ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS PADA KUD DI KABUPATEN SUKOHARJO

(1)

commit to user

i

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS

PADA KUD DI KABUPATEN SUKOHARJO

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Yeni Kartika

H0307092

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS

PADA KUD DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yeni Kartika H0307092

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 20 Juni 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Surakarta, Juli 2011 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. NIP. 19560225 198601 1 001

Anggota I

Mei Tri Sundari, SP. M.Si. NIP. 19780503 200501 2 002

Anggota II

Prof. Dr. Ir. Darsono. M.Si. NIP. 19660611 199103 1 002 Ketua

Ir. Rhina Uchyani F. MS. NIP. 19570111 198503 2 001


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menberikan berkat, kasih, dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan dapat mempersembahkannya kepada orangtua serta orang-orang yang Penulis kasihi.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya H. MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Ir. Rhina Uchyani F. MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Mei Tri Sundari SP. M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono. M.Si selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Ir. Heru Irianto, MM. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama kuliah di Fakultas Pertanian UNS.

8. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo beserta Staf. 9. Kepala Kantor BAPPEDA Kabupaten Sukoharjo beserta Staf.

10. Kepala Kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo beserta Staf.


(4)

commit to user

iv

11. Kepala seluruh KUD di Kabupaten Sukoharjo beserta Staf.

12. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyisihkan waktunya untuk berbagi ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

13. Bapak Mandimin, Bapak Syamsuri, dan Mbak Ira yang dengan sabar membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi penulis.

14. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu.

15. Orang tuaku, yang telah berkorban materiil maupun spirituil selama penulis menempuh pendidikan. Doa, dukungan, motivasi dan kepercayaan selalu memberikan keyakinan pada penulis.

16. Kedua Saudaraku dan seluruh keluarga terima kasih atas dukungan dan doanya.

17. Teman-teman seperjuangan Agrobisnis 2007, terima kasih atas bantuannya selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini serta kebersamaan yang selalu akan jadi kenangan.

18. Kakak tingkat yang telah memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

19. Seluruh teman-teman Fakultas Pertanian, terimakasih atas kerjasamanya. 20. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

semua bantuannya.

Segala kebenaran datangnya hanya dari Tuhan Yang Maha Esa dan segala ketidaksempurnaan adalah milik manusia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta,


(5)

commit to user

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

II. LANDASAN TEORI... 8

A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Koperasi ... 9

2. Manajemen Koperasi ... 10

3. Koperasi Unit Desa (KUD) ... 12

4. Laporan Keuangan ... 14

5. Analisis Laporan Keuangan ... 19

6. Kinerja Keuangan ... 25

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 26

D. Hipotesis... 28

E. Pembatasan Masalah ... 28

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Metode Dasar Penelitian ... 32

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian ... 32

C. Jenis dan Sumber Data ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data... ... 34

E. Metode Analisis Data ... 35

1. Rasio Likuiditas ... 35

2. Rasio Solvabilitas ... 36


(6)

commit to user

vi

Halaman

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 39

A. Keadaan Alam ... 39

1. Lokasi Daerah Penelitian ... 39

2. Topografi Daerah ... 39

3. Keadaan Iklim ... 40

B. Kondisi Kependudukan ... 40

1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 40

2. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan ... 42

3. Keadaaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 43

C. Keadaan Koperasi ... 44

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Analisis Hasil Penelitian ... 51

1. Rasio Likuiditas ... 51

2. Rasio Solvabilitas ... 55

3. Rasio Rentabilitas ... 62

B. Pembahasan ... 65

1. Rasio Likuiditas ... 65

2. Rasio Solvabilitas ... 67

3. Rasio Rentabilitas ... 70

4. Pembahasan Komparatif Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Rentabilitas ... 71

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75 DAFTAR PUSTAKA


(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Koperasi dan Anggotanya Menurut Jenis Koperasi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ... 3 2. Nama KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ... 33 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Sex Rasio Per Kecamatan di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 41 4. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Pendidikan yang

Terakhir di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 42 5. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 43 6. Jumlah Anggota, Pengurus, Karyawan, dan Badan Pengawas

Koperasi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010. ... 44 7. Jumlah Asset, Volume Usaha dan SHU Koperasi di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2010 (Rp.000). ... 46 8. Jumlah Koperasi Unit Desa (KUD), Besar Modal dan Anggota di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 1998-2009... 47 9. Nilai Rasio Lancar Masing-masing KUD di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2005-2009. ... 51 10. Nilai Rasio Cepat Masing-masing KUD di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2005-2009. ... 53 11. Nilai Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva Masing-masing

KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009. ... 55 12. Nilai Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap Masing-masing

KUD di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 ... 57 13. Nilai Rasio Total Utang dengan Total Aktiva Masing-masing KUD

di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 ... 59 14. Nilai Rasio Total Utang dengan Modal Sendiri Masing-masing KUD

di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 ... 61 15. Nilai ROI (Return On Investment) Masing-masing KUD di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009... 63 16. Nilai ROE (Return On Equity) Masing-masing KUD di Kabupaten


(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Bagan Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah ... 28


(9)

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Rasio Likuiditas KUD di Kabupaten Sukoharjo ... 80 2. Rasio Solvabilitas KUD di Kabupaten Sukoharjo ... 83 3. Rasio Rentabilitas KUD di Kabupaten Sukoharjo ... 89 4. Necara Komparatif KUD Bhakti per 31 Desember Tahun

2005-2009... 92 5. Necara Komparatif KUD Bhineka Karya per 31 Desember Tahun

2005-2009... 93 6. Necara Komparatif KUD Dhewi Sri per 31 Desember Tahun

2005-2009... 94 7. Necara Komparatif KUD Sapta Usaha Mulya per 31 Desember

Tahun 2005-2009 ... 95 8. Necara Komparatif KUD Sari Tani per 31 Desember Tahun

2005-2009... 96 9. Necara Komparatif KUD Sukodono per 31 Desember Tahun

2005-2009... 97 10. Necara Komparatif KUD Karya Bhakti per 31 Desember Tahun

2005-2009... 98 11. Peta Kabupaten Sukoharjo ... 99


(10)

commit to user

x

RINGKASAN

Yeni Kartika. H0307092. Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas pada KUD di Kabupaten Sukoharjo. Di bawah bimbingan Ir. Rhina Uchyani F. MS. dan Mei Tri Sundari SP, M.Si. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Penelitian bertujuan untuk mengkaji kinerja keuangan KUD di Kabupaten Sukoharjo ditinjau dari likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas pada KUD di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif dan teknik pelaksanaannya adalah secara sengaja di tujuh KUD yang masih aktif dan memiliki usaha di sektor pertanian yang terdiri dari penjualan saprodi, RMU, penjualan produk pertanian dan kredit di sektor pertanian yaitu KUD Bhakti, KUD Bhineka Karya, KUD Dhewi Sri, KUD Karya Bhakti, KUD Sapta Usaha Mulya, KUD Sari Tani, dan KUD Sukodono. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan keuangan KUD yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba dari tahun 2005-2009. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis rasio yang terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas untuk mengetahui kemampuan KUD dalam memenuhi kewajibannya baik jangka pendek dan jangka panjang serta kemampuan untuk memperoleh hasil usaha dari kegiatannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari rasio likuiditas yaitu rasio lancar dan rasio cepat KUD memiliki rata-rata nilai rasio yang berada di antara standar yang digunakan yaitu 125%-150% dan menunjukkan posisi keuangan yang cukup baik. Dapat diketahui bahwa KUD di Kabupaten Sukoharjo dalam jangka pendek masih dapat memenuhi kewajiban finansialnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki (likuiditas). Berdasarkan analisis solvabilitas, rata-rata nilai rasio modal sendiri dengan total aktiva berada dibawah standar yang digunakan dalam penelitian yaitu 90%, rata-rata nilai rasio modal sendiri dengan aktiva tetap lebih besar dari standar yang digunakan yaitu 150%, rata-rata nilai rasio total utang dengan total aktiva berada dibawah standar yang digunakan dalam penelitian yaitu 90%, dan rata-rata nilai rasio total utang dengan modal sendiri lebih besar dari standar yang digunakan yaitu 150%, menunjukkan bahwa kondisi keuangan KUD ditinjau dari rasio solvabilitas menunjukkan kondisi keuangan yang termasuk dalam kriteria jelek. Ditinjau dari analisis rentabilitas, rata-rata nilai ROI kurang dari standar yang digunakan yaitu 4% termasuk kriteria jelek dan rata-rata nilai ROE berada diantara standar 4%-7% termasuk kriteria tidak baik, menunjukkan KUD sudah dapat menghasilkan laba namun kurang efektif, karena masih dibawah dari standar dalam penelitian. Dalam jangka panjang akan terjadi permasalahan dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya karena kurangnya kekayaan KUD baik modal sendiri maupun total aktivanya untuk memenuhi kewajiban finansial KUD (solvabilitas). KUD juga kurang efektif dan efisien menanamkan modalnya dalam aktiva lancar, investasi, aktiva tetap dan aktiva lainnya yang menyebabkan hasil usaha yang diperoleh KUD rendah.


(11)

commit to user

xi

SUMMARY

Yeni Kartika. H0207092. Financial Performance Analysis Based on Liquidity, Solvency, and Remunative at KUD in Sukoharjo Regency. Under tuition Ir. Rhina Uchyani F. MS and Mei Tri Sundari SP, MSi. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. 2011.

The purposes of research is to analyze the financial performance of KUD in Sukoharjo Regency in terms of liquidity, solvency, and remunative. The basic method used of research is descriptive method and its implementation is deliberately in seven KUD which still active in the agricultural sector which consists of agricultural production facilities, RMU, sales and credits of agricultural products in the agricultural sectors,which is KUD Bhakti, KUD Bhineka Karya, KUD Dhewi Sri, KUD Karya Bhakti, KUD Sapta Usaha Mulya, KUD Sari Tani, and KUD Sukodono. The types of data used in research is secondary data which obtained from financial statements KUD which consist of balance sheet and income statement of the years 2005-2009. Analytical methods used are ratio analysis, consist of liquidity ratios, solvency, and remunative, to determine ability of KUD to meet its obligations in short and long term as well as the ability to obtain results of their activities.

The results of reseach showed that the liquidity ratio is seen from the current ratio and quick ratio KUD has an average value of the ratio is between the standard used is 125% -150% and showed a fairly good financial position. KUD in Sukoharjo regency in the short term can still meet its financial obligations using liquid assets owned (liquidity). Based on the analysis of solvency, the average value of the ratio of equity to total assets is below the standard used in the study ie 90%, the average value of the ratio of equity to fixed assets greater than the standard used ie 150%, the average value of the ratio total debt to total assets is below the standard used in the study ie 90%, and the average value of the ratio of total debt to equity is greater than the standard used ie 150%, indicated that the financial condition of KUD in terms of solvency ratio showed the financial condition of included in the poor criteria. Based on the analysis of remunative, the average of ROI less than the standard value which used is 4% included to the poor criteria and the average value of ROE between standard ie 4% -7% included to the not good criteria, it showed KUD have been making the profit, but less effective, because it's still below the standard of research. In the long term will occur problems in meeting all its financial obligations due to lack of KUD's capitals, such as own capital and total assets to meet financial obligations of KUD (solvency). KUD also less effective and efficient to invested in current assets, investments, fixed assets and other assets that affect to the low results obtained by KUD.


(12)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (Sitio dan Halamoan, 2001: 19). Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian menjelaskan bahwa usaha koperasi terutama diarahkan pada bidang usaha yang terkait langsung dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang usaha maupun kesejahteraannya. Maka pengelolaan usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif, dan efisien dalam arti koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil usaha. Menurut Anoraga (1995: 131), keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan kerja sama, memiliki kemauan untuk bekerja dan mentaati segala ketentuan serta kebijakan yang telah ditetapkan dalam rapat anggota. Koperasi harus berupaya untuk memberikan jasa agar produk yang dihasilkan oleh anggotanya dapat dipasarkan secara terpadu dan koperasi dapat memberikan balas jasa sesuai dengan kontribusi yang diberikan oleh para anggota.

Sebagian besar anggota koperasi tidak mau berperan aktif dalam usaha yang dilakukan koperasi. Hal ini menyebabkan koperasi tidak dapat mengembangkan usahanya dan meningkatkan kesejahteraan anggota. Munculnya pesaing-pesaing sektor swasta yang memiliki kemampuan manajemen dan permodalan lebih baik semakin memperburuk posisi koperasi di masyarakat. Banyak koperasi yang dibentuk oleh pemerintah kemudian tidak dapat melanjutkan usahanya karena kurangnya sumber daya manusia yang baik dan modal yang cukup. Koperasi yang mandiri dan peran aktif


(13)

commit to user

anggota koperasi diperlukan pada saat ini agar gerakan ekonomi rakyat yang sehat dan kuat dapat tercapai. Oleh karena itu, setiap koperasi harus berusaha dengan kemampuannya masing-masing untuk tetap aktif melakukan usahanya di sektor ekonomi.

Koperasi yang sangat dominan dan tersebar luas di Indonesia adalah KUD (Koperasi Unit Desa). KUD telah berkembang selama beberapa dekade untuk mendampingi pembangunan pertanian selama orde baru di Indonesia. Berakhirnya pemerintahan orde baru, kebijakan pemerintah terhadap koperasi mulai berubah. Pemerintahan orde reformasi membuat KUD bukanlah satu-satunya koperasi di pedesaan, karena itu pemerintah melakukan liberalisasi koperasi dengan memberikan kemudahan mendirikan koperasi dan pinjaman lunak yang sangat mudah. Akhirnya KUD yang semula dirancang untuk menjadi satu-satunya koperasi di pedesaan tidak berkembang. Demikian juga koperasi yang lain yang ada tidak terarah sehingga di pedesaan tidak ada lagi koperasi yang kuat (Masyuri, 2010: 119-120).

Adanya koperasi di Kabupaten Sukoharjo seharusnya dapat membantu meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakatnya. Namun dalam perkembangannya koperasi di Kabupaten Sukoharjo banyak yang tidak dapat melanjutkan usahanya lagi. Sebanyak 141 dari total 590 koperasi di Kabupaten Sukoharjo dinyatakan tidak aktif dalam usahanya. Tidak aktifnya ratusan koperasi di Kabupaten Sukoharjo tersebut salah satunya disebabkan kebijakan yang bersifat top-down yang membuat koperasi tidak mampu bertahan lama karena tidak adanya kesadaran sejak awal dari anggota koperasi. Jumlah anggota koperasi di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 1.


(14)

commit to user

Tabel 1. Jumlah Koperasi dan Anggotanya Menurut Jenis Koperasi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010

No Jenis Koperasi Jumlah Aktif Anggota

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 KUD

Koperasi Pondok Pesantren Kopinkra

Koperasi Pertanian Primkoppas

K P R I Kopkar

Koperasi Angkatan Darat Koperasi Serba Usaha Koperasi Wanita Koperasi Pepabri Koperasi Mahasiswa Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Lainnya Koperasi Sekunder 13 8 3 114 5 89 49 2 147 6 1 2 106 41 4 12 5 3 25 2 84 43 2 132 6 1 2 95 33 5 48.190 1.013 229 22.778 2.936 11.801 16.718 1.910 18.435 2.256 46 120 12.344 31.429 502

Total 590 449 157.701

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Tahun 2010.

Pada tahun 2010, koperasi yang memiliki anggota terbanyak adalah KUD dengan jumlah anggota 48.190 orang dimana anggota laki-laki sejumlah 41.784 orang dan anggota perempuan sejumlah 6.406 orang. Setiap KUD memiliki buku daftar anggotanya, namun karena jumlah anggota masing-masing KUD yang cukup banyak sehingga belum dapat dibedakan secara tepat jumlah anggota yang aktif dalam KUD dan jumlah anggota yang pasif. Jumlah anggota KUD pada tahun 2010 tidak mengalami perubahan baik penambahan maupun pengurangan dibanding tahun 2009. Kondisi ini disebabkan kurang berminatnya masyarakat untuk menjadi anggota KUD karena menganggap usaha dan kegiatan yang dilakukan KUD tidak memberikan manfaat kepada masyarakat secara langsung.

Semua KUD yang berada di Kabupaten Sukoharjo adalah hasil dari kebijakan pemerintah yang didasarkan pada UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang menjelaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan koperasi adalah salah satu usaha yang sesuai dengan susunan perekonomian yang dimaksud. KUD bertugas untuk


(15)

commit to user

melanjutkan program yang kurang berhasil ditangani langsung oleh pemerintah, seperti penyaluran kredit bimbingan masyarakat menjadi kredit usaha tani, pola pengadaan pajak pemerintah dan lain-lain sampai pada pengembangan usaha baru. Namun, banyak KUD tidak mampu untuk membantu pengembangan pembangunan yang berbasis pedesaan. Hal ini karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya KUD.

Pembentukan KUD awalnya dimaksudkan untuk memperlancar kegiatan pertanian, namun karena adanya perubahan sistem ekonomi mendorong KUD untuk membuka usaha di sektor lain misalnya jasa simpan pinjam untuk mempertahankan badan usahanya. Perlu adanya evaluasi bagi KUD untuk mengetahui perkembangan usaha yang dilakukan. Evaluasi yang dimaksud adalah bentuk dari evaluasi kinerja KUD khususnya pada kinerja keuangannya untuk mengetahui perkembangan KUD.

Seperti bentuk badan usaha lain, KUD juga membuat laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan akuntansi yang memberikan informasi penting dalam mengambil keputusan. Laporan keuangan juga digunakan untuk berkomunikasi antara pengurus dengan pihak anggota dan pihak ekstern seperti bank, pemerintah, dan badan usaha lainnya. Laporan keuangan biasanya terdiri dari laporan perubahan modal, neraca, laporan laba-rugi, laporan laba yang ditahan, dan berbagai jenis laporan lainnya.

Neraca menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun saat penutupan buku. Laporan laba-rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa dan ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut (Jumingan, 2006: 4). Analisis laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui kondisi keuangan KUD. Analisis rasio adalah salah satu teknik analisis laporan keuangan. Menurut Munawir (1999: 64) analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain yang akan menjelaskan keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai


(16)

commit to user

standar. Analisis rasio dalam analisis laporan keuangan diantaranya adalah analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, ketiga analisis rasio tersebut menunjukkan kemampuan KUD untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dan memperoleh keuntungan.

B. Perumusan Masalah

KUD sebagai badan usaha perekonomian pedesaan dan sebagai pusat pelayanan ekonomi pedesaan berperan penting dalam usaha peningkatan potensi ekonomi desa dan diharapkan mampu meningkatkan potensi ekonomi masyarakat. Peranan ini diwujudkan dalam berbagai usaha dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pencapaian tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya harus didukung oleh manajemen yang baik. Manajemen terdiri dari rapat anggota, pengurus dan pengawas. Hubungan timbal balik antara ketiga unsur tersebut secara efektif merupakan salah satu faktor internal yang sangat mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuannya.

KUD di Kabupaten Sukoharjo telah memiliki ketiga unsur manajemen koperasi yaitu rapat anggota, pengurus dan pengawas. Pengurus menunjuk manajer dan karyawan untuk melakukan kegiatan usahanya sehari-hari. Kondisi ini menunjukkan KUD di Kabupaten Sukoharjo telah melaksanakan sistem manajemen seperti perusahaan swasta dan BUMN yang mengkombinasikan sumber daya manusia, informasi, dan lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Bedanya adalah pada KUD di Kabupaten Sukoharjo, anggota merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa KUD dan tujuan yang harus dicapai yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat.

KUD melakukan berbagai jenis usaha yang diharapkan mampu untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan sumber modal usahanya, jenis usaha tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu usaha yang merupakan program pemerintah dan usaha yang modalnya dari KUD sendiri. Jenis usaha KUD diantara adalah RMU (Rice Mill Unit), unit layanan listrik, unit simpan pinjam, unit saprodi, unit usaha sapi perah dan lainnya. Sejak tahun 1978, usaha dan keanggotaan KUD di Kabupaten Sukoharjo berkembang pesat yang


(17)

commit to user

disebabkan karena adanya program bantuan dari pemerintah. Namun mulai tahun 2000, perkembangan KUD semakin berkurang karena terjadi pengunggakan yang cukup besar pada pendapatan KUD dari usaha kredit terhadap petani dan masyarakat yang merupakan program pemerintah. Hal ini menyebabkan modal yang dimiliki KUD menurun sedangkan utang karena program tersebut merupakan tanggungan KUD yang harus segera dibayar. Perubahan modal yang terjadi pada KUD menyebabkan KUD kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya dan membayar utangnya. Walau dalam kondisi tersebut, KUD tetap berupaya untuk mempertahankan usaha yang telah dilakukannya dan hal ini terjadi sampai sekarang. Perlu dilakukan analisis mengenai kondisi KUD untuk mengetahui perkembangan usaha KUD dan menentukan kebijakan pengembangannya.

Analisis tersebut dapat dilakukan melalui laporan keuangan KUD karena laporan keuangan tersebut berisi mengenai modal, utang, serta kekayaan KUD setiap periode pembukuannya yang pada umumnya adalah 1 tahun. Laporan keuangan KUD paling tidak terdiri dari neraca dan laporan laba rugi pada tahun yang bersangkutan serta penjelasan dari laporan tersebut, ini sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 1992 pasal 35. Laporan keuangan juga merupakan pertanggungjawaban pengurus terhadap anggota KUD. Pengurus dapat menggunakan analisis tersebut untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan usahanya serta sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana kerja tahun berikutnya. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan kinerja keuangan KUD di Kabupaten Sukoharjo ditinjau dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas?

C. Tujuan

Penelitian analisis keuangan yang dilakukan pada KUD di Kabupaten Sukoharjo mempunyai tujuan untuk mengkaji perkembangan kinerja keuangan KUD di Kabupaten Sukoharjo ditinjau dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas.


(18)

commit to user

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam hal pertimbangan pembuatan kebijakan dan pemberian fasilitas yang nantinya akan berpengaruh dengan kondisi perekonomian khususnya pada perkembangan KUD di Kabupaten Sukoharjo.

2. Bagi pihak manajemen KUD, penelitian ini diharapkan sebagai sumbang saran untuk memastikan tingkat keberhasilan usaha dan dasar perencanaan strategi operasional di tahun yang akan datang.

3. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan terkait dengan bahan yang dikaji serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian selanjutnya.


(19)

commit to user

8

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kinerja koperasi telah dilakukan sebelumnya oleh Sari (2005), dengan judul “Analisis Keuangan KUD Susu di Kabupaten Boyolali”. Penelitian ini menggunakan analisis rasio yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, rasio aktivitas, analisis trend. Penelitian ini menunjukkan bahwa KUD Susu di Kabupaten Boyolali memiliki tingkat likuiditas yang kurang, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata rasio cepat KUD sebesar 1,352 dan rata-rata rasio lancar sebesar 1,310 dimana kedua rasio tersebut berada dibawah standar yang digunakan yaitu 1,5. KUD Susu di Boyolali kurang solvabel dilihat dari tingkat rasio solvabilitas yang masih dibawah standar. Rentabilitas KUD juga masih kurang ditandai dengan tingkat ROI dan ROE yang masih dibawah standar, sedangkan dilihat dari rasio aktivitas KUD Susu di Kabupaten Boyolali masih belum efisien dalam mengelola sumber daya yang dimiliki ditandai dengan tingkat perputaran persediaan serta perputaran piutang yang menurun.

Penelitian yang dilakukan Khoirotunnisak (2008) tentang Analisis Kinerja Keuangan KUD Banyumanik di Kota Semarang, penelitian ini menggunakan analisis rasio yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan KUD dilihat dari rasio likuiditasnya yaitu current ratio, quick ratio, dan cash ratio menunjukkan posisi yang baik karena berada di atas standar yang digunakan, ini berarti KUD mampu membayar utang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Dilihat dari rasio solvabilitas yaitu total debt to equity ratio dan total debt to capital ratio menunjukkan posisi yang buruk karena KUD tidak mampu membayar utang dengan modal sendiri tetapi mampu membayar utang dengan total kekayaan yang dimiliki. Kemampuan koperasi menghasilkan laba dilihat dari ROI dan ROE masih rendah karena berada dibawah standar.


(20)

commit to user

B. Tinjauan Pustaka 1. Koperasi

Menurut Moh. Hatta koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan “seseorang buat semua dan semua buat seorang”. Sedangkan menurut UU no 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Sitio dan Halamoan, 2001: 17-19).

Asas dan sendi dasar koperasi yang mengungkapkan bahwa koperasi berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat adalah asas kekeluargaan dan gotong royong. Ini tidak berarti koperasi meninggalkan sifat dan syarat efisiensi ekonomi. Setiap anggota koperasi secara sukarela berdasarkan kesadaran dan keyakinan untuk secara aktif turut dalam koperasi untuk memperbaiki kehidupannya dan masyarakat sekitarnya. Dalam sendi dasar koperasi diatur bahwa koperasi bukan hanya perkumpulan modal saja tetapi juga perkumpulan orang atau badan hukum sehingga watak koperasi bersifat non kapitalistis. Oleh karena itu, pembagian sisa hasil usaha (SHU) harus didasarkan atas pertimbangan jasa dan kegiatannya dalam koperasi (Edilius dan Sudarsono, 1996: 81).

Koperasi memiliki watak sosial. Hal ini berarti dasar koperasi adalah kerja sama. Di dalam koperasi, anggota perkumpulan bekerja sama berdasarkan kesukarelaan, persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban. Sesuai dengan asas demokrasi, berarti koperasi adalah milik anggota sendiri dengan demikian sebenarnya koperasi diatur, diurus dan diselenggarakan sesuai dengan keinginan para anggota perkumpulan. Dengan kata lain, kekuasaan tertinggi dipegang oleh semua anggota yaitu melalui rapat anggota (Anoraga, 1995: 129).


(21)

commit to user

Banyak kekuatan koperasi diantaranya koperasi merupakan badan usaha yang memiliki karakter unik. Pada dasarnya potensi kelembagaan dan gerakan koperasi mampu menyatukan bisnis komunitas ke jaringan regional sampai nasional. Sebenarnya masih besar harapan ekonomi yang ditumpukan pada koperasi. Memasuki tahun 2008 jumlah koperasi di Indonesia adalah 134.963 dengan total anggota 27,3 juta. Adapun aset yang dimiliki koperasi mencapai Rp 33 trilyun dengan volume usaha Rp 40,8 trilyun (Sumiyanto, 2008: 19).

Kebijakan pemerintah dalam pengembangan koperasi bila dilihat nampak kurang mengajak lembaga-lembaga pengembangan swadaya masyarakat. Padahal mereka ini mempunyai pengalaman dan sumber-sumber manusiawi yang dapat membantu. Jika tetap mengharapkan koperasi sebagai kekuatan utama dalam perekonomian Indonesia, seharusnya kebijakan jangka panjang diarahkan kepada pemantapan peranan ini, dalam artian penciptaan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan kemandirian (Anoraga dan Ninik, 1998: 136).

2. Manajemen Koperasi

Menurut Soeharsono dalam Anoraga dan Ninik (1995: 115), Sebagai lembaga ekonomi yang berwatak sosial. Maka jelas bahwa sistem manajemen di lembaga koperasi harus mengarah pada manajemen partisipatif yang berarti adanya kebersamaan dan keterbukaan. Sehingga setiap anggota koperasi memiliki rasa tanggung jawab bersama dalam organisasi koperasi.

Pola umum manajemen koperasi yang partisipatif tersebut menggambarkan adanya interaksi antar unsur manajemen koperasi. Terdapat pembagian tugas pada masing-masing unsur. Demikian pula setiap unsur manajemen mempunyai lingkup keputusan yang berbeda-beda walaupun masih berada lingkup keputusan yang dilakukan secara bersama.


(22)

commit to user

Adapun lingkup keputusan masing-masing unsur manajemen koperasi adalah:

a. Rapat anggota merupakan pemegang kuasa tertinggi menetapkan kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi. Kebijakan yang bersifat sangat strategis dirumuskan dan ditetapkan pada rapat anggota. Umumnya rapat anggota koperasi diselenggarakan sekali setahun (Sitio dan Halamoan, 2001: 40).

b. Pengurus adalah anggota yang dikuasakan oleh anggota untuk menggunakan kekayaan anggota yang telah dikumpulkan untuk menjalankan usaha bersama (Anoraga dan Ninik, 1998: 108).

c. Pengawas mewakili anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan yang dilakukan pengurus. Pengawas dipilih dan diberhentikan oleh rapat anggota (Sitio dan Halamoan, 2001: 40). d. Pengelola adalah tim yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus

untuk melaksanakan teknik operasional di bidang usaha. Hubungan pengelola usaha dengan pengurus koperasi adalah hubungan kerja atas dasar perikatan dalam perjanjian (Sitio dan Halamoan, 2001: 40).

Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 mengacu pada persiapan lembaga koperasi untuk menjadi semakin profesional dari segi pengolahan bisnis dan mandiri di sektor pengorganisasian. Dengan Undang-Undang ini, pemerintah menginginkan adanya pembaharuan dengan pengurangan perannya dalam lembaga koperasi sehingga koperasi akan lebih otonom, independen, mandiri dan profesional sebagai lembaga usaha. Di satu sisi pemerintah mengarahkan koperasi agar menangani sektor yang dipercayakan kepadanya. Misalnya KUD yang ditugasi untuk ikut melaksanakan pemungutan iuran, penyaluran saprodi, pengadaan pangan dan mata rantai tata niaga cengkeh, jeruk, dan sebagainya. Koperasi dapat menolak jika dari segi manajerial semua itu tidak menguntungkan (Anoraga, 1995: 152).

Tingkat profesionalitas manajerial akan meningkat sejalan dengan ukuran koperasi. Hal ini akan lebih menyulitkan dan membutuhkan


(23)

commit to user

banyak biaya bagi anggota untuk berpartisipasi, membutuhkan lebih banyak waktu untuk bisa memperoleh informasi, lebih membutuhkan tingkat kemampuan yang tinggi. Partisipasi akan berkurang sejalan dengan meningkatnya ukuran keanggotaan koperasi. Semakin besar koperasi maka manajer akan semakin berkuasa dan berpengaruh (Ropke, 2000: 53). 3. Koperasi Unit Desa (KUD)

KUD merupakan koperasi serba usaha yang usahanya meliputi semua bidang kegiatan ekonomi masyarakat desa. Usaha yang dilakukan KUD meliputi kegiatan di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan/ industri, kelistrikan di pedesaan, jasa. Selain itu, KUD juga melaksanakan fungsi-fungsi perkreditan, pengolahan dan pemasaran produksi lainnya yang dihasilkan industri rumah di pedesaan, kegiatan perekonomian lainnya seperti perdagangan, angkutan dan lainnya (Kartasapoetra et al, 1999: 13).

Meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat daerah pedesaan merupakan tujuan pembentukan Koperasi Unit Desa (KUD) oleh pemerintah. Anggota KUD adalah orang-orang yang bertempat tinggal atau menjalankan usahanya di wilayah unit desa yang merupakan daerah kerja KUD. KUD harus benar-benar mementingkan pemberian pelayanan kepada anggota dan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya. Kemajuan dan perkembangan KUD sangat dipengaruhi oleh tenaga pimpinan yang ahli dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu ekonomi dan berwatak terampil (Anoraga dan Ninik, 1998: 26-29).

Koperasi unit desa didahului dengan berdirinya BUUD/KUD yang mendasarkan pada inpres No. 4 Tahun 1973. Tujuan pembentukan KUD adalah menjamin terlaksananya produksi program peningkatan produksi pertanian khususnya produksi pangan secara efektif dan efisien. Serta memberikan kepastian bagi petani produsen khususnya serta masyarakat desa pada umumnya bahwa mereka tidak hanya mempunyai tanggung jawab untuk ikut serta meningkatkan produksi sendiri tetapi juga secara


(24)

commit to user

nyata dapat memetik dan menikmati hasilnya guna meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraannya (Firdaus dan Agus, 2002: 69)

Pola pembangunan KUD yang bersifat top-down (dari atas) menyebabkan kurangnya inisiatif dan peran serta dari masyarakat dalam koperasi. Konsekuensinya, KUD cenderung merupakan lembaga yang memberikan pelayanan yang tidak mampu mendorong sendiri usaha-usahanya (self-propelling undertaking) dan kurang inisiatif. Peran serta dari masyarakat merupakan indikator kuat bahwa evaluasi pembuatan keputusan pedesaan sangat rendah. Hal ini mengurangi keefektifan koperasi dalam memperbaiki kesejahteraan penduduk pedesaan (Anoraga, 1995: 134).

Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan salah satu pilar perekonomian yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Namun, sejak dikeluarkan Inpres No. 18 Tahun 1998, KUD tidak lagi menjadi koperasi tunggal di tingkat kecamatan. Program-program pemerintah untuk membangun masyarakat pedesaan, seperti distribusi pupuk, benih, dan pengadaan gabah, yang awalnya dilakukan melalui KUD selanjutnya diserahkan pada mekanisme pasar. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan lebih dari 5.400 KUD di Indonesia secara umum mengalami penurunan kinerja dan tidak sedikit yang hanya tinggal papan nama. Meskipun demikian, tidak sedikit pula KUD yang bertahan, bahkan berkembang (Humas UGM, 2010).

Tidak adanya koperasi yang kuat menyebabkan kelembagaan petani menjadi lemah. Sebenarnya KUD walaupun ada kelemahannya tetapi mempunyai potensi yang besar. Karena itu mengembangkan kelembagaan sosial di pedesaan adalah dengan merevitalisasi KUD. Reformasi KUD dapat dilakukan dengan beberapa core business komoditas tertentu yang dapat dikelola secara penuh. KUD dapat dimanfaatkan untuk membantu usaha anggotanya dan membantu melaksanakan pembangunan seperti pengadaan pangan dan distribusi pupuk bersubsidi atau gabungan diantara keduanya (Masyhuri, 2010: 119-123).


(25)

commit to user

Langkah-langkah pengembangan KUD diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebijakan pemerintah. Dalam satu kecamatan hanya diijinkan ada satu KUD kecuali atas persetujuan lebih lanjut dari menteri. Sementara mengenai luas dan lingkup usaha ditetapkan oleh warga setempat. Seperti halnya koperasi yang lain, KUD juga memiliki organisasi yang jelas. Dalam hal ini terdapat pengurus, badan pemeriksa, manajer dan karyawan, serta rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi (Anoraga dan Djoko, 2002: 26).

4. Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkas dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Berbagai tindakan tersebut tidak lain adalah proses akuntansi yang pada hakikatnya merupakan seni pencatatan, penggolongan dana peringkasan transaksi dan peristiwa yang setidaknya sebagian bersifat finansial. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan (Jumingan, 2006: 4).

Laporan keuangan menyediakan alat utama bagi para manajer untuk mengkomunikasikan kondisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak luar. Informasi penting disampaikan oleh laporan keuangan mengenai kekuatan dan kinerja perusahaan. Terdapat beberapa situasi dimana analisis laporan keuangan akan menjadi alat yang berguna bagi manajemen puncak. Contoh yang paling jelas ketika manajemen tengah mempertimbangkan suatu investasi ke dalam atau memberi pinjaman kepada perusahaan lainnya akan memberikan informasi relevan yang sangat banyak mengenai kesehatan investasi. Manajemen puncak dapat menggunakan analisis laporan keuangan pada laporan keuangannya sendiri untuk melihat bagaimana para pemegang saham dan kreditur akan mengevaluasi mereka (Simamora, 1999: 349).


(26)

commit to user

Laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sistem pelaporan keuangan koperasi juga merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus tentang tata kehidupan koperasi. Pengguna utama dari laporan keuangan koperasi adalah para anggota koperasi, pejabat koperasi, calon anggota koperasi, bank, kreditur, dan kantor pajak. Tujuan dari pemakai terhadap laporan keuangan koperasi adalah menilai pertanggungjawaban pengurus, menilai prestasi pengurus, menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya, menilai kondisi keuangan koperasi, sebagai pertimbangan untuk memutuskan jumlah sumber daya dan jasa yang diberikan pada koperasi (Sitio dan Halamoan, 2001: 107).

Laporan keuangan berisi beberapa hal, neraca merupakan ringkasan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada satu titik tertentu, biasanya akhir tahun atau kuartal tahun. Selanjutnya laporan laba-rugi terdiri dari penghasilan dan biaya perusahaan pada periode waktu tertentu biasanya untuk satu tahun atau tiap tiga bulan. Jika neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada satu titik waktu tertentu, laporan laba-rugi menunjukkan keuntungan perusahaan sepanjang periode waktu tersebut. Dari kedua laporan keuangan tersebut beberapa laporan turunan dapat dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana (Van Horne dan John, 1997: 128).

a. Neraca

Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet (Munawir, 1999: 13).

Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

1) Aktiva lancar (current asset) adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan


(27)

commit to user

menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi pada periode berikutnya, yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah:

a) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di Bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap saat diperlukan oleh perusahaan.

b) Investasi jangka pendek adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Yang termasuk dalam investasi jangka pendek adalah deposito di bank, surat-surat berharga yang berwujud saham, obligasi, sertifikat bank, dan surat hipotek.

c) Piutang wesel atau tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.

d) Piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan dagangan secara kredit.

e) Persediaan adalah semua barang-barang yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual. (Munawir, 1999: 14-16)

2) Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang memiliki umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan), yang termasuk aktiva tidak lancar adalah investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tetap tidak berwujud, beban yang ditangguhkan dan aktiva lain-lainnya.


(28)

commit to user

a) Investasi jangka panjang bertujuan untuk mengadakan pengawasan terhadap kebijaksanaan atau kegiatan perusahaan lain, untuk memperoleh pendapatan yang tetap secara terus menerus, membentuk suatu dana untuk tujuan tujuan tertentu, dan untuk membina hubungan baik dengan perusahaan lain.

b) Aktiva tetap berujud merupakan aktiva yang mempunyai umur ekonomis lama, digunakan dalam kegiatan usaha dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kondisi normal. Yang termasuk aktiva tetap berujud meliputi tanah, bangunan, mesin pabrik, kendaraan dan peralatan kantor. c) Aktiva tak berwujud merupakan aktiva yang secara fisik

tidak mempunyai wujud tetapi mempunyai manfaat ekonomis bagi pemiliknya di masa yang akan datang, meliputi patent, hak cipta, merk dagang, goodwill, waralaba dan lain-lain.

d) Beban yang ditangguhkan menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang. Termasuk dalam kelompok ini antara lain biaya pemasaran, biaya pembukaan perusahaan, biaya penelitian. e) Aktiva lain-lain merupakan aktiva yang tidak termasuk

kategori aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap berwujud dan aktiva tak berwujud, meliputi piutang jangka panjang, gedung dalam penyelesaian

(Munawir, 1999: 16-18).

Kewajiban pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban kepada anggota dan bukan anggota. Kewajiban yang timbul dari transaksi dengan anggota disajikan terpisah sebagai utang kepada anggota. Sebaliknya, kewajiban yang timbul dari transaksi dengan bukan anggota disajikan sesuai dengan ketentuan dalam standar akuntansi keuangan yang berlaku. Kemudian simpanan suka rela


(29)

commit to user

disajikan sebagai kewajiban lancar atau jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh temponya. Kewajiban yang timbul karena pembagian SHU disajikan sebagai kewajiban lancar kecuali apabila ditetapkan dalam rapat anggota koperasi tidak dibagi baik untuk anggota ataupun dana yang lain (Sitio dan Halamoan, 2001: 115).

Utang lancar menurut Munawir (1999: 19) meliputi:

1) Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit.

2) Utang wesel, adalah utang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang.

3) Utang pajak, baik pajak untuk perusahaan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara. 4) Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah

terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.

5) Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo adalah sebagian (seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi utang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayarannya.

6) Penghasilan yang diterima dimuka adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisir.

Kewajiban dengan jatuh tempo melebihi satu tahun ditunjukkan pada neraca sebagai kewajiban jangka panjang atau utang tidak lancar. Kategori ini meliputi utang obligasi, wesel bayar jangka panjang,

hipotik, kewajiban atas sewa guna usaha, dan garansi jangka panjang (Fraser dan Aileen, 2004: 93).

Modal koperasi terutama berasal dari anggota dan dapat berbentuk simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok adalah jumlah nilai tertentu yang sama jumlahnya yang harus disetorkan pada waktu masuk menjadi anggota. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota dalam waktu tertentu, misalnya tiap bulan (Soemarso, 1999: 245).


(30)

commit to user

b. Laporan Rugi-Laba

Laporan rugi laba merupakan ikhtisar dari pendapatan (revenue) dan beban-beban (expenses) untuk suatu periode waktu atau masa tertentu. Dengan kata lain, laporan ini menunjukkan hasil usaha atau kinerja perusahaan pada kurun waktu tertentu (Dunia, 2008: 14).

Bentuk laporan rugi laba yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

1) Bentuk Single Step, yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi atau laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.

2) Bentuk Multiple Step, dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

(Munawir, 1999: 26). 5. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau tren untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya. Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual analisis rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio perusahaan, penganalisis


(31)

commit to user

tidak dapat menyimpulkan apakah rasio itu menunjukkan kondisi menguntungkan dan tidak menguntungkan (Jumingan, 2006: 118).

Analisis keuangan harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan ini adalah rasio keuangan atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data yang lain. Analisis rasio keuangan dapat membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan akan datang dalam perusahaan yang sama. Metode perbandingan yang kedua melibatkan perbandingan rasio satu perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada titik yang sama. Perbandingan ini memberikan pandangan tentang kondisi keuangan dan kinerja relatif perusahaan (Van Horne dan John, 1997: 133-134).

Beberapa rasio keuangan yang sering digunakan adalah: a. Rasio Likuiditas

Menurut Van Horne dan John (1997: 135) Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut. Menurut Soemarso (1999: 82), kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan menggunakan aktiva lancar atau pembentukan kewajiban lancar lainnya atau kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun mendatang. Kewajiban ini biasanya adalah wesel bayar, utang bank, utang biaya, utang obligasi.

Menurut Riyanto (2001: 25), likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Menurut Tjiptoadinugroho (1946: 55), kewajiban finansial tersebut terdiri dari kewajiban ke dalam yaitu


(32)

commit to user

pertanggungjawaban terhadap pemilik perusahaan, dan kewajiban keluar yaitu pertanggungjawaban terhadap utang perusahaan

Likuiditas dihitung dengan rumus : Rasio Lancar(Current Ratio) =

Lancar Utang

Lancar Aktiva

(Riyanto, 2001 : 25 -28).

Rasio likuiditas terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat. Menurut Fraser dan Aileen (2004: 233) Rasio lancar adalah ukuran yang umum digunakan atas kemampuan jangka pendek yaitu kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Kewajiban lancar digunakan sebagai penyebut rasio karena dianggap menggambarkan utang yang paling mendesak, harus dilunasi dalam satu tahun. Sedangkan menurut Riyanto (2001: 333), rasio cepat menunjukkan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets). Van Horne dan John (1997: 136) menjelaskan bahwa rasio cepat sama dengan rasio lancar kecuali tidak dimasukkannya persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid.

Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus: Rasio cepat =

Lancar Utang

Persediaan

-Lancar Aktiva

(Fraser dan Aileen, 2004: 225).

Kriteria tingkat likuiditas koperasi menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007 adalah: 175%-200%

150%-175% 125%-150% 100%-125% <100% dan >200%

= = = = =

Sangat Baik Baik

Cukup Baik Tidak Baik Jelek


(33)

commit to user

b. Rasio Solvabilitas

Solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuiditas. Suatu perusahaan yang sovabel berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau keyakinan yang cukup untuk membayar semua utang-utangnya, tetapi tidak dengan sendirinya menunjukkan perusahaan likuid. Rasio total utang dengan total aktiva menunjukkan sejauh mana nilai dari total aktiva yang dimiliki dibiayai oleh utang. Rasio ini merupakan perbandingan total utang terhadap total aktiva. Perhitungan rasio menggunakan rumus dibawah ini:

Rasio Total Utang dengan Total Aktiva =

Aktiva Total

Utang Total

Sedangkan rasio total utang dengan modal sendiri menunjukkan perbandingan antara total utang terhadap modal sendiri. Perhitungan rasio menggunakan rumus dibawah ini :

Rasio Total Utang dengan Modal Sendiri =

Sendiri Modal

Utang Total

(Riyanto, 2001: 333).

Kondisi keuangan yang menguntungkan dalam jangka pendek belum tentu diikuti kondisi keuangan yang menguntungkan pula dalam jangka panjang. Dapat pula terjadi keadaan yang sebaliknya. Rasio modal sendiri dengan total aktiva menunjukkan persentase investasi dalam total aktiva yang telah dibelanjakan dengan dana yang berasal dari modal sendiri.

Rasio modal sendiri dengan total aktiva =

aktiva Total

sendiri Modal

Rasio solvabilitas pada dasarnya bertujuan mengukur tingkat keamanan bagi kreditur jangka panjang dalam hal bila utang jangka panjang seperti utang hipotik atau utang obligasi dapat dijamin dengan aktiva tetap (Jumingan, 2006: 135-140).


(34)

commit to user

Rasio modal sendiri dengan aktiva tetap menunjukkan sejauh mana modal sendiri membiayai aktiva tetapnya, dinyatakan sebagai perbandingan antara modal sendiri dengan aktiva tetap. Perhitungan rasio menggunakan rumus dibawah ini:

Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap =

Tetap Aktiva

Sendiri Modal

(Riyanto dan Munawir, 1976: 82-85).

Kriteria tingkat solvabilitas koperasi menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007 adalah: 135%-150%

120%-134% 105%-119% 90%-104%

<90% dan >150% = = = = =

Sangat Baik Baik

Cukup Baik Tidak Baik Jelek

(Dinas Koperasi dan UMKM, 2009: 75). c. Rasio Rentabilitas

Rentabilitas yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, dinyatakan dalam satuan persen (%). Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Sedangkan rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Rentabilitas dapat dihitung dengan rumus: RE =

M L

x 100 % Keterangan : RE : Rentabilitas

L : Jumlah laba usaha yang diperoleh selama periode tertentu M : Modal / aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba


(35)

commit to user

Jika rentabilitas positif (menghasilkan laba) maka kinerja efisien (Riyanto, 2001: 35).

1) Return on Invesment (ROI)

Return on Investment (ROI) dalam analisis keuangan mempunyai arti sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh. ROI adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan ROI menggunakan rumus dibawah ini :

ROI = x100%

Aktiva Jumlah

Pajak Sebelum Bersih

Laba

(Munawir, 1999: 89).

2) Return on Equity (ROE)

Rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan menghasilkan laba dari sejumlah modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas modal sendiri disebut juga sebagai Return on Equity (ROE).

Rentabilitas Modal Sendiri = x 100%

sendiri Modal

pajak sesudah bersih

Laba

(Munawir, 1999: 105)

Kriteria tingkat rentabilitas koperasi menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007 adalah: >15%

12%-15% 8%-11% 4%-7% <4%

= = = = =

Sangat baik Baik

Cukup Baik Tidak Baik Jelek


(36)

commit to user

6. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Penilaian aspek profitabilitas guna mengetahui kemampuan menciptakan profit yang sudah barang tentu penting bagi pemilik. Dengan kinerja yang baik pada akhirnya akan berdampak baik bagi intern maupun pihak ekstern (Jumingan, 2006: 239).

Kinerja masa lalu merupakan indikator bagus mengenai kinerja masa yang akan datang. Oleh karena itu, seorang pemodal ataupun kreditur akan melihat trend penjualan, biaya, laba bersih, arus kas, dan imbalan atas investasi masa lalu tidak hanya sebagai alat untuk menilai kinerja masa lalu manajemen namun juga sebagai suatu indikator kinerja masa yang akan datang. Selain itu, analisis posisi sekarang akan mengungkapkan sebagai contoh aset-aset apa saja yang dimiliki oleh perusahaan dan kewajiban apa yang mesti dibayar. Analisis posisi sekarang juga mengungkapkan posisi kas, seberapa besar utang perusahaan dibandingkan dengan modalnya, dan tingkat-tingkat persediaan dan piutang dagang (Simamora, 1999: 351).

Kelancaran aliran kas atau dana yang masuk dari luar ke dalam perusahaan untuk membiayai investasi dan operasi perusahaan sangat tergantung kepada kemampuan manajer keuangan dalam menjalankan fungsi pendanaannya. Setelah dana diinvestasikan untuk membiayai operasi perusahaan dan mampu menghasilkan keuntungan, maka selanjutnya manajer keuangan juga akan terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai beberapa bagian dari keuntungan yang akan dibayarkan kepada pemilik perusahaan (Riyanto, 2001: 11).

Perusahaan kemungkinan menggunakan informasi akuntansi saja untuk menilai kinerja para manajernya. Kemungkinan yang lain adalah informasi akuntansi digunakan bersama dengan informasi non akuntansi untuk menilai kinerja para manajernya. Informasi akuntansi digunakan


(37)

commit to user

sebagai dasar penilaian kinerja karena informasi akuntansi mencerminkan nilai sumber daya yang diperoleh perusahaan dari bisnisnya dan yang dikorbankan oleh para manajer untuk menjalankan aktivitas bisnis perusahaan (Mulyadi, 2001: 475).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

KUD di Kabupaten Sukoharjo bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat di lingkup wilayah kerjanya. Karena KUD juga merupakan badan usaha yang harus tetap menjaga kesinambungan kegiatannya, maka KUD juga diharapkan dapat meningkatkan hasil usaha yang diperoleh. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut baik dengan modal sendiri maupun dengan modal asing. KUD juga digunakan oleh pemerintah untuk menjembatani upaya peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, KUD membuka berbagai usaha yang terkait dengan kebutuhan masyarakat. Namun, usaha yang dilakukan KUD kurang mendapat respon positif dari anggota dan masyarakat karena KUD dianggap kurang profesional dalam melaksanakan usahanya serta kurangnya tingkat kesadaran anggota dan masyarakat akan peran KUD. Akibatnya KUD sulit untuk berkembang. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang terkadang kurang mendukung pertumbuhan KUD.

Akhir-akhir ini pemerintah lebih mengembangkan berbagai program yang tidak lagi menggunakan KUD tetapi membentuk kelompok-kelompok masyarakat penerima bantuan/ program seperti kelompok tani, gapoktan, LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis), dan lainnya. Harapannya dengan poktan dan gapoktan itu menjadi koperasi pertanian yang berdasarkan bottom-up dan dekat dengan anggotanya. Namun koperasi yang diharapkan tidak dapat berhasil. Tanpa terbentuknya koperasi, poktan dan gapoktan tidak dapat memiliki aset tetap sehingga tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain. Oleh karena itu, perlu adanya penguatan lembaga di pedesaan agar pembangunan pertanian dan pedesaan berjalan lancar. Penguatan lembaga pedesaan dapat dilakukan dengan merevitalisasi KUD dan sekaligus meningkatkan kinerja keuangan KUD (Masyuri, 2010: 121-122).


(38)

commit to user

Kinerja keuangan KUD dapat ditingkatkan dengan mempertimbangkan kemampuan masing-masing KUD. Sebagaimana disajikan pada gambar 1 dan diuraikan berdasarkan permasalahan penelitian, yaitu kinerja keuangan. Analisis keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti mengenai kondisi keuangan tersebut. Analisis keuangan koperasi dapat diketahui berdasarkan keadaan laporan keuangannya yang terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi. Kedua laporan ini kemudian dianalisis menggunakan analisis rasio yaitu rasio likuiditas (rasio lancar dan rasio cepat), rasio solvabilitas (rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio modal sendiri dengan aktiva tetap, rasio total hutang dengan total aktiva, rasio total hutang dengan modal sendiri) dan rasio rentabilitas (Return On Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE)) untuk mengetahui kemampuan KUD dalam memenuhi kewajibannya baik jangka panjang dan jangka pendek serta memperoleh sisa hasil usaha (SHU).

Nilai rasio tersebut kemudian dibandingkan dengan rasio standar yang digunakan dalam penelitian yaitu peraturan menteri negara koperasi dan UKM No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007. Rasio standar tersebut diambil dengan pertimbangan bahwa standar yang digunakan adalah standar yang paling sesuai dengan kondisi koperasi khususnya KUD dan merupakan standar baku untuk sistem pemeringkatan koperasi di Indonesia, sedangkan KUD adalah salah satu jenis koperasi tersebut. Berdasarkan analisis-analisis tersebut akan dapat diketahui kondisi keuangan pada periode yang dianalisis dan perkembangan keuangannya. Serta diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang bersangkutan dalam mengambil keputusan finansial pada tahun yang akan datang.


(39)

commit to user

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah D. Hipotesis

Diduga KUD di Kabupaten Sukoharjo belum mampu melunasi kewajiban jangka pendek (jelek) dan kewajiban jangka panjang (jelek), serta belum mampu menghasilkan keuntungan (jelek).

E. Pembatasan Masalah

1. Kinerja keuangan KUD di Kabupaten Sukoharjo di pandang dari segi analisis rasio keuangan.

2. Penelitian berdasarkan Laporan Rapat Anggota Tahunan KUD di Kabupaten Sukoharjo.

a. Rasio Likuiditas 1. Rasio Lancar = Aktiva Lancar/Utang

Lancar 2. Rasio Cepat = (Aktiva Lancar –

Persediaan)/ Utang Lancar

Laporan Keuangan:

1. Neraca

2. Laporan Laba-Rugi

Analisa Rasio

b. Rasio Solvabilitas

1. Rasio Modal Sendiri Dengan Total Aktiva

= Modal Sendiri/ Total Aktiva 2. Rasio Modal Sendiri Dengan

Aktiva Tetap

= Modal Sendiri/Aktiva Tetap 3. Rasio Total Utang Dengan Total

Aktiva

= Total Utang/ Total Aktiva 4. Rasio Total Utang dengan

Modal Sendiri

= Total Utang/ Modal Sendiri

Analisis Keuangan KUD

Kinerja Keuangan KUD di Kabupaten Sukoharjo Baik/Jelek KUD di Kabupaten Sukoharjo

c. Rasio Rentabilitas 1. Return on Investment

= (Sisa Hasil

Usaha/Total Aktiva) x 100%

2. Return on Equity = (Sisa Hasil

Usaha/Modal Sendiri) x 100%

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 22/Per/M.KUKM/IV/2007


(40)

commit to user

3. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari neraca dan laporan laba-rugi KUD tahun 2005-2009.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Keuangan koperasi unit desa adalah pengukuran prestasi dilihat dari sisi keuangan atau finansial KUD dalam suatu periode tertentu yang diukur dengan analisa rasio yang terdiri dari rasio rentabilitas, solvabilitas dan likuiditas.

2. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan KUD untuk kepentingan manajemen dan pihak lain. Laporan keuangan ini terdiri dari neraca dan laporan laba-rugi.

3. Neraca menggambarkan kondisi keuangan KUD pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun saat penutupan buku, neraca memuat aktiva, utang, dan modal sendiri.

4. Laporan laba-rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang dan jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dari proses pencapaian hasil tersebut.

5. Likuiditas adalah kemampuan KUD untuk melunasi kewajiban finansial jangka pendek, dinyatakan dalam persen (%), terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat.

6. Solvabilitas adalah kemampuan KUD membayar segala kewajiban finansialnya baik yang jangka pendek maupun jangka panjang, dinyatakan dalam persen (%). Terdiri dari rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio modal sendiri dengan aktiva tetap, rasio total utang dengan total aktiva, dan rasio total utang dengan modal sendiri.

7. Rentabilitas adalah kemampuan KUD dengan sebuah modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, dinyatakan dalam persen (%). Terdiri dari Return on Invesment (ROI) dan Return on Equity (ROE).

8. Laba usaha dalam hal ini Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari hasil operasi KUD selama periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).


(41)

commit to user

9. Aktiva lancar adalah sejumlah uang tunai, wesel, dan piutang dagang, persediaan, dan lain-lain yang dapat dicairkan menjadi uang tunai biasanya dalam waktu kurang dari setahun, dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

10. Aktiva tetap adalah aktiva yang bersifat permanen, seperti : tanah, gedung, bangunan, kendaraan, mesin, dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

11. Jumlah aktiva total (total asset) adalah semua aktiva atau kekayaan yang dimiliki KUD baik aktiva lancar, tetap, tak berwujud dan aktiva lainnya yang dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

12. Utang jangka pendek (kewajiban lancar) adalah pos-pos yang diharapkan dibayarkan secara tunai dalam satu tahun atau satu siklus operasi dinyatakan dalam rupiah (Rp). Utang lancar dapat berupa utang dagang, wesel, dan utang lainnya.

13. Utang (kewajiban) jangka panjang adalah kewajiban yang pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu siklus normal operasi KUD atau lebih dari satu tahun yang akan datang dinyatakan dalam rupiah (Rp). Utang jangka panjang terdiri dari pinjaman bank, kredit investasi, dan sebagainya 14. Jumlah utang adalah total utang KUD baik yang jangka pendek dimana

diharapkan lunas dalam jangka satu tahun maupun jangka panjang dimana pelunasannya lebih dari satu tahun dan dinyatakan dalam rupiah (Rp). 15. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari KUD sendiri, atau berasal

dari pengambilan bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain), dinyatakan dalam rupiah (Rp).

16. Simpanan pokok adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya dan harus disetorkan pada waktu masuk menjadi anggota dan biasanya dinyatakan dalam rupiah (Rp).

17. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota dalam waktu tertentu, misalnya tiap bulan dan biasanya dinyatakan dalam rupiah (Rp).


(42)

commit to user

18. Simpanan suka rela adalah suatu jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan anggota terhadap KUD atas kemauan sendiri sebagai simpanan, dan biasanya dinyatakan dalam rupiah (Rp).

19. Cadangan KUD adalah akumulasi bagian sisa hasil usaha yang telah dibagikan untuk mengumpulkan modal dan menutupi kerugian, dan biasanya dinyatakan dalam rupiah (Rp).

20. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dilakukan dalam jangka waktu beberapa tahun dan tidak dimasukkan untuk memutarkan kelebihan uang kas. Investasi ini sering disebut juga dengan penyertaan. Investasi ini dapat berupa saham, obligasi, penyisihan dana untuk tujuan jangka panjang, dan investasi lainnya, dinyatakan dalam rupiah (Rp).

21. Persediaan adalah persediaan bahan baku, barang jadi, atau barang dalam proses yang dimiliki KUD. Kadang persediaan juga masuk dalam suku cadang mesin dan peralatan.

22. Piutang adalah uang yang dipinjamkan oleh KUD kepada pelanggannya atau anggotanya karena pembelian barang dan jasa secara kredit, dan biasanya dinyatakan dalam rupiah (Rp).

23. Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh dengan penjualan barang dan jasa, dan biasanya dinyatakan dalam rupiah (Rp).


(43)

commit to user

32

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis.

Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu (Surakhmad, 1994: 13).

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja atau purposive yaitu cara pengambilan daerah lokasi dengan pertimbangan tertentu. Sedangkan pertimbangan yang diambil itu berdasarkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini daerah yang dipilih adalah Kabupaten Sukoharjo dengan pertimbangan di Kabupaten Sukoharjo terdapat banyak koperasi yang tidak aktif. Ketidakaktifan koperasi di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat dari tidak dilaksanakannya rapat koperasi secara rutin, tidak berjalannya usaha koperasi, serta kelembagaan yang kurang sehat. Kelembagaan tersebut dapat dilihat dari budaya kerja yang dikembangkan koperasi yang kurang perencanaan, pengelola yang kurang berpengalaman dan administrasi yang kurang tertib. Sedangkan kelembagaan koperasi yang berkualitas menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM tahun 2007 digambarkan dengan 7’s Mc Kinsey yang terdiri dari structure, system, strategy, style, skill, staff, dan shared value. Berdasarkan peraturan tersebut, maka koperasi harus dapat melaksanakan fungsi kelembagaan secara tepat yang meliputi struktur dan pembagian peran dalam kepengurusan KUD yang sesuai dengan keahliannya (structure), cara pengambilan keputusan dalam kegiatan sehari-hari (system), kesesuaian strategi yang digunakan dalam mengelola organisasi dengan


(1)

commit to user

jelek. Modal sendiri yang digunakan untuk membiayai total aktiva KUD memiliki rasio yang jelek karena modal sendiri yang dihasilkan belum mampu memenuhi semua kebutuhan KUD serta belum efisiennya penggunaan modal untuk pembiayaan aktiva tetap. Sehingga diperlukan utang untuk memenuhi total aktiva tersebut, kondisi ini menyebabkan total aktiva yang dibiayai oleh utang jauh lebih besar dari standar yang

digunakan sehingga meningkatkan resiko usaha KUD. Utang yang

ditanamkan pada aktiva tidak dapat digunakan secara efektif dalam usaha KUD sehingga hasil usaha yang diperoleh KUD lebih kecil dibandingkan utang usahanya. Hal ini akan meningkatkan total utang KUD dimana peningkatan tersebut lebih besar daripada peningkatan modal sendiri. Berdasarkan rasio ini dapat diketahui bahwa KUD belum mampu untuk menjamin seluruh kewajiban keuangannya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan seluruh aktiva yang dimiliki jika KUD dibubarkan.

3. Rasio Rentabilitas

a. ROI (Return On Investment)

Nilai ROI dari KUD di Kabupaten Sukoharjo bersifat fluktuatif namun masih dalam kriteria jelek. SHU yang digunakan untuk anggota dan dana-dana SHU yang lain sebesar 60% dari total SHU, sedangkan 40% digunakan untuk cadangan KUD yang kemudian akan ditanamkan dalam modal sendiri KUD. Aktiva yang dimiliki KUD dibiayai oleh modal sendiri dan modal asing. Total aktiva tersebut kemudian digunakan sebagai modal usaha KUD untuk memperoleh SHU. Namun, KUD belum mampu menggunakan modal usaha yang dimiliki sehingga SHU yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan total aktiva yang digunakan. Hal ini karena ketidakefisienan manajemen dalam pembelian aktiva dan menurunnya kondisi usaha KUD karena kekurangan modal usaha.

b. ROE (Return On Equity)

Nilai rata-rata ROE menandakan kemampuan KUD masih rendah dalam menghasilkan laba bersih setelah pendapatan dan beban


(2)

commit to user

lain-lain atau SHU setelah pajak. Semakin besar SHU maka akan semakin besar modal KUD karena 40% dari SHU akan digunakan sebagai modal. Namun, karena kondisi umum KUD yang kurang menguntungkan, kelebihan investasi dalam aktiva, serta tidak efektifnya kegiatan keuangan dan manajemen KUD menyebabkan usaha yang dilakukan KUD tidak dapat berkembang dengan baik sehingga hasil usaha yang diperoleh lebih kecil dibandingkan modal yang digunakan. Kondisi umum yang tidak menguntungkan KUD adalah ketidakaktifan anggota terhadap usaha KUD serta kebijakan pemerintah yang tidak mendukung perkembangan KUD misalnya kebijakan tentang penghapusan subsidi pupuk dan ketidakpastian penyelesaian utang KUD karena program pemerintah.

Perkembangan rasio rentabilitas dilihat dari indikator ROI dan ROE menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Nilai dari kedua rasio ini masih

dibawah standar sehingga menunjukkan bahwa KUD mampu

menghasilkan keuntungan dari usaha yang dilakukan namun tidak dapat memenuhi kebutuhannya. KUD harus tetap memperhatikan rentabilitas walaupun KUD bersifat tidak mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. KUD sebagai badan usaha harus tetap dapat menjalankan usahanya dan dapat bersaing dengan badan usaha lain sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

4. Pembahasan Komparatif Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan

Rasio Rentabilitas

Dilihat dari rasio likuiditas, KUD mampu untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Jika dilihat dari rasio solvabilitas dan rentabilitas menunjukkan KUD belum mampu memenuhi seluruh kewajibannya dan belum dapat menggunakan kekayaan atau modal KUD untuk memperoleh hasil usaha yang optimal. Secara umum, dalam jangka pendek keuangan KUD termasuk aman karena usaha yang dilakukan masih dapat berjalan dan memenuhi setiap kewajibannya, namun karena tingkat rentabilitas dari usaha KUD rendah menyebabkan hsail usaha yang


(3)

commit to user

diperoleh kecil. Apabila kondisi ini tetap berlangsung terus-menerus maka dalam jangka panjang KUD akan mengalami kesulitan keuangan karena tidak dapat memenuhi seluruh kewajibannya dengan kekayaan yang dimiliki. Nilai rasio ini dipengaruhi oleh berbagai usaha yang telah dan akan dilakukan oleh KUD.

Perkembangan KUD di Kabupaten Sukoharjo setelah orde baru cukup pesat yang dapat ditunjukkan dengan peningkatan usaha dan jumlah anggota KUD. Perkembangan yang paling pesat dialami pada usaha simpan pinjam yaitu KUT dan KCK sejak tahun 1986. KUT merupakan sistem kredit yang diberikan oleh pemerintah kepada petani untuk mengembangkan usahanya yang diberikan melalui KUD. Plafon untuk kredit KUT sendiri sesuai dengan kebutuhan modal yang diperlukan, sedangkan jangka pengembalian selam 1 tahun dengan bunga 10,5% per tahun. Untuk mengajukan kredit, petani menyerahkan sertifikat tanah milik salah satu anggota kelompok tani sebagai anggunan kepada KUD. Sedangkan KUD memberikan jaminan alat investasi kantor dan hasil pertanian sebagai jaminan utang tersebut kepada bank. Mulai tahun 1990 hingga 1996 besar bunga KUT meningkat menjadi 12% per tahun dan pihak KUD memperoleh keuntungan 3%. Penyebab kenaikan tingkat suku bunga tersebut karena adanya krisis pada tahun 1997 sehingga terjadi inflasi yang tinggi.

Pada tahun 2000, usaha pada KUD di Kabupaten Sukoharjo selain di sektor usaha tani usaha simpan pinjam, listrik, dan waserda. Dalam perkembangannya banyak terdapat masalah dalam kredit tersebut diantara adalah adanya tunggakan dari petani kepada KUD dan tunggakan tersebut adalah utang dan kekayaan terbesar pada KUD. Faktor-faktor yang menyebabkan tunggakan diantaranya adalah

a. Tanaman yang dibiayai KUT mengalami gagal panen yang

menyebabkan petani tidak dapat membayar utangnya. Hal ini terjadi pada tahun 1992 sampai 1994 karena adanya hama tikus kemudian tahun 1997 hingga 1998 terjadi hujan terus-menerus.


(4)

commit to user

b. Kekurangsadaran petani untuk mengembalikan utang. Petani enggan untuk membayar utangnya dan seringkali mengunakan alasan pengunduran waktu pembayaran. Ada pula petani yang saling menunggu petani lain untuk membayar utangnya terlebih dahulu.

c. Kecemburuan sosial dengan pihak konglomerat. Anggota KUD

beranggapan banyak orang kaya yang memperoleh utang dalam jumlah yang cukup banyak bahkan sampai milyaran dan menunggak pembayarannyajustru diberi keringanan pembayaran. Sementara petani hanya mendapatkan kredit berkisar Rp 2.000.000,00 justru dibebani untuk segera membayar.

d. Penyalahgunaan penggunaan kredit. Terdapat beberapa anggota dan masyarakat yang tidak menggunakan kreditnya sesuai program pemerintah tetapi digunakan untuk kebutuhan pribadi seperti pembiayaan hajatan atau membayar utangnya.

e. Menurunnya harga beras. KUD mengalami kerugian akibat pembelian

beras dengan harga yang terlalu rendah oleh Dolog.

f. Kurangnya pengawasan dari pemerintah. Pelaksanaan kredit tidak dilakukan pengawasan terhadap penggunaannya. Karena KUD hanya mengandalkan kepercayaan kepada anggotanya. Sedangkan dari pemerintah tidak baru melakukan kontrol ketika terjadi penunggakan piutang.

g. Kurang profesionalnya pengurus dalam melakukan usaha dan

organisasi KUD. Terkadang dengan mengatasnamakan asas

kekeluargaan, pengurus memberikan kredit dan pelayanan yang lain lebih besar kepada anggota dan masyarakat yang merupakan kerabatnya.

Selain karena usaha KUD yang menyebabkan tunggakan tersebut. KUD juga mengalami kesulitan dalam menentukan usaha yang sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Dengan lingkup kerja yang luas dan banyak terdapat pesaing baik dari anggota sendiri atau pihak lain menyebabkan KUD sulit untuk dapat bersaing. Usaha KUD saat ini


(5)

commit to user

dianggap masih mementingkan beberapa golongan masyarakat saja dan tidak dapat menjangkau berbagai kalangan. Kekurangsadaran peran KUD juga semakin memperburuk kondisinya.

Tingkat partisipasi anggota dalam KUD rendah yang menyebabkan modal dari dalam KUD juga rendah. Dari perkembangannya modal luar sangat mendominasi modal KUD khususnya modal dari pemerintah. Awalnya tanpa modal dari luar tersebut sebenarnya KUD telah sanggup untuk melakukan usahanya, namun karena KUD dirasa sebagai suko guru perekonomian nasional maka dilakukan intervensi oleh pemerintah. Dimana secara tidak langsung pemerintah mengendalikan organisasi KUD dan mengarahkan ekonomi politik didalamnya untuk mencapai stabilitas nasional. Kemudian pemerintah yang baru berusaha menciptakan kemandirian KUD yang mustahil pada saat ini dapat terlaksana khususnya di Kabupaten Sukoharjo karena berbagai alasan yang sebelumnya telah diuraikan yang menyebabkan kemunduran kinerja KUD.

Usaha yang dilakukan KUD juga belum menunjukkan tingkat penggunaan kekayaan yang efektif dan efisien sehingga modal yang digunakan masih lebih besar dari hasil usaha yang diperoleh. Terlalu banyak penanaman modal pada aktiva yang tidak dapat jamin penggunaannya dapat mengahsilkan pendapatan adalah salah satu penyebab rendahnya nilai rasio rentabilitas.

Organisasi yang dilakukan di KUD sudah bersifat terbuka dan lebih profesional dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, perlu dikembangkan dalam usaha yang dapat meningkatkan citra KUD di masyarakat sehingga dengan sendirinya diharapkan persepsi masyarakat terhadap KUD akan menjadi semakin baik. Misalnya dengan pengembangan potensi desa serta pendekatan secara personal.


(6)

commit to user

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa KUD di Kabupaten Sukoharjo dalam jangka pendek masih dapat memenuhi kewajiban finansialnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki (likuiditas). Namun, dalam jangka panjang akan terjadi permasalahan dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya karena kurangnya kekayaan KUD baik modal sendiri maupun total aktivanya untuk memenuhi kewajiban finansial KUD (solvabilitas). KUD juga kurang efektif dan efisien menanamkan modalnya dalam aktiva lancar, investasi, aktiva tetap dan aktiva lainnya yang menyebabkan hasil usaha yang diperoleh KUD rendah (rentabilitas).

B. Saran

Permasalahan mendasar yang terdapat pada keuangan KUD adalah jumlah utang yang meningkat setiap tahun sedangkan banyak tunggakan piutang yang tidak tertagih, dan jumlah modal sendiri yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya. Kondisi ini menyebabkan keuangan KUD menjadi lemah, sehingga perlu adanya:

1. Peningkatan modal dari dalam KUD yang dapat dilakukan melalui kerja sama usaha dengan pelaku bisnis yang lain misalnya dalam usaha pangan seperti pemasaran produk hortikultura dan palawija dari masyarakat wilayah kerjanya dan kegiatan agribisnis lainnya.

2. Peningkatan profesionalitas, kreatifitas dan dedikasi pengurus untuk mengembangkan KUD dengan melakukan berbagai pendidikan di bidang usaha dan organisasi.


Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas pada PT. Bank Riau

0 26 107

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN RENTABILITAS DI KUD MUSUK KABUPATEN BOYOLALI

2 8 77

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPMA (KOPERASI MAHASISWA) DI UMS DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS.

0 4 7

ANALISIS RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS UNTUK MENILAI KEBERHASILAN USAHA PADA KUD DHEWI SRI DI GATAK SUKOHARJO.

0 1 6

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS PADA PT. KHARISMA ROTAN MANDIRI DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 18

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS (Studi Kasus Pada PTPN X Surakarta).

0 5 95

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RENTABILITAS, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS (Studi Kasus Pada PTPN X Surakarta).

0 2 8

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS PADA KONVEKSI ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA DITINJAU DARI LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS PADA KONVEKSI SONY KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

0 0 12

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS PADA ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS PADA PT. KHARISMA ROTAN MANDIRI DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 12

PENDAHULUAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS PADA PT. KHARISMA ROTAN MANDIRI DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 6