PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto).

(1)

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto)

SKRIPSI

Diajukan oleh:

KURNIA WIDHI HAPSARI 0613010212 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh:

KURNIA WIDHI HAPSARI 0613010212 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN"

JAWA TIMUR


(3)

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus Pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto)

Di susun Oleh : Kurnia Widhi Hapsari

0613010212/FE/EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

Pada Tanggal 30 April 2010

Pembimbing : Tim Penguji : Pembimbing Utama : Ketua

Rina Mustika, SE, MMA Drs.Ec.H.Tamadoy Thamrin, MM

Sekretaris

Dra. Ec. Endah Susilowati, M.Si Anggota

Rina Mustika, SE, MMA

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, NIP. 030 202 389


(4)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto)

Yang diajukan

KURNIA WIDHI HAPSARI 0613010212 / FE / EA

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Rina Mustika, SE, MMA Tanggal : …….…….………… NIP. 95 690 0048

Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 030 217 167


(5)

SKRIPSI

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto)

Yang diajukan

KURNIA WIDHI HAPSARI 0613010212 / FE / EA

Disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Rina Mustika, SE, MMA Tanggal : …….…….………… NIP. 95 690 0048

Mengetahui

Wakil Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030 194 437


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK” (Studi Kasus Pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto).

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan ekonomi akuntansi, di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis sangat berterima kasih atas segala bantuan dan fasilitas dari berbagai pihak yang diberikan kepada penulis guna mendukung penyelesaian skripsi ini. Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. R. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Rina Mustika, SE, MMA selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberi bimbingan,


(7)

terima kasih atas semua saran, motivasi, dan bimbingannya selama penyusun skripsi ini.

5. Segenap tenaga pengajar, staf, dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. KPP Pratama Mojokerto serta Pak Amru dan Mas Choiron di KOMPAK, terima kasih atas bimbingan dan data – data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang, kesabaran, semangat dan dukungan moril maupun materiil dengan tulus ikhlas tanpa pamrih.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu. Skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan.

Surabaya, 20 April 2010


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

ABSTRAKSI... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian………... 7

1.4. Manfaat Penelitian………... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Penelitian Terdahulu……..………... 9

2.2. Landasan Teori………... 14

2.2.1. Pengertian Pajak... ...………... 14

2.2.2. Fungsi – fungsi Pajak...……... 15

2.2.3. Syarat – syarat Pemungutan Pajak... 16

2.2.4. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak... 17

2.2.5. Pengelompokan atau Pembagian Pajak... 19


(9)

2.2.7. Penetapan Tarif Pajak... 22

2.2.8. Pengertian Pajak Penghasilan... 23

2.2.8.1. Subjek Pajak... 23

2.2.8.2. Objek Pajak... 25

2.2.8.3. Dasar Pembukuan dan Pencatatan... 26

2.2.8.4. Dasar Pembukuan Penghasilan Kena Pajak (PKP)... 27

2.2.8.5. Penghasilan Tidak Kena Pajak... 27

2.2.8.6. Tarif Pajak... 28

2.2.9. Kepatuhan Wajib Pajak... 29

2.2.10.Pemahaman Wajib Pajak... 31

2.2.10.1.Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak... 32

2.2.11. Kesadaran Wajib Pajak... 33

2.2.11.1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak... 34

2.3. Kerangka Pikir ... 36

2.4. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………... 38

3.1.1. Definisi Operasional Variabel……… 38


(10)

3.2. Teknik Penentuan Sampel………... 41

3.2.1. Populasi……… 41

3.2.2. Sampel……….. 41

3.3. Teknik Pengumpulan Data………... 42

3.3.1. Jenis Data……….……….……… 42

3.3.2. Teknik Pelaksanaan……….. 42

3.4. Uji Kualitas Data... 43

3.4.1. Uji Validitas... 43

3.4.2. Uji Reliabilitas... 44

3.4.3. Uji Normalitas... 45

3.5. Uji Asumsi Klasik... 45

3.5.1. Multikolinearitas………... 46

3.5.2. Autokorelasi... 47

3.5.3. Heteroskedastisitas... 47

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 48

3.6.1. Teknik Analisis... 48

3.6.2. Uji Hipotesis... 49

3.6.2.1. Uji F (Uji Kecocokan Model)... 49

3.6.2.2. Uji t (Uji Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y).... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 51

4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 51


(11)

4.1.2. Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto... 52

4.1.3. Struktur Kepengurusan Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto... 53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 53

4.2.1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1)... 54

4.2.2. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)... 56

4.2.3. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)... 57

4.3. Uji Kualitas Data... 59

4.3.1. Uji Validitas... 59

4.3.2. Uji Reliabilitas... 63

4.3.3. Uji Normalitas... 64

4.4. Uji Asumsi Klasik... 65

4.4.1. Uji Multikolinieritas... 65

4.4.2. Uji Autokorelasi... 66

4.4.3. Uji Heteroskedastisitas... 67

4.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis... 68

4.5.1. Analisis Hipotesis... 68

4.5.2.Koefisien Determinasi... 70

4.5.3. Uji Hipotesis... 71


(12)

4.5.3.2. Uji t (Uji Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y)... 72

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian... 73

4.7. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu... 76

4.8. Keterbatasan Penelitian... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 82

5.1. Kesimpulan... 82

5.2. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel:

1.1. : Kepatuhan Pelaporan SPT PPh OP Usahawan KPP Pratama

Mojokerto………... 6

4.1. : Deskripsi Jawaban Responden mengenai Variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1)………... 54

4.2. : Deskripsi Jawaban Responden mengenai Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)………... 56

4.3. : Deskripsi Jawaban Responden mengenai Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) ……… 58

4.4. : Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1)………….. 60

4.5. : Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)………. 60

4.6 . : Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) – Iterasi Pertama……….. 61

4.7. : Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) – Iterasi Kedua………. 62

4.8. : Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) – Iterasi Ketiga………. 62

4.9. : Hasil Uji Reliabilitas Masing – masing Variabel………... 63

4.10. : Hasil Uji Normalitas………... 64

4.11. : Hasil Uji Multikolinieritas……….. 66

4.12. : Hasil Uji Heteroskedastisitas………. 67

4.13. : Hasil Estimasi Koefisien Regresi………... 68

4.14. : Nilai Koefisien Determinasi ……….. 70

4.15. : Hasil Uji F (Uji Kecocokan Model)……… 71


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Nama Anggota Komite Pengusaha Alas Kaki (KOMPAK) Kota Mojokerto

Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Rekapitulasi Jawaban Responden Lampiran 4 : Tabulasi Data

Lampiran 5 : Uji Validitas Lampiran 6 : Uji Reliabilitas Lampiran 7 : Uji Normalitas Lampiran 8 : Uji Asumsi Klasik Lampiran 9 : Uji Hipotesis


(16)

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto)

Kurnia Widhi Hapsari Abstraksi

Pajak didasarkan pada Undang - Undang yang berarti bahwa pemungutan pajak tersebut sudah disepakati atau disetujui bersama antara pemerintah dengan masyarakat. Harapan pemerintah terhadap semua wajib pajak mengenai pembayaran tanpa adanya kecurangan. Maka sudah seharusnya masyarakat sadar akan kewajibannya untuk membayar pajak. Masyarakat harus membayar pajak dengan benar sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku. Namun kenyataannya banyak hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak, wajib pajak tersebut tidak menguasai benar tentang Undang-Undang perpajakan sehingga Ditjen Pajak menanggapi hal tersebut sebagai ketidakpatuhan dan memberi pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat untuk memperoleh kepatuhan akan kewajibannya sebagai wajib pajak.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran variabelnya menggunakan skala Likert dengan skala data yang digunakan berupa skala interval. Sedangkan alat ukur yang dipakai untuk mengukur variabel ini menggunakan strategi survey dengan model impersonal. Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan uji hipotesisnya berupa uji F dan uji t. untuk mengolah data yang diperoleh digunakan SPSS.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan diduga pemahaman dan kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak studi kasus pada komite pengusaha alas kaki Kota Mojokerto, tidak terbukti kebenarannya.

Keywords: pemahaman wajib pajak , kesadaran wajib pajak, kepatuhan wajib pajak


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi diarahkan pada upaya untuk mewujudkan perekonomian negara yang mandiri dan andal untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh wilayah negara Indonesia secara adil dan merata, dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan bangsa Indonesia, dimana sedang mengalami krisis ekonomi sedangkan roda pemerintahan dan pembangunan tidak mungkin dapat digerakkan tanpa dukungan dana terutama berasal dari pendapatan dalam negeri. Oleh karena itu pemerintah berusaha terus – menerus meningkatkan peranan sumber penerimaan negara, terutama penerimaan yang berasal dari non migas. Penerimaan dari non migas ini sebagian akan ditingkatkan melalui penerimaan dari sektor pajak. Misi utama Direktorat Jendral Pajak adalah misi fiskal yaitu menghimpun penerimaan pajak berdasarkan Undang – Undang Perpajakan yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien (Suryadi, 2006: 106).

Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran negara sekaligus membiayai keperluan belanja negara (belanja rutin dan belanja pembangunan). Untuk itu, negara memerlukan


(18)

dana yang cukup besar guna membiayai kegiatan pembangunan yang berlangsung terus – menerus dan berkesinambungan. Pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu fungsi budgetair (sumber penerimaan negara) dan fungsi regulerend (mengatur). Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sedangkan fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan – tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Dari fungsi ini pada dasarnya pemerintah ingin kembali menegaskan peranan penting pajak baik sebagai alat penerimaan negara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maupun sebagai alat untuk melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial ekonomi (Resmi, 2008: 3).

Dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak, pemerintah melakukan perubahan mendasar dengan dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan merubah sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia yaitu digunakannya self assessment system yang menggantikan official assessment system. Kedua sistem ini memiliki perbedaan dalam mekanisme dan sudut pandang terhadap wajib pajak.

Pada official assessment system, petugas pajak berkewajiban menetapkan berapa besar sesungguhnya pajak yang terutang oleh wajib pajak, sedangkan pada self assessment system, wajib pajak berkewajiban,


(19)

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Walaupun berbeda, kedua sistem penetapan pajak tersebut dalam praktiknya tetap memerlukan pengawasan dari pihak pemerintah dalam bentuk pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya (Sofyan, 2003: 30).

Sistem self assessment memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan

melaporkan seluruh pajak yang menjadi kewajibannya. Dengan kata lain, wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Supadmi, 2006).

Hal ini dapat digunakan untuk mengukur perilaku wajib pajak, yaitu seberapa besar tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat, semakin tinggi tingkat kebenaran dalam menghitung, ketepatan menyetor serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat, maka diharapkan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajibannya.

Dalam rangka untuk pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak disamping menyelenggarakan pembukuan, harus pula melengkapi dengan laporan keuangan yang berupa neraca, dan perhitungan laba – rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang


(20)

No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 4 ayat 4 yang berbunyi sebagai berikut :

Pembukuan yang tertib dan benar dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal dan memadai untuk mendukung perhitungan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP), sehingga Wajib Pajak dapat mengisi serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar dan tepat waktu.

Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak dalam peran sertanya menanggung pembiayaan negara, dituntut kesadaran warga negara untuk memenuhi kewajiban kenegaraannya. Terlepas dari kesadaran sebagai warga negara, sebagaian besar masyarakat tidak memenuhi kewajiban membayar pajak. Dalam hal demikian timbul perlawanan terhadap pajak. Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawanan pasif dan perlawanan aktif (Waluyo & Ilyas, 2002: 11).

Penerimaan perpajakan Indonesia dari Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi pada 2008 hanya 22,89%, sedangkan penerimaan dari PPh badan terhadap realisasi penerimaan PPh nonmigas mencapai 77,11 %. Di negara maju, penerimaan PPh orang pribadi justru lebih besar ketimbang badan. Atas realisasi itu, pemerintah mengajukan Rancangan Undang - Undang (RUU) tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang (Perppu) Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan


(21)

Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) menjadi UV (Daily Indonesia, 2009).

Dengan adanya perpanjangan sunset policy masyarakat diharapkan semakin banyak dan lebih terbuka mengungkapkan data perpajakannya. “Peranan penerimaan PPh orang pribadi di negara maju lebih besar, sejalan dengan kesadaran akan kewajiban warga negara bahwa pembayaran pajak merupakan kewajiban konstitusional dan sejalan dengan cita – cita demokrasi bangsa,” kata Menteri Keuangan (MenKeu) Sri Mulyani Indrawati pada raker dengan komisi XI di Jakarta. Dia menjelaskan, tingkat kepatuhan sukarela Wajib Pajak orang pribadi di Indonesia masih tergolong kurang antara lain karena lemahnya mekanisme check and balances terkait sistem self assessment dalam pemungutan pajak (Daily Indonesia, 2009).

Untuk meningkatkan penerimaan pajak perlu juga dilakukan penyempurnaan aparatur perpajakan serta mempersiapkan para Wajib Pajak yang telah diberi kebebasan dan kepercayaan yang besar dalam menghitung dan membayar sendiri pajaknya. Oleh sebab itu usaha pemerintah dalam mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak ini harus dimulai mewujudkannya. Berdasarkan data yang diperoleh dari KPP Pratama Mojokerto Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Usahawan Kota Mojokerto tahun 2008 sebesar Rp 2.799.306.407,00 -, dan pada tahun 2009 sebesar Rp 2.407.228.366,00 -, mengenai kepatuhan


(22)

terhadap penyampaian SPT, dapat diketahui dalam penyampaian SPT tahun 2008 dan tahun 2009 sebagai berikut :

Tabel 1.1

Kepatuhan Pelaporan SPT PPh OP Usahawan KPP Pratama Mojokerto Kota Mojokerto

Tahun Jumlah NPWP SPT yang Dilaporkan Prosentase

2008 9883 3548 35,9 %

2009 16223 4658 28,7 %

Sumber : KPP Pratama Kota Mojokerto Seksi PDI

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan yang terdaftar di KPP Pratama Mojokerto, Kota Mojokerto sebanyak 9883 Wajib Pajak, namun jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan yang lapor sebanyak 3548 Wajib Pajak dengan prosentase sebesar 35,9 % dari jumlah keseluruhan, sedangkan pada tahun 2009 jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan yang terdaftar semakin meningkat yaitu menjadi 16223 Wajib Pajak, namun jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan yang lapor sebanyak 4658 Wajib Pajak dengan prosentase sebesar 28,7 %. Dari kondisi ini berarti masih banyak wajib pajak yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan fenomena diatas, khususnya mengenai pajak, peneliti ingin mencoba meneliti dengan mengambil judul penelitian “ Pengaruh


(23)

Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Komite Pengusaha Alas Kaki di Kota Mojokerto ”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“ Apakah Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Komite Pengusaha Alas Kaki di Kota Mojokerto) ? “

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menguji secara empiris Pengaruh Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Komite Pengusaha Alas Kaki di Kota Mojokerto).

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pengrajin

Memberikan dasar yang kuat bahwa pemahaman dan kesadaran wajib pajak sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


(24)

2. Bagi Universitas

Menambah referensi sebagai perbandingan yang akan datang serta sebagai tambahan perpustakaan yang sudah ada.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh, khususnya bidang perpajakan.

4. Bagi Direktorat Jendral Pajak

Memberikan masukan kepada Direktorat Jendral Pajak terhadap pamahaman dan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga temuan ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengetahui tingkat kepatuhan sebelum dilakukan pemeriksaan pajak lebih lanjut.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian sekarang adalah sebagai berikut :

Penelitian yang dilakukan Yenni Monganting (1999) dengan judul “ Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak “. Penelitian ini bertujuan untuk mengatur jumlah pajak yang harus dibayarkan, padahal untuk melakukan tax planning itupun perlu biaya besar. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa keengganan bisa terjadi karena tidak adanya kontra prestasi langsung yang diberikan akibat pembayaran tersebut dan yang paling penting dalam hal mengatur jumlah pajak yang harus dibayarkan seminimal mungkin adalah pengetahuan yang mendalam tentang peraturan – peraturan perpajakan itu sendiri. Strategi yang bisa meminimalkan pajak (tax planning) yaitu penggeseran, kapitalis, transformasi, penghindaran dan penyelundupan.

Penelitian yang dilakukan Suryadi (2006) dengan judul “Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan kausal kesadaran, pelayanan, kepatuhan wajib pajak dan pengaruhnya terhadap kinerja penerimaan pajak suatu survei di wilayah Jawa Timur.


(26)

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif signifikan kepatuhan wajib pajak terhadap kinerja penerimaan pajak; Kesadaran wajib pajak yang diukur dari persepsi wajib pajak, pengetahuan perpajakan, karekteristik wajib pajak dan penyuluhan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak; Jika Wajib Pajak memiliki persepsi positif terhadap instansi pajak maka akan dapat meningkatkan kesadaran dari wajib pajak; Adanya perbedaan yang cukup signifikan dalam hal kesadaran untuk memenuhi kewajiban perpajakan dilihat dari karakteristik Wajib Pajak seperti : gender, umur, jenis pekerjaan, penghasilan , dan aspek lainnya; pelayanan perpajakan yang diukur dari ketentuan perpajakan, kualitas sumber daya manusia dan sistem informasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak.

Penelitian yang dilakukan Supriyati dan Fitri Indawati (2007) dengan judul “ Analisis Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerapan Self Assessment System Pajak Penghasilan Berdasarkan Karakteristik Wajib Pajak (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Sidoarjo Timur)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan sikap Wajib Pajak orang pribadi dalam penerapan Self Assessment System pajak penghasilan berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan dan masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan berdasarkan tingkat pendidikan; Terdapat perbedaan sikap yang


(27)

signifikan berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan; Terdapat perbedaan sikap yang signifikan berdasarkan masa kerja.

Penelitian yang dilakukan Elia Mustikasari (2007) dengan judul “Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di Perusahaan Industri Pengolahan Di Surabaya“. Penelitian ini bertujuan untuk ingin melihat lebih jauh mengenai kepatuhan Pajak badan di perusahaan industri pengolahan di Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa Tax Professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhannya tinggi; Pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax professional untuk berperilaku patuh; Tax professioanal yang memiliki kewajiban moral yang tinggi, niat kepatuhan pajaknya rendah atau sebalikknya; Semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional untuk berperilaku tidak patuh; Semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professioanal tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan badan yang diwakilinya.

Penelitian yang dilakukan Ratih Ayu Wulandari (2006) dengan judul “Pengaruh Tekanan Sosial, Persepsi Sanksi dan Pemahaman Wajib Pajak akan Undang – undang Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tekanan sosial, persepsi sanksi dan pemahaman wajib pajak akan undang – undang perpajakan mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak; dan untuk mengetahui apakah tekanan sosial, persepsi sanksi


(28)

dan pemahaman wajib pajak akan undang – undang perpajakan mempunyai pengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa hipotesis bahwa diduga tekanan sosial, persepsi sanksi dan pemahaman wajib pajak mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, teruji kebenarannya.

Penelitian yang dilakukan Oktavina Ratna Pury (2006) dengan judul “ Pengaruh Kepatuhan, Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Industri Kecil (Sepatu – Sandal) Di Wedoro Sidoarjo – Jawa Timur ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kepatuhan, kesadaran wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pada industri (sepatu – sandal) di Wedoro Sidoarjo – Jawa Timur; dan mengetahui manakah dari kedua variabel tersebut yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penerimaan pajak penghasilan pada industri kecil (sepatu – sandal) di Wedoro Sidoarjo – Jawa Timur. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa berdasarkan hipotesis pertama yang mengatakan bahwa diduga terdapat pengaruh kepatuhan dan kesadaran wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan telah terbukti kebenarannya; dan berdasarkan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa diduga variabel kesadaran wajib pajak mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penerimaan pajak penghasilan telah terbukti kebenarannya.

Penelitian yang dilakukan Ria Kristiana (2008) dengan judul“ Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pelayanan Pemerintah terhadap


(29)

Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus pada Pengusaha Sarang Burung Walet yang Berada di Wilayah Kabupaten Gresik Jawa Timur)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh kesadaran wajib pajak dan pelayanan pemerintah terhadap kepatuhan wajib pajak (studi kasus pada pengusaha sarang burung walet yang berada di wilayah Kabupaten Gresik Jawa Timur) ”. berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis dengan menggunakan uji F dapat diketahui ada pengaruh kesadaran wajib pajak dan pelayanan pemerintah terhadap kepatuhan wajib pajak, sehingga hipotesis satu yang menyatakan bahwa diduga kesadaran wajib pajak dan pelayanan pemerintah berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, teruji kebenarannya; dan berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t dapat diketahui ada pengaruh kesadaran wajib pajak dan pelayanan pemerintah secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak, sehingga hipotesis dua yang menyatakan bahwa diduga kesadaran wajib pajak dan pelayanan pemerintah secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, teruji kebenarannya.

           


(30)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Pajak

Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda – beda mengenai pajak, namun demikian berbagai definisi tersebut mempunyai inti atau tujuan yang sama.

Definisi pajak menurut Djajadiningrat dalam Resmi, (2008: 1) sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagaian dari kekayaan kepada kas negara yang disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

Definisi pajak menurut Feldmann dalam Suandy (2005 : 9), pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak atau oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma – norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata – mata digunakan untuk menutup pengeluaran – pengeluaran umum.

Definisi pajak menurut Soemitro yang dikutip oleh Mardismo (2008 : 1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UU (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.


(31)

Definisi pajak menurut Soemahamidjaja dalam Waluyo dan Ilyas (2002: 5), pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma – norma hukum, guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Dari definisi yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak adalah iuran wajib yang harus dibayar kepada pemerintah (dapat dipaksakan) guna membiayai pembangunan demi kepentingan dan kesejahteraan umum sesuai dengan peraturan perpajakan yang telah ditetapkan pemerintah.

2.2.2. Fungsi – fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak menurut Resmi (2008: 3), yaitu : 1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan, sebagai sumber keuangan maka pemerintah memasukkan uang sebanyak – banyaknya untuk kas negara.

2. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan tertentu diluar bidang keuangan.


(32)

2.2.3. Syarat – syarat Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2008: 2), syarat – syarat agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang – undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang – undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing – masing. Sedang adil dalam pelaksanaanya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan dan penundaan dalam pembayarann dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang – Undang (syarat yuridis)

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.


(33)

4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh Undang – Undang perpajakan yang baru.

Contoh :

a. Bea Meterai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.

b. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10 %.

c. Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (orang pribadi).

2.2.4. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Teori pemungutan pajak ini diharapkan membawa suatu kesadaran akan pentingnya pemungutan pajak, pajak bukan lagi menjadi beban melainkan menjadi kewajiban dalam kehidupan masyarakat. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian


(34)

hak kepada negara untuk memungut pajak menurut Mardiasmo (2008: 3), yaitu :

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak – hak rakyat. Oleh karena itu, rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing – masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, maka semakin tinggi pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing – masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan dua pendekatan, yaitu :

 Unsur Obyektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.

 Unsur Subyektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, masyarakat


(35)

harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat adanya pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian seluruh masyarakat lebih diutamakan.

2.2.5. Pengelompokan atau Pembagian Pajak

Menurut Mardiasmo (2008: 5), pengelompokan pajak dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Menurut golongannya :

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.


(36)

2. Menurut sifatnya :

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3. Menurut lembaga pemungutannya :

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Contoh :

 Pajak propinsi, seperti : pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

 Pajak kabupaten / kota, seperti : pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak perencanaan jalan.


(37)

2.2.6. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2008: 7), dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu :

1. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri – cirinya :

 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada fiskus,

 Wajib Pajak bersifat pasif,

 Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri – cirinya :

 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri,

 Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.


(38)

3. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan Wajib Pajak yang bersangkuatan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri – cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

2.2.7. Penetapan Tarif Pajak

Menurut Suandy (2005: 69), ada empat tarif pajak, yaitu : 1. Tarif Tetap

Adalah tarif pajak yang jumlah nominalnya tetap walaupun dasar pengenaan pajaknya berbeda atau berubah, sehingga jumlah pajak yang terutang selalu tetap.

2. Tarif Proporsional atau Sebanding

Adalah tarif pajak yang merupakan presentase yang tetap, tetapi jumlah pajak yang teruang akan berubah secara proposiaonal atau sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya.

3. Tarif Progresif

Adalah tarif pajak yang merupakan persentase semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya meningkat, jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya.


(39)

4. Tarif Degresif

Adalah tarif pajak yang presentasenya semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat, jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya.

2.2.8. Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Valentina dan Aji Suryo (2006: 4), pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Dengan kata lain, pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan secara subjektif sesuai dengan kemampuan masing – masing Wajib Pajak berkenaan dengan penghasilan yang diperoleh atau diterimanya selama satu tahun pajak.

2.2.8.1. Subjek Pajak

Menurut Mardisamo (2008: 129), pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang menjadi subjek pajak adalah :

1. a. Orang Pribadi

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.


(40)

2. Badan terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan. Organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya.

3. Bentuk Usaha Tetap ( BUT )

Subjek pajak dapat dibedakan menjadi :

a. Subjek pajak dalam negeri yang terdiri dari :  1. Subjek pajak orang pribadi, yaitu : 

 Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia  lebih dari  183 (seratus  delapan  puluh tiga)  hari (tidak  harus  berturut – turut) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau 

 Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia  dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia. 

2. Subjek pajak badan, yaitu : 

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia  3. Subjek pajak warisan, yaitu : 

Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang  berhak. 

b. Subjek pajak luar negeri yang terdiri dari : 

 


(41)

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada  di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari  dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan yang : 

 Menjalankan  usaha  atau  melakukan  kegiatan  melalui  bentuk  usaha tetap di Indonesia. 

 Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia  bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui  bentuk usaha tetap di Indonesia. 

2. Subjek pajak badan, yaitu : 

Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang :

 Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau melalui bentuk  usaha tetap di Indonesia. 

 Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia  bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui  bentuk usaha tetap di Indonesia. 

 

2.2.8.2. Objek Pajak

Menurut Valentina dan Suryo (2006: 15-16), yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,


(42)

dengan nama dan bentuk apapun, termasuk hadiah atas kegiatan, laba usaha, bunga premium dan diskonto, royalti, sewa, warisan dan sebagainya.

Tidak termasuk objek pajak penghasilan adalah :

Adalah hibah atas sumbangan, penerimaan dalam bentuk natuna, pembayaran asuransi, bunga obligasi yang diterima reksadana, penghasilan modal ventura (Valentina dan Suryo, 2006: 17).

2.2.8.3. Dasar Pembukuan dan Pencatatan 

Menurut Mardiasmo (2008: 135), yang diwajibkan menyelenggarakan pembukuan adalah :

1. Wajib Pajak badan

2. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto sebesar Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) atau lebih dalam satu tahun.

Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan adalah :

1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto (peredaran usaha kurang dari Rp 600.000.000,00 dalam satu tahun), dan


(43)

2. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

2.2.8.4. Dasar Pembukuan Penghasilan Kena Pajak (PKP) 

Menurut Mardiasmo (2008: 137), untuk Wajib Pajak badan besarnya penghasilan kena pajak sama dengan penghasilan netto, yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan biaya – biaya yang diperkenankan oleh Undang – undang PPh. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi besarnya penghasilan kena pajak sama dengan penghasilan netto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2.2.8.5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 

Berikut ini disampaikan Pasal yang mengatur mengenai jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yang baru disahkan, dikutip dari RUU yang isinya kemungkinan besar akan sama dengan UU yang telah disahkan.

(1) Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar:

a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

b. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;


(44)

c. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan

d. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

(2) Penerapan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak. (3) Penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. (www.klinik-pajak.com)

2.2.8.6. Tarif Pajak 

Berikut ini disampaikan Pasal yang mengatur mengenai tarif Pajak menurut Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) yang baru disahkan yang akan berlaku 1 Januari 2009, dikutip dari RUU yang isinya kemungkinan besar akan sama dengan UU yang telah disahkan.

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi: 1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:


(45)

Berlaku mulai 1 Januari 2009

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah)

5 % Di atas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp

250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15 %

Di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25 %

Di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

30 %

2. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).

(www.klinik-pajak.com)

2.2.9. Kepatuhan Wajib Pajak

Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, juga mempunyai suatu aturan – aturan sendiri dalam pelaksanaannya, maka Wajib Pajak dituntut untuk memahami prosedur perpajakan dan akuntansi perpajakan untuk melaksanakan kewajiban sebagai wajib pajak yang patuh.

Untuk melaksanakan suatu kegiatan atau tindakan, maka diperlukan suatu dorongan dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Begitu juga bagi Wajib Pajak, untuk melaksanakan kewajiban sebagai Wajib Pajak, perlu adanya suatu dorongan atau motivasi untuk melaksanakan. Motivasi ini tercapai, jika wajib pajak mempunyai suatu harapan, bahwa


(46)

dengan memahami prosedur dan akuntansi perpajakan dapat melaksanakan kewajibannya sebagai Wajib Pajak yang disiplin, dan nantinya akan mendapat hasil tertentu atas pemahaman tersebut. Hal ini dimungkinkan, karena asas perpajakan yang sekarang digunakan adalah

self assessment system yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Mardismo, 2008: 7).

Adapun ketidakpatuhan yang dilakukan Wajib Pajak dalam membayar dan melaporkan pajak, yaitu ;

1. Perlawanan pasif 

Terdiri dari hambatan yang mempersukar pemungutan pajak yang erat  hubungannya  dengan  ekonomi,  perkembangan  intelektual,  moral  penduduk, serta sistem pemungutan pajak itu sendiri. Dalam perlawanan  pasif tidak ada usaha secara nyata di masyarakat untuk menghambat  pemungutan pajak, namun karena kondisi masyarakat yang kurang sedia  membayar  pajak.  Masyarakat  yang  bersifat  agraris,  perkembangan  intelektual rendah, atau moral penduduk tersebut jelek, maka mereka  tidak tahu atau tidak menyadari arti pentingnya pajak bagi negara maupun  dirinya sendiri. 

2. Perlawanan aktif   

Semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan terhadap  fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak. Dalam perlawanan aktif  nyata  –  nyata  ada  usaha  dari  Wajib  Pajak  untuk  membayar  pajak,  pengelakan atau penyulundupan pajak, dan usaha melalaikan pajak. 


(47)

(Mardiasmo, 2008: 9) 

 

2.2.10. Pemahaman Wajib Pajak   

Pemahaman berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru, yang dalam hal ini adalah pajak yang selama ini dianggap mengganggu mereka. Wajib Pajak dikatakan paham terhadap pajak apabila setiap orang mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai asas – asasnya, macam – macam pajak yang berlaku, cara perhitungan dan tata cara pembayarannya, serta hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak. Ketidakpahaman terjadi apabila perkembangan intelektual dan moral masyarakat masih rendah atau sistem perpajakan yang sulit dipahami masyarakat (Mardiasmo, 2008: 8).

Menurut Purwantini dan Bondan dalam Supriyati dan Indawati (2007: 38), menyatakan pemahaman masyarakat Indonesia tentang Undang – Undang Pajak Penghasilan masih rendah. Hal ini dimungkinkan karena Undang – Undang Pajak Penghasilan tahun 2000 pada kenyataannya tidak sesederhana seperti yang diidealkan, sementara itu tingkat pendidikan mayoritas masyarakat Indonesia masih rendah. Rendahnya tingkat pendidikan itu tentunya mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, sehingga dimungkinkan target penerimaan negara yang bersumber dari pajak juga rendah.


(48)

2.2.10.1. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib    Pajak 

Wajib Pajak kadang kurang menyadari akan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Bila ada sedikit kemungkinan, mereka pada umumnya cenderung untuk meloloskan diri dari pajak. Hal ini telah dan bukan hanya terjadi saat sekarang – sekarang ini saja, tetapi sudah sejak lama, dan tidak hanya terjadi di beberapa negara, melainkan pada setiap orang, baik secara pribadi maupun kelompok atau badan, memiliki kecenderungan untuk melakukan perlawanan terhadap pajak (Monganting, 1999: 48).

  Pendapat Fallan (1999: 173– 184), mengkaji pada aspek pentingnya  pengetahuan perpajakan dalam mempengaruhi sikap Wajib  Pajak  dengan  membedakan antara laki – laki dan perempuan. Oleh karenanya sikap Wajib  Pajak terhadap badan perpajakan akan dipengaruhi oleh pengetahuan wajib  pajak mengenai perpajakan. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan  baik formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran  wajib pajak (Suryadi, 2006: 108). 

   Pelaksanaan  sosialisasi  perpajakan  juga  dimaksudkan  untuk  lebih  memberdayakan Wajib Pajak supaya lebih memahami Undang – Undang dan  peraturan perpajakan yang berlaku dan mudah dimengerti oleh Wajib Pajak  mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.  

   


(49)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 487), kesadaran adalah keadaan tahu, keadaan mengerti dan merasa. Analog dengan kesadaran bernegara, maka kesadaran perpajakan adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak, berupa konstelasi komponen kognitif, efektif, konatif, yang berinteraktif dalam memahami, merasakan,dan berperilaku terhadap makna dan fungsi pajak. Kesadaran perpajakan berkonsistensi logis untuk pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah (Suhardito dan Sudibyo, 1999: 5).

Wajib Pajak kadang kurang menyadari akan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Bila ada sedikit kemungkinan, mereka pada umumnya cenderung untuk meloloskan diri dari pajak. Hal ini telah dan bukan hanya terjadi saat sekarang – sekarang ini saja, tetapi sudah sejak lama, dan tidak hanya terjadi di beberapa negara, melainkan pada setiap orang, baik secara pribadi maupun kelompok atau badan, memiliki kecenderungan untuk melakukan perlawanan terhadap pajak (Monganting, 1999: 48).

Tingkat kesadaran masyarakat dalam hal memenuhi kewajibannya masih kurang. Masyarakat Indonesia sebagai Wajib Pajak belum memiliki kesadaran.

Rendahnya kesadaran masyarakat akan mempengaruhi tindakan menghindari pajak. Tindakan Wajib Pajak dalam upayanya melakukan penghindaran pembayaran pajak dapat secara legal maupun secara illegal.


(50)

Legal dikenal dengan tax avoidance, bila Wajib Pajak berusaha untuk mengurangi dan memanfaatkan kelemahan peraturan loopholes sedangkan secara illegal tax envansion, Wajib Pajak dengan sengaja melakukan pelanggaran dari ketentuan yang berlaku (Mardiasmo, 2008: 9).

2.2.11.1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak  

    Menurut  Suhardito  dan  Sudibyo  (1999:  5),  menyatakan  bahwa 

kesadaran bernegara adalah suatu sikap sadar mempunyai negara dan sikap  sadar terhadap fungsi negara. Sikap ini berupa konstelasi komponen kognitif,  afektif  dan  konatif,  yang  berinteraksi  dalam  memahami,  merasakan  dan  berperilaku  terhadap  makna  dan  fungsi  negara.  Kesadaran  bernegara  berkonsekuensi logis untuk warga negara, atau meraka yang merasa menjadi  warga negara, yaitu kerelaan para warga negara memenuhi kewajibannya,  termasuk  rela  memberikan  konribusi  dana  untuk  pelaksanaan  fungsi  pemerintah, dengan cara membayar kewajiban pajaknya. 

    Apabila mangacu pengertian sistem perpajakan dengan self assessment  system yang berarti  pemenuhan kewajiban  pajak  seseorang dipercayakan  kepada masyarakat Wajib Pajak, maka secara umum Wajib Pajak sepenuhnya  membayar  sendiri pajaknya apakah secara bulanan / tahunan, sehingga tidak  akan pernah melibatkan pihak lain atau pihak ketiga. Hal tersebut banyak  ditentukan  oleh  beberapa  faktor  yang  ada  dan  yang  dapat  mendukung  keberhasilannya, yaitu  tingkat  kepatuhan  Wajib  Pajak,  yang  dimulai  dari  pengetahuan, pemahaman dan kesadaran mereka dalam masalah kewajiban  perpajaknnya ( Pamungkas, 2003: 18). 


(51)

    Menurut Simatupang  (2002:  17),  adanya  keinginan  yang  kuat  dari  sebagaian masyarakat untuk tidak membayar pajak, mudah dipahami sebagai  ketidakrelaannya untuk mengalihkan sebagaian kekayaannya kepada negara,  karena sesungguhnya pajak bagi mereka merupakan penyebab berkurangnya  kekayaan atau konsumsi mereka. 

    Hal lain yang menyebabkan rakyat belum secara sukarela membayar  pajak adalah image ditengah – tengah masyarakat, bahwa membayar pajak  untuk orang – orang pajak (Silallahi, 2002: 39). 

    Pada  umumnya  kesadaran  Wajib  Pajak  juga  dipengaruhi  oleh 

kepercayaan. Wajib Pajak mengharapkan adanya timbal balik dari pembayaran  pajak  yang  telah  disetor  kepada  pemerintah.  Apabila  masyarakat  tidak  merasakan manfaat dari pajak tersebut, maka akan muncul kecenderungan  penghindaran pajak. 

2.3. Kerangka Pikir 

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas, premis – premis yang dapat dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis, antara lain :

Premis 1 : Adanya pengaruh positif signifikan kepatuhan wajib pajak terhadap kinerja penerimaan pajak (Suryadi, 2006).

Premis 2 : Faktor dapat mendukung keberhasilan penerimaan pajak, yaitu tingkat kepatuhan Wajib Pajak, yang dimulai dari


(52)

pengetahuan, pemahaman dan kesadaran mereka dalam masalah kewajiban perpajaknnya (Pamungkas, 2003).

Premis  3  :  Bahwa tekanan sosial, persepsi sanksi dan pemahaman wajib pajak  mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, teruji  kebenarannya (Wulandari, 2006). 

Premis 4 :   Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t dapat  diketahui ada pengaruh kesadaran wajib pajak dan pelayanan  pemerintah  secara  parsial  terhadap  kepatuhan  wajib  pajak,  sehingga  hipotesis  dua  yang  menyatakan  bahwa  diduga  kesadaran wajib pajak dan pelayanan pemerintah secara parsial  berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak,  teruji kebenarannya (Kristina, 2007).  

Adapun kerangka pikir yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian dapat diikhtisarkan sebagai berikut :


(53)

2.4. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah diduga Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Komite Pengusaha Alas Kaki di Kota Mojokerto.

Pemahaman Wajib Pajak ( X1 )

Kepatuhan Wajib Pajak ( Y )

Kesadaran Wajib Pajak ( X2 )


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2005: 126).

Sesuai dengan judul yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka variabel – variabel yang akan diamati adalah sebagai berikut :

a. Variabel Terikat ( Y ) : Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Adalah ketaatan dalam melaksanakan ketentuan – ketentuan atau aturan - aturan perpajakan yang diwajibkan untuk dilaksanakan.

b. Variabel Bebas ( X ) :

1. Pemahaman Wajib Pajak (X1)

Adalah mengerti atau memahami segala hal yang berhubungan dengan pajak, baik asas – asanya, macam – macam pajak, tata cara perhitungan dan tata cara pembayaran pajak.


(55)

2. Kesadaran Wajib Pajak (X2)

Adalah adanya rasa yang timbul dari diri seorang wajib pajak atau keadaan tahu seorang wajib pajak atas apa yang harus dilakukan, yaitu dengan cara membayar kewajiban perpajakannya.

3.1.2. Pengukuran Variabel

1) Pemahaman Wajib Pajak (X1)

Variabel ini diukur dengan menggunakan strategi survey dengan model  impersonal  yang  berisi  10  pertanyaan  yang  disesuaikan  dengan  kebutuhan peneliti. Model impersonal membutuhkan alat perantara  antara  pewawancara  dengan  terwawancara  yang  terdaftar  dalam  kuesioner. Skala  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  skala  interval dengan teknik  pengukuran  skala  likert  (Ridwan, 2004:  86).  Instrumen  dalam  penelitian  ini  merupakan  pengembangan  dan  modifikasi dari peneliti yang dilakukan oleh Hartaty (2006). Indikator  yang digunakan antara lain mengenai : 

a. Informasi Mengenai Pajak 

b. Sistem Pajak dan Prosedur Perpajakan  c. Pemahaman Peraturan Perpajakan 

2) Kesadaran Wajib Pajak (X2)


(56)

model impersonal yang berisi 8 pertanyaan yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Model impersonal membutuhkan alat perantara antara pewawancara dengan terwawancara yang terdaftar dalam kuesioner. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan teknik pengukuran skala likert (Ridwan, 2004: 86). Instrumen dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari peneliti yang dilakukan oleh Pury (2006). Indikator yang digunakan antara lain mengenai :

a.  Kesadaran Pentingnya Pajak  b. Kesadaran Mengenai Sanksi 

 

3) Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Variabel ini diukur dengan menggunakan strategi survey dengan model  impersonal  yang  berisi  10  pertanyaan  yang  disesuaikan  dengan  kebutuhan peneliti. Model impersonal membutuhkan alat perantara  antara  pewawancara  dengan  terwawancara  yang  terdaftar  dalam  kuesioner.  Skala  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  skala  interval dengan teknik pengukuran skala likert ( Ridwan, 2004: 86).  Instrumen  dalam  penelitian  ini  merupakan  pengembangan  dan  modifikasi dari peneliti yang dilakukan oleh Pury (2006). Indikator yang  digunakan antara lain mengenai : 

a. Menghitung dan  Memperhitungkan  Pajak yang Terutang  dengan  Lengkap, Benar dan Jelas 


(57)

b. Melaporkan Pajak terutang melalui Surat Pemberitahuan Pajak (SPT)  Tepat Waktu 

c. Membayar Pajak Teruatang Tepat Waktu 

 

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subjek / objek yang memiliki ciri – ciri / karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subjek / objek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari penelitian (Sumarsono, 2002: 44). Populasi dalam penelitian ini adalah pengrajin atau pengusaha yang terdaftar di KOMPAK (Komite Pengusaha Alas Kaki) Kota Mojokerto, berjumlah 43 pengrajin.

3.2.2. Sampel

Menurut Nazir (2003: 271), sampel adalah bagian dari populasi. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002: 44). Teknik penentuan sampel menggunakan Purposive Sampling yaitu teknik penarikan sampel non – probabilitas yang menyeleksi responden – responden berdasarkan ciri - ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang merupakan representatif dari populasi (Sumarsono, 2004: 52), dengan criteria bahwa pengrajin atau pengusaha alas kaki tersebut memiliki NPWP, maka berdasarkan criteria diatas


(58)

sampel yang digunakan sebanyak 31 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer yang diperlukan ini diperoleh dari jawaban responden dengan menggunakan teknik kuesioner yang dibagikan kepada pengrajin sepatu sandal di Kota Mojokerto.

b. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh KPP Pratama Mojokerto.

3.3.2. Teknik Pelaksanaan

Dalam penelitian ini akan di adakan beberapa teknik pelaksanaan dengan menggunakan cara sebagai berikut :

a. Studi Perpustakaan

Yaitu meliputi penelaah data sekunder yang diperoleh dari literature yang erat kaitannya dengan penelitian ini, termasuk bahan – bahan ilmiah yang penulis terima selama mengikuti pendidikan di UPN “ Veteran “ Jawa Timur.

b. Studi Lapangan, meliputi :

 Kuesioner

Memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diberikan nilai atau scoring, kuesioner tersebut diberikan kepada pihak yang


(59)

berkepentingan secara langsung berhubungan dengan pokok permasalahan yang diteliti.

 Interview

Proses pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan mengadakan tanya jawab terhadap pihak – pihak yang berhubungan dengan objek penelitian.

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas 

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut itu dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh masing – masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan. Apabila korelasi antara skor total dengan skor masing – masing pertanyaan signifikan (ditunjukkan dengan taraf signifikan < 0,05), maka dapat dikatakan bahwa alat tersebut mempunyai validitas (Sumarsono, 2004: 31).

Beberapa asumsi yang digunakan apabila dilakukan analisis korelasi pearsson antara lain :

1. Distribusi nilai dari variabel berdistribusi normal atau mendekati normal,

2. Variabel yang akan dicari korelasinya adalah variabel kontinu yang bersifat rasioanal atau mini interval,


(60)

3. Hubungan dari variabel  adalah linier. 

 (Wahana Komputer, 2006: 170‐171) 

 

3.4.2. Uji Reliabilitas 

Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005: 41).

Perhitungan keandalan butir dalam penelitian ini menggunakan fasilitas yang diberikan oleh SPSS untuk mengukur reabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α), yaitu suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally, 1967) dalam (Ghozali, 2005: 42).

   

3.4.3. Uji Normalitas 

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk.

Pedoman dalam megambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :


(61)

a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) <   5 % , maka distribusi adalah  tidak normal. 

b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitas) ≥ 5 %, maka distribusi adalah normal  .  

(Sumarsono,2004: 43)

3.5.  Uji Asumsi Klasik 

Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinearitas, asumsi autokorelasi, dan asumsi heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik menyatakan bahwa persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu :

1. Tidak boleh ada multikolinearitas.  2. Tidak boleh ada autokorelasi.  3. Tidak boleh ada heteroskedastisitas. 

Apabila ada ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE ( Best Linier Unbiased Estimator ) sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias (Algifari, 2000: 83).


(62)

3.5.1. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variable-variabel bebas dalam suatu model regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan cara melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF). VIF dapat dihitung dengan rumus:

1 VIF =

Tolerance

Tolerance mengukur variabilitas variable bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variable bebas lain. Nilai tolerance yang umum dipakai adalah 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2005: 91-92).

3.5.2. Autokorelasi

Autokorelasi artinya adalah adanya antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series (Ghozali, 2005: 95). Tetapi di dalam penelitian ini tidak dilakukan uji autokorelasi karena data yang diperoleh bukanlah data time series.


(63)

3.5.3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika nilai varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan korelasi rank spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus Rank Spearman adalah :

∑di2

Rs = 1-6

N (N2 – 1) ...………(Gujarati, 1995: 188)

Keterangan :

di = perbedaan dalam rank antara variebel bebas N = banyaknya data

Jika nilai signiikan koefisien rs untuk semua variabel bebas terhadap nilai mutlak dari residual lebih besar 5% maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas (Wahana Komputer, 2005: 60).

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1.  Teknik Analisis  


(64)

Analisis ini dipakai dalam penelitian ini karena dapat menerangkan ketergantungan suatu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Analisis ini juga dapat menduga besar dan arah dari pengaruh tersebut serta mengukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen.

Adapun bentuk umum dari Regresi Linier Berganda secara sistematis adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e……….……(Anonim, 2008: L-21)

Dimana:

Y = Kepatuhan Wajib Pajak β0 = Konstanta / intersep

X1 = Pemahaman Wajib Pajak

X2 = Kesadaran Wajib Pajak β1, β2 = Koefisien regresi

e = Random error 3.6.2. Uji Hipotesis 

3.6.2.1.Uji F (Uji Kecocokan Model)

Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh-pengaruh variabel-variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y) dengan prosedur sebagai berikut:


(65)

a. Ho :1 = 2 =...……=j = 0 (Model dari X1, X 2 terhadap Y tidak ada kecocokan).

b. Ha :1 = 2 =……….=j0 (Model dari X1, X 2 terhadap Y ada kecocokan).

c. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

d. Dengan nilai F hitung: R2/(k-1) Fhit =

(1-R2)/(n-k)

(Anonim, 2003 : L-22)

e. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Suliyanto, 2005 : 65) : Ho diterima, Ha ditolak jika nilai signifikansi > 0,05

Ho ditolak, Ha diterima jika nilai signifikansi < 0,05

3.6.2.2. Uji t (Uji Pengaruh X1 dan X2 Terhadap Y)

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap variabel Y secara parsial. Adapun prosedurnya sebagai berikut :

a. Ho : j = 0 (tidak terdapat pengaruh X1 atau X2 terhadap Y). Ha : 10 (terdapat pengaruh X1 atau X2 terhadap Y).

a. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.


(66)

b. Dengan nilai t hitung : bj

t hit =

se (bj)

(Anonim, 2003 : L-21)

c. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Suliyanto, 2005: 66) Ho diterima, Ha ditolak jika nilai signifikansi > 0,05


(67)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Kota Mojokerto

Pembentukan Pemerintah Kota Mojokerto melalui suatu proses kesejahteraan yang diawali melalui status sebagai staadsgemente, berdasarkan keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda Nomor 324 Tahun 1918 tanggal 20 Juni 1918. Pada masa Pemerintahan Penduduk Jepang berstatus Sidan diperintah oleh seorang Si Ku Cho dari 8 Mei 1942 sampai dengan 15 Agustus 1945.

Pada zaman revolusi 1945 - 1950 Pemerintah Kota Mojokerto didalam pelaksanaan Pemerintah menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto dan diperintah oleh seorang Wakil Walikota disamping Komite Nasional Daerah.

Daerah Otonomi Kota Kecil Mojokerto berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950, tanggal 14 Agustus 1950 kemudian berubah status sebagai Kota Praja menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Setelah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 berubah menjadi Kotamadya Mojokerto. Selanjutnya berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto berdasarkan Undang Nomor 5 Tahun 1974. Selanjutnya dengan adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah, Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto seperti Daerah-Daerah yang lain berubah


(68)

Nomenklatur menjadi Pemerintah Kota Mojokerto. Beberapa produk unggulan Kota Mojokerto antara lain industri sepatu dan sandal kulit, kerajinan dari gips, kerajinan bambu, miniatur perahu layar, industri pengecoran aluminium untuk peralatan masak, batik, konveksi dan bordir, dan beberapa industri makanan.

4.1.2. Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto

Komite Pengusaha Alas Kaki (KOMPAK) Kota Mojokerto untuk jangka panjang waktu yang tidak ditentukan lamanya, pada 15 Agustus 2008, berkantor di jalan Brawijaya No.210 Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Komite Pengusaha Alas Kaki (KOMPAK) ini berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berdasarkan kekeluargaan. Maksud dan tujuan ini menghimpun dan membangun kekuatan ekonomi lokal demi terwujudnya kesejahteraan anggota dan masyarakat secara umum; memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat secara umum; dan ikut membangun tatanan perekonomian nasioanl dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.Sentra industri sepatu dan sandal di Kota Mojokerto tersebar di beberapa kelurahan. Diantaranya adalah di Kelurahan Miji, Prajuritkulon, Kranggan Surodinawan dan Kelurahan Blooto.


(69)

4.1.3. Struktur Kepengurusan Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto

STRUKTUR KEPENGURUSAN

Tahun 2008 – 2013

KOMITE PENGUSAHA ALAS KAKI KOTAMOJOKERTO ( K O M P A K )

1. KETUA : EMRU SUHADAK 2. Wakil Ketua : ACHMAD FADIL 3. SEKRETARIS : FANAN AQSONI 4. Wakil Sekretaris : HERU SUYITNO 5. BENDAHARA : H. FAJAR SODIQ 6. Wakil Bendahara : F.K. LIA

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Responden pada penelitian ini adalah pengrajin atau pengusaha yang terdaftar di KOMPAK (Komite Pengusaha Alas Kaki) Kota Mojokerto, yang berjumlah 31 pengrajin atau pengusaha, dengan teknik pengambilan

purposing sampling. Dasar pertimbangan pemilihan adalah pengrajin atau pengusaha yang telah mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Pada deskripsi hasil penelitian, akan dideskripsikan jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mengenai variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1), Kesadaran Wajib Pajak (X2) , dan Kepatuhan Wajib Pajak (Y).

4.2.1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1)

Berikut adalah deskripsi jawaban responden mengenai variabel pemahaman wajib pajak (X1) :


(70)

Tabel 4.1: Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1)

Skor Item

1 2 3 4 5 Total

0 0 6 24 1 31 X1.1

0,0% 0,0% 19,4% 77,4% 3,2% 100,0% 0 1 4 24 2 31 X1.2

0,0% 3,2% 12,9% 77,4% 6,5% 100,0% 0 0 8 16 7 31 X1.3

0,0% 0,0% 25,8% 51,6% 22,6% 100,0% 0 0 8 22 1 31 X1.4

0,0% 0,0% 25,8% 71,0% 3,2% 100,0% 0 6 14 11 0 31 X1.5

0,0% 19,4% 45,2% 35,5% 0,0% 100,0% 0 0 10 17 4 31 X1.6

0,0% 0,0% 32,3% 54,8% 12,9% 100,0% 0 1 10 16 4 31 X1.7

0,0% 3,2% 32,3% 51,6% 12,9% 100,0% 0 2 12 17 0 31 X1.8

0,0% 6,5% 38,7% 54,8% 0,0% 100,0% 0 2 14 14 1 31 X1.9

0,0% 6,5% 45,2% 45,2% 3,2% 100,0% 0 1 13 17 0 31 X1.10

0,0% 3,2% 41,9% 54,8% 0,0% 100,0% Rata –

rata 0,0% 4,2% 31,9% 57,4% 6,5% Sumber : Lampiran 3A

Berdasarkan tabel di atas, diketahui mayoritas jawaban responden terhadap kesepuluh item pertanyaan variabel pemahaman wajib pajak adalah pada skor 3 yaitu sebesar 31,9% dan skor 4 yaitu sebesar 57,4%. Hal ini berarti responden mengetahui, mengerti, dan memahami mengenai pengertian pajak merupakan hal yang penting bagi dirinya, kemudian responden juga menyatakan penting dengan pertanyaan pemungutan pajak yang dilakukan negara kepada masyarakat, dan penyuluhan yang


(71)

dilakukan negara kepada masyarakat, serta penyuluhan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak mengenai Peraturan Daerah (Perda) kepada semua wajib pajak khususnya mengenai pentingnya pajak dan pentingnya partisipasi masyarakat dalam membayar pajak, selain itu responden menjawab cukup penting dengan pernyataan bahwa sistem pajak yang berlaku saat ini adalah self assessment system yaitu wajib pajak menghitung, melaporkan dan membayar pajaknya sendiri cukup penting untuk dilakukan, kemudian apabila Ditjen Pajak memberikan pengetahuan dan informasi tentang pajak agar Wajib Pajak bisa melakukan perhitungan dan pembayaran dengan benar dan tepat waktu responden menjawab penting, kemudian responden juga memberi jawaban penting untuk mengetahui informasi mengenai cara – cara pengisian SPT (Surat Pemberitahuan) untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dan diadakan pembukuan atau akuntansi yang merupakan salah satu sarana informasi bagi wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan besarnya pajak yang terutang melalui SPT (Surat Pemberitahuan), serta juga menyatakan penting dalam memahami Undang – Undang pajak agar dapat melaksanakan kewajiban dengan benar dan memahami peraturan yang berlaku agar dapat meminimalisasikan adanya kemungkinan kesalahan dalam perhitungan, pelaporan dan pembayaran pajak terutang.


(72)

Berikut adalah deskripsi jawaban responden mengenai variabel kesadaran wajib pajak:

Tabel 4.2: Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)

Skor Item

1 2 3 4 5 Total

0 0 4 22 5 31

X2.1

0,0% 0,0% 12,9% 71,0% 16,1% 100,0%

0 0 4 21 6 31

X2.2

0,0% 0,0% 12,9% 67,7% 19,4% 100,0%

0 0 8 20 3 31

X2.3

0,0% 0,0% 25,8% 64,5% 9,7% 100,0% 0 0 1 15 15 31 X2.4

0,0% 0,0% 3,2% 48,4% 48,4% 100,0%

0 0 7 23 1 31

X2.5

0,0% 0,0% 22,6% 74,2% 3,2% 100,0% 0 0 14 17 0 31 X2.6

0,0% 0,0% 45,2% 54,8% 0,0% 100,0% 0 1 12 18 0 31 X2.7

0,0% 3,2% 38,7% 58,1% 0,0% 100,0%

0 0 1 26 4 31

X2.8

0,0% 0,0% 3,2% 83,9% 12,9% 100,0% Rata –

rata 0,0% 0,4% 20,6% 65,3% 13,7% Sumber : Lampiran 3B

Berdasarkan tabel di atas, diketahui mayoritas jawaban responden terhadap kedelapan item pertanyaan variabel kesadaran wajib pajak adalah pada skor 4 yaitu sebesar 65,39%. Hal ini berarti responden setuju bahwa pajak harus dibayar karena digunakan pemerintah sebagai pendapatan negara, serta harus bayar pajak tepat waktu dan tepat jumlah untuk pengoptimalan pembiayaan pembangunan dan pajak harus dibayar karena merupakan kewajiban kita sebagai warga negara. Selain itu responden juga menyatakan setuju dengan pernyataan pajak yang disetorkan digunakan


(1)

wajib pajak dan pelayanan pemerintah secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, teruji kebenarannya.

4.8. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini antara lain terletak pada :

1. Sampel yang diambil hanya berjumlah 31 orang responden. Dimana jumlah tersebut adalah kecil dibandingkan jumlah populasi, sehingga tidak dapat mengukur kepatuhan wajib pajak secara lebih tepat.

2. Dari hasil penelitian masih terdapat pengaruh dari variabel – variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini, diharapkan pada penelitian yang akan datang memperhatikan variabel – variabel lain yang mempunyai pengaruh lebih besar terhadap kepatuhan wajib pajak


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan :

Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga pemahaman dan kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada komite pengusaha alas kaki di Kota Mojokerto tidak terbukti kebenarannya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan dari penelitian yang diperoleh, dapat diajukan beberapa saran antara lain:

1. Bagi Pengrajin Alas Kaki di Kota Mojokerto

Sebaiknya bagi pengrajin untuk lebih meningkatkan pemahaman mereka terhadap wajib pajak, karena dengan adanya pemahaman dari mereka, mereka akan mengerti tentang tujuan adanya pajak tersebut, karena pajak tersebut nantinya juga akan kembali untuk kepentingan masyarakat, serta lebih meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk kepentingan negara.

2. Bagi KPP Pratama Kota Mojokerto

Sebaiknya memberikan penyuluhan secara langsung kepada pengrajin tata cara pengisian SPT dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pengrajin.


(3)

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan

perbandingan dan tambahan bahan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta

mengembangkan hasil penelitian yang sekarang, dengan menambah variabel yang diteliti seperti partisipasi maupun menambah jumlah sampel pengamatan atau banyaknya responden yang diamati.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Algifari, 2000, Analisis Regresi, Edisi Kedua Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Anonim, 2008, Pedoman Peyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Penerbit Fakultas Ekonomi UPN “ Veteran “ Jawa Timur. Anonim, 2009, Penghasilan Tidak Kena Pajak, www. klinik-pajak.com. Anonim, 2009, Tarif Pajak, www.klinik-pajak.com.

______, 2003, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Akar Media, Surabaya. Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivarial dengan Program SPSS,

Penerbit UNDIP, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa : Zain, Sumarno, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Nazir, Mohammad, 2005, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus, Buku Satu, Penerbit Salemba

Empat, Jakarta.

Ridwan, 2004, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suharyadi dan Purwanto, 2004, Statistika untuk Ekonomi & Keuangan Modern, Buku dua, Penerbit Salemba Empat.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi : Beserta Contoh Interpretasi Hasil Pengolahan Data, Edisi Revisi.

Valentina & Aji Suryo, 2006, Perpajakan Indonesia, Edisi Kedua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Wahana Komputer, 2005, Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12.0, Penerbit Salemba Infotek, Jakarta.

Waluyo dan Wirawan,2002, Perpajakan Indonesia, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Jurnal :

Monganting, Yenni, 1999, Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1 No. 1, hal 43 – 53.

Mustikasari, Elia, 2007, Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya, Simposium Nasional Akuntansi X, Juli

Suhardito, Bambang dan Bambang Sudibyo, 1999, Pengaruh Faktor – faktor yang Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Simposium Nasional Akuntansi II, hal 1 - 14.


(5)

Supriyati, dan Fitri Indawati, 2007, Analisis Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Self Assessment System Pajak Penghasilan Berdasarkan Karakteristik Wajib Pajak (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Sidoarjo Timur), Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi, Vol. 6, No. 1, Mei, Hal. 37 – 46.

Suryadi, 2006, Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur, Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April, Hal. 105 – 121.

Artikel :

Pamungkas, Hanggoro, 2003, Penghitungan Pajak, Catatan Kecil, Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol. 2, No. 8, Maret , hal 16 – 21.

Silalahi, Pande Raja, 2002, Mendongkrak Pajak, Jangan Asal Genjot!, Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol. 1, No. 6, Januari, Hal 36 – 39.

Simatupang, Hendra, 2002, Pajak, Yes! Penjara, Yes!, Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol. 2, No. 3, Oktober, Hal 16 – 18.

Sofyan, Syofrin, 2003, Sistem Penetapan Pajak dalam Rangka Kerangka Mencari Sistem (Yang Kondusif), Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol. 3, No. 4 November, hal 28 – 34.

Peneliti Terdahulu :

Kristiana, Ria, 2008, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pelayanan Pemerintah terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (studi kasus pada Pengusaha Sarang Burung Walet yang berada di Wilayah Kabupaten

Gresik Jawa Timur), Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “

Jawa Timur.

Pury, Oktavina Ratna, 2006, Pengaruh Kepatuhan, Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Industri Kecil (Sepatu – Sandal) di Wedoro Sidoarjo – Jawa Timur, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

Wulandari, Ratih Ayu, 2006, Pengaruh Tekanan Sosial, Persepsi Sanksi dan Pemahaman Wajib Pajak akan Undang – undang Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, SANKSI WAJIB PAJAK, PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, Dan Sikap Rasional Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Stu

0 8 16

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, dan KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Kecamatan Ngadiluwih Kota Kediri).

0 0 107

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, dan KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto).

0 0 117

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Wates Kecamatan Magersari Mojokerto).

0 1 109

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus Pada Komite Pengusaha Alas Kaki di Kota Mojokerto).

0 0 80

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto).

0 0 80

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto) SKRIPSI

0 1 24

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Wates Kecamatan Magersari Mojokerto)

0 0 22

PENGARUH PEMAHAMAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Komite Pengusaha Alas Kaki Kota Mojokerto)

0 0 23

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, dan KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto) SKRIPSI

0 0 24