ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN RENTABILITAS DI KUD MUSUK KABUPATEN BOYOLALI

(1)

commit to user

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI

LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN RENTABILITAS

DI KUD MUSUK KABUPATEN BOYOLALI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh : Prawitasari

H 0306087

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

commit to user

ii

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN RENTABILITAS DI KUD MUSUK KABUPATEN

BOYOLALI

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Prawitasari H 0306087

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 20 April 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Wiwit Rahayu, SP. MP NIP. 19711109 199703 2 004

Anggota I

Mei Tri Sundari, SP. MSi NIP. 19780503 2005012 002

Anggota II

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Surakarta, April 2011 Mengetahui Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau Dari Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas di KUD Musuk Kabupaten Boyolali ”. Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pada Jurusan/Program Studi Sosial ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyelesaikan skripsi ini dengan usaha, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

1. Ir. Agustono, M Si selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP, selaku dosen pembimbing akademik peneliti sekaligus dosen pembimbing utama skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan peneliti sejak awal kuliah sampai dengan penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Mei Tri Sundari, SP. M Si, pembimbing pendamping skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku penguji yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepala Bappeda dan Kesbangpolinmas Kabupaten Boyolali yang telah mempermudah perizinan pengumpulan data.

6. Koperasi Unit Desa (KUD) Musuk beserta seluruh pengurus ataupun anggota koperasi yang telah memberikan semua keperluan informasi ataupun bantuan dalam proses penyelesaian penulisan skripsi.


(4)

commit to user

iv

7. Bapakku Alm. Purnadi dan Ibuku Endang Listyorini yang telah memberikan dorongan secara moril dan materiil, dan berkat do’a dan dorongan yang diberikan dengan tulus ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi. 8. Adikku Candra Adi Buana, serta seluruh keluargaku, terima kasih atas do’a

dan dukungannya.

9. Teman-teman Teater Thoekoel FP UNS; Rosi, Hendro, Rhona, Kuning, Ringgo, Eko, Eka, Ratna, Dwi, Farid, Andi, Juju, Achid, Frida, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan pengalaman, pelajaran, dan kebahagiaan. Aku sayang kalian.

10.Gank G4UL ; Roro, Vika, Bagus Sugi, Habib, Amel, Hanif, Adi, Oji tanpa kalian kampus terasa sepi. “Perkuat pusat Perbanyak Cabang

11.Teman-temanku angkatan 2006. Semoga kita sukses bersama. Amin.

12.Pihak-pihak lain yang juga telah banyak membantu tetapi tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangatlah penulis harapkan, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, April 2011 Penulis


(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

RINGKASAN ... ix

SUMMARY ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 23

C. Hipotesis... 24

D. Pembatasan Masalah ... 24

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25

III.METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 27

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian ... 27

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Metode Analisis Data ... 28

1. Analisis Rasio ... 28

2. Analisis Trend Dalam Prosentase ... 30


(6)

commit to user

vi

IV.KONDISI UMUM KUD MUSUK KABUPATEN BOYOLALI

A. Sejarah Berdirinya KUD Musuk ... 32

B. Tujuan KUD Musuk... 33

C. Keorganisasian ... 33

D. Keanggotaan... 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Rasio ... 38

1. Rasio Likuiditas ... 38

2. Rasio Solvabilitas ... 41

3. Rasio Rentabilitas ... 46

B. Analisis Trend Dalam Prosentase ... 49

C. Analisis Persentase per Komponen ... 55

D. Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Musuk ... 63

VI.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Contoh Neraca Bentuk Akun ... 15

2. Contoh Neraca Bentuk Laporan ... 16

3. Contoh Laporan Rugi Laba Bentuk Single Step ... 17

4. Contoh Laporan Rugi Laba Bentuk Multiple Step ... 18

5. Banyaknya Penerimaan Susu (liter) di Kabupaten Boyolali Tahun 2008 27

6. Jumlah Keanggotaan KUD Musuk dari Tahun 2005-2009 ... 36

7. Hasil Perhitungan Rasio Lancar KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 ... 38

8. Hasil Perhitungan Rasio Cepat KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 ... 40

9. Hasil Perhitungan Rasio Modal Sendiri Dengan Total Aktiva KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 ... 42

10.Hasil Perhitungan Rasio Modal Sendiri Dengan Aktiva Tetap KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 ... 43

11.Hasil Perhitungan Rasio Total Hutang Dengan Total Aktiva KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 ... 44

12.Hasil Perhitungan Rasio Total Hutang Dengan Modal Sendiri KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 – 2009 ... 45

13.Hasil Perhitungan Return of Investment (ROI) KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 ... 47

14.Hasil Perhitungan Return of Equity (ROE) KUD Musuk Kabupaten Boyolali tahun 2002-2006 ... 48

15.Hasil Perhitungan Analisis Trend Dalam Prosentase Pada Neraca Keuangan KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 ... 51

16.Hasil Perhitungan Analisis Trend Dalam Prosentase Pada Laporan Rugi Laba KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 ... 53

17.Hasil Perhitungan Analisis Persentase Per Komponen Pada Neraca Keuangan KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 ... 57

18.Hasil Perhitungan Analisis Persentase Per Komponen Pada Laporan Rugi Laba KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 ... 61


(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Bagan Kerangka Pemikiran ... 24

2. Perkembangan Rasio Likuiditas KUD Musuk Tahun 2005-2009 ... 41

3. Perkembangan Rasio Solvabilitas KUD Musuk Tahun 2005-2009 ... 46


(9)

commit to user

ix

INTISARI

Prawitasari. H0306087. Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas di KUD Musuk Kabupaten Boyolali.

Di bawah bimbingan Wiwit Rahayu SP, MP dan Mei Tri Sundari SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kinerja keuangan KUD Musuk ditinjau dari likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas, dan mengkaji perkembangan pos-pos dalam neraca dan laporan laba-rugi pada KUD Musuk di Kabupaten Boyolali. Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif dan teknik pelaksanaannya adalah studi kasus di KUD Musuk Kabupaten Boyolali. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan KUD Musuk yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba dari tahun 2005-2009. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis rasio yang terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas serta analisis trend dalam prosentase dan persentase per komponen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari rasio likuiditas, rasio lancar memiliki rata-rata nilai sebesar 325% dan rasio cepat sebesar 303% menunjukkan posisi keuangan yang baik karena berada diatas standar yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis solvabilitas, rasio modal sendiri dengan total aktiva memiliki nilai rata-rata sebesar 59%, rasio modal sendiri dengan aktiva tetap sebesar 389,79% , rasio total hutang dengan total aktiva sebesar 41%, dan rasio total hutang dengan modal sendiri bernilai rata-rata sebesar 69,74% yang menunjukkan bahwa kondisi keuangan KUD berada dalam keadaan baik. Dan ditinjau dari analisis rentabilitas, rata-rata nilai ROI sebesar 1,42% dan ROE sebesar 2,10%, menunjukkan nilai positif yang berarti sudah dapat menghasilkan laba, namun kurang karena masih dibawah dari standar. Kinerja keuangan berdasarkan analisis trend dan analisis persentase per komponen menunjukkan tendensi menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini disebabkan oleh adanya penurunan penjualan dan pendapatan pada laporan rugi laba. Penurunan penjualan dan pendapatan menyebabkan turunnya porsi SHU untuk tahun 2009 dibandingkan tahun dasar.


(10)

commit to user

x

ABSTRACT

Prawitasari. H0306087. Financial Analysis Based on Liquidity, Solvency, and Remunative Ratio of Koperasi Unit Desa (KUD) Musuk in Boyolali Regency. Under tuition Wiwit Rahayu SP, MP dan Mei Tri Sundari SP, MSi. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. 2011.

The purposes of the research are to analyze the financial side by using analysis ratio which consist of liquidity ratio, solvency ratio, and remunative ratio, and to examine the development of entries in balance sheet to the KUD Musuk in Boyolali regency using trend analysis and common size percentage analysis. The method used for this research is descriptive method while the method used for the realization was survey method. Data used is secondary data. Analysis method used that is ratio analysis consisted of liquidity, solvability, rentability and activity ratio and also trend analysis and common size percentage analysis.

Result of research indicate that if seen from liquidity ratio, the current ratio has its average for five years about 325%, and quick ratio about 303%. It shows the position of financial was good because either due residing in the above standard used. Observed from solvency ratio, owners’ equity ratio with asset ratio has its average about 59%, owners’ equity ratio with fixed asset about 389,79%, liabilities total ratio with asset total about 41%, and liabilities total ratio with owners’ equity about 69,74%, shown the good position of its financial. The ability of the co-operation yield profit seen from ROI and ROE still lower because residing in below the standart which is about 1,42% average of ROI and about 2,10% of the ROE. Based on trend analysis and common size percentage analysis show existence of trend decreasing. It caused of degradation of totalizing sale and earnings. The degradation of totalizing sale and earnings caused the portion of SHU in 2009 decreased than the base year.


(11)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi adalah sebuah lembaga atau perkumpulan orang-orang yang bekerjasama melakukan aktivitas ekonomi demi keuntungan bersama. Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh anggota (Anonim, 2009).

