PENERAPAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA SELF-REGULATED LEARNING MATEMATIKA SISWA.

(1)

PENERAPAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA

SELF-REGULATED LEARNING MATEMATIKA SISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMP Negeri 3 Lembang, Kabupaten Bandung Barat)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Matematika

Oleh SUMARNI

1201553

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA SELF-REGULATED LEARNING MATEMATIKA SISWA

TESIS Oleh SUMARNI

1201553

Disetujui oleh Pembimbing I

Bana G Kartasasmita, Ph.D.

Pembimbing II


(3)

Halaman Hak Cipta

PENERAPAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA

SELF-REGULATED LEARNING MATEMATIKA SISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMP Negeri 3 Lembang, Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Sumarni

S.Pd Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Sumarni 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

(5)

vii Sumarni, 2014

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PERSEMBAHAN ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Learning Cycle 5E (LC 5E) ... 13

1. Sejarah Learning Cycle 5E (LC 5E) ... 13

2. Tahap-Tahap Learning Cycle 5E (LC 5E) ... 13

3. Kelebihan dan Kekurangan LC 5E ... 18

B. Kemampuan Koneksi Matematis ... 19

C. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 22

D. Self-Regulated Learning (SRL) Matematika Siswa ... 25

E. Kerangka Berpikir ... 28

F. Penelitan yang Relevan ... 30

G. Hipotesis Penelitan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 33

B. Metode dan Disain Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 37

1. Instrumen Utama ... 37

a. Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis ... 37


(6)

viii Sumarni, 2014

b. Instrumen Non Tes ... 48

2. Instrumen Penunjang Penelitian ... 49

a. Silabus ... 49

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 49

c. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 50

E. Prosedur Penelitian ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 54

1. Analisis Data Kuantitatif ... 55

2. Analisis Data Kualitatif ... 59

a. Skala Self-Regulated Learning (SRL) ... 59

b. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa . 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 61

1. Analisis Deskriptif Data Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis ... 61

2. Analisis Statistik Data Inferensial Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis ... 66

3. Analisis Data Self-Reguted Learning (SRL) Matematika Siswa ... 82

4. Analisis Lembar Observasi ... 86

B. Pembahasan ... 93

1. Model Pembelajaran ... 93

2. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 97

3. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 104

4. Self-Regulated Learning (SRL) Matematika Siswa 112

5. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui LC 5E ... 115

C. Keterbatasan Penelitian ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(7)

ix Sumarni, 2014

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penerapan LC 5E dalam Proses Pembelajaran di Kelas ... 16

Tabel 3.1 Disain Faktorial antara Variabel Kemampuan Koneksi, Komunikasi Matematis ... 35

Tabel 3.2 Deskripsi Indikator Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis ... 38

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 39

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 40

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 42

Tabel 3.6 Hasil Validitas Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis ... 43

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Reliabelitas ... 43

Tabel 3.8 Hasil Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis ... 44

Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 44

Tabel 3.10 Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis ... 44

Tabel 3.11 Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran ... 45

Tabel 3.12 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis ... 45

Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis ... 46

Tabel 3.14 Teknik Pengumpulan Data ... 53

Tabel 3.15 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 55

Tabel 3.16 Klasifikasi N-gain ... 55

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Koneksi dan komunikasi Matematis ... 62

Tabel 4.2 Uji Normalitas Skor Kemampuan Koneksi Matematis ... 67

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Levene’s Tes skor N-gain Kemampuan Koneksi Matematis ... 68

Tabel 4.4 Hasil Uji Non-Parametrik Mann-Whitney U Skor Pretes Kemampuan Koneksi Matematis ... 69

Tabel 4.5 Hasil Uji Non Parametrik Mann-Whitney U Skor Postes Kemampuan Koneksi Matematis ... 70

Tabel 4.6 Hasil Uji Non Parametrik Mann-Whitney U Skor N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis ... 72


(8)

x Sumarni, 2014

Tabel 4.7 Hasil Uji Anova Satua Jalur Kemampuan Koneksi Matematis

Berdasarkan KAM di Kelas LC 5E ... 73

Tabel 4.8 Hasil Uji Scheffe Rerata N-gain Kemampuan Koneksi Matematis Berdasarkan Kategori KAM ... 73

Tabel 4.9 Uji Normalitas Skor Kemampuan Komunikasi Matematis ... 75

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Skor Postes, N-Gain, dan N-gain Berdasarkan KAM Kemampuan Komunikasi Matematis ... 76

Tabel 4.11 Hasil Uji Non-Parametrik Mann-Whitney U Skor Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 77

Tabel 4.12 Hasil Uji t Data Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 78

Tabel 4.13 Hasil Uji-t Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 80

Tabel 4.14 Hasil Uji Anova Satu Jalur Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan KAM di Kelas LC 5E ... 81

Tabel 4.15 Hasil Uji Sheffe Rerata N-gain Kemampuan Koneksi Matematis Berdasarkan Kategori KAM ... 81

Tabel 4.16 Statistik Deskriptif Skala Self-Regulated Learning Matematika Siswa ... 82

Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Data SRL ... 83

Tabel 4.18 Hasil Uji Non Parametrik Mann-Whitney U Data SRL Matematika ... 84

Tabel 4.19 Klasifikasi Skor Rerata SRL Matematika Siswa ... 85

Tabel 4.20 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Engagement ... 89

Tabel 4.21 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Exploration ... 90

Tabel 4.22 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Explanation ... 91

Tabel 4.23 Aktivitas Guru dan Siswa pada Tahap Elaboration ... 92


(9)

xi Sumarni, 2014

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Aktivitas Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 96 Gambar 4.2 Jawaban Siswa Pada Soal Kemampuan Koneksi

Matematis ... 99 Gambar 4.3 Hasil Penyelesaian Siswa pada Soal No.2 Kemampuan

Koneksi Matematis ... 102 Gambar 4.4 Pengerjaan Siswa pada Soal Kemampuan Komunikasi ... 115 Gambar 4.5 Hasil Penyelesaian Siswa pada Soal No. 2 Kemampuan


(10)

xii Sumarni, 2014

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 3.1 Alur Penelitian ... 52


(11)

xiii Sumarni, 2014

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Klasifikasi Skor Rerata SRL Matematika Siswa ... 86 Diagram 4.2 Persentase Aktivitas Guru ... 87 Diagram 4.3 Persentase Aktivitas Siswa ... 88


(12)

xiv Sumarni, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A ... 127

A.1 Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes ... 128

A.2 Format Soal Pretes dan Postes ... 130

A.3 Kunci Jawaban Soal Pretes dan Postes ... 132

A.4 Kisi-kisi Skala Self-Regulated Learning ... 138

A.5 Format Skala Self-Regulated Learning ... 139

A.6 Format Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Sisiwa ... 141

LAMPIRAN B ... 144

B.1 Silabus ... 145

B.2 RPP Kelas Eksperimen ... 150

B.3 RPP Kelas Kontrol ... 206

B.4 Lembar Kerja Siswa ... 210

LAMPIRAN C ... 256

C.1 Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen ... 257

C.2 Soal Uji Instrumen Tes Matematis ... 260

C.3 Analisis Hasil Uji Instrumen ... 264

C.4 Hasil Validasi Skala Self-Regulated Learning ... 270

LAMPIRAN D ... 274

D.1 Analisis Data Kemampuan Koneksi Matematis ... 275

D.2 Analisis Statistik Tes Kemampuan Koneksi Matematis ... 280

D.3 Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 286

D.4 Analisis Statistik Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 291

D.5 Analisis Data Self-Regulated Learning ... 298

LAMPIRAN E ... 303

E.1 Gambar-Gambar Aktivitas Guru dan Siswa ... 304

E.2 Pengolahan Data Obsservasi ... 307

LAMPIRAN F ... 309


(13)

xv Sumarni, 2014

F.2 Surat Keterangan Penelitian ... 311 F.3 Surat Keterangan Pembimbing ... 312


(14)

