa. Proses membaca dapat dimulai dari melihat atau meraba melalui indra penghlihat dan pendengaran. Selain itu, proses membaca pemahaman harus mengandung stimulus sosial berdasarkan pengalaman siswa.


(31)

3. Tingkatan Dalam Membaca Pemahaman

Menurut Dalman pada dasarnya pemahaman dalam membaca dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:

a. Pemahaman literal artinya siswa hanya memahami makna apa adanya, sesuai simbol-simbol yang ada dalam bacaan.

b. Pemahaman interpretatif. Pada tingkat ini siwa sudah mampu menangkapa pesan secara tersirat. Artinya, disamping pesan-pesan secara tersurat seperti pada tingkat pemahaman literal, siswa juga dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.

c. Pemahaman kritis. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya mampu menangkap makna tersirat dan tersurat. Dalam hal ini, siswa juga mampu menganalisis dan sekaligus membuat sintesis dari informasi yang diperolehnya melalui bacaan. Disamping itu, siswa juga mampu melakukan evaluasi atau penilaian secara akurat. Artinya siswa mengetahui persis akan kebenaran atau kesalahanisi wacana berdasarkan pengetahuan dan data-data yang di milikinya tentang informasi yang ada dalam bacaan siswa. Siswa pada tingkat ini sudah mampu membuat kritik terhadap suatu bacaan atau sebuah buku.

d. Pemahaman kreatif. Pada tingkat ini, siswa harus memiliki pemahaman yang lebih tinggi dari tingkat pemahaman sebelumnya. Setelah selesai membaca, siswa akan mencoba bereksperimen membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi bacaan. Dari wacana tersebut, siswa dapat


(32)

membuat arasemen musik yang menurutnya dapat digunakan untuk meningkatkan kreatavitas dalam bersastra.

4. Aspek-aspek Membaca Pemahaman

Menurut Dalman mengemukakan seorang pembaca perlu mengetahui aspek-aspek membaca pemahaman. beberapa aspek membaca pemahaman adalah:

a. Memahami pengertian sederhana (leksikal gramatikal)

b. Memahami signifikansi/makna (maksud dan tujuan pengarang) c. Evaluasi/penilaian (isi, bentuk)

d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Di sekolah pembelajaran membaca pemahaman perlu difokuskan pada aspek kemampuan memahami isi teks. Dalam hal ini peran guru sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi teks.13

5. Penilaian membaca pemahaman

Dalam penilaian pembelajaran membaca, Nurgiantoro menjelaskan bahwa teks kompetensi membaca adalah keterampilan menangkap dan memahami atau sekaligus menanggapi informasi yang di sampaikan pihak lain lewat sarana tulisan. Untuk menilai tugas membaca teks bacaan secara tertulis dapat menggunakan rubrik penilaian yang mencakup 5 poin yaitu,

13


(33)

pemahaman isi teks, memahami detail isi teks, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat dan ejaan dari tata tulis.14.

Pada penilaian keterampilan membaca, peneliti hanya menilai 4 poin atau aspek saja yaitu, pemahaman isi teks, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat dan keruntuhan pengungkapan isi cerita dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem pada pembelajaran membaca pemahaman menggunakan penilaian sebagai berikut :

No. Nama

Siswa Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4

Jumlah Skor

Nilai Akhir 1

2 3 4 5

Nilai Akhir (NA)= � � � ℎ

� � � (12) � 100

Aspek 1 : Ketepatan memahami detai isi teks Aspek 2 : Ketepatan diksi

Aspek3 : Ketepatan struktur kalimat

Aspek4 : Keruntuhan pengungkapan isi cerita

6. Indikator Dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Dalam membaca pemahaman terdapat beberapa indikasi yang perlu diperhatikan guna

14


(34)

menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran yang nantinya dapat disimpulkan menjadi indikator yang diharapkan bisa meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya. Beberapa indikasi membaca pemahaman yang harus tercapai adalah sebagai berikut:

a. Melakukan, pembaca memberikan respons secara fisik terhadap perintah membaca

b. Memilih, pembaca memilih alternative bukti pemahaman, baik secara lisan maupun tulisan

c. Mengalihkan, pembaca mampu menyampaikan secara lisan apa yang telah dibacanya

d. Menjawab, pembaca mampu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan e. Mempertimbangkan, pembaca mampu menggarisbawahi atau mencatat

pesan-pesan penting yang terkandung dalam bacaan

f. Memperluas, pembaca mampu memperluas bacaan atau minimalnya mampu menyusun bagian akhir cerita

g. Menduplikasi, pembaca mampu membuat wacana serupa, dengan wacana yang dibacanya

h. Modeling, pembaca mampu memainperankan cerita yang dibacanya i. Mengubah, pembaca mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana

lain yang mengindikasikan adanya pemrosesan informasi.15

j. Mengajukan, pembaca mampu mengajukan pertanyaan dari wacana yang dibacanya.

15

Abidin Yunus, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: Refika ADITAMA, 2012), 60.


(35)

Dari indikasi di atas, penulis menyimpulkan indikator keterampilan membaca, yakni:

a. Siswa dapat mengajukan pertanyaan berdasarkan isi teks bacaan b. Siswa dapat menjawab pertanyaan berdasarkan isi teks bacaan c. Siswa dapat menceritakan kembali berdasarkan isi teks

Dari indikator di atas merupakan titik tolak sebagai acuan pembahasan peneliti, agar tidak mengalami perluasan dalam bahasan.

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.16

Mata pelajaran bahasa Indonesia SD, merupakan mata pelajaran strategis karena dengan bahasalah guru dapat menyalurkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan informasi kepada siswa atau sebaliknya sehingga siswa dapat menerimanya dengan baik. Oleh karena itu, guru sebagai pengemban tugas operasional pendidikan/ pembelajaran di sekolah dituntut agar dapat mengkaji, dan mengembangkan kurikulum dengan benar.

16

Isa Cahyani, Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2012), 27.


(36)

Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, ada empat aspek pembelajaran yang harus dikembangkan di SD. Empat aspek pembelajaran itu disebut dengan empat keterampilan berbahasa, yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.17 Namun dalam penelitian ini yang diteliti hanyalah keterampilan membaca pemahaman.

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi yakni sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat pemersatu, serta alat komunikasi antardaerah dan antarkebudayaan.

Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan diantaranya:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisiensi sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

17

Fuji Santoso, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), 243.


(37)

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya intelektual manusia Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini telah mencakup seluruh aspek kebahasaan, maka siswa dituntut mampu berkomunikasi secara efektif, selalu menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi formal, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat, serta mampu membanggakan bahasa Indonesia sebagai budaya Indonesia. Dengan begitu, siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan disertai rasa bangga terhadap budayanya sendiri.

Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia adalah merupakan salah satu alat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, antara lain:

a. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.

b. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia lisan dan tulisan.

c. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis, rasional, dan praktis.


(38)

d. Memupuk dan mengembangkan keterampilan untuk memahami, mengungkapkan, dan menikmati keindahan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

D. Materi Mengajukan dan Menjawab Pertanyaan

1. Pengertian kalimat Tanya

Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas kausa. Kalimat tanya (Introgatif) adalah kalimat yang mengandung suatu pertanyaan serta dibentuk untuk memancing response yang berupa jawaban. Dalam ragam tulis biasanya diberi tanda Tanya (?). kalimat tanya kita gunakan ketika ingin mengetahui berapa, orang, waktu, tempat, cara, dan lainnya.

Kata Tanya Contoh pertanyaan Yang ditanyakan a. Apa

b. Siapa c. Kapan d. Di mana e. Mengapa

f. Bagaimana

- Apa nama peristiwa itu ? - Siapa yang terlibat ? - Kapan terjadinya? - Di mana kejadiannya? - Mengapa peristiwa itu

terjadi?

- Bagaimana kejadiannya?

Nama peristiwa Orang pelaku Waktu Tempat Sebab

Proses


(39)

Ada lima cara yang dapat digunakan untuk membentuk kalimat tanya, (1) dengan menambahkan kata apa (kah), (2) dengan membalik urutan kata, (3) dengan menggunakan kata bukan, belum, atau tidak, (4) dengan mengubah intonasi kalimat, (5) dengan memakai kalimat Tanya.

Selain itu, terdapat dua aspek yang harus diperhatikan penanya dalam kegiatan tersebut:

a. Kesatuan

b. Kesesuaian pertanyaan dengan jenis informas data yang diinginkan.

Kesatuan Kesesuaian pertanyaan

Santun Tidak santun Sesuai Tidak sesuai Maaf, nama

ibu siapa?

Nama ibu siapa sih?

Pekerjaan orang tua kakak apa?

Boleh tidak saya mampir ke rumah orang tua kakak?

Kesatuan seperti ini sangat perlu dijaga untuk memelhara kenyamanan, keharmonsan dan keterbukaan hubungan antara penanya dengan penjawab.

2. Macam-macam kalimat tanya


(40)

Kalimat ini biasanya digunakan untuk tujuan klarifikasi atau meminta kepastian. Contoh: “Jadi, netul para petani di sini mengalami gagal panen?”.

b. Kalimat Tanya yang tidak memerlukan jawaban (pertanyaan

retoris) contoh: “Petani mana yang tidak macam-ingin untung dari

usahanya?”.

c. Kalimat Tanya yang memilki tujuan selain bertanya.

Kalimat ini berisi suruhan, permintaan, ajakan, rayuan, sindiran, sanggahan. Contoh: “kamu mau kan bekerja di kebun saya?”. (ajakan)

d. Kalimat sapaan

Salah satu kalimat Tanya berupa sapaan adalah kalimat yang digunakan untuk menyapa atau menegur seseorang. Kalimat sapaan ditandai dengan kata sapaan. Contoh: “Bagaimana keadaan bapak

sekarang?”. Kata bapak, ibu, kakak merupakan kata sapaan.18

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Send A Problem

1. Pengertian model Kooperatif Send A Problem

Send A Problem merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan

18


(41)

pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa saling memiliki dan saling menghargai, meningkatkan jalinan komunikasi, meningkatkan rasa Saling menerima dan pemberian dukungan.

Model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem merupakan model yang mengajak siswa untuk belajar menyelidki suatu konsep, mereview konsep. Kegiatan inti siswa adalah mencari, mendefinisikan masalah, mendesain hingga mampu mengkomunikasikan dan berinteraksi dengan kelompok lain. Selama fase mencari masalah, siswa melakukan identifikasi, pemilihan dan memperjelas masalah selanjutnya siswa diajak untuk mendesain rencana pemecahan dan merespon masalah yang ditemui, hingga akhirnya mereka mampu memformulasikan data atau jawaban yang diperoleh menjadi sebuah informasi dan mengkonsumsikan data tersebut kepada orang lain.

Dengan adanya model Kooperatif tipe Send A Problem, diharapkan siswa dapat berfikir secara mandiri dan berfikir dalam kelompok secara krisis dan bertindak kreatif secara menyeluruh membuat pertanyaan untuk temannya. Siswa-siswa pun diharapkan merasa bertanggung jawab dan memiliki rasa sosial yang tinggi ini karena setiap kelompok akan merasa bersaing dengan kelompok lainnya. Maka, siswa yang kurang pemahamannya pun akan diarahkan oleh teman-teman satu kelompoknya untuk memahami isi bacaan cerita rakyat dengan membuat kalimat tanya.


(42)

a. Siswa dibagi dalam kelompok berpasang-pasang 2 orang (1 bangku) b. Tiap siswa dalam satu tim menuliskan suatu pertanyaan dalam suatu

kartu (lembar kerja). Kartu di halaman depan berisi pertanyaan, dan di halaman belakang berisi jawaban. (diisi tim lain)

c. Seluruh kartu soal dikumpulkan dan diserahkan kepada tim yang lain. d. Tim yang lain menerima dan menanggapi. Siswa pertama pada tim

penerima membaca pertanyaan dari tim pengirim. Jika tim penerima tidak setuju dengan jawaban tim pengirim, maka tim penerima menuliskan jawaban alternatifnya pada halaman jawaban

e. Proses dalam kelompok penerima diulang. Sekarang siswa kedua dari tim penerima membaca pertanyaan dari tim pengirim dan dibahas lagi, demikian sampai siswa ketiga keempat.

f. Jika tim kedua sudah mencapai consensus jawabanyya, seluruh kartu soal dikirim ketim yang baru lagi.

g. Hal semacam ini diulang dalam tim lain (tim ketiga dan seterusnya) sampai akhirnya kartu soal itu kembali ke tim pengirim asalnya.

h. Tiim pengirim melakukan verifikasi, membandingkan jawaban, melakukan refleksi terhadap jawaban dari pertanyaan yang mereka buat sendiri.19

2. Kekurangan dan kelebihan model Kooperatif tipe Send A Probem

Metode Send A Probem memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

a. Membantu siswa untuk memahami skema dasar

19


(43)

b. Siswa dapat bekerja sama dengan teman sekelompokknya untuk menyelesaikan sebuah masalah

c. Membantu siswa untuk lebih cermat dan teliti dalam menyelesaikan sebuah masalah

d. Semua siswa aktif dan terlibat aktif dalam pembelajaran

Sedang kan kekurangannya, yaitu:

a. Memerlukan waktu yang lama untuk siswa dalam mengerjakan soal b. Hanya untuk mata pelajaran tertentu20

20

http://onal-artikel.blogspot.co.id/search/label/Model%20pembelajaran. Diakses pada 27 November 2015


(44)

BAB III PROSEDUR PTK

A.Metode Penelitian Tindakan Kelas

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas. Karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pemebelajaran di kelas. Kata Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, karena menggambarkan bagaimana suatu strategi pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil belajaran yang diinginkan dapat tercapai. Dengan demikian penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan

(action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas yang pada

hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan..dst” yang

dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru/dosen yang sama.1 Dari pengertian tersebut maka penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu dapat dipecahkan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kolaboratif dengan guru mata pelajaran dan di dalam proses belajar mengajar di kelas yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran sedangkan

1


(45)

peneliti bertindak sebagai pengamat, penanggung jawab penuh penelitian tindakan kelas adalah peneliti. Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif sendiri merupakan suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena peneliti mengumpulkan data dengan cara tatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di lokasi penelitian yang tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif dianalisis melalui suatu perhitungan.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III

Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya melalui model Kooperatif tipe Send A

problem dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Dalam pelaksanaanya penelitian tindakan kelas ini, menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu:

1. Planning (perencanaan), penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalah. Perlu disadari perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti sesuai dengan kondisi nyata yang ada.


(46)

2. Acting (pelaksanaan tindakan), pelaksanaan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalan penelitian tindakan kelas hendaknya selalu didasari pada pertimbangan teoritik dan emperik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kenerja dan hasil program yang optimal.

3. Observing (observasi), kegiatan observasi dalam penelitian tindakan kelas dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan memalui teknik observasi.

4. Reflecting (refleksi). Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan.2

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti gambar berikut ini:3

2

Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas,… , 21. 3


(47)

Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin

B.Setting dan Subyek Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian : MI Nurul Yaqin Surabaya

Peneliti memilih MI Nurul Yaqin Surabaya dikarenakan disana terdapat masalah dalam keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud

b. Waktu penelitian : Semester genap tahun ajaran 2015 – 2016.

Identifikasi Masalah

SIKLUS

I

SIKLUS II

Perencanaan ulang Observasi (observing)

Refleksi (reflecting)

Perencanaan (planning)

Tindakan (acting)


(48)

2. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya tahun ajaran 2015 – 2016 dengan jumlah 32 siswa dalam satu kelas, yang terdiri dari 16 laki-laki dan 16 perempuan.

C.Variabel yang Diteliti

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik fokus untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu :

1. Variabel input : Siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya 2. Variabel proses : Penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem

3. Variabel output :Peningkatan keterampilan membaca pemahaman

D.Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari Kurt Lewin. Model penelitian tindakan kelas menurut Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).4 Model Kurt Lewin dipilih oleh peneliti karena apabila pada awal pelaksanaan terdapat kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali sekaligus memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan pembelajaran tersebut tercapai.

4

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Action Research); Teori dan Praktik, cet.ke-3, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012),29


(49)

Jika pada siklus pertama dan kedua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.

Beberapa prosedur yang peneliti lakukan di kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya sebagai berikut:

Pra Siklus

Prasiklus dilakukan untuk bisa mendapatkan data dari hasil penguasaan materi peserta didik, yang dijadikan tolak ukur perbandingan penguasaan materi dan sesudah adanya penelitian tindakan kelas. Pada tahap ini, peneliti mengambil nilai ulangan harian siswa yang merujuk pada keterampilan membaca pemahaman siswa, yang kemudian dijadikan acuan untuk membuat perencanaan tindakan pada siklus I.

Siklus I

1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti adalah: a. Meminta ijin kepala sekolah serta guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia

b. Menentukan waktu untuk pelaksanaan siklus I

c. Menyusun dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

d. Mempersiapkan instrumen untuk mengamati dan merekam data mengenai proses dan hasil tindakan.

e. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan, yakni: 1) Rata-rata skor dari siswa minimal 75


(50)

3) Skor aktivitas guru dan siswa sekurang-kurangnya 755

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual. Meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah pembelajaran dalam tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar

b. Guru memberikan motivasi agar siswa selalu rajin belajar c. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran d. Guru memberikan apersepsi mengenai materi pelajaran

e. Guru menyampaikan judul bacaan yang akan dibaca “Asal-Usul Kota

Surabaya

f. Guru menjelaskan materi pembelajaran berupa unsur-unsur dalam mengajukan pertanyaan yakni 5W+1H ( apa, siapa. kapan,dimana, mengapa dan bagaimana)

g. Guru membagi siswa berpasang-pasang (1 bangku)

h. Guru memberi waktu 15 menit kepada siswa yang berpasang-pasang untuk membaca dan memahami bacaan

i. Guru memberi lembar kerja kelompok dan memberi perintah untuk mengajukan pertanyaan dalam bacaan tersebut

5

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Action, Research); Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012),62-63


(51)

j. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, setelah itu, berdiskusi berpasang-pasang mengerjakan lembar kerja secara tertulis tersebut k. Setelah selesai, siswa berpasang-pasang saling mengirim lembar kerja

tersebut kepada pasangan lain, kemudian siswa yang berpasang-pasang menjawab pertanyaan yang mereka terima

l. Setelah selesai terjawab, salah satu pasangan membacakan pertanyaan, dan semua siswa menjawab bersama-sama

m. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari n. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari pembelajaran o. Guru melakukan refleksi, menutup pelajaran dengan hamdalah dan

mengucapkan salam.

3. Tahap Observasi (Observing)

Pada tahap pengamatan ini, terdapat tiga data yang dibutuhkan peneliti, yakni:

a. Hasil tes siswa yang diperoleh dengan cara melakukan evaluasi menggunakan non tes berupa kinerja dan produk yang diselesaikan siswa setelah akhir tindakan

b. Data aktivitas guru selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar aktivitas guru

c. Data aktivitas siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi siswa

4. Tahap Refleksi


(52)

a. Mencatat hasil observasi: mencatat kendala yang telah terjadi selama penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem

b. Mengevaluasi hasil observasi: mengevaluasi kendala yang telah terjadi selama penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem

c. Mencatat kelemahan dan kelebihan yang telah terjadi selama penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem untuk dijadikan bahan rancangan siklus berikutnya

d. Evaluasi tindakan pada siklus I

Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

a. Membuat rencana pelaksanaan (RPP) berdasarkan refleksi pada siklus I dan penetapan alternative pemecahan masalah

b. Pengembangan program tindakan dari siklus I

2. Tindakan (Acting)

Melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Kooperatif tipe Send A Problem sesuai RPP hasil refleksi siklus I. langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan menanyakan kabar siswa b. Guru memberikan Ice Breaking berupa tepuk “inginkah kau jadi anak

yang pintar”

c. Guru menyampaikan tujuan dan mamfaat pembelajaran

d. Guru menyampaikan bacaan yang akan dibaca siswa “Legenda Batu


(53)

e. Guru menjelaskan materi pembelajaran berupa unsur-unsur dalam mengajukan pertanyaan yakni 5W+1H ( apa, siapa. kapan,dimana, mengapa dan bagaimana), siswa mendengarkan penjelasan guru. f. Guru membagi siswa berpasang-pasang (1 bangku)

g. Guru memberi waktu 15 menit kepada siswa yang berpasang-pasang untuk membaca dan memahami bacaan

h. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, setelah itu, berdiskusi berpasang-pasang

i. Setelah selesai, siswa berpasang-pasang mengajukan pertanyan kepada pasangan lain. Sampai seterusnya hingga semua pasangan berkesempatan untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan.

j. Setelah selesai, guru memberikan tugas evaluasi menceritakan kembali dengan bahasa sendiri

k. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari l. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari

pembelajaran

m. Guru melakukan refleksi, menutup pelajaran dengan hamdalah dan mengucapkan salam

3. Pengamatan (Observing)

Dalam tahap pengamatan ini, terdapat tiga data yang dibutuhkan dalam penelitian untuk mengetahui kriteria keberhasilan sudah tercapai apa belum. Ketiga data tersebut adalah:


(54)

a. Hasil tes siswa yang diperoleh dengan cara melakukan evaluasi menggunakan non tes berupa kinerja dan performance yang dikembangkan pada tahap rencana dan diselesaikan siswa setelah akhir tindakan

b. Data aktivitas guru yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi aktivitas guru

c. Data aktivitas siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti mengguanakan lembar observasi siswa.

4. Refleksi (Reflecting)

Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta diskusi dengan guru untuk mengevaluasi dan membuat kesimpulan atas pelaksanaan pemelajaran bahasa Indonesia melalui model Kooperatif tipe

Send A Problem dalam meningkatkan penguasaan keterampilan membaca pemahaman setelah melaksanakan kegiatan mulai dari siklus I sampai siklus II

E.Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud.6

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua macam, yaitu : a. Data Kualitatif

6


(55)

Data kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Adapun yang termasuk dalam data kualitatif pada penelitian ini, meliputi:

1) Materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas

2) Metode pembelajaran yang dipakai dalam penelitian Tindakan Kelas 3) Aktivitas guru dan siswa

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka. Adapun yang termasuk dalam data kuantatif pada penelitian ini, meliputi:

1) Data jumlah siswa kelas III 2) Data persentase ketuntasan siswa 3) Data nilai siswa

4) Data persertase aktivitas guru dan siswa

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Dengan pengertian ini peneliti benar-benar diharapkan mampu berinteraksi dengan subyek penelitian yakni peserta didik kelas III

Ibnu Mas’ud MI Nurul yaqin Surabaya Cara pengumpulan data yang

dikumpulkan dan penelitian tindakan kelas ini antara lain:


(56)

Wawancara adalah pertemuan tanya jawab peneliti dengan informan untuk tanya jawab.7 Peneliti mengadakan wawancara dengan guru kelas III MI Nurul Yaqin yang bernama Ibu Syukrillah. Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang jumlah siswa kelas III dan nilai siswa tentang bagaimana keterampilan membaca pemahaman siswa sebelum kegiatan PTK dilakukan.

b. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah pengamatan; pengawasan; peninjauan; penyelidikan; riset.8 Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.9 Pengamatan penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran aktif dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem dalam keterampilan membaca pemahaman. Dalam pengamatan ini digunakan dua lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang digunakan untuk merekam aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem

c. Non Tes

Non tes adalah salah satu teknik dalam penilaian. Tekni non tes ini digunakan untuk mengukur ranah afektif dan psikomotor. Pada

7

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia.., 1811. 8

Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), 533 9


(57)

penelitian ini, teknik non tes digunakan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman. Penilaian yang digunakan berupa penilaian kinerja dan produk hasil kerja dengan menceritakan kembali isi cerita tersebut (Product Assessement).

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dibidang pengetahuan.10

Dokumentasi pada penelitian ini adalah absensi, data nilai, dan gambar gambar yang dibutuhkan selama proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah:

1) Tes hasil belajar siswa 2) Daftar hadir siswa

3) Perangkat pembelajaran yaitu RPP

4) Gambar/dokumentasi proses pembelajaran

3. Instrumen Pengumpulan Data

a. Wawancara

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan teknik wawancara adalah berbagai pertanyaan sebagai berikut:

 Wawancara guru sebelum tindakan. (Terlampir)  Wawancara guru setelah tindakan. (Terlampir)

10


(58)

b. Lembar Observasi

1) Instrumen observasi aktivitas guru. (Terlampir) 2) Instrument observasi aktivitas siswa. (Terlampir)

c. Evaluasi atau Tes

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan non tes berupa kinerja dan produk. (Terlampir)

d. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, ada beberapa dokumen penting yang dijadikan peneliti sebagai sumber data, diantaranya adalah profil madrasah, data tentang keadaan tenaga pendidik MI Nurul Yaqin yang berjumlah 22 orang. Data tentang keadaan siswa MI Nurul yaqin yang berjumlah 376 orang. (Terlampir)

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengelahan data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:11

11

Kunandar, Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta:Rajawali Pers, 2013), 128.


(59)

a. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa. Digunakan untuk menganalisis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. b. Data kuantitatif (nilai tes hasil belajar), seperti mencari nilai rata-rata

dan persentase keberhasilan belajar. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses belajara mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan caramemberikan evaluasi berupa penilaian non tes pada setiap akhir siklus. Analisis dihitung dengan menggunakan statistik sederhana berkut:

1) Penilaian tes penguasaan materi

Penilaian ini diperoleh dari hasil non tes penguasaan keterampilan membaca pemahaman. dan dinyatakan dengan rumus:

Nilai Perolehan Akhir = �� � �ℎ� � 100

Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Untuk menghitung nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus:12

M

=

Keterangan: M = Nilai rata-rata ∑ x = Jumlah Semua nilai

12

Nana Sudjana, Penilain Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 109.


(60)

N = Jumlah Siswa

Sedangkan penilaian ketuntasan belajar berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal, seorang siswa dikatakan berhasil jika telah mencapai taraf penguasaan minimal nilai 75. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:13

P = x 100%

Keterangan: P = Persentase yang akan dicari F = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah seluruh siswa

Dari hasil rata-rata pencapaian indikator pembelajaran dapat dikategorikan berdasarkan ketentuan berikut. Setelah ini ditanyakan dengan kriteria yang sifatnya kuantitatif. Tingkat keberhasilan belajar dikelompokkan ke dalam kategori berikut14:

Tingkat keberhasilan Arti

90%-100% Sangat baik

70%-89% Baik

50%-69% Cukup

0%-49% Tidak baik

Tabel 3.1 kriteria Persentase aktivitas guru dan siswa Kriteria ketuntasan siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh ≥ 75%

13

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada KTSP, (Jakarta: Kencana, 2010), 241

14

Zainal Aqib dkk, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, SD, SLB, TK ,(Bandung: AYrama Widya, 2007), 42.


(61)

dari skor maksimal. Dan suatu pembelajaran dikatakan efektif jika ketuntasan klasikalnya ≥75% maksudnya jika dalam satu kelas siswa yang berhasil ≥75% maka ketuntasannya tercapai.

2) Observasi

a. Guru

Observasi terhadap guru sebagai pengajar, akan dicari persentase kemampuan guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Kooperatif tipe Send A Problem. Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus:

Nilai = Jumlah Skor yang diperoleh x 100 Jumlah Skor Maksimal

b. Siswa

Observasi terhadap siswa sebagai pelajar, akan dicari persentase pada peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung dengan menggunakan model Kooperatif tipe Send A Problem. Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus:

Nilai = Jumlah Skor yang diperoleh x 100 Jumlah Skor Maksimal

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya persentase aktivitas belajar siswa secara aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia 75%


(62)

2. Guru dapat menerapkan pembelajaran sesuai RPP yang telah dikembangkan mencapai sekurang-kurangnya 75%.

3. Meningkatnya persentase kemampuan siswa dalam keterampilan membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe

Send A Problem sekurang-kurangnya 75%. Pencapaian tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 75.

4. Perolehan skor rata-rata kelas minimal 75.

Siswa dinyatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 75. Sedangkan keberhasilan kelas ditetapkan sebesar 75%. Artinya bahwa jika dalam evaluasi, diperoleh hasil belajar minimal 75% siswa kelas III berhasil secara individual, maka model pembelajaran yang diterapkan dapat dikatakan berhasil. Demikian sebaliknya, jika siswa kelas III yang berhasil secara individual masih dibawah 75% maka Model yang diterapkan dapat dikatakan belum berhasil.

G. Tim Peneliti dan Tugasnya

Tim peneliti yang terlibat langsung dalam penelitian ini adalah: a. Nama : Siti Aminah

Jabatan : Mahasiswa Prodi PGMI UNI Sunan Ampel Surabaya Tugas : menyusun perencanaan pembelajaran dan menyusun

laporan hasil penelitian b. Nama : Siti Ukhrija Syukrillah, SHI

Jabatan : Guru bahasa Indonesia dan Agama kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin


(63)

(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Obyek Penelitian

1. Profil Madrasah

a. Nama Madrasah : MI Nurul Yaqin b. Alamat

1) Jalan/desa : Kedung Cowek VI/38

2) Kecamatan : Bulak

3) Kabupaten : Surabaya

c. Nama Kepala Madrasah : M. Chulaifi, MA.

d. SK Pendirian : Kd. 13.36/04.00/PP.032/SK/0018/2010 e. Jenjang Akreditasi : Akreditasi “A”

f. Status Tanah : Milik Yayasan

1) Surat Kepemilikan : Wakaf, Hibah, Pembelian.

2) Luas Tanah : 500 m2

g. Data Siswa : 376 siswa

h. Jumlah guru : 22 Pendidik

i. Sumber dana operasional : BOS dan HIBAH BOPDA

2. Tujuan, Visi dan Misi Madrasah

a. Tujuan MI Nurul Yaqin

Tujuan MI Nurul Yaqin adalah:


(65)

2. Mendidik siswa agar memiliki Akhlaqul Karimah. 3. Menanamkan kepedulian sosial kepada sesama.

4. Menanamkan kepedulian terhadap lingkungan sehingga lingkungan menjadi indah, bersih dan sehat

b. Visi MI Nurul Yaqin

Membentuk manusia yang berakhlaqul Karimah yang bertaqwa kepada Allah SWT, sehat, terampil, cerdas dan bertanggung jawab.

c. Misi MI Nurul Yaqin

Untuk mewujudkan pendidikan nasional dengan membantu anak didik untuk mengembangkan berbagai potensi, baik psikis dan fisik yang meliputi: moral dan nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik/ motorik, kemandirian dan seni agar lebih siap untuk memasuki pendidikan tingkat menengah.

B. Hasil Penelitian

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan data tentang hasil penelitian dalam rangka “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya melalui Model Kooperatif tipe Send A Problem”.

Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan penilaian. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Selain observasi, data juga diperoleh dari wawancara kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mendapat gambaran keterampilan membaca pemahaman siswa sebelum penerapan model


(66)

Kooperatif tipe Send A Problem. Untuk penyajian data ini, peneliti mengelompokkan tahap-tahap penilaian menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Tahap Pra Siklus 2. Tahap siklus I 3. Tahap Siklus II

Berikut penyajian data pada tiap-tiap tahapnya:

1. Hasil Pra Siklus

Kegiatan yang harus dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian proses pembelajaran siklus I dan siklus II adalah melakukan kegiatan pra siklus. Kegiatan pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang terjadi dalam proses pembelajaran, baik itu kondisi kelas maupun daftar hasil pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kondisi awal keterampilan membaca pemahaman sebelum dilakukan tindakan. Kegiatan pra siklus ini, peneliti mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada guru bahasa Indonesia pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 13.00-14.00 WIB di ruang guru dengan meminta izin terlebih dahulu kepada kepala madrasah.

Peneliti bertanya kepada guru bahasa Indonesia, “Menurut ibu bagaimana kemampuan siswa dalam membaca pemahaman pada materi mengajukan dan menjawab pertanyaan?”. Guru menjawab “siswa masih kurang memahami bacaan dalam materi mengajukan dan menjawab pertanyaan dari isi bacaan, hal ini dikarenakan kurang menariknya cerita yang siswa baca sehingga akan menimbulkan suasana yang membosankan .


(67)

Setelah itu, peneliti memasuki ruang kelas III Ibnu mas’ud untuk pengenalan serta melihat kondisi awal siswa. Pada tahap ini peneliti mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menanyakan kabar. Siswa antusias menjawab salam dan kabar mereka. Disamping itu, peneliti bertanya kepada siswa “Apakah anak-anak suka membaca?”. Sebagian kecil siswa menjawab suka membaca dan sebagian besar siswa menjawab tidak suka membaca. Kebanyakan alasan siswa tidak suka membaca dikarenakan membosankan dan cerita yang kurang menarik untuk dibaca sehingga mereka enggan untuk memahami bacaan serta kurang terampilnya siswa dalam membaca.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III Ibnu mas’ud, yang memaparkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa kurang memenuhi standar nilai yang sudah ditentukan. Yang disebabkan kurang menariknya cerita yang mereka baca sehingga menimbulkan kebosanan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Ulangan Harian (UH) ke-2 bahasa Indonesia yang merujuk pada keterampilan membaca pemahaman siswa pada materi mengajukan dan menjawab pertanyaan. (Daftar nilai ulangan harian dilihat pada lampiran 2)

Dari data tersebut dapat diketahui perhitungan nilai Ulangan Harian (UH)

ke-2 siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin mata pelajaran Bahasa

Indonesia diperleh Rata-rata 50,5 Sedangkan persentase ketuntasan dengan jumlah siswa keseluruhan sebanyak 32 siswa dan yang tuntas 5 siswa adalah sebagai 15,6%. Sedangkan 27 siswa yang lainnya masih di bawah KKM yakni 84,4 %. Hal ini masih sangat jauh dari apa yang seharusnya didapat oleh siswa. Oleh


(68)

karena itu perlu adanya pengetahuan pembelajaran baru agar nilai hasil belajar pada keterampilan membaca pemahaman siswa dapat memenuhi nilai sesuai KKM. Berdasarkan persentase ketuntasan dan rata-rata nilai di atas, peneliti menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem agar nilai nilai siswa pada keterampilan membaca pemahaman siswa pelajaran bahasa

Indonesia kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin meningkat sesuai dengan nilai

KKM yakni 75.

2. Hasil Siklus I

Pada pelaksanaan siklus I ini peneliti menggunakan empat tahapan dalam prosesnya. Siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 31 Maret 2016. Pukul 12.30-13.40 WIB. 4 tahapan tersebut adalah rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x35 menit / 2 jam pelajaran. Berikut ini 4 tahapan tersebut:

a. Persiapan Tindakan (Perencanaan)

Persiapan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP): dalam hal ini peneliti membuat RPP yang akan dilaksanakan pada tahap kedua dari siklus I yaitu tahap pelaksanaan tindakan (dapat dilihat dilampiran 4) 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan di kelas: dalam

hal ini peneliti mempersiapkan media, lembar kerja, lembar evaluasi pembelajaran atau sarana pendukung lainnya yang juga diperlukan saat pembelajaran dilaksanakan


(69)

3) Mempersiapkan instrument untuk mengamati dan merekam mengenai proses dan hasil tindakan: dalam hal ini peneliti membuat instrument mengamati aktivitas guru da siswa yang diperlukan untuk mengamati dan merekam data mengenai proses belajar maupun hasil pembelajaran 4) Guru dan peneliti menentukan waktu pembelajaran pada siklus I yang

telah disepakati.

5) Peneliti menentukan kriteria keberhasilan, dalam penelitian ini adalah: a) Rata-rata skor dari siswa minimal 75

b) Persentase ketuntasan siswa menguasai materi keterampilan membaca pemahaman minimal 75%

c) Skor aktivitas guru dan siswa sekurang-kurangnya 75%1

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dimulai dengan pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan. Peningkatan pembelajaran sangat diperlukan, para pendidik perlu menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa dengan mengkondusifkan kelas dimulai dari menciptakan suasana kelas yang kondusif. Pendidik menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe

Send A Problem yang dapat membantusiswat berfikir, bertindak kreatif secara menyeluruh dan berkonsentrasi dengan mengkondusifkan kelas, sehingga dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.

1

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Action, Research);Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011),62-63


(1)

Diagram 4.4 Ketuntasan Belajar Siswa

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

Pra siklus Siklus I Siklus II

Ketuntasan Belajar Siswa


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitianyang telah dilakukan, ternyata dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III Ibnu

Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya. Simpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Sebelum diterapkan model Kooperatif tipe Send A Problem sebagian besar siswa belum terampil dalam membaca pemahaman, karena guru menggunakan metode ceramah dan mengutamakan menghafal, sehingga keterampilan membaca pemahaman siswa masih rendah. Kegiatan pra siklus memperoleh hasil rata-rata sebesar 50,5 dengan ketuntasan siswa mencapai 15,6 % dengan 5 siswa yang tuntas dan 27 siswa yang belum tuntas

2. Penerapan model Kooperatif tipe Send A problem pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil persentase aktivitas guru siklus I yaitu sebesar 75% (baik) dan siklus II

sebesar 92,5% (sangat baik). Sedangkan hasil persentase aktivitas siswa pada siklus I yaitu sebesar 72,5 % (baik) dan hasil persentase aktivitas

siswa pada siklus II yaitu sebesar 95% (sangat baik). Selama proses


(3)

Send A Problem dengan baik. Walau masih ada ketidaksesuain namun bisa teratasi.

3. Meningkatnya keterampilan membaca pemahaman siswa setelah diterapkannya model Kooperatif tipe Send A Problem pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia kelas III Ibnu mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya. Hal ini

dapat dilihat dari pembelajaran dalam setiap siklusnya. Pada pra siklus hasil nilai rata-rata hasil ulangan harian yang merujuk pada membaca pemahaman siswa sebesar 50,5 dengan persentase ketuntasan 15,6% dari 5 siswa yang tuntas dan 27 siswa yang belum tuntas. Kemudian pada siklus I nilai rata-rata membaca pemahaman siswa sebesar 74,87 dengan presentase ketuntasan 48% dari 15 siswa yang sudah tuntas dan 16 siswa yang belum tuntas, sedangkan 1 siswa tidak hadir. Karena pada siklus I belum mencapai indikator ketuntasan maka dilakukan siklus II nilai rata-rata membaca pemahaman sebesar 88,1 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 93 % dari 30 siswa yang sudah tuntas dan 2 siswa yang belum tuntas. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada setiap siklusnya telah mengalami peningkatan sehingga memenuhi indikator ketuntasan pada siklus II.


(4)

76

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menerapkan model Kooperatif tipe Send A Problem pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1. untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman, Guru dapat mejadikan pembelajaran melalui model Kooperatif tipe Send A problem sebagai suatu alternatif pembelajaran bahasa Indonesia

2. pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diketahui berdasarkan hasil belajarnya, hasil belajarnya, ketuntasan belajar siswa dapat diketahui dari pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Dan ini dapat ukur dengan tes maupun nontes dengan standar ketuntasan materi, sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran,


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung. Refika ADITAMA.

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra,. Jakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta. Rajawali Pers.

Ekawarna. 2013. Penelitian TindakanKelas. Jakarta. Referensi GP Press Group. Fuji Santoso. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta.

Universitas Terbuka.

Isa Cahyani. 2012. Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta Pusat. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.

Joko, Subagyo. 2006. Metode Penelitian dalam teori dan praktek. Jakarta. Rineka Cipta.

Kunandar. 2013. Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta. Rajawali Pers.

Lapis PGMI. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Paket 5, 12

Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Nana Sudjana. 2011. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Nanang dkk. 2004. Modul Bahasa Indonesia SMK. Jakarta.Yudhistira. Nurgiyantoro. 2012. Penilaian Pembelajaran bahasa. Yogyakarta. BPFE.

Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry. 2001 Kamus Ilmiah Populer. Surabaya. Arkola.

Rahim. 2009. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta. Bumi Aksara.


(6)

Tarigan, H.G. 2008. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Angkasa.

Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta. Pusat Bahasa.

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada KTSP. Jakarta. Kencana.

Trianto. 2012. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)Teori dan Praktik, cet.ke-3.Jakarta. Prestasi Pustakarya. Udjang dan Basir M. 2011. Keterampilan Menulis. Surabaya. Bintang Surabaya. Warsono dan Harianto. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung. PT Remaja

Rosdakarya.

Zainal Aqib dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, SD, SLB, T. bandung. AYrama Widya.

Zainal Arifin. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. http://onal-artikel.blogspot.co.id/search/label/Model%20pembelajaran. Diakses


Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETRAMPILAN MEMBACA PEMAHAMANPADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI Peningkatan Aktivitas Dan Ketrampilan Membaca Pemahaman pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Membaca Preview, Read, Review (P2R) dan Pembel

0 2 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) Pada

0 0 18

Peningkatan keterampilan membaca teks percakapan mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui metode Modeling The Way siswa kelas V A MI Badrussalam Surabaya.

0 3 87

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN PKN MATERI BANGGA BERBANGSA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI PADA SISWA KELAS III MI DARUL ULUM GEDONGAN SIDOARJO.

0 2 94

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING, AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS V MI ROUDLOTUL BANAT SIDOARJO.

0 0 116

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE THINK-TALK-WRITE PADA SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH 23 SURABAYA.

1 1 90

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DEBAT PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL AKHLAQ GRESIK.

0 0 128

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA) SISWA KELAS IV A MI NIZHAMIYAH JOMBANG.

0 2 168

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI BELAJAR PQ4R SISWA KELAS III MI BAHRUL ULUM SAHLANIYAH KRIAN.

0 0 156