Koperasi memerlukan suatu manajemen yang baik agar mampu mengimbangi badan usaha lain. Manajemen dalam perkoperasian sangat penting karena termasuk lembaga yang harus dikelola sebagaimana layaknya lembaga bisnis karena manajemen merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan dan efisiensi usaha koperasi. Salah satu koperasi yang menunjang kegiatan dan kepentingan ekonomi bagi masyarakat adalah Koperasi Unit Desa (KUD).

Koperasi yang bergerak di bidang pertanian ataupun peternakan dalam hal ini koperasi unit desa, tidak hanya bergerak dalam hal produksi saja tetapi berperan penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi adalah badan usaha yang sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang mempunyai ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas serta menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat (Kartasaputra dkk, 2000)

Susu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan berpikir. Begitu pentingnya susu, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk membangun suatu bangsa yang cerdas dan sehat, penyediaan susu bagi masyarakat merupakan hal yang mutlak. Konsumsi susu nasional Indonesia sampai saat ini belum dapat dipenuhi melalui produksi


(12)

commit to user

dalam negeri, sebagai akibat lambannya perkembangan agribisnis sapi perah. Oleh karena itu, pengembangan agribisnis sapi perah dipandang perlu dipacu agar produksi susu memenuhi permintaan konsumsi susu nasional. Agribisnis sapi perah mengelola sarana dan prasarana pengelolaan produk karena sifat komoditas susu yang cepat rusak pada suhu kamar. Dalam agribisnis sapi perah, peternak tidak dapat lepas dari keberadaan koperasi. Keberadaan koperasi susu pada agribisnis sapi perah adalah sebagai implementasi kebijakan pemerintah dalam pengembangan agribisnis sapi perah.

(Rusdiana dan Sejati, 2009).

KUD Musuk adalah KUD serba usaha yang unit usaha unggulannya diantaranya adalah unit usaha persusuan (penampungan susu sapi) dan ternak sapi perah (penyediaan sapi perah sesuai pesanan peternak). KUD ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak khususnya anggotanya yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai peternak sapi perah. Agar KUD dapat mencapai tujuan, maka diperlukan evaluasi supaya KUD dapat mengetahui kekurangannya dan meningkatkan perannya di masa mendatang sehingga rakyat yang dalam hal ini peternak sebagai anggota KUD dapat merasakan bagaimana KUD telah menjalankan tujuan, fungsi serta perannya. Evaluasi yang dimaksud adalah bentuk dari evaluasi kinerja KUD tersebut.

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian pada KUD Musuk untuk mengetahui kinerja koperasi, pada khususnya kinerja keuangan pada KUD tersebut sehingga dapat diketahui secara langsung perkembangan koperasi melalui laporan keuangan pada KUD Musuk.

B. Perumusan Masalah

KUD merupakan salah satu koperasi yang ditetapkan berdasarkan Inpres No. 2 tahun 1978 yang menetapkan agar KUD menjadi pusat atau pelopor perekonomian pedesaan. Tentu saja anggota koperasi ini lebih mengutamakan juga pada perkumpulan anggota masyarakat desa untuk membangun perekonomian desa secara bersama-sama. Pencapaian tujuan KUD untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya harus didukung oleh manajemen yang baik.


(13)

commit to user

Manajemen merupakan kebutuhan mutlak bagi suatu KUD. Manajemen KUD sangat penting dalam pengelolaan koperasi karena dapat menentukan maju mundurnya usaha KUD yang bersangkutan. Oleh karena itu diharapkan para pengurus KUD dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu lainnya, dan fleksibel dalam menyerap pengetahuan yang positif guna perkembangan KUD.

KUD Musuk adalah KUD serba usaha dengan usaha yang menonjol diantaranya adalah unit ternak sapi perah dan unit persusuan bagi warga yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai peternak di wilayah Kabupaten Boyolali. KUD susu ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak khususnya anggotanya. Dalam menjalankan usahanya KUD susu khususnya pada KUD Musuk mendapatkan banyak tantangan. Salah satunya adanya pihak swasta yang lebih berani memberikan harga lebih tinggi daripada harga dari KUD Musuk. Masyarakat beranggapan akan memperoleh keuntungan yang lebih apabila di jual di luar koperasi sehingga menyebabkan adanya banyak pesaing-pesaing dalam usaha persusuan. Hal ini menyebabkan pemasukan susu pada KUD mengalami penurunan yang nantinya akan

berdampak pada keuangan KUD Musuk sehingga agar dapat

mempertahankan usaha, perlu diterapkan manajemen koperasi yang tepat dalam menjalankan usaha.

Salah satu pelaksanaan manajemen untuk melihat kondisi KUD Musuk terletak pada unsur keuangannya. Kondisi keuangan yang baik akan menunjukkan usaha-usaha KUD telah dilakukan secara efisien dan memungkinkan KUD dapat melakukan perencanaan yang matang dimasa yang akan mendatang. Untuk mengetahui kondisi keuangan KUD dapat dilakukan analisis tentang kinerja keuangan. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan KUD, faktor-faktor yang paling utama adalah likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Selain berpegang pada standart rasio, hal lain yang perlu diperhatikan adalah trend atas prosentase historis dan rasio dari perusahaan yang data keuangannya sedang dianalisa


(14)

commit to user

(Munawir, 1999). Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kinerja keuangan KUD Musuk ditinjau dari likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas?

2. Bagaimana perkembangan pos-pos dalam neraca pada KUD Musuk di Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan

Penelitian mengenai kinerja keuangan KUD Musuk ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji kinerja keuangan KUD Musuk ditinjau dari likuiditas,

solvabilitas, dan rentabilitas.

2. Mengkaji perkembangan pos-pos dalam neraca dan laporan laba-rugi pada KUD Musuk di Kabupaten Boyolali.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan strata satu di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.

2. Bagi pihak manajemen KUD, penelitian ini diharapkan sebagai sumbang saran untuk menyusun dasar perencanaan strategi operasional pada periode yang akan datang.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi sumber tambahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya dan penelitian sejenis.

4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama kaitannya dengan pengembangan Koperasi Unit Desa khususnya di Kabupaten Boyolali.


(15)

commit to user

5

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Kinerja Keuangan Koperasi telah dilakukan sebelumnya oleh Sari (2005) dengan judul “Analisis Keuangan KUD Susu di Kabupaten Boyolali”. Peneliti menggunakan analisis rasio yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas. Kemudian untuk mengkaji perkembangan pos-pos pada neraca KUD Susu di Kabupaten Boyolali menggunakan analisis trend dan analisis presentase per komponen. Hasil analisis rasio menunjukkan bahwa KUD Susu di Kabupaten Boyolali memiliki tingkat likuiditas yang kurang (masih dibawah standar), tingkat solvabilitas yang rendah, dan rentabilitas KUD yang juga masih kurang ditandai dengan tingkat ROI dan ROE yang kurang dari standar. Ditinjau dari rasio aktivitas, KUD Susu di Kabupaten Boyolali masih belum efisisen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki ditandai dengan tingkat perputaran persediaan dan perputaran piutang yang menurun. Dilihat dari analisis trend dan persentase terhadap neraca dan laporan rugi-laba KUD Susu selama tahun 2000-2004 menunjukkan perkembangan posisi keuangan jangka pendek yang kurang menguntungkan. Pada penelitian ini analisis laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh KUD yang bersangkutan karena analisis dilakukan secara kumulatif pada semua KUD Susu di Kabupaten Boyolali sedangkan keadaan keuangan per KUD berbeda-beda sehingga diperlukan analisis laporan keuangan tiap-tiap KUD agar lebih memudahkan dalam perencanaan keuangan jangka pendek dan jangka panjang.

Penelitian serupa dilakukan oleh Deritanti (2007), tentang kinerja keuangan di KUD Mojosongo Kabupaten Boyolali. Peneliti menggunakan analisis rasio likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aktivitas. Serta untuk mengetahui perkembangan pada pos-pos neraca dan laporan rugi laba ditinjau dari analisis trend dan persentase per komponen. Hasil penelitian


(16)

commit to user

menunjukkan bahwa jika dilihat dari rasio likuiditas, current ratio, quick ratio dan cash rationya menunjukkan posisi yang baik karena berada diatas standar yang digunakan, ini berarti koperasi mampu membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Dilihat dari rasio solvabilitas, total debt to equity ratio dan total debt to capital assets menunjukkan adanya peningkatan dan dapat memenuhi standar yang berarti koperasi dapat menjamin hutangnya dengan modal sendiri dan total aktiva yang dimiliki. Kemampuan koperasi menghasilkan laba dilihat dari ROI dan ROE masih rendah karena berada dibawah standar. Rasio aktivitas menunjukkan perputaran persediaan dan aktiva tetap menunjukkan kecenderungan yang baik, tetapi perputaran total aktiva dan perputaran piutang berada dibawah standar karena masih kurang efektif dalam penggunaannya. Trend dalam prosentase pada neraca dan laporan rugi laba secara umum menunjukkan adanya trend meningkat.

Berdasarkan kedua penelitian diatas, dapat diketahui alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas serta untuk mengkaji perkembangan pos-pos pada neraca KUD menggunakan analisis trend dalam prosentase dan analisis presentase per komponen. Alat analisis tersebut hampir sama seperti yang digunakan oleh peneliti. Namun pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan rasio aktivitas seperti yang digunakan pada kedua penelitian diatas. Penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan gambaran tentang keadaan keuangan pada KUD sehingga dapat membantu perencanaan manajemen keuangan pada periode mendatang.

2. Susu

Susu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar susu (mammae), baik dari binatang maupun dari buah dada seorang ibu. Dalam segi gizi, susu merupakan makanan yang terbaik bagi manusia dan hewan itu sendiri. Pada zaman dahulu, susu telah dipakai sebagai bahan pokok


(17)

commit to user

pangan manusia. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu, seperti sapi, kuda dan domba. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia (Sediaoetama, 2004).

Berdasarkan jumlah bakteri yang terdapat dalam susu, kualitas susu di negara-negara barat dan maju lainnya digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Susu dengan kualitas baik atau kualitas A (No. 1) jika jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak lebih dari 100.000 setiap milliliter. Bakteri-bakteri koli tidak lebih dari 10 /ml.

b. Susu kualitas B (No. 2, sedang) jika jumlah bakteri nya antara 100.000 – 1.000.000/ml, dan jumlah bakteri koli tidak lebih dari 10/ml.

c. Susu dengan kualitas C (No. 3, jelek) jika jumlah bakterinya lebih daripada 1.000.000/ml (Saleh, 2004).

Menurut Mukhtar (2006), susu beserta produk-produk olahan susu merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok bagi bangsa-bangsa di negara maju. Semakin tinggi tingkat kehidupan dan kesejahteraan suatu bangsa, akan semakin besar pula tingkat konsumsi susu dan produk-produk olahan susu. Susu mengandung tiga komponen yang karakteristik, yaitu laktosa, protein, dan lemak susu, disamping bahan-bahan lainnya, seperti air, mineral, dan vitamin. Susu bukan saja penting artinya sebagai sumber protein dan energi dalam tubuh. Demikian pula tentang kandungan vitaminnya, tiada bahan pangan yang mengandung begitu banyak vitamin selain susu. Hal yang sama juga terhadap kandungan mineral, seperti fosfor, kalium, kalsium, klorin, natrium, iodin, sulfur, seng, fluorin,zat besi dan tembaga. Semuanya terdapat dalam susu sebagai garam-garam mineral.

3. Koperasi

Menurut UU Koperasi No. 12 tahun 1992, Koperasi Indonesia sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan


(18)

commit to user

serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Koperasi lahir pada permulaan abad ke 19, sebagai reaksi terhadap sistem liberalisme ekonomi, yang pada waktu itu segolongan kecil pemilik-pemilik modal menguasai kehidupan masyarakat. Susunan masyarakat kapitalis sebagai lanjutan dari liberalisme ekonomi, membiarkan setiap individu bebas bersaing untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya bagi individu, dan bebas pula mengadakan segala macam kontrak tanpa intervensi pemerintah. Akibat dari sistem ekonomi tersebut, golongan kecil pemilik modal menguasai kehidupan masyarakat. Mereka hidup berlebih-lebihan, sedang golongan besar dari masyarakat, yang lemah kedudukan sosial ekonominya, makin terdesak. Pada saat itulah tumbuh gerakan koperasi yang menentang aliran individualisme dengan asas kerja sama dan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Bentuk kerjasama melahirkan perkumpulan koperasi

(Widiyanti dan Sunindhia, 1998).

Bibit Koperasi di Indonesia tumbuh di Purwokerto tahun 1896. Waktu itu pamong praja bernama R. Aria Wiria Atmaja mendirikan sebuah bank yang diberi nama “Hulph-en Spaar Bank” (Bank Pertolongan dan Simpanan). Bank itu dimaksudkan untuk menolong para priyayi/pegawai negeri yang terjerat hutang pada lintah darat. Bank itu meminjamkan kepada para pegawai negeri itu sendiri. Jadi, semacam Koperasi Simpan Pinjam saat ini (Anoraga dan Ninik, 1998).

4. Koperasi Unit Desa

Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 2/1978 tentang BUUD/KUD, penjenisan koperasi di Indonesia mengalami perubahan lagi, yaitu Koperasi-koperasi Unit Desa (KUD) yang aneka usaha. Itulah sebabnya banyak koperasi di pedesaan, seperti Koperta yang beramalgasi menjadi KUD. Apabila dilihat dari kegiatan usahanya, KUD adalah


(19)

commit to user

koperasi aneka usaha, baik dari segi fungsi ekonomi yang dilakukan maupun dari komoditi yang diperdagangkan. Oleh sebab itu KUD adalah aneka usaha dalam pengertian aneka fungsi dan aneka komoditi atau dapat disebut sebagai koperasi serba usaha (all purpose cooperative)

(Edilius dan Sudarsono, 1996).

Menurut Anoraga dan Widiyanti (1998), Koperasi Unit Desa (KUD) adalah upaya pendekatan koperasi pada petani melalui penyatuan (amalgasi) beberapa koperasi pertanian yang kecil-kecil dan sangat banyak jumlahnya di pedesaan.

Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan salah satu pilar perekonomian yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Namun, sejak dikeluarkan Inpres No. 18 Tahun 1998, KUD tidak lagi menjadi koperasi tunggal di tingkat kecamatan. Program-program pemerintah untuk membangun masyarakat pedesaan, seperti distribusi pupuk, benih, dan pengadaan gabah, yang awalnya dilakukan melalui KUD selanjutnya diserahkan pada mekanisme pasar. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan lebih dari 5.400 KUD di Indonesia secara umum mengalami penurunan kinerja dan tidak sedikit yang hanya tinggal papan nama. Meskipun demikian, tidak sedikit pula KUD yang bertahan, bahkan berkembang (Humas UGM, 2010).

5. Koperasi Susu

Pengembangan susu sapi perah diatur dalam INPRES No. 1/1985 yaitu mengenai pengembangan persusuan dilakukan untuk membangun dan membina usaha persusuan agar mampu meningkatkan produksi susu dalam negeri dan susu olahan dengan mutu yang baik dan harga terjangkau oleh masyarakat sekaligus untuk mengurangi impor susu serta meningkatkan kesejahteraan petani ternak sapi perah pada khususnya dan meningkatkan gizi masyarakat pada umumnya. Pada tahap awal pengembangan susu sapi perah ini dikembangkan sistem kemitraan, yaitu antara peternak, koperasi unit desa (KUD) dan industri pengolah susu (IPS). Dalam kemitraan ini terjadi kebijakan kepastian pasar dan harga,


(20)

commit to user

yaitu adanya kewajiban industri pengolah susu untuk menyerap susu sapi perah domestik (Mukhsin, 2002).

Koperasi susu merupakan lembaga resmi pemerintah untuk penyaluran dana untuk kredit investasi bagi peternak dan penyaluran bibit sapi perah khususnya impor, untuk dibagikan kepada anggota sebagai pinjaman. Setiap peternak yang menjadi anggota koperasi memperoleh layanan tersebut. Kewajiban peternak anggota adalah wajib menjual seluruh produk susu segar kepada koperasi dengan harga yang ditetapkan oleh koperasi dan IPS (Yusdja, 2005).

Usaha agribisnis susu adalah salah satu usaha yang telah dilaksanakan koperasi sejak tahun 1948. Kegiatan ini merupakan usaha andalan KUD dan koperasi susu, untuk tujuan menyelamatkan produksi susu rakyat dan menambah pendapatan petemak. Susu merupakan komoditas yang mudah rusak, mempunyai resiko tinggi, karena itu perlu penanganan yang hati-hati dan spesialisasi. Spesialisasi menumbuhkan kemampuan dan keahlian yang baik dimana keahlian memerlukan kompetensi yang dapat dipelajari melalui pendidikan yang teratur dan berkesinambungan (Panggabean, 2010).

6. Laporan Keuangan

Untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan, perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 1999).

Laporan keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba. Neraca dibuat dengan maksud untuk menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu saat tertentu, sedangkan laporan rugi laba menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai dalam suatu periode tertentu. Pada umumnya kedua laporan ini


(21)

commit to user

disusun setahun sekali (tahunan), namun tidak jarang dijumpai pula perusahaan yang menyusun laporan keuangan tiap kuartal, bahkan tiap bulan (Jusup, 2003).

Laporan finansiil memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansiil suatu perusahaan, di mana Neraca (Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi laba (Income Statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun

(Riyanto, 2001).

a. Neraca

Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet (Munawir, 1999).

Neraca atau sering disebut juga laporan posisi keuangan adalah suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan), kewajiban dan modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Judul suatu neraca terdiri atas nama organisasi, nama laporan, dan tanggal neraca. Badan atau isi laporan terdiri atas tiga bagian yaitu aktiva, kewajiban dan modal (Jusup, 2003).

1)Aktiva

Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya (Munawir, 1999).

Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.


(22)

commit to user

a) Aktiva lancar (current asset) adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi pada periode berikutnya.

Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah:

i. Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di Bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap saat diperlukan oleh perusahaan.

ii. Investasi jangka pendek adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Yang termasuk dalam investasi jangka pendek adalah deposito di bank, surat-surat berharga yang berwujud saham, obligasi, sertifikat bank, dan surat hipotek.

iii. Piutang wesel atau tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.

iv. Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan dagangan secara kredit.

v. Persediaan adalah semua barang-barang yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual. (Munawir, 1999)

b) Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang memiliki umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan), yang termasuk


(23)

commit to user

aktiva tidak lancar adalah investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tetap tidak berwujud, beban yang ditangguhkan dan aktiva lain-lainnya (Munawir, 1999).

i. Investasi jangka panjang bertujuan untuk mengadakan pengawasan terhadap kebijaksanaan atau kegiatan perusahaan lain, untuk memperoleh pendapatan yang tetap secara terus menerus, membentuk suatu dana untuk tujuan tujuan tertentu, dan untuk membina hubungan baik dengan perusahaan lain.

ii. Aktiva tetap berujud merupakan aktiva yang mempunyai umur ekonomis lama, digunakan dalam kegiatan usaha dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kondisi normal. Yang termasuk aktiva tetap berujud meliputi tanah, bangunan, mesin pabrik, kendaraan dan peralatan kantor. iii. Aktiva tak berujud merupakan aktiva yang secara fisik

tidak mempunyai wujud tetapi mempunyai manfaat ekonomis bagi pemiliknya di masa yang akan datang, meliputi patent, hak cipta, merk dagang, goodwill, waralaba dan lain-lain.

iv. Beban yang ditangguhkan menunjukkan adanya

pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain biaya pemasaran, biaya pembukaan perusahaan, biaya penelitian.

v. Aktiva lain-lain merupakan aktiva yang tidak termasuk kategori aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap berujud dan aktiva tak berujud, meliputi piutang jangka panjang, gedung dalam penyelesaian


(24)

commit to user 2) Hutang

Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor (Munawir, 1999).

a) Hutang lancar menurut Munawir (1999) meliputi:

i. Hutang dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit.

ii. Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang.

iii. Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara. iv. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang

sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. v. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah

sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayarannya.

vi. Penghasilan yang diterima dimuka adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisir.

b) Hutang jangka panjang yaitu segala kewajiban seperti hipotek, surat obligasi, pinjaman bersyarat dan sebagainya, yang akan dilunasi dalam waktu lebih dari setahun sejak tanggal pinjaman. Hutang jangka panjang meliputi obligasi, hipotek atau wesel jangka panjang (Gill dan Chatton, 2003).

3) Modal

Menurut Munawir (1999), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan.


(25)

commit to user

Neraca dapat disajikan dengan bentuk skontro (Account form)

dimana semua aktiva tercantum di sebelah kiri dan hutang serta modal di sebelah kanan, dan be ntuk vertikal (Report Form). Neraca bentuk vertikal ini semua aktiva terletak di bagian atas yang selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, serta modal.

Tabel 1. Contoh neraca bentuk akun

PT INDIRASARI N e r a c a 31 Desember 1978

AKTIVA (dalam ribuan) PASSIVA (dalam ribuan) Aktiva Lancar

Kas 545.5

Pihutang wesel 500.0 Persediaan 951.2 Persekot biaya 46.0 Piutang dagang 1.324.2 Jumlah aktiva lancar 3.366.9

Hutang Lancar

Hutang dagang 655.0 Hutang wesel 150.0 Hutang gaji 312.0 Jumlah hutang lancar 1.117.0 Aktiva Tetap

Tanah 200.0

Bangunan 1.600.0 Alat-alat kantor 700.0 Akumulasi Penyusutan (378.5) Jumlah aktiva tetap 2.121.5

Hutang Jangka Panjang Hutang Obligasi 600.0 Jumlah hutang jangka panjang

600.0 Modal

Modal saham 2.000.0 Laba yang ditahan 1.771.4

3.771.4 Total Aktiva 5.488.4 Total Passiva 5.488.4


(26)

commit to user Tabel 2. Contoh neraca bentuk laporan

PT INDIRASARI N e r a c a 31 Desember 1978 AKTIVA (dalam ribuan)

Aktiva Lancar

Kas 545.5

Pihutang wesel 500.0

Persediaan 951.2

Persekot biaya 46.0

Piutang dagang 1.324.2

Jumlah aktiva lancar 3.366.9

Aktiva Tetap

Tanah 200.0

Bangunan 1.600.0

Alat-alat kantor 700.0 Akumulasi Penyusutan (378.5)

Jumlah aktiva tetap 2.121.5

TOTAL AKTIVA 5.488.4

PASSIVA Hutang Lancar

Hutang dagang 655.0

Hutang wesel 150.0

Hutang gaji 312.0

Jumlah hutang lancar 1.117.0

Hutang Jangka Panjang

Hutang Obligasi 600.0 Jumlah hutang jangka panjang

600.0 Modal

Modal saham 2.000.0

Laba yang ditahan 1.771.4

3.771.4

TOTAL PASSIVA 5.488.4

Sumber: (Munawir, 1999)

b. Laporan Rugi Laba

Laporan rugi laba merupakan ikhtisar dari pendapatan (revenue) dan beban-beban (expenses) untuk suatu periode waktu atau masa tertentu. Dengan kata lain, laporan ini menunjukkan hasil usaha atau kinerja perusahaan pada kurun waktu tertentu (Dunia, 2008).

Laporan laba rugi harus diberi judul, yang terdiri atas nama perusahaan, nama laporan (dalam hal ini “Laporan Rugi Laba”), dan periode laporan. Isi laporan rugi laba terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu pendapatan, biaya, dan laba atau rugi. Pendapatan adalah aliran


(27)

commit to user

penerimaan kas atau harga lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang atau pemberian jasa. Biaya merupakan harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan. Sedangkan laba (atau rugi) adalah selisih lebih (atau kurang) antara pendapatan dan biaya (Jusup, 2003).

Bentuk laporan rugi laba yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

1) Bentuk Single Step, yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi atau laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.

2) Bentuk Multiple Step, dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

Tabel 3. Contoh laporan rugi laba bentuk single step PT SARI INDAH

Laporan Rugi Laba 31 Desember 1978 (dalam ribuan)

Penjualan Netto Rp 2.800

Harga Pokok Penjualan Rp 1.940 (-)

Laba Penjualan Rp 860

Biaya Penjualan Rp 430

Biaya Administrasi Rp 190(+)

Biaya Operasi Rp 620

Laba Operasi Rp 240

Pendapatan lain-lain Rp 50(+)

Pendapatan Netto Rp 290


(28)

commit to user

Tabel 4. Contoh laporan rugi laba bentuk multiple step PT PANGGUNG SARI

Laporan Rugi Laba 31 Desember 1978 (dalam ribuan) Penjualan bruto Rp 74.220 Potongan/retur penjualan Rp 2.000 (-) Penjualan netto Rp 72.200 Harga pokok penjualan Rp 51.000 (-)

Laba penjualan Rp 21.220

Biaya-biaya operasi

Biaya penjualan Rp 4.240 Biaya umum dan administrasi Rp 8.770 (+)

Laba bersih operasionil Rp 13.010 (-)

Laba Usaha Rp 8.210

Penghasilan sewa Rp 3.000(+)

Laba Bersih Rp 11.210

Sumber: (Munawir, 1999)

7. Analisis Kinerja Keuangan a. Analisis Rasio

Analisis rasio menurut Munawir (1999), menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

Angka-angka rasio pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio-rasio rentabilitas.

1. Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, dan perusahaan


(29)

commit to user

dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya ataupun hutang jangka pendek (Munawir, 1999).

Likuiditas badan usaha berarti kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Likuiditas dapat diketahui dari neraca pada suatu saat antara lain dengan membandingkan jumlah aktiva lancar di satu pihak, dengan utang lancar di lain pihak, hasil perbandingan tersebut disebut “current ratio” (Riyanto, 2001).

a. Current Ratio

Current ratio menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Standar current ratio = 200%.

Current ratio = x 100% Lancar

Hutang

Lancar Aktiva

b. Quick Ratio

Juga disebut sebagai Acid Test Ratio sebagai ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban dengan tidak memperhitungkan persediaan. Rasio ini mengukur kemampuan yang sesungguhnya untuk memenuhi hutang-hutangnya tepat pada saatnya. Standar Quick Ratio > 1 (Riyanto, 2001).

Quick Ratio = 100%

Lancar Hutang

persediaan

-lancar Aktiva

´ (Munawir, 1999).

2. Rasio Solvabilitas

Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut


(30)

commit to user

dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang (Munawir, 1999).

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya pada saat perusahaan tersebut dilikuidasi.

Solvabilitas =

Hutang Jumlah

Aktiva Jumlah

(Riyanto, 2001).

a. Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva

Menunjukkan seberapa besar aktiva koperasi yang dibiayai modal sendiri maupun modal pinjaman. Perhitungan rasio menggunakan rumus di bawah ini :

Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva =

Aktiva Total

Sendiri Modal

(Munawir, 1999).

Ukuran standar rasio ini adalah 0,5 (Suwandi, 1985). b. Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap

Sejauh mana modal sendiri koperasi membiayai aktiva tetap, dinyatakan sebagai perbandingan antara modal sendiri dengan aktiva tetap. Perhitungan rasio menggunakan rumus di bawah ini :

Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap =

Tetap Aktiva

Sendiri Modal

(Munawir, 1999)

c. Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva

Sejauh mana nilai dari total aktiva yang dimiliki dibiayai oleh hutang. Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang total terhadap total aktiva. Perhitungan rasio menggunakan rumus di bawah ini :


(31)

commit to user

Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva =

Aktiva Total

Hutang Total

(Munawir, 1999).

Nilai rasio yang baik adalah < 0,5 (Suwandi, 1985). d. Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri

Menunjukkan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Nilai rasio yang baik adalah = 1. Perhitungan rasio menggunakan rumus di bawah ini :

Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri =

Sendiri Modal

Hutang Total

(Munawir, 1999).

3. Rasio Rentabilitas

Rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk meghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva ataupun jumlah modal perusahaan tersebut (Munawir, 1999).

1) Rentabilitas Ekonomis

Rentabilitas ekonomis merupakan kemampuan

menghasilkan laba dari modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Riyanto, 1995). Menurut Munawir (1999) Rentabilitas Ekonomis disebut juga Return of Investment (ROI) adalah rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.


(32)

commit to user

Rentabilitas Ekonomis = x 100%

aktiva Total

bunga dan pajak sebelum Laba

(Munawir, 1999)

Standar yang digunakan untuk menilai ROI adalah 0,05. Semakin tinggi nilainya maka kemampuan menghasilkan labanya semakin baik (Suwandi, 1985).

2) Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan menghasilkan laba dari sejumlah modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas modal sendiri disebut juga sebagai Return on Equity (ROE).

Rentabilitas Modal Sendiri = x 100%

sendiri Modal

bunga dan pajak setelah Laba

(Munawir, 1999)

Standar yang digunakan untuk menilai ROE adalah 0,15. Semakin tinggi nilainya maka kemampuan menghasilkan labanya semakin baik (Suwandi, 1985).

b. Analisis Trend Dalam Prosentase

Analisis dengan trend ratio menunjukkan suatu pos mempunyai kecenderungan atau arah yang menurun, meningkat atau tetap serta menunjukkan kecenderungan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam prosentase, diperlukan dasar pengukurnya atau tahun dasarnya. Biasanya data atau laporan keuangan dari tahun yang paling awal dalam laporan yang dianalisa tersebut dianggap sebagai tahun dasar (base year). Trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara masing-masing pos suatu tahun dengan tahun dasarnya (Munawir, 1999).

c. Analisis Persentase Per Komponen

Laporan keuangan dengan persentase per komponen atau


(33)

commit to user

persentase investasi pada masing-masing pos aktiva terhadap total aktivanya, masing-masing pos pasiva terhadap total pasivanya serta pos-pos rugi laba terhadap total penjualan nettonya (Munawir, 1999).

Apabila laporan keuangan disajikan dalam prosentase-prosentase, yaitu prosentase dari masing-masing pos aktiva terhadap total aktivanya masing-masing dan pos pasiva terhadap total pasivanya serta pos-pos rugi laba terhadap total penjualan nettonya, maka akan diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang dapat digunakan sebagai pembanding. Laporan yang disajikan atau dinyatakan dalam prosentase-prosentase ini disebut Common size statement (Riyanto, 1995).

Analisis ini membandingkan pos-pos laporan keuangan dengan pos tertentu dalam laporan yang sama dan dalam periode yang sama. Angka yang digunakan sebagai dasar adalah total aktiva dan pasiva untuk pos-pos dalam neraca dan total penjualan untuk pos perhitungan rugi laba. Analisis ini dilakukan pada 5 periode keuangan.

Xm = x 100%

Q Q i r

Dimana :

Xm = hasil analisis pos tertentu Qr = nilai rupiah pos yang dianalisis

Qi = nilai rupiah angka dasar

(Munawir, 1999).

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kinerja keuangan suatu koperasi dapat diketahui berdasarkan keadaan laporan keuangannya yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi tiap periodenya. Kedua laporan ini kemudian dianalisis menggunakan analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas), analisis trend dan analisis presentase per komponen. Berdasarkan analisis-analisis tersebut akan dapat


(34)

commit to user

diketahui kondisi keuangan pada periode yang dianalisis dan perkembangan pos-pos keuangan (pos-pos pada aktiva dan pasiva) sehingga dapat membantu pihak-pihak yang bersangkutan dalam mengambil keputusan finansial pada tahun mendatang. Kerangka berfikir pada analisis kinerja keuangan KUD Musuk dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Diduga kinerja keuangan KUD Musuk Kabupaten Boyolali ditinjau dari likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas baik.

D. Pembatasan Masalah

1. Sudut pandang kinerja keuangan dipandang dari segi analisis rasio keuangan KUD Musuk Kabupaten Boyolali.

2. Penelitian berdasarkan Laporan Rapat Anggota Tahunan KUD Musuk Kabupaten Boyolali.

Analisis Rasio

§ Likuiditas

§ Solvabilitas

§ Rentabilitas

Analisis Keuangan Analisis Perkembangan Pos-Pos

Analisis Persentase Per Komponen KUD Musuk Kabupaten Boyolali

Laporan Keuangan 1. Neraca

2. Laporan Rugi Laba

Analisis Trend dalam

Prosentase


(35)

commit to user

3. Data yang dianalisis adalah laporan laba rugi dan neraca KUD Musuk selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2005-2009.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Kinerja keuangan adalah keadaan keuangan KUD yang diukur menggunakan analisis rasio likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, analisis trend dan analisis presentase per komponen.

2. Analisis rasio merupakan alat analisis yang dapat menjelaskan atau memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan koperasi, pada penelitian ini adalah KUD Musuk.

3. Likuiditas adalah kemampuan KUD Musuk untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.

4. Rentabilitas adalah kemampuan KUD Musuk untuk menghasilkan keuntungan dari modal yang dimilikinya.

5. Solvabilitas adalah kemampuan KUD Musuk membayar segala kewajiban finansialnya baik yang jangka pendek maupun jangka panjang.

6. Analisis trend dalam prosentase adalah alat analisis untuk menunjukkan kecenderungan posisi keuangan KUD Musuk selama lima periode.

7. Analisis presentase per komponen adalah perhitungan keuangan dengan membandingkan pos-pos dalam laporan keuangan, yaitu prosentase dari masing-masing pos aktiva terhadap total aktivanya masing-masing dan pos pasiva terhadap total pasivanya serta pos-pos rugi laba terhadap total penjualan nettonya.

8. Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari koperasi unit desa pada suatu saat tertentu.

9. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh KUD Musuk yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus dan laba ditahan.

10.Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi pada periode berikutnya. Pada penelitian ini yang termasuk aktiva lancar adalah kas dan bank, simpanan jangka pendek, piutang anggota, piutang non anggota, piutang lain-lain, penyisihan piutang jangka pendek, persediaan.


(36)

commit to user

11.Kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi KUD Musuk.

12.Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (lebih dari satu tahun). Pada penelitian ini yang termasuk aktiva tidak lancar adalah tanah, bangunan, kendaraan, perlengkapan, akumulasi penyusutan.

13.Hutang adalah semua kewajiban keuangan KUD Musuk kepada pihak lain yang belum terpenuhi.

14.Laba usaha (Sisa Hasil Usaha) adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari hasil usaha KUD Musuk selama satu tahun.

15.Pos adalah bagian dari neraca yang terdiri dari aktiva dan pasiva.

16.Komponen pada penelitian ini adalah seluruh bagian dari neraca dan laporan laba rugi.

17.Tahun dasar merupakan tahun yang paling normal di antara tahun-tahun yang dianalisa atau tahun yang paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa. Pada penelitian ini, tahun dasar adalah tahun 2005.


(37)

commit to user

27

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Nazir, 2003).

Teknik pelaksanaan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik. Studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit (atau satu kesatuan unit) individu, kelompok, lembaga atau masyarakat yang dipandang sebagai kasus (Nazir, 2003).

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di KUD Musuk karena KUD Musuk mulai tahun 1992 hingga saat ini dinyatakan sebagai KUD Mandiri Teladan Tingkat Nasional, memiliki kelengkapan data-data keuangan sebagai bahan analisis, serta atas dasar dari rekomendasi Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Kabupaten Boyolali. KUD Musuk terletak di Kecamatan Musuk yang merupakan daerah penghasil susu sapi kedua terbesar di Kabupaten Boyolali yang ditunjukkan pada Tabel 5, dimana para peternak sapi perah menyalurkan hasil produksinya ke KUD Musuk Kabupaten Boyolali.

Tabel 5. Banyaknya Penerimaan Susu (liter) di Kabupaten Boyolali Tahun 2008

No Wilayah dan KUD Penerimaan Susu dari KUD

1 Kecamatan Selo 900.000

2 Kecamatan Ampel 1.260.000

3 Kecamatan Cepogo 5.400.000

4 Kecamatan Musuk 11.520.000

5 Kecamatan Boyolali 900.000

6 Kecamatan Mojosongo 12.420.000


(38)

commit to user

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan KUD Musuk yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba dari tahun 2005-2009, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Boyolali, BPS Kabupaten Boyolali, GKSI Kabupaten Boyolali, serta sumber-sumber lain yang menunjang penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca dan laporan rugi laba dari tahun 2005-2009 serta data lain yang relevan dengan tujuan penelitian.

D. Metode AnalisisData 1. Analisis Rasio

Analisis data yang dipergunakan untuk mengetahui kinerja keuangan KUD adalah dengan analisis likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari KUD.

1. Ukuran dasar likuiditas adalah sebagai berikut : a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio Lancar adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar. Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio lancar adalah :

Rasio Lancar = x 100%

Lancar Hutang

Lancar Aktiva

Standar current ratio = 200%.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio Cepat adalah perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid. Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio cepat adalah :


(39)

commit to user

Rasio Cepat= 100%

Lancar Hutang

persediaan

-lancar Aktiva

´ Standar Quick Ratio > 100%

2. Analisis solvabilitas

a. Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva

Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva menunjukkan seberapa besar aktiva koperasi yang dibiayai modal sendiri maupun modal pinjaman. Perhitungan rasio menggunakan rumus di bawah ini :

Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva =

Aktiva Total

Sendiri Modal

Ukuran standar rasio ini adalah 0,5. b. Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap

Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap menunjukkan sejauh mana modal sendiri koperasi membiayai aktiva tetap, dinyatakan sebagai perbandingan antara modal sendiri dengan aktiva tetap. Perhitungan rasio menggunakan rumus di bawah ini :

Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap =

Tetap Aktiva

Sendiri Modal

Nilai rasio yang baik adalah > 1,5 c. Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva

Rasio Total Hutang dengan total aktiva menunjuukan sejauh mana nilai dari total aktiva yang dimiliki dibiayai oleh hutang. Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang total terhadap total aktiva. Perhitungan rasio menggunakan rumus di bawah ini : Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva =

Aktiva Total

Hutang Total

Nilai rasio yang baik adalah < 0,5.

d. Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri

Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri menunjukkan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri.


(40)

commit to user

Perhitungan rasio menggunakan rumus di bawah ini Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri =

Sendiri Modal

Hutang Total

Nilai rasio yang baik adalah = 1. 3. Analisis rentabilitas

a. Rentabilitas ekonomis

Rentabilitas ekonomis merupakan kemampuan untuk menghasilkan SHU (Sisa Hasil Usaha) dari keseluruhan modal, baik modal asing maupun modal sendiri, yang digunakan untuk menghasilkan SHU. Rumus yang digunakan untuk mencari rentabilitas ekonomis yaitu :

Rentabilitas ekonomis = x 100%

aktiva Total

bunga dan pajak sebelum SHU

Standar yang digunakan untuk menilai ROI adalah 0,05 b. Rentabilitas modal sendiri

Rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan untuk menghasilkan SHU dari sejumlah modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan SHU. Rumus yang digunakan untuk mencari rentabilitas modal sendiri yaitu :

Rentabilitas Modal Sendiri = x 100%

sendiri Modal

bunga dan pajak setelah SHU

Standar yang digunakan untuk menilai ROE adalah 0,15

2. Analisis Trend Dalam Prosentase

Analisis trend dalam prosentase bertujuan untuk melihat perkembangan tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan dalam lima periode analisis, yaitu dari tahun 2005-2009. Analisis trend dalam prosentase merupakan metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukan tendensi naik, turun atau tetap.


(41)

commit to user Xn = x 100%

Q Q b a

Keterangan:

Xn = nilai indeks pos tertentu pada tahun yang dianalisis Qa = nilai rupiah pos tertentu pada tahun yang dianalisis

Qb = nilai rupiah pos tertentu pada tahun dasar 3. Analisis Prosentase per Komponen

Analisis prosentase per komponen adalah metode analisis untuk mengetahui prosentasi investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi perongkosan yang dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Analisis ini membandingkan pos-pos laporan keuangan dengan pos tertentu dalam laporan yang sama dan dalam periode yang sama. Angka yang digunakan sebagai dasar adalah total aktiva dan pasiva untuk pos-pos dalam neraca dan total penjualan untuk pos perhitungan rugi laba. Analisis ini dilakukan pada 5 periode keuangan.

Xm = x 100%

Q Q i r

Dimana :

Xm = hasil analisis pos tertentu Qr = nilai rupiah pos yang dianalisis


(42)

commit to user

32

IV. KONDISI UMUM KUD MUSUK KABUPATEN BOYOLALI

A. Sejarah Berdirinya KUD Musuk

KUD Musuk berdiri berdasarkan Inpres No : 4 Tahun 1973, tentang BUUD/KUD di Desa Kembangsari Musuk oleh peternak sapi potong yang berjumlah 30 orang.

KUD Musuk berdiri pada tahun 1973 dengan berbadan hukum No. 8463b/BH/PAD/KWK.II/XII/96 tertanggal 31 Desember 1996. KUD ini terletak di lereng Gunung Merapi yang mempunyai ketinggian 250-1200 m, di atas permukaan laut, tepatnya di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Kecamatan Musuk merupakan daerah yang memiliki potensi usaha peternakan sapi perah, sehingga sangat berperan bagi penduduk di Kecamatan Musuk yang sebagian bermatapencaharian sebagai petani dan peternak sapi perah, terutama membantu dalam permodalan dan proses pemasaran.

KUD Musuk pada awal berdirinya pada tahun 1973 masih berbentuk BUUD dan hanya beranggotakan 30 orang dan hanya memiliki 1 unit usaha yaitu saprotan (sarana produksi tanaman). Pada tahun 1980 KUD Musuk mendapatkan bantuan dari Presiden RI yaitu berupa kredit sapi potong dan sapi perah. Kemudian seiring waktu unit usaha yang dikembangkan bertambah antara lain pengembangan kredit candak kulak (KCK). Pada tahun 1985 KUD mulai membudidayakan sapi perah dan dari hasil budidaya tersebut memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan KUD ini. Sekitar tahun 1990 KUD Musuk mampu menampung susu dari para peternak mencapai 33-34 ton per hari. Dan KUD ini berkembang menjadi KUD susu terbesar di Jateng, dan pada tahun yang sama KUD Musuk menerima piagam sebagai KUD Mandiri dari Menteri Koperasi RI, atas keberhasilannya mencapai tingkat kemandirian. Pada tahun 1991 mendapat penghargaan sebagai KUD Mandiri Terbaik Tingkat Nasional dan mulai tahun 1992 hingga saat ini dinyatakan sebagai KUD Mandiri Teladan Tingkat Nasional.


(43)

commit to user

B. Tujuan KUD Musuk

KUD Musuk mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Ikut aktif melaksanakan program pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan.

2. Membimbing, membina dan mengarahkan anggota (masyarakat) pedesaan untuk melaksanakan kegiatan secara kooperatif.

3. Menciptakan tiga sehat koperasi, yaitu sehat organisasi, sehat manajemen dan sehat usaha.

C. Keorganisasian

1. Rapat Anggota Tahunan

Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan alat perlengkapan organisasi yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat Anggota Tahunan ini diselenggarakan minimal satu kali dalam satu tahun sebagai pertanggungjawaban pengurus terhadap anggota. Rapat anggota mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menetapkan Anggaran Dasar atau perubahannya dan kebijaksanaan umum.

b. Memilih atau mengangkat dan memberhentikan pengurus dan badan pengawas.

c. Menetapkan rencana kerja, anggaran belanja, pengesahan neraca dan kebijaksanaan pengurus.

d. Membagikan SHU pada anggota.

e. Hal-hal lain yang ditetapkan oleh Anggaran Dasar. 2. Pengurus

Pengurus KUD Musuk dipilih dari dan oleh anggota dengan masa jabatan lima tahun. Pengurus terdiri dari Ketua I dan II, Sekretaris, Bendahara dan Pembantu Umum. Pengurus bertanggung jawab kepada rapat anggota. Pengurus koperasi mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Memimpin organisasi dan usaha koperasi serta mewakili koperasi di muka dan di luar pengadilan.


(44)

commit to user

b. Melaksanakan keputusan rapat anggota, baik yang menyangkut bidang-bidang organisasi maupun usaha.

c. Memberikan pelayanan kepada anggota dalam usahanya memperoleh peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

d. Mempertanggung jawabkan hal-hal yang dikerjakan selama menjabat sebagai pengurus dan mempunyai kewajiban melaporkan hal tersebut kepada Rapat Anggota Tahunan (RAT).

e. Melaporkan secara tertulis kepada badan pengawas.

f. Mengambil tindakan yang dianggap perlu dan tanggung jawab kepentingan dan kemanfaatan koperasi.

g. Mengadakan daftar anggota pengurus menurut ketentuan yang telah ditetapkan.

h. Menjaga kerukunan anggota. 3. Badan Pengawas

Badan Pengawas dipilih dari dan oleh anggota dengan masa kerjanya lima tahun, jumlahnya ada tiga orang. Jabatan badan pengawas tidak boleh merangkap dengan jabatan sebagai pengurus, agar ada pemisahan yang tegas antara pengawas dan tugas pelaksanaan. Badan Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota.

Badan pengawas koperasi bertugas sebagai berikut:

a. Melakukan pegawasan terhadap seluruh kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi.

b. Mengamati perkembangan dan pertumbuhan koperasi. c. Membuat laporan tertulis mengenai hasil pengawasannya. d. Badan pengawas memiliki wewenang sebagai berikut:

e. Mengamati, meneliti, mengawasi dan memeriksa semua catatan yang ada pada koperasi sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.

f. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

g. Mengadakan pemeriksaan sewaktu-waktu mengenai bidang keuangan dan persediaan barang serta kekayaan perusahaan.


(45)

commit to user 4. Unit Usaha

Untuk melayani dan memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat, KUD Musuk memiliki berbagai unit usaha antara lain:

a. Unit Usaha Susu

Mengurus pelayanan pengelolaan susu dari anggota untuk kebutuhan anggota.

b. Unit Usaha Simpan Pinjam

Usaha perkreditan dilaksanakan untuk membantu permodalan bagi para anggota yang mempunyai mata pencaharian: peternak sapi perah, bakul, dan pedagang dengan cara yang sangat mudah untuk mendapatkan kredit atau pinjaman.

c. Unit Usaha Ternak

Mengusahakan dan mengadakan kredit sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah dan pengadaan pakan konsentrat.

d. Unit Usaha Angkutan

Mengurus pelayanan dan penyediaan sarana jasa angkutan barang untuk memudahkan anggota dalam pengiriman susu kepada KUD.

e. Unit Usaha Waserda

Mengurus pelayanan tentang penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi dan kebutuhan pokok sehari-hari.

f. Unit Usaha Saprotan

Menyediakan berbagai sarana produksi tanaman untuk kebutuhan anggota.

g. Unit Usaha Listrik

Melaksanakan pencatatan atas penerimaan pembayaran listrik pedesaan dari anggota.

D. Keanggotaan

Anggota KUD Musuk adalah warga yang bertempat tinggal di wilayah koperasi dan sekitarnya. Warga yang dimaksudkan adalah warga dengan mata


(46)

commit to user

pencaharian sebagai petani, bakul/pedagang, pengrajin, pengusaha, pengawai negeri sipil/TNI, peternak dan yang mendapat pelayanan dari koperasi.

KUD Musuk memiliki wilayah kerja se-wilayah Kecamatan Musuk yang terdiri dari 20 desa. Perkembangan keanggotaan per desa KUD Musuk adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Jumlah Anggota KUD Musuk dari Tahun 2005-2009

No Desa Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Musuk 574 573 572 572 572

2 Sukorame 313 313 313 312 310

3 Pusporenggo 322 322 321 321 320

4 Sukorejo 900 897 897 893 892

5 Kebon Gulo 383 378 378 376 376

6 Pager Jurang 506 506 505 505 505

7 Ringin Larik 642 641 639 638 638

8 Kembang Sari 575 571 570 563 562

9 Sruni 1.146 1.145 1.143 1.141 1.141

10 Karangkendal 426 430 430 430 430

11 Keposong 650 651 651 651 651

12 Lanjaran 447 448 445 438 438

13 Cluntang 311 311 311 311 311

14 Mriyan 215 215 215 215 215

15 Karanganyar 851 851 848 848 848

16 Sangub 112 112 112 112 112

17 Jemowo 462 461 457 457 454

18 Sumur 663 665 665 665 665

19 Lampar 564 564 564 563 563

20 Dragan 364 362 362 362 362

Jumlah 10.426 10.416 10.398 10.373 10.365

Sumber: Data KUD Musuk

Jumlah keanggotaan KUD Musuk dari tahun ke tahun mengalami penurunan karena meninggalnya anggota. Santunan kepada anggota KUD yang meninggal dunia sebesar Rp.15.000,-

Pada tahun 2009, KUD Musuk mengikutsertakan pengurus dan karyawan untuk mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh DinasKop dan UKM baik tingkat kabupaten maupun propinsi. Selain pelatihan juga diadakan studi banding. Pelatihan yang diikuti


(47)

commit to user

antara lain Pelatihan Persusuan, Pelatihan Akuntansi dan Manajemen, Pelatihan Peternakan, Pelatihan Perpajakan dan studi banding.

Kepengurusan KUD Musuk periode 2005-2009 dengan susunan sebagai berikut ini:

1. Ketua I : H. Sri Kuntjoro

2. Sekretaris : Tukino, Spd

3. Bendahara : Sardjono

4. Pembantu Bid. Usaha : Sumadi

5. Pembantu Bid. Organisasi : Siswo Suwandi

Susunan Badan Pengawas Periode 2005-2009 sebagai berikut ini:

1. Ketua : Subitar

2. Anggota : Sukoyo, SE

: Sutiyono, Spd

KUD Musuk memiliki seorang manajer dan 7 Kabag Unit dibantu oleh 67 karyawan dengan pembagian tugas sebagai berikut :

1. Manager : Dalinu

2. Juru Buku : Bandi, SE

3. Kasir : Triyono

4. Kabag. Unit Susu : Sumanto

5. Kabag. Unit Simpan Pinjam : Suswati

6. Kabag. Angkutan : Wijiyanto

7. Kabag. Unit Ternak : H. M. Lasim 8. Kabag. Unit Waserda : Harjono 9. Kabag. Unit Saprotan : Juari 10.Kabag. Listrik : Giatini


(48)

commit to user

38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Rasio

Analisis Rasio merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan di KUD Musuk. Angka-angka rasio pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas.

a. Rasio Likuiditas

Likuiditas berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Untuk mengukur besarnya rasio likuiditas dapat dilakukan dengan menganalisis rasio lancar dan rasio cepat pada laporan keuangan KUD.

1) Rasio Lancar

Rasio lancar adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang keuangannya dalam jangka pendek. Berikut adalah hasil perhitungan Rasio lancar:

Tabel 7. Hasil Perhitungan Rasio Lancar KUD Musuk Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009

Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio Lancar

(%)

Standar

(1) (2) (3) (4 = 2/3 x 100%) (5)

2005 2.780.667.894,75 953.956.688,78 291% 2006 3.265.409.821,55 972.694.064,07 336%

2007 3.239.614.811,95 877.983.362,61 369% 200%

2008 3.732.398.132,31 1.051.847.920,90 355% 2009 3.780.733.459,47 1.387.332.905,70 273% Rata-rata 3.359.764.824,01 1.048.762.988,41 325%

Sumber: Analisis Data Sekunder

Dari Tabel 7 maka dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Rasio lancar adalah sebesar 325 % yang artinya Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,25 aktiva lancar. Rasio lancar pada KUD


(49)

commit to user

Musuk terlihat baik karena nilai yang didapatkan pada 5 tahun terakhir sudah melebihi standar yaitu 200%. Rasio lancar tertinggi diperoleh pada tahun 2007 sebesar 369%. Pada tahun 2008 dan 2009 nilai rasio lancar mengalami penurunan yaitu 355% pada tahun 2008 dan turun 279% pada tahun 2009.

Secara umum, nilai rasio lancar di KUD Musuk tergolong baik karena telah memenuhi standar yaitu 200%. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi telah mampu membayar semua hutangnya dalam jangka pendek dan resiko mengalami kebangkrutan juga mengecil. Berdasarkan perkembangan nilai rasio lancar dari tahun 2005 sampai 2009, terjadi penurunan senilai 18% meskipun terjadi fluktuasi nilai rasio lancar pada tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena bertambahnya pengambilan hutang lancar yang cukup besar pada GKSI dan sedikitnya penambahan aktiva lancar yang disebabkan oleh KUD tidak lagi menyediakan makanan ternak yang dimulai pada tahun 2007, sehingga banyaknya persediaan berkurang dan hal ini sangat berpengaruh pada jumlah aktiva lancar.

2) Rasio Cepat

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan koperasi dalam memenuhi hutang keuangannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi kas karena perlu dijual terlebih dahulu. Rasio ini lebih tajam daripada rasio lancar karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid dengan hutang lancar. Berikut adalah hasil dari perhitungan rasio cepat:


(1)

commit to user

hasil usaha bruto sebesar 48,47%. Karena adanya penurunan harga penjualan pokok pada tahun 2009, maka sangat berpengaruh pada nilai SHU sebelum pajak. Nilai SHU sebelum taksiran pajak pada tahun 2009 meningkat sebesar 1,81% dari tahun sebelumnya. Beban usaha, pendapatan lain-lain dan beban lain-lain selalu berubah-ubah setiap tahunnya.

Harga pokok penjualan selalu memiliki proporsi terbesar terhadap total penjualan dan pendapatan. Hal ini dikarenakan harga pokok penjualan merupakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan unit-unit usaha yang ada di KUD (Unit usaha Susu, Unit Usaha Waserda). Pada akhir tahun 2009, terlihat proporsi harga pokok penjualan menurun dari tahun- tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan jumlah penjualan susu yang menurun drastis dari tahun sebelumnya. Jumlah pendapatan lain-lain dari tahun ke tahun mengalami penurunan namun bila dibandingkan prosentase terhadap total penjualan dan pendapatan, pendapatan lain-lain mengalami peningkatan 0,87% dari tahun dasar. Taksiran beban pajak meningkat sesuai dengan besarnya SHU sebelum taksiran pajak. SHU pada tahun berjalan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 2,05%. Komponen penyusunan harga pokok penjualan dan beban usaha tertinggi adalah unit usaha susu yang merupakan unit usaha utama KUD.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat diketahui kinerja keuangan KUD Musuk berdasarkan analisis rasio likuiditas telah menunjukkan posisi keuangan yang telah memenuhi standar, KUD Musuk juga berada dalam posisi keuangan yang baik dilihat dari analisis solvabilitasnya. Sedangkan berdasarkan analisis rentabilitas, kinerja keuangan KUD Musuk masih tergolong buruk, karena KUD Musuk belum mampu menghasilkan SHU yang sesuai standar.


(2)

commit to user

D. Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Musuk

Pendapatan pada KUD Musuk sebagian besar berasal dari perolehan penjualan susu. Susu diperoleh dari peternak yang menjadi anggota KUD Musuk. Susu dari peternak diambil menggunakan mobil box dari KUD Musuk setiap hari pada waktu pagi dan sore hari. Peternak dalam menjalankan usahanya tidak dapat lepas dari keadaan KUD.

Peternak sapi perah di daerah Kecamatan Musuk masih merupakan usaha ternak sambilan yang masih perlu dikembangkan. Kebanyakan para peternak bermatapencaharian utama sebagai petani. Hasil perhitungan usahatani sapi perah di Kecamatan Musuk dapat dilihat pada Tabel 19 : Tabel 19. Analisis Usahatani Sapi Perah di Kecamatan Musuk

No Jumlah Sapi Produktif (ekor) Produksi susu/hr (liter) Harga /liter (Rp) Penerimaan /hr (Rp) Penerimaan /bl (Rp) Total biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 7 60 2.850 171.000 5.130.000 3.218.444,44 1.911.555,56 2 3 10 2.850 28.500 855.000 398.138,89 456.861,11 3 6 22 2.850 62.700 1.881.000 1.679.527,78 201.472,22 4 1 10 2.850 28.500 855.000 496.000,00 359.000,00 5 4 20 2.850 57.000 1.710.000 1.369.805,56 340.194,44 6 5 40 2.850 114.000 3.420.000 3.261.621,79 158.378,21 7 3 20 2.850 57.000 1.710.000 260.038,46 1.449.961,54 8 3 30 2.850 85.500 2.565.000 1.790.038,46 774.961,54

Rata-rata 4 26,5 2.850 75.525 2.265.750 1.559.201,92 706.548,08

Sumber : Analisis Data Primer

Dari 8 peternak responden, rata-rata peternak di Kecamatan Musuk memiliki 4 ekor sapi perah produktif (laktasi). Produksi susu rata-rata per sapi adalah 5 – 15 liter per hari. Banyak sedikitnya produksi susu per sapi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pemberian jenis pakan, lingkungan, umur sapi, dan keadaan sapi tersebut.

Seluruh susu yang dihasilkan peternak dijual ke KUD Musuk dengan harga Rp 2850 per liter. KUD Musuk sebagai penentu harga dan peternak sebagai price taker. Penerimaan didapat dari banyaknya produksi susu per hari dikalikan harga susu per liter. Penerimaan per bulan diperoleh dengan asumsi sapi perah memproduksi susu setiap hari selama 30 hari.


(3)

commit to user

Penerimaan tertinggi diperoleh pada peternak dengan jumlah sapi laktasi terbanyak, hal ini berarti penerimaan sangat dipengaruhi oleh skala usaha.

Total biaya hanyalah biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan. Pada penelitian kali ini biaya yang dikeluarkan adalah biaya pakan, biaya penyusutan alat, biaya obat-obatan, dan biaya inseminasi buatan. Biaya pakan meliputi pembelian bekatul, konsentrat, ampas, ketela pohon. Pakan seperti hijauan tidak dimasukkan dalam perhitungan biaya karena peternak mendapatkan hijauan dari mengumpulkan di lahan sendiri ataupun orang lain tanpa mengeluarkan biaya. Sebagian peternak juga tidak membeli ketela pohon karena memakai hasil dari tegalan milik sendiri. Biaya penyusutan alat disertakan dalam perhitungan total biaya karena alat-alat yang dipakai pada proses produksi memiliki nilai ekonomis dan tidak dapat dipakai selamanya. Biaya penyusutan yang dihitung adalah penyusutan kandang, penyusutan ember, penyusutan milk can, dan penyusutan saringan. Biaya obat-obatan dihitung dengan asumsi tiap sapi yang dimiliki dapat mengalami masalah kesehatan sekali dalam setahun, dengan biaya Rp 50.000 tiap pengobatan. Sedangkan biaya inseminasi buatan sebesar Rp 30.000,00.

Dari besarnya penerimaan yang diperoleh dan besarnya total biaya yang dikeluarkan oleh peternak, maka dapat diketahui besarnya pendapatan dari usaha ternak di Kecamatan Musuk. Berdasarkan analisis data dari 8 responden didapatkan nilai pendapatan perbulan sebesar Rp 706.548,08 dengan rata-rata skala pemilikan ternak sebesar 4 ekor.

Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan menggunakan R/C Rasio. Semakin besar R/C rasio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh peternak. Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:

R/C > 1 berarti usaha ternak sapi perah yang dijalankan sudah efisien, R/C = 1 berarti usaha ternak sapi perah belum efisien atau usaha


(4)

commit to user

R/C < 1 berarti usaha industri ternak sapi perah tidak efisien (Soekartawi,1991). Nilai R/C rasio pada usaha ternak berdasarkan 8 responden adalah 1,45. Berdasarkan kriteria dari Soekartawi, maka usaha ternak sapi perah di Kecamatan Musuk sudah efisien.


(5)

commit to user

66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Koperasi Unit Desa (KUD) Musuk, maka kesimpulan yang dipeoleh adalah sebagai berikut:

1. Kondisi keuangan jangka pendek KUD Musuk dilihat dari likuiditasnya (rasio lancar dan rasio cepat) menunjukkan posisi yang baik karena berada di atas standar yang digunakan dalam penelitian ini. Kondisi keuangan jangka panjang dilihat dari solvabilitasnya menunjukkan posisi yang baik dan telah memenuhi standar, hal ini membuktikan bahwa koperasi telah dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya secara tepat waktu. Berdasarkan analisis solvabilitas, rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio modal sendiri dengan aktiva tetap, rasio total hutang dengan total aktiva, dan rasio total hutang dengan modal sendiri berada dalam keadaan baik. Hal ini menunjukkan bahwa KUD telah dapat memenuhi kewajiban panjangnya secara tepat waktu. Ditinjau dari analisis rentabilitas, nilai ROI dan ROE, kinerja keuangan KUD Musuk menunjukkan nilai positif yang berarti sudah dapat menghasilkan laba, namun kurang efektif karena kurang dari standar.

2. Keadaan pos-pos dalam neraca pada KUD Musuk menunjukkan pos aktiva

menunjukkan trend naik tiap tahunnya, yang berarti bahwa keuangan KUD Musuk mengalami perkembangan tiap tahunnya. Sedangkan pada laporan rugi laba terlihat tendensi trend yang terus menurun dari tahun ke tahun sehingga hasil SHU yang dicapai juga lebih sedikit. Dari hasil persentase per komponen terlihat semakin tahun tendensi SHU tahun berjalan semakin kecil karena semakin kecilnya total penjualan dan pendapatan dari tahun ke tahun.


(6)

commit to user

B. Saran

1. Berdasarkan keadaan KUD Musuk yang telah dapat menghasilkan laba namun kurang efektif, maka perlu adanya perbaikan mutu pada para peternak agar lebih dapat menghasilkan susu yang berkualitas sehingga pihak KUD dan peternak sama-sama untung. Perbaikan mutu ini dapat diusahakan dengan cara pemberian penyuluhan secara berkala tentang pemeliharaan sapi perah yang tepat.

2. Semakin kecilnya pendapatan dikarenakan produk (susu) yang masuk semakin menurun. Pihak KUD sebaiknya lebih waspada tentang adanya broker (pemutus rantai pemasaran) sehingga dapat mengantisipasi terjadinya kendala susu tidak masuk ke KUD. Dan hendaknya para pengurus dan pengawas KUD dapat memberikan perhatian lebih pada masalah ini sehingga masalah serupa tidak akan muncul di kemudian hari.


Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas pada PT. Bank Riau

0 26 107

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS PADA KUD DI KABUPATEN SUKOHARJO

0 2 83

EFEKTIVITAS ORGANISASI KUD MUSUK DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI

1 12 94

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPMA (KOPERASI MAHASISWA) DI UMS DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS.

0 4 7

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA KUD SERBA USAHA MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS (Studi Kasus Pada PTPN X Surakarta).

0 5 95

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS (Studi Kasus Pada PTPN X Surakarta).

0 2 8

ANALISIS KINERJA (PERFORMANCE) KEUANGAN DIUKUR DARI RATIO LIKUIDITAS, RENTABILITAS DAN PERMODALAN ANALISIS KINERJA (PERFORMANCE) KEUANGAN DIUKUR DARI RATIO LIKUIDITAS, RENTABILITAS DAN PERMODALAN PADA BPR BANK PASAR BOYOLALI.

0 1 6

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS PADA KONVEKSI ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS PADA KONVEKSI SONY KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

0 0 12

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS PADA ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS PADA PT. KHARISMA ROTAN MANDIRI DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 12