ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Oleh:

NELLA KATILI 0511010038/FE/EP

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR

INDUSTRI DI JAWA TIMUR

Yang diajukan

NELLA KATILI 0511010038/FE/EP

Disetujui untuk ujian skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Dr.Ec. Wiwin Priana, ME Tanggal : ………..

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi NIP. 030 194 437


(3)

Dengan mengucap syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR” sebagai salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Warsito, SH, MM selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Marseto DS, MSi selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

ii

sehingga nella dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Para dosen yang telah memberikan bekal Ilmu Pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Pimpinan beserta staff instansi Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. 8. Berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala masukan dan saran yang bersifat menyempurnakan bagi skripsi ini, penulis akan menerima dengan baik.

Akhirnya, semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak lain yang membutuhkan.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 7 januari 2009


(5)

DAFTAR ISI

... ii

DAFTAR TABEL

... vii

DAFTAR GAMBAR

... viii

DAFTAR LAMPIRAN

... ix

ABSTRAKSI

... x

BAB I PENDAHULUAN

... 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori ... 13

2.3 Pengertian Permintaan... 13

2.3.1 Teori Permintaan... 13

2.3.2 Elastisitas Permintaan ... 17

2.4 Pengertian Penawaran ... 20


(6)

2.6 Pengertian Produksi ………...……… 25

2.6.1 Faktor-faktor Produksi….………... 25

2.6.2 Jenis Proses Produksi ..….………... 28

2.7 Pengertian Konsumsi ………... 28

2.8 Pengertian Tenaga Kerja ………... 29

2.8.1 Pengertian Bukan Angkatan Kerja ………... 30

2.8.2 Kesempatan Kerja ………...………... 31

2.9 Pengertian Industri …………...……….…….. 32

2.10 Pengertian Tarif …...………... 34

2.11 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto ... 35

2.12 PLN Sebagai Salah Satu Penyelenggara Jasa Sambungan Listrik ... 39

2.12.1 Landasan Hukum ... 42

2.12.2 Kerangka Pikir ... 43

2.12.3 Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….... 47


(7)

3.4.2 Uji Hipotesis ………... 51

3.5 Asumsi Klasik Analisis Regresi Linier Berganda (BLUE) .... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian………. 58

4.1.1 Keadaan Geografis Jawa Timur……….. 58

4.1.2 Penduduk Dan Tenaga Kerja……….………. 60

4.1.3 Keadaan Umum Propinsi Jawa Timur……..……….. 61

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian………... 62

4.2.1 Perkembangan Konsumsi Tenaga Listrik ...…………. 62

4.2.2 Perkembangan Jumlah Pelanggan…...…………. 63

4.2.3 Perkembangan Tarif Penjualan Listrik….………... 64

4.2.4 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto.….…... 65

4.2.5 Perkembangan Jumlah Produksi Listrik ... 66

4.3 Hasil Perhitungan dan Analisis ...………... 67

4.3.1 Pengujian Adanya Pelanggaran Asumís-Asumsi Klasik... 67

4.3.2 Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda…………....……..69

4.3.3 Koefisien Determinasi (R²) dan Koefisien Korelasi (R)……...71


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………..………...80 5.2 Saran………..……….81 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Lampiran 2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Lampiran 3 Tabel Distrbusi t

Lampiran 4 Tabel Distrbusi F Lampiran 5 Tabel Durbin Watson

Lampiran 6 Tabel Jumlah Pelanggan, Jumlah Produksi Listrik dan Jumlah Listrik yang Didistribusikan.


(10)

Gambar 2 : Diagram Kerangka Pikir ...…...……….………….. 43 Gambar 3 : Kurva Distribusi Penolakan/Penerimaan Hipotesis Secara Parsial. 53 Gambar 4 : Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi.…………..…….…… 55 Gambar 5 : Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis secara Simultan ... 73 Gambar 6 : Kurva Distribusi Penerimaan dan Penolakan Hipotesis secara Parsial

untuk Variabel X1 ……….………..74 Gambar 7 : Kurva Distribusi Penerimaan dan Penolakan Hipotesis secara Parsial untuk Variabel X2 ……….………. 75 Gambar 8 : Kurva Distribusi Penerimaan dan Penolakan Hipotesis secara Parsial untuk Variabel X3 .……….. 77 Gambar 9 : Kurva Distriusi Penerimaan dan Penolakan Hipotesis secara Parsial


(11)

Tabel 2 : Perkembangan konsumsi tenaga listrik di Jawa Timur..………...………..62 Tabel 3 : Perkembangan Jumlah pelanggan industri listrik di Jawa Timur…….……63 Tabel 4 : Perkembangan Tarif penjualan listrik di Jawa Timur………....……..64 Tabel 5 : Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto di Jawa Timur...…....….65 Tabel 6 : Perkembangan Jumlah produksi listrik di Jawa Timur…...…………..….66 Tabel 7 : Nilai VIF………..………...…………..67 Tabel 8 : Batas-batas Daerah test Durbin Watson….………..………68 Tabel 9 : Korelasi antara variabel bebas dengan Residual (error)…….……..………68 Tabel 10 :Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda dengan menggunakan Program

SPSS ...70 Tabel 11: Analisa Varian (ANOVA) ………..……72


(12)

Oleh

NELLA KATILI

ABSTRAKSI

Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, pembangunan teknologi industri berkaitan erat dengan tenaga listrik yang merupakan salah satu faktor penting yang sangat mendukung perkembangan pembangunan khususnya sektor industri. Sebagai penyedia layanan listrik untuk masyarakat dan beberapa sektor lainnya, PLN mempunyai tugas dan wewenang dalam menyediakan tenaga listrik bagi masyarakat. Hendaknya pengelola perusahaan Listrik mengadakan promosi guna mencari atau mendapatkan jumlah pelanggan yang banyak, karena jumlah pelanggan yang banyak dapat meningkat pendapatan perusahaan dan meningkatkan PAD propinsi Jawa Timur..

Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui faktor pendukung yang mempengaruhi Permintaan Sambungan Listrik Sektor Industri. Penulisan ini menggunakan data sekunder selama 15 tahun sejak tahun 1993-2007. Sedangkan analisis regresi linier berganda yaitu untuk mengetahui hubungan atau pengaruh secara simultan dan parsial dari variabel bebas Jumlah Pelanggan, Tarif Penjualan, Produk Domestik Regional Bruto dan Jumlah Produksi Listrik terhadap variabel terikat Konsumsi Tenaga Listrik.

Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa secara simultan faktor atau variabel Jumlah Pelanggan (X1),Tarif Penjualan (X2), Produk Domestik Regional Bruto (X3) dan Jumlah Produksi Listrik berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Konsumsi Tenaga Listrik (Y), hal ini ditunjukan dengan pengujian Fhitung = 73.821 lebih besar dari Ftabel =3,478.Setelah diuji secara parsial dengan uji t teryata variabel Jumlah Pelanggan dan Jumlah Produksi Listrik yang berpengaruh signifikan terhadap Konsumsi Tenaga Listrik. Sedangkan variabel Tarif Penjualan dan Produk Domestik Regional Bruto tidak signifikan terhadap Konsumsi Tenaga Listrik. Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0,967 yang berarti bahwa variabel bebas mampu menjelaskan dari variabel terikat sebesar 96,7% sedangkan sisanya sebesar 3,3% dijelaskan oleh variabel lain.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha. Dalam waktu yang akan datang kebutuhan listrik akan meningkat seiring dengan adanya peningkatan dan perkembangan baik dari jumlah penduduk, jumlah investasi yang semakin meningkat akan memunculkan berbagai industri-industri baru. Penggunaan listrik merupakan factor yang penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan, komunikasi, industri dan sebagainya.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, pembangunan teknologi industri berkaitan erat dengan tenaga listrik yang merupakan salah satu faktor yang penting yang sangat mendukung perkembangan pembangunan khususnya sektor industri, dalam kehidupan modern tenaga listrik merupakan unsur mutlak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat oleh karena itu energi listrik merupakan tolak ukur kemajuan masyarakat.

Kapasitas pembangkit tenaga listrik sangat dipengaruhi oleh laju ekonomi, sedangkan sektor industri merupakan sektor yang mempunyai andil sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Apabila industri berkembang dengan pesat akan berakibat kepada meningkatnya laju ekonomi


(14)

yang akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal “Kelistrikan Indonesia pada Era Millinium” oleh Muchlis, 2008:1)

Untuk masyarakat yang sering menggunakan listrik untuk produksi dan juga konsumsi baik itu penggunaan listrik untuk menjalankan mesin produksi dan untuk kebutuhan sehari-hari tanpa disadari telah terjadi pemborosan listrik yang seharusnya dapat dicegah atau dihemat mengingat perekonomian yang tidak stabil, maka dapat dimulai suatu penghematan atau penggunaan alternatif lain yang lebih efisien dengan suatu tindakan konservasi bagi sumber daya alam bersifat dapat pulin (renewable resource) dapat dilakukan dengan hati-hati, misalkan konservasi hutan dapat dilakukan dengan beberapa pilihan antara lain reboisasi dan penghijauan.(Suparmoko, 1997:23-25)

Badan Usaha Milik Negara masih tetap memegang peranan penting dalam usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. Penyediaan tenaga listrik dapat diselenggarakan dengan jalan memberikan tugas kepada Badan Usaha Milik Negara untuk mengelola segmen usaha monopoli alamiah seperti transmisi dan distribusi. Selain itu Badan Usaha Milik Negara juga memberikan kesempatan untuk tetap mengelola segmen usaha yang bersifat strategis seperti pengelolah system tenaga listrik yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN).(Anonim, 2002:9)