16 Sumarni, 2014


(15)

ii Sumarni, 2014

ABSTRAK

Sumarni (2014). Penerapan Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Self-Regulated Learning Matematika Siswa.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta Self-regulated Learning (SRL) siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis adalah Learning Cycle 5E (LC 5E). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis dan SRL sebagai akibat dari pembelajaran LC 5E. Penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang menerapkan dua model pembelajaran yaitu LC 5E dan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dan diperoleh kelas VIII D dan VIII E. Untuk kepentingan analisis masing-masing kelas penelitian dikategorikan menurut kemampuan awal matematis (KAM; tinggi, sedang, rendah). Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan koneksi dan komunikasi, skala SRL dan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji-t, uji Mann-Whitney, uji ANOVA satu jalur dan analisis deskriptif. Analisis data ditinjau berdasarkan data keseluruhan dan kategori KAM. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan: 1) kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran LC 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 2) peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran LC 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 3) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran LC 5E berdasarkan kategori KAM (tinggi, sedang, rendah); 4) kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran LC 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 5) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran LC 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; 6) terdapat perberdaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran LC 5E berdasarkan kategori KAM (tinggi, sedang, rendah); dan 7) SRL siswa yang memperoleh pembelajaran LC 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Kata Kunci: Learning Cycle 5E, Kemampuan Koneksi dan Komunikasi


(16)

iii Sumarni, 2014

ABSTRACT

Sumarni (2004). Implementation Learning Cycle 5E for Enhancing Students’ Mathematical Connection and Communication Ability as well as Self-Regulated Learning

The research was grounded by the results of previous research which showed that mathematical connection and communication ability as well as Self-regulated Learning (SRL) students are not as expected. One of models learning for enhancing mathematical connection, communication ability and Self-Regulated Learning (SRL) is Learning cycle 5E (LC 5E). The purpose of this research is to comprehensively describe the enhancement of students’ mathematical connection & communication ability and their self-regulated learning as a result of LC 5E. This research is a quasi-experiment study that applies two learning models: LC 5E and conventional learning. Population of this research is all student in SMP Negeri 3 Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sampling used by purposive sampling, VIII D and VIII E represent as sampling. Each class is grouped based on mathematical prior ability (MPA: upper, middle, lower levels). Research instruments are mathematical connection and comunication test, SRL scale and observation sheet. Data anaysis applies t-test, Mann-Whitney test, one way ANOVA test, and descriptive analysis. Data analysis is based on the whole students and level of MPA. The result obtained are: 1) students’ mathematical connection ability who were taught under LC 5E is better than those who were taught under conventional learning; 2) the enhancement of students’ mathematical connection ability who were taught under LC 5E is better than those who were taught under conventional learning; 3) there is different enhancement mathematical connection ability who were taught under LC 5E learning based on MPA (upper, middle, lower levels); 4) students’ mathematical comunication ability who were taught under LC 5E is better than those who were taught under conventional learning; 5) the enhancement of students’ mathematical comunication ability who were taught under LC 5E is better than those who were taught under conventional learning; 6) there is different enhancement mathematical comunication ability who were taught under LC 5E learning based on MPA (upper, middle, lower levels); and 7) students SRL who were taught under LC 5E is better than those who were taught under conventional learning.

Key words: Learning cycle 5E, mathematical connection and communication


(17)

1 Sumarni, 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, menuntut manusia untuk terus belajar agar tidak tertinggal dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika selalu berhubungan dengan kegiatan manusia, hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh dalam kegiatan jual beli yang melibatkan perhitungan matematika berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain itu, matematika juga banyak digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain, seperti dalam bidang kesehatan, perekonomian, teknik dan masih banyak lagi ilmu pengetahuan lain yang menggunakan matematika.

Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya peran mata pelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pembelajaran matematika harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa yang akan datang (Sumarmo, 2013).

Tujuan pembelajaran matematika menurut National of Council Teachers of Mathematics (NCTM) (2000) yaitu “The process standards—problem solving, reasoning and proof, communication, connections, and representation—highlight

ways of acquiring and using content knowledge.” Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan matematis: pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (representasion).

Matematika dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa dari tingkat pendidikan dasar,


(18)

Sumarni, 2014

menengah hingga perguruan tinggi. Pada setiap tingkat pendidikan, dalam mempelajari matematika siswa dituntut untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Kompetensi tersebut merupakan suatu tujuan yang harus dicapai siswa setelah mempelajari matematika. Tujuan pendidikan matematika sebagaimana yang terdapat dalam Standar Isi KTSP 2006 yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam menyelesaikan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sumarmo (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika hendaknya mengutamakan pada pengembangan daya matematik (mathematical power) siswa yang meliputi: kemampuan menggali, menyusun konjektur dan menalar logis, menyelesaikan masalah yang tidak rutin, menyelesaikan masalah (problem solving), berkomunikasi secara matematika dan mengaitkan ide matematika dengan kegiatan intelektual lainnya (koneksi matematis).

Berdasarkan pemaparan di atas, kemampuan koneksi dan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dikembangkan pada siswa sekolah menengah. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan pembelajaran matematika pada KTSP yaitu poin pertama yang menyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah memahami konsep matematika,


(19)

3

Sumarni, 2014

menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam menyelesaikan masalah, serta poin empat yang menyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Matematika sebagai ilmu merupakan satu kesatuan, hirarkis dalam penyampaian dan pemahamannya. Tanpa adanya koneksi matematika, siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000).

Banyak siswa yang menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang menakutkan dan sulit untuk dipahami serta terlalu banyak rumus. Melalui koneksi saat mempelajari konsep matematika siswa dapat menghubungkan konsep-konsep matematika yang telah dipelajari sebagai pengetahuan dasar untuk memahami konsep yang baru, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika.

Kemampuan komunikasi matematis siswa juga penting untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika. Pentingnya kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat dari standar kemampuan komunikasi yang ditetapkan oleh NCTM (2000), yang menetapkan bahwa standar kemampuan komunikasi matematis ditingkat sekolah dasar dan menengah adalah siswa harus mampu: (1) mengorganisasikan dan mengkonsolidasi pemikiran matematis mereka melalui komunikasi; (2) mengkomunikasikan (menyampaikan) pemikiran matematis mereka secara jelas dan terarah kepada teman, guru dan orang lain; (3) menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis dan strategi yang dibuat orang lain; dan (4) menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide matematika dengan tepat.

Reys (Suherman dkk, 2003) mengemukakan bahwa matematika merupakan suatu bahasa. Matematika sebagai suatu bahasa tentunya sangat diperlukan untuk dikomunikasikan baik secara lisan maupun tulisan sehingga informasi yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami oleh orang lain.


(20)

Sumarni, 2014

Pugalee (2001) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa perlu dibiasakan untuk memberikan argumen untuk setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga proses pembelajarannya akan menjadi bermakna.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kemampuan komunikasi matematis harus dimiliki siswa untuk mengemukakan ide/gagasannya ketika berhubungan dengan orang lain atau mengungkapkan keterkaitan antarkonsep dalam matematika, keterkaitan konsep matematika dengan bidang studi lain maupun keterkaitan konsep matematik dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan komunikasi matematis sangat penting untuk dimiliki siswa, karena dengan komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan kemampuan berpikir matematisnya, baik secara lisan maupun secara tulisan.

Selain kemampuan koneksi dan komunikasi matematis, kemampuan afektif juga mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Salah satu kemampuan afektif yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar matematika adalah Self-Regulated Learning (SRL), SRL adalah kemampuan siswa untuk mengatur diri dalam belajar. SRL dalam belajar matematika memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas diri dalam belajar. SRL menempatkan pentingnya untuk mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sumarmo (2013) bahwa SRL merupakan proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan suatu tugas akademik. Apabila siswa mempunyai SRL yang tinggi, siswa tersebut cenderung belajar lebih baik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hargis (Sumarmo, 2013) bahwa individu yang memiliki SRL cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur kegiatan dan waktu belajar secara efisien dan memperoleh skor yang tinggi dalam sains.

Berdasarkan beberapa penelitian menemukan bahwa kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa masih perlu ditingkatkan. Siswa masih mengalami permasalahan dalam menyelesaikan masalah koneksi dan komunikasi


(21)

5

Sumarni, 2014

matematis. Permasalahan yang dialami siswa terkait kemampuan koneksi matematis, berdasarkan hasil penelitian Wahyudin (1999) antara lain: kurang memiliki pengetahuan prasyarat yang baik; kurang memiliki kemampuan untuk memahami serta menggali konsep-konsep dasar matematika (aksioma, definisi, teorema, kaidah) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan; kurang memiliki ketelitian dalam menyimak atau mengenali sebuah persoalan atau soal-soal yang berkaitan dengan pokok bahasan tertentu.

Hasil penelitian Ruspiani (2000), dan Lestari (2012) masing-masing mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam melakukan koneksi matematis masih tergolong rendah dan sedang. Kemampuan terendah ada pada kemampuan koneksi antar topik matematika. Rendahnya tingkat kemampuan koneksi antar topik, dibandingkan dengan koneksi matematika dengan disiplin ilmu lain dan koneksi dengan dunia nyata, antara lain karena banyaknya topik matematika yang harus dikaitkan dengan penyelesaian soal sehingga memerlukan jangkauan pemikiran yang tinggi. Sedangkan pada koneksi dengan dunia nyata, permasalahn utamanya adalah kesulitan dalam membuat model matematika.

Hasil penelitian Kusmayadi (2011) mengemukakan bahwa (1) kebanyakan siswa tidak mengetahui dan tidak mengerti materi mana yang ada hubungannya dengan materi yang akan dipelajari; (2) masih banyak siswa yang tidak mampu menyatakan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika dan juga tidak mampu menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau bentuk simbol; (3) sebagian besar siswa tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia nyata atau masalah yang ada disekitar siswa; (4) ada siswa yang mampu menyelesaikan suatu masalah matematika tetapi tidak mengerti apa yang dikerjakannya dan kurang memahami apa yang terkandung didalamnya.

Hasil penelitian Daswa (2013) menyatakan bahwa permasalahan yang menghambat kemampuan komunikasi matematis siswa diantaranya, 1) siswa lemah dalam menyatakan gambar atau diagram kedalam ide-ide matematis secara tertulis; 2) siswa juga masih lemah dalam mengkomunikasikan ide-ide matematis ke dalam bentuk gambar; 3) siswa masih cenderung menguraikan prosedur atau


(22)

Sumarni, 2014

langkah-langkah penyelesaian yang bersifat hafalan, menentukan rumus tanpa mengetahui makna dari rumus tersebut kemudian melakukan perhitungan.

Terdapat berbagai penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan komunikasi matematis. Hasil penelitian Nasir (2008), peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa berkemampuan rendah yang belajar melalui pendekatan kontekstual menunjukkan hal yang tidak lebih baik daripada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa berkemampuan rendah yang belajar melalui pendekatan konvensional. Hasil penelitian Sofyan (2008), mengemukakan bahwa secara keseluruhan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah terbuka sama dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yaitu pada kategori sedang.

Penelitian Hidayat (2009) yang berkaitan dengan SRL matematika, mengemukakan bahwa peningkatan SRL siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih baik dibandingkan dengan peningkatan SRL siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. SRL siswa positif, baik pada kelompok pembelajaran dengan pendekatan realistik maupun pada kelompok pembelajaran langsung. Dari hasil penelitian Ratnaningsih (2007), Qohar (2010), dan Zamnah (2012) diperoleh bahwa secara rerata SRL siswa level tinggi berada pada kriteria sedang, tetapi untuk siswa level sedang dan rendah SRL siswa masih rendah.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tentang kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta SRL matematika siswa di atas menunjukkan bahwa kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta SRL matematika siswa masih perlu ditingkatkan, sehingga penulis ingin mengkaji lebih mendalam kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta SRL matematika siswa. Hal yang dapat dilakukan untuk mencapai standar-standar kemampuan pembelajaran yang dijabarkan dalam KTSP diantaranya adalah penciptaan suasana belajar yang memberikan ruang kepada siswa untuk belajar secara aktif, siswa sebaiknya mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Selain itu, pembelajarannya dimulai dengan pengenalan masalah kontekstual dan siswa diberi kesempatan untuk saling


(23)

7

Sumarni, 2014

berinteraksi dalam kelompok belajar. Sehingga, dengan belajar matematika diharapkan siswa mampu menghubungkan konsep matematika dengan dunia nyata dan konsep matematika dalam bidang studi lain, mampu menyelesaikan masalah, menemukan dan mengkomunikasikan ide-ide yang ada pada pikirannya, serta mampu mengembangkan SRL matematika siswa.

Selama ini banyak model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran di kelas, diantaranya model Learning Cycle 5E (LC 5E). LC 5E merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivisme yang dalam proses pembelajarannya membekali siswa dengan konsep atau pemahaman baru secara mendalam. Selain itu, LC 5E berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme, yang memasukkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi, menemukan dan memperoleh pengalaman. LC 5E juga memfasilitasi proses pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara bermakna (Lorsbach, 2002).

Melalui pembelajaran LC 5E pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih bermakna bagi siswa. LC 5E sangat sesuai dengan standar proses pembelajaran yang diamanatkan oleh KTSP yaitu harus memuat langkah-langkah elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi. Hasil penelitian Kusuma (2011) menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah melalui pembelajaran dengan LC 5E.

Tahap-tahap yang terdapat pada LC 5E, yaitu sebagai berikut: (1) Tahap engagement, bertujuan mempersiapkan diri siswa, dengan cara menggali minat dan rasa ingin tahu siswa tentang pokok bahasan matematika yang akan diajarkan. Menggali minat dan rasa ingin tahu siswa dengan mengaitkan materi yang telah dimiliki siswa; (2) Tahap exploration, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil agar terjadi tukar pikiran antar siswa; (3) Tahap explanation, guru mendorong siswa untuk menjelaskan ide yang telah mereka dapatkan, lalu diwujudkan dalam presentasi kelompok; (4) Tahap elaboration, siswa dapat mengaplikasikan ide serta gagasannya ke dalam menyelesaikan latihan soal; (5) Tahap evaluation, dilakukan evaluasi pada siswa


(24)

Sumarni, 2014

dengan mengoreksi hasil pekerjaan siswa dan menyimpulkan pelajaran yang telah diberikan (Lorsbach, 2002).

Kemampuan koneksi matematis siswa, diharapkan dapat meningkat melalui LC 5E yaitu pada tahap engagement, exploration dan elaboration. Hal ini dikarenakan pada tahap engagement ini guru membangkitkan minat siswa untuk belajar materi tertentu dengan memberikan keterkaitan materi yang akan dipelajari dengan dunia nyata. Selain itu, pada tahap ini guru membangkitkan memori siswa mengenai materi prasyarat untuk mempelajari materi yang akan dipelajari. Tahap exploration mengingat kembali pengetahuan yang dimilikinya untuk menemukan konsep yang baru. Selanjutnya pada tahap elaboration siswa menerapkan konsep yang ditemukannya untuk menyelesaikan soal yang bersifat kontekstual yang diberikan guru.

Kemampuan komunikasi matematis siswa, diharapkan dapat meningkat melalui LC 5E, yaitu pada tahap exploration, explanation dan elaboration. Pada tahap exploration siswa bekerja sama dalam kelompok kecil, sehingga akan terjadi komunikasi antar siswa dalam proses pembelajaran. Lalu tahap explanation, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi karena pada tahap ini siswa dituntut untuk menjelaskan ide yang telah mereka peroleh berdasarkan hasil kegiatan exploration. Tahap elaboration diharapkan dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematis, karena pada tahap ini siswa difasilitasi untuk mengaplikasikan gagasannya dalam menyelesaikan soal.

Kemampuan SRL diharapkan dapat dikembangkan melalui LC 5E, yaitu pada tahap exploration dan evaluation. Pada tahap exploration siswa belajar bekerja sama dalam kelompok untuk mempelajari suatu topik, hal ini dapat mengembangkan SRL siswa. Kemudian pada tahap evaluation, siswa mengevaluasi hasil belajar dan mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan sehingga diharapkan dapat meningkatkan SRL siswa.

Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pembelajaran. Variabel tersebut didefinisikan sebagai aspek-aspek yang terdiri dari bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, dan


(25)

9

Sumarni, 2014

kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya (Uno, 2010). Dalam suatu kelompok siswa, selalu dijumpai siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Kondisi ini bukanlah berdasarkan bawaan lahir, melainkan dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya (Isrok’atun, 2014). Oleh karena itu, diperlukan lingkungan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan setiap siswa baik kemampuan koneksi dan komunikasi matematis maupun SRL matematika siswa. Bagi siswa dengan kemampuan matematika tinggi (pandai), model pembelajaran yang diterapkan terkadang tidak menjadi faktor utama dalam mengembangkan kemampuannya (Isrok’atun, 2014). Model pembelajaran LC 5E dimungkinkan dapat mengembangkan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta SRL matematika siswa kategori sedang bahkan siswa kategori rendah. Meskipun demikian, masih ada kemungkinan penerapan LC 5E berhasil diterapkan pada siswa berkemampuan matematika tinggi jika dibandingkan pada siswa dengan kemampuan awal matematika sedang dan rendah. Oleh karena itu, kemampuan awal matematis siswa menjadi salah satu aspek yang dijadikan parameter dalam melihat peningkatan kemampuan siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta SRL matematika siswa merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa dan masih harus ditingkatkan, maka penulis tertarik untuk

mengkaji “Penerapan Learning Cycle 5E untuk Meningkatan Kemampuan

Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Self-Regulated Learning Matematika Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan Learning

Cycle 5E dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis?” Selanjutnya rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.


(26)

Sumarni, 2014

1. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat perbedaan rerata peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa secara signifikan siswa yang memperoleh pembelajaran melalui LC 5E ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang, rendah)?

4. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

5. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

6. Apakah terdapat perbedaan rerata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa secara signifikan siswa yang memperoleh pembelajaran melalui LC 5E ditinjau dari kategori KAM (tinggi, sedang, rendah)?

7. Apakah kemampuan SRL siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan penelitian yang akan dilaskanakan adalah sebagai berikut.

1. Mengkaji kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Mengkaji peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.


(27)

11

Sumarni, 2014

3. Mengetahui dan mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E berdasarkan kategori KAM (tinggi, sedang, rendah).

4. Mengkaji kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

5. Mengkaji peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

6. Mengetahui dan mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E berdasarkan kategori KAM (tinggi, sedang, rendah).

7. Mengkaji SRL matematika siswa yang memperoleh pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.

1. Manfaat ketika proses penelitian

a. Siswa dapat berlatih dan mengembangkan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta SRL matematika.

b. Guru yang terlibat dalam penelitian ini dapat memperoleh wawasan tentang penerapan Learning Cycle 5E.

2. Hasil a. Teoritis

1) Penelitian ini dapat dijadikan sumber bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkannya dalam ruang lingkup yang lebih luas.

2) Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran baru bagi dunia pendidikan, agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan lagi.


(28)

Sumarni, 2014 b. Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta SRL matematika siswa melalui pembelajaran Learning Cycle 5E.


(29)

33 Sumarni, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Lembang, Kabupaten Bandung Barat pada semester 2 tahun ajaran 2013/1014. Alasan pemilihan subjek yaitu (1) dipilih sekolah peringkat dalam klasifikasi sedang, kemampuan akademik siswanya heterogen sehingga dapat mewakili siswa dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. (2) memiliki prosedur adminsitratif yang relatif mudah; (3) pembagian kelas tidak dibedakan dengan kelas unggulan dan kelas biasa, maka dapat disimpulkan bahwa kelas-kelas yang ada menyebar secara seimbang, sehingga kemampuan siswa pada setiap kelas diasumsikan tidak jauh berbeda; (4) nilai penerimaan masuk ke SMP tersebut setiap tahun, reratanya relatif sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Tujuan dilakukan pengambilan sampel dengan teknik ini adalah agar penelitian yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal kondisi subyek penelitian, waktu penelitian, kondisi tempat penelitian, prosedur perijinan, dan mendapatkan kelas yang tidak jauh berbeda kemampuan matematisnya. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut diambil sampel dua kelas, yaitu kelas VIII D dan VIII E. Kelas VIII D merupakan kelas eksperimen yang menggunakan LC 5E sebanyak 35 siswa dan kelas VIII E merupakan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional sebanyak 35 siswa.

B. Metode dan Disain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam suatu penelitian beraneka ragam, tergantung berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dipaparkan pada BAB I, penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment. Penggunaan quasi-experiment dikarenakan


(30)

Sumarni, 2014

penelitian dilakukan dalam seting sosial dan berasal dari suatu lingkungan yang telah ada yaitu siswa dalam kelas, sehingga situasinya tidak memungkinkan adanya pemilihan sampel secara acak.

Disain penelitian untuk aspek kognitif yaitu kemampuan koneksi dan komunikasi matematis menggunakan disain kelompok kontrol non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005). Disain ini mirip dengan disain pretest-postest dalam true experiment, tetapi pengambilan sampelnya tidak dilakukan secara acak. Disain kelompok kontrol non-ekuivalen tersebut adalah sebagai berikut.

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Dengan:

X = Pembelajaran dengan Learning Cycle 5E (LC 5E)

O = Pretes dan Postes (tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis) - - - = Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak

Adapun disain penelitian untuk aspek afektif yaitu self-regulated learning matematika siswa menggunakan disain perbandingan kelompok statik (Ruseffendi, 2005). Disain tersebut adalah sebagai berikut.

Kelas Eksperimen : X O Kelas Kontrol : O Dengan:

X = Pembelajaran dengan Learning Cycle 5E (LC 5E) O = Postes (skala self-regulated learning matematika siswa) - - - = Pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak

Untuk melihat secara lebih mendalam pengaruh LC 5E terhadap kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa serta SRL matematika siswa, maka dalam penelitian ini faktor kategori kemampuan awal matematis (KAM) siswa yaitu KAM tinggi, sedang, dan rendah juga diperhatikan. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, yaitu pembelajaran dengan LC 5E dan pembelajaran konvensional, variabel terikat yaitu kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta SRL, dan variabel kontrol yaitu faktor kategori kemampuan awal matematis siswa. Pada penelitian ini terdapat dua


(31)

35

Sumarni, 2014

kelompok subjek penelitian yaitu kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan LC 5E dan kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional. Keterkaitan antara variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Disain Faktorial antara Variabel Kemampuan Koneksi, Komunikasi Matematis

Kategori KAM

Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan Komunikasi Matematis

LC 5E Konvensional LC 5E Konvensional

Tinggi KKNLC5ET KKNKT KKMLC5ET KKMKT

Sedang KKNLC5ES KKNKS KKMLC5ES KKMKS

Rendah KKNLC5ER KKNKR KKMLC5ER KKMKR

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah, karena hampir setiap istilah mempunyai makna dan interpretasi yang berbeda-beda, maka diperlukan definisi operasional dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Learning Cycle 5E (LC 5E)

LC 5E yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Bybee. Tahap LC 5E yaitu pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation) sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan cara berperan aktif dalam pembelajaran.

2. Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan dalam mengaitkan konsep matematika. Indikator kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam: (1) Memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika; (2) Menerapkan hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan topik disiplin ilmu lain; dan (3) Memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.


(32)

Sumarni, 2014

3. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan matematika baik secara lisan, visual, maupun dalam bentuk tertulis dengan menggunakan simbol matematika yang tepat dan sesuai. Indikator kemampuan komunikasi dalam penelitian ini adalah (1) Menyatakan masalah dalam bentuk model matematis dari suatu permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk gambar; (2) Menyatakan masalah matematis kedalam bentuk bentuk model matematis berupa gambar dan grafik, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis; (3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis dalam bentuk model matematika.

4. Self-Regulated Learning (SRL) Matematika

SRL adalah kemampuan siswa dalam mengatur proses belajarnya. Indikator SRL dalam penelitian ini adalah (1) Menunjukkan insiatif dalam belajar matematika; (2) Mendiagnosis kebutuhan dalam belajar matematika; (3) Menetapkan target/tujuan belajar; (4) Memonitor, mengatur dan mengontrol belajar; (5) Memandang kesulitan sebagai tantangan; (6) Memanfaatkan dan mencari sumber belajar yang relevan; (7) Memilih dan menerapkan strategi belajar; (8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar; dan (9) Yakin tentang dirinya sendiri (self Efficacy).

5. Pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah tempat penelitian yaitu pembelajaran dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

6. Kemampuan Awal Matematis (KAM)

KAM adalah kategori kemampuan siswa tinggi, sedang, dan rendah. KAM dalam penelitian ini adalah kemampuan awal yang dimiliki siswa berdasarkan hasil nilai ulangan harian pokok bahasan Bentuk Aljabar dan Teorema Pythagoras yang diperoleh dari guru matematika.


(33)

37

Sumarni, 2014

D. Instrumen Penelitian

Berdasarkan fungsinya, instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu instrumen utama dan instrumen penunjang penelitian. Adapun penjelasan dari masing-masing instrumen tersebut, sebagai berikut.

1. Instrumen Utama

Instrumen utama dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis instrumen, yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen dalam bentuk tes berupa seperangkat soal tes untuk mengukur kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa. Sedangkan instrumen non tes berupa skala mengenai SRL siswa dan lembar observasi. Uraian dari masing-masing instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

Instrumen tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis dikembangkan berdasarkan materi dalam penelitian yaitu materi lingkaran. Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa berbentuk soal uraian. Dalam penyusunan soal tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban setiap butir soal.

Tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis dibuat dalam bentuk pretes dan postes. Pretes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui kesamaan kemampuan kelas eksperimen dan kelas kontrol serta digunakan sebagai tolak ukur peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa sebelum mendapat perlakuan. Postes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui pencapaian kemampuan koneksi dan komunikasi serta untuk melihat ada tidaknya peningkatan yang signifikan antara kedua kelas setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Jadi, pemberian tes yang dilakukan pada penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui rerata peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa dari kelas yang diberi perlakuan berbeda dalam hal ini pembelajaran dengan LC 5E dan pembelajaran konvensional.


(34)

Sumarni, 2014

Tes kemampuan koneksi dan komunikasi yang dibuat digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa kelas VIII mengenai materi lingkaran. Rincian indikator kemampuan koneksi dan komunikasi matematis yang diukur adalah sebagai berikut.

Tebal 3.2

Deskripsi Indikator Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

Variabel Aspek yang diukur

Koneksi Matematis

(1) Memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika; (2) Menerapkan hubungan antar konsep atau aturan matematika

dengan topik disiplin ilmu lain;

(3) Memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Komunikasi Matematis

(1) Menyatakan masalah dalam bentuk model matematis dari suatu permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk gambar; (2) Menyatakan masalah matematis kedalam bentuk model

matematis berupa gambar dan grafik, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis.

(3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis dalam bentuk model matematika.

Kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis berpedoman pada holistic scoring rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996) yang kemudian di adaptasi. Tujuan dari penetapan skor adalah untuk memberikan keseragaman dalam menilain jawaban siswa, sehingga penilaian lebih objektif. Kriteria pemberian skor, dijabarkan sebagai berikut.


(35)

39

Sumarni, 2014

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Indikator Memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika

Skor Kriteria indikator 1

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman

1 Ada jawaban dan ditulis dengan simbol matematis

2 Mengetahui hubungan antar topik matematika tetapi tidak tahu cara menerapkannya

3 Memahami hubungan antar topik matematika, tetapi solusi salah 4 Memahami hubungan antar topik matematika dan solusi benar Indikator Menerapkan hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan

topik disiplin ilmu lain

Skor Kriteria indikator 2

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman

1 Ada jawaban dan ditulis dengan simbol matematis 2

Mengetahui hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik disiplin ilmu lainnya, tetapi tidak dapat menerapkannya

3 Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik disiplin ilmu lainnya, tetapi solusi salah 4 Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik

matematika dengan topik disiplin ilmu lainnya dan solusi benar Indikator Memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan

aplikasi dalam kehidupan sehari-hari

Skor Kriteria indikator 3

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman

1 Ada jawaban dan ditulis dalam simbol matematis 2

Mengetahui konsep matematika, tetapi tidak dapat menerapkan konsep tersebut dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

3 Menerapkan konsep matematika dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, tetapi solusi salah

4 Menerapkan konsep matematika dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan solusi benar


(36)

Sumarni, 2014

Tabel 3.4

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Indikator : Menyatakan masalah matematis dalam bentuk model matematika dari suatu permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk gambar

Skor Kriteria

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman 1 Ada jawaban yang menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara

tertulis dalam simbol matematis

2 Menyatakan ide, situasi dan relasi dari suatu gambar yang diberikan dan menuliskannya dalam bentuk model matematis dengan benar

3

Menyatakan ide, situasi dan relasi dari suatu gambar yang diberikan dan menuliskannya dalam bentuk model matematis secara benar tetapi salah mendapatkan solusi

4

Menyatakan ide, situasi dan relasi dari suatu gambar yang diberikan dan menuliskannya dalam bentuk model matematis secara benar dan mendapat solusi dengan benar dan lengkap

Indikator : Menyatakan masalah matematis kedalam bentuk model matematis berupa gambar dan grafik, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis

Skor Kriteria

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman 1 Ada jawaban yang menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara

tertulis dalam simbol matematis

2 Menyatakan ide, situasi dan relasi kedalam simbol matematis dan bentuk gambar dengan benar

3

Menyatakan ide, situasi dan relasi kedalam bentuk gambar dengan benar dan menyatakan ide, situasi dan relasi kedalam bentuk model matematis dengan benar dan menyelesaikannya

4

Menyatakan ide, situasi dan relasi kedalam bentuk gambar dan menyatakan ide, situasi dan relasi kedalam bentuk model matematis serta memberikan penjelasan berdasarkan data yang relevan dengan benar

Indikator : Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis dalam bentuk model matematika

Skor Kriteria

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman 1 Ada jawaban yang memahami soal sehingga simbol matematis yang

dituliskan benar

2 Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam simbol matematis dan mampu membuat model matematika dengan benar

3

Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam simbol matematis, sehingga mampu membuat model matematika dengan benar dan mendapatkan solusi yang benar

4

Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam simbol matematis, sehingga mampu membuat model matematika dengan benar kemudian mendapat solusi dengan benar dan lengkap, dan menggambarkannya dengan benar


(37)

41

Sumarni, 2014

Penyusunan kisi-kisi tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis berpedoman pada silabus matematika SMP. Sebelum instrumen tes diuji coba, terlebih dahulu divalidasi secara teoritik untuk melihat validasi isi dan validasi muka. Validasi isi yang dimaksud adalah kesesuaian materi tes dengan kisi-kisi tes, tujuan yang ingin dicapai, dan indikator kemampuan yang diukur. Sedangkan validitas muka yang dimaksud adalah kejelasan bahasa/redaksional dan gambar/interpretasi dari setiap butir tes yang diberikan.

Peneliti berkonsultasi dengan dua orang dosen pembimbing, peneliti mendapat masukan perbaikan butir tes mulai dari kisi-kisi, tujuan yang ingin dicapai, indikator kemampuan yang diukur hingga perbaikan bahasa/redaksi dan gambar dari setiap butir tes, agar instrumen tes memiliki validitas isi dan muka yang baik dan dapat digunakan sebagai instrumen. Berikutnya pemeriksaan validitas isi dan muka oleh dua orang dosen yang berkompeten sebagai validator instrumen dan seorang mahasiswa S3 pendidikan matematika UPI.

Sebelum melakukan uji coba kepada siswa dalam satu kelas, peneliti melakukan uji coba instrumen tes kemampuan koneksi dan komunikasi kepada tiga orang siswa kelas IX SMP, tujuannya adalah untuk melihat keterbacaan tes instrumen kemampuan koneksi dan komunikasi oleh siswa dan lamanya waktu siswa mengerjakan setiap butir soal. Berdasarkan hasil uji coba terbatas, peneliti mendapatkan bahwa siswa sudah bisa memahami maksud dari setiap butir soal. Namun, dari komentar siswa mengenai tingkat kesulitan soal membutuhkan waktu yang relatif lama karena banyak langkah yang harus di kerjakan untuk menyelesaikan soal, maka peneliti juga mempertimbangkan alokasi waktu dalam mengerjakan setiap butir soal. Sehingga alokasi waktu setiap butir soal ditetapkan 15 menit.

Selanjutnya, instrumen tes kemampuan koneksi matematis sebanyak 6 butir soal diujicobakan kepada siswa kelas IX A di SMP tempat penelitian. Sedangkan intrumen tes kemampuan komunikasi matematis sebanyak 6 butir soal diujicobakan kepada siswa kelas IX B di SMP tempat penelitian. Kemudian data tes diuji tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran untuk memperoleh instrumen tes yang baik. Perhitungan tingkat validitas, reliabilitas,


(38)

Sumarni, 2014

daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal tes dianalisis dengan bantuan Software Anates Uraian Versi 4.0.5. Berikut ini adalah hasil analisis butir soal kemampuan koneksi dan komunikasi matematis.

1) Validitas Butir Soal

Menurut Anderson (Arikunto, 2010) sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu yang harus diukur. Klasifikasi koefisien validitas dapat dilihat seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Validitas

No. Nilai rxy Interpretasi

1. 0,90 < rxy≤ 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,70 < rxy≤ 0,90 Tinggi

3. 0,40 < rxy≤ 0,70 Sedang

4. 0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah

5. 0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah

6. rxy≤0,00 Tidak Valid

Sumber: Guilforf (Suherman & Sukjaya, 1990)

Interpretasi nilai koefisien korelasi validitas butir soal berdasarkan Suherman dan Sukjaya (1990). Kemudian untuk menguji keberartian validitas (koefisien korelasi) soal uraian digunakan statistik uji t yang dikemukakan oleh Sudjana (2002) yaitu:

2

1 2 xy xy

hitung

r n r t

  

Bila thitungttabel maka soal valid tetapi jikathitungttabel, maka soal tersebut tidak valid dan tidak digunakan untuk instrumen penelitian. Rangkuman hasil uji validitas tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis disajikan pada tabel berikut.


(39)

43

Sumarni, 2014

Tabel 3.6

Hasil Analisis Validitas Instrumen Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

No Soal

Soal Kemampuan Koneksi Matematis

(ttabel = 2,048)

Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

(ttabel = 2,048 )

rxy Kriteria thitung Ket. rxy Kriteria thitung Ket. 1 0,62 Tinggi 4,20 Valid 0,66 Tinggi 4,65 Valid

2 0,51 Sedang 3,14 Valid 0,71 Tinggi 5,34 Valid

3 0,66 Tinggi 4,65 Valid 0,63 Tinggi 4,29 Valid

4 0,70 Tinggi 5,18 Valid 0,70 Tinggi 5,19 Valid

5 0,72 Tinggi 5,49 Valid 0,61 Tinggi 4,07 Valid

6 0,25 Rendah 1,37 Tidak

valid 0,39 Rendah 2,24 Valid

2) Reliabilitas Soal

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi (ajeg) alat ukur dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Klasifikasi koefisien reliabilitas dapat dilihat seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

No. Nilai rxx Interpretasi

1 0,00 - 0,20 Kecil

2 0,20 - 0,40 Rendah

3 0,40 - 0,70 Sedang

4 0,70 - 0,90 Tinggi

5 0,90 - 1,00 Sangat tinggi

Sumber: Guilford (Ruseffendi, 1991)

Adapun keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung =

rxx dan rtabel. Dengan kriteria jika rhitung > rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika

rhitungrtabel maka soal tidak reliabel. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas

instrumen kemampuan koneksi dan komunikasi matematis, soal kemampuan koneksi dan komunikasi matematis telah memenuhi kriteria yang memadai untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Berikut hasil analisis reliabilitas instrumen tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis, dengan menggunakan bantuan Software Anates Uraian Versi 4.0.5.


(40)

Sumarni, 2014

Tabel 3.8

Hasil Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

Kemampuan Koneksi Matematis Kemampuan Komunikasi Matematis

rhitung rtabel Kriteria Kategori rhitung rtabel Kriteria Kategori

0,68 0,361 Reliabel Sedang 0,66 0,361 Reliabel Sedang

3) Menentukan Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2010). Klasifikasi koefisien daya pembeda dapat dilihat seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.9

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

No. Nilai Daya Pembeda (DP) Interpretasi

1 DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 2 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 3 0,20 < DP ≤ 0,40 Sedang

4 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

5 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik Sumber: Suherman dan Sukjaya (1990)

Berikut ini merupakan hasil analisis daya pembeda soal kemampuan koneksi dan komunikasi matematis, dengan menggunakan bantuan Software Anates Uraian Versi 4.0.5.

Tabel 3.10

Hasil Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan Komunikasi Matematis

No DP Interpretasi No DP Interpretasi

1 0,38 Sedang 1 0,44 Baik

2 0,31 Sedang 2 0,41 Baik

3 0,41 Baik 3 0,18 Jelek

4 0,50 Baik 4 0,28 Sedang

5 0,53 Baik 5 0,22 Sedang


(41)

45

Sumarni, 2014

4) Indeks Kesukaran Soal

Analisis tingkat kesukaran soal perlu dilakukan pada instrumen untuk mengetahu derajat kesukaran dalam butir soal yang kita buat. Butir-butir soal dikatakan baik, jika butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah (Arikunto, 2010). Klasifikasi koefisien indeks kesukaran dapat dilihat seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.11

Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran

No. Nilai Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi

1 IK = 0,00 Sangat Sukar

2 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

3 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 4 0,70 < IK< 1,00 Mudah 5 IK = 1,00 Sangat Mudah Sumber: Suherman dan Sukjaya (1990)

Berikut ini merupakan hasil analisis tingkat kesukaran soal kemampuan koneksi dan komunikasi matematis, dengan menggunakan bantuan Software Anates Uraian Versi 4.0.5.

Tabel 3.12

Hasil Analisis Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan Komunikasi Matematis

No IK Interpretasi No IK Interpretasi

1 0,66 Sedang 1 0,59 Sedang

2 0,56 Sedang 2 0,45 Sedang

3 0,48 Sedang 3 0,41 Sedang

4 0,38 Sedang 4 0,42 Sedang

5 0,39 Sedang 5 0,39 Sedang

6 0,50 Sedang 6 0,38 Sedang

Hasil analisis uji coba selengkapnya dapat dilihat di Lampiran C.3 Halaman 264-269. Rekapitulasi hasil uji coba instrumen kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta soal instrumen yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian adalah sebagai berikut.


(42)

Sumarni, 2014

Tabel 3. 13

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis

No Kemampuan Koneksi Matematis

Kemampuan Komunikasi matematis

V R DP IK Ket. V R DP IK Ket.

1 Tinggi

S

eda

ng

Sedang Sedang × Tinggi

S

eda

ng

Baik Sedang × 2 Sedang Sedang Sedang × Tinggi Baik Sedang √ 3 Tinggi Baik Sedang √ Tinggi Jelek Sedang × 4 Tinggi Baik Sedang √* Tinggi Sedang Sedang √* 5 Tinggi Baik Sedang √ Tinggi Sedang Sedang √ 6 Rendah Jelek Sedang × Tinggi Jelek Sedang × Keterangan:

V : interpretasi validitas instrumen tes R : interpretasi reliabilitas instrumen tes DP : interpretasi daya pembeda tes IK : interpretasi indeks kesukaran tes × : tidak digunakan

√ : digunakan

√* : digunakan dengan perbaikan (tingkat kesukaran dinaikan)

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil uji coba instrumen tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis, dengan melihat kriteria instrumen yang baik berdasarkan tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran, maka peneliti memutuskan untuk memilih tiga butir soal kemampuan koneksi matematis dan tiga butir soal kemampuan komunikasi matematis. Pemaparan alasan penentuan soal kemampuan koneksi dan komunikasi matematis yang digunakan untuk pretes dan postes adalah sebagai berikut.

a) Soal Kemampuan Koneksi Matematis

Soal kemampuan koneksi matematis yang digunakan sebagai pretes dan postes adalah soal nomor 3, 4 dan 5. Ketiga soal tersebut memenuhi indikator kemampuan koneksi matematis, validitas ketiga soal tersebut pada kategori tinggi. Soal no 3 merupakan indikator koneksi, menerapkan hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan topik disiplin ilmu lain. Soal no 4 merupakan indikator koneksi, memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dan soal no 5


(43)

47

Sumarni, 2014

merupakan soal dengan indikator koneksi, memahami hubungan antar konsep atau aturan matematika dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga soal tersebut memiliki tingkat kesukaran sedang. Untuk kepentingan penelitian soal no 4 tingkat kesukaran ditingkatkan, yaitu mengganti informasi panjang AC dengan informasi keliling lingkaran, sehingga siswa harus menggunakan konsep keliling lingkaran untuk mencari panjang jari-jari terlebih dahulu agar memperoleh panjang AC. Sehingga ditinjau berdasarkan tingkat kesukarannya soal no 3 pada kategori sedang, soal no 4 sedang namun tingkat kesukarannya ditingkatkan, dan soal no 5 pada kategori sedang cenderung sukar.

b) Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

Soal kemampuan komunikasi matematis yang digunakan sebagai pretes dan postes adalah soal nomor 2, 4 dan 5. Ketiga soal tersebut memenuhi indikator komunikasi matematis yang di teliti. Ketiga soal tersebut valid dengan validitas tinggi. Soal no 2 merupakan soal dengan indikator menyatakan masalah dalam bentuk model matematika dari suatu permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk gambar, soal no 5 merupakan soal dengan indikator menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematis, menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis dalam model matematika. Soal no 4 merupakan soal komunikasi matematis dengan indikator menyatakan masalah matematis dalam bentuk model matematis dari suatu permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk gambar. Ketiga soal tersebut memiliki tingkat kesukaran pada kategori sedang. Untuk soal no 4 tingkat kesukaran ditingkatkan dengan mengganti informasi berupa gambar menjadi deskripsi masalah matematis dan siswa terlebih dahulu diminta untuk menggambarkan masalah matematis dalam bentuk gambar pada koordinat cartesius. Sehingga soal no 4 merupakan soal komunikasi matematis dengan indikator menyatakan masalah matematis ke dalam bentuk model matematis berupa gambar dan grafik, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis. Sehingga ditinjau berdasarkan tingkat kesukaran soal, no 2 pada kategori sedang cenderung mudah, no 4 pada kategori sedang namun tingkat kesukarannya ditingkatkan dan no 5 pada kategori sedang.


(44)

Sumarni, 2014

b. Instrumen Non Tes

1) Skala Self-Regulated Learning (SRL)

Skala SRL yang digunakan bertujuan untuk mengetahui SRL siswa yang pembelajarannya menggunakan LC 5E dan SRL siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Skala SRL diberikan kepada kelas LC 5E dan Kelas Konvensional setelah pelaksanaan postes. Model skala yang digunakan adalah skala likert. Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 5 alternatif jawaban, yaitu SS (sangat sering), Sr (sering), K (kadang), Jr (jarang) dan JS (jarang sekali). Adapun pemberian skor untuk setiap pernyataan adalah 5 (SS), 4 (Sr), 3 (K), 2 (Jr) dan 1 (JS) untuk pernyataan positif, sebaliknya 1 (SS), 2 (Sr), 3 (K), 4 (Jr) dan 5 (JS) untuk pernyataan negatif. Skala SRL terdiri atas butir-butir skala SRL yang telah disesuaikan dengan indikator SRL yang diadaptasi dari skala SRL yang digunakan sebagai instrumen SRL dalam penelitian Qohar (2012).

Sebelum instrumen ini digunakan, dilakukan uji validitas muka dan validitas isi, dengan meminta pertimbangan empat orang dosen (dua dosen pembimbing dan dua dosen yang berkompeten memvalidasi instrumen), satu orang mahasiswa S3. Kemudian skala SRL diujicobakan kepada beberapa orang siswa SMP diluar sampel penelitian. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan memperoleh gambaran apakah pernyataan-pernyataan skala SRL matematika siswa dapat dipahami oleh siswa. Setelah dilakukan uji coba keterbacaan maka dipilih 29 butir skala SRL untuk dijadikan instrumen dalam penelitian ini. Hasil uji validitas skala SRL, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4 Halaman 270-273.

2) Lembar Observasi Kegiatan Siswa dan Guru

Lembar observasi diberikan kepada observer untuk memperoleh gambaran secara langsung aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran. Lembar observasi kegiatan siswa dan guru ini dijadikan sebagai instrumen, bertujuan untuk membuat refleksi terhadap proses pembelajaran dan


(45)

49

Sumarni, 2014

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan LC 5E. Observer mengisi lembar observasi yang disediakan peneliti, yang bertindak sebagai observer adalah guru matematika di sekolah. Format lembar observasi aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada Lampiran A.6 halaman 141-143.

2. Instrumen Penunjang Penelitian

Instrumen penunjang penelitian ini berupa bahan ajar yang terdiri atas silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS).

a. Silabus

Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang bertujuan agar peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam melakukan perlakuan, dan disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut, maka silabus mata pelajaran matematika memuat identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian yang meliputi jenis tes, bentuk tes, contoh instrumen, serta alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus yang dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Lampiran B.1 halaman 145-147.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) bertujuan membantu peneliti dalam mengarahkan jalannya proses pembelajaran agar terlaksana dengan baik. RPP disusun secara sistematis memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, bahan atau sumber belajar dan penilaian hasil belajar yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran.

RPP yang disusun memuat indikator yang mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan yaitu mengenai lingkaran dan garis singgung lingkaran, mengukur kemampuan koneksi dan komunkasi matematis siswa pada pokok bahasan lingkaran serta SRL matematika siswa. Tujuan pembelajaran lebih diarahkan pada peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta SRL matematika siswa. Metode dan langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen disesuaikan


(46)

Sumarni, 2014

dengan LC 5E, sedangkan pada kelas kontrol disesuaikan dengan pembelajaran konvensional. Materi, bahan atau sumber belajar, dan penilaian hasil belajar untuk kedua kelas diberi perlakuan yang sama. RPP yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran B.2 halaman 148-209.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) yang dirancang, disusun, dan dikembangkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan model LC 5E dan indikator serta tujuan pembelajaran yakni mengukur kemampuan koneksi dan komunikasi matematis, khususnya pada pokok bahasan lingkaran, serta melalui pertimbangan dosen pembimbing. LKS tersebut kemudian dikerjakan oleh siswa secara berkelompok. Terdapat 10 set LKS yang disusun dalam penelitian ini, LKS 1 mengenai unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran, LKS 2 mengenai menemukan nilai Pi (π)/ keliling lingkaran, LKS 3 menemukan rumus luas lingkaran, LKS 4 hubungan sudut pusat dan sudut keliling yang menhadap busur yang sama, LKS 5 mengenai besar sudut keliling lingkaran yang menghadap diamater dan busur yang sama, LKS 6 mengenai panjang busur, luas juring, dan luas tembereng, LKS 7 mengenai hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring, LKS 8 mengenai garis singgung lingkaran, LKS 9 mengenai garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan LKS 10 mengenai garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. LKS selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran B.4 halaman 210-255.

E.Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengajukan judul penelitian.

b. Menyusun proposal penelitian. c. Seminar proposal penelitian.

d. Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar. e. Membuat instrumen penelitian dan bahan ajar.


(47)

51

Sumarni, 2014

g. Uji coba instrumen penelitian.

h. Menganalisis dan merevisi hasil uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Menentukan sampel penelitian.

b. Mengadakan pretes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal koneksi matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum mendapat perlakuan.

c. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran LC 5E di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.

d. Meminta observer untuk mengisi lembar observasi pada setiap pertemuan untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran melalui LC 5E.

e. Mengadakan postes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mendapat perlakuan. f. Memberikan skala SRL pada siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol

untuk mengetahui SRL matematika siswa setelah memperoleh pembelajaran melalui LC 5E dan pembelajaran konvensional.

3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif.

b. Melakukan analisis data kuantitatif terhadap data pretes dan postes.

c. Melakukan analisis data kualitatif terhadap data skala SRL matematika siswa dan lembar observasi.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:

a. Menarik kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu mengenai kemampuan koneksi matematis dan komunikasi matematis.


(48)

Sumarni, 2014

b. Menarik kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu mengenai SRL matematika siswa.

c. Penyusunan laporan.

Secara umum alur atau prosedur pelaksanaan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

Tahap 1:Persiapan

 Pengajuan judul dan pembuatan proposal  Seminar proposal dan perbaikan hasil

seminar

 Menyusun instrumen dan bahan ajar  Mengurus perizinan melakukan penelitian  Uji coba instrumen

 Analisis dan revisi hasil uji coba instrumen

Tahap 2: Pelaksanaan

 Pemberian pretes kemampuan koneksi dan

komunikasi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tahap 3: Analisis Data

 Data kuantitatif: pretes dan postes

 Data kualitatif: skala SRL dan lembar observasi  Postes kemampuan koneksi dan komunikasi

matematis

 Pemberian skala SRL matematika

Tahap 4: Penarikan Kesimpulan

 Menarik kesimpulan data kuantitatif  Menarik kesimpulan data kualitatif  Penyusunan laporan

Kelas Eksperimen

 Pembelajaran melalui LC 5E, Lembar observasi

Kelas kontrol

 Pembelajaran secara konvensional

Bagan 3.1 Alur Penelitian


(49)

53

Sumarni, 2014

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap kegiatan siswa dan situasi yang berkaitan dengan penelitian menggunakan instrumen berupa soal pretes dan postes, sklala SRL matematika sisswa dan lembar observasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengumpulkan data diantaranya yaitu menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.14

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Instrumen

1 Siswa

Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (kelas

eksperimen dan kelas kontrol)

Hasil ulangan

harian -

2 Siswa

Kemampuan awal koneksi dan komunikasi matematis siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol)

Tes awal (pretes)

Butir soal uraian yang memuat indikator kemampuan koneksi dan komunikasi matematis.

3 Observer

Lembar observasi kegiatan guru dan siswa (kelas eksperimen)

Observasi

Lembar observasi kegiatan guru dan siswa.

4 Siswa

Kemampuan akhir koneksi dan komunikasi matematis siswa (kelas eksperimen dan kelas kontrol)

Tes akhir (postes)

Butir soal uraian yang memuat indikator kemampuan koneksi dan komunikasi matematis.

5 Siswa SRL matematika siswa (kelas

Pemberian skala SRL

Skala berupa daftar pernyataan yang


(1)

Sumarni, 2014

Lampiran E.1 Gambar-gambar Aktivitas Guru dan Siswa

GAMBAR-GAMBAR AKTIVITAS GURU DAN SISWA DI KELAS LC 5E 1. Gambar aktivitas pembelajaran pada tahap engagement.

Gambar di atas menggambarkan aktivitas guru dan siswa dalam tahap eksplorasi. Siswa aktif dalam melakukan eksplorasi dan guru membimbing siswa melaksanakan eksplorasi dengan berkeliling dan memantau masing-masing kelompok serta aktivitas siswa dalam melakukan eksplorasi dan berdiskusi dalam kelompok.

2. Gambar aktivitas pembelajaran pada tahap exploration.

Gambar di atas menunjukkan aktivitas guru dan siswa pada tahap explanation. Kelompok yang ditunjuk, mempresentasikan hasil eksplorasi dan terjadi tanya jawab antara kelompok yang presentasi dan kelompok lain yang mempunyai pendapat yang berbeda, sehingga terjadi diskusi dan guru bertinjad sebagai


(2)

fasilitator dan memberikan tanggapan terhadap proses diskusi yang terjadi antar kelompok.

3. Gambar aktivitas pembelajaran pada tahap explanation.

Gambar di atas menunjukkan aktivitas guru dan siswa pada tahap explanation. Kelompok yang ditunjuk, mempresentasikan hasil eksplorasi dan terjadi tanya jawab antara kelompok yang presentasi dan kelompok lain yang mempunyai pendapat yang berbeda, sehingga terjadi diskusi dan guru bertinjad sebagai fasilitator dan memberikan tanggapan terhadap proses diskusi yang terjadi antar kelompok.

4. Gambar aktivitas pembelajaran pada tahap elaboration.

Gambar 4. menunjukkan aktivitas siswa dalam menerapkan konsep yang telah dipelajari pada tahap eksplorasi dengan mengerjakan soal latihan di LKS dalam diskusi kelompok dan menuliskan hasil pengerjaan soal di papan tulis.


(3)

Sumarni, 2014

5. Berikut ini gambar aktivitas pembelajaran pada tahap evaluation.

Gambar di atas menunjukkan aktivitas siswa dalam mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru dan guru menuliskan soal evaluasi dan memantau siswa dalam mengerjakan soal evaluasi.


(4)

Lampiran E.2 Pengolahan Data Observasi

Pengolahan Data Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

No Aktivitas Pertemuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1. Mengkondisikan siswa agar siap belajar. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

2. Mengabsen siswa. 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2. Memotivasi siswa untuk belajar dan

memberikan apersepsi. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3.

Membimbing siswa mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2. Membagikan LKS mengenai materi yang akan

dipelajari 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3. Membimbing siswa dalam melakukan

eksplorasi dan berdiskusi dalam kelompok. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1. Memfasilitasi siswa dalam presentasi hasil

explorasi dan diskusi. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

2.

Memfasilitasi tanya jawab antara kelompok yang presentasi dengan kelompok yang lainnya.

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

1.

Menugaskan siswa mengaplikasikan konsep yang diperoleh pada tahap eksplorasi dengan meminta siswa mengerjakan tugas soal pada LKS

3 3 4 4 4 4 4 4 4 4

2.

Membimbing siswa dalam berdiskusi mengerjakan tugas soal latihan dengan

menerapkan konsep yang diperoleh dari tahap eksplorasi

4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 1. Mendorong siswa untuk bertanya dan

mengevaluasi diri 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

2.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hal-hal yang diperoleh dalam pembelajaran

3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3. Memberikan soal evaluasi mengenai materi

yang telah dipelajari 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4

1. Menyampaikan materi yang akan dipleajari

pada pertemuan berikutnya. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4


(5)

Sumarni, 2014

Total 62 62 62 62 63 63 63 63 64 63

Persentase 72

,9 72 ,9 72 ,9 72 ,9 74 ,1 74 ,1 74 ,1 74 ,1 76 .5 74 ,1

Pengolahan Data Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

No Aktivitas Pertemuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1. Siswa terkondisi untuk siap belajar 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

2. Menyimak pemaparan guru 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3

1. Menyimak pemaparan guru 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3

2. Mengaitkan topik yang akan dipelajari

dengan pengetahuan apersepsi 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 Mengaitkan topik yang akan dipelajari

dengan fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 1. Siswa bergabung dengan teman

sekolompoknya. 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4

2. Berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk mengisi LKS mengenai materi yang akan dipelajari.

3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3. Melakukan explorasi dan berdiskusi dalam

kelompok. 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3

1. Mempresntasikan hasil diskusi pada tahap

eksplorasi. 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3

2. Melaksanakan diskusi dan tanya jawab dengan dengan kelompok lain maupun dengan guru mengenai hasil explorasi dan diskusi dalam kelompok.

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1. Mengaplikasikan konsep yang diperoleh

pada tahap eksplorasi dengan mengerjakan tugas soal latihan pada LKS

3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2. Berdiskusi mengerjakan tugas soal latihan

dengan menerapkan konsep yang diperoleh pada tahap ekslporasi

3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 1. Bertanya dan mengevaluasi diri 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2. Menyampaikan hal-hal yang diperoleh

dalam pembelajaran 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4

3. Mengerjakan soal evaluasi materi yang telaj

dipelajari 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4

1. Menyimak pemeparan guru 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

2. Berdoa dengan dipimpin ketua kelas 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Total 55 55 57 57 57 57 58 59 61 61

Persentase 64

,7 64 ,7 67 ,1 67 ,1 67 ,1 67 ,1 68 ,2 69 ,4 71 ,8 71 ,8


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa

7 19 177

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem ekskresi (penelitian kuasi eksperimen pada Kelas XI MAN 11 Jakarta)

0 4 269

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.

1 4 6

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SERTA SELF-REGULATED LEARNING MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL TREFFINGER.

2 16 80

BRAIN BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA MOTIVASIBELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 2 41

PENERAPAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA SELF-REGULATED LEARNING MATEMATIKA SISWA - repository UPI T MTK 1201553 Title

0 0 4

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

0 0 6

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA SELF REGULATED LEARNING SISWA SMA DITINJAU BERDASARKAN ADVERSITY QUOTIENT (Penelitian Mixed Methodterhadap siswa kelas XIdi SMA Negeri 4

0 0 6

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KONEKSI MATEMATIS SERTA SELF REGULATED LEARNING MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SISWA MADRASAH ALIYAH Dian Permana (148060022) Magister Pendidikan Matematika Fakultas Pascasarjana Universitas Pasundan Jl.

0 0 28