EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMK ETHIKA PALEMBANG

SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

YUSI APRILIA NIM. 09 22 1074

Program Studi Tadris Matematika FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2013

Hal : Pengantar Skripsi

Kepada Yth.

Lamp. : -

Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang Di Palembang

Assalamualaikum Wr. Wb. Setelah melalui proses bimbingan, arahan dan koreksian baik dari segi isi maupun teknik penulisan terhadap skripsi saudara : Nama

: Yusi Aprilia NIM

: 09221074 Program : S1 Tadris Matematika Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Team Asissted Individualization Terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Matematika di Kelas X SMK Ethika Palembang

Maka, kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara tersebut dapat diajukan dalam Sidang Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palembang, September 2013

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMK ETHIKA PALEMBANG

Yang ditulis oleh saudari YUSI APRILIA, NIM. 09221074 telah dimunaqosyahkan dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Pada tanggal 27 November 2013

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Palembang, 27 November 2013 Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Panitia Penguji Skripsi

ABSTRAK

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk membuat pembelajaran lebih efektif. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization efektif terhadap hasil belajar siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas X SMK Ethika Palembang. Populasi dalam penelitian ini seluruh peserta didik kelas X SMK Ethika Palembang Tahun Ajaran 2012/2013, pada pengambilan sampel digunakan metode cluster random sampling, diperoleh kelas X.AK 1 sebagai kelas eksperimen dan X.AK 2 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, pada desain penelitian, peneliti membandingkan subjek yang mendapatkan perlakuan (kelas eksperimen) dan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan (kelas kontrol). Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan berupa metode observasi dan metode tes. Dari hasil observasi menunjukkan aktivitas peserta didik pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization semakin membaik pada setiap pertemuan. Sedangkan

metode tes diberikan sebelum perlakuan (pre test) dan sesudah perlakuan (post test), tes tersebut diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum tes tersebut diberikan, terlebih dahulu tes diuji validitas dan uji reliabilitas pada kelas di luar sampel penelitian. Hasil belajar siswa dari kedua kelompok diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 77,08 dan nilai rata-rata kelompok kontrol adalah

68.86. Analisis data yang pergunakan adalah uji t, dari hasil penelitian diperoleh 𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =2,1763 dengan 𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,68. Karena 𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka dengan demikian pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization efektif terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.

Kata-kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization, Matematika, Hasil Belajar Siswa.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia. Dengan demikian urusan pertama pendidikan adalah manusia. Perbuatan mendidik diarahkan kepada manusia untuk mengembangkan potensi-potensi dasar manusia agar menjadi nyata. Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia yang perlu diperhatikan, bahwa pendidikan akan berhasil dengan maksimal manakala setiap elemen dari pendidikan senantiasa memegang teguh tujuan pendidikan nasional. Dalam Pasal

1 butir 1 Undang-undang Sisdiknas merumuskan dengan jelas tentang pengertian pendidikan, yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara”.

Dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan, pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah hendaknya menarik, menyenangkan, membangkitkan minat dan menantang siswa untuk semangat mengikuti pembelajaran matematika, untuk itu seorang guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bervariasi sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa, karena matematika sebagai suatu mata

pelajaran di sekolah dinilai memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Russefendi (1992:52) menyatakan matematika diajarkan di sekolah karena, Matematika dapat membantu bidang studi lain seperti IPA, arsitektur, kedokteran, geografi, ekonomi, pendidikan manajemen, psikologi, dan analisa. Dengan demikian diharapkan agar pembelajaran Matematika yang diberikan di semua jenjang persekolahan akan mempunyai kontribusi berarti bagi semua peserta didik, khususnya dalam mengatasi persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan berhitung, mengukur, dan menyampaikan informasi dengan bahasa matematika, seperti penyajian persoalan atau masalah kedalam model matematika yang dapat berupa tabel, diagram grafik dan lain-lain.

Matematika merupakan salah satu ilmu yang dikaruniakan Allah SWT kepada umat manusia untuk memahami dunia. Banyak ayat Al-Qur'an yang mengungkapkan berulang kali tentang pengetahuan yang suci. Hal ini mencerminkan adanya alasan intelektual yang digunakan untuk mencari yang paling baik. Al-Qur'an sebagai simbol Islam menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak dapat dipisahkan. Demikian juga Matematika dan agama merupakan satu-kesatuan. Hal ini terangkum dalam Q.S. Yunus ayat: 5 dan Q.S. Al-Qamar ayat : 49, yang berbunyi: Artinya: “ Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, Dan

Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”

(Q.S. Yunus ayat: 5).

Artinya : “Sungguh Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (Q.S. Al- Qamar ayat : 49).

Allah memberikan motivasi kepada kita untuk selalu mengkaji, membaca, dan menganalisis apa yang telah kita lihat dan kita rasakan di sekeliling kita. Dalam hal ini Islam mendukung terbentuknya manusia yang berkualitas. Segala bentuk pengetahuan merupakan sebuah misi suci sejauh pengetahuan tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pewahyuan. Oleh karena itu, sangat jelaslah bahwa Al- Qur’an menunjukkan pentingnya menguasai ilmu yang dapat digunakan untuk urusan dunia.

Pembelajaran matematika sekolah menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (Depdiknas, 2006:1) bertujuan untuk mengembangkan matematika dengan harapan tercapainya hal-hal sebagai berikut; (1). menunjukan pemahaman konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2). mempunyai kemampuan pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3). mempunyai sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat dicapai apabila kegiatan pembelajarannya terlaksana dengan efektif dan efisien, akan tetapi pada kenyataannya proses pembelajaran di sekolah saat ini tidak selalu efektif

mengingat setiap siswa mempunyai taraf berpikir yang berbeda dan adanya kesulitan siswa dalam memecahkan suatu masalah, maka dengan keterampilan dan keahlian yang dimiliki seorang guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat agar siswa menguasai pelajaran sesuai dengan target yang akan dicapai dalam kurikulum. Rusman (2011:105) menyatakan, Suatu realita sehari-hari, di dalam suatu ruang kelas ketika pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung, tampak beberapa atau sebagian besar siswa belum melakukan kegiatan belajar sewaktu guru mengajar. Selama kegiatan pembelajaran guru belum memperdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pembelajaran berikutnya. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa belum mampu memahami fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan gagasan inovatif lainya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Dari hasil wawancara informal terhadap guru matematika di SMK Ethika Palembang, yang ditujukan bagi siswa sama seperti permasalahan pembelajaran matematika pada umumnya, yaitu: (1). Masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan saat pembelajaran; (2). Masih terdapat siswa yang tidak mau bertanya ketika diberikan kesempatan bertanya oleh guru; (3). Masih terdapat siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran; (4). Siswa yang pandai lebih mendominasi dalam pembelajaran maupun pengerjaan soal. Sementara untuk pelajaran Matematika di kelas X semester genap SMK Ethika Palembang, peneliti mengambil materi tentang program linier, dimana menurut guru Matematika SMK

Ethika Palembang permasalahan dalam pelajaran program linier, diantaranya: adanya kesulitan bagi siswa untuk mengubah soal cerita kedalam bentuk model matematika, kesulitan bagi siswa dalam menentukan daerah penyelesaian dari Sistem pertidaksamaan linier, serta kesulitan siswa dalam menentukan nilai optimum. Kesulitan-kesulitan itu dialami siswa disebabkan siswa kurang mampu memahami dan menganalisa bentuk soal, serta kurangnya keterampilan siswa dalam memahami dan mengerti implikasi dari semua pernyataan yang memenuhi syarat-syarat tertentu serta metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi program linier itu menggunakan metode tanya jawab, penugasan, dan ceramah.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas maka model pembelajaran kooperatif tipe Team Asissted individualization dipandang relevan sebagai cara untuk mengatasi masalah di atas. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Asissted individualization merupakan salah satu pemecahan masalah yang sering dilakukan serta bisa meningkatkan kualitas individu, karena model pembelajaran ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model pembelajaran kooperatif tipe Team Asissted individualization ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru dan model pembelajaran ini akan membentuk siswa untuk bisa lebih aktif dalam menganalisis dari sebuah permasalahan sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa dapat meningkat.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka peneliti

berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Matematika di kelas X SMK Ethika Palembang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas X SMK Ethika Palembang yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization ?

2. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas X SMK Ethika Palembang yang telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization ?

3. Bagaimana efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas X SMK Ethika Palembang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas X SMK Ethika Palembang yang tidak 1. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas X SMK Ethika Palembang yang tidak

2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas X SMK Ethika Palembang yang telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

3. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Team Assisted Individualization terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas X SMK Ethika Palembang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:

1. Bagi siswa, dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika.

2. Bagi guru, dapat menjadi salah satu model pembelajaran alternatif untuk melaksanakan model pembelajaran yang bervariasi serta untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah, dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah, terutama dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika dan perbaikan proses belajar mengajar di sekolah.

4. Bagi peneliti, Manfaat yang diperoleh peneliti yaitu mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan 4. Bagi peneliti, Manfaat yang diperoleh peneliti yaitu mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.

Menurut Bell-Gredler menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies (kemampuan),skill (keterampilan) dan attitudes (sikap) (Winataputra, 2007:15).

Menurut Gulo (2004:73) menyatakan bahwa, belajar adalah seperangkat kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana sampai kegiatan yang rumit.

Pendapat lain dikemukan oleh (Rusman 2011:134) menyatakan bahwa, belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya. Karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar.

Menurut Sardiman (2009:21) mengatakan bahwa, belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah

Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

Dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik yang diinginkan dalam dirinya.

B. Pembelajaran Kooperatif

Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru (Slavin, 2005:8). Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Agar siswa dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, maka mereka perlu diajari ketrampilan-ketrampilan kooperatif sebagai berikut:

1. Berada dalam tugas Berada dalam tugas maksudnya adalah tetap berada dalam kerja kelompok, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sampai selesai dan bekerja sama dalam kelompok sesuai dengan kesepakatan kelompok, ada kedisiplinan individu dalam kelompok.

2. Mengambil giliran dan berbagi tugas Mengambil giliran dan berbagi tugas yaitu bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas.

3. Mendorong partisipasi Mendorong partisipasi yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi tugas kelompok.

4. Mendengarkan dengan aktif Mendengarkan dengan aktif adalah mendengarkan dan menyerap informasi yang disampaikan teman.

5. Bertanya Menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok kalau perlu didiskusikan, apabila tetap tidak ada pemecahan tiap anggota wajib mencari pustaka yang mendukung, jika tetap tidak terselesaikan baru bertanya kepada guru.

C. Pengertian Pendidikan Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit

Menurut kline (dalam Ruseffendi, 1992:28) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu Menurut kline (dalam Ruseffendi, 1992:28) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitip.

D. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori belajar konstruktivis, pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya, siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks (Trianto, 2009:56). Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori belajar konstruktivis, pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya, siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks (Trianto, 2009:56). Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu

Menurut Robert E. Slavin (2005:189) Matematika Team Assisted Individualization di prakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang membuat metode pengajaran individual menjadi tidak efektif. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang heterogen.

Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization memiliki delapan komponen, yaitu:

1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas empat sampai lima siswa.

2. Placement test, yakni pemberian pretest kepada siswa atau melihat rata- rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang tertentu. Contohnya dalam hubungan materi program linier adalah sistem persamaan atau pertidaksamaan linier.

3. Students creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

4. Teams study, yaitu tahapan tindakan belajar harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.

5. Teams scores dan teams recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6. Teaching group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

7. Facts test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

8. Whole class units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted Individualization adalah sebagai berikut:

1. Team (kelompok) Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari

4 sampai 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda.

2. Tes Penempatan Peserta didik diberi pretest di awal pertemuan atau melihat rata-rata nilai harian siswa sebelumnya, kemudian peserta didik ditempatkan sesuai dengan nilai yang didapatkan, sehingga didapatkan anggota yang heterogen (memiliki kemampuan berbeda) dalam kelompok.

Menurut Daryanto dan Mulyo rahardjo (2012:247),Langkah-langkah model pembelajaran Team Assisted Individualization sebagai berikut:

1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual dalam hal penelitian ini berupa materi dan contoh soal matematika yang berhubungan dengan materi program linier

2. Guru memberikan tes awal secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.

3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.

4. Guru memberikan bahan diskusi yang telah dipersiapkan untuk mengarahkan peserta didik dalam menyelesaikan dan memahami materi dalam hal penelitian ini berupa materi program linier, Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling membantu teman satu kelompok untuk memahami materi pelajaran.

5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

6. Guru memberikan tes akhir kepada siswa secara individual.

7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor awal ke skor akhir berikutnya (terkini).

Adapun Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization adalah sebagai berikut : Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

1. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.

2. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.

3. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dalam keterampilannya.

4. Adanya rasa tanggung jawab dalm kelompok dalam menyelesaikan masalah.

5. Menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif Di samping kelebihan, model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan model pembelajaran ini adalah:

1. Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantung pada siswa yang pandai.

2. Tidak ada persaingan antar kelompok.

3. Tidak semua materi dapat diterapkan pada metode ini

4. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang baik maka proses pembelajarannya juga berjalan kurang baik.

5. Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan teman sekelompoknya.

E. Efektivitas Pembelajaran

Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Efektivitas ini diwujudkan dalam bentuk skor hasil belajar. Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi.

Menurut Miarso, 2004 (dalam Warsita, 2008:287), pembelajaran yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat. sedangkan menurut Dick dan Reiser, 1989 (dalam Warsita, 2008:288) pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat pesrta didik senang. Pembelajaran yang efektif memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan.

Jadi pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan (Sutikno, 2007 dalam Warsita, 2008:288).

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadirman, 1987 dalam Trianto, 2009:20). Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP surabaya (1988) dalam Trianto, bahwa efesisensi dan keefektifan mengajar dalam proses Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar (Sadirman, 1987 dalam Trianto, 2009:20). Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik Kurikulum IKIP surabaya (1988) dalam Trianto, bahwa efesisensi dan keefektifan mengajar dalam proses

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu :

1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM

2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa

3. ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan

4. mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4) (Soemosasmito, 1988 dalam Trianto, 2009:20).

Ada beberapa ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: a) peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan – kesamaan dan perbedaan – perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan – kesamaan yang ditemukan; b) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, c) aktivitas – aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, d) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi, e) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta f) guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan Ada beberapa ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: a) peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan – kesamaan dan perbedaan – perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan – kesamaan yang ditemukan; b) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, c) aktivitas – aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, d) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi, e) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta f) guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan

Sedangkan menurut Wottuba and Wright (1975) dalam Warsita (2008:289), menyimpulkan ada tujuh indikator yang menunjukkan pembelajaran efekif, yaitu: a) pengorganisasian pembelajaran dengan baik; b) komunikasi secara efektif; c) penguasaan dan antusiasme dalam mata pelajaran; d) sikap positif terhadap peserta didik; e) pemberian ujian dan nilai yang adil; f) keluwesan dalam pendekatan pembelajaran; dan g) hasil belajar peserta didik yang baik (Miarso, 2004 dalam Warsita 2008:290). Sementara indikator yang akan dilihat didalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik, karena didalam penelitian ini akan dilihat atau di fokuskan pada siswanya dan sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian, akan dilihat efektivitas model pembelajaran yang digunakan terhadap hasil belajar siswa.

F. Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa sangat penting untuk meraih prestasi belajar yang diharapkan. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah kegiatan atau kesibukan siswa dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar di sekolah. Sardiman (2009:100) mengemukakan bahwa, Aktivitas siswa merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang bersifat pikiran/jasmani maupun mental/rohani di mana keduanya sangat terkait dalam mencapai prestasi belajar baik aktivitas fisik atau pun mental.

Aktivitas belajar dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertujuan untuk mencapai prestasi belajar yang semaksimal mungkin. Seorang anak pada Aktivitas belajar dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertujuan untuk mencapai prestasi belajar yang semaksimal mungkin. Seorang anak pada

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas itu sendiri terdiri dari dua bentuk yaitu aktivitas jasmani (fisik) dan rohani (psikis).

Adapun indikator dan dekriptor yang diamati pada penelitian ini adalah

1. Membaca LKS yang diberikan guru Deskriptor:

a. Menentukan informasi.

b. Menafsirkan makna.

2. Aktif berdiskusi dengan teman sekelompoknya Deskriptor:

a. Mengerjakan latihan

b. Bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan

c. Bertukar pendapat

3. Aktif dalam persentasi kelompok Deskriptor:

a. Menjelaskan hasil diskusi kelompok.

b. Menjawab pertanyaan.

c. Mempertahankan pendapat

G. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan siswa yang mengalami pendidikan dalam beberapa waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya yang kemudian dituangkan dalam suatu angka sebagai wakilnya dari hasil belajar.

Tabel 1. Kategori Hasil Belajar

Nilai Hasil Tes

Kategori

Sangat baik

Menurut Dimyati (2009:20) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa, sedangkan menurut Abdurrahman (2003:37) hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Menurut Keller (dalam Abdurrahman 2003:39), hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Hamalik (2004:30) juga mengemukakan bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Matematika sebagai bahan pelajaran yang sifatnya abstrak, sehingga hasil Matematika sebagai bahan pelajaran yang sifatnya abstrak, sehingga hasil

1. Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Pemahaman Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran.

3. Penerapan Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit.

4. Analisis Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.

5. Sintesis Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru.

6. Penilaian Penilain mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.

Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran melalui proses evaluasi dan hasil belajar ini dapat dilihat dari kemampuan siswa setelah mengikuti tes.

H. Kajian Materi Program Linear

Program linear adalah salah satu metode atau cara untuk mencari nilai maksimum dan minimum bentuk linear (bentuk objektif) pada daerah yang dibatasi oleh suatu sistem pertidaksamaan linear (Kurnianingsih, 2008:39).

Pertidaksamaan linear adalah pertidaksamaan yang salah satu atau kedua ruasnya mengandung bentuk-bentuk linear dalam x (Wiyanto dan Wagirin, 1996:47). Sedangkan menurut Kadiyo dan Agus suryana (2009:105) pertidaksamaan linear adalah pertidaksamaan yang variabelnya berpangkat satu. Bentuk umum pertidaksamaan linear dua variabel dinyatakan dengan

ax  by  c

ax  by  c untuk variabel x dan y dan a , b , c  R .

ax  by  c ax  by  c

Sifat-sifat pertidaksamaan linear:

1. Kedua ruas pertidaksamaan dapat ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang sama. Contoh : x < y menjadi x + z < y + z

–z<y–z x dengan x , y , z  R

2. Sebuah pertidaksamaan tidak berubah tandanya jika kedua ruasnya dikalikan atau dibagi bilangan positif yang sama. Contoh : x > y menjadi x.z > y.z atau 2. Sebuah pertidaksamaan tidak berubah tandanya jika kedua ruasnya dikalikan atau dibagi bilangan positif yang sama. Contoh : x > y menjadi x.z > y.z atau

1. Gambar persamaan garis ax + by = c ;

2. Ambil sebarang titik P(x,y) yang tidak terletak pada garis ax + by = c;

3. Substitusikan nilai ( x,y) ke dalam pertidaksamaan;

4. Jika pertidaksamaan benar, maka daerah yang memuat titik P(x,y) merupakan daerah penyelesaian. Jika salah, maka daerah itu bukan merupakan daerah penyelesaian.

Suatu masalah program linear harus diterjemahkan dalam bahasa Matematika yang disebut model matematika. Model matematika secara garis besar dibagi dua bagian, yaitu:

1. Persyaratan atau kendala-kendala (sistem pertidaksamaan)

2. Bentuk fungsi objektif (fungsi sasaran) Fungsi objektif dari program linear berbentuk f(x,y) = ax + by dengan a,b adalah koefisien variabel-variabel yang mempengaruhi fungsi tujuan. Langkah-langkah penyelesaian program linier menggunakan metode titik pojok adalah:

1. terjemahkan masalah tersebut ke dalam model matematika

2. gambar daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan dari model tersebut

3. rumuskan fungsi tujuan ( bentuk objektif ) yaitu : f(x,y) = ax + by

4. hitung nilai optimum dari bentuk objektif, yaitu nilai tertinggi (maksimum) atau nilai terendah (minimum) dari ax + by untuk (x,y) anggota dari penyelesaian dengan menggunakan metode titik pojok

Langkah-langkah penyelesaian program linier menggunakan metode garis selidik adalah:

1. Gambar garis ax+by = a × b yang memotong sumbu x di (b,0) dan memotong sumbu y di (0,a) sebagai acuan

2. Tarik garis sejajar ax+by = a × b mulai dari nilai ab minimum hingga nilai ab maksimum

a. Jika garis ax+by = z yang merupakan garis yang sejajar ax+by = a × b dan berada paling bawah atau paling kiri pada daerah penyelesaian, maka z adalah nilai minimum

b. Jika garis ax+by = z yang merupakan garis yang sejajar ax+by = a × b dan berada paling atas atau paling kanan pada daerah penyelesaian, maka z adalah nilai maksimum

I. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariati dengan judul ”Penerapan Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI di Kelas V SD Negeri 16 Indralaya”, bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI dikelas V SD Negeri 16 Indralaya secara keseluruhan dikategorikan baik dengan rata-rata 72,4. adapun hasil belajar siswa siswa perindikator dikategorikan juga baik dengan nilai rata-rata 70,54. skor yang paling tinggi diperoleh pada aspek dapat menuliskan apa yang ditanyakan dengan nilai rata-rata 99,17 dikategorikan sangat baik. Sedangkan skor yang terendah yaitu dengan nilai rata-rata 56,54 dikategorikan cukup adalah aspek dapat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariati dengan judul ”Penerapan Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI di Kelas V SD Negeri 16 Indralaya”, bahwa kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI dikelas V SD Negeri 16 Indralaya secara keseluruhan dikategorikan baik dengan rata-rata 72,4. adapun hasil belajar siswa siswa perindikator dikategorikan juga baik dengan nilai rata-rata 70,54. skor yang paling tinggi diperoleh pada aspek dapat menuliskan apa yang ditanyakan dengan nilai rata-rata 99,17 dikategorikan sangat baik. Sedangkan skor yang terendah yaitu dengan nilai rata-rata 56,54 dikategorikan cukup adalah aspek dapat

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nawani Putri dengan judul ”Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Untuk Melatih Siswa

Menyelesaikan Soal Cerita di Kelas VIII SMP Negeri 55 Palembang”, bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita setelah diterapkan pembelajaran kooperatif TAI dikelas VIII.4. SMP Negeri 55 Palembang, dikategorikan baik dengan rata-rata kemampuan 70,73. kemampuan yang paling tinggi adalah kemampuan menuliskan hal-hal yang ditanyakan dengan rata-rata 96,73, sedangkan kemampuan yang paling rendah adalah kemampuan menyatakan jawaban dengan lengkap dengan nilai rata-rata yaitu 52,28 dengan kategori kurang. Perbedaan dari judul penelitian saya dengan judul penelitian yang dilakukan oleh Nawani Putri, penelitian yang dilakukan Nawani putri, untuk melatih siswa menyelesaikan soal cerita Matematika siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI, sedangkan persamaan penelitian saya dengan penelitian Nawani putri, sama-sama menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.

Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Ayattil Marda Syinnah dengan judul penelitiannya ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TAI (Team Assisted Individualization) pada Pembelajaran Matematika di

Kelas VII SMP Neg eri 40 Palembang”, hasil belajar siswa yang dilihat dari kemampuan siswa memahami konsep, memahami atau menerapkan prinsip dan menyelesaikan operasi melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization ) adalah baik dengan rata-rata 80,73. indikator yang dominan muncul adalah kemampuan dalam menerapkan suatu sifat dan indikator yang dominan, tidak muncul adalah kemampuan membedakan suatu konsep. Perbedaan dari judul penelitian saya dengan judul penelitian yang dilakukan oleh Siti Ayattil Marda Syinnah, penelitian yang dilakukan Siti Ayattil Marda Syinnah mengukur penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI, sementara judul penelitian saya mengukur efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI, sedangkan persamaan penelitian saya dengan penelitian Siti Ayattil Marda Syinnah, sama- sama menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.

Dari ketiga hasil penelitian terdahulu yang relevan dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dalam proses pembelajaran yang mereka ukur dapat dikategorikan berhasil.

J. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha : Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization efektif terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika di kelas X SMK Ethika Palembang.

Ho : Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization tidak efektif terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika di kelas X SMK Ethika Palembang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian True eksperimental design. Dimana peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Asissted Individualization.

B. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang diawali dengan menentukan populasi dan mengambil sampel dari populasi. Penentuan sample dilakukan dengan tehnik cluster sampling. Diambil sebanyak dua kelas, satu kelas sampel (diambil secara acak) sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization efektif terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika di kelas X SMK Ethika Palembang. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian Pretest posttest control group desaign , dengan pola penelitian sebagai berikut:

Keterangan :

E : adalah kelompok eksperimen

X : Treatment pada kelompok eksperimen berupa pemberian pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization

O 1 dan O 3 : Nilai pretest

O 2 dan O 4 : Nilai posttest (Sugiyono, 2010 : 112).

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel penelitian dikelompokkan menjadi dua variabel, yaitu:

1. Variabel Tidak Bebas Variabel ini bersifat dependen (tergantung) dengan variabel lainnya. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa ( X ).

2. Variabel Bebas Variabel ini bersifat independen (tidak tergantung) pada variabel lain. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Asissted individualization (Y).

D. Definisi Operasional Variabel

Dengan adanya definisi operasional variabel dalam penelitian, akan dapat memberikan petunjuk pada aspek-aspek yang terkandung dalam variabel tersebut, definisi operasional dalam penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Asissted individualization adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Asissted individualization adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi

2. Hasil Belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu materi Program linier. Adapun hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yag diperoleh dari rata-rata tes akhir disetiap pertemuan.

E. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas X semester genap SMK Ethika Palembang, sedangkan sampelnya salah satu kelas X yang ada di SMK Ethika Palembang. Sampel diambil secara acak yaitu dengan menggunakan teknik cluster sampling yang mengambil dua kelas dari empat kelas yang ada pada kelas X SMK Ethika Palembang, satu kelas sebagai kelompok kontrol dan satu kelas sebagai kelas eksperimen. Data untuk populasi dan sampel dapat dilihat dari tabel data populasi siswa kelas X SMK Ethika, sedangkan untuk data sampel kelas eksperimen, kelas yang diambil adalah kelas X AK 1, dan untuk data sampel kelas kontrol di ambil kelas X AK 2. Data siswa dapat dilihat dari tabel berikut

Tabel 2. Data populasi siswa kelas X di SMK Ethika

No.

Kelas

Laki – laki Perempuan Jumlah siswa

1. X AK 1

2. X AK 2

3. X AP 1

4. X AP 2

Tabel 3. Data sampel untuk kelompok eksperimen siswa kelas X AK 1 di SMK Ethika

Jumlah Kelas

Laki – laki Perempuan

Tabel 4. Data sampel untuk kelompok kontrol siswa kelas X AK 2 di SMK Ethika

Jumlah Kelas

Laki – laki Perempuan

F. Prosedur penelitian

Sebelum pelajaran matematika diberikan, peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest untuk mengetahui tingkat kemampuan masing-masing peserta didik. Untuk membentuk kelompok-kelompok belajar pada kelas eksperimen digunakan nilai rata-rata ulangan harian matematika sebelumnya, yang masing-masing anggota tiap kelompok memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kemudian diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan diberi pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization . Langkah-langkah yang dilakukan pada saat penelitian adalah: Tahap 1. Perencanaan

a. Peneliti memilih kelas yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan teknik cluster sample .

b. Peneliti membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk penelitian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan tes.

2) Menetapkan ruang lingkup tes.

3) Menentukan jumlah soal dengan mempertimbangkan waktu dan kesulitan soal.

4) Uji coba instrumen.

5) Menganalisis hasil uji coba yang meliputi analisis validitas dan reliabilitas instrumen.

6) Mengadakan revisi terhadap soal-soal yang dirasa kurang baik dengan mendasarkan pada data yang diperoleh sewaktu uji coba. Tahap 2. Pelaksanaan

a. Peneliti menerapkan instrumen penelitian untuk tes awal.

b. Peneliti melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian. Pada pelaksanaan

Team Assisted individualization .

c. Peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan pada sampel kelas eksperimen dengan observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa

d. Peneliti menerapkan instrumen penelitian untuk tes akhir. Tahap 3. Evaluasi Peneliti menganalisis atau mengolah data yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.

Tahap 4. Penyusunan Laporan

G. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan: