PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Studi Inquiry Naturalistik di Madrasah Aliyah Al-Jawami Kabupaten Bandung.

(1)

Leni Mulyani, 2013

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Studi Inquiry Naturalistik di Madrasah Aliyah Al-Jawami Kabupaten Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Ilmu Pendidikan

Dalam Bidang Pendidikan Sejarah

Oleh

Leni Mulyani

1006904

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Leni Mulyani, 2013

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI

MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Studi Inquiry Naturalistik di Madrasah Aliyah Al-Jawami Kabupaten Bandung)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH

PENGUJI I PENGUJI II

Didin Saripudin Ph.D Dr.Encep Supriatna, M.Pd

PEMBIMBING I PEMBIMBING II


(3)

Leni Mulyani, 2013

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Sejarah Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung


(4)

Leni Mulyani, 2013

PERNYATAAN

De ga i i saya e yataka bahwa tesis de ga judul “Pe ge ba ga Ke a pua

Berpikir Kritis Melalui Media Audio Visual dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Inquiry Naturalistik di Madrasah Aliyah Al-Jawami Kabupaten Bandung) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2013 Yang membuat pernyataan,


(5)

(6)

ABSTRAK

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Media Audio Visual dalam Pembelajaran Sejarah

(Studi Inquiry Naturalistik di Madrasah Aliyah Al-Jawami Kabupaten Bandung)

In general, critical thinking is a determination is to be careful and deliberate whether to accept, reject or postpone a decision on a claim / statement (Moore and Parker, 1988:4). Or it can also

be said critical thinking is a process that aims to make a sensible decision-making on what is believe dor what (Ennis, 1996)

Critical thinking skills are very important, because in real life the way a person directs his life depended on the statement of his own beliefs, statements received. Further more cautious

about evaluating a statement, then divide issues relevant issues exist whether or not the statement is evaluated.

Given the important role of critical thinking in a person's life both in personal life and in society, then critical thinking is a characteristic that is important to be taught in schools at every level, but the fact is rarely taught by the classroom teacher. One of the subjects that are

considered to develop critical thinking skills is History

Pembelajaran Sejarah berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis bagi pendididik (guru) dan peserta didik ( siswa) . Berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1).

Pembelajaran Sejarah di Ma Al-Jawami dengan penggunaan media audio visual mampu meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran secara kreatif serta mampu meningkatkan ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Melalui tahapan-tahapan pengembangan kemampuan berfikir kritis yang dimuat dalam langkah-langkah pendahuluan, kegiatan inti dan penutup pembelajaran sejarah.

Pembelajaran Sejarah dengan memggunakan media audio visual mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, di samping memberikan motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan media audio visual berupa penayangan film-film mampu mendorong siswa untuk berfikir kritis, baik yang dilakukan oleh siswa sendiri secara spontan maupun melalui rangsangan guru dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tayangan dalam media.


(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Pernyataan ... ii

Motto ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Ucapan Trima kasih . ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Penjelasan Istilah ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

A. Berfikir Kritis ... 17

1. Pengertian ... 17

2. Karaktersitik dan Prinsip Berpikir Kritis ... 21

3. Manfat Berpikir Kritis ... 33

B. Media Pembelajaran Audio Visual ... 37

1. Pengertian ... 37

2. Karaktersitik dan Prinsip Media Pembelajaran Audio Visual ... 42

3. Manfat Media Audio Visual ... 43

C. Pembelajaran Sejarah ... 48

D. Peranan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Sejarah ... 68

E. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 75


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 81

A. Pendekatan Penelitian ... 81

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 84

1. Lokasi penelitian ... 84

2. Subjek Penelitian ... 84

C. Data Penelitian ... 85

D. Instrumen Penelitian ... 85

E. Teknik Pengumpulan Data ... 86

F. Tahapan Penelitian ... 90

G. Analisis dan Penafsiran Data ... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 95

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 95

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 95

a. Lokasi MA Al-Jawami Kabupaten Bandung ... 95

b. Sejarah MA Al-Jawami Kabupaten Bandung ... 96

c. Visi dan Misi MA Al-Jawami ... 97

d. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 99

e. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 101

2. Pemaparan Data ... 102

a. Desain Perencanaan Pembelajaran Sejarah Mengembangkan Berpikir Kritis Melalui Penggunaan Media Audio Visual di MA Al-Jawami ... 102

b. Tahapan-tahapan Pengembangan (developing) Berpikir Kritis Melalui Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Sejarah di Ma Al-Jawami ... 113

c. Hasil Pengembangan Berpikir Kritis Melalui Penggunaan Media Audio Visual di Ma Al-Jawami ... 127

a. Hasil Belajar ... 128


(9)

B. Pembahasan ... 136

1. Desain Perencanaan Pembelajaran ... 136

2. Tahapan-tahapan Penggunaan Media Audio Visual untuk Mengembangkan Berpikir Kritis ... 143

3. Hasil Pengembangan Berpikir Kritis Melalui Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Sejarah ... 149

4. Solusi Dalam Mengatasi Hambatan Mengembangkan Berpikir Kritis ... 153

a. Solusi dalam Mengatasi Hambatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Penilaian ... 153

b. Solusi Mengatasi Masalah Tidak Terbiasanya Berpikir Divergen .... 157

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 160

A. Kesimpulan ... 160

B. Rekomendasi ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 165


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang dimilikinya. Potensi tersebut mencakup berbagai aspek kemampuan yang dapat dikembangkan pada diri peserta didik, baik kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui proses pendidikan, peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Ali, 2009: 1).

Salah satu karakteristik manusia cerdas adalah mampu berpikir kritis.

Sebuah kemampuan yang dapat dimiliki manusia melalui pembiasaan yang harus

dikembangkan melalui proses pendidikan, dalam jangka waktu yang panjang dan

berkelanjutan. Ennis (1996:xvii) dalam bukunya Critical Thinking

mengemukakan bahwa: “ critical thinking is a process, the goal of which to make reasonable decisions about what to believe and what to do”. Selain membutuhkan waktu yang panjang dan berkelanjutan, proses pendidikan untuk mencapai

kemampuan berpikir kritis memerlukan proses penguatan sehingga akhirnya

kebiasaaan itu menjadi bagian dari jati diri seseorang (characterization) (Hasan,

2012: 130).

Selanjutnya, Ennis (1996: 3) memperkenalkan berpikir kritis sebagai berpikir reflektif yang difokuskan pada membuat keputusan mengenai apa


(11)

yang diyakini atau dilakukan. Berpikir kritis mencakup proses pengaturan diri dalam memutuskan (judging) sesuatu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, maupun pemaparan menggunakan suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dibuatnya keputusan. Berpikir kritis penting sebagai alat inkuiri. Berpikir kritis merupakan suatu kekuatan serta sumber tenaga dalam kehidupan bermasyarakat dan personal seseorang.

Pemikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu yang besar, teraktual, nalarnya dapat dipercaya, berpikiran terbuka, fleksibel, seimbang dalam mengevaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka personal, berhati-hati dalam membuat keputusan, bersedia mempertimbangkan kembali, transparan terhadap isu, cerdas dalam mencari informasi yang relevan, beralasan dalam memilih kriteria, fokus dalam inkuiri, dan gigih dalam mencari temuan. Dalam bentuk sederhananya, berpikir kritis didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal, yaitu: kejernihan, keakuratan, ketelitian (presisi), konsistensi, relevansi, fakta-fakta yang reliabel, alasan-alasan yang baik, dalam, luas, dan sesua. Dalam hal ini, Ennis (1996: 5) membedakan berpikir kritis menjadi dua aspek penting yaitu aspekkarakter (disposition) dan keterampilan (ability).

Karakter dan keterampilan merupakan dua hal terpisah dalam diri seseorang. Dari perspektif psikologi perkembangan, karakter dan keterampilan saling menguatkan, karena itu keduanya harus secara eksplisit diajarkan bersama-sama (Kitchener dan King, 1995 dalam Facione et al., 2000: 45).

Karakter (disposition) tampak dalam diri seseorang sebagai pemberani, penakut, pantang menyerah, mudah putus asa, dan lain sebagainya. John


(12)

Dewey menggambarkan aspek karakter dari berpikir sebagai “atribut personal” (Dewey, 1933 dalam Facione et al., 2000: 47). Suatu karakter (disposisi) manusia merupakan motivasi internal yang konsisten dalam diri seseorang untuk bertindak, merespon seseorang, peristiwa, atau situasi biasa. Berbagai pengalaman memperkuat teori karakter (disposisi) manusia yang ditandai sebagai kecenderungan yang tampak, yang dapat dengan mudah dideskripsikan, dievaluasi, dan dibandingkan oleh dirinya sendiri dan orang lain. Mengetahui karakter (disposisi) seseorang memungkinkan kita memperkirakan, bagaimana seseorang cenderung bertindak atau bereaksi dalam berbagai situasi (Facione et al., 2000: 47).

Berbeda dengan karakter, keterampilan dimanifestasikan dalam bentuk perbuatan. Seseorang dengan keterampilan yang baik cenderung mampu memperlihatkan sedikit kesalahan dalam mengerjakan tugas-tugas sedangkan orang yang kurang terampil membuat kesalahan yang lebih banyak bila diberikan sejumlah tugas yang sama (Facione et al., 2000: 48).

Menurut Paul et al (2010: 1) Konsepsi berpikir kritis berasal dari dua kata

dasar dalam bahasa Latin yakni “kriticos” yang berarti penilaian yang cerdas (discerning judgment) dan “criterion” yang berarti standar. Kata kritis juga ditandai dengan analisis cermat untuk mencapai penilaian yang objektif terhadap

sesuatu.

Konsepsi berpikir kritis dapat dipandang dari dua cara, yakni konsepsi

umum dan konsepsi subjek-spesifik. Konsepsi umum memandang sebagai satu set

kemampuan dan disposisi yang bisa digeneralisasi dan dapat diterapkan dalam


(13)

konsepsi subjek-spesifik menganggap sebagai satu bentuk berpikir yang spesifik

dalam kerangka kognitif tertentu, tergantung pada dan ditentukan oleh

pengetahuan yang luas mengenai masalah yang dipikirkannya (Emilia, 2007: 34).

Mengenai potensi-potensi intelektual yang dimiliki manusia, Gordon (2003:1-2) membagi memori manusia dalam dua kategori yaitu memori biasa (ordinary memory) dan memori cerdas (intelegent memory). Memori biasa terdapat pada orang-orang yang kurang mengembangkan kecerdasan berpikirnya, sedangkan memori cerdas merupakan hasil dari proses pendidikan yang panjang dan terus menerus mengenai berpikir kritis. Walaupun diakui bahwa intelegensi atau kecerdasan dipengaruhi oleh faktor hereditas, namun potensi tersebut tidak akan berkembang dengan baik tanpa campur tangan lingkungan, termasuk di dalamnya lembaga pendidikan.

Menurut Harris dalam Hasan (2012:130) berpikir kritis adalah

a habit of cautious evaluation an analytic mindset aimed at discovering component parts of ideas and philoshopies, eager to weigh the merits of arguments and reasons in order to become a good judge of them”.

Dalam definisi tersebut, jelas bahwa berpikir kritis dikembangkan melalui kebiasaan dalam menganalisis sebuah masalah, baik faktor penyebab, proses maupun keputusan-keputusan yang akan diambil dalam memecahkan masalah tersebut. Kemampuan tersebut merupakan salah satu aspek kemampuan yang harus dikembangkan secara terus menerus dan berkesinambungan melalui proses pendidikan. Begitu juga Ennis (1996:vxii) menilai bahwa kemampuan berfikir kritis merupakan aspek utama dalam kehidupan manusia, sebab menurutnya manusia senantiasa membuat keputusan-keputusan dalam memecahkan masalah kehidupannya, baik dalam


(14)

memecahkan masalah-masalah pribadi, pekerjaan, maupun sebagai warga Negara.

Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Selain sudah tercakup dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam kehidupannya, baik dalam mengembangkan potensi dirinya, masyarakat atau bangsanya. Dalam berfikir kritis seseorang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan perhatian (focus), argumentasi-argumentasi rasional (reasons), kesimpulan-kesimpulan (inference), beradaptasi dalam situasi-situasi tertentu (situation), kejelasan dalam berfikir (clarity), dan mempunyai wawasan yang luas (overview). Keenam elemen dasar berfikir kritis tersebut oleh Ennis (1996:4) disebut dengan FRISCO approach atau FRISCO ideas dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis.

Keenam tahap berpikir kritis tersebut merupakan tahap-tahap kemampuan kognitif tingkat tinggi menurut konsep kemampuan kognitif manusia (Yulaelawati, 2007:71). Melalui kemampuan tersebut, maka peserta didik dapat memaksimalkan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang akan dihadapinya dengan benar dan tepat. Dalam hal ini Muhfahroyin (2009:1) menjelaskan bahwa:

Critical thinking is relates to high level activity covers ability in problem solving, decision making, reflective thinking, creative thinking, and conclusion making. Critical thinking is called as a higher order thinking skill. Student centered learning requires a learner to think critically with creativity, inovation, and supported a curriculum that is supporting the learning.


(15)

Kemampuan berpikir kritis juga sangat diperlukan peserta didik sebagai bekal dalam menghadapi perkembangan dunia saat ini, di mana tantangan dan kebutuhan hidup manusia terus berkembang dan lebih berat yang membutuhkan daya pikir dan nalar yang lebih berkualitas. Peserta didik yang tidak mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis hanya akan menjadi objek penguasaan globalisasi, di mana pada era informasi global proses masuknya budaya dan informasi baru akan semakin cepat dan membutuhkan keterampilan untuk memilih, menyeleksi, dan mengolah serta menggunakan informasi tersebut dalam meningkatkan kualitas kehidupannya.

Pembelajaran sejarah mempunyai kedudukan yang penting dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis. Menurut Hasan (2008, 3-4) dari delapan potensi pendidikan sejarah, maka potensi pertama yang dapat dikembangkan adalah pendidikan sejarah mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Sebagai pelajaran mengenai peristiwa masa lampau, sejarah memiliki berbagai masalah yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis dalam memahami dan menilai berbagai peristiwa sejarah tersebut, baik dari aspek peristiwanya maupun hubungan serta manfaatnya bagi kehidupan masa kini. Dari aspek peristiwanya, banyak sejarah yang disajikan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis terhadap fakta-fakta yang ada, misalnya apakah fakta yang disajikan tersebut sesuai dengan yang sebenarnya atau tidak. Materi-materi sejarah yang masih dianggap kontroversial sangat baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran sejarah. (Kamarga, 2008: 16).


(16)

Selain itu, proses belajar berfikir kritis dalam pembelajaran sejarah dapat berlangsung dengan mendorong peserta didik untuk menggali keterhubungan peristiwa sejarah dengan peristiwa-peristiwa berikutnya sampai peristiwa saat ini. Menggali nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah peristiwa sejarah kemudian memikirkan manfaat dan kegunaannya dalam kehidupan manusia saat ini merupakan proses berpikir kritis yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah. Dalam hal ini Wiriaatmadja (2002:147) menguraikan konsepsi berpikir kritis dalam pelajaran sejarah sebagai berikut:

Kemampuan berfikir peserta didik melalui pendidikan sejarah dikembangkan tidak hanya dengan cara menghafal siapa, kapan, dan di mana (who, when, dan where) saja, melainkan yang perlu lebih mantap dan sering dilakukan adalah denhan memaparkan bagaimana (how atau proses) dan mengapa (why)-nya dari sebuah peristiwa sejarah sehingga peserta didik dilatih dalam aspek kognitif yang lebih tinggi dari pengatahuan saja.

Dalam pengembangan kurikulum pendidikan sejarah berpikir kritis juga merupakan salah satu prinsip utama. Hasan (2006) mengemukakan beberapa pengembangan kurikulum pendidikan sejarah antara lain: 1) berdasarkan lingkungan terdekat peserta didik, 2) belajar dari yang konkrit ke yang abstrak serta, 3) Belajar untuk berpikir haruslah sudah menjadi prinsip dalam kurikulum pendidikan sejarah.

Prinsip ketiga itulah yang mesti dipahami bagi pengembang kurikulum pendidikan sejarah, baik dari tingkat pusat sampai guru sejarah itu sendiri. Sebab selama ini, masih banyak kesalahfahaman terhadap pendidikan sejarah, yaitu anggapan bahwa pendidikan sejarah hanya menekankan pada

kemampuan “ordinary memory” saja atau kemampuan mengingat dan


(17)

maupun makna dari fakta tersebut dalam meningkatkan kebajikan kehidupan. Padahal objek mata pelajaran sejarah bersifat lebih abstrak dan sesuatu yang abstrak memerlukan kemampuan berpikir yang lebih tinggi. (Hasan, 2007:1-2). Dalam hal ini Hastuti (2010:2) mengungkapkan bahwa:

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah dapat dilakukan guru melalui proses pembelajaran sejarah dengan melakukan pendekatan kreatif yang berdasarkan filosofi kontruktivisme dan berorientasi pada pendekatan kontekstual. Hal itu hanya dapat dilakukan jika guru memahami dan menguasai tidak hanya teori dan konsep sejarah dengan baik, tetapi juga guru diharapkan mampu merekonstruksi suasana pembelajaran yang kondusif, menumbuhkan kreatifitas anak, merangsang proses berpikir dan imajinasi siswa

Nash dan Crabtree dalam Supardan (2004:2) mengemukan pentingnya berpikir kritis dalam belajar sejarah. Menurut mereka, kemampuan berpikir kritis sangat berhubungan dengan pengembangan keterampilan sejarah, sehingga antara pemahaman, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan sejarah merupakan kualitas standar yang harus dikuasai oleh setiap siswa yang belajar sejarah. Keterampilan sosial tersebut mencakup didalamnya adalah keterampulan berpikir dan bernalar secara kritis (thinking and reasoning) yang harus dilatihkan, dicontohkan dan dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran sejarah (Supriatna, 2007). Hasan (1999:9) menyimpulkan bahwa terdapat pergeseran dalam filsafat pendidikan sejarah dari perenialism yang menekankan “transmission of the glorious past” ke arah suatu posisi di mana berbagai aliran filsafat seperti essensialism bahkan social recontructionism bergabung terlebur di dalamnya.

Mengajarkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah memerlukan perencanaan yang baik. Hal itu disebabkan karena belajar sejarah


(18)

adalah berlajar konsep-konsep yang abstrak sehingga guru harus mampu menyajikan pembelajaran sejarah yang mendorong daya berpikir kritis dan rasional terhadap konsep atau peristiwa sejarah yang diajarkan. Peristiwa-peristiwa sejarah dengan berbagai macam interpretasinya akan mendorong peserta didik berpikir kritis sekaligus melakukan refleksi makna dari nilai-nilai yang dapat digali dari materi pelajaran sejarah tersebut.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penggunaan media pembelajaran dapat membantu upaya-upaya pembelajaran sejarah dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Media dapat membantu peserta didik lebih memahami materi pelajaran, sekaligus mengkaji secara kritis materi maupun makna dari sebuah peristiwa sejarah. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai latar belakang, proses atau dampak dari sebuah peristiwa yang dihantarkan melalui media pembelajaran sejarah. Media pembelajaran dapat mempermudah guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini Marlina (2009:1) berpendapat bahwa:

Seiring perkembangan jaman dan kemjauan teknologi, maka makin banyak pilihan dalam unsur-unsur program pengajaran tersebut. Pelajaran sejarah sangat membosankan dan bersifat hapalan, sehingga sejarah diremehkan. Melalui tersedianya beraneka ragam faslitas teknologi yang dapat digunakan untuk pembelajaran sejarah tersebut maka memberikan banyak pihan kepada guru untuk memanfaatkannya sehingga dapat memberikan kemudahan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan mengoptimalkan hasil belajar.

Begitu pula media pembelajaran dapat mempermudah guru dalam menyajikan materi-materi sejarah yang bersifat abstrak dan kemungkinan sulit disampaikan tanpa melalui media, misalnya hanya melalui metode bertutur


(19)

(bercerita). Mengenai hal tersebut, Santyasa (2007:2) menyimpulkan bahwa prinsip media mediated instruction menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan Ivent belajar secara optimal. Ivent belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula.

Dalam era perkembangan teknologi yang maju saat ini, banyak media pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya. Saat ini, media audio-visual adalah salah satu media pembelajaran yang banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Media audio-visual terbukti lebih efektif dalam mempermudah peserta didik memahami materi pelajaran yang diberikan dibandingkan dengan pembelajaran tanpa media atau media satu atau dua dimensi saja. Hal tersebut dibuktikan beberapa penelitian mengenai penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran sejarah.

Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk mengkaji penggunaan media dalam pembelajaran sejarah. Pertama, penelitian yang dilakukan Marlina (2008) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Multimedia Terhadap Hasil Belajar Sejarah (Studi perbandingan Penggunaan Media Film dan Internet dalam Pembelajaran Sejarah Pada siswa Kelas 3 SMA Taruna Bakti Bandung)”. Hasil penelitian tesis tersebut adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan. Sehingga penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sejarah berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.


(20)

Silvya dalam penelitian berjudul “Efektifitas Pemanfaatan Media Film dalam Pembelajaran Sejarah Dalam Upaya Meningkatkan Kesadaran Kebangsan Siswa”, Sylvia (2005) menyimpulkan bahwa media film sangat efektif dalam meningkatkan kesadaran kebangsaan siswa Fitria (2008) dalam tesisnya yang berjudul: “Pengaruh Pemanfaatan Media Film dan Internet dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah”, menyimpulkan bahwa penggunaan media film dan internet sangat berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Selanjutnya juga disimpulkan bahwa media film sebagai media audio-visual lebih berpengaruh daripada penggunaan media internet.

Selain itu Utomo (2008) dalam penelitiannya mengenai “Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Audiovisual dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Kota Kudus”, menyimpulkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran audio-visual berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai pemanfaatan Media Audio-Visual terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di MA Al-Jawami Kabupaten Bandung. Penggunaan media audio-visual dalam pembelajaran sejarah, khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dilatarbelakangi kenyataan bahwa media audio-visual merupakan media terlengkap yang menyajikan suara dan gambar dalam waktu bersamaan sehingga dianggap


(21)

sebagai media yang paling efektif dalam menghantarkan materi pembelajaran sejarah.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini difokuskan kepada masalah pemanfaatan media Audio-Visual dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa MA Al-Jawami Kabupaten Bandung. Penelitian akan mengkaji berbagai aspek baik dalam persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi pembelajaran sejarah dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis melalui pemanfaatan media audio-visual.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini terurai dalam beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana desain perencanaan pembelajaran sejarah dengan berpikir kritis melalui penggunaan media audio visual di Madrasah Aliyah Al-Jawami? 2. Bagaimana tahapan-tahapan pengembangan (developing) berpikir kristis

melalui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sejarah di Madrasah Aliyah Al-Jawami?

3. Bagaimana hasil yg diperoleh dalam pengembangan berpikir kritis melalui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sejarah di Madrasah Aliyah Al-Jawami?


(22)

4. Bagaimana solusi mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pengembangan berpikir kritis melalui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sejarah di Madrasah Aliyah Al-Jawami?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menyusun desain perencanaan pembelajaran sejarah dengan berpikir kritis melalui penggunaan media audio visual di Madrasah Aliyah Al-Jawami. 2. Menganalisis tahapan-tahapan pengembangan (developing) berpikir kristis

melalui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sejarah di Madrasah Aliyah Al-Jawami.

3. Mengetahui hasil yg diperoleh dalam pengembangan berpikir kritis melalui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sejarah di Madrasah Aliyah Al-Jawami.

4. Mencari solusi mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pengembangan berpikir kritis melalui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sejarah di Madrasah Aliyah Al-Jawami.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan pendidikan terutama berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui media audio visual dalam pembelajaran sejarah yang searah dengan tujuan kurikulum pendidikan nasional yang juga memberi manfaat secara :


(23)

1. Teoritis, berarti bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan sejarah yaitu untuk mengetahui pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui media audio visual dalam pembelajaran sejarah. Dalam dekade yang cukup panjang pembelajaran sejarah di negara tercinta ini selalu mengalami kebuntuan. Bentuk pembelajaran sejarah yang konvensional mengakibatkan bentuk pembelajaran satu arah. maka dengan penggunaan media pembelajaran audio visual ini berharap lebih mudah bagi guru dan siswa dalam mentransformasikan ilmu sejarah secara general dan bermakna, sehingga akan menghadirkan pembelajaran yang kritis yang lahir dari siswa-siswa yang mampu berpikir kritis-analistis.

2. Praktis, penelitian ini dapat berguna bagi institusi-institusi pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan menengah. Penelitian ini berguna sebagai feedback sekaligus sebagai para meter untuk mengetahui seberapa jauh pembaharuan pembelajaran pendidikan sejarah di lapangan yang telah bergulir dan membawa hasil yang diharapkan. Selain itu juga bermanfaat untuk mengukur seberapa jauh kesiapan guru-guru pendidikan Sejarah dalam memulai dan memasyarakatkan pembaharuannya baik yang menyangkut strategi pembelajarannya maupun substansi atau konten pembelajarannya.


(24)

F. Penjelasan Istilah

Agar diperoleh kesamaan persepsi dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan. Berikut dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Kemampuan berpikir kritis merupakan berpikir reflektif yang

difokuskan pada membuat keputusan mengenai apa yang diyakini atau dilakukan. Batasan berpikir kritis sebagai pengaturan diri dalam memutuskan (judging) sesuatu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, maupun pemaparan menggunakan suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dibuatnya keputusan.

2. Media audio-visual merupakan penggabungan media audio (pendengaran) dan visual (tayangan). Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptaan pesan belajar melalui bentuk visualisasi sehingga mendorong peserta didik untuk berimajinasi terhadap materi ajar tersebut.

3. Sejarah dalam kurikulum 2006 diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau bedasaran kaidah-kaidah tertentu. Terkait dengan pendidikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,


(25)

watak dan kepribadian peserta didik (Depdiknas, 2006). Sehingga fungsi pembelajaran sejarah merupakan proses menyadarkan peserta didik akan adanya proses perubahan dan perkembangan perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami dan menjelasan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa depan di tengah-tengah perubahan dunia.

G. Sistematika Penulisan

Tesis ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kajian pustaka pustaka mengenai konsep berpikir kritis, media audio-visual, pembelajaran sejarah, dan peranan media audio-visual dalam pembelajaran sejarah, juga akan dipaparkan paradigma penelitian ini.

Bab III Metodologi Penelitian, pada bab ini akan diuraikan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, metode, instrumen, langkah-langkah penelitian dan analisis data penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini akan diuraikan seluruh hasil penelitian serta diikuti dengan pembahasan nya.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian, serta akan disampaikan rekomendasi yang diperoleh dari hasil penelitian.


(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang berjudul Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Media Audio Visual dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Inquiry Naturalistik di Madrasah Aliyah Al-Jawami Kabupaten Bandung) ini bermaksud memperoleh gambaran keadaan secara keseluruhan tentang pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui penggunaan media audio visual dalam pembelajarah sejarah di MA Al-Jawami Kabupaten Bandung. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu pendekatan dan metode penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, karena metode ini dipandang tepat untuk dijadikan dasar tilikan bagi peneliti. Sesuai dengan masalah penelitian, maka diperlukan pengungakapan secara komprehensif dan mendasar melalui sebuah penelitian kualitatif. Metode ini dipandang tepat untuk dijadikan dasar penelitian bagi peneliti. Karena masalah yang diteliti memerlukan pengungkapan secara komprehensif dan mendasar.

Berdasarkan hal tersebut di atas, metode penelitian yang dianggap relevan adalah metode kualitatif dengan pendekatan inkuiri naturalistik atau naturalistic inquiry. Creswell (1998: 15) mendefinisikan penelitian kualitatif

sebagai berikut:

Qualitative research is an inquiry p[roses of understanding based on distinc methodological traditions of inqury thaat explore a social or human problem. The researcher build a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of information, and conducts the study in a natural setting


(27)

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian yang menyelediki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks yang bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi ilmiah.

Moleong (2995:5) mengungkapkan pula pemahaman mengenai pendekatan kualitatif sebagai berikut :

Pendekatan kualitatif beraakar pada latar belakang alamiah sebagai kutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan emtode kualitaif, mengandalkan analisis secara induktif, mengarahkan sesama penelitian pada usaha menemukan teori-teori dari dasar yang bersifat deskriptif, lebih mengutamakan proses dari pada hasil, membatasi fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rencana penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, peneliti dan subjek peneliti.

Bogdan dan Biklen dalam Bohari (2010:104) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif untuk pendidikan dengan sebutan “naturalistik” sesuai dengan karakteristik masalah yang dikaji. Secara operasional terdapat lima karakteristik utama dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researcher is the key instrument.

2. Qualitative research is decriptive. The data collected is in the form of words or picture rather than number.

3. Qualitative research are concerned with process rather than simply with autcomes or products

4. Qualitative research tend to analyze their data inductively 5. “meaning” is of essential to qualitative approach


(28)

Dari uraian Bogdan dan Biklen di atas, jelas bahwa dalam penelitian kualitatif data diperoleh dalam bentuk kata-kata, lebih menekankan proses daripada hasil, analisis induktif dengan mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati, serta mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial.

Sedangkan khusus mengenai metode inquiri naturalistik dalam penelitian kualitatif, Guba dalam Bohari (20120:105) menyebutkan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Inkuiri naturalistik dilakukan oleh penelitia berkaitan dengan stimulus variabel bebas atau kondisi anticiden yang merupakan dimensi penting sekali.

2. Dimensi penting lainnya ialah apa yang dilakukan oleh peneliti dalam membatasi rentangan respon dari keluaran subjek.

3. Inkuiri naturalistik tidak mewajibkan peneliti terlebih dahulu membentuk konsepsi-konsepsi atau teori-teori tertentu mengenai lapangan perhatiannya, sebaiknya ia dapat mendekati lapangan perhatian dengan pemikiran yang murni dan terbuka, menampilkan dan memunculkan peristiwa-peristiwa nyata.

4. Istilah naturalistik merupakan istilah yang memodifikasi penekitian atau metode, tetapi tidak memodifikasi gejala-gejala.

Dalam penelitian ini guru sebagai mitra peneliti, mulai dari observasi, perencanaan, sampai pada pelaksanaan di lapangan. Dalam menggunakan metode inquiri naturalistik ini penulis perlu melibatkan diri dalam kehidupan objek-objek, keterlibatan ini sedikit banyak disebabkan oleh hubungan dengan subjek.

Selanjutnya dalam pemilihan pengolahan data secara kualitatif, peneliti berpedoman pada a) sumber data dicari secara langsung oleh peneliti, b) data adalah data primer yang diperoleh secara langsung oleh peneliti, c) kebermaknaan adata menurut tafsiran peneliti.


(29)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Adapun yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah Madrasah Aliyah (MA) Al-Jawami yang terletak di Kecamatan Cileuyi Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, aspek pelakunya adalah guru sejarah dan siswa MA Al-Jawami Kecamatan Cileuyi Kabupaten Bandung. Dasar pertimbangan memilih MA Al-Jawami adalah salah satu sekolah tingkat menengah atas yang berbasis pendidikan agama Islam yang dianggap cenderung menekankan pada pendidikan agama dan nilai, sehingga menarik diteliti sejauhmana upaya-upaya pengembangan berfikir kritis sebagai salah satu aspek dalam pengembangan intelektual di sekolah yang berbasis pendidikan agama dan nilai.

2. Subjek Penelitian

Berdasarkan rancangan naturalistik (Moleong, 2005) bahwa yang dimaksud dengan subjek penelitian hanyalah sumber data yang dapat memberikan informasi atau yang dapat membantu perluasan teori yang dikembangkan. Subjek penelitian dapat berupa hal, peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi atau responden yang dapat diwawancara. Sumber penelitian ini merupakan sumber informasi atau data yang ditarik dan dikembangkan secara pusposif.

Berdasarkam pendapat tersebut maka yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas dan guru mata pelajaran sejarah, dokumen-dokumen pembelajaran dan sekolah di Madrasah Aliyah Al-Jawami Kabupaten Bandung dan sumber kepustakaan seperti : jurnal, hasil penelitian terdahulu, buku teks, disertasi, tesis, yang berkaitan dengan masalah penelitian.


(30)

C. Data Penelitian

Proses pengumpulan data penelitian ini disesuaikan dengan jenis penelitian. Data yang dihimpun dalam penelitian ini berupa kata-kata, tindakan dan dokumen, situasi dan peristiwa yang dapat diobservasi (Moleong, 1982:122). Sumber data yang dimaksud adalah:

a. Kata-kata yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung melalui wawancara dan observasi.

b. Dokumen berupa kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku sumber, dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian.

c. Situasi yang berhubungan dengan kegiatan subjek penelitian dan masalah penelitian seperti dalam proses belajar mengajar, situasi belajar di perpustakaan dan situasi di lingkungan sekolah.

D. Instrumen penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Peneliti berusaha untuk responsif dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan.


(31)

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Buku catatan, yang berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.

b. Lembar panduan observasi dan wawancara dipergunakan untuk membantu peneliti dalam melakukan wawancara dan mengamati proses bagaimana seorang guru sejarah mengajar di kelas.

c. Alat kamera digital dan perekam suara yang digunakan untuk mengambil gambar dalam proses belajar mengajar, waancara dan suasana sekolah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam sebuah penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan cara. Dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium, di rumah berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka menggunakan sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber sekunder yaitu sumber yang tidak memberikan data kepada pengumpul data secara langsung, namun misalnya melalui orang lain atau dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara maka dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, diambil dari responden penelitian yaitu guru sejarah, siswa, kepala sekolah maupun wakil kepala sekolah bidang


(32)

kurikulum. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen resmi maupun tidak resmi yang berhubungan dengan materi penelitian yang mendukung dan Rossman dalam Sugiyono (2005:63) menyatakan bahwa

“the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct observation, indepth interviewing, document review”.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, maka metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Pustaka

Dalam metode ini, penulis melakukan upaya mencari dan mengumpulkan berbagai teori dari berbagai literatur yang berkenaan dengan fokus masalah penelitian.

2. Observasi

Observasi dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu ketika dilakukan studi pendahuluan untuk melihat secara langsung kondisi objek lokasi penelitian, observasi terhadap proses pembelajaran sejarah menggunakan media audio visual sebanyak dua kali degan untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sejarah dan siswa, di antaranya :

a. Mengamati secara langsung proses pembelajaran yang dilakukan di kelas mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai kegiatan penutup pembelajaran. Pengamatan difokuskan terhadap bagaimana proses pembelajaran sejarah dengan media audio visual dapat mengembangkan


(33)

kemampuan berpikir kritis peserta didik. Dalam hal ini observasi tertuju pada guru dan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. b. Mengamati kemampuan berpikir kritis peserta didik selama proses

pembelajaran. Apakah dengan penggunaan media audio visual kemampuan berpikir kritis peserta didik berkembang.

c. Mengamati ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik, khususnya ketersediaan media audio visual di objek penelitian. Selain itu juga mengamati kemampuan guru dalam menggunakan media tersebut secara baik dalam proses pembelajaran.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini, tujuan digunakan teknik wawancara adalah sebagai berikut.

a. Untuk memperoleh data-data mengenai pemahaman, tanggapan dan pandangan guru mengenai proses pembelajaran sejarah, penggunaan media audio visual dan pengembangan berfikir kritis dalam pembelajaran sejarah. b. Untuk menggali pemahaman, tanggapan dan pandangan siswa terhadap

proses pembelajaran sejarah, penggunaan media audio visual serta pengembangan berfikir kritis. Semua itu untuk memperoleh data-data penelitian yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.


(34)

Agar wawancara dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan maka disusun pedoman wawancara terlebih dahulu, baik wawancara dengan guru sejarah maupun siswa. Panduan wawancara yang telah dipersiapkan dan bersifat terbuka dengan maksud dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan. Wawancara bersifat “open ended” artinya peneliti memberikan kebebasan diri dan mendorongnya untuk bebicara secara luas dan mendalam. Wawancara yang dilakukan kepada informan yang benar-benar dapat memberikan keterangan tentang persoalan dan dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Pedoman wawancara dalam penelitian ini terlampir dalam lampiran penelitian.

4. Dokumentasi

Teknik Dokumentasi yaitu dengan menelusuri dan menemukan informasi tentang pola prosedur pengadministrasian dan perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru. Dengan demikian teknik ini berusaha mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan masalah penelitian dalam hal dokumen-dokumen tertulis sebagai acuan guru dalam proses pembelajaran, meliputi perangkat kurikulum dan perangkat pembelajaran dibuat oleh guru. Penggunaan teknik dokumentasi dalam penelitian ini didasarkan pada alasan sebagai berikut:

a. Dokumen kurikulum dan pembelajaran merupakan dokumen penting yang dapat mengungkap tujuan dan rencana guru dalam mengimplementasikan proses pembelajaran.

b. Dokumen merupakan data yang mudah diperoleh di sekolah dan kaya akan informasi yang hendak dicari peneliti.


(35)

c. Dokumen merupakan sumber resmi yang menggambarkan kenyataan formal dari sebuah sekolah, guru atau proses pembelajaran.

d. Merupakan informasi yang baik, baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan di dalamnya.

F. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi, tahap member check, pengujian validitas dan realibilitas dan tahap penyusunan laporan hasil penelitian.

1. Tahap Orientasi

Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak ditelitia. Peneliti hanya berbekal pemikiran tentang kemungkinan adanya masalah yang layak diungkap dalam penelitian ini. Perkiraan muncul dari hasil pengamatan penulis selama mengajar di sekolah ini, serta hasil membaca berbagai sumber.

2. Tahap Eksplorasi

Dalam tahap ini penelitian melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan merupakan data yang berasal dari setting alamian, sumber data primer dan teknik pengumpulan datanya lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (indept interview) dan dokumentasi. Penelitian juga melakukan analisis data selama pelaksanaan tahap eksplorasi.


(36)

3. Tahap Member Check

Tahap ini merupakan kegiatan pengecekan kebenaran dari data dan informasi yang telah dikumpulkan dengan tujuan agar hasil penelitian lebih valid.

4. Tahap Pengujian Validitas dan Realibilitas

Uji Validitas dan realibilitas dilakukan untuk menguji keabsahan data dalam penelitian. Menurut Sugiono (2007: 117-118) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, reliabilitas dan konfirmabilitas (obyektivitas).

Uji kredibilitas dilakukan untuk mengukur kebenaran data yang dikumpulkan apakah menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden. Uji transferbilitas yaitu sebuah kriteria untuk mengukur sampai sejauh manakah hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain. Uji dependabilitas berhubungan dengan konsistensi suatu hasil penelitian apabila penelitian yang sama diulangi atau direfliksasi oleh peneliti lain. Sedangkan uji konfirmabilitas berhubungan dengan objektivitas suatu hasil penelitian, yaitu apakah hasil penelitian tersebut dapat dikonfirmasi atau dibenarkan oleh peneliti yang lain.

5. Tahap Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

Tahap ini merupakan proses terakhir ketika kegiatan analisis data telah selesai. Pada tahap ini pula peneliti mengeek semua hasil penelitian agar laporan penelitian tersebut kredibel.


(37)

Adapun langkah-langkah operasional dalam pelaksanaan penelitian ini secara garis besar dilakukan sebagai berikut :

1. Perencanaan dan persiapan penelitian a. Seminar proposal penelitian;

b. Obsevasi lapangan dan identifikasi permasalahan yang ada dilapangan; c. Mengidentidikasi materi-materi sejarah lokal yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sejarah untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis melalui penggunaan media audio visual. 2. Pelaksanaan penelitian

a. Wawancara dengan guru sejarah dalam upaya mengembangkan materi-materi pembelajaran sejarah yang mampu mengembangkan kemampuan berfikir siswa.

b. Menyusun dan mengembangkan desain pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis melalui penggunaan media audio visual.

c. Mengimplementasikan materi-materi sejarah lokal tersebut dalam proses pembelajaran,

d. Melakukan observasi dan wawancara mengenai keberhasilan pembelajaran sejarah lokal. Wawancara dengan guru dan siswa di MA Al-Jawami Kabupaten Bandung.

e. Triangulasi data dengan mengecek kembali data-data yang diperoleh selama penelitian


(38)

G. Analisis dan Penafsiran Data

Analisis dan penafsiran data dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data kualitatif yang terkumpul secara deskriptif. Data disajikan secara ilmiah dan dipaparkan secara mendalam dengan memberikan elaborasi dari setiap poin yang ada dalam data.

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaksi (interactive analysis models). Dalam model ini komponen reduksi data dan sajian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul, maka tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan) saling berinteraksi. Langkah-langkah dalam analisis interaksi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1.

Komponen analisis Data Model Miles and Hubberman (Sugiyono, 2008: 338)

Data collection

Verification Data display


(39)

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, berdasarkan model di atas maka langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah :

1. Pengumpulan data (data collection)

Dilaksanakan dengan cara mencari data yang diperlukan dalam penelitian ini. Pengumpulan dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada di lapangan, kemudian dilakukan pencatatan data tersebut.

2. Reduksi data (data reduction)

yaitu kegiatan di mana data direduksi dengan cara merangkum, mengklasifikasi sesuai focus dan aspek-aspek permasalahan pola pembelajaran guru dalam pembelajaran sejarah.

3. Display data, yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat untuk memudahkan memahami gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.

4. Penarikan kesimpulan dan refleksi, yaitu dengan melakukan kesimpulan secara bertahap, mulai dari kesimpulan sementara pada saat proses penelitian sampai kesimpulan akhir pada pelaporan penelitian.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan berfikir kritis melalui media audio visual dalam pembelajaran sejarah di MA Al-Jawami masih belum maksimal dilakukan. Hal tersebut berdasarkan kajian, baik dari dokumen-dokumen pembelajaran, observasi pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Secara khusus, berdasarkan uraian pada pembahasan hasil penelitian, dan temuan-temuan yang yang diperoleh peneliti, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pertama, tentang desain perencanaan pembelajaran menunjukan bahwa pada dasarnya guru sejarah di MA Al-Jawami telah mulai mengembangkan desain pembelajaran sejarah dengan penggunaan media audio visual untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Tapi secara teoritis belum dikembangkan secara maksimal sesuai dengan tahapan-tahapan pengembangan berfikir kritis yang ada. Kesadaran akan pentingnya mengembangkan kemampuan berfikir kritis masih dalam tataran pandangan dan paradigma,. belum diwujudkan dalam desain pembelajaran sejarah yang mencakup aspek-aspek pengembangan berfikir kritis yang dikembangkan para ahli pendidikan. Desain pembelajaran harus dirancang sesuai dengan karakteristik, tujuan dan materi pembelajaran. Pemilihan pendekatan,


(41)

metode dan teknik pembelajaran harus disesuaikan dengan media audio visual yang akan disajikan.

2. Kedua, tahapan-tahapan pengembangan berpikir kritis melalui penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran sejarah yang dilakukan guru sejarah di MA Al-Jawami telah mulai berlangsung, walaupun pembelajaran sejarah yang dilakukan guru sejarah di sekolah tersebut belum secara eksplisit merancang dan melakukan tahapan-tahapan pengembangan berpikir kritis. Hal ini berarti penggunaan media audio visual dapat dijadikan media alternatif dalam mengimplementasikan tahapan-tahapan pengembangan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah. Tahapan-tahapan pengembangan berpikir kritis melalui penggunaan media audio visual di MA Al-Jawami di integrasikan dalam tahapan-tahapan proses pembelajaran secara umu, namun dengan penekanan-penekanan dalam upaya merangsang siswa untuk berpikir kritis, baik dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan guru kepada siswa maupun pengembangan materi-materi kontroversial.

3. Ketiga, penggunaan media audio visual mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa, disamping mampu meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Melalui penggunaan media audio visual berupa penayangan film-film mampu mendorong siswa untuk berfikir kritis, baik yang dilakukan oleh siswa sendiri secara spontan maupun melalui rangsangan guru dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tayangan dalam media. Siswa MA Al-Jawami sudah mampu berfikir abstrak sehingga mereka mampu berfikir secara kritis terhadap


(42)

masalah-masalah yang mereka anggap janggal dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut. Selain itu, dari hasil kerja siswa dalam LKS menunjukkan bahwa siswa MA Al-Jawami mampu mengembangkan berpikir kritis berdasarkan tayangan film dan pengetahuan awal yang sudah mereka miliki mengenai materi tayangan film tersebut. Hasil evaluasi yang dilakukan di akhir pembelajaran sejarah menunjukan hasil yang cukup menggembirakan, di mana terdapat peningkatan hasil belajar yang diharapkan guru sejarah di MA Al-Jawami.

B. Saran dan Rekomendasi

1. Untuk Guru

a. Guru harus mampu mengembangkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual dalam mengembangkan kemampan berfikir siswa untuk :

1) Mendorong sikap kritis dan argumentatif terhadap masalah yang mereka hadapi

2) Membangun kesadaran kesejarahan pada diri siswa

3) Mengembangkan kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang harus dimiliki siswa sebagai anggota masyarakat.

4) Menumbuhkan dan menanamkan sikap kepedulian sosial, dan mampu mengaplikasikan nilai-nilai positif sejarah sebagai bagian pengembangan budaya dan karakter bangsa.


(43)

b. Guru sejarah harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan media visual untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai guru profesional dan sebagai pengembang kurikulum. c. Guru sejarah harus mampu mengembangkan pendekatan, model dan

metode pembelajaran sejarah untuk mengeksplor kemampuan berpikir kritis siswa melalui penggunaan media audio visual.

d. Guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan inkuiri dalam pembelajaran sejarah untuk mengembangkan kemampuan merekonstruksi pengetahuannya secara mandiri.

e. Dengan upaya di atas guru akan mampu mengembangkan kemampuan berpiki kritis siswa menjadi sebuah kebiasaan.

2. Untuk Sekolah

a. Sekolah memberikan ruang bagi guru sejarah untuk mengembangkan pendidikan sejarah di sekolah yang sesuai dengan kebutuhan siswa sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya.

b. Sekolah selalu memberikan motivasi kepada guru untuk berinovasi dalam melaksanakan tugas profesionalnya

c. Sekolah harus memberikan kesempatan pada guru untuk mengoptimalkan fungsinya sebagai pengembang kurikulum di sekolah.

d. Sekolah harus memberikan dukungan atas kreativitas guru baik moral maupun material.


(44)

e. Sekolah mengadakan upaya meningkatkan kemampuan pedagogik, profesional , dan kemampuan sosial guru dengan mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan pendidikan dan latihan, baik di tingkat sekolah, MGMP, seminar nasional maupun internasional, maupun melalui pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, T. (1996). “ Di Sekitar Pengajaran Sejarah yang Refkletif dan

Inspiratif”. Dalam Jurnal Sejarah Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi 6 oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Ali, M. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Ali,M.(2005). Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKIS.

Anderson, RH. (1994). Pemilihan dan Pengembangan media Video Pembelajaran. Jakarta : Grafindo Pers.

Anggara, B. (2007). “Pembelajaran Sejarah yang Berorientasi pada Masalah-

Masalah Sosial Kontemporer”. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Peserta didik Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007 Anggelo, M. (1993), Beginning the dialogue: Thoughts on promoting critical

thinking: Classroom assessment for critical thinking. dalam Karen I. Adsit, Ed, Teaching Critical Thinking Skill [Online].

Bayu. Saputro Suhardi. (2009). Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Perangkat Lunak Dream Weaver Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Siswa Di SMK Negeri 5 Malang. (Online). Tersedia: http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/ -39580.html. 18 Agustus 2011

Bogdan. R.C & Biklen, S.K. (1992). Qualitative Research for Education. Boston: Allyn & Bacon

Bohari. (2010). Pengembangan pembelajaran Berbasis Multikultural dalam Meningkatkan Kerukunan Antar Etnik. Tesis UPI Bandung.

Burhanudin, E, dkk. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Costa Arthur L., (1997), Teaching For Intelligence Recognizing and encouraging skillful thinking and behavior. [Online]. Tersedia:http://www.context.org/ICLIB /IC18/Costa.htm [ 18 Juli 2012] Cresswell, JW. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif


(46)

Supardan, Dadang. (2009). Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikulturalisme dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, Global dalam Integrasi Bangsa.. (Online). Tersedia: Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [18 Juli 2011].

Depdiknas. (2007). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Edmonds, et.al, (2005), History & Critical Thinking, A Handbook for Using Historical Dokuments to Improve Students’ Thinking Skill in the

Secomdary Grades, Wisconsin Historical Society Library-Achives

Division [Online] Tersedia : www.

wisconsinhistory.org/.../workshophandb [7 Mei 2012]

Emelia, E. (2007). “Mengajarkan Berpikir Kritis dalam Menulis”. Dalam Jurnal Bahasa dan Sastra FPBS UPI, Vol 7 No.2 , Oktober 2007.

Ennis, R.H. (1996) A Critical Thinking. New York: Freeman.

Facione, et al. (1997). Teaching For Intelligence Recognizing and encouraging skillful thinking and behavior. [Online]. Tersedia:http://www.context.org/ICLIB /IC18/Costa.htm [ 19 Juni 2012]

Guba, EG. (1987). Menuju Metode Inkuiri Naturalistik dalam Evaluasi Pendidikan. Terj. Sutan Zanti Arbi. Jakarta: Djambatan

Halpern, (1997). Critical Thinking Across the Curriculum: A Brief Edition of Thought and Knowledge. Penerbit: Mahwah, New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates [Online]. Tersedia:

http://adl.aptik.or.id/default.aspx?tabID=52&prang=Halpern%2C+Diane +F. [ 15 Mei 2011]

Hasan, SH. (2007). Pembelajaran sejarah Yang mencerdaskan. (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [18 Juli 2011].

Hasan, SH. (2008). Pengembangan Kompetensi Berpikir Kritis dalam Pendidikan sejarah. (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [18 Juli 2011].

Hasan, SH. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia, Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Rizqi.


(47)

Hastuti, 2008. Peningkatan kesadaran sejarah peserta didik melalui pemanfaatan sumber belajar isu kontroversial. (Online). Tersedia: http://pasca.uns.ac.id..10 Agustus 2011

Himmelfarb, Ge. (1987). The New History and The Old. Cambridge Massachusetts: The Belknap Press of Harvard Unversity Press.

Hizam, I . (2007). “Kontribusi Minat Belajar dan Kemampuan Klarifikasi Nilai

Sejarah dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme” dalam Jurnal

Penelitian Keislaman, Vol. 3, No. 2, Juni 2007.

Hugiono & Poerwantana,P.K. (1987). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT Bina Aksara

Ismaun. 2001. Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama Press.

Kamarga, Hansiswany. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Materi Sejarah Lokal. (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [14 Apri 2012].

Kantaamadja, DS. (2007). Pemanfaatan E-Learning Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah, dalam Historia, Journal of Historical Studies, VIII, 2 (Desember 2007).

Kartodirdjo, S. (1992). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasionali Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, Jakarta: Gramedia Media Press.

Kochar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Grasindo

Koentjaraningrat, (1984). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Lasmawan, I.W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar dengan Model Ilmu-Teknologi-Masyarakat (ITM): Studi Pembelajaran IPS untnk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Menuju Siswa yang Literasi Sosial-Teknologi pada Sekolab Dasar di Kabupaten Buleleng-Bali. Disertasi Doktor Tidak Diterbitkan. Bandnng: Program Pasca Sarjana UPI.

Lincoln, YS, & G. Guba. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: sage Publications

Marlina, H. (2008). Pengaruh Penggunaan Multimedia Terhadap Hasil Belajar Sejarah (Studi perbandingan Penggunaan Media Film dan Internet dalam Pembelajaran Sejarah Pada siswa Kelas 3 SMA Taruna


(48)

Bakti Bandung). (Online). Tersedia: http://abstrak.digilib.upi.edu/ Direktori/TESIS/ Title.pdf. 21 Agustus 2011.

Martanto, SD, dkk. (2009). “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial

Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta didik”.

PKM-GT. Semarang

Moeljadi P. (2010). Efek Estetik-Seduktif Pada Multimedia Terhadap Hasil

Belajar” dalam Jurnal BAHASA DAN SENI, Tahun 38, Nomor 2, Agustus 2010

Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitiaan Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Melalui Pembelajaran Konstruktivistik. (Online). Tersedia: http://journal.um.ac.id/ index.php/ pendidikan-dan-pembelajaran/ article/ view/2611. [10 Agustus 2012]

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press.

Munir. (2003). Pengembangan Teknologi Multi Media Terhadap Motivasi Belajar Anak-anak Prasekolah dalam Pembelajaran Literasi dalam Mimbar Pendidikan, XXII [3]. Bandung: University Press UPI, hlm.4-11. Murti,Bisma, (2010) Berpikir Kritis, [Online]. Tersedia: www.scribd.com/doc/.../Berpikir-Kritis- Prof- Bhisma-Murti, [11 Maret 2011]

Padi, A.A.. (1991). "Spesifikasi Pengajaran Sejarah dan Implikasinya bagi Pengajaran Sejarah", dalam Majalah Widya Dharma, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma

Paton, M. (2009). Reflective Journals and Critical Thinking. (Online). Tersedia: m.paton@econ.usyd.edu.au. [6 Agustus 2012]

Paul et al (2009), Critical Thinking. (Online). Tersedia: http://www.criticalthinking.org/schoolstudy.htm).http://www.criticalthin king.org/schoolstudy.htm). [12 Mei 2012]

Putra. A. (2005). Media Pembelajaran. Tersedia: www.scribd.com.doc/media-pembelajaran- Putra.ac.id/file?file= pdf/ -pdf. [18 Juli 2012]

Putri, R. (2009). Penerapan Media Dan Komik ntuk Meningkatkan Aktivitas Beserta Hasil Belajar Peserta didik Kelas VIIE Pada Pelajaran IPS Di SMP Negeri 13 Malang. (Online). Tersedia: www.digilib.unm. ac.id/file?file= pdf/abstrak-71077.pdf. [10 Agustus 2011]


(49)

Rasihudin, A. (2012). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa alam Pembelajaran Sejarah Melalui Kajian Isu Hak Asasi Manusia (HAM) pada Peristiwa Rawagede. Tesis di UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Resmiati, S. (2010). Pengaruh Media Film Dokumenter Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas XI SMA Di Kabupaten Purworejo. (Online). Tersedia: www. Berita.guru.blog. [18 Agustus 2011]

Sadiman, A. (1993). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, Dan Pemanfaatan. Jakarta : Grafindo Pers.

Scriven,M & Richard Paulus, (1987), Critical Thinking as Defined by the National Council for Excellence in Critical Thinking, presented at the 8th Annual International Conference on Critical Thinking and Education Reform [Online]. Tersedia: http://www.criticalthinking. org/pages/defining - criticalthinking /766 [6 Mei 2011]

Semerci, C, (2005), The Influence of the Critical Thinking Skills on the Students’Achievement, Pakistan Journal of Social Sciences Volume 3(4):598-602,2005, Srace Publication, Departemen of Education Sciences, Faculty of Education, Firat University, Elazig, Turkey [Online]. Tersedia:http://www .medwelljournals.com/ abstract/?doi=pjssci.2005.598.602 [20 Mei 2012]

Setyosari, P& Sihkabuden. (2005). Media Pembelajaran. Penerbit Elang Mas. Malang

Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama.

Smaldino, SE, et. al. (2008). Instructional Technology and Media for Learning. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.

Sylvia. (2005). Eefektifitas Pemanfaatan Film dalam Pembelajaran Sejarah Sebagai Upaya Mengembangkan Kesadaran Kebangsaan peserta didik. Tesis di UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Santyasa. (2007). Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah disajikan dalam workshop Media Pembelajaran Bagi Guru SMA. Denpasar.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, N. (2007). Penggunaan Konsep Ilmu Sosial Dalam Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Makalah disajikan dalam Workshop


(50)

Kesejarahan, Direktorat Nilai Sejarah, Dirjen Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, di Bandung, tanggal 24-28 Juli 2007

Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Supriatna, D. (2009). Pengenalan Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Suryana, N. (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal dan Nasional Untuk

Mengembangkan Nilai-Nilai Kepahlawan (Studi Quasi-Ekperimental terhadap Siswa SMP Kabupaten Sumedang. Tesis di UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sutrisno dan Dasna. (tt). Pembelajaran Berbasis Masalah. (Online). Tersedia: Tersedia: www.digilib.unm.ac.id/file?file= pdf/abstrak-71077.pdf. [10 Agustus 2012]

Yulaelawati, E. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Pakar Raya.

Utomo, B. (2008). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Audiovisual dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar MataPelajaran Sejarah Pada Peserta didik Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Kota Kudus. (Online). Tersedia: .. [18 Agustus 2011]

Wahidin D. (tt), Berpikir Kritis dan Pengembangannya, [Online]. Tersedia http://didin-uninus.blogspot.com/2008/03/berpikir-kritis-dan

pengembangannya.html, [19 Juli 2013]

Widja, I Gde. (1989). Dasar - Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : Debdikbud

Wiyanarti, E. (2012). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Pengembangan Kesadaran Empati. Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja,R, (2011), “Membina dan Mengembangkan Karakter dan Nilai -Nilai Berbangsa dalam Pendidikan IPS”, makalah pada Seminar Internasional Pengembangan Keterampilan Sosial dan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah, UPI, Bandung

Zaman, B dan Eliyawati. (2010). Media Pembelajaran. (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [18 Juli 2012]


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, T. (1996). “ Di Sekitar Pengajaran Sejarah yang Refkletif dan Inspiratif”. Dalam Jurnal Sejarah Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi 6 oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Ali, M. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Ali,M.(2005). Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKIS.

Anderson, RH. (1994). Pemilihan dan Pengembangan media Video Pembelajaran. Jakarta : Grafindo Pers.

Anggara, B. (2007). “Pembelajaran Sejarah yang Berorientasi pada Masalah- Masalah Sosial Kontemporer”. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Peserta didik Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007 Anggelo, M. (1993), Beginning the dialogue: Thoughts on promoting critical

thinking: Classroom assessment for critical thinking. dalam Karen I. Adsit, Ed, Teaching Critical Thinking Skill [Online].

Bayu. Saputro Suhardi. (2009). Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Perangkat Lunak Dream Weaver Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Siswa Di SMK Negeri 5 Malang. (Online). Tersedia: http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/ -39580.html. 18 Agustus 2011

Bogdan. R.C & Biklen, S.K. (1992). Qualitative Research for Education. Boston: Allyn & Bacon

Bohari. (2010). Pengembangan pembelajaran Berbasis Multikultural dalam Meningkatkan Kerukunan Antar Etnik. Tesis UPI Bandung.

Burhanudin, E, dkk. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Costa Arthur L., (1997), Teaching For Intelligence Recognizing and encouraging skillful thinking and behavior. [Online]. Tersedia:http://www.context.org/ICLIB /IC18/Costa.htm [ 18 Juli 2012] Cresswell, JW. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif


(2)

Supardan, Dadang. (2009). Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikulturalisme dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, Global dalam Integrasi Bangsa.. (Online). Tersedia: Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [18 Juli 2011].

Depdiknas. (2007). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Edmonds, et.al, (2005), History & Critical Thinking, A Handbook for Using Historical Dokuments to Improve Students’ Thinking Skill in the Secomdary Grades, Wisconsin Historical Society Library-Achives

Division [Online] Tersedia : www.

wisconsinhistory.org/.../workshophandb [7 Mei 2012]

Emelia, E. (2007). “Mengajarkan Berpikir Kritis dalam Menulis”. Dalam Jurnal Bahasa dan Sastra FPBS UPI, Vol 7 No.2 , Oktober 2007. Ennis, R.H. (1996) A Critical Thinking. New York: Freeman.

Facione, et al. (1997). Teaching For Intelligence Recognizing and encouraging

skillful thinking and behavior. [Online].

Tersedia:http://www.context.org/ICLIB /IC18/Costa.htm [ 19 Juni 2012]

Guba, EG. (1987). Menuju Metode Inkuiri Naturalistik dalam Evaluasi Pendidikan. Terj. Sutan Zanti Arbi. Jakarta: Djambatan

Halpern, (1997). Critical Thinking Across the Curriculum: A Brief Edition of Thought and Knowledge. Penerbit: Mahwah, New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates [Online]. Tersedia:

http://adl.aptik.or.id/default.aspx?tabID=52&prang=Halpern%2C+Diane +F. [ 15 Mei 2011]

Hasan, SH. (2007). Pembelajaran sejarah Yang mencerdaskan. (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [18 Juli 2011].

Hasan, SH. (2008). Pengembangan Kompetensi Berpikir Kritis dalam Pendidikan sejarah. (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [18 Juli 2011].

Hasan, SH. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia, Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Rizqi.


(3)

Hastuti, 2008. Peningkatan kesadaran sejarah peserta didik melalui pemanfaatan sumber belajar isu kontroversial. (Online). Tersedia: http://pasca.uns.ac.id..10 Agustus 2011

Himmelfarb, Ge. (1987). The New History and The Old. Cambridge Massachusetts: The Belknap Press of Harvard Unversity Press.

Hizam, I . (2007). “Kontribusi Minat Belajar dan Kemampuan Klarifikasi Nilai Sejarah dalam Pembentukan Sikap Nasionalisme” dalam Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 3, No. 2, Juni 2007.

Hugiono & Poerwantana,P.K. (1987). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT Bina Aksara

Ismaun. 2001. Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama Press.

Kamarga, Hansiswany. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Materi Sejarah Lokal. (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [14 Apri 2012].

Kantaamadja, DS. (2007). Pemanfaatan E-Learning Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah, dalam Historia, Journal of Historical Studies, VIII, 2 (Desember 2007).

Kartodirdjo, S. (1992). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasionali Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, Jakarta: Gramedia Media Press.

Kochar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta : Grasindo

Koentjaraningrat, (1984). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Lasmawan, I.W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar dengan Model Ilmu-Teknologi-Masyarakat (ITM): Studi Pembelajaran IPS untnk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Menuju Siswa yang Literasi Sosial-Teknologi pada Sekolab Dasar di Kabupaten Buleleng-Bali. Disertasi Doktor Tidak Diterbitkan. Bandnng: Program Pasca Sarjana UPI.

Lincoln, YS, & G. Guba. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: sage Publications

Marlina, H. (2008). Pengaruh Penggunaan Multimedia Terhadap Hasil Belajar Sejarah (Studi perbandingan Penggunaan Media Film dan Internet dalam Pembelajaran Sejarah Pada siswa Kelas 3 SMA Taruna


(4)

Bakti Bandung). (Online). Tersedia: http://abstrak.digilib.upi.edu/ Direktori/TESIS/ Title.pdf. 21 Agustus 2011.

Martanto, SD, dkk. (2009). “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta didik”. PKM-GT. Semarang

Moeljadi P. (2010). Efek Estetik-Seduktif Pada Multimedia Terhadap Hasil Belajar” dalam Jurnal BAHASA DAN SENI, Tahun 38, Nomor 2, Agustus 2010

Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitiaan Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Melalui Pembelajaran Konstruktivistik. (Online). Tersedia: http://journal.um.ac.id/ index.php/ pendidikan-dan-pembelajaran/ article/ view/2611. [10 Agustus 2012]

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press.

Munir. (2003). Pengembangan Teknologi Multi Media Terhadap Motivasi Belajar Anak-anak Prasekolah dalam Pembelajaran Literasi dalam Mimbar Pendidikan, XXII [3]. Bandung: University Press UPI, hlm.4-11. Murti,Bisma, (2010) Berpikir Kritis, [Online]. Tersedia: www.scribd.com/doc/.../Berpikir-Kritis- Prof- Bhisma-Murti, [11 Maret 2011]

Padi, A.A.. (1991). "Spesifikasi Pengajaran Sejarah dan Implikasinya bagi Pengajaran Sejarah", dalam Majalah Widya Dharma, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma

Paton, M. (2009). Reflective Journals and Critical Thinking. (Online). Tersedia: m.paton@econ.usyd.edu.au. [6 Agustus 2012]

Paul et al (2009), Critical Thinking. (Online). Tersedia: http://www.criticalthinking.org/schoolstudy.htm).http://www.criticalthin king.org/schoolstudy.htm). [12 Mei 2012]

Putra. A. (2005). Media Pembelajaran. Tersedia: www.scribd.com.doc/media-pembelajaran- Putra.ac.id/file?file= pdf/ -pdf. [18 Juli 2012]

Putri, R. (2009). Penerapan Media Dan Komik ntuk Meningkatkan Aktivitas Beserta Hasil Belajar Peserta didik Kelas VIIE Pada Pelajaran IPS Di SMP Negeri 13 Malang. (Online). Tersedia: www.digilib.unm. ac.id/file?file= pdf/abstrak-71077.pdf. [10 Agustus 2011]


(5)

Rasihudin, A. (2012). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa alam Pembelajaran Sejarah Melalui Kajian Isu Hak Asasi Manusia (HAM) pada Peristiwa Rawagede. Tesis di UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Resmiati, S. (2010). Pengaruh Media Film Dokumenter Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas XI SMA Di Kabupaten Purworejo. (Online). Tersedia: www. Berita.guru.blog. [18 Agustus 2011]

Sadiman, A. (1993). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, Dan Pemanfaatan. Jakarta : Grafindo Pers.

Scriven,M & Richard Paulus, (1987), Critical Thinking as Defined by the National Council for Excellence in Critical Thinking, presented at the 8th Annual International Conference on Critical Thinking and Education Reform [Online]. Tersedia: http://www.criticalthinking. org/pages/defining - criticalthinking /766 [6 Mei 2011]

Semerci, C, (2005), The Influence of the Critical Thinking Skills on the

Students’Achievement, Pakistan Journal of Social Sciences Volume 3(4):598-602,2005, Srace Publication, Departemen of Education Sciences, Faculty of Education, Firat University, Elazig, Turkey [Online]. Tersedia:http://www .medwelljournals.com/ abstract/?doi=pjssci.2005.598.602 [20 Mei 2012]

Setyosari, P& Sihkabuden. (2005). Media Pembelajaran. Penerbit Elang Mas. Malang

Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama.

Smaldino, SE, et. al. (2008). Instructional Technology and Media for Learning. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.

Sylvia. (2005). Eefektifitas Pemanfaatan Film dalam Pembelajaran Sejarah Sebagai Upaya Mengembangkan Kesadaran Kebangsaan peserta didik. Tesis di UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Santyasa. (2007). Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah disajikan dalam workshop Media Pembelajaran Bagi Guru SMA. Denpasar.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, N. (2007). Penggunaan Konsep Ilmu Sosial Dalam Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Makalah disajikan dalam Workshop


(6)

Kesejarahan, Direktorat Nilai Sejarah, Dirjen Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, di Bandung, tanggal 24-28 Juli 2007

Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Supriatna, D. (2009). Pengenalan Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Suryana, N. (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal dan Nasional Untuk

Mengembangkan Nilai-Nilai Kepahlawan (Studi Quasi-Ekperimental terhadap Siswa SMP Kabupaten Sumedang. Tesis di UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sutrisno dan Dasna. (tt). Pembelajaran Berbasis Masalah. (Online). Tersedia: Tersedia: www.digilib.unm.ac.id/file?file= pdf/abstrak-71077.pdf. [10 Agustus 2012]

Yulaelawati, E. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Pakar Raya.

Utomo, B. (2008). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Audiovisual dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar MataPelajaran Sejarah Pada Peserta didik Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Kota Kudus. (Online). Tersedia: .. [18 Agustus 2011]

Wahidin D. (tt), Berpikir Kritis dan Pengembangannya, [Online]. Tersedia http://didin-uninus.blogspot.com/2008/03/berpikir-kritis-dan

pengembangannya.html, [19 Juli 2013]

Widja, I Gde. (1989). Dasar - Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : Debdikbud

Wiyanarti, E. (2012). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Pengembangan Kesadaran Empati. Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja,R, (2011), “Membina dan Mengembangkan Karakter dan Nilai

-Nilai Berbangsa dalam Pendidikan IPS”, makalah pada Seminar

Internasional Pengembangan Keterampilan Sosial dan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah, UPI, Bandung

Zaman, B dan Eliyawati. (2010). Media Pembelajaran. (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori. [18 Juli 2012]