PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI
(Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh: Dedi Supriadi
1009656
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI
(Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)
Oleh Dedi Supriadi S.Pd UPI Bandung, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
© Dedi Supriadi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI
(Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)
Tesis ini disetujui oleh:
Bandung, Juni 2013 Pembimbing I
Prof. Dr. H. Disman, MSi NIP. 19590209 198412 1 001
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS NIP. 19611022 198603 1 002
Mengetahui, Ketua Program
Magister Pendidikan Ekonomi S.Ps UPI
Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS NIP. 19611022 198603 1 002
(4)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kuasi Eksprimen pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2012/1013)” ini serta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dengan pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2013 Yang Membuat Pernyataan
Dedi Supriadi 1009656
(5)
ABSTRAK
Dedi Supriadi (1009656) “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi ”,di bawah
bimbingan Prof. Dr. H. Disman, M.Si dan Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MSi.
Penelitian ini dilatarbelakangi dari anggapan bahwa koopertif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga perlu diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini berdasarkan kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran lebih berpusat kepada guru (teacher center) dan tidak melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hingga pada akhirnya siswa kurang dalam memahami konsep, hanya sebatas pada menghafal konsep saja. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif jigsaw.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Penelitian ini menggunakan metode eksprimen kuasi yang dilakukan terhadap siswa kelas X (sepuluh) MAN 1 Garut yang terdiri 36 siswa kelas eksprimen dan 36 siswa kelas kontrol. Data penelitian dikumpulkan melalui tes tertulis (pre test 1, 2, 3, 4 dan post test 1, 2, 3,4), soal pilihan ganda yang berjumlah 35 soal yaitu 9 soal pada tahap 1, 9 soal pada tahap 2, 8 soal pada tahap 3 dan 9 soal pada tahap 4, sementara angket siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan tentang penggunaan model kooperatif tipe jigsaw, sedangkan observasi berisi tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Setelah dilakukan analisis data menggunakan uji–t, hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum diberikan treatmen pemahaman konsep siswa pada kelas eksprimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Setelah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diterapkan, pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan yang lebih baik (kelas eksprimen) dibandingkan dengan siswa yang menerapkan pembelajaran secara konvensional (kelas kontrol). N-gain pemahaman konsep untuk kelas eksprimen pada tahap 1 adalah 0.55 tergolong sedang, tahap 2 adalah 0.78 tergolong tinggi, tahap 3 adalah 0.63 tergolong sedang, dan tahap 4 adalah 0.73 tergolong tinggi. Sedangkan kelas tahap 1 adalah 0.37 tergolong rendah, tahap 2 adalah 0.48 tergolong rendah, tahap 3 adalah 0.44 tergolong rendah, dan tahap 4 adalah 0.46 tergolong rendah. Dengan demikian proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat membantu siswa dalam memahami konsep siswa dalam belajar.
(6)
ABSTRACT
Dedi Supriadi (1009656) "Effect of Type Jigsaw Cooperative Learning Model for Students Understanding the Concept of Economic Subjects", under the guidance of
Prof. Dr.. H. Disman, M.Si and Prof.Dr.. H. Eeng Ahman, MSi.
This research is motivated from the assumption that koopertif jigsaw type is a model of learning that can enhance students' understanding of concepts, so it needs to be applied in teaching and learning. Issues raised in this study based on the fact that encountered in the field showed that the learning process is more centered on the teacher (teacher center) and does not involve students actively in the learning process. Less until eventually students in understanding the concept, was limited to just memorizing concepts. One effort to improve students' understanding by implementing cooperative learning jigsaw. This study aims to determine whether there are differences between the students' increased understanding of the concept of class experiments using models with a jigsaw type learning control with conventional classroom. This study uses a quasi experiment conducted on the class X Man 1 Garut graders comprised 36 experimental and 36 control class students. Data were collected through a written test (pre-test 1, 2, 3, 4 andpost-test 1, 2, 3,4) MCQs 9 totaled 35 about the matter at stage 1, stage 2 9 questions, 8 questions on stage 3 and stage 4 about 9, while the student questionnaire used to determine the response / responses about using jigsaw cooperative models, whereas observation contains student activity during the learning process. After analyzing the data using t-test, the results showed that before the treatments given student understanding of the concept of class and class control experiment did not differ significantly. Once the jigsaw cooperative learning model applied, increase students' understanding of the concept of increasing the better (class experiment) compared to students who apply conventional learning (control class). N-gain understanding of concepts for a class experiment at stage 1 is 0:55 classified as moderate, stage 2 is 0.78 is high, phase 3 is 0.63 classified as moderate, and stage 4 is relatively high 0.73. While phase 1 is 0:37 class is low, phase 2 is relatively low 0:48, 0:44 3rd stage is relatively low, and stage 4 is 0:46 still low. N-gain. Learning process that uses a jigsaw cooperative learning model greatly assist students in understanding the concept of students in learning.
(7)
DAFTAR ISI
Hal. ABSTRAK ...i KATA PENGANTAR ...iii DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR ...
iv vi viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1.2. Rumusan Masalah ... 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 1.3.2 Manfaat Penelitian ...
1 10 10 10 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 2.1.1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ...
2.1.1.1 Pengertian Belajar ... 2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran ... 2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran ... 2.1.1.4 Komponen-Komponen Pembelajaran ... 2.1.1.5 Metode Pembelajaran ... 2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif... 2.1.2.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.2.3 Landasan Teori Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.2.4 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif ... 2.1.2.5 Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 2.1.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 2.1.4. Hasil Belajar ...
2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar ... 2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar ... 2.1.5 Pemahaman Konnsep ... 2.2 Penelitian Terdahulu ... 2.3 Kerangka Pemikiran ... 2.4 Hipotesis Penelitian ...
12 12 12 14 15 17 18 20 25 26 26 32 34 37 44 44 45 47 53 57 59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ... 3.2 Desain Penelitian ... 3.3 Obyek Penelitian ... 3.4 Sampel Penelitian ...
60 61 62 62
(8)
3.5 Instrumen Penelitian (Alat Tes) ... 3.5.1. Tes ... 3.5.2. Observasi ... 3.5.3. Angket Tanggapan Siswa ... 3.6 Analisis Uji Tes ... 3.6.1. Validitas ... 3.6.2. Reliabilitas ... 3.6.3. Tingkat Kesukaran ... 3.6.4. Daya Pembeda ... 3.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 3.8 Tahapan Penelitian ...
63 63 65 65 65 66 69 70 73 75 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 4.2 Hasil Penelitian ... 4.2.1. Analisis Data Hasil Pre Test ... 4.2.2. Analisis Data Hasil Post Test ... 4.2.3. Analisis Data Hasil Pre Test dan Post Test ... 4.2.4. Analisis Data Peningkatan (N-Gain) ... 4.3 Pembahasan ...
4.3.1. Pembelajaran Ekonomi melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 4.3.2. Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa .. 4.3.3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 4.3.4. Tanggapan Siswa tentang Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw ... 84 86 87 92 96 99 103 103 110 113 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ... 4.2 Saran ...
120 120 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rentang Nilai Hasil UN Mata Pelajaran Ekonomi ... 7
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 24
Tabel 2.2 Pembagian Kelompok dan Permasalahan ... 42
Tabel 2.3 Dimensi Kategori Pemahaman menurut Anderson ... 49
Tabel 2.4 Dimensi Kategori Pemahaman menurut Winkel ... 52
Tabel 2.5 Dimensi Kategori Pemahaman menurut Nana Sudjana ... 52
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu ... 53
Tabel 3.1 Desain Quasi Eksperimen ... 62
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep ... 64
Tabel 3.3 Kisi-ksi Angket Tanggapan Siswa ... 65
Tabel 3.4 Kriteria Validitas dan Harga Koefisien Korelasi ... 66
Tabel 3.5 Rekapitulasi Validitas Item Instrumen Pemahaman Konsep ... 67
Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Realibilitas ... 69
Tabel 3.7 Realibility Statistics ... 70
Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 71
Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 71
Tabel 3.10 Interpretasi Daya Pembeda ... 73
Tabel 3.11 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 74
Tabel 3.12 Kriteria Peningkatan Gain ... 76
Tabel 4.1 Deskripsi Fasilitas pada MAN I Garut ... 84
Tabel 4.2 Deskripsi Guru pada MAN I Garut ... 85
Tabel 4.3 Deskripsi Siswa pada MAN I Garut ... 86
Tabel 4.4 Deskripsi Skor Pre Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 87
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 89
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varians Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 90
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Skor Pre Test Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 91
(10)
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Post Test Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 94
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Varians Post Test Pemahaman Konsep
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 95
Tabel 4.11 Hasil Uji Mann-Whitney Test Post Test Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ... 96
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Pre Test dan Post Test Pemahaman
Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 97
Tabel 4.13 Hasil Uji Paired T Test Pre Test dan Post Test Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 98
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas N-Gain Pemahaman Konsep Siswa
Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 99
Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Pemahaman Konsep Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 100
Tabel 4.16 Hasil Uji Mann-Whitney N-Gain Pemahaman Konsep Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol ... 101
Tabel 4.17 Peningkatan Skor Pemahaman Konsep Siswa Pre Test dan
Post Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 102 Tabel 4.18 Pembagian Kelompok Ahli ... 106 Tabel 4.19 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 115
Tabel 4.20 Penilaian Aktivitas Siswa Berdasarkan Jumlah dan Kategori .. 117
Tabel 4.21 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perencanaan Pembelajaran ...2
Gambar 2.1 Proses Kelompok Diskusi Kelompok Expert ...43
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 59
Gambar 3.1 Alur Penelitian ...82
Gambar 4.1 Skor Aspek Penilaian Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ...116
(12)
BAB I PENDAHULAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan paradigma baru, praktik pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang lebih bertumpu pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari pengetahuan awal dan perspektif budaya.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Pertumbuhan dan perkembangan siswa merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua sekolah dan guru, dan itu berarti sangat keliru jika guru hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran pada bidang studinya saja.
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran di kelas, guru tidak hanya berbekal pengetahuan
berkenaan dengan bidang studi yang diajarkan, akan tetapi perlu
mempertimbangkan aspek-aspek pembelajaran secara holistik yang mendukung terwujudnya pengembangan potensi-potensi peserta didik.
Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
(13)
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah yang meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sumber: Munthe (2011: 12)
Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan pembelajaran, yaitu mengelola program belajar mengajar diantaranya; a) merumuskan tujuan instruksional, b) mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, c) memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, d) melaksanakan program belajar mengajar, e) mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik, dan f) merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial. (Muhibbin Syah, 2004:229).
Dari gambar 1.1. diatas merupakan gambaran bahwa seorang guru harus mampu mendesain pembelajaran sebelum melaksanakannya di kelas. Dimana guru mendesain pembelajaran dimulai dari menentukan materi/bahan ajar, menentukan sejumlah kompetensi atau tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
(14)
materi. Selanjutnya menentukan metode/strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan kompetensi atau tujuan pembelajaran, setelah itu mendesain evaluasi pembelajaran yang disesuaikan materi, kompetensi, dan metode/strategi pembelajaran.
Dalam standar proses, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Maka dari itu, seorang guru dituntut untuk menguasai perencanaan proses pembelajaran agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Fakta di lapangan menyatakan bahwa sebagian besar dari para guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran dilakukan hanya untuk memenuhi formalitas administratif saja, bukan didasarkan pada kebutuhan pembelajaran. Misalnya ketika menjelang akreditasi sekolah dilaksanakan, para guru dengan sibuknya menyiapkan perangkat-perangkatnya dimulai dari menyusun program semesteran hingga menyusun Silabus dan RPP. Padahal hal tersebut harus dipersiapkan sebelum proses pembelajaran dimulai pada awal semester, karena merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran. Hal seperti diatas memang nyata terjadi di lapangan, dan seharusnya hal tersebut tidaklah terjadi. Jika hal seperti ini dibiarkan, maka lama kemudian dikhawatirkan akan mempengaruhi proses pembelajaran, dan pada akhirnya akan mempengaruhi pada kualitas pembelajaran.
Terlebih salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal. Oleh karena itu menurut Fathurrohman dan Sutikno (2009 : 55) menyatakan bahwa :
(15)
“salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan dalam proses pembelajaran yang sama pentingnya dengan
komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan”.
Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam upaya mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan penggunaan metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki strategis dalam proses pembelajaran. Dikatakan demikian karena metode dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode semata-mata berdasarkan kehendak guru dan bukan atas dasar kebutuhan siswa, atau karakter situasi kelas.
Dalam menetapkan metode pembelajaran, bukan tujuan yang
menyesuaikan dengan metode atau karakter anak, tetapi metode hendaknya
menjadi “variable dependen” yang dapat berubah dan berkembang sesuai
kebutuhan. Karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan dalam suatu pembelajaran. Untuk itu diperlukan keterampilan dari seorang guru untuk memilih, bahkan mengembangkan metode yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
Era sekarang ini telah banyak menawarkan berbagai metode pembelajaran inovatif dan kreatif yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Dengan semakin mudah kita mendapatkan berbagai model dan metode pembelajaran, baik
(16)
yang sudah disediakan formatnya oleh Depdiknas maupun yang tersedia di internet melalui pengunduhan yang disediakan oleh para bloger. Jadi tidak ada alasan bagi seorang guru untuk tidak mengaplikasikan dan mengembangkan berbagai metode pembelajaran pada saat pembelajaran berlangsung.
Sering ditemukan di berbagai sekolah, bahkan dari pengalaman penulis sebagai siswa, sebagian besar para guru di sekolah dalam kegiatan proses pembelajaran hanya sebatas menyampaikan informasi. Proses belajar hanya berpusat pada guru saja, siswa hanya menjadi objek yang hanya menerima informasi atas apa yang disampaikan oleh guru. Hingga pada akhirnya proses pembelajaran menjadi monoton, tidak menarik, bahkan sebagian siswa juga responnya kurang dalam menanggapi apa yang disampaikan oleh guru. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang kualitasnya rendah dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berbicara mengenai hasil belajar, Sudjana (2011:2) menyatakan bahwa:
“hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan dari diri siswa setelah melalui proses belajar. Hasil belajar siswa tidak hanya menggambarkan ketercapaian tujuan instruksional namun juga sebagai bahan refleksi bagi upaya perbaikan proses belajar mengajar.”
Hasil belajar merupakan akhir dari proses pembelajaran atau dikenal dengan output pembelajaran, dimana output pembelajaran dihasilkan dari input (peserta didik) setelah melakukan proses pembelajaran (guru, metode, model, strategi, media, dll). Untuk mengukur berhasil atau tidaknya proses pembelajaran, dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dengan demikian hasil belajar sangatlah dipengaruhi oleh proses belajar mengajar. Dengan proses belajar diharapkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa karena belajar merupakan aktivitas yang mengharapkan tingkah laku pada individu belajar.
“Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor” (Dimyati dan Mudjiono: 2009: 250).
(17)
Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2011:22), mengklasifikasikan hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ranah ini terdiri dari enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Selama ini ukuran efektivitas hasil belajar masih menggunakan nilai ujian akhir nasional. Ujian Nasional merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tinggi rendahnya mutu pendidikan, karena nilai ujian nasional bebas dari intervensi dan rekayasa proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah. Dengan demikian, diharapkan peningkatan mutu pendidikan di segala jenjang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Pada tahun 2012, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyusun Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional sebagai acuan dalam penyelenggaran Ujian Nasional Nasional Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan acuan tersebut, yang tertuang pada bab VI mengenai kelulusan dari satuan pendidikan menyatakan bawa peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua nilai akhir (NA) mencapai paling rendah 5,5 (lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol). Hal ini membuktikan bahwa kualitas/mutu pendidikan kita
(18)
masih rendah. Nilai UN yang ditetapkan lebih rendah dari pada nilai KKM yang ditetapkan di sekolah.
Hal seperti diatas tercermin pada sekolah yang ada di Kabupaten Garut, salah satunya adalah MAN 1 Garut. Sebagai contoh, pada tahun ajaran 2011/2012 rata-rata nilai ujian nasional pada mata pelajaran ekonomi yang diperoleh siswa adalah 6.81, dengan nilai tertinggi 8.3, terendah 4.5, dan standar deviasi 0.88 (Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional (DIKHUN) MA Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012). Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional
idealnya untuk masing-masing indikator ketuntasan belajar (mastery
learning)/KKM adalah sebesar 7,50. Dengan demikian, rata-rata Nilai UN MA
Negeri 1 Garut masih jauh di bawah standar ketuntasan belajar. Itupun diambil dari nilai akhir yang merupakan penggabungan dari nilai ujian nasional (UN) digabung dengan nilai sekolah (US). Jika nilai yang diambil murni dari nilai UN, maka rata-rata nilai ujian nasional yang diperoleh siswa adalah 6.25, dengan nilai tertinggi 8.75, terendah 2.5, dan standar deviasi 1,39.
Akan lebih jelas lagi ketika kita melihat rentang nilai hasil UN pada mata pelajaran ekonomi pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Rentang Nilai Hasil UN Mata Pelajaran Ekonomi Rentang Nilai Frekuensi Prosentase
0 – 6,99 76 58.46%
7,00 – 7,99 47 36.15%
8,00 – 100,00 7 5.38%
Jumlah 130 100 %
Sumber: Data diolah dari Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional (DIKHUN) MA Negeri 1 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012
Berdasarkan pada tabel 1.1 menunjukkan adanya kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan, hal ini terlihat bahwa masih terdapat hasil belajar sebagian siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi mendapatkan nilai kurang dari 7,00
sebesar 58, 46 %, dengan frekuensi 76 orang dan yang mendapatkan nilai 7,00 –
7,99 hanya 47,15% tidak mencapai 50%. Jika mengikuti standar ideal yang ditetapkan oleh Depdiknas yaitu sebesar 75 %, maka dapat dikatakan sebanyak
(19)
58, 46 % atau sebanyak 76 orang siswa tidak lulus. Ini merupakan masalah yang sangat serius untuk dapat diatasi segera. Jika hal ini dibiarkan secara terus menerus, bagaimana nasib pendidikan kita, terlebih pada kualitas SDM kita.
Maka perlu adanya upaya dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Salah satu yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran yang cocok sesuai dengan pembahasan materi/mata pelajaran. Menurut Puger (2008:5), untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan penanaman konsep, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan pemahaman, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif, maka pengungkapan konsep-konsep dalam suatu bidang studi dapat diwujudkan melalui cara-cara yang rasional, komunikatif, edukatif, dan kekeluargaan.
Upaya mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran saat ini khususnya pada mata pelajaran ekonomi adalah dengan model pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning). “Pembelajaran kooperatif adalah sistem
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur” (Lie, 2008:12). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk memberikan tanggung jawab kepada siswa tentang keberhasilan kelompoknya dan juga membantu teman lainnya untuk sukses bersama. Pembelajaran kooperatif mengharuskan siswa bekerja sama dan saling bergantung secara positif antar satu sama lain dalam konteks struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward. Gagasan dibalik pembelajaran ini adalah bagaimana materi pelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat bekerja sama untuk mencapai sasaran-sasaran pembelajaran.
Huda (2012:8) menyatakan bahwa:
“hampir semua penelitian tentang pembelajaran kooperatif mulai dari SD
hingga Perguruan Tinggi menunjukkan bahwa pembelajaran ini mampu memberikan pengaruh signifikan terhadap pencapaian akademik siswa. Tidak
(20)
hanya itu, pembelajaran ini terbukti mampu meningkatkan sikap toleran siswa
terhadap teman-temannya yang berbeda etnis, level kemampuan, dan gender”.
Uniknya, tidak hanya siswa yang bisa memperoleh keuntungan dari pembelajaran kooperatif. Guru pun juga bisa berkolaborasi dengan kolega-koleganya dalam suasana kooperatif untuk mencari pendekatan-pendekatan alternatif yang memungkinkan efektivitas aplikasi pembelajaran kooperatif di ruang kelas mereka.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu metode jigsaw. Satu hal yang dapat diambil manfaat dari kelas jigsaw pertama dan terpenting itu adalah cara yang sangat efisien untuk mempelajari materi. Namun yang lebih penting, proses jigsaw mendorong siswa untuk mendengarkan, melibatkan diri, dan berempati dengan memberikan masing-masing anggota kelompok merupakan bagian penting untuk bermain dalam kegiatan pembelajaran. Anggota kelompok harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama, setiap orang tergantung pada semua yang lain. Dalam metode ini, siswa belajar secara bekerjasama dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan berbagai persoalan. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga dapat melatih siswa untuk lebih aktif, lebih berani mengemukakan pendapat dan bertanggung jawab serta bekerja sama. Dengan kondisi kelas yang demikian akan menumbuhkan semangat siswa dalam belajar, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan bermacam-macam metode pembelajaran yang bervariasi yang dapat menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas.
Dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan dapat
meningkatkan hasil pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi di kelas terlebih pada siswa-siswi MA Negeri 1 Garut yang belum mencapai hasil belajar optimal. Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul
(21)
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Terhadap
Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di MA Negeri 1 Garut”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis mengidentifikasi masalah sejauh mana keefektifan metode pembelajaran tersebut dapat diterapkan, maka dirumuskanlah dalam lingkup pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan
sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas eksprimen?
2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep pada siswa antara sebelum dan
dengan menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol?
3. Apakah peningkatan pemahaman konsep pada siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode konvensional?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan
sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas eksprimen.
2. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep pada siswa antara sebelum
dan sesudah menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol.
3. Untuk mengetahui apakah peningkatan pemahaman konsep pada siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode konvensional.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah : Secara Teoritis
(22)
Penelitian ini dapat memperkuat teori pembelajaran, terutama pada pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Secara Praktis
a. Dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran Ekonomi, yaitu
masalah rendahnya hasil belajar terutama pada pemahaman konsep pada mata pelajaran ekonomi.
b. Sebagai bahan informasi kepada guru ekonomi tentang keefektifan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pemahaman konsep.
(23)
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan mengkaji metode dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Fokus permasalahan yang akan dikaji pada bab ini adalah metode penelitian, desain penelitian, obyek penelitian, sampel, intrumen dan analisis instrumen, tahapan penelitian penelitian, serta teknik pengumpulan dan pengolahan data.
3.1 Metode Penelitian
Seorang peneliti harus menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitiannya. Hal ini perlu dilakukan karena metode merupakan cara yang akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Mc.Millan dan Schumacher (2001 ;
50) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan “research in wich
independent variable ismanipulated to investigate cause and effect relationship between the independent and dependent variable”. Sejalan dengan yang diungkapkan Mc. Millan dan Schumacher diatas, Subana (2001 : 95) menyatakan bahwa “metode eksperimen merupakan metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab-akibat melalui pemanipulasian variabel independen (misalnya: treatment, stimulus, kondisi) dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian tadi.
Sementara itu, Nazir (2005:64) juga menyatakan yang berkaitan dengan metode penelitian eksperimen. “Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen serta menyediakan kelompok kontrol untuk perbandingan”. Lebih jauh dia mengatakan percobaan-percobaan itu dilakukan untuk menguji hipotesis serta untuk menemukan hubungan-hubungan kausal yang baru. Akan tetapi, walaupun hipotesis telah dapat diuji dengan metode percobaan, tetapi penerimaan atau penolakan hipotesis bukanlah merupakan penemuan suatu kebenaran yang mutlak. Metode eksperimen seperti yang diuraikan oleh para pakar dalam uraian di atas adalah metode penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi
(24)
terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Selain itu, penelitian eksperimen adalah bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk pembandingnya. Maka berdasarkan pernyataan diatas, peneliti memilih metode penelitian ini dengan menggunakan metode eksperimen. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu menguji pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep siswa.
3.2 Desain Penelitian
Jenis desain eksperimen yang digunakan adalah Nonequivalent (Pretest
and Posttest) Control Group Design. Menurut Creswell (1994 :132), Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design merupakan
pendekatan yang paling populer dalam quasi eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih bukan dengan cara random. Kedua kelompok diberi pre test dan post test dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan.
The most commonly used quasi-experimental design ineducational research is the nonequivalent control groups design. In this design, research participants are not randomly assigned to experimental and control groups, and both groups take a pretes tand posttest. Except for random assignment, the steps involved in this design are the same as for the pretest-posttest experimental control group design.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa desain quasi eksperimen yang paling banyak digunakan dalam penelitian pendidikan adalah non equivalent
control group design. Dalam desain ini, partisipan penelitian baik pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Diluar dari pemilihan partisipan atau responden, langkah-langkah dalam desain ini sama dengan pretest-posttest experimental control group design.
(25)
Tabel 3.1
Desain Quasi Eksperimen
Kelompok Pre-Test Perlakuan Pos-Tes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
McMillan & Schumacher (2001), Fraenkel & Walen (1993) Keterangan :
O1 = Tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
X = Perlakuan dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
3.3 Obyek Penelitian
Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari suatu penelitian yang dilakukan. Penelitian ini mengungkapkan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu objek yang akan diteliti adalah hasil belajar siswa melalui dimensi pemahaman konsep.
3.4 Sampel Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 1 Garut sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X (sepuluh) MAN 1 Garut. Jumlah kelas X (sepuluh) di Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut sebanyak 9 kelas. Sedangkan penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan
random sampling, yaitu mengambil dua kelas dari populasi secara tidak acak, hal
ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri relatif yang dimiliki, populasi yang ada adalah normal dan homogen, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas.
Untuk memastikan homogenitas antara kedua kelas tersebut, maka dilakukan uji beda rata-rata hasil tes awal kedua kelas. Dan ternyata hasilnya menunjukkan bahwa kedua kelas tidak terdapat perbedaan, sehingga penelitian
(26)
dapat dilanjutkan. Pengelompokan sampel terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Dalam hal ini, peneliti mengambil 2 (dua) sampel kelas, yaitu kelas eksperimen (X-C) dan kelas kontrol ( X-D)
3.5 Instrumen Penelitian (Alat Test)
Instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan pemahaman konsep
siswa dalam mata pelajaran ekonomi. Menurut (Arikunto, 2006: 151) “instrument
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.
Sementara itu instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes, lembar observasi, dan angket.
3.5.1. Tes
Dalam hal ini, tes yang digunakan termasuk tes pemahaman konsep siswa dengan teknik pilihan ganda (multiple choice), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes dalam penelitian ini terdiri dari tes awal (Pre test), yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan dan tes akhir (Post test), yaitu tes yang dilakukan setelah perlakuan. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengamati sejauh mana perbedaan hasil belajar tersebut terjadi sebelum dan setelah pembelajaran dilangsungkan pada kelas eksperimen. Pre test dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal siswa, sementara itu post test dilakukan setelah pembelajaran (setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen) dilakukan.
Untuk mengukur pemahaman konsep siswa dikembangkan instrumen (tes) yang akan diberikan penilaian menggunakan teknik tes obyektif dengan bentuk soal tes pilihan ganda seperti tercantum dalam Tabel 3.2.
(27)
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konsep No Kategori & Proses
Kognitif Indikator
No. Soal Tes Seri 1 No Soal Tes Seri 2 No. Soal Tes Seri 3 No. Soal Tes Seri 4 1 Interpretasi (interpreting),
mengubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain
Klarifikasi,
Paraphrasing (Prase), Mewakilkan,
Menerjemahkan
7 5,9 9 2,8,11
2
Mencontohkan
(exemplifying),
menemukan contoh khusus atau ilustrasi dari suatu konsep atau prinsip
Menggambarkan,
mencontohkan 3 2 2, 4,5,7 3,7,9
3
Mengklasifikasikan
(classifying),
menentukan sesuatu yang dimiliki oleh suatu katagori
Mengkategorisasikan,
mengklasifikasikan 4 10 1,3,6 6,15
4
Resume/ringkasan (summarizing), pengabstrakan tema-tema umum atau poin-poin utama
Mengabstraksikan, Menggeneralisasikan, Merangkum
1 1 8 1,14
5
Inferensi (inferring), penggambaran
kesimpulan logis dari informasi yang disajikan Menyimpulkan, Mengektrapolasikan, Menginterpolasikan, Memprediksikan
8,9 4 12,13,14 12
6
Membandingkan
(comparing), mencari
hubungan antara dua ide, objek atau hal hal serupa
Mengontraskan, Memetakan, Menjodohkan
2 3 15 4,10
7
Menjelaskan
(explaining),
mengkontruksi model sebab akibat dari suatu sistem
Mengkontruksi model
(28)
3.5.2. Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati secara tertulis dan penilaian aktifitas individual siswa di dalam kelompok diskusi. Lebih rinci lagi mengenai penjelasannya dapat dilihat pada lampiran 4 (empat).
3.5.3. Angket Tanggapan Siswa
Jenis angket yang diberikan adalah skala sikap dengan menggunakan penskoran skala likert (pada lampiran 5), dimana setiap siswa diminta untuk memberikan persetujuan terhadap pernyataan yang diberikan sesuai dengan yang mereka alami selama proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 kisi-kisi angket tanggapan siswa di bawah ini:
Table 3.3
Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa
No Indikator Pertanyaan Pernyataan Jumlah
soal Positif Negatif
1
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
model yang baru bagi siswa dan dapat
meringankan tugas guru di kelas
1 2 2
2
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membuat siswa termotivasi dalam belajar ekonomi, menghilangkan kejenuhan dalam belajar ekonomi dan mengubah pandangan siswa terhadap pelajaran ekonomi
4,10,13 3,15 5
3
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membantu siswa dalam memahami konsep ekonomi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi
9,14,17
,19 7,12 6
4
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw melatih siswa dalam mengemukakan ide-ide dan meningkatkan pemahaman dalam kegiatan diskusi kelompok
5,6,11,
18 8 5
5
Harapan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam pengajaran materi ekonomi lainnya
20 16 2
Jumlah 13 7 20
3.6 Analisis Uji Tes
Untuk mengetahui kualitas tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji coba instrumen terhadap siswa. Instrumen tes yang berkualitas dapat ditinjau dari
(29)
beberapa hal diantaranya validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda.
Berikut ini adalah perhitungan uji coba instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
3.6.1. Validitas
Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada tiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi Pearson
product Moment.
Adapun untuk menghitung koefisisen korelasi digunakan Pearson Product
Moment ( Pearson r)
keterangan:
ΣXY : merupakan jumlah skor X dikali Skor Y
ΣX : merupakan jumlah skor X
ΣY : merupakan jumlah skor Y
ΣX2
: merupakan jumlah kuadrat skor X ΣY2
: merupakan jumlah kuadrat skor Y
Sebuah tes dikatakan mempunyai koefisien korelasi jika terdapat korelasi antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukkan kesejajaran. Kriteria koefisien korelasi menurut Arikunto (2006:75) adalah:
Tabel 3.4.
Kriteria Validitas & Harga Koefisien Korelasi Harga Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
(30)
Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan membandingkan XY r (
r
hitung ) dengan nilai kritisr
tabel (nilai tabel). Tiap item tes dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi
= 0,05 didapatr
hitung ≥r
tabel. Berikut ini hasil uji validitas butir instrumen dengan menggunakan SPSS 18.0 pada
= 0,05 dengan derajat bebas (df) = jumlah kasus -2. Jumlah kasus atau butir soal pada uji coba kali ini adalah 50 soal. Makar
tabel pada uji satu arah adalah r (0,05;60) = 0, 284. Berkenaan dengan hal tersebut dibawah ini disajikan tabel hasil uji validitas pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran Ekonomi yang diolah dengan menggunakan program aplikasi computer SPSS seri 18.Tabel 3.5
Rekapitulasi Validitas Item Instrumen Pemahaman Konsep Butir
Soal
Corrected Item - Total
Correlation (r hitung)
r tabel
Validitas1 0.324 0,284 Valid
2 0.446 0,284 Valid
3 0.355 0,284 Valid
4 0.369 0,284 Valid
5 0.394 0,284 Valid
6 0.287 0,284 Valid
7 0.352 0,284 Valid
8 -0.18 0,284 Tidak Valid
9 0.415 0,284 Valid
10 0.453 0,284 Valid
11 0.343 0,284 Valid
12 0.342 0,284 Valid
13 0.294 0,284 Valid
14 0.327 0,284 Valid
15 0.687 0,284 Valid
16 0.389 0,284 Valid
17 0.163 0,284 Tidak Valid
18 0.439 0,284 Valid
(31)
20 0.395 0,284 Valid Tabel Lanjutan, Validitas Item Instrumen
Butir Soal
Corrected Item - Total
Correlation (r hitung)
r tabel
Validitas21 0.065 0,284 Tidak Valid
22 0.209 0,284 Tidak Valid
23 0.299 0,284 Valid
24 0.308 0,284 Valid
25 -0.021 0,284 Tidak Valid
26 0.081 0,284 Tidak Valid
27 0.265 0,284 Tidak Valid
28 0.36 0,284 Valid
29 0.517 0,284 Valid
30 0.41 0,284 Valid
31 -0.013 0,284 Tidak Valid
32 0.461 0,284 Valid
33 0.617 0,284 Valid
34 0.017 0,284 Tidak Valid
35 0.363 0,284 Valid
36 0.057 0,284 Tidak Valid
37 0.238 0,284 Tidak Valid
38 0.325 0,284 Valid
39 0.214 0,284 Tidak Valid
40 0.377 0,284 Valid
41 -0.076 0,284 Tidak Valid
42 0.534 0,284 Valid
43 0.141 0,284 Tidak Valid
44 0.379 0,284 Valid
45 0.648 0,284 Valid
46 0.342 0,284 Valid
47 0.333 0,284 Valid
48 0.116 0,284 Tidak Valid
49 0.351 0,284 Valid
(32)
Uji coba soal tes pemahaman konsep ini terdiri dari 50 soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 35 soal yang telah valid dan 15 soal yang tidak valid. Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan post test berjumlah 35 soal (lampiran 6).
3.6.2. Reliabilitas
Reliabilitas tes kemampuan ditentukan melalui perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha. Rumus ini digunakan mengingat jawaban siswa bervariasi dan bukan hanya benar atau salah (Ruseffendi, 2005:160). Adapun rumusnya sebagai berikut:
dengan :
r = koefisien reliabilitas
n = banyak soal
Si 2 = variansi skor soal tertentu (soal ke-i)
ΣSi
2
= jumlah varians skor seluruh soal menurut skor soal tertentu
St 2 = varians skor seluruh soal menurut skor siswa perorangan
Tabel 3.6
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Besarnya r Tingkat Reliabilitas
0,90 < r ≤1,00 Sangat tinggi
0,70 < r ≤0,90 Tinggi
0,40 < r ≤0,70 Sedang
0,20 < r ≤0,40 Rendah
r ≤0,20 Sangat rendah
Selanjutnya nilai r yang diperoleh dari perhitungan ditafsirkan dengan menggunakan interpretasi nilai r dari Guilford (Suherman & Kusumah, 2003:139) dan data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 18 untuk mengetahui nilai Alpha.
(33)
Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes pilihan ganda sebesar 0, 855 yang berarti soal-soal dalam tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas tinggi. Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.855 50
3.6.3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran butir soal (item) merupakan rasio antar penjawab item dengan benar dan banyaknya penjawab item (Arikunto, 2002:128). Tingkat kesukaran merupakan suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P : Indeks Kesukaran.
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar. JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Skor tes pemahaman siswa berbentuk pilihan ganda dengan skor terkecilnya 0 dan skor terbesarnya 1. Selanjutnya, jawaban yang benar dihitung 1 dan jawaban yang salah dihitung 0. Banyaknya jawaban benar untuk kelompok atas dan kelompok bawah digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal. Untuk mengklasifikasikan tingkat kesukaran soal, digunakan interpretasi tingkat kesukaran dikemukakan oleh Suherman dan Kusumah (2003:170). Interpretasi tersebut disajikan dalam tabel berikut:
(34)
Tabel 3.8
Interpretasi Tingkat kesukaran
Harga TK Klasifikasi
TK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < TK ≤0,30 Soal sukar
0,30 < TK ≤0,70 Soal sedang
0,70 < TK < 1,00 Soal mudah
TK = 1,00 Soal terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran 35 butir soal tes pemahaman siswa terdapat 16 soal dengan kategori sedang, 14 soal dalam kategori mudah dan 5 soal dalam kategori sukar. Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9
Tingkat Kesukaran Butir Soal
No Jumlah Jawaban
Benar
Jawaban Benar/
Jumlah Siswa Kriteria
1 28 0.78 Mudah
2 23 0.64 Sedang
3 26 0.72 Mudah
4 22 0.61 Sedang
5 18 0.5 Sedang
6 19 0.53 Sedang
7 9 0.25 Sukar
8 24 0.67 Sedang
9 15 0.42 Sedang
(35)
Tabel lanjutan, tingkat kesukaran butir soal
No Jumlah Jawaban
Benar
Jawaban Benar/
Jumlah Siswa Kriteria
11 21 0.58 Sedang
12 16 0.44 Sedang
13 24 0.67 Sedang
14 8 0.22 Sukar
15 30 0.83 Mudah
16 9 0.25 Sukar
17 17 0.47 Sedang
18 27 0.75 Mudah
19 30 0.83 Mudah
20 27 0.75 Mudah
21 25 0.69 Sedang
22 26 0.72 Mudah
23 29 0.81 Mudah
24 32 0.89 Mudah
25 9 0.25 Sukar
26 29 0.81 Mudah
27 19 0.53 Sedang
28 22 0.61 Sedang
29 25 0.69 Sedang
30 30 0.83 Mudah
31 6 0.17 Sukar
32 32 0.89 Mudah
33 28 0.78 Mudah
34 24 0.67 Sedang
(36)
3.6.4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda setiap butir soal tes hasil belajar siswa diawali dengan pengurutan skor total seluruh soal dari yang terbesar ke yang terkecil seperti pada perhitungan tingkat kesukaran soal. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan kelompok atas dan kelompok bawah. Perhitungan daya pembeda soal menggunakan skor kelompok atas dan kelompok bawah. Adapun harganya dihitung dengan rumus berikut:
Keterangan:
DP = daya pembeda
JBA = Jumlah jawaban benar untuk kelompok atas JBB = Jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah
N = Jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah
Penentuan jawaban benar dan salah dari soal tes pemahaman konsep yang berbentuk uraian ini sama seperti pada perhitungan tingkat kesukaran butir soal tes. Jumlah jawaban benar untuk masing-masing kelompok selanjutnya digunakan untuk menghitung harga DP dengan rumus di atas. Untuk mengklasifikasikan daya pembeda soal, diggunakan interpretasi daya pembeda yang dikemukakan oleh Suherman dan Kusumah (2003:161). Interpretasi daya pembeda dari tes yang dilakukan itu disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.10
Interpretasi Daya Pembeda
Nilai DP Klasifikasi
DP ≤0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤0,20 Jelek
0,20 DP ≤0,40 Cukup
(37)
0,70 < DP ≤1,00 Sangat baik
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda 35 butir soal pemahaman konsep terdapat 20 butir soal dalam klasifikasi cukup serta 8 butir soal dalam klasifikasi baik, dan sisanya 7 dalam klasifikasi jelek. Selanjutnya semuanya akan digunakan untuk mengukur tes pemahaman konsep dalam penelitian. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal tes pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11
Interpretasi Daya Pembeda, Butir Soal No Total Skor
Atas
Total Skor Bawah
Daya
Pembeda Klasifikasi
1 16 12 0.22 Cukup
2 17 6 0.61 Baik
3 16 10 0.33 Cukup
4 14 8 0.33 Cukup
5 12 6 0.33 Cukup
6 11 8 0.17 Jelek
7 7 2 0.28 Cukup
8 17 7 0.56 Baik
9 11 4 0.39 Cukup
10 18 15 0.17 Jelek
11 12 9 0.17 Jelek
12 10 6 0.22 Cukup
13 16 8 0.44 Baik
14 8 0 0.44 Baik
15 17 13 0.22 Cukup
16 8 1 0.39 Cukup
17 12 5 0.39 Cukup
18 15 12 0.17 Jelek
19 17 13 0.22 Cukup
20 14 13 0.06 Jelek
21 17 8 0.5 Baik
(38)
23 17 12 0.28 Cukup
24 18 14 0.22 Cukup
25 8 1 0.39 Cukup
Tabel lanjutan interpretasi daya pembeda
No Total Skor Atas
Total Skor Bawah
Daya
Pembeda Klasifikasi
26 16 13 0.17 Jelek
27 13 6 0.39 Cukup
28 15 7 0.44 Baik
29 17 8 0.5 Baik
30 17 13 0.22 Cukup
31 6 0 0.33 Cukup
32 18 14 0.22 Cukup
33 15 13 0.11 Jelek
34 14 10 0.22 Cukup
35 15 7 0.44 Baik
Pengujian kesahihan tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan dengan menggunakan SPSS 18,0 setelah instrumen tes di-judgement oleh pembimbing terlebih dahulu.
3.7. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Analisis data yang diuji secara statistik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menskor tiap lembar jawaban tes siswa sesuai dengan kunci jawaban.
b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan post tes. Jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu) dan jawaban salah diberi nilai 0 (nol).
c. Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara:
d. Menghitung nilai rata-rata keseluruhan dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa untuk masing-masing kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah.
(39)
e. Menghitung Normalisasi Gain antara nilai rata-rata pretes dan nilai rata-rata
post tes secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus (David E. Meltzer,
2002).
Tabel 3.12
Kriteria Peningkatan Gain
Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan
G < 0,5 Peningkatan rendah
0,5 ≤G ≤0,7 Peningkatan sedang
G > 0,7 Peningkatan tinggi
f. Melakukan uji normalitas.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Pengujian normalitas untuk jumlah data lebih dari 30 orang menggunakan Chi-square (χ2) dengan derajat kebebasan tertentu sebesar banyaknya kelas interval dikurangi satu (dk = k - 1) dengan rumus :
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% dengan kriteria:
Jika diperoleh harga χ2hitung< χ2tabel, maka data terdistribusi normal
Jika diperoleh harga χ2
hitung> χ2 tabel, maka data tidak terdistribusi normal
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan SPSS 18.0 untuk menguji apakah sampel yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan kaidah Asymp Sig atau nilai p. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan terhadap skor pretest dan post test, baik pada kelompok eksperimen
(40)
maupun pada kelompok kontrol. Interpretasi hasil uji normalitas dilakukan dengan melihat nilai sig.
Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut.
a. Jika nilai sig lebih besar dari tingkat alpha 5% (sig > 0,05), dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang sebarannya berdistribusi normal.
b. Jika nilai sig lebih kecil dari tingkat alpha 5% (sig < 0,05), dapat disimpulkan bahwa data tersebut menyimpang atau berdistribusi tidak normal.
g. Melakukan uji homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan (homoginitas) beberapa bagian sampel, yaitu seragam tidaknya varian sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data sampel pada setiap kelompok dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa atau tidaknya digabung untuk dianalisis lebih lanjut. Dalam hal ini, untuk menguji homogenitas data normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus :
(Sugiyono 2012:276) 2. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus :
dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar) dk penyebut = n-1 (untuk varians terkecil)
• Jika diperoleh harga Fhitung< Ftabel, maka kedua variansi homogen. • Jika diperoleh harga Fhitung> Ftabel, maka kedua variansi tidak homogen. Dalam penelitian ini perhitungan homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 18.0. Uji homogenitas dilakukan pada skor hasil
pretest dan posttest dengan ketentuan jika nilai signifikansi hitung lebih besar dari
taraf signifikansi 0,05 (5%) maka skor hasil tes tersebut tidak memiliki perbedaan varian atau homogen.
(41)
Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data nilai pre test dan data Normalized Gain
(N-Gain). Menurut Sugiyono (2012:273), untuk sampel independen (tidak
berkorelasi) mempunyai ketentuan, sebagai berikut:
Jika kedua data terdistribusi normal dan variansnya homogen maka dilanjutkan dengan uji t (test t). Adapun langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut:
1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat 2) Membuat Ha dan Homodel statistik
3) Mencari rata-rata (x), standar deviasi (s), varians (s2) dan korelasi 4) Mencari nilai t dengan rumus:
(Sugiyono, 2012:273)
Keterangan:
n = jumlah sampel
1 = Rata-rata sampel ke-1
2 = Rata-rata sampel ke-2
S12 = varians sampel ke-1
S22 = varians sampel ke-2
5) Menentukan kaidah pengujian - Taraf signifikansinya (α=0,05)
- Derajat kebebasan (dk) dengan rumus: dk = n1 + n2 - 2 - Kriteria pengujian dua pihak
jika :-ttabel≤ thitung ≤ +ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak 6) Membandingkan ttabel denganthitung
Jika kedua data terdistribusi normal tetapi variansnya tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji t’ ( test t’) dengan rumus sebagai berikut :
Sugiyono,2012:274) Keterangan :
x1 = rata-rata skor pretes x2 = rata-rata skor postes
(42)
S1 = standar deviasi data skor pretes S2 = standar deviasi data skor postes n1 = jumlah siswa pada saat pretes n2 = jumlah siswa pada saat postes
Uji hipotesis dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan teknik uji-t. Uji-t digunakan untuk untuk menguji apakah nilai rata-rata dari kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan yag signifikan atau tidak. Taraf diterimanya hipotesis diuji dengan taraf signifikansi 5%. Apabila nilai thitung lebih besar dari nilai –ttabel pada tingkat signifikansi 5% maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Akan tetapi, apabila nilai thitung lebih kecil dari nilai –ttabel pada tingkat signifikansi 5% maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk menghitung uji hipotesis ini menggunakan bantuan
komputer program SPSS 18. Jika salah satu atau kedua data terdistribusi tidak normal maka langkah selanjutnya digunakan tes Mann-Whitney. Tes ini dipilih karena kajian ini menggunakan dua sampel independen dan bila data tidak berdistribusi normal.
Berikut adalah tahapan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan SPSS diantaranya:
1. Untuk Hipotesis Pertama:
Oleh karena pada hipotesis pertama menguji pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran kooperatif jigsaw maka diuji dengan menggunakan Paired Sample T Test, yaitu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Sebelum dilakukan pengujian Paired Sample T Test, terlebih dahulu diuji apakah kedua data menyebar normal atau tidak.
Uji normalitas dilakukan dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang dianalisis dengan SPSS 18.0 dengan membandingkan probabilitas Asymp. Sig dengan nilai alpha (α), Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas Asymp. Sig (sig 2-tailed) > alpha (α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Hipotesis pengujian uji normalitas dengan menggunakan One-Sample
(43)
H0: angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal H1: angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Setelah pengujian normalitas terpenuhi, maka dilanjutkan dengan Paired Sample T Test. Perlu diketahui bahwa kasus uji Paired sample t test ini tidak perlu dilakukan pengujian mengenai homogenitas ragam (populasi) dari kedua data tersebut. Pada paired t test ini menggunakan taraf signifikansi (sig 2-tailed) α = 0,05 dengan kriteria pengujian : H0 diterima, nilai signifikansi > nilai α, sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak. Hipotesis pengujian adalah sebagai berikut:
H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas 2. Untuk Hipotesis Kedua:
Untuk pengujian hipotesis yang kedua hampir sama dilakukan pada saat pengujian hipotesis pertama. Jadi langkah pengujiannya mengikuti pengujian hipotesis pertama.
3. Untuk Hipotesis Ketiga
Untuk pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan mencari perbedaan peningkatan (n-gain) pemahaman konsep siswa yang diperoleh dengan cara membandingkan n-gain kelas eksperimen dengan n-gain pada kelas kontrol. Maka pengujiannya menggunakan uji independent sample t test. Namun sebelum dilakukan uji perbedaan antara n-gain kelas eksperimen dengan n-gain kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Tahapan yang dilakukan sama dengan tahapan yang dilakukan pada pembahasan sebelumnya.
Jika tahapan kedua pengujian (uji normalitas dan uji homogenitas) itu terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji independent sample t test. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi. Hipotesispengujian adalah sebagai berikut:
(44)
H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas.
Dilakukan uji dua pihak (sig two tailed) dengan kriteria pengujian : H0 diterima, jika –ttabel < thitung < + ttabel , sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak.
Namun, apabila yang terjadi pada saat pengujian normalitas maupun homogenitas salah satunya tidak terpenuhi, maka metode pengujian yang dilakukan adalah dengan metode pengujian non parametrik, yaitu dengan menggunakan uji Mann Whitney U Test. Hipotesis pengujian adalah sebagai berikut:
H0 : tidak ada perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas H1 : terdapat perbedaan rata-rata skor pada kedua kelas
Dilakukan uji dua pihak, (sig two tailed) dengan kriteria pengujian : H0 diterima, jika nilai sig > dari nilai a, sedangkan pada keadaan lain H0 ditolak.
3.8. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, dimulai tahapan perencanaan, hingga tahap penyelesaian (akhir). Berikut adalah penjelasan mengenai tahapan penelitian yang dilakukan, meliputi:
a. Tahap Perencanaan
1) Melakukan studi lapangan dan literatur untuk mencari masalah dan kemungkinan solusi
2) Melakukan studi literatur lebih mendalam tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan hasil belajar berupa pemahaman konsep.
3) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. 4) Melakukan uji coba instrumen tes
5) Mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data
b. Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan penelitian di lapangan dimulai pada tanggal 8 Februari 2013 sampai dengan tanggal 26 April 2013. Adapun tahapan pelaksanaan dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
(45)
1) Melakukan pre test untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam hasil belajar baik itu dikelompok kontrol maupun eksperimen.
2) Melakukan pembelajaran materi ajar yang telah ditentukan. Saat pembelajaran, kelompok kontrol mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran konvensional, sedangkan kelompok eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
3) Melakukan post test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Post
test dilakukan untuk mengukur hasil belajar (pemahaman konsep) siswa setelah
dilakukan perlakuan. c. Tahap Akhir
1) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data
2) Saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.
Alur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam melakukan penelitian. Hal ini disusun agar penelitian lebih terarah dan terencana. Berikut adalah alur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
(46)
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Studi Literatur: Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan Pemahaman Konsep
Penyusunan Rencana Pembelajaran Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Penyusunan Instrumen Tes Pemahaman Konsep
Validasi, Uji Coba, Revisi
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
(Eksperimen) Pembelajaran
konvensional pada kelas Kontrol
Tes Akhir (Post-Test) Tes Awal (Pre-Test)
Pengolahan dan Analisis
Data
(47)
Gambar 3.1 Alur Penelitian
(48)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada pada bab IV mengenai pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:
1. Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa antara sebelum dan sesudah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas eksprimen. Artinya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep pada siswa.
2. Terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa antara sebelum dan sesudah
menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol. Artinya bahwa dengan menggunakan metode konvensional dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.
3. Peningkatan pemahaman konsep pada siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode konvensional. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep yang lebih baik dibandingkan metode konvensional.
4.2. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka dapat diajukan rekomendasi yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep. Demi keberhasilan dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam
(1)
anggota pada masing-masing kelompoknya. Maka dalam pelaksanaan pembelajaran ini, diperlukan penyesuaian waktu untuk bisa memastikan seluruh siswa dapat memahami materi secara utuh.
5. Soal atau Kuis. Satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah mempersiapkan soal-soal yang mengindikasikan bahwa dengan menjawab soal tersebut menunjukkan siswa dapat memahami materi yang telah dipelajarinya. Sebelumnya, soal disesuaikan dengan indikator pemahaman konsep yang dituangkan ke dalam kisi-kisi soal. Jadi masing-masing indikator tersebut harus terwakili oleh soal-soal yang akan dijawab oleh siswa.
6. Pemberian Reward (Evaluasi). Untuk mengapresiasi terhadap kelompok, maka diadakan reward (penghargaan) bagi kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi. Kemudian tidak hanya itu, guru membuat pengumuman yang berisikan informasi mengenai hasil belajar yang diperoleh pada minggu sebelumnya di papan pengumuman. Hal itu dilakukan agar setiap siswa atau kelompok dapat termotivasi untuk belajar lebih baik lagi. Pemberian reward ini dilakukan setelah guru mengetahui dari hasil tes siswa yang diberikan setelah pembelajaran.
7. Hasil temuan dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa tidak semua siswa dapat mencapai standar KKM. Maka dari itu diharapkan dalam penelitian selanjutnya selain metode dapat mencari faktor atau variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar terutama pada dimensi pemahaman konsep siswa. 8. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat diperhatikan aspek validitas internal dan juga validitas eksternal dalam penelitian agar hasil penelitian yang diperoleh tidak bias.
9. Kompetensi dasar (KD) yang dijadikan dalam penelitian hanya empat KD, yaitu mendeskripsikan fungsi konsumsi dan tabungan, mendeskripsikan kurva permintaan investasi, menjelaskan konsep permintaan dan penawaran uang, menjelaskan peran bank umum dan bank sentral, serta mendeskripsikan kebijakan pemerintah di bidang moneter. Maka diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk menambah KD yang lainnya untuk dijadikan bahan penelitian agar dapat mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw dalam mata pelajaran ekonomi secara menyeluruh.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2012). Pengertian dan Tujuan Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran/. [12 September 2012].
Anderson, Lorin W. & Krathwohl, David R. (2001). A Taxonomy for Learning,
Teaching and Assessing: a Revision of Bloom’s Taxonomy. New York. Longman.Publishing:http://www.kurwongbss.qld.edu.au/thinking/Bloom/ blooms.htm. [20 Oktober 2012].
Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi ……… (2006). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Aronson, E., & Patnoe, S. (1997). The jigsaw classroom (2nd ed.). New York: Longman.
Aronson, E., Baney, N., Sikes, J., Stephan, C., & Snapp, M., (1978). E History of the Jigsaw. [Online]. Tersedia: http://www.jigsaw.org/history.htm. Download: 20
Agustus 2012.
Aronson, E., Baney, N., Sikes, J., Stephan, C., & Snapp, M., (1978). Doing CL- Jigsaw. [Online]. Tersedia: http://www.jigsaw.org/Doing CL.htm. Download: 20 Agustus 2012.
Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Cahya, A. (2012). Pengertian Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/pengertian-pembelajaran.html. [12 September 2012]
Creswell,IW. (1994). Research design qualitative & Quantitative approaches. London, New Delhi: Sage Publication.
Darsono, dkk.( 2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang Press.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia . Departemen Pendidikan Nasional (2006), Kurikulum 2004, Kerangka Dasar.
(3)
Dimyati dan Mudjiono (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syiful Bahri dan Azwan Zain, (2002). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rinaka Cipta.
Elliot Aronson. The Jigsaw Classroom, Web Site Copyright 2000-2006, Social Psycology Network. Tersedia http://www.jigsaw.org .[online]13-9- 2012.20:30
Erlianingsih, T. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Pada Materi Dinamika Rotasi . Bandung: Tesis. Tidak diterbitkan.
Faizal, Muhammad. (2009). Pengaruh Model Cooperative Learning Pada Pembelajaran Mata Diklat Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Siswa :Studi Eksperimen pada Kelompok Teknologi dan Industri SMK Bandung Selatan 1. Bandung: Tesis. Tidak diterbitkan.
Fathurrohman, P. & Sutikno, M. Sobry. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama.
Fraenkel, Jack R. And Norman E. Wallen. (2006). How to Design and Evaluate in Research. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Hamalik, O. (1999). Media Pendidikan. Bandung: Anggota IKAPI Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning. Model, Teknik, Struktur, dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperartif. Surabaya: University Press.
Isjoni. (2011). Cooperative Learning. Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Juanda. (2012). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Ekosistem Pada Mata Pelajaran IPA Di SMP. Bandung: Tesis. Tidak diterbitkan.
Johnson, D. W., & Johnson, R. (Eds.). "Cooperative Learning." [Online] 15 October 2012. < http://www.clcrc.com/pages/cl.html>.
(4)
Johnson, D. W., & Johnson, R. (Eds.). (2001). "An Overview of Cooperative Learning." [Online] 15 October 2012. < http://www.clcrc.com/pages/overviewpaper.html>.
Kusnadi, Edi. (2010). Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw dalam Pendidikan Kewarganegaraan untuk Meningkatkan Pengetahuan Kewarganegaraan Siswa: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X Administrasi Perkatoran di SMK Wirakarya Ciparay Kabupaten Bandung). Bandung: Tesis. Tidak diterbitkan
Lie, A. (2008). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo: Jakarta.
McMillan, J.H. & Schumacher, S. (2001). Research In Education (fifth ed). New York: Longman.
Meltzer, David E. (2002). "The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: 'hidden variable' in Diagnostic Pretest Scores'. American Journal ojPhysics, 70, (12), 1259-1267
Munthe, Bermawy. (2011). Desain Pembelajaran. Pustaka Insan Madani. Jogyakarta.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghaila Indonesia. Nur, M. (2005). Pembelajaran Kooperatif. PSMS. Unesa.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses
Pak Pos (2012). Penerapan Model Pembelajaran Circ (Cooperatif Integrated Reading And Composition) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menemukan Unsur Instrinsik Siswa Kelas Vii A Mts Al Musthofa Grabagan Tahun
Pelajaran 2011/2012. [online]. Tersedia:
http://pakpos57.blogspot.com/2012/11/penerapan-model-pembelajaran-circ.html [27 November 2012].
Puger, I. Gusti N. (2008). Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Coop-Coop dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar biologi Pada Siswa Kelas IX SMPN 2 Seririt. Bali: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. UNDIKSHA.
(5)
Rikmasari, Rima (2012). Pengaruh Pembelajaran Think – Alouds terhadap perkembangan Metakognitif dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa. Bandung:Tesis.Tidak diterbitkan.
Russefendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Rusman, (2011). Model – model pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E. (1995). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice, (second ed). Boston, Allyn and Bacon.
Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sobari, T (2007). Pembelajaran Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Di SMU PGII 2 Bandung. Bandung:Tesis.Tidak diterbitkan.
Subana & Sudrajat. (2001). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. N. (2005). Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Suharto,dkk.(2006). Buku Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Unesa Press.
Suherman, dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika, Bandung: JICA FPMIPA UPI.
Sulastri. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menangah Pertama Dengan Pembelajran Kooperatif Tipe Jigsaw. Bandung: Tesis. Tidak diterbitkan.
(6)
Suryadi, D. (2008). Metapedadidaktik dalam Pembelajaran Matematika: Suatu Strategi Pengembangan Diri Menuju Guru Matematika Profesional.Pidato pengukuhan Guru Besar dalam Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Idonesia tanggal 22 Oktober 2008. Bandung: UPI PRESS.
Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tn. (2009). Pengertian Belajar. [online]. Tersedia: http://joegolan.worpress.com/2012/04/13/pengertian-belajar/ [12 September 2012].
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Winkel, W.S, (2007). Psikologi Pengajaran, Edisi kedua. Yogyakarta: Media Abadi.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2010. Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI