PRAKTIK JULO-JULO BERAS DI KENAGARIAN KAJAI KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI

PRAKTIK JULO-JULO BERAS DI KENAGARIAN KAJAI KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah Guna Untuk Memperoleh Gelar (SH)

Pada Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

Oleh :

YONA ISKASARI 1313030512

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG 1438 H /2017 M

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa sejauh yang diketahui, dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pen dapat yg pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, melainkan yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar keperpustakaan.

Padang, 30 September 2017 Yang membuat pernyataan,

YONA ISKASARI

iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

:Yona Iskasari

: Hukum Ekonomi Syari’ah

Fakultas

: Syari’ah

Judul skripsi : Praktik Julo-julo Beras di Tinjau dari Hukum Islam di Kenagarian Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat.

Dengan ini menyatakan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis pada Fakultas Syari’ah UIN IB Padang

Padang, 30 September 2017 Yang membuat pernyataan,

YONA ISKASARI

KATA PERSEMBAHAN

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),

Kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (urusan) yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (QS AL Insyirah: 6-8)

Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (Q.S Al-Mujadillah 11)

“Siapa yang bersungguh-sungguh, dia yang akan berhasil” (Al-Hadits)

Ya Allah Waktu yang sudah ku jalani dengan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, rasa cemas, rasa takut, dan bertemu orang-orang yang memberi sejuta pengalaman bagiku,yang telah memberi warna-warni

kehidupanku, ku bersujud dihadapan Mu, Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai diperhujungan awal perjuanganku Segala Puji Bagi Mu Ya Allah

Subahanallah... Alhamdulillah... Alhamdullah… Alhamdulillahirobbil’alamin Astagfirullah... Allah hu Akhbar... Ya Allah tiada kata yang lebih indah dari kalimat zikir untuk Engkau ya Allah.. Hidup dan matiku .. Ibadah ku hanya untuk menyembah Engkau ya Allah... Perkenankan hamba untuk mengucap ribuan syukur kepada-Mu ya Allah.. Terimah kasih ya Allah, terimah kasih Engkau telah memberi pertolongan dalam segala hal

dalam hidupku ini... Salah satu pertolongan dari Engkau adalah.... Karya kecil ku ini...

Karena... Karya kecil ku ini membuat tidurku tak nyaman... Karya kecil ku ini membuat waktu tidurku berkurang... Karya kecil ku ini membuat hati ku gelisah dan gundah... Karya kecil ku ini membuat mataku banyak bercucuran air mata... Karya kecil ku ini membuat biaya dan waktu ku tersita …

Karya kecil ku sering membuat orang- orang terdekat ku resah... Dan karya kecil ku ini sering membuatku mengeluh dan lupa menjadi manusia bersyukur ya Allah... Namun untuk saat ini ... Hamba sadar atas kekhilafan hamba ya Allah.. Hamba sadar setelah sekian ratusan hari dalam membuat karya kecil ini Telah banyak ilmu terukir dan tersirat dalam fikiran ini ya Allah... Banyak sekali hikmah dari sebuah perjuangan untuk karya kecil ini terukir ya Allah... Sehingga diriku bisa mempersebahkan karya kecilku ini untuk kedua orang tuaku tercinta ...Ayahanda Iskandar dan Ibunda Herlina Efendi...

Ayah... Begitu banyak bercucuran keringat mu untuk menyekolahkan ku sampai sejauh ini... Ibuk... Begitu sering tulang punggung mu merintih kesakitan Untuk ku mencapai sebuah gelar ini... Kesini.. Kesana mencari biaya demi kelancaran sekolah ku ini... Mengingat itu membuat air mata ku tercucur kembali.. Namun hari ini aku telah berjanji dalam diriku akan membahagian dirimu ayah, ibuk.... Tunggu saja saatnya tiba ketika Allah telah mengizinkan...

Tak terlupakan ucapan terimah kasih buat keluarga dan orang- orang terdekatku..

Untuk Mama ku tersayang... Roslaini Terimah kasih atas dukungan moril dan materi serta motivasi yang selalu mama berikan...

Untuk orang tersayang. Mahesa Hendra, S.T Terima kasih banyak sudah bisa mengerti dengan kesibukanku,

Sudah memberiku dukungan, motivasi,… Dan semangat dalam menyusun karya kecil ini

Untuk pembimbing ku yang teristimewa... Yang selalu Ramah dalam membimbingku.. Ibu Dra Syofia Ulfah, M.Pd., Ph.D Bapak Toni Markos, M.Ag Yang selalu menyediakan waktu untuk membingbing karya kecil ku.. Terimah kasih banyak Bapak dan Ibu.... Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak dan

Ibu....

Untuk Ibu penguji Munaqasayah ku Ibu Azhariah Khalida, M.Ag Ibuk Eli Suryani, M.Ag Yang selalu menyediakan waktu untuk membingbing karya kecil ku..

Terimah kasih banyak ibu... Semoga Allah membalas semua kebaikan Ibu.

Untuk Teman-Teman dan adik kos Cantik yang selalu memberi semangat....maaf disini tidak

bisa di sebutkan satu persatu... untuk semuanya terimah kasih banyak...

Untuk Teman-Teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah Khususnya angkatan 2013, dan

yang belum wisuda semangat menysun skripsinya dan cepat nyusul Wisudanya ya…..

Terimah kasih juga untuk semua keluargaku dimana ia berada... semoga selalu dalam lindungan Allah.. dan atas jasa- jasa semua pihak diatas karya kecil ini dapat terselesaikan

dengan baik... Semoga Allah membalasnya .. Aaamiin

Wassalam,

Yona Iskasari. S.H

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Praktik Julo-julo Beras di Kenagarian Kajai

Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat Dalam Perspektif

Hukum Islam ditulis oleh Yona Iskasari, Bp. 13131030512 pada Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh adanya suatu permasalahan yang terjadi di Kejorongan

di Kenagarian Kajai dalam kelompok julo-julo beras, permasalahannya adalah terjadi kecurangan dalam pembayaran beras yaitu sebagian dari anggota julo-julo sengaja membayarkan julo-julo dengan beras raskin yang disebabkan karena sering menerima julo-julo dengan beras raskin. Dalam penelitian ini ada 5 pertanyaan yaitu Bagaimanakah proses julo-julo beras? Bagaimanakah perilaku penyimpangan anggota julo-julo? Apakah faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang anggota julo-julo beras? Apakah dampak perilaku penyimpangan bagi anggota julo-julo? Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap perilaku menyimpang anggota julo-julo beras? Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara untuk menanyakan hal-hal yang diinginkan. Pihak-pihak yang diwawancarai yaitu Wali Nagari, Alim Ulama, Ketua Adat Nagari, serta Kepala Jorong, ketua dan para anggota julo-julo beras. Teknik analisis data menggunakan dua Metode yaitu deskriptif kualitatif dan metode Istiqro’. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Proses julo-julo dimulai dari pengumpulan warga desa yang ikut julo-julo beras, memilih ketua, menentukan akad, menyepakati akad, menyepakati jumlah beras yang di bayar untuk julo-julo, menyepakati prosedur pembayaran dan penerimaan julo-julo. Perilaku menyimpang anggota julo-julo yaitu sebagian anggota sengaja membayar julo-julo dengan beras raskin, sebagian yang lain memang tidak mampu membeli beras yang berkualitas. Faktor penyebab perilaku menyimpang yaitu karena faktor pengalaman, dan faktor ekonomi. Dampak dari perilaku menyimpang yaitu anggota julo-julo yang menerima dengan beras raskin merasa tidak puas, hubungan menjadi renggang, adanya rasa ketidakrelaan. Pertengkaran antara anggota, silaturrahmi terputus, kurangnya rasa solidaritas dan timbulnya rasa mencurigai antar sesama. Hukum dari julo- julo beras yaitu boleh mubah karena mengandung unsur tolong menolong namun perilaku menyimpang yang dilakukan oleh masyarakat di Kenagarian Kajai tidak boleh dilakukan karena tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Islam.

ABSTRACT

This thesis entitled Practice Julo-julo Rice in Kenagarian Kajai

District of Talamau Regency of West Pasaman In Perspective Islamic

Law written by Yona Iskasari, Bp. 13131030512 at the Syari'ah Faculty of Shariah Law Economics Department. The writing of this thesis is motivated by the existence of a problem that occurred in Kejagongan in Kenagarian Kajai in julo-julo rice group, the problem is happened cheating in the payment of rice that some of julo-julo members deliberately paid julo-julo with raskin rice caused by often receive julo -julo with raskin rice. In this research there are 5 questions that is how the process julo-julo rice? How is the julo-julo member's deviation behavior? What are the factors causing the deviant behavior of julo-julo rice members? What is the effect of irregular behavior for julo-julo members? How is the Islamic law review of the deviant behavior of julo-julo rice members? The method used is field research through observation and interview to ask the things desired. Interviewees were Wali Nagari, Alim Ulama, Adat Chief of Nagari, and Chief of Jorong, chairman and members of julo-julo rice. Technique of data analysis using two methods namely qualitative descriptive and Istiqro 'method. From the results of the research, it was found that the julo-julo process started from the gathering of villagers who participated in the rice julo-julo, electing the chairman, determining the contract, agreeing on the contract, agreeing on the amount of rice paid for julo-julo, agreeing the payment and receipt procedure of julo-julo. The deviant behavior of members of julo-julo is that some members deliberately pay julo-julo with raskin rice, others are not able to buy quality rice. Factors that cause deviant behavior that is due to experience factors, and economic factors. The impact of deviant behavior is that members of julo-julo who accept with raskin rice feel dissatisfied, the relationship becomes tenuous, there is a sense of discontentment. Quarrels between members, silaturrahmi disconnected, lack of sense of solidarity and the emergence of suspicion among others. The law of julo-julo rice is mubah because it contains elements of help please but the deviant behavior done by the people in Kenagarian Kajai should not be done because it is not in accordance with the provisions in Islam.

KATA PENGANTAR

Segala puji beserta syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“Praktik Julo-Julo Beras di Kenagarian Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat dalam Perspektif Hukum Islam”. Shalawat bertangkaikan salam penulis doakan kepada Allah semoga disampaikan kepada junjungan alam Nabi

Muhammad SAW yang telah berjuang keras untuk mengembangkan ajaran Islam sebagai Rahmatan Lil’alamin.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) program Strata Satu (S.1) pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Imam Bonjol Padang. Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya dan tak terhingga penulis sampaikan kepada orang yang sangat berarti dalam kehidupan Penulis, Ayahanda Iskandar dan Ibunda Herlina Efendi, ucapanterima kasih yang sebesar-besarnya Penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberi dukungan baik materil maupun moril dalam menyelesaikan skripsi ini kepada:

1. Bapak Dr. H. Eka Putra Wirman M.A, selakuRektor UIN Imam Bonjol Padang dan kepada Pembantu Rektor I, II dan III, Bapak Dr. H. MuchlisBahar, Lc, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah beserta Pembantu Dekan I, Bapak Nurus Shalihin, M.Si, Ph.D, Pembantu Dekan

II, Ibu Dra. Hj. Surwati, MA dan Pembantu Dekan III, Bapak Dr. Efrinaldi, M. Ag.

2. Bapak M. Yenis, SH, M.Pd., MH, dan Ibu Duhriah, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan yang telah memberikan banyak arahan 2. Bapak M. Yenis, SH, M.Pd., MH, dan Ibu Duhriah, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan yang telah memberikan banyak arahan

3. Ibu Dra. Syofia Ulfah, M.Pd., Ph.D selaku pembimbing I dan Bapak Toni Markos, M.A.g selaku pembimbing II yang senantiasa memberi bimbingan dan arahan kepada penulis, yang membina dan membimbing Penulis selama menyelesaikan studi di UIN Imam Bonjol Padang.

4. Tim Penguji yang telah memberikan bimbingan serta ilmunya kepada Penulis.

5. Pimpinan perpustakaan Institut dan perpustakaan Fakultas Syariah UIN Imam Bonjol Padang besertastaf yang telah menyediakan fasilitas kepustakaan, sehingga memudahkan penulis dalam mengumpulkan literatur-literatur yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya doa serta terima kasih dari Penulis untuk semua pihak yang telah berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara materil maupun immaterial, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas partisipasi dan kerjasamanya, serta menjadi amal sholeh, Amin.

Padang, 30Agustus 2017 Penulis,

YONA ISKASARI, S.H 1313030512

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel

No.

Judul

Halaman Tabel 3.1 Letak batas nagari kajai

Tabel

40 Tabel 3.2 Orbit trasi dan waktu tempuh

42 Data kependudukan kenagarian kajai kecamatan

Tabel 3.3

43 talamau

Tabel 3.4 Sarana pendidikan kenagarian kajai

44 Tabel 3.5 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

45 Tabel 3.6 Jumlah sarana ibadah

47 Tabel 3.7 Jenis mata pencarian penduduk

48

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persoalan muamalah merupakan persoalan yang aktual dalam masyarakat dan berkembang sesuai dengan peradaban manusia yang sejalan dengan kebutuhan manunisia itu sendiri. Oleh karena itu, sering dijumpai dalam berbagai daerah bentuk muamalah yang beraneka ragam yang esensinya adalah melakukan interaksi sosial dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing. (Haroen,2005,26)

Interaksi sosial ini sangat dibutuhkan karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri. Dengan adanya interaksi tersebut manusia dapat saling membantu dalam memenuhi kebutuhannya yang banyak. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi :

 

Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaannya. (Depag RI, 1989)

Dalam melakukan kegiatan muamalah, hukum Islam mengakui adanyakebebasan berakad, yaitu suatu prinsip hukum yang mengatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun dan memasukkan klausal apasaja ke dalam akad yang akan mereka buat sepanjang tidak berakibat memakan harta sesama dengan cara yang bathil. (Dewi, 2006,31)

Kenagarian Kajai adalah suatu Nagari yang terletak di Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat yang mayoritas penduduknya 1 beragama Islam. Di Kenagarian Kajai terdiri dari 8 Jorong yang mempunyai tradisi dan budaya yang sama dalam mengadakan acara penikahan. Dalam sebuah acara pernikahan pasti membutuhkan biaya yang banyak. sebagian dari masyarakat menyikapi biaya acara pernikahan yang banyak tersebut dengan cara membentuk suatu kelompok yaitu kelompok julo-julo beras. Setelah kelompok julo-julo beras di bentuk semua anggota julo-julo beras telah menyepakati akad yang di pakai dalam julo-julo beras. Dari 8 Jorong yang ada di Kenagarian Kajai ada 3 jorong yang sepakat untuk membentuk julo-julo beras. Diantaranya di Kampung Lubuk Panjang, Jorong Kampung Alang, yaitu beranggotakan sebanyak sebanyak 3 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 12 orang jadi total jumlah anggota julo-julo beras di Kampung Lubuk Panjang sebanyak 36 orang, anggota yang melakukan perilaku penyimpangan adalah sebanyak 7 orang. Di Kampung Padang, JorongPasaLamoyang anggotanya terdapat 1 kelompok sebanyak 15 orang, anggota yang melakukan perilaku menyimpang adalah sebanyak 2 orang.Kemudian di KampungBanir Tambuk JorongLimpato terdapat 2 kelompok yang beranggotakan masing-masing 10 orang jadi berjumlah 20 orang. Anggota yang melakukan perilaku menyimpang adalah sebanyak 4 orang.

Julo-julo beras ini dibentuk dengan tujuan dan kepentingan yang sama dari anggota julo-julo beras yaitu untuk memudahkan setiap anggota julo-julo beras mengadakan acara pernikahan. Bagi anggota julo-julo beras tersebut dengan adanya pelaksanaan julo-julo beras inisangat membantu mereka dan sebagai sarana untuk menabung yang berguna untuk mengadakan acara pernikahan anak-anak mereka Julo-julo beras ini dibentuk dengan tujuan dan kepentingan yang sama dari anggota julo-julo beras yaitu untuk memudahkan setiap anggota julo-julo beras mengadakan acara pernikahan. Bagi anggota julo-julo beras tersebut dengan adanya pelaksanaan julo-julo beras inisangat membantu mereka dan sebagai sarana untuk menabung yang berguna untuk mengadakan acara pernikahan anak-anak mereka

Pada umumnya julo-julo dilakukan dengan jalan undian, namun pada Julo-julo beras ini tidak dilakukan dengan jalan undian tetapi tergantung pada anggota yang akan mengadakan acara pernikahan. Pengumpulannya dilaksanakan setiap ada anggota julo-julo beras yang akan mengadakan acara pernikahan. (Herlina Efendi, 2016)

Dalam penerimaan julo-julo beras ini mereka akan menerima beras dari hasil yang mereka kumpulkan. Pelaksanaan julo-julo beras ini telah menjadi suatu kebiasaan di masyarakat Nagari Kajai Dalam mekanismenya julo- julo ini yang menjadi objeknya adalah 2 sukek atau

4 gantang (8 Kg) beras. (Nelvia, 2016) Permasalahan yang terjadi di Kampung Lubuk Panjang, Jorong Kampung Alang, Kampung Padang, Jorong Pasa lamo, dan Kampung Banir Tambuk Jorong Limpato yaitu terjadinya perbedaan dari segi kualitas dan harga beras yang harus dibayarkan oleh setiap anggota julo-julo beras tersebut. Maksudnya, setiap anggota julo-julo beras ini harus membayarkan beras yang sama kualitas dan harganya. Karena dalam julo-julo beras ini semua harus menerima dengan beras yang sama kualitas dan harganya. Dalam julo-julo beras ini terjadi permasalahan yang tidak sesuai dengan akad yang telah mereka sepakati di awal, yaitu sebagian dari anggota julo-julo yang telah menerima julo-julo beras dengan kualitas yang sesuai dengan kesepatan mereka, namun sebagian dari anggota julo-julo yang lain di saat mereka menerima julo-juloberas mereka menerima beras raskin yang jelas jauh lebih rendah kualitas dan harganya.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu anggota julo-julo beras di Kampung Lubuk Panjang Jorong Kampung Alang yang bernama Ibu Nengsih Mariani dia merasa tidak puas dengan beras yang dia terima Seperti yang dikatakan oleh salah satu anggota julo-julo beras di Kampung Lubuk Panjang Jorong Kampung Alang yang bernama Ibu Nengsih Mariani dia merasa tidak puas dengan beras yang dia terima

Akad julo-julo beras yang seperti ini disebut juga dengan akad utang piutang “qardh”(ضرق) karena apabila salah seorang anggota yang

telah menerima julo-julo beras secara tidak langsung anggota tersebut telah berhutang kepada anggota julo-julo yang belum menerima julo- julo beras tersebut. Permasalahan utang piutang yang terjadi dalam julo-julo beras ini menarik untuk dibahas sebab permasalahan yang seperti ini belum jelas dan belum ditentukan hukumnya di dalam Islam.

Oleh karena itu penulis membahasnya dalam bentuk karya ilmiah dalam judul “Praktik Julo-Julo Beras Di Di Kenagarian Kajai

Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat Dalam Perspektif Hukum Islam”

1.2. Rumusan dan Pertanyaan Penelitian

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap praktik julo-julo beras di Kenagarian Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat?

1.2.2. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimanakah proses pelaksanaan julo-julo beras di Kenagarian Kajai?

b. Bagaimanakah perilaku dari anggota kelompok julo-julo beras di Kenagarian Kajai?

c. Apakah faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang terhadap anggota juo-julo beras di Kenagarian Kajai?

d. Bagaimanakah dampak dari perilaku menyimpang oleh masyarakat di Kenagarian Kajai? d. Bagaimanakah dampak dari perilaku menyimpang oleh masyarakat di Kenagarian Kajai?

1.3. Signifikasi Penelitian

Penelitian ini penting untuk diteliti karena masalah ini merupakan masalah yang belum jelas dan belum di tentukan hukumnya di dalam Islam. Dan bertujuan untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik julo-julo beras di Kenagarian Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. Dan untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan dibidang muamalah khususnya. Serta memberi informasi dan pengarahan kepada pihak-pihak yang terkait dalam julo-julo beras. Khususnya mengenai transaksi utang piutang dan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh masyarakat di Kenagarian Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat.Serta memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada

Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah pada Fakultas Syari’ah.

1.4. Studi Literatur

Setelah penulis melakukan tinjauan kepustakaan ada beberapa orang yang membahas tentang julo- julo antara lain dalam bentuk skripsi, yaitu oleh :

1. Agustin (Bp. 303.017), jurusan Muamalat dengan judul tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan julo- julo (studi kasus di Pakan Magek Kenagarian Magek Kecamatan Kamang).

Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahannya yaitu, dalam pengumpulan julo-julo ini uang yang telah dikumpulkan dari anggota julo- julo sebanyak 66 kali putaran julo-julo, tapi angotanya

66 nomor, namun dikembalikan hanya kepada 65 nomor dalam betuk jumlah uang. Misalnya angota menyimpan Rp. 110.000 dan 66 nomor, namun dikembalikan hanya kepada 65 nomor dalam betuk jumlah uang. Misalnya angota menyimpan Rp. 110.000 dan

2. Feri Andhika (Bp. 304.186) jurusan Muamalat dengan judul pelaksanaan julo- julo dalam persatuan beras dalam konsep Syirkah (studi kasus Jorong Sontang Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman).

Permasalahanya adalah apabila anaknya yang mau menikah dan berapa orang banyak anaknya, maka dia berhak untuk menerima beras tersebut. Apabila diantara angota yang mempunyai6 orang anak, maka dia menerima 6 kali. Sementara yang mepunyai 2 orang anak dia hanya menerima 2 kali saja. Namun dia terus membayar sebanyak 6 kali sesuai dengan angka anak terbanyak. Hal ini akan menimbulkan ketidak adilan dari segi penerimaan beras,karena bagi mereka yang mempunyaianak sedikit merasa dirugikan. Hasil penelitiannya adalah bahwa pelaksanaan julo-julo dalam persatuan beras yang dilakuan oleh masyarakat Jorong Sontang dibolehkan dalam Islam karena dalam julo-julo tersebut terdapat unsur tolong menolong.

Berdasarkan permasalahan yang sudah dibahas dalam bentuk karya ilmiah skripsi di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa karya ilmiah yang akan penulis bahas berbedadengan yang telah di bahas, adapun yang penulis bahas permasalahannya terletak pada objeknya yaitu objek yang dibayarkan untuk julo-julo beras di Kenagarian Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat tidak sama kualitas dan harganya.

1.5. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini teori yang dipakai adalah “Qardh”(ضرق)yang berarti utang piutang. Utang piutang adalah harta yang memberikan utang kepada orang yang berhutang agar orang yang berhutang mengembalikan barang yang serupa dengannya kepada orang yang memberi utang. (Sabiq,2009, 234)

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Penelitian Lapangan Dalam memperoleh data yang dibutuhkan,penulis langsung terjun dilapangan maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan.

1.6.2. Informan Penelitian

Informan penelitian dalