Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap HbA1c pada wanita dewasa sehat di desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta.

(1)

INTISARI

Metode antropometri adalah metode sederhana, mudah, dan cepat yang dapat menunjukkan status nutrisi dan kesehatan seseorang. Metode antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Kedua pengukuran tesebut mampu memprediksi adanya obesitas sentral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara LP dan RLPP terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Jenis penelitian ini yaitu obsevasional analitik dengan rancangan cross– sectional (potong lintang). Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Variabel yang diukur antara lain adalah lingkar pinggang, lingkar , kadar HbaA1c. Analisis data dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, serta uji korelasi Pearson dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ditunjukkan dengan nilai rerata karakteristik responden yaitu usia = 44,53 tahun, LP = 81,11 cm, RLPP = 0,83 dan HbA1c = 5,39%. Kesimpulan penelitian ini yaitu LP mempunyai korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,275; p=0,068) dan RLPP mempunyai korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,206; p=0,175) terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.


(2)

ABSTRACT

Anthropometric method is a simple, easy, and fast method that can indicate status of nutritional and health. Anthropometric method often used is the measurement of waist circumference (WC) and waist hip ratio. Both of that can predict their proficiency level measurement of central obesity. The aim of this study to find correlation between WC and waist hip ratio toward HbA1c in healthy adult women in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

This study is an analytic observational study with cross-sectional study design. Selection of respondents were non-random purposive sampling technique. Variables measured include waist circumference, circumference, HbaA1c.

Analysis data with the Shapiro-Wilk normality test, and Pearson correlation test with 95% confeidence interval.

Results of the study are shown by mean value the characteristics of the respondents, age = 44.53 years, WC = 81.11 cm, waist hip ratio = 0.83 and = 5.39% HbA1c. The conclusion of this study showed that WC has not significant positive correlation with the strength is weak correlation (r = 0.275; p = 0.068) and waist hip ratio was not significant positive correlation with the strength is weak correlation (r = 0.206; p = 0.175) on HbA1c levels in healthy adult women Kepuharjo in the village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.


(3)

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG

PANGGUL TERHADAP HbA1c PADA WANITA DEWASA SEHATDI

DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh

Siti Sisca Audya Gereistianda NIM : 128114151

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG

PANGGUL TERHADAP HbA1c PADA WANITA DEWASA SEHATDI

DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh

Siti Sisca Audya Gereistianda NIM : 128114151

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

vi INTISARI

Metode antropometri adalah metode sederhana, mudah, dan cepat yang dapat menunjukkan status nutrisi dan kesehatan seseorang. Metode antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Kedua pengukuran tesebut mampu memprediksi adanya obesitas sentral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara LP dan RLPP terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Jenis penelitian ini yaitu obsevasional analitik dengan rancangan cross– sectional (potong lintang). Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Variabel yang diukur antara lain adalah lingkar pinggang, lingkar , kadar HbaA1c. Analisis data dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, serta uji korelasi Pearson dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ditunjukkan dengan nilai rerata karakteristik responden yaitu usia = 44,53 tahun, LP = 81,11 cm, RLPP = 0,83 dan HbA1c = 5,39%. Kesimpulan penelitian ini yaitu LP mempunyai korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,275; p=0,068) dan RLPP mempunyai korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah (r=0,206; p=0,175) terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.


(10)

vii ABSTRACT

Anthropometric method is a simple, easy, and fast method that can indicate status of nutritional and health. Anthropometric method often used is the measurement of waist circumference (WC) and waist hip ratio. Both of that can predict their proficiency level measurement of central obesity. The aim of this study to find correlation between WC and waist hip ratio toward HbA1c in healthy adult women in Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

This study is an analytic observational study with cross-sectional study design. Selection of respondents were non-random purposive sampling technique. Variables measured include waist circumference, circumference, HbaA1c. Analysis data with the Shapiro-Wilk normality test, and Pearson correlation test with 95% confeidence interval.

Results of the study are shown by mean value the characteristics of the respondents, age = 44.53 years, WC = 81.11 cm, waist hip ratio = 0.83 and = 5.39% HbA1c. The conclusion of this study showed that WC has not significant positive correlation with the strength is weak correlation (r = 0.275; p = 0.068) and waist hip ratio was not significant positive correlation with the strength is weak correlation (r = 0.206; p = 0.175) on HbA1c levels in healthy adult women Kepuharjo in the village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.


(11)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

INTISARI ...vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan Masalah ... 4

2. Keaslian Penelitian ... 4

3. Manfaat Penelitian ... 8

B. Tujuan Penelitian ... 8

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 9

A. Antropometri ... 9

1. Lingkar Pinggang ... 9


(12)

ix

B. Obesitas Sentral ... 11

C. HbA1c ... 13

D. Landasan Teori ... 14

E. Hipotesis ... 15

BAB III. METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 17

1. Variabel bebas ... 17

2. Variabel tergantung ... 17

3. Variabel pengacau ... 17

C. Definisi Operasional ... 17

D. Responden Penelitian ... 19

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

F. Ruang Lingkup ... 21

G. Teknik Sampling ... 22

H. Instrumen Penelitian ... 22

I. Tata Cara Penelitian ... 22

1. Observasi awal ... 22

2. Permohonan izin dan kerjasama ... 23

3. Pembuatan informed consent dan leaflet ... 23

4. Pencarian responden ... 24

5. Validasi, reabilitas, dan kalibrasi instrumen penelitian ... 24


(13)

x

7. Pembagian hasil pemeriksaan laboratorium ... 25

8. Pengolahan Data ... 25

J. Analisis Data ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Profil Karakteristik Responden Penelitian ... 27

1. Usia ... 28

2. Lingkar Pinggang ... 29

3. Rasio Lingkar Pinggang Panggul ... 30

4. HbA1c ... 31

5. Hemoglobin ... 32

B. Perbandingan Rerata HbA1c pada Responden dengan Lingkar Pinggang <80 cm dan Lingkar Pinggang ≥80 cm ... 33

C. Perbandingan Rerata HbA1c pada Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85 ... 34

D. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul Responden terhadap HbA1c ... 35

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

DAFTAR PUSTAKA ...41

LAMPIRAN ...46


(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai Ideal Ukuran Lingkar Pinggang ... 9

Tabel II. Nilai Ideal Rasio Lingkar Pinggang Panggul ... 11

Tabel III. Profil Karakteristik Responden ... 27

Tabel IV. Jumlah Responden dengan LP <80 cm dan LP ≥80 cm ... 29

Tabel V. Jumlah Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85 ... 30

Tabel VI. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan LP <80 cm dan LP ≥80 cm ... 33

Tabel VII. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85 ... 34

Tabel VIII. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar HbA1c pada Responden Wanita ... 36


(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Posisi Pita Pengukur dalam Pengukuran Lingkar Pinggang ... 10

Gambar 2. Cara Mengukur Rasio Lingkar Pinggang Panggul ... 11

Gambar 3. Letak Lemak Viseral dan Lemak Subkutan pada Bagian Abdominal ...13

Gambar 4. Skema Variabel ... 15

Gambar 5. Skema Pencarian Responden ... 20

Gambar 6. Histogram Distribusi Usia Responden ... 28

Gambar 7. Histogram Distribusi Lingkar Pinggang Responden ... 29

Gambar 8. Histogram Distribusi RLPP Responden ... 30

Gambar 9. Histogram Distribusi HbA1c Responden ... 31

Gambar 10. Histogram Distribusi Hb Responden ... 32

Gambar 11. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap HbA1c ... 36


(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance ... 47

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari BPBD ... 48

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Cangkringan ... 49

Lampiran 4. Informed Consent... 50

Lampiran 5. Form Pengukura Antropometri ... 51

Lampiran 6. Leaflet ... 52

Lampiran 7. Reliabilitas dan Validasi Instrumen Pengukuran Pita Pengukur Butterfly® ... 53

1. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 54

2. Validitas Instrumen Penelitian ... 55

Lampiran 8. Surat Undangan ... 56

Lampiran 9. Pedoman Wawancara ... 57

Lampiran 10. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Responden Wanita ... 58

Lampiran 11. Dokumentasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul dan pengambilan darah responden ... 59

Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Wanita ... 60

Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden Wanita ... 61

Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang Panggul Responden Wanita ... 62

Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Responden Wanita ... 63


(17)

xiv

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Lingkar Pinggang ≥80 cm dan <80 cm ... 65 Lampiran 18. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Rasio

Lingkar Pinggang Panggul ≥0,85 dan <0.85 ... 67 Lampiran 19. Uji Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok Lingkar Pinggang

≥80 cm dan <80 cm ... 68 Lampiran 20. Uji Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok Rasio Lingkar

Pinggang Panggul ≥0,85 dan <0,85 ... 69 Lampiran 21. Uji Korelasi Pearson Lingkar Pinggang terhadap HbA1c ... 70 Lampiran 22. Uji Korelasi Pearson Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap


(18)

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Pengukuran antropometri adalah pengukuran lingkar tubuh secara sederhana, mudah dan cepat. Beberapa contoh pengukuran antropometri adalah pengukuran lingkar pinggang (LP), dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP). Kedua pengukuran tersebut mampu memprediksi adanya obesitas sentral yang merupakan salah satu risiko CVD pada manusia. Pengukuran antropometri merupakan salah satu prediktor risiko CVD yang paling baik, khususnya pengukuran LP dan RLPP (Gharakhanlou, Farzad, Agha-Alinejad, Steffen, and Bayati, 2012).

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa LP dan RLPP dapat dijadikan prediktor risiko terkena penyakit kronis. Menurut Klein, Allison, Heymsfield, Kelley, Leibel, Nonas, et al (2007), LP berkorelasi positif dengan lemak abdominal (subkutan dan intrabdominal). Peningkatan kadar lemak menyebabkan risiko tinggi terkena penyakit kardiometabolik. RLPP merupakan prediktor coronary heart disease (CHD) dan cardiovascular disease (CVD) (Welborn, Dhaliwal, and Bennett, 2003; Munawar, Ammarah, Sara, Momina, Munawar, and Ahmed, 2012).

Peningkatan jumlah lemak disekitar pinggang meningkatkan risiko terserang penyakit jantung dan diabetes mellitus. Adanya timbunan lemak, terutama pada bagian intraabdominal menyebabkan peningkatan kadar kolesterol.


(19)

Timbunan lemak ini biasanya disebut obesitas sentral. (United States of Preventive Service Task Force, 2012).

Obesitas adalah suatu kelainan metabolik yang ditandai dengan penimbunan lemak berlebih pada tubuh dan merupakan faktor risiko terbesar diabetes melitus (DM) tipe 2 (World Health Organization; 2014, Porth and Matfin, 2009). Penderita kelebihan berat badan di dunia pada tahun 2008 mencapai 1,4 miliar jiwa, dan dari angka kejadian tersebut sekitar 200 juta jiwa laki - laki dan 300 juta jiwa perempuan mengalami obesitas (World Health Organization, 2014). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013) diketahui bahwa 19,7% laki - laki dan 32,9% perempuan di Indonesia mengalami obesitas. Berdasarkan data angka kejadian obesitas di dunia dan di Indonesia tersebut, diketahui bahwa wanita lebih berisiko mengalami obesitas dibandingkan pria. Perbedaan hormonal antara pria dan wanita menjadi salah satu penyebab wanita lebih berisiko mengalami obesitas (Khokhar, Sharda, dan Kaur, 2010; Cleg dan Woods, 2004).

Angka penyandang DM di dunia mencapai 239,3 juta jiwa pada tahun 2010 dan diperkirakan akan meningkat hingga 300 juta jiwa pada tahun 2020. Dari angka kejadian DM di dunia tersebut, sekitar 90% - 95% total penyandang DM menderita DM tipe 2, dan hampir 90% penyandang DM tipe 2 mengalami obesitas (Arisman, 2013; Adnan, Mulyati, dan Isworo, 2013; Sherwood, 2011). Jumlah pengidap DM di Indonesia pada tahun 2030 mencapai 21,257 ribu jiwa dan di Kota Yogyakarta jumlah kasus DM pada tahun 2012 yaitu sekitar 7434 kasus (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013;


(20)

Arisman, 2013; Adnan, dkk, 2013). DM tipe 2 dapat dideteksi melalui pemeriksaan glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu, dan HbA1c. HbA1c sering digunakan dan direkomendasikan dalam penilaian terhadap status DM tipe 2 (American Diabetes Association, 2010). HbA1c adalah hemoglobin terglikosilasi yang dapat mengukur konsentrasi glukosa di dalam plasma dalam jangka waktu yang lama (3 bulan sebelumnya) (Dinsmoor, 2014; Reinhold and Earl, 2014).

Pada kondisi obesitas sentral terjadi peningkatan asam lemak bebas di dalam sirkulasi darah. Asam lemak ini dimetabolisme oleh hati menjadi kolesterol darah, yaitu: HDL dan LDL. Tingginya kadar kolesterol darah merupakan salah satu faktor risiko CVD. Rasio lipid yang bisa dipakai sebagai prediktor CVD adalah kolesterol total/HDL dan LDL/HDL. Kolesterol total/HDL dan LDL/HDL merupakan agen aterogenik yang dapat menyebabkan terjadinya atherosklerosis (Ebbert and Jensen, 2013; Enomoto, Adachi, Hirai, Fukami, Satoh, Otsuka, et al., 2011).

Pemilihan responden wanita dalam penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa alasan, yaitu: Kejadian obesitas di dunia dan Indonesia lebih banyak dialami oleh wanita (World Health Organization, 2014; Riset Kesehatan Dasar, 2013). Range usia responden termasuk kategori dewasa pertengahan (40-60 tahun). Wanita yang berusia 40-59 tahun berisiko tiga kali lebih besar mengalami obesitas abdominal dan rendahnya kadar HDL dibandingkan pria (Ervin, 2009; Gray, Lee, Sesso, and Batty, 2011; Santrock, 2004).


(21)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara LP dan RLPP terhadap HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya wanita dewasa sehat Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta untuk memprediksi risiko terkena penyakit kardiometabolik tersebut melalui pengukuran LP, RLPP dan HbA1c.

1. Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan :

a. “Association Between Waist Circumference and the Serum Triacylglcerol Status in Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM)” (Srinivasan, Joshi, Raghavan, 2013).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Srinivasan et al. (2013), bertujuan untuk menemukan hubungan antara antropometri dan dislipidemia, dengan membandingkan dengan nilai triasilgliserol. Yang diukur pada penelitian ini yaitu Lingkar Pinggang (LP), Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP), nilai serum triasilgliserol (TAG)


(22)

dan (HbA1c). Hasil penelitian ini ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara LP dan nilai TAG (p-value = 0.030), antara nilai TAG dan nilai HbA1c (p-value = 0,038) dengan akurasi yang lebih besar untuk mendukung lingkar pinggang, maka dari itu didapat kesimpulan yaitu hal ini menggambarkan fakta bahwa alat/ pita pengukur sederhana yang digunakan dalam mengukur lingkar pinggang, terbukti berguna dan efektif dalam pendekatan diagnostik yang hemat biaya untuk memantau komplikasi metabolik DM tipe 2. b. “A Systematic Review of Waist-to-Height Ratio as a Screening Tool

for the Prediction of Cardiovascular Disease and Diabetes: 0·5 Could be a Suitable Global Boundary Value” (Browning, Hsieh, and Ashwell, 2010).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Browning et al. (2010), bertujuan untuk mengetahui rasio pinggang tinggi badan (WHtR) dan lingkar pinggang (WC) atau BMI sebagai prediktor diabetes dan CVD. Pada penelitian ini ditemukan bahwa Dua puluh dua calon analisis menunjukkan bahwa WHtR dan WC adalah prediktor signifikan dari hasil kardiometabolik dibandingkan dengan BMI.

c. “Obesity Index That Better Predict Metabolic Syndrome: Body Mass Index, Waist Circumference, Waist Hip Ratio, or Waist Height Ratio” (Bener, Yousafzal, Darwish, Al-Hamaq, Nasralla, Abdul-Ghani, 2013).


(23)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Bener, et al. (2013), bertujuan untuk membandingkan body mass index (BMI), waist circumference (WC), waist hip ratio (WHR), dan waist height ratio (WHtR) untuk mengidentifikasi prediktor terbaik dari sindrom metabolik antara orang dewasa di Qatar menggunakan metode cross-sectional. Hasilnya Lingkar pinggang pada titik cut-off dari 99,5 cm pada pria dan 91 cm pada wanita terjadi menjadi prediktor terbaik dari sindrom metabolik pada populasi Qatar. Menggunakan nilai cut-off tradisional dari 102 cm untuk pria dan 88 cm pada wanita seperti yang direkomendasikan oleh kriteria ATPIII untuk wilayah Arab mungkin mengakibatkan penaksiran terlalu rendah pada laki-laki dan terlalu tinggi di kalangan perempuan. Dari perbedaan tersebut, mereka menyarankan bahwa kriteria WHO, IDF, dan ATPIII untuk obesitas mungkin tidak sesuai untuk memprediksi risiko pada populasi orang dewasa Qatar.

d. “Korelasi Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Terhadap HbA1c Pada Staf Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” (Sudaryanto, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi LP dan RLPP terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma. Hasil dari penelitian ini yaitu LP mempunyai korelasi negatif tidak bermakna dengan kekuatan sangat lemah (r=0,0008; p=0,764) dan RLPP mempunyai korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan sangat lemah (r=0,002; p=0,686) terhadap kadar


(24)

HbA1c pada staf wanita kampus I, II, III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

e. “Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah” (Lipoeto, 2007).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lipoeto (2007), bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai antropometri yakni Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkaran Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (RLPP) dengan kadar glukosa darah pada orang dewasa. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah penderita obesesitas berdasarkan IMT (lebih dari 25) adalah 34,3%, berdasarkan LP berjumlah 38,6% dan berdasarkan RLPP berjumlah 24,4%. Dari hasil analisa korelasi didapatkan nilai korelasi (r) kadar glukosa darah dengan BMI adalah 0,101 (p>0,05), dengan LP adalah 0,168 (p>0,05) dan dengan RLPP adalah 0,186 (p>0,05).


(25)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberi informasi mengenai korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

b. Manfaat Praktis Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul diharapkan mampu menjadi metode baru bagi segala lapisan masyarakat, yang mudah dan praktis, dalam mendeteksi HbA1c sebagai penanda risiko penyakit kardiovaskular.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.


(26)

9 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Antropometri

Antropometri merupakan studi tentang pengukuran tubuh manusia yang meliputi berbagai bidang pengukuran tubuh manusia, misalnya : Berat badan (weight), tinggi (height), ukuran tubuh (size), termasuk ketebalan lipatan kulit (skinfold thickness), lingkar (kepala, pinggang, dan tungkai), panjang tungkai (length), dan breadth (bahu, pergelangan tangan) (NHANES, 2013).

1. Lingkar Pinggang

Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk memprediksi adanya timbunan lemak pada daerah intraabdomen, atau sering disebut obesitas sentral, yang merupakan salah satu penanda risiko penyakit kardiovaskular. Cara pengukuran lingkar pinggang yang tepat, dapat dilakukan pada titik tengah antara tulang rusuk terakhir dengan iliac crest. Pita pengukur harus menempel pada kulit, namun tidak sampai menekan dan sebaiknya pengukuran lingkar pinggang dilakukan ketika akhir respirasi (Coulston, Boushey, and Ferruzzi, 2013)

Tabel I. Nilai Ideal Ukuran Lingkar Pinggang (International Diabetes Federation, 2006)

Jenis Kelamin Ukuran LP (cm) Ideal

Pria <90

Wanita <80

Lokasi pengukuran lingkar pinggang adalah tulang panggul atas dan kanan atas krista iliaka (iliac crest). Pita pengukur ditempatkan secara horizontal pada bidang di sekitar perut setinggi krista iliaka (Illiac Crest), dipastikan bahwa


(27)

pita tersebut pas, tetapi tidak menekan perut, dan sejajar dengan lantai (National Institute of Health, 2000).

Gambar 1. Posisi pita pengukur dalam pengukuran lingkar pinggang (National Institute of Health, 2000)

2. Rasio Lingkar Pinggang Panggul

Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP) adalah salah satu jenis pengukuran antropometri yang menunjukkan status kegemukan, terutama obesitas sentral (WHO, 2008) dan merupakan indikator antropometri yang cukup akurat untuk menggambarkan komposisi lemak tubuh yang berkaitan dengan obesitas sentral (Kaulina, 2009).

RLPP merupakan metode untuk membedakan lemak tubuh bagian perut bawah dan pada bagian perut atas atau pinggang. Lemak yang lebih banyak terdapat di bagian bawah disebut obesitas gynoid yang banyak terjadi pada wanita, sebaliknya bila lemak lebih banyak terdapat di bagian perut abdomen maka disebut obesitas android dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Lemak tubuh yang diukur dengan rasio lingkar pinggang - panggul adalah lemak subcutan dan


(28)

visceral. Simpanan lemak subcutan banyak terdapat di bagian pinggul (Gibson, 2005).

Tabel II. Nilai Ideal Rasio Lingkar Pinggang Panggul (WHO, 2008)

Pengukuran RLPP dilakukan dengan mengukur bagian pinggang pada lingkar terkecil, biasanya tepat diatas pusar dan mengukur bagian panggul pada lingkar terbesar mengitari pantat (WHO, 2008).

Gambar 2. Cara Mengukur Rasio Lingkar Pinggang Panggul (Dewar, 2013)

B. Obesitas Sentral

Obesitas sentral sering disebut juga tipe android atau viseral adalah suatu keadaan dimana penimbunan lemak terjadi secara berlebihan dan jauh melebihi normal di daerah abdomen (Nurtanio dan Wangko, 2007). Obesitas sentral terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, seperti tingginya konsumsi minuman beralkohol, kebiasaan merokok, tingginya konsumsi makanan berlemak, tingginya

Jenis Kelamin Ukuran RLPP Ideal

Pria <0,90


(29)

konsumsi fastfood (makanan siap saji), dan rendahnya aktifitas fisik (Sugianti, Elza, 2009). Jika obesitas sentral terjadi selama periode tertentu, energi yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada energi yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, yang kemudian disimpan menjadi lemak. Kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserid di jaringan lemak, selain itu, modernisasi gaya hidup, tingginya asupan kalori, serta rendahnya aktivitas fisik juga merupakan akibat dari meningkatnya obesitas sentral (Andriani, 2012).

Pada obesitas sentral, hubungan obesitas dengan resistensi yaitu kaitannya dalam ketidakseimbangan mediator endotel dalam mengatur agregasi trombosit, fibrinolisis, dan tonus vaskular. Peningkatan faktor resiko akan menyebabkan resiko untuk CVD, stroke, diabetes, dan mortalitas penyakit kardiovaskular semakin meningkat (Kotchen, 2008).

Pada kondisi obesitas sentral terjadi peningkatan asam lemak bebas di dalam sirkulasi darah. Asam lemak ini dimetabolisme oleh hati menjadi kolesterol darah, yaitu: HDL dan LDL. Tingginya kadar kolesterol darah merupakan salah satu faktor risiko CVD. Rasio lipid yang bisa dipakai sebagai prediktor CVD adalah kolesterol total/HDL dan LDL/HDL. Kolesterol total/HDL dan LDL/HDL merupakan agen aterogenik yang dapat menyebabkan terjadinya atherosklerosis (Ebbert and Jensen, 2013; Enomoto, Adachi, Hirai, Fukami, Satoh, Otsuka, et al., 2011).


(30)

Gambar 3. Letak Lemak Viseral dan Lemak Subkutan pada Bagian Abdominal (Katch,2012)

C. HbA1c

HbA1c merupakan kadar glukosa darah yang terikat pada Hb secara kuat dan beredar bersama eritrosit selama masa hidup eritrosit (120 hari). HbA1c adalah bentuk ikatan molekul glukosa pada asam amino valin di ujung rantai beta molekul hemoglobin (ADA, 2011).

ADA (American Diabetic Association) menetapkan nilai normal HbA1c adalah <6,5%, IDF (International Diabetic Federation) juga menetapkan HbA1C <6,5% adalah angka yang paling ideal yang harus dicapai oleh seorang penderita DM. Kadar HbA1C yang rendah bukan berarti penderita DM bebas dari risiko komplikasi, namun tingkat risiko akan lebih rendah dibanding penderita DM dengan kadar HbA1C yang tinggi. Pemeriksaan HbA1C tidak perlu puasa dan dapat diperiksa kapan saja. International Expert Committe menetapkan pentingnya pemeriksaan HbA1C dalam skrining diagnosa penyakit DM (ADA, 2014).


(31)

Hemoglobin A1c (HbA1c) tes memberikan ukuran terpercaya glikemia kronis dan berkorelasi baik dengan risiko komplikasi diabetes jangka panjang, sehingga saat ini dianggap sebagai ujian pilihan untuk pemantauan dan pengelolaan diabetes kronis. Beberapa tahun ini, pengujian HbA1c telah dimasukkan dalam kriteria diagnostik direkomendasikan untuk diagnosis diabetes pada individu hamil oleh ADA (Lippi, 2010).

D. Landasan Teori

Antropometri merupakan studi tentang pengukuran tubuh manusia meliputi Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul (NHANES,2013). Pengukuran Lingkar pinggang dapat digunakan untuk memprediksi adanya timbunan lemak pada daerah intraabdomen (Coulston, et al, 2013). Lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) merupakan salah satu cara untuk mendeteksi obesitas yang merupakan faktor risiko dari diabetes melitus. Diabetes melitus dapat dideteksi dengan menggunakan pengukuran kadar HbA1c. HbA1c merupakan kadar glukosa darah yang terikat pada hemoglobin secara kuat dan beredar bersama eritrosit selama masa hidup eritrosit (120 hari) (ADA,2011).


(32)

E. Hipotesis

Terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Gambar 4. Skema Variabel

Lingkar

Pinggang

HbA1c

Rasio Lingkar


(33)

16 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang/cross sectional. Penelitian observasional analitik digunakan untuk mencari korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek. Rancangan penelitian potong lintang/cross sectional yaitu penelitian dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efek dilakukan dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, artinya, penelitian terhadap subyek dilakukan satu kali saja tanpa adanya tindak lanjut atau pengulangan pengukuran. Rancangan penelitian ini dipilih sebab cocok untuk penelitian klinis, baik deskriptif maupun analitik (Saryono, 2011; Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini dilakukan analisis korelasi antara pengukuran antropometri yang meliputi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar HbA1c. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul bertindak sebagai faktor risiko/faktor penyebab, sedangkan HbA1c sebagai akibat/efek. Penelitian terhadap subyek penelitian dilakukan satu kali saja tanpa tindak lanjut atau pengulangan pengukuran. Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan statistik untuk mengetahui korelasi antara faktor risiko dan faktor efek.


(34)

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : ukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP).

2. Variabel tergantung : HbA1c. 3. Variabel pengacau

a. Terkendali : keadaan puasa, jenis kelamin dan usia responden.

b. Tidak terkendali : gaya hidup atau lifestyle, aktifitas responden, dan keadaan patologis.

C. Definisi Operasional

1. Responden penelitian adalah wanita dewasa sehat dengan rentang usia antara 40–60 tahun di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang bersedia ikut serta dalam penelitian ini, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

2. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar pinggang, lingkar panggul, dan rasio lingkar pinggang panggul. Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu HbA1c.

3. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada bagian atas iliac crest secara horizontal mengelilingi abdomen. Pita pengukur harus menempel pada kulit, namun tidak sampai menekan. Hasil pengukuran dinyatakan dalam sentimeter (cm) (gambar 1, hal.10).


(35)

4. Pengukuran lingkar panggul dapat dilakukan pada bagian terbesar panggul mengitari bagian pantat. Hasil pengukuran dinyatakan dalam sentimeter (cm) (gambar 2, hal.11).

5. Perhitungan rasio lingkar pinggang-panggul dilakukan dengan membagi nilai lingkar pinggang dengan nilai lingkar panggul.

�� � �� � � �� ��� ��� ��� = �� ���� ���� � �� � ��� ��� �� ���

6. Nilai HbA1c diperoleh dari hasil pemeriksaan di Laboratorium Paramitha Yogyakarta yang dinyatakan dalam %.

7. Kriteria lingkar pinggang pada wanita dewasa menurut International Diabetes Federation (2006) yaitu LP <80 cm

8. Kriteria rasio lingkar pinggang-panggul pada wanita dewasa menurut World Health Organization (2008) RLPP <0,85.

9. Kriteria puasa yang digunakan dalm penelitian ini adalah responden tidak makan dan minum, tetapi diperbolehkan untuk mengkonsumsi air mineral (berdasarkan wawancara).


(36)

D. Responden Penelitian

Responden penelitian yaitu wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah wanita dewasa sehat dengan rentang usia antara 40-60 tahun, bersedia menandatangani informed consent, dan bersedia berpuasa selama 10-12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah. Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah mengidap penyakit-penyakit degeneratif seperti DM dan kardiovaskular, obese, memiliki Hb1Ac ≥6,5% mengkonsumsi obat-obatan penurun kadar lipid dan kadar glukosa, menggunakan alat kontrasepsi implant, dan hamil. Profil masyarakat disana sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh, dimana tingkat pengetahuan masyarakat akan kesehatan masih rendah.

Subyek penelitian dipilih dengan menggunakan teknik non-random sampling. Besarnya sampel didapat dari data jumlah keseluruhan warga Desa Kepuharjo sebanyak 2.209 penduduk yang terbagi dalam 5 dusun, yaitu Dusun Kepuh, Dusun Pagerjurang, Dusun Kaliadem, Dusun Kopeng, Dusun Batur, Dusun Petung, dan Dusun Manggong. Responden yang digunakan dalam penelitian ini selain Dusun Manggong dan Dusun Kopeng. Data keseluruhan yang telah diperoleh kemudian diurutkan menurut umur 40-60 tahun dan didapat populasi sebanyak 120 responden, namun hanya 100 responden yang menandatangani informed consent dan bersedia untuk dilakukan pengukuran dan pengambilan darah.


(37)

Gambar 5. Skema Pencarian Responden

Responden wanita yang dihitung dalam penelitian (n = 45 orang) 5 reponden wanita terdiagnosa Diabetes melitus menurut kriteria IDF karena

memiliki nilai HbA1c ≥ , % Mengikuti 5 kali pengambilan data (50 reponden wanita dan 50 reponden pria)

Bersedia berpuasa selama 10-12 jam dan menandatangani informed consent (n = 100)


(38)

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Pengambilan data yang dilakukan di Balai Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2015 dan di Gedung Serba Guna Huntap Pagerjurang pada tanggal 18 Juni 2015 dan 19 Juni 2015.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Antropometri sebagai Prediktor Penyakit Kardiovaskular pada Masyarakat Pedesaan”. Penelitian ini telah memperoleh ijin dari komisi etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan KE/FK/502/EC Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Penelitian payung ini bertujuan untuk mengkaji korelasi antara pengukuran antropometri terhadap kadar HbA1c, rasio lipid, Hs-Crp dan Lipoprotein (a). Penelitian ini dilakukan berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 10 orang dan dengan kajian yang berbeda beda. Pada penelitian kali ini peneliti hanya mengkaji korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap HbA1c pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.


(39)

G. Teknik Sampling

Teknik sampling pada penelitian ini adalah non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Pengertian non-random sampling adalah tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden, ada kriteria-kriteria tertentu yang dinyatakan dalam kriteria-kriteria inklusi dan eksklusi. Jenis penelitian purposive sampling adalah sampling berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2010). Jumlah responden yang ikut dalam penelitian ini 45 orang, dan jumlah ini telah mencukupi kebutuhan sampel untuk metode korelasi yaitu sebanyak 30 sampel tiap kelompok (Umar, 2007).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita pengukur merk Butterfly® untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul responden, informed consent, dan leaflet. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar HbA1c adalah Cobas C 501®.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi mengenai jumlah penduduk di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, serta mencari tempat atau lokasi yang cocok untuk melakukan pengukuran antropometri.


(40)

2. Permohonan izin dan kerjasama

Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Penelitian ini telah memperoleh ijin dari komisi etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan KE/FK/502/EC Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Permohonan izin yang selanjutnya izin ke Kecamatan Cangkringan, Desa Kepuharho, Sleman, Yogyakarta agar dapat memperoleh izin untuk melibatkan penduduk wanita dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta dalam penelitian.

Permohonan kerjasama pertama diajukan ke bagian Laboratorium Paramitha Yogyakarta untuk pengambilan dan analisis darah. Permohonan kerjasama kedua diajukan kepada responden penelitian dengan menggunakan informed consent.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet

a. Informed consent. Merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon responden untuk ikut terlibat di dalam penelitian. Informed consent disusun berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

b. Leaflet. Digunakan untuk membantu responden dalam memahami gambaran penelitian ini. Konten/isi dari leaflet yaitu tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi responden, pengukuran antropometri meliputi pengukuran


(41)

lingkar pinggang, rasio lingkar panggul-panggul, serta pemeriksaan laboratorium yaitu HbA1c.

4. Pencarian responden

Waktu pencarian responden dilakukan mendapatkan izin dari Camat Cangkringan untuk memperoleh informasi mengenai penduduk di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang masuk kriteria inklusi. Pencarian responden dilakukan dengan memberikan penawaran kepada penduduk di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Calon responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian akan diberikan informed consent, yang selanjutnya diisi dan ditandatangani oleh responden sebagai bukti kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Responden juga kemudian diberi informasi mengenai tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, dan diingatkan untuk berpuasa selama 10-12 jam.

5. Validasi, reabilitas, dan kalibrasi instrumen penelitian

Instrument yang divalidasi adalah pita pengukur merk Butterfly®. Validasi dilakukan di Balai Meterologi Yogyakarta dan reabilitas dilakukan pada subyek yang memiliki kriteria sama dengan kriteria inklusi pada penelitian ini. Suatu alat kesehatan dapat dikatakan baik apabila memenuhi nilai koefisien variansi sebesar <5% (lampiran 7).

6. Pengukuran parameter antropometri dan pengambilan darah

Parameter yang diukur oleh peneliti adalah lingkar pinggang, lingkar panggul dan rasio lingkar pinggang-panggul, sedangkan pengambilan darah responden untuk pengukuran nilai HbA1c dilakukan oleh tenaga ahli dari


(42)

Laboratorium Paramitha Yogyakarta. Pengukuran parameter ini dilakukan di Balai Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Responden diingatkan sehari sebelumnya untuk berpuasa 10-12 jam sebelum dilakukan pengukuran parameter.

a. Lingkar pinggang. Pengukuran Lingkar Pinggang dilakukan dengan menggunakan meteran merk Butterfly®. Peneliti meminta responden untuk mengangkat baju yang dikenakan sedikit ke atas dan sedikit menurunkan celana / bawahan yang digunakan, lalu meteran dilingkarkan secara horizontal di pinggang dengan posisi responden dalam keadaan tegak.

b. Lingkar panggul. Pengukuran lingkar panggul dilakukan dengan menggunakan meteran merk Butterfly®. Peneliti melingkarkan meteran secara horizontal di bagian panggul dengan posisi responden masih dalam keadaan berdiri tegak. c. Rasio lingkar pinggang panggul. Pengukuran rasio lingkar pinggang panggul

dilakukan dengan membagi lingkar pinggang dengan lingkar panggul.

7. Pembagian hasil pemeriksaan laboratorium dan pengukuran antropometri

Hasil pemeriksaan laboratorium dimasukkan ke dalam amplop. Hasil pemeriksaan dibagikan secara langsung kepada responden dan disertai dnegan penjelasan singkat terkait hasil yang dimiliki responden.

8. Pengolahan Data

Pengolahan dilakukan dengan menggunakan komputerisasi dengan taraf kepercayaan 95%. Data yang diperoleh akan dikelompokkan sesuai kategori dan selanjutnya data dianalisis secara statistik oleh CEBU.


(43)

J. Analisis Data

Data dihitung secara statistik dengan taraf keperayaan 95%. Sebelum uji korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk melihat distribusi data. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, karena sampel <50 responden yaitu 45 responden. Suatu data dikatakan normal bila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Setelah uji normalitas, maka dilakukan uji komparatif/perbandingan dan uji korelasi.

Uji komparatif dilakukan pada responden wanita antara HbA1c pada kelompok dengan nilai LP ≤80 cm dengan kelompok dengan nilai LP >80 cm dan antara HbA1c pada kelompok dengan nilai RLPP <0,85 dengan kelompok dengan nilai RLPP ≥0,85. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t tidak berpasangan karena data terdistribusi normal.

Langkah selanjutnya uji korelasi menggunakan uji Pearson karena data terdistribusi normal dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% dan data mempunyai korelasi yang bermakna jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (p>0,05) (Dahlan, 2012).


(44)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Karakteristik Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah wanita dewasa sehat dengan rentang usia antara 40–60 tahun di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Profil karateristik 45 responden kemudian dianalisis secara statistik yang meliputi usia, lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) dan HbA1c. Analisis statistik perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik data yang didapat. Sebelum dilakukan uji hipotesis (uji korelasi), maka perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas bertujuan untuk melihat normalitas sebaran data. Uji normalitas yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan uji Shapiro-Wilk. Menurut Dahlan (2012), jika jumlah data (n) <50, maka uji normalitas digunakan uji Shapiro-Wilk.

Tabel III. Profil Karakteristik Responden

Karakteristik Wanita (n=45) p

Usia (tahun) 44,53(40,00-52,50)** 0,031 Lingkar Pinggang (cm) 81,11±10,007* 0,116 Rasio Lingkar Pinggang Panggul 0,83(0,70-1,00)** 0,022

HbA1c 5,39±0,235* 0,263

Hemoglobin 13,7(9,5-15,7)** 0,010

HbA1c pada kelompok LP <80 cm 5,35±0,241* 0,282 HbA1c pada kelompok LP ≥80 cm 5,44±0,223* 0,128 HbA1c pada kelompok RLPP <0,85 5,34±0,217* 0,125 HbA1c pada kelompok RLPP ≥0,85 5,48±0,248* 0,271 ** Nilai signifikansi <0,05 berarti tidak terdistribusi normal (Median (minimum-maksimum))


(45)

1. Usia

Pada penelitian ini melibatkan responden yaitu wanita dewasa sehat dengan rentang usia antara 40–60 tahun di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Data usia responden diuji normalitasnya dengan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, karena sampel <50 responden yaitu 45 responden dengan taraf kepercayaan 95%. Rerata usia responden pada penelitian ini adalah 44,53 tahun dengan simpangan deviasi (SD) sebesar 3,375. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,031 yang berarti data umur responden tidak terdistribusi normal. Ukuran pemusatan umur dinyatakan dengan median yaitu 45,00 tahun dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 40,00-52,50. Distribusi usia responden dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Histogram Distribusi Usia Responden

Range umur yang digunakan di dalam penelitian ini tergolong ke dalam kategori dewsa pertengahan.


(46)

2. Lingkar Pinggang

Analisis statistik data penelitian menunjukkan lingkar pinggang responden memiliki nilai rerata 81,11 cm dengan nilai minimum 64 cm dan nilai maksimum 104 cm. Nilai rerata LP termasuk nilai yang tidak normal karena nilai normal LP pada wanita adalah <80 cm. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,116 yang berarti data lingkar pinggang responden terdistribusi normal. Ukuran pemusatan lingkar pinggang dinyatakan dengan median yaitu 80,00 cm dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 81,11±10,007. Distribusi lingkar pinggang responden dapat dilihat pada gambar 7 dan jumlah respoenden yang memiliki lingkar pinggang yang tergolong obesitas atau tidak dapat dilihat pada tabel iv.

Gambar 7. Histogram Distribusi Lingkar Pinggang Responden Tabel IV. Jumlah Responden dengan LP <80 dan LP ≥80 Karakteristik LP <80 cm LP ≥80 cm Total


(47)

3. Rasio Lingkar Pinggang Panggul

Analisis statistik data penelitian menunjukkan rasio lingkar pinggang panggul responden memiliki nilai rerata 0,83 dengan nilai minimum 4,9 dan nilai maksimum 5,9. Nilai rerata RLPP termasuk nilai yang normal karena masuk dalam nilai normal RLPP pada wanita yaitu <0,85. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,022 yang berarti data RLPP responden tidak terdistribusi normal. Ukuran pemusatan rasio lingkar pinggang panggul dinyatakan dengan median yaitu 0,8400 dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 0,70-1,00. Distribusi rasio lingkar pinggang panggul responden dapat dilihat pada gambar 8 dan jumlah respoenden yang memiliki rasio lingkar pinggang panggul yang tergolong obesitas atau tidak dapat dilihat pada tabel v.

Gambar 8. Histogram Distribusi Rasio Lingkar Pinggang Panggul Responden

Tabel V. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85

Karakteristik RLPP <0,85 RLPP ≥0.85 Total


(48)

4. HbA1c

Analisis statistik data penelitian menunjukkan nilai HbA1c memiliki nilai rerata 5,39% dengan nilai minimum 4,9% dan nilai maksimum 5,9%. Nilai rerata HbA1c termasuk nilai yang normal karena masuk dalam nilai normal HbA1c pada wanita yaitu <6,5%. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,263 yang berarti data HbA1c responden terdistribusi normal. Ukuran pemusatan HbA1c dinyatakan dengan median yaitu 5,4% dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 5,39±0,235. Distribusi HbA1c responden dapat dilihat pada gambar 9.


(49)

5. Hemoglobin

Analisis statistik data penelitian menunjukkan nilai hemoglobin (Hb) memiliki nilai rerata 13,7 dengan nilai minimum 9,5 dan nilai maksimum 15,7. Nilai rerata Hb normal karena masuk dalam nilai normal Hb 6g/dL sampai 16g/dL. Nilai Hb normal membuat risiko lenih rendah untuk terjadinya bias pada nilai HbA1c. Hasil uji normalitas menghasilkan signifikansi sebesar 0,010 yang berarti data Hb responden tidak terdistribusi normal. Ukuran pemusatan Hb dinyatakan dengan median yaitu 13,7 dan ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 9,5-15,7. Distribusi Hb responden dapat dilihat pada gambar 10.


(50)

B.Perbandingan Rerata HbA1c pada Responden dengan Lingkar Pinggang <80 cm dan Lingkar Pinggang ≥80 cm

Pada uji komparatif, responden penelitian dibagi menjadi 2 kelompok responden yaitu kelompok responden dengan LP <80 cm dan LP ≥80 cm. Distribusi kadar HbA1c antara kedua kelompok diuji menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data pada kedua kelompok adalah 22 responden (HbA1c dengan LP <80 cm) dan 23 responden (HbA1c dengan LP ≥80 cm). Menurut Dahlan (2012), untuk jumlah data (n) <50 distribusi data diuji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Nilai median kadar HbA1c pada kedua kelompok LP sama yaitu 5,4%. Rerata kadar HbA1c pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan uji hipotesis komparatif dilakukan dengan uji t tidak berpasangan karena data terdistribusi normal (pada kelompok LP <80 cm nilai p=0,234 dan kelompok responden dengan LP ≥80 cm nilai p=0,118 sehingga dapat dikatakan data terdistribusi normal). Data tersebut memiliki distribusi normal dapat dilihat dari nilai signifikansi (p >0,05), sehingga data dapat ditulis mean±SD.

Tabel VI. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan LP <80 dan LP ≥80

Karakteristik LP <80 cm (n = 22)

LP ≥80 cm (n = 23)

p Kadar HbA1c (%) 5,3±0,25 5,4±0,21 0,223* *terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05)

Melalui analisis statistik uji komparatif, uji t tidak berpasangan diperoleh nilai p=0,223 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar HbA1c yang tidak bermakna antara kelompok responden dengan LP ≤80 cm dan kelompok LP >80 cm.


(51)

C.Perbandingan Rerata HbA1c pada Responden dengan RLPP < 0,85 dan RLPP ≥ 0,85

Responden dalam penelitian dielompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok responden dengan RLPP <0,85 dan kelompok responden dengan RLPP ≥0,85. Distribusi kadar HbA1c antara kedua kelompok diuji menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data pada kedua kelompok adalah 29 responden (HbA1c dengan RLPP <0,85) dan 16 responden (HbA1c dengan RLPP ≥0,85). Menurut Ahmad (2011), untuk jumlah data (n) <50 distribusi data diuji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Nilai median kadar HbA1c pada kelompok RLPP <0,85 dan kelompok RLPP ≥0,85 sama yaitu 5,4%. Rerata kadar HbA1c pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan uji hipotesis komparatif dilakukan dengan uji t tidak berpasangan karena data terdistribusi normal (pada kelompok RLPP <0,85 nilai p=0,125 dan kelompok responden dengan RLPP ≥0,85 nilai p=0,271 sehingga dapat dikatakan data terdistribusi normal). Data tersebut memiliki distribusi normal dapat dilihat dari nilai signifikansi (p>0,05), sehingga data dapat ditulis mean±SD.

Tabel VII. Uji Hipotesis Komparatif HbA1c pada Responden dengan RLPP <0,85 dan RLPP ≥0,85

Karakteristik RLPP <0,85 n= 29

RLPP ≥0,85 n= 16

p Kadar HbA1c (%) 5,3±0,22 5,5±0,25 0,811* *terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05)

Melalui analisis statistik uji komparatif, uji t tidak berpasangan diperoleh nilai p = 0,811 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar HbA1c yang tidak bermakna antara kelompok responden dengan RLPP < 0,85 dan kelompok responden dengan RLPP ≥ 0,85.


(52)

D.Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul Responden terhadap HbA1c

Uji korelasi dilakukan untuk melihat korelasi antar variabel yang diuji. Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah LP dan RLPP terhadap kadar HbA1c. Penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson yang dilakukan antara lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul dengan HbA1c. Uji korelasi Pearson digunakan bila data terdistribusi normal dengan nilai p>0,05 (Ahmad,2011). Pada uji korelasi Pearson diperoleh hasil korelasi yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara lingkar pinggang dengan HbA1c. Nilai koefisien yang dihasilkan (r=0,275) dengan nilai signifikansi (p=0,068) yang menunjukkan adanya korelasi yang tidak bermakna.

Pada uji korelasi Pearson antara rasio lingkar pinggang panggul dengan HbA1c menghasilkan nilai koefisien korelasi (r=0,206) yang menunjukkkan adanya korelasi tidak bermakna dengan kekuatan lemah. Nilai signifikansi (p=0,175) juga menunjukkan adanya korelasi tidak bermakna antara rasio ingkar pinggang panggul dengan HbA1c. Hasil korelasi RLPP yang menunjukkan adanya korelasi tidak bermakna dengan kekuatan lemah dapat disebabkan karena adanya kesalahan pengukuran (measurement errors) (cogill, 2003). Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena pada pengukuran RLPP digunakan dua variabel pengukuran, sehingga masing-masing variabel berpontensi memiliki kesalahan (cogill, 2003).


(53)

Tabel VIII. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar HbA1c pada Responden Wanita

Variabel R2 R p

Lingkar Pinggang 0,076 0,275 0,068

Rasio Lingkar Pinggang Panggul

0,042 0,206 0,175

Gambar 11. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap HbA1c


(54)

Pada gambar 10, yaitu diagram korelasi LP terhadap HbA1c hasil sebaran menunjukkan korelasi tidak bermakna dengan kekuatan korelasinya lemah dan arah korelasinya positif. Arah korelasi yang positif menunjukkan bahwa semakin besar LP maka kadar HbA1c akan semakin tinggi. Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0,076 yang berarti bahwa hanya 7,6% data kadar HbA1c yang terpengaruh oleh karena meningkatnya LP, sedangkan sisanya sebesar 92,4% lainnya terpengaruh oleh faktor lain.

Pada gambar 11, yaitu diagram korelasi RLPP terhadap HbA1c hasil sebaran menunjukkan korelasi tidak bermakna dengan kekuatan korelasinya lemah dan arah korelasinya positif. Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0,042 yang berarti bahwa hanya 4,2% data kadar HbA1c yang terpengaruh oleh karena meningkatnya LP, sedangkan sisanya sebesar 95,8% lainnya terpengaruh oleh faktor lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi tidak bermakna antara LP dan RLPP terhadap kadar HbA1c dengan kekuatan korelasinya lemah dan arah korelasinya positif. Menurut penelitian Kumar (2013) yang menunjukkan adanya korelasi yang negatif antara lingkar pinnggang dengan kadar HbA1c(r=-0,01; p<001). Pada penelitian Lipoeto (2007) juga mengungkapkan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah dan antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar glukosa darah. Pada penelelitian yang dilakukan Goudswaard et al. (2010) juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara kegemukan dengan kontrol glikemik (HbA1c).


(55)

Terdapat pula penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian ini yaitu pada penelitian Tsenkova, Carr, Schoeller, and Ryff (2010) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna (p<0,001) antara LP dan RLPP dengan kadar HbA1c dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah (pada LP nilai r=0,164; pada RLPP nilai r=0,157).

Hasil yang tidak sejalan itu dikarenakan pada penelitian Tsenkova, Carr, Schoeller, and Ryff (2010), melibatkan 938 responden, serta usia responden dengan rentang 25-74 tahun. Pada penelitian ini, melibatkan 45 responden dengan rentang usia 40-60 tahun, sehingga memberikan hasil yang berbeda.

Pengukuran lingkar pinggang merupakan metode antropometri yang dapat digunakan untuk memprediksi adanya timbunan lemak pada daerah intraabdomen, atau sering disebut obesitas sentral sedangkan rasio lingkar pinggang panggul adalah suatu langkah pengukuran obesitas abdominal yang lebih rentan terhadap kesalahan pengukuran (Coulston, Boushey, and Ferruzzi, 2013). Palacios, Perez, Guzman, Ortiz, Ayala, and Suarez (2011) menyatakan bahwa pengukuran lingkar panggul tidak selalu akurat karena sulit untuk memastikan lokasi morfologi untuk ukuran ini, sehingga dapat menyebabkan kesalahan pengukuran. Hal lain yang dapat mempengaruhi yaitu perubahan proporsional lingkar pinggang dan lingkar panggul tidak dapat mengubah rasio lingkar pinggang panggul meskipun terjadi perubahan dalam ukuran tubuh. Pernyataan tersebut didukung oleh de koning et al. (2007) yang menyatakan baik individu obesitas dan tidak obesitas dapat memiliki nilai rasio lingkar pinggang


(56)

dan rasio lingkar panggul yang sama, sehingga pengukuran rasio lingkar pinggang panggul lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan pengukuran lingkar pinggang.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adanya korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi lemah antara LP terhadap kadar HbA1c (r=0,275; p=0,068) dan RLPP terhadap kadar HbA1c (r=0,206; p=0,175) pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

B. Saran

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan jumlah responden penelitian yang akan digunakan dihitung menggunakan rumus pengambilan sampel

2. Dilakukan tes gula darah puasa (GDP) terlebih dahulu kepada semua reponden untuk memastikan apakah responden tersebut benar benar puasa atau tidak.


(58)

Daftar Pustaka

Adnan, M., Mulyati, T., dan Isworo, J.T., 2013, Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan di RS Tugurejo Semarang, Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, 2 (1), 19.

Arisman, 2013, Buku Ajar Ilmu Gizi: Obesitas, Diabetes Melitus, Dislipidemia, EGC, Jakarta, hal. 1-39.

American Diabetes Association, 2010, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, ADA, http://care.diabetesjournals.org/content/33/supplement1/ S62.long, diakses tanggal 10 Agustus 2015.

American Diabetes Association, 2011, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care , 62-69.

American Diabetes Association, 2014, Diagnosing Diabetes and Learning About Prediabetes, http://www.diabetes.org/diabetes-basics/diagnosis/, diakses tanggal 25 April 2015.

Andriani, E. & Sofwan, I., 2012, Determinan Status Gizi pada Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Kemas,7 (2): 122-126.

Bener, A., Yousafzal, M. T., Darwish, S., Al-Hamaq, A.O.A.A., Nasralla, E.A., Abdul-Ghani, M., 2013, Obesity Index That Better Predict Metabolic Syndrome: Body Mass Index, Waist Circumference, Waist Hip Ratio, or Waist Height Ratio, Journal of Obesity, p.1.

Browning, L.M., Hsieh, S.D and Ashwell,M., A systematic review of waist-to-height ratio as a screening tool for the prediction of cardiovascular disease and diabetes: 0·5 could be a suitable global boundary value, Nutrition Research Reviews, p.1.

Cleg, D., and Woods, S., 2004, The Physiology of Obesity, Clinical Obstetrics and Gynecology, 47 (4), 967-979.

Cogill, B., 2003, Anthropometric Indicators Measurements Guide, Revised Edition, Food and Nutrition Technical Assistance Project Academy for Educational Development, Washington DC., p.10.

Couslton, A.M., Boushey, C., and Ferruzzi, M., 2013, Nutrition in the Prevention and Treatment of Disease, Academic Press, Massachusetts, p. 447.


(59)

Dahlan, M.S., 2012, Statistik untuk Kedokterran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan SPSS, Edisi 5, Salemba Medika, Jakarta, pp:62-75, 170-175

de Koning, L., Merchant, A.T., Pougue, J., and Anand, S.S., 2007, Waist Circumference and Waist-to-Hip Ratio As Predictors of Cardiovascular Events: Meta-Regression Analysis of Prospective Studies, Europian Heart Journal, 28,850-854.

Dewar, W., 2013, Your Waist-to-Hip Ratio Affects Your Health,

http://www.healthy-options.com/your-waist-to-hip-ratio-affects-your-health/ , diakses tanggal 17 April 2015.

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013, Profil Kesehatan

Daerah IstimewaYogyakarta, DINKES DIY,

http://www.depkes.go.id/downloads/ PROFIL KES PROVINSI 2012/14profilkes.Prov.DIYogyakarta2012.pdf, diakses tanggal 18 Juni 2015.

Dinsmoor, R.S., 2014, HbA1c, Diabetes Self-Management,

http://www.diabetesselfmanagement.com/Articles/DiabetesDefinitions/HbA1 c/, diakses tanggal 9 Oktober 2015.

Ebbert, J.O., and Jensen, M.D., 2013, Fat Depots, Free Fatty Acids, and Dyslipidemia, Nutrients, 5 : 498-508.

Ervin, R.B., 2009, Prevalence of Metabolic Syndrome Among Adults 20 Years of Age and Over, by Sex, Age, Race and Ethnicity, and Body Mass Index: United States 2003–2006, National Health Statistics Reports, 13, 1-8.

Enomoto, M., Adachi, H., Hirai, Y., Fukami, A., Satoh, A.,Otsuka, M., et al., 2011, LDL-C/HDL-C Ratio Predicts Carotid Intima-Media Thickness Progression Better Than HDL-C or LDL-C, Journal of Lipid, 1-6

Gharankhanlou, R., Farzad, B., Agha-Alinejad, H., Steffen, L.M., and Bayati, M., 2012, Anthropometric measures ad predictors of cardiovascular disease risk factor in the urban population of Iran, Arq Bras Cardiol, 98 (2) : 126-135. Gibson, R.S., 2005, Principle of Nutritional Assessment, 2nd edition, Oxford

University Press, New York, pp. 261-262.

Goudswaard, Alex, N., Ronald, P. Stolk, Peter Zuithoff and Guy E.H.M., Rutten, 2004, Patient Characteristics Do Not Predict Poor Glycaemic Control in Type 2 Diabetes Patient Treated in Primary Care, European Journal of Epidemiology, 19(6), 541-545.


(60)

Gray, L., Lee, I.M., H.D., Sesso, G.D., and Batty, 2011, Blood Pressure in Early Adulthood, Hypertension in Middle Age and Future Cardiovascular Disease Mortality, Journal of the American College of Cardiology, 58(23), 2396-2403.

Katch, V., 2012, Beware of Belly Fat,

http://michigantoday.umich.edu/a8399/, diakses 19 Oktober 2015.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Bakti Husada, Jakarta, hal. 4.

Khokhar, K.K., Sharda, S., and Kaur, G., 2010, Corellation Between Leptin Level and Hypertension in Normal and Obese Pre- and Postmenopausal Women, European Journal of Endocrinology, 163 (6), 873-878.

Klein, S.,Allison, D.B.,Heymsfield, S.B.,Kelley, D.E.,Leibel, R.L.,Nonas.,C.,et al.,2007, Waist circumference and cardiometabolic risk: a consensus statement from Shaping America’s Health: Association for Weight Management and Obesity Prevention; NAASO, The Obesity Society for Nutrition; and the America Diabetes Association, 85, 1197-1202.

Kotchen, T.A. 2008. Hypertensive Vascular Disease, In : Harrison’s Principles of Internal Medicine Volume II 17th Edition. New York: McGraw-Hill.

Kumar, A., 2013, Prevalence of Glycemic Status Obesity & Waist Circumference in Punjabi Type 2 Diabetics, Journal of Exercise Science and Physiotherapy, 9(1), 1-5.

Lipoeto, Nur Indrawaty, 2007, Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah, Medika, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Lippi G, Targher G., 2010, Glycated hemoglobin (HbA1c): old dogmas, a new perspective?, UO di Diagnostica Ematochimica, Dipartimento di Patologia e Medicina di Laboratorio, Azienda Ospedaliero-Universitaria di Parma, Parma, Italy., p.1

Munawar, F., Ammarah, Sara, Momina, Munawar, S., and Ahmed, M., 2012, Waist Hip Ratio And Body Mass Index In Women Of Different Age Groups, Pak J Physiol.,8(1), 49-51.

National Institute of Health, 2000, The Practical Guide Identification, Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesity in Adults, NIH Publication, United States, p. 19.

National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), 2013, Anthropometry Procedures Manual, Westat Inc, Washington DC, pp. 1-3.


(61)

Notoadmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 37.

Nurtanio, N., Wangko S., 2007, Resistensi insulin pada obesitas sentral. BIK Biomed, 3(3):89-96.

Palacios, C., Perez, C.M., Guzman, M., Ortiz, A.P., Ayala, A., and Suarez, E., 2011, Association Between Adiposity Indices and Cardiometabolic Risk Factors among Adult Living in Puerto Rico, Public Health Nutr., 14(10), pp.1714-1723.

Porth, C.M., and Matfin, G., 2009, Pathophysiology : Concepts of Altered Health States, 8th Edition, Wolter Kluwe Health, Philadelphia, p. 480.

Reinhold, J.A., and Earl, G., 2014, Clinical Therapeutics Primer: Link to the Evidence for the Ambulatory Care Pharmacist, Jones & Bartlett Learning, Burlington, pp. 153-154.

Santrock, J.W., 2004, Life-Span Development, Ninth Edition, McGraw-Hill, New York.

Saryono, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan : Penuntun Praktis Bagi Pemula, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta, hal. 49.

Sherwood, L., 2011, Fisiologi Kedokteran, Edisi 6, EGC, Jakarta, hal. 781-789. Srinivasan, A., Joshi, P., Raghavan, S.A., 2013, Waist Circumference and the

Serum Triacylglcerol Status in Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM), p.1.

Sudaryanto,Lisa ,2014, Korelasi Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) Terhadap HbA1c Pada Staf Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sugianti, Elza, 2009, Faktor resiko obesitas sentral pada orang dewasa di Sulawesi Utara Gorontalo & DKI Jakarta, Gizi Indon 2009, Fakultas ekologi manusia, Bogor.

Tsenkova, V.K., Carr, D., Schoeller, D.A., and Ryff, C.D., 2010, Perceived Weight Discrimination Amplifies the Link Between Central Adiposity and Non diabetic Glycemic Control (HbA1c), Ann. Behav. Med. (springer), 10(1007), 1-9.

Umar, H., 2007, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 79.


(62)

United State of Preventive Services Task Force, 2012, Screening for and

Management of Obesity in Adult,

http://www.uspreventiveservicestaskforce.org/.../obe, diakses tanggal 15 Oktober 2015.

Welborn, T.A., Dhaliwal, S.S., and Bennett, S.A.,2003, Waist–hip ratio is the dominant risk factor predicting cardiovascular death in Australia, MJA, 179, 580-585.

World Health Organization, 2008, Waist Circumference and Waist-Hip Ratio :

Report of a WHO Expert Consultation,

http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241501491_eng.pdf, diakses tanggal 25 April 2015.

World Health Organization, 2008, Waist Circumference and Waist-Hip Ratio : Report of a WHO Expert Consultation, WHO Library Cataloguing-in-Publication Data, Geneva, p. 27.

World Health Organization, 2013, Cardiovascular Disease, WHO,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/, diakses tanggal 25 April 2015.

World Health Organization, 2014, Obesity and Overweight, WHO, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/, diakses tanggal 9 Oktober 2015.


(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

Lampiran 4. Informed Concent

PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Jenis Kelamin : Usia/Tanggal Lahir :

Alamat : No.Telp/HP : Menyatakan bahwa:

1. Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang berjudul: “Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap HbA1c, hs_CRP dan Lipoprotein A pada pria

dan wanita dewasa sehat di Kecamatan Muntilan Yogyakarta.”

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadraan dan tanpa paksaan dari siapapun, saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian dengan kondisi:

a. Secara sukarela bersedia untuk berpuasa 10-12 jam, diambil darahnya, dan melakukan pengukuran antropometri serta digunakan data mediknya untuk kepentingan penelitian.

b. Bata yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

3. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan keluar dan tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa menyatakan alasan apapun.

Dengan pernyataan ini saya buat sejujur- jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun dan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada saya sebagai suatu tindakan deteksi dini untuk kesehatan pribadi saya.

Yogyakarta, ... Saksi Yang membuat pernyataan, (...) (...)


(68)

(69)

(70)

Lampiran 7. Reliabilitas dan Validasi Instrumen Pengukuan Pita Pengukur Butterfly®


(71)

(72)

(73)

Lampiran 8. Surat Undangan

UNDANGAN PEMERIKSAAN KESEHATAN Dengan hormat,

Dalam rangka kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Gratis, kami mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mengundang warga Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta atas nama:

Bapak/ibu : Umur : Dukuh :

untuk menghadiri acara Pemeriksaan Kesehatan yang akan diselenggarakan pada: hari/tanggal : Sabtu, 30 Mei 2015

tempat : Balai Desa Kepuharjo waktu : 09.00 WIB – selesai

Kami mengharapkan kesediaan bapak/ibu Desa Kepuharjo untuk hadir dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan.

Atas perhatian di sampaikan terima kasih.

Catatan :

1. Diharuskan warga untuk berpuasa selama 10-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan ( puasa makan dan minuman yang manis dimulai dari hari Jumat malam jam 10 malam – jam 9 pagi, dibolehkan minum air putih saat berpuasa).

2. Disediakan makan siang setelah pemeriksaan.

3. Dimohonkan untuk ibu – ibu agar tidak menggunakan daster atau terusan agar memudahkan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan.


(74)

Lampiran 9. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

“Korelasi Antropometri dan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular Pada Masyarakat Pedesaan”

a. Identitas

Nama : ______________________________________________________ Jenis Kelamin : _______________________________________________ Tempat / Tanggal Lahir : ________________________________________ Umur : ______ tahun

Pekerjaan : ___________________________________________________ b. Kondisi Kesehatan *)

1. Riwayat penyakit a. Tidak ada

b. Ada, sebutkan______________________________________________ 2. Status menopause (Untuk perempuan)

a. Sudah b. Belum

3. Menggunakan KB a. Tidak

b. Ya, sebutkan _______________________________________________ 4. Konsumsi obat-obatan rutin

a. Tidak

b. Ya, sebutkan _______________________________________________ 5. Kondisi hamil (Untuk perempuan)

a. Tidak b. Ya


(75)

(76)

Lampiran 11. Dokumentasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul dan pengambilan darah responden


(77)

Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Wanita

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Age 45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%

Descriptives

Statistic

Std. Error

Age Mean 44,53 ,503

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 43,52 Upper Bound 45,55

5% Trimmed Mean 44,41

Median 45,00

Variance 11,391

Std. Deviation 3,375

Minimum 40

Maximum 53

Range 13

Interquartile Range 6

Skewness ,365 ,354

Kurtosis -,524 ,695

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Age ,119 45 ,116 ,944 45 ,031


(78)

Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden Wanita

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

LP 45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

LP Mean 81,11 1,492

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 78,10

Upper Bound 84,12

5% Trimmed Mean 80,81

Median 80,00

Variance 100,146

Std. Deviation 10,007

Minimum 64

Maximum 104

Range 40

Interquartile Range 11

Skewness ,513 ,354

Kurtosis -,128 ,695

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

LP ,120 45 ,108 ,959 45 ,116


(79)

Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang Panggul Responden Wanita

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

RLPP 45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%

Descriptives

Statistic

Std. Error

RLPP Mean ,8339 ,00804

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound ,8177 Upper Bound ,8501

5% Trimmed Mean ,8316

Median ,8400

Variance ,003

Std. Deviation ,05394

Minimum ,72

Maximum 1,03

Range ,31

Interquartile Range ,07

Skewness ,802 ,354

Kurtosis 2,858 ,695

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

RLPP ,094 45 ,200* ,940 45 ,022

a. Lilliefors Significance Correction


(80)

Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Responden Wanita Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

HBA1C 45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%

Descriptives Statistic Std. Error HBA1 C

Mean 5,3933 ,03502

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 5,3228 Upper Bound 5,4639

5% Trimmed Mean 5,3951

Median 5,4000

Variance ,055

Std. Deviation ,23491

Minimum 4,90

Maximum 5,90

Range 1,00

Interquartile Range ,30

Skewness -,126 ,354

Kurtosis -,247 ,695

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

HBA1C ,156 45 ,008 ,969 45 ,263


(81)

Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Hemoglobin Responden Wanita

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Hb 45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Hb Mean 13,664 ,1828

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 13,296

Upper Bound 14,033

5% Trimmed Mean 13,748

Median 13,700

Variance 1,504

Std. Deviation 1,2264

Minimum 9,5

Maximum 15,7

Range 6,2

Interquartile Range 1,4

Skewness -1,091 ,354

Kurtosis 2,225 ,695

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hb ,138 45 ,030 ,931 45 ,010


(1)

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Lingkar

Pinggang ≥80 cm dan <80 cm

Case Processing Summary

KelompokLP Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

HBA1C dim ension1

normal 22 100,0% 0 ,0% 22 100,0%

obesitas 23 100,0% 0 ,0% 23 100,0%

Descriptives

KelompokLP Statistic Std. Error

HBA1C normal Mean 5,3455 ,05334

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 5,2345

Upper Bound 5,4564

5% Trimmed Mean 5,3404

Median 5,4000

Variance ,063

Std. Deviation ,25019

Minimum 4,90

Maximum 5,90

Range 1,00

Interquartile Range ,43

Skewness ,129 ,491

Kurtosis -,475 ,953

obesitas Mean 5,4391 ,04478

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 5,3463

Upper Bound 5,5320

5% Trimmed Mean 5,4476

Median 5,4000

Variance ,046

Std. Deviation ,21477

Minimum 4,90


(2)

Range ,90

Interquartile Range ,30

Skewness -,289 ,481

Kurtosis ,702 ,935

Tests of Normality

KelompokLP Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

HBA1C dim ension1

normal ,177 22 ,071 ,944 22 ,234

obesitas ,181 23 ,049 ,931 23 ,118


(3)

Lampiran 18. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Rasio

Lingkar Pinggang Panggul ≥0,85 dan <0.85

Case Processing Summary

KelompokRLPP

Cases

Valid

Missing

Total

N

Percent

N

Percent

N

Percent

HBA1C

normal

29

100,0%

0

,0%

29

100,0%

obesitas

16

100,0%

0

,0%

16

100,0%

Descriptives

KelompokRLPP

Statistic Std. Error

HBA1C normal

Mean

5,3448

,04019

95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound

5,2625

Upper Bound

5,4272

5% Trimmed Mean

5,3481

Median

5,4000

Variance

,047

Std. Deviation

,21644

Minimum

4,90

Maximum

5,70

Range

,80

Interquartile Range

,40

Skewness

-,242

,434

Kurtosis

-,865

,845

obesitas

Mean

5,4813

,06206

95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound

5,3490

Upper Bound

5,6135

5% Trimmed Mean

5,4903

Median

5,4000

Variance

,062

Std. Deviation

,24824

Minimum

4,90

Maximum

5,90


(4)

Interquartile Range

,35

Skewness

-,323

,564

Kurtosis

,795

1,091

Tests of Normality

KelompokRLPP

Kolmogorov-Smirnov

a

Shapiro-Wilk

Statistic

df

Sig.

Statistic

df

Sig.

HBA1C

normal

,187

29

,011

,944

29

,125

obesitas

,191

16

,123

,933

16

,271

a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 19. Uji Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok Lingkar

Pinggang ≥80 cm dan <80 cm

Group Statistics

KelompokLP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

HBA1C

dim ension1

normal 22 5,3455 ,25019 ,05334

obesitas 23 5,4391 ,21477 ,04478

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error Differen

ce

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

HB A1C

Equal variances assumed

1,530 ,223 -1,350

43 ,184 -,09368 ,06941 -,23365 ,04630

Equal variances not assumed

-1,345

41,40 2


(5)

Lampiran 20. Uji Perbandingan Rerata HbA1c Pada Kelompok Rasio

Lingkar Pinggang Panggul ≥0,85 dan <0,85

Group Statistics

KelompokRLPP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

HBA1C

dim ension1

normal 29 5,3448 ,21644 ,04019

obesitas 16 5,4813 ,24824 ,06206

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error Differen

ce

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

HB A1 C

Equal variances assumed

,058 ,811 -1,92 1

43 ,061 -,13642 ,07102 -,27964 ,00680

Equal

variances not assumed

-1,84 5

27,6 19


(6)

Lampiran 21. Uji Korelasi Pearson Lingkar Pinggang terhadap HbA1c

Correlations

HBA1C LP

HBA1C Pearson Correlation 1 ,275

Sig. (2-tailed) ,068

N 45 45

LP Pearson Correlation ,275 1

Sig. (2-tailed) ,068

N 45 45

Lampiran 22. Uji Korelasi Pearson Rasio Lingkar Pinggang Panggul

terhadap HbA1c

Correlations

HBA1C RLPP

HBA1C Pearson Correlation 1 ,206

Sig. (2-tailed) ,175

N 45 45

RLPP Pearson Correlation ,206 1

Sig. (2-tailed) ,175


Dokumen yang terkait

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta.

4 38 99

Korelasi pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar lipoprotein (a) pada wanita dewasa sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta.

0 7 115

Hubungan rasio lingkar pinggang-tinggi badan pria dewasa terhadap risiko penyakit kardiovaskular di desa Kepuharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta.

1 2 45

Korelasi rasio lingkar pinggang tinggi badan wanita dewasa terhadap risiko penyakit kardiovaskular di Desa Kepuharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta.

0 2 47

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap HbA1c pada karyawan pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma.

1 3 102

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap kadar HS-CRP dalam darah pada wanita dewasa di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta.

0 0 120

Korelasi Lingkar Pinggang (LP) dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 7

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap rasio lipid pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 4 7

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap rasio lipid pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 4 129

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap rasio lipid pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

0 1 127