(15)

UU No 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan menyatakan bahwa pelaku usaha penyediaan tenaga listrik di Indonesia terdiri dari Badan Usaha Milik Negara, swasta, koperasi dan Badan Usaha Milik Daerah. Dengan diberlakukannya Undang Undang Ketenagalistrikan tersebut, industri listrik nantinya akan membuka peluang bagi pihak swasta ikut bagian dalam penyediaan layanan.(dikutip dalam jurnal “Analisis Peran Subsidi Bagi Industri dan Masyarakat Pengguna Listrik” oleh Purwoko, 2003:5)

Namun sebagai salah satu penyedia layanan listrik untuk masyarakat yang dominan Perusahaan Listrik Negara (PLN) mempunyai tugas dan wewenang dalam menyediakan tenaga listrik bagi masyarakat. Dalam hal ini, peran pemerintah daerah mengembangkan Rencana Induk Ketenagalistrikan Daerah guna mengindentifikasi kebutuhan, wilayah pengembangan, serta program-program pembiayaan.(dikutip dalam jurnal “Jasa Layanan Umum yang Di sediakan langsung oleh Pemerintah Daerah ”oleh IRDA, 2008:7)

Peningkatan pemakaian listrik khususnya pada sektor inndustri, tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan jumlah pelanggan industri yang semakin banyak dan Produk Domestik Regional Bruto yang terus meningkat merupakan suatu indikator pertumbuhan dan keadaan perekonomian negara yang semakin baik menyebabkan permintaan tenaga listrik khususnya untuk sektor industri mengalami peningkatan, indikasi kebutuhan listrik terlihat dari peningkatan konsumsi tenaga listrik, seperti halnya pada Propinsi Jawa Timur jumlah konsumsi tenaga listrik pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 mencatat


(16)

sebesar 6.968.005.000, 7.945.774.000, 8.497.550.000, 8.737.332.000, dan 8.947.218.000 pada sektor industri yang terus meningkat. Dari hal diatas itulah yang menjadi penyebab permintaan sambungan listrik oleh sektor industri kepada PT. PLN (Persero) semakin meningkat dari tahun ke tahun. (Anonim,2007:203)

Sesuai dengan judul penelitian ini, “Analisa Beberapa Faktor yang

Mempengaruhi Permintaan Sambungan Listrik Sektor Industri di Jawa Timur” maka penelitian dititikberatkan pada faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan sambungan listrik sektor industri di Jawa Timur.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah jumlah pelanggan, penjualan tarif listrik per Kilo Watt hour ( KWh ), jumlah produksi listrik dan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) dapat berpengaruh terhadap permintaan konsumsi listrik untuk sektor industri melalui Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) di Jawa Timur ?

2. Manakah dari ke 4 ( empat ) variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi listrik untuk sektor industri melalui Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) di Jawa Timur ?


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah tarif penjualan listrik per Kilo Watt hour ( KWh ), jumlah pelanggan, jumlah produksi listrik dan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) mempengaruhi permintaan sambungan listrik dikalangan dunia usaha.

2. Untuk mengetahui manakah variabel yang paling dominan mempengaruhi permintaan sambungan listrik dikalangan dunia usaha.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan untuk mengetahui prospek perkembangan pembangunan ketenagalistrikan di Jawa Timur.

2. Bagi penulis sendiri, dapat menambah pengetahuan, memperluas wawasan sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bekal untuk terjun kedalam masyarakat.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penelitian lain terhadap materi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis, serta sebagai sambungan tulisan kepada perguruan tinggi UPN ”VETERAN” JAWA TIMUR Fakultas Ekonomi pada umumnya.


(18)

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pustaka. 5. Bagi pihak PLN, sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Limbong (2003:8) ”Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Sambungan Tenaga Listrik Untuk Industri Di Kabupaten Sidoarjo”. Periode waktu yang digunakan 1991-2000. Data analisis menggunakan model regresi linier berganda dimana konsumsi tenaga listrik sebagai variabel terikat (Y), sedangkan variabel bebasnya terdiri dari jumlah pelanggan (X1), tarif listrik (X2) dan Produk Domestik Regional Bruto (X3). Setelah diolah menghasilkan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 276232,59 + 4,21961 X1 + 9,32158 X2 + 0,04221 X3, hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas secara simultan dilakukan dengan uji f yang menghasilkan f hitung 1357,571 sedangkan f tabel 4,76 sehingga f hitung > f tabel. Hal ini berarti ketiga variabel bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi listrik. Selanjutnya untuk menyelidiki masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat digunakan uji t dari pengolahan data tersebut diperoleh t hitung variabel jumlah pelanggan 2,772, tarif listrik 9,101 dan Produk Domestik Regional Bruto 7,966 sehingga jumlah pelanggan, tarif listrik dan Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif terhadap konsumsi tenaga listrik khususnya sektor industri di Kabupaten Sidoarjo.


(20)

2. Yunita (2003:xi) dengan judul ”Analisa Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Sambungan Telepon Rumah Tangga Di Wilayah Surabaya Barat”. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu dari tahun 1988 sampai dengan 2002 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur di Surabaya serta literatur-literatur yang diterbitkan oleh PT Telekomunikasi (TELKOM) Indonesia. Penelitian ini secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas tarif pasang baru, jumlah rumah tangga dan Produk Domestik Regional Bruto, terhadap permintaan telepon di Surabaya ini dapat diketahui dari uji F yaitu diperoleh F hitung sebesar 78,243 lebih besar dari F tabel 3,59 dan secara parsial dapat di uji t sebesar -3,392 dan variabel jumlah rumah tangga dengan t hitung sebesar 2,219, serta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan t hitung sebesar 3,478 berpengaruh terhadap permintaan telepon karena lebih besar dari t tabel sebesar 2,201. Oleh karena itu dengan adanya turunnya tarif pasang baru yang diiringi dengan bertambahnya jumlah rumah tangga dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maka diharapkan akan meningkatkan permintaan telepon diwilayah Surabaya Barat.

3. Hidayati (2004:8) dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Sambungan Listrik Rumah Tangga Di Kabupaten Mojokerto”. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari instansi terkait yaitu PT. PLN unit Mojokerto Selatan dari Badan Pusat Statistik Privinsi Jawa Timur. Dalam penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda


(21)

variabel terikat dalam penelitian ini adalah permintaan sambungan listrik sektor rumah tangga (Y) sedangkan variabel bebasnya adalah pendapatan perkapita (X1), jumlah rumah tangga (X2), jumlah daya listrik yang tersambung (X3), dan tarif penjualan (X4). Dari uji hipotesis secara parsial diperoleh t hitung untuk variabel (X1) sebesar 5,008 > t tabel sebesar 2,571, t hitung untuk variabel (X2) sebesar 2,882 > t tabel sebesar 2,571 t hitung untuk variabel (X3) sebesar 8,769 > t tabel sebesar 2,571, t hitung untuk variabel (X4) sebesar 7,268 > t tabel sebesar 2,571 dengan menunjukkan arah regresi yang positif yang berarti variabel X1,X2,X3, dan variabel X4 memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat Y.

4. Siwi (2005:xi) dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Sambungan Listrik Rumah Tangga Di Kota Madiun”. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil instansi terkait yaitu PT PLN Cabang Madiun, Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur. Dalam penelitian ini menetapkan model regresi linear berganda, variabel terikat dalam ini adalah permintaan sambungan listrik rumah tangga (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah jumlah rumah tangga (X1), pendapatan perkapita (X2) dan harga rata-rata listrik (X3). Pengolahan data diuji secara simultan dan parsial dengan menggunakan program SPSS (Statistical Program For Sosial Science) dari uji simultan diketahui f hitung sebesar 5,134 lebih besar dari f tabel sebesar 4,35. Hal ini berarti ketiga variabel bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan sambungan listrik rumah tangga dan


(22)

diuji secara parsial menunjukkan t hitung X1 = 1,119, X2 = 3,002 dan X3 = -2,598 dengan t tabel sebesar 2,365 sehingga terdapat dua variabel bebas yang berpengaruh secara parsial terhadap permintaan sambungan listrik rumah tangga (Y) yaitu jumlah rumah tangga (X1) tidak berpengaruh terhadap permintaan sambungan listrik sektor rumah tangga (Y), karena jumlah rumah tangga meningkat belum tentu mempunyai rumah baru atau dia masih ikut orang tua mereka tidak perlu untuk minta sambungan listrik baru.

Adapun jurnal yang dapat dijadikan sebagian bahan masukan serta pengkajian selain penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yaitu :

a. Purwoko (2003:1) yang berjudul ”Analisis peran subsidi bagi industri dan masyarakat pengguna listrik.” Penelitian ini menganalisa bahwa subsidi listrik memang masih diperlukan, namun arah penggunaan harus lebih diperjelas. Jenis subsidi yang diterapkan di Indonesia berupa purchase power agreement (PPA) antara PLN dengan IPP dan subsidi untuk pelanggan kelompok tertentu. Berdasarkan penelitian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1) Subsidi listrik masih diperlukan guna memfasilitasi serta mengantisipasi peningkatan kebutuhan dimasa datang dengan memperluas jaringan listrik yang menjangkau seluruh masyarakat.


(23)

2) Untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dengan subsidi silang yang mana saat ini dibebankan pada pemerintah dapat dialihkan pada masyarakat berpenghasilan tinggi.

3) Mengantisipasi peningkatan kebutuhan energi dimasa datang, investor swasta perlu dilibatkan dalam produksi energi lisrik yang lebih besar. 4) Untuk memperluas jaringan listrik guna menjangkau daerah terpencil,

pemerintah perlu memberi subsidi kepada PT. PLN (Persero).

5) Agar subsidi silang antar pelanggan dapat terjadi, maka tarif listrik yang ada saat ini perlu dinaikkan secara bertahap yang akan menyebabkan beban pemerintah berupa subsidi dapat dikurangi secara bertahap.

b. Abdurahman (2003:1) yang berjudul ”Dampak kenaikan tarif dasar listrik terhadap konsumsi listrik dan pendapatan masyarakat.” Penelitian ini menganalisa bahwa efek kenaikan tarif dasar listrik terhadap kemakmuran adalah relatif kecil. Kenaikan tarif dasar listrik sebesar 30% akan menyebabkan penurunan kemakmuran (penurunan terhadap surplus konsumen) sebesar 0.3% dari belanja bulanan rumah tangga. Kalangan rumah tangga yang paling miskin tidaklah mempunyai kemampuan untuk menikmati listrik: suatu rumah tangga haruslah cukup makmur untuk dapat membayar biaya penyambungan sebesar Rp 200.000 pada tahap awal. Metode analisis yang digunakan adalah metode descriptive analisys dan metode analisis


(24)

Berdasarkan penelitian ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

1. Tingkat pendapatan berkorelasi positif dengan konsumsi listrik baik dari sisi

nilai pengeluaran maupun tingkat konsumsi listrik per Kwh-nya.

2. Kenaikan tarif dasar listrik ternyata membawa dampak yang negatif terhadap

pendapatan riil masyarakat.

3. Secara sektoral, dampak kenaikan harga listrik menyebabkan permintaan

terhadap sektor industri makanan akan berkurang sebesar 3.15%, sektor pertanian tanaman pangan (1.44%), dan sektor pedagangan (1.07%).

4. Pada akhirnya, kenaikan tarif dasar listrik akan mengurangi pendapatan

institusi.

Sehubungan dengan hasil penelitian diatas maka disarankan:

1. Pemerintah dalam setiap mengambil kebijakan menaikkan tarif dasar listrik

hendaknya dibarengi dengan usaha untuk meningkatkan lapangan pekerjaan, yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat.

2. Dalam mengambil kebijakan kenaikan tarif dasar listrik hendaknya pemerintah mempertimbangkan dampaknya yang paling kecil baik terhadap kegiatan ekonomi maupun lapisan masyarakat konsumsi PLN.

Berdasarkan pada penelitian terdahulu diatas dapat dilihat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang, terletak pada variabel bebas, tahun penelitian, dan juga terdapat perbedaan pada objek penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda.


(25)

2.2 Landasan Teori

Dalam tinjauan pustaka penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan, memahami dan mengetahui dasar-dasar ekonomi secara teoritis guna membantu memecahkan permasalahan.

2.3 Pengertian Permintaan

Permintaan diartikan sebagai keinginan seseorang untuk memperoleh barang dan jasa. Dari hasil pembelian fungsi permintaan adalah hubungan kuantitas suatu barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah tingkat harga, selera, pendapatan dan harapan-harapan untuk masa depan (Arsyad, 1996:12 ).

Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan ketersediaan serta

kemampuan untuk membeli barang atau jasa yang bersangkutan (Rosyidi,

1998:239).

2.3.1 Teori Permintaan

“Menurut Sukirno (2001:51-52) permintaan seseorang atau suatu

masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor”. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah :

a. Harga barang

Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut. Perkaitan diantara suatu barang dengan berbagai jenis barang yang lainnya


(26)

dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu : barang lain itu merupakan penggenap, dan barang yang lain itu tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan barang pertama.

b. Pendapatan

Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat. Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan corak permintaan berbagai jenis barang. Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang.

c. Distribusi pendapatan

Distribusi pendapatan juga dapat mempengaruhi corak permintaan dan berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut dirubah corak distribusinya.

d. Cita rasa masyarakat

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang.

e. Jumlah penduduk

Pertambahan jumlah penduduk tidak dapat dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini dapat menambah daya beli masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.


(27)

Sedangkan menurut (Kadariah,1997:1-2), dimana masyarakat menganggap bahwa permintaan adalah permintaan dan juga disertai dengan

daya beli (money demand) terhadap suatu barang, permintaan ini juga

dinyatakan dalam kurva permintaan. Dalam menerangkan permintaan terhadap suatu benda ada asumsi, bahwa semua harga tetap dan konsumen mempunyai

pendapatan tertentu (fixed income). Dengan berdasarkan asumsi dapat dibuat

suatu kurva yang menunjukkan jumlah benda itu yang akan dibeli pada tingkat harga sebagai berikut :

Tabel 1 : Permintaan terhadap suatu barang

Harga Jumlah yang dibeli

10 140 20 120 30 100 40 80 50 60 60 40 70 20

Sumber : Kadariah, 1994, Teori Ekonomi Mikro, Edisi Revisi, LPFE UI, Jakarta, hal ; 2.


(28)

Gambar 1 : Kurva Permintaan

P ( Harga )

70 60 50 40 30 20

10 D

0 20 40 60 80 100 120 140 Q

Sumber : Kadariah, 1994, Teori Ekonomi Mikro, Edisi Revisi, LP FEUI, Jakarta, Halaman 2

Gambar 1. Menunjukkan hubungan fungsional antara harga dan jumlah yang diminta kurva ini menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang berarti bahwa makin rendah harga barang makin banyak jumlah yang diminta pertama orang-orang yang mula-mula tidak mampu membeli sekarang dapat membelinya, kedua karena jika harga suatu barang menurun maka orang-orang yang mula-mula membeli barang lain sekarang lebih suka menggantinya dengan barang tersebut secara realistis menjadi lebih murah (ada subtitusi).


(29)

Menurut Boediono (1997:24) fungsi permintaan individu terhadap komoditi tertentu tergantung pada :

1. Harga barang itu sendiri 2. Penghasilan konsumen 3. Selera

2.3.2 Elastisitas Permintaan

Samuelson (1995:79) mendefinisikan bahwa elastisitas permintaan menunjukkan presentase perubahan yang diminta akibat perubahan salah satu variabel yang mempengaruhi permintaan sebesar 1% dengan kondisi variabel yang lain tetap.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan menurut

suatu barang (Rosyidi, 1998:264) yaitu :

1. Ada atau tidaknya barang pengganti, semakin elastis permintaan semakin banyak pula barang subtitusinya

2. Luas atau sempitnya kemungkinan penggunaan barang yang tidak bersangkutan apabila suatu barang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan yang bermacam-macam, maka permintaannya akan lebih elastis daripada barang yang kemungkinan penggunaannya lebih sedikit.

3. Pentingnya bagi kehidupan jika suatu barang memiliki arti yang lebih penting bagi kehidupan manusia, maka akan semakin inelastis permintaan.


(30)

4. Sifat dan tahan lamanya suatu barang semakin tahan lama suatu barang, maka akan semakin elastis permintaan terhadap barang tersebut.

5. Harga yang dibandingkan dengan pendapatan konsumen semakin mahal harga suatu barang, maka semakin elastis permintaannya. Sebaliknya semakin murah harga barang tersebut, maka akan semakin inelastis permintaannya.

Menurut Sukirno (2005:112) ada 3 faktor yang menimbulkan perbedaan

dalam elastisitas permintaan berbagai barang yang terpenting adalah :

a. Tingkat kemampuan barang-barang lain untuk mengganti barang yang

bersangkutan. Di dalam suatu perekonomian terdapat banyak barang yang dapat diganntikan dengan barang-barang lain yang sejenis dengannya. Tetapi sukar cari penggantinya. Perbedaan ini menimbulkan perubahan elastisitas diantara berbagai macam barang. Apabila suatu barang tersebut mempunyai barang pengganti maka permintaan cenderung bersifat elastis yaitu perubahan harga yang kecil saja akan menimbulkan perubahan yang besar atas permintaan. Pada saat harga naik pembeli akan enggan membeli barang tersebut dan lebih suka menggunakan barang-barang lain menjadi penggantinya yang harganya tidak mengalami perubahan. Namun sebaliknya pada saat barang tersebut lebih murah dan pada penggantinya sehingga permintaan akan barang tersebut bertambah.


(31)

b. Presentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut. Besarnya sebagian dan pendapatan yang digunakan untuk membeli suatu barang mempengaruhi elastisitas permintaan atas barang tersebut.

c. Jangka waktu dimana permintaan itu dianalisis, jangka waktu didalam

permintaan atas suatu barang diamati juga mempunyai pengaruh terhadap elastisitas. Makin lama jangka waktu dimana permintaan dianalisis makin elastis permintaan suatu barang. Apabila dalam jangka waktu yang singkat permintaan bersifat lebih tidak elastis karena perubahan-perubahan yang baru terjadi dalam pasar bentuk diketahui oleh para pembeli. Apabila dalam jangka waktu lebih panjang para pembeli dapat mencari barang pengganti atas suatu barang yang mengalami kenaikan harga sehingga permintaan mengalami perubahan.

Elastisitas harga atas permintaan kadang juga disebut ”elastisitas harga” mengukur seberapa besar perubahan jumlah barang yang diminta apabila harganya berubah secara sistematis dapat dirumuskan sebagai

berikut:(Boediono, 1997:31)

ED = Prosentase perubahan jumlah yang diminta Prosentase perubahan harga

Dimana ED adalah elastisitas harga ED < 1 permintaan inelastis


(32)

Artinya perubahan harga sebesar 1% menyebabkan perubahan jumlah yang diminta sebesar kurang dari 1% berarti permintaan bersifat inelastis terhadap harga.

ED > 1 permintaan elastis

Artinya perubahan harga sebesar 1% menyebabkan perubahan barang yang diminta lebih dari 1% berarti permintaan bersifat elastis terhadap harga.

2.4 Pengertian Penawaran

Penawaran atau kurva penawaran dari suatu barang meningkatkan berbagai kuantitas barang tersebut yang akan dijual di pasar oleh seseorang atau beberapa orang penjual selama periode waktu tertentu pada berbagai macam

kemungkinan harga, cateris paribus.(Bilas, 2002:14)

Penawaran bentuk hubungan kuantitas yang ditawarkan dari sebuah barang dengan harga pasarnya untuk seluruh komoditi memperlihatkan hubungan antara pasarnya dengan kuantitas dari komoditi tersebut yang diinginkan diproduksi dan

dijual oleh produsen sementara hal-hal lain dianggap konstan.(Samuelson,

2003:79)

2.4.1 Teori penawaran

Dibalik permintaan (demand), terdapat penawaran (suplly), keduanya

yaitu permintaan dan permintaan yang bersama-sama menentukan harga. Ketentuannya adalah bahwa harga terjadi disuatu tingkat yang penawarannya


(33)

sama dengan permintaan.penawaran dapat didefinisikan sebagai barang atau barang yang ditawarkan pada suatu tingkat harga tertentu. Para ahli ekonomi menyepakati bahwa yang dimaksud dengan penawaran adalah suatu daftar yang menunjukkan jumlah barang yang ditawarkan untuk dijual dengan berbagai tingkat harga dalam suatu pasar tertentu.

Unsur-unsur yang menentukan penawaran atau yang bisa disebut dengan

elemen determinan suplly adalah: (Sukirno, 2005:86)

a. Harga barang itu sendiri (the goods own price)

b. Teknologi (technology)

c. Harga factor produksi (input price)

d. Harga barang lain (price of related goods)

e. Pengaruh-pengaruh yang spesial (special influence)

2.5 Teori Harga

Pengertian harga suatu barang atau jasa adalah suatu tingkat penawaran pada barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan barang lain apapun

bentuknya.(Rosyidi, 1998:237)

Suatu barang dikatakan berharga bila barang tersebut memiliki kriteria:

a. Mempunyai nilai kegunaan artinya adalah kelangkaan suatu barang akan


(34)

b. Jumlah terbatas artinya kelangkaan suatu barang akan mendorong seseorang memanfaatkan kelangkaan tersebut untuk menjual sehingga akan menimbulkan penawaran.

Jadi dapat disimpulkan kelangkaan akan menimbulkan penawaran dan kegunaan akan menimbulkan permintaan, sehingga harga ditentukan oleh bertemunya dua kekuatan yaitu penawaran dan permintaan.

2.5.1 Mekanisme Harga

Problem ekonomi yang paling mendasar adalah bagaimana menggunakan sumber-sumber ekonomi yang terbatas jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya, problem tersebut biasanya digunakan sebagai berikut :

a. Apa (what) yang diproduksi dan dalam jumlah berapa

b. Bagaimana (how) sumber-sumber ekonomi yang tersedia harus digunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut.

c. Untuk siapa (to whom) barang-barang tersebut dengan produksi.

Mekanisme harga adalah proses yng berjalan atas dasar gaya (kekuatan) tarik menarik antara konsumen dan produsen yang bertemu di pasar. Hasil dari gaya tarik menarik adalah harga untuk setiap barang dan setiap faktor produksi.


(35)

Fluktuasi atau gerak dari setiap barang dan jasa dapat mengatasi masalah ekonomi pokok masyarakat dengan jalan sebagai berikut:

a. Bila masyarakat menghendaki lebih banyak akan suatu barang maka akan

terjadi peningkatan permintaan konsumen terhadap barang atau jasa tersebut. Akibatnya harga naik dan produsen akan memperoleh keuntungan yang lebih besar, sehingga akan membawa akibat pula pada produsen yang cenderung memperlebar produksinya dan ini akan pula memunculkan produsen-produsen baru, produsen total akan bertambah. Proses sebaliknya terjadi bila harga turun, keuntungan akan turun dan produk total akan turun. Fluktuasi harga menentukan apa dan berapa barang atau jasa akan di produksi di dalam masyarakat.

b. Barang dan jasa dihasilkan untuk produsen merupakan hasil atau proses pengkombinasian faktor-faktor produsen. Bila harga suatu faktor produsen (input) naik maka produsen akan berusaha mengadakan penghematan penggunaan input. Dalam hal ini fluktuasi harga dapat mengatasi masalah bagaimana (how) sumber-sumber ekonomi atau input yang tersedia digunakan untuk memproduksi barang atau jasa tersebut.

c. Barang-barang hasil produksi dijual untuk konsumen. Konsumen membayar

harga barang dan jasa dari penghasilannya pola di sistem penghasilan bersama-sama dengan harga barang-barang menentukan pola di sistem barang antar warga masyarakat, jadi di sistem penghasilan antar warga masyarakat


(36)

mengakibatkan fluktuasi harga-harga dapat menentukan di sistem barang yang

diproduksi atau dihasilkan didalam masyarakat (Boediono, 1993:7-12).

2.5.2 Hubungan antara Harga dan Permintaan

Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan akan barang tersebut.

Hubungan antara jumlah permintaan dan tingkat harga seperti yang baru dinyatakan disebabkan oleh :

a. Karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian tehadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga.

b. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang, pendapatan yang merosot tersebut memaksa para pembeli untuk mengurangi pembeliannya terhadap berbagai jenis barang dan terutama barang yang mengalami kenaikan harga.


(37)

2.6 Pengertian Produksi

Produksi bagi kebanyakan orang diartikan sebagai kegiatan-kegiatan di dalam pabrik-pabrik atau juga kegiatan-kegiatan di lapangan pertanian. Pendefinisian seperti itu merupakan definisi produksi secara sempit. Sedangkan definisi produksi secara luas seperti yang dituliskan oleh Richard Ruggles yaitu produksi merupakan proses menciptakan nilai atau memperbesar nilai barang atau dapat juga dikatakan bahwa produksi adalah setiap usaha yang menciptakan,

memperbesar daya guna barang (Rosyidi, 2004:56)

Sedangkan menurut Sumarni dan Soeprihanto (1998:205), pengertian

produksi adalah semua kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa, dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian produksi adalah penciptaan atau perbesar nilai guna suatu barang berbentuk suatu aktivitas.

2.6.1 Faktor-faktor Produksi

Faktor-faktor produksi adalah semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang.


(38)

Adapun faktor-faktor produksi terdiri atas :

a. Tanah (land) atau Sumber Daya Alam (Natural Resources)

Adalah segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi dan berasal dari atau disediakan oleh alam atau dapat juga dikatakan sebagai segala sumber asli yang tidak berasal dari kegiatan manusia, yang antara lain meliputi :

1.Tenaga penumbuh dari tanah, baik untuk pertanian, perikanan maupun pertambangan.

2. Tenaga air, baik untuk pengairan, penggaraman, maupun pelayaran. 3. Iklim, cuaca, curah hujan, arus angin dan sebagainya.

b. Tenaga Kerja Manusia (Labor), atau Sumber Daya Manusia (Human

Resources)

Adalah semua kemampuan manusia yang dapat disumbangkan untuk memungkinkan dilakukannya produksi barang-barang dan jasa-jasa, berupa kemampuan fisik dan kemampuan mental.

Sedangkan tenaga kerja terdiri dari tenaga terdidik dan tidak terdidik serta tenaga terampil dan tidak terampil.

c. Modal (Capital)

Modal disini ada dua yaitu barang-barang modal riil (real capital goods)


(39)

1. Barang-barang Modal Riil (real capital goods)

Yaitu meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi barang-barang lain serta jasa-jasa yang disebut sebagai barang investasi, sepserti mesin-mesin, jalan-jalan raya, gudang, peralatan-peralatan dan sebagainya.

2. Modal Uang (Money Capital)

Yaitu dana yang digunakan untuk membeli barang-barang modal dan faktor produksi lainnya. Modal dalam faktor produksi ini yang dipakai adalah modal dalam arti barang-barang modal riil.

d. Kecakapan Tata Laksana (Managerial Skill)

Adalah suatu kemampuan yang dapat dihargai sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Sebagai contoh :

1. Faktor produksi tanah dihargai dengan sewa

2. Tenaga manusia dihargai dengan upah, gaji.


(40)

2.6.2 Jenis Proses Produksi

Secara umum jenis produksi dapat dibedakan menjadi dua golongan :

1. Proses Produksi Terus-menerus (Continous Process)

Adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya aliran bahan baku yang selalu tetap atau mempunyai pola yang selalu sama sampai produk selesai dikerjakan biasanya untuk membuat produk dalam jumlah yang besar.

2. Proses Produksi Terputus-putus (Intermittent Process)

Dalam proses ini aliran bahan baku sampai produk jadi tidak memiliki pola yang pasti atau selalu berubah-ubah, antara produk satu dengan produk jadi yang lain berbeda-beda dalam hal jumlah, kualitas , desain maupun harga. Contoh : perusahaan percetakan, perusahaan meubel.

2.7 Pengertian Konsumsi

Istilah konsumsi didalam ilmu ekonomi secara umum diartikan sebagai penggunaan barang dan jasa yang langsung untuk memenuhi kebutuhan manusia (the use of good and services in the satisfication of human wants). Konsumsi haruslah dianggap sebagai maksud serta tujuan yang esensial daripada produksi. Atau perkataan lain, produksi adalah alat bagi konsumsi

(Rosyidi, 2004:147)

Konsumsi terhadap suatu barang dibedakan menjadi dua, yaitu konsumsi

produktif (Productive Consumtive) dan konsumsi akhir (Final Consumption).


(41)

tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan barang lain. Sedangkan konsumsi akhir adalah konsumsi yang langsung dapat memberikan kepuasaan kepada setiap

individu (Rosyidi, 2004:147)

Ciri-ciri yang melakukan konsumsi (konsumen) adalah :

1. Kualitas produksi, karena konsumen senantiasa menginginkan barang yang

baik sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan unuk memperoleh barang tersebut.

2. Adil dan jujur didalam transaksi perdagangan.

3. Data barang, karena konsumen senantiasa menginginkan data barang yang

akan dibeli, misalnya tanggal kadaluarsa, cara pemakaian barang dan daya

beli suatu barang.(Bintari dan Suprihatin, 1997:56)

Jadi kesimpulan dari pengertian konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang pemanfaatannya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat (manusia) banyak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

2.8 Pengertian Tenaga Kerja

(Anonim,1997:3) Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama atau sesudah masa kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam suatu proses produksi, karena untuk menghasilkan suatu barang atau produksi tersebut maka manusialah yang menggerakkan sumber-sumber lain dalam menghasilkan barang atau produk tersebut.


(42)

Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja,

dan mencari pekerjaann. (Dumairy, 1996:74)

Tenaga kerja atau man power terdiri dari golongan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja serta mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan atau pengangguran dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah, mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan terakhir yaitu kelompok yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan pendapatan, walau sedang tidak bekerja mereka dianggap secara fisik sudah mampu dan sewaktu-waktu dapat

menawarkan jasanya untuk ikut bekerja. (Dumairy, 1997:74)

Pengertian tenaga kerja secara umum adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik dalam maupun luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat (Anonim, 1997:3)

2.8.1 Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Menurut Dumairy (1997:74) yang termasuk bukan angkatn kerja

adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Yang terdiri dari : 1. Sekolah


(43)

2. Mengurus rumah tangga

Maksudnya adalah para ibu-ibu yang bukan termasuk wanita karir dan kegiatannya hanya megurus rumah tangga.

3. Menerima pendapatan

Maksudnya adalah imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat, dan sebagainya).

2.8.2 Kesempatan Kerja

Istilah employment dalam bahasa inggris berasal dari kata kerj to employ

yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau memperkerjakan atau usaha memberikan pekerjaan atau disertai sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadaan orang yang sudah mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja orang. Pengertian ini mempunyai dua (2) unsur yaitu lapangan atau kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan atau yang melakukan pekerjaan tersebut. Dengan ini pengertian employment sudah jelas yaitu kesempata kerja yang telah diduduki atau jumlah orang yang

mendudukinya (Suroto, 1992:22).

Pengertian kesempatan kerja yang lain adalah adanya waktu yang tersedia dan beberapa orang yang ditampung untuk melaksanakan aktifitas yang

dinamakan bekerja pada suatu perusahaan ataupun instansi


(44)

Jadi kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat ditampung untuk bekerja pada suatu industri atau suatu perusahaan. Kesempatan kerja akan menampung semua tenaga kerja apabila lapangan pekerjaan yang tersedia cukup memadai.

2.9 Pengertian Industri

Dalam usaha untuk menangggulangi kesulitan dan masalah ekonomi guna mensukseskan program pemerintah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara, maka sektor industri merupakan salah satu tulang punggung (back bone) kejayaan negara, yang juga sangat membutuhkan listrik guna menjalankan usahanya.

Jadi industri adalah suatu lokasi dimana aktifitas pengolahan bahan produk hingga menjadi barang jadi atau setengah jadi baik didalam kawasan yang sama atau tidak.

Untuk mengetahui macam-macam industri ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu pengelompokkan industri yang dilakukan oleh Deperindag, dan dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu :

1. Industri dasar

Yaitu meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar, dan kelompok kimia dasar, dari misinya industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri, dan bersifat padat modal, teknologi tepat guna yang digunakan adalah teknologi yang


(45)

maju dan teruji yang tidak padat karya. Namun dapat mendorong terciptanya terbukanya lapangan kerja baru. Secara besar sejajar dengan industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya.

2. Industri kecil

Yang meliputi industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri galian bukan logam, dan industri logam. Kelompok industri ini mempunyai misi melaksanakan pemotretan teknologi yang digunakan teknologi menengah atau sederhana dan padat karya. Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan memanfaatkan pasar dalam negeri maupun luar negeri.

3. Industri Hilir

Kelompok industri yang meliputi industri pengolahan sunber daya hutan, industri pengolahan hasil pertambangan, industri yang mengolah sunber daya pertanian secara luas. Kelompok industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas lapangan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau maju. (Arsyad, 1997:134-342)


(46)

Badan Pusat Statistik mengolongkan perusahaan atau usaha industri pengolahan berdasarkan pada jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau industri kedalam empat kelompok, antara lain :

a.Industri Besar

Yaitu suatu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang memiliki pekerja

antara 100 atau lebih dan memiliki nilai asset usaha F ≥ Rp 600 juta (tidak

termasuk nilai tanah dan bangunan ). b. Industri Sedang

Yaitu suatu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang memiliki nilai asset usaha dibawah Rp 600 juta (tidak termasuk nilai tanah dan bangunan)

c. Industri Kecil

Yaitu suatu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang memiliki pekerja

5-19 orang dan memiliki nilai asset usaha ≤ Rp 600 juta (tidak termasuk nilai

bangunan)

d. Industri Kerajinan Rumah Tangga

Yaitu suatu perusahaan atau usaha industri pengolahan yang memiliki pekerja 1-4

orang. (Anonim,2007:125)

2.10 Pengertian Tarif

Penerapan tarif sebenarnya suatu hal yang cukup kompleks dan sulit. Tarif adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang


(47)

yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu. (Rosyidi, 1998:378)

Menurut para ekonomi, tarif nilai dan faedah merupakan suatu konsep yang sangat berkaitan. Utility adalah atribut yang dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantiatif tentang kekuatan barang dan

jasa. Kemudian tarif menurut Rosyidi (1998:378) dapat didefinisikan dengan

jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi antara produk dan jasa dengan pelayanan.

Jadi dari pengertian tarif diatas dapat disimpulkan bahwa pengorbanan dari faktor-faktor produksi yang diukur dalam satuan uang untuk dapat menghasilkan output.

2.11 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto

Kegiatan ekonomi secara umum dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang telah dimiliki oleh beberapa golongan masyarakat. Sehingga dari pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan konsumsi maupun investasi. Produk Domestik Regional Bruto dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari segi produksi, merupakan jumlah nilai produk akhir atau nilai


(48)

dimiliki oleh penduduk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.

2. Ditinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah pendapatan atau balas jasa

yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.

3. Ditinjau dari segi pengeluaran, merupakan pengeluaran konsumsi rumah

tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stock dan ekspor

netto.(Anonim,2006,4-5)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)adalah sebagai salah satu indikator pembangunan regional yang berfungsi sebagai tolak ukur dalam melihat tingkat kemakmuran suatu daerah. Jadi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara agrerat menunjukkan kemampuan suatu daerah tertentu dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor-faktor yang ikut

serta dalam proses produksi di daerah setempat. (Dumairy, 1997:38)

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai tambah (produk) yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha, yang melakukan kegiatan usahanya di suatu daerah atau region tertentu tanpa

memperhatikan pemilikan atas faktor produksi. (Anonim, 2002:6)

Berdasarkan beberapa pengertian Produk Domestik Regional Bruto tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai produksi barang dan jasa yang


(49)

ditimbulkan oleh berbagai sektor yang dihasilkan oleh suatu wilayah (regional) tertentu dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun.

Untuk melakukan perhitungan PDRB atau pendapatan regional ada empat metode yang dipakai, yaitu:

1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pendekatan dengan cara ini dilakukan untuk mendapatkan nilai tambah bruto (Gross Value Added) atau disingkat menjadi NTB, dengan cara

mengurangkan nilai output dengan biaya antara (intermediate consumption).

Yang dimaksud dengan output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi didaerah tersebut dalam satu periode tertentu (biasanya

satu tahun). Sedangkan biaya antara adalah (intermediate consumption) adalah

pemakaian barang-barang tidak tahan lama (umumnya pemakaiannya kurang dari satu tahun atau habis dalam satu kali pemakaian) dan jasa-jasa pihak lain yang digunakan dalam proses produksi.

Nilai output biasanya digunakan data sekunder dari instansi yang bersangkutan. Sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil Survey Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Perhitungan dengan cara ini biasanya digunakan untuk sektor pertanian, industri, gas, dan air minum serta pertambangan dan sebagainya.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Pendekatan dengan cara ini dapat dilakukan dengan secara langsung menjumlahkan pendapatan yaitu jumlah balas jasa faktor produksi berupa


(50)

upah/gaji, bunga netto, sewa tanah dan keuntungan, sehingga diperoleh produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor. Untuk memperoleh PDRB atas dasar harga pasar, harus ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

Perhitungan ini biasanya digunakan untuk kegiatan yang sulit dihitung dengan pendekatan produksi, seperti sektor pemerintah dan jasa yang usahanya tidak

mencari untung (non profit).

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Barang dan jasa yang diproduksi oleh unit-unit produksi digunakan untuk keperluan konsumsi, pembentukan modal (investasi) dan ekspor. Barang-barang yang dignakan ini ada yang berasal dari produksi dalam daerah (domestic) dan yang berasal dari luar daerah/impor. Karena yang dihitung hanya nilai barang dan jasa yang berasal dari produksi domestik saja, maka dari komponen biaya diatas perlu dikurangi dengan nilai impor sehingga komponen nilai ekspor diatas akan menjadi nilai ekspor netto. Apabila nilai konsumsi (konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial), nilai pembentukan modal dan ekspor netto dijumlah, maka akan diperoleh nilai Produk Domestik Regional Bruto atas harga pasar.


(51)

Dalam perhitungan tersebut digunakan rumus sebagai berikut :

PDRB = C + I + G + (X − M)

Dimana C = Pengeluaran konsumsi rumah tangga I = Pembentukan modal tetap

G = Pengeluaran konsumsi pemerintah X = Nilai Ekspor

M = Nilai Impor

4. Metode Alokasi (Allocation Method)

Metode alokasi yaitu mengalokasikan angka-angka secara terpusat dengan memakai indikator-indikator yang sekiranya dapat menunjukkan peranan cabang yang berada didaerah itu terhadap kantor pusatnya. Indikator itu dapat berupa volume kerja, jumlah karyawan, jumlah penduduk dan lain-lain. Metode alokasi ini merupakan metode pendekatan tidak langsung. Sedang

perhitungan sebelumnya adalah metode langsung.(Anonim,2006:15-18)

2.12 PLN Sebagai Salah Satu Penyelenggara Jasa Sambungan Listrik

Pemerintah memberikan hak monopoli kepada PLN untuk menyelengarakan jasa yang melayani kebutuhan sambungan listrik dengan sebaik-baiknya.

Menurut Boediono (1997:126) monopoli adalah suatu keadaan


(52)

yang menyainginya. Suatu perusahaan monopoli timbul karena beberapa sebab yaitu:

a. Pengusaha bahan mentah strategis

Kalau X adalah input utama produk Y, maka penguasaan sumber-sumber X akan menimbulkan perusahaan monopoli untuk barang Y dengan jalan menolak penjualan X kepada perusahaan lain.

b. Hak paten

Merupakan suatu sumber terjadinya monopoli untuk suatu macam barang atau produksi tertentu.

c. Terbatasnya pasar

Karena pasaran untuk suatu barang adalah terbatas mungkin hanya memberikan ”ruang lingkup” untuk suatu perusahaan saja. Akibatnya kalau ada perusahaan yang berminat masuk kedalam pasar, maka akan mengalami kesulitan menjual barangnya.

d. Pemberian hak monopoli oleh pemerintah

Ciri dari monopoli adalah bahwa dalam pasar hanya terdapat satu atau seorang produsen, dan terdapat atau rintangan untuk perusahaan baru yang akan masuk kedalam industri atau pasar barang tersebut. Oleh karena itu, maka perusahaan atau produsen dalam pasar monopoli menjadi produsen tunggal dan mempengaruhi harga barang yang dijualnya dengan cara mengubah—ubah jumlah barang yang dihasilkannya (Suparmoko,1990:135).


(53)

Namun PLN tidak melakukan hal seperti diatas, mengingat PLN termasuk dalam ”cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak” yang mempunyai misi meningkatkan

kesejahteraan rakyat secara maksimal. (Rintuh,1994:73)

Banyak kalangan yang berpendapat bahwa dengan adanya hak monopoli tidak merangsang peningkatan palayanan yang lebih baik akan menemui hambatan. Mereka berpendapat bahwa dengan tidak adanya persaingan menimbulkan keengganan pada monopolis untuk melakukan perubahan, sebab tanpa adanya persaingan monopoli tidak perlu gelisah akan kehilangan pasar.

Menurut pendapat Rosyidi (1998:369). Bahwa di pasar monopoli

seorang monopolis memang tidak perlu bersaing, bukan karena tidak mampu bersaing, melainkan tidak mempunyai pesaing sama sekali.

Namun perlu diingat bahwa dengan pemberian hak monopoli oleh pemerintah, maka PLN dapat mencapai tingkat produksi yang tinggi sehingga dapat mencapai skala ekonomis yang maksimal atas pemasaran jasa sambungan listrik dalam jumlah yang sangat besar. Keadaan tersebut membawa keuntungan berupa tingkat pendapatan tinggi dan penghematan biaya, dengan demikian akhirnya kepentingan masyarakat akan mendapat perhatian yang maksimal. Dan dengan hak monopoli PLN mempunyai keharusan dalam mengembangkan teknologi dan motivasi guna mendorong kemajuan usahanya.


(54)

2.12.1 Landasan Hukum

Di dalam pasal 33 UUD 1945 diberikan perusahaan tentang pola perekonomian di Indonesia yaitu bahwa untuk mencapai kemakmuran masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan sosial, maka diberikan landasan sebagai berikut:

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas

kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat orang banyak dikuasai oleh negara.

c. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan diperlukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Anonim,2002:25)

Dalam pasal UUD 1945 tersebut diatas sebenarnya masih ada suatu kesempatan yang diberikan kepada dunia usaha memperoleh hak pemilikan cabang produksi swasta. Dengan catatan bahwa kegiatan itu tidak menghasilkan barang atau jasa yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak.


(55)

2.12.2 Kerangka Pikir

Gambar 2. Kerangka pikir faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan sambungan listrik sektor industri di Jawa Timur

Jumlah Pelanggan Industri (X1) Tarif Listrik Industri (X2) PDRB (X3) Kemakmuran Atau Kesejahteraan Permintaan Konsumsi Kapasitas Layanan Sambungan Listrik Jumlah Produksi Listrik (X4) Jumlah Konsumsi Tenaga Listrik Industri (Y)

Sumber : peneliti

Dari tahun ke tahun perkembangan permintaan tenaga listrik untuk sektor industri cenderung mengalami peningkatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang atau jasa yaitu :

1. Harga barang itu sendiri

Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harga. Dalam hukum permintaan


(56)

dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya yaitu makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu

barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.(Sukirno,

2005:76)

2. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang atau jasa. Yang apabila pendapatan masyarakat naik maka permintaan akan barang atau jasa akan meningkat sedangkan apabila pendapatan masyarakat turun maka permintaan akan barang atau jasa masyarakat akan

berkurang.(Sudarman, 1998:89) Pertumbuhan output agrerat di suatu

provinsi membuat pendapatan agrerat di suatu provinsi tersebut meningkat. Yang selanjutnya membuat permintaan di pasar lokal meningkat. Sebagai respons terhadap peningkatan permintaan tersebut, volume produksi lokal meningkat, dengan asumsi bahwa kapasitas produksi tidak terbatas dan

elastisitas pendapatan dari permintaan barang tidak berubah.(Tambunan,

2003:180)

3. Jumlah penduduk atau jumlah industri

Pertambahan penduduk atau industri tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan


(57)

demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah

permintaan. (Sukirno, 2005:82).

4. Jumlah produksi

Permintaan terhadap faktor produksi merupakan permintaan terkait, perubahan dalam permintaan terhadap sesuatu barang yang menyebabkan perubahan dalam jumlah produksi. Akan menimbulkan perubahan dalam permintaan ke atas faktor produksi tersebut. Kenaikan permintaan sesuatu barang mendorong pengusaha untuk menaikkan produksi, dan kenaikan produksi memerlukan lebih banyak faktor produksi. Sebaliknya, apabila permintaan sesuatu barang berkurang, pengusaha

terpaksa mengurangkan produksi dan permintaan faktor produksi.(Sukirno,

2005:341)

Pembayaran kepada faktor-faktor produksi merupakan pengeluaran yang sangat penting dalam proses produksi berbagai perusahaan. Pengeluaran tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan biaya produksi. Tanpa adanya kenaikan produktivitas dan efisiensi, kenaikan harga faktor-faktor produksi akan menaikan biaya produksi. Di beberapa perusahaan kenaikan pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor produksi akan menyebabkan biaya produksi melebihi hasil penjualannya dan mereka mengalami kerugian. Ini dapat menimbulkan penutupan usaha tersebut dan jumlah penawaran barang menjadi berkurang


(58)

(jumlah produktivitas menurun) dan begitu pula sebaliknya. (Sukirno, 2005:88)

2.12.3 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang belum tentu dapat diterima dan masih perlu diuji kebenarannya. Dari uraian latar belakang dan perumusan masalah, serta tujuan penelitian didukung oleh teori-teori pada bab terdahulu yang digunakan untuk menjawab permasalahan di muka, maka dapat dirumuskan status hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga jumlah industri, tarif listrik penjualan, jumlah produksi listrik dan

Produk Domestik Regional Bruto listrik berpengaruh terhadap permintaan sambungan listrik untuk sector industri di Jawa Timur.

2. Diduga jumlah pelanggan industri adalah variabel yang paling

berpengaruh/dominan terhadap jumlah permintaan sambungan listrik sektor industri di Jawa Timur.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara mengklasifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam analisa ini ada 2 (dua) macam yaitu :

a. Variabel Terikat (Dependent)

Sebagai variabel terikat adalah konsumsi tenaga listrik yaitu penggunaan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan industri pada periode tertentu dinyatakan dalam Kwh.

b. Variabel Bebas (Independent)

Sebagai variabel bebas yaitu : 1. Jumlah pelanggan (X1)

Jumlah pelanggan adalah banyaknya industri yang memanfaatkan jasa sambungan listrik yang dikelola oleh PT. PLN (Persero) yang dinyatakan dalam unit.

2. Tarif penjualan (X2)

Tarif penjualan yang dimaksud adalah mengukur tentang perkembangan tarif listrik per Kwh selama kurun waktu yang dinyatakan dalam rupiah.


(60)

3. Produk Domestik Regional Bruto (X3)

Adalah jumlah seluruh netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, PDRB yang digunakan atas dasar harga konstan yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

4. Jumlah produksi listrik (X4)

Jumlah produksi adalah jumlah tenaga listrik yang dihasilkan PT. PLN untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasanya (masyarakat) dalam pada periode tertentu yang dinyatakan dalam satuan Kwh.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Dalam penentuan ini teknik yang digunakan adalah data berkala (time series) yaitu data tahunan, selama 15 (limabelas) tahun terhitung sejak tahun 1993-2007.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi, yaitu :

1. Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur untuk data PDRB

2. PT PLN Provinsi Jawa Timur untuk tarif, jumlah pelanggan, konsumsi tenaga

listrik dan jumlah produksi listrik.

Sedangkan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan


(61)

Data yang diperoleh berdasarkan literatur-literatur yang sesuai dengan tema penulisan skripsi ini.

2. Studi Lapangan

Memperoleh data dan melakukan penelitian langsung ke lapangan atau instansi-instansi yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Analisis Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis

Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda untuk mejelaskan hubungan spesifik antara variabel bebas dan variabel tergantung, sedangkan bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :

Yi =

β0+β1X1i+β2X2i+β3X3i+β4X4i+ei...(3.1) (Sudrajat, 1998:78)

Dimana :

Y = Konsumsi Tenaga Listrik X1 = Jumlah Pelanggan X2 = Tarif Penjualan

X3 = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) X4 = Jumlah produksi listrik

βo = Konstanta

β1,β2,β3 = Koefisien Regresi


(62)

e = Variabel Pengganggu

i = 1,2,3...,n : pengamatan ke i sampai ke n

Adapun untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sampai sejauh mana variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat, maka perlu untuk mengetahui nilai R² (koefisien determinasi) dengan menggunakan rumus formula sebagai berikut :

JK Regresi

R²= ...(3.2) JK Total (Sudrajat, 1988:24) Koefisien determinannya atau R² ditentukan dengan menggunakan rumus :

Dimana :

R² = Koefisien determinan Jk = Jumlah Kuadrat

Karakteristik utama dari R² adalah :

1. Nilai R² tidak mempunyai nilai negatif

2. Nilainya berkisar antara 0 dan 1 atau 0<R²<1


(63)

3.4.2 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesisnya menggunakan cara sebagai berikut :

a.Uji F, yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh

dari variable bebas (independen) secara simultan atau serempak terhadap variable terikat (dependen), dengan kriteria sebagai berikut :

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (tidak ada pengaruh)

H1 : β1 ≠β2 ≠β3 ≠β4 ≠0 (ada pengaruh)

 Menentukan level of significant (α) sebesar 5%

 Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan secara simultan antara

variable bebas dan variabel terikat dengan rumus sebagai berikut :

F hitung = KT Regresi...(3.3) KT Galat (Sudrajat, 1988:94)

Dengan derajat kebebasan sebesar (k,n,-k-1), dimana : n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter regresi Sedangkan kaidah keputusannya :

1.Apabila F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara simultan atau serempak variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.

2.Sebaliknya F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara simultan atau serempak variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat.


(64)

b. Uji t yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan masinh-masing variabel secara parsial / individu atau secara terpisah terhadap variabel terikat, sebagai berikut :

H0 : βi = 0 (tidak ada pengaruh)

H1 : β1 ≠ 0 (ada pengaruh)

βi

t − hitung = ...(3.4) Se(βi)

(Sudrajat, 1988:122) Dengan derajat kebebasan (n-k-1)

Dimana :

β = Koefisien Regresi

Se = Standar error n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Parameter Regresi i = Variabel bebas ke i ( i = 1,2,3,4) Kaidah pengujiannya :

1. Apabila t − hitung > t − tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima artinya ada

pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Apabila t − hitung ≤ t − tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak artinya tidak ada

pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.


(65)

Gambar  3 : Kurva Distribusi Penolakan/Penerimaan Hipotesis Secara Parsial      

Daerah Penolakan Daerah Penolakan

        Ho     Daerah Penerimaan        Ho 

        Ho 

       (‐t  /2 : n-k-l) ( -t /2 : n-k-l)   

Sumber : Sudrajat, MSW, 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula, Cetakan kedua, CV Armico, Bandung, halaman 94.

3.5 Asumsi Klasik Analisa Regresi Linier Berganda (BLUE)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi asumsi klasik tersebut, uji F dan uji t yang dilakukan sebelumya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang telah diperoleh, untuk itu dilakukan uji asumsinya.

Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE = Best Linier Unbiased Estimator) itu sendiri adalah :

a. Best = Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan baku terhadap α dan β.

b. Linier = Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran.


(66)

c. Unbiased = Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh dari

sampel besar kira − kira lebih mendekati sebenarnya.

d. Estimasi = Nilai estimasi diharapkan sekecil mungkin. 1. Autokorelasi

Satu dari asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa kesalahan atau gangguan. Uji yang masuk dalam fungsi regresif populasi adalah random atau tak berkorelasi.jika ini dilanggar, kita mempunyai problem serial

korelasi atau autokorelasi (Gujarati, 1998:223).

Sedangkan yang disebut dengan autokorelasi yaitu keadaan dimana kesalahan penganggu periode yang lain. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson.

      

 

t = N 

       

(e

t

 

 

e

t1

)

2

 

       t = 2    

     d =       (Gujarati, 1998 : 223) 

      

 

t  = N         

e

t2 

      t = 1   

Dimana : d = Nilai Durban Watson et = Residual pada waktu ke – t

et – 1 = Residual pada waktu ke t – 1 ( satu periode berikutnya )


(67)

N = Banyaknya data

  Gambar 4 : Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi   

             

 

Menolak Ho       Daerah      Daerah       Menolak Ho     Bukti auto       keragu       keragu       bukti auto  Korelasi       raguan      raguan       korelasi   Positif       negatif        Penerimaan Ho 

     

 0      dL      dU      2       4‐dU       4‐dL       d         

Sumber : Gujarati. Damodar, 1998, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hal 215.

Hipotesis :

Ho : Ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif. HI : Tidak ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif.

Uji autokorelasi ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara residu atau sisa regresi pada kasus ke – n dengan residu kasus ke (n – 1 )


(68)

2. Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut dilambangkan sebagai :

E(Ui²) = ² (Gujarati, 1998:223)

Dimana : ² = Varian

I = 1,2, ...n

Dimana dari hasil uji heterokedastisitas harus menunjukkan bahwa hasil taraf

signifikan dari korelasi Rank Spearman > taraf ²uji (0,05). Hal ini tidak

menunjukkan terjadinya Heterokedastisitas.

3. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk mengetahui

nilai-nilai “pembengkakan variens atau variance inflation factor (VIF)” dapat dihitung

dengan rumus : 1 VIF =

1- R²j

Nilai 1- R²j disebut toleransi yang diperoleh dengan meregresikan antar variabel bebas. R² j adalah nilai koefisien determinasi persamaan regresi antar variabel bebas. Banyaknya nilai yang muncul VIF sebanyak variabel bebas yang ada


(69)

 

dalam persamaan regresi. Apabila nilai VIF < 10 maka persamaan regresi linier

berganda tersebut tidak terkena multikolinier.


(70)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Geografis Propinsi Jawa Timur

Propinsi Daerah tingkat I Jawa Timur adalah merupakan salah satu dari 30 propinsi yang masuk dalam wilayah territorial Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terletak di belahan timur Pulau Jawa. Luas Jawa Timur adalah 157.922 km2 yang terdiri dari daratan keseluruhan adalah sekitar 47.922 km2 dan luas perairan sekitar 110.000 km2. Terdiri atas dua bagian yaitu jawa timur daratan dan kepulauan madura. Dan pada tahun 1990 Jawa Tmur mempunyai penduduk sekitar 32.503.815 jiwa. Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur secara geografis terletak 5o37’ – 8o48’ Lintang Selatan dan 110o54’ – 115o57’ Bujur timur. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara = Laut Jawa

b. Sebelah Selatan = Samudera Hindia c. Sebelah Barat = Propinsi Jawa Tengah d. Sebelah Timur = Selat Bali

Secara administratif Propinsi Jawa Timur terdiri dari 7 daerah pembantu gubernur, 29 kabupaten, 8 daerah kotamadya, 2 kota administratif, 140 daerah pembantu bupati, 5 daerah pembantu walikota, 606 kecamatan, 146 perwakilan kecamatan, 660 kelurahan dan 7718 desa.


(71)

Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Malang, Kediri, Madiun dan Tuban.

Daerah yang terluas di Propinsi Jawa Timur adalah kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah 5723 km2 atau 12,07% dari luas daratan Jawa Timur. Sedangkan daerah terkecil di Propinsi Jawa Timur adalah Kotamadya Mojokerto dengan luas wilayah 7,25 km2 atau 0,015% dari luas daratan Jawa Timur. Kota yang tertinggi letaknya dari permukaan laut adalah Kota Malang dengan ketinggian 445 m diatas permukaan laut, sedangkan kota terendah adalah kota Surabaya dengan ketinggian 2 m diatas permukaan laut.

Propinsi Jawa Timur berada diantara Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Bali. Bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa dan bagian selatan berbatasan dengan Lautan Hindia. Luas wilayah Jawa Timur 147.130,15 km2 terbagi atas kawasan hutan 12.261,64 km2 (26,02%), persawahan seluas 12.286,71 km2 (26,07%), pertanian tanah kering mencapai 11.449,15 km2 (24,29%), pemukiman / kampung seluas 5.712,15 km2 (12,12%), perkebunan seluas 1.581,94 km2 (3,36%), tanah tandus / rusak seluas 1.293,78 km2 (2,75%), tambak / kolam mencapai 737,71 km2 (1,57%), kebun campuran seluas 605,65 km2 (1,29%) selebihnya terdiri dari rawa/danau, padang rumput dan lain-lain seluas 1.201,42 km2 (2,55%). Jawa Timur memiliki 60 buah pulau yang terbesar adalah Pulau Madura.


(72)

musim, yakni musim hujan yang berlangsung antara bulan Oktober - April dan musim kemarau yang berlangsung selama bulan Mei - Oktober. Temperatur berkisar antara 18 C - 34,20 C

4.1.2 Penduduk Dan Tenaga Kerja

Jawa timur adalah salah satu propinsi yang mempunyai kondisi alamiah serta kedudukan dan peranan strategis yang sangat menunjang untuk daerah tujuan wisata.

Jawa timur terdiri atas 29 kabupaten dan 7 wilayah kota dengan jumlah penduduk keseluruhan sebesar 32,22 juta jiwa pada tahun 1992 yang menempati areal seluas 47.921,98 km2 sehingga kepadatan penduduk mencapai 668 jiwa per km2.

Dari jumlah penduduk yang bekerja, sebagian besar tertampung di sektor pertanian (46,18%), sisanya di sektor industrti (22,32%), perdagangan (18,80%) dan sektor jasa (12,70%).Menurut Dinas Tenaga Kerja angkatan kerja yang pada tahun 1999 tercatat sebanysk 17.554,632 orang, pada tahun 2000 meningkat menjadi 18.920.000 orang. Sementara itu kesempatan kerja yang tersedia adalah 17.960.400 orang . Pengangguran meningkat menjadi 720.234 orang pada tahun 1999 menjadi 960.400 orang, termasuk akibat PHK sebanyak 64.684 orang.

Jawa Timur juga memanfaatkan kesempatan kerja di luar negeri. Sasaran tenaga kerja Jawa Timur keluar negeri antara lain ke Arab saudi,


(73)

negara-negara lain.Tahun 2000 Jawa Timur telah mengirim TKI sejumlah 38.465 orang keberbagai negara tersebut diatas.

4.1.3. Keadaan Umum Propinsi Jawa Timur

Jawa Timur merupakan propinsi yang diharapkan berperan aktif dalam menunjang kelancaran perhubungan dan pengangkutan baik skala pelayanan di dalam propinsi maupun nasional.

Indikator daripada Jawa timur adalah sebagai propinsi tempat berlangsungnya kegiatan di bidang perindustrian, perdagangan, maritim dan pendidikan. Tetapi aspek yang terbanyak adalah sebagai convention city terutama Surabaya yaitu sebagai tempat diselenggarakannya berbagai kegiatan nasional maupun internasional misalnya untuk kongres, pameran baik berskala nasional maupun internasional.

Situasi dan kondisi Jawa Timur yang terletak berdekatan dengan Pulau Bali sangat menunjang akan kedatangan wisatawan, sehingga sangat perlu adannya penyempurnaan infrastruktur atau prasarana yang menunjang permintaan yang sudah ada.

Akibat krisis ekonomi, Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 1999 hanya mencapai 1,18%, tetapi tahun 2000 mulai membaik, dengan pertumbuhan positif 3,19%. Pertumbuhan ini ternyata membawa dampak pada seluruh sektor usaha dan perdagangan yang mulai pulih kembali. Namun, dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,2% dan


(74)

meningkatkan taraf hidup rakyat secara merata.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Perkembangan Konsumsi Tenaga Listrik

Data perkembangan konsumsi tenaga listrik di Jawa Timur selama 15 tahun dari tahun1993 – 2007 tersaji pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Perkembangan konsumsi tenaga listrik di Jawa Timur Tahun Konsumsi tenaga listrik

(kwh)

Perkembangan (%) 1993 4.145.307.124

1994 3.552.981.840 -14,29

1995 4.890.347.202 37,64

1996 5.378.453.921 9,98

1997 5.866.413.600 9,07

1998 5.516.878.000 -5,96

1999 6.572.886.000 19,14

2000 7.628.894.000 16,07

2001 6.844.182.000 -10,29

2002 6.841.192.000 -0,04

2003 6.968.005.000 1,85

2004 7.945.774.000 14,03

2005 8.497.550.000 6,94

2006 8.737.332.000 2,82

2007 8.947.218.000 2,40

Sumber : BPS Jawa Timur

Berdasarkan pada tabel 1 diatas, perkembangan konsumsi listrik di Jawa Timur selama 15 tahun adalah berfluktuasi. Perkembangan jumlah konsumsi listrik tertinggi di Jawa Timur terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar 37,64% atau mengalami kenaikan dari 3.552.981.840 Kwh menjadi 4.890.347.202 Kwh. Sedangkan perkembangan konsumsi listrik


(1)

81

istrik berpengaruh terhadap Konsumsi tenaga listrikdi Jawa

hi variabel Konsumsi tenaga listrik adalah variabel Jumlah pelanggan (X1), karena variabel ini

iliki koefisien korelasi parsial sebesar 0,807.

5.2.

anyang banyak, karena

liti menambahkan dengan faktor-faktor lain serta menambahkan rentang waktu penelitian agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi.

e. Dari pengujian hipotesis secara parsial dinyatakan bahwa Jumlah produksi l

Timur, hal ini dibuktikan dengan uji t, dimana didapat thitung lebih besar dari ttabel.

f. Variabel bebas yang paling dominan mempengaru

mem

Saran

Dari kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Hendaknya pengelola perusahaan Listrik mengadakan promosi guna mencari atau mendapatkan jumlah pelangg

jumlah pelanggan yang banyak dapat meningkat pendapatan perusahaan dan meningkatkan PAD propinsi Jawa Timur.

b. Untuk penelitian selanjutnya mengenai Konsumsi tenaga listrikdi Jawa Timur hendaknya pene


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tentang Ketenagakerjaan, Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur, Surabaya

, 2002, Infodis (Media Informasi dan Komunikasi) Edisi Keempat, PT PLN distribusi Jawa Timur, Surabaya

, 2002, Undang-Undang Dasar 1945, Republik Indonesia, Penerbit Apollo Surabaya.

, 2002-2006, Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya, Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

Arsyad, Lincolin, 1997, Ekonomi Mikro, BPFE, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Abdurahman, 2003, Dampak Kenaikan Tarif Dasar Listrik Terhadap Konsumsi Listrik Dan Pendapatan Masyarakat, www.fiskal.depkeu.go.id.

Bilas. Richard A, 2002, Teori Mikro Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Boediono, 1997, Ekonomi Makro, Edisi Keempat, Penerbit BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Dumairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Cetakan Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.


(3)

Hidayati, Shanty, 2004, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Sambungan Listrik Rumah Tangga Di Kabupaten Mojokerto, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa Timur, Surabaya

IRDA, 2008, Jasa Layanan Umum yang disediakan langsung oleh Pemerintah Daerah, www.asiafoundation.org.

Kadariah, 1997, Teori Ekonomi Mikro, Edisi Revisi, LPFE UI, Jakarta.

Limbong, Ferry, 2003, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Sambungan Tenaga Listrik Sektor Industri Di Kabupaten Sidoarjo,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa Timur, Surabaya.

Muchlis, M, 2008, Kelistrikan Indonesia pada Era Millinium, www.iptek.net.id.

Purwoko, 2003, Analisis Peran Subsidi Bagi Industri dan Masyarakat Pengguna Listrik, www.fiskal.depkeu.go.id.

Rosyidi, Suherman, 1998, Pengantar Teori Ekonomi Mikro Pendekatan kepada Teori Ekonomi Makro dan Mikro, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

, 2004, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro danMakro, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rintuh, 1994, Perekonomian Indonesia, Edisi Pertama, Liberty Jakarta.

Sudrajat, S.W.M, 1988, Mengenal Ekonometrika Pemula, Penerbit CV. Armco, Bandung.


(4)

Suparmoko, MT,1990, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, Penerbit Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

, 1998, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Suroto, 1992, Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, Edisi Kedua, Penerbit Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Sumarni dan Soeprihanto, 1998, Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan), Edisi Kelima, Penerbit Liberty, Yogyakarta

Samuelson. Nordhaus, 2003, Ilmu Mikro Ekonomi, PT Media Global Edukasi, Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2005, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Ketiga, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudarman, Ari, 1996, Teori Ekonomi Mikro, Cetakan Kelima, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Siwi, Rendi, 2005, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Sambungan Listrik Rumah Tangga Di Kabupaten Madiun, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa Timur, Surabaya.

Tambunan, Tulus, 2003, Perekonomian Indonesia, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.


(5)

Yunita, Kristianingsih, 2003, Analisa Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Sambungan Telepon Rumah Tangga Di Wilayah Surabaya

Barat, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa Timur,


(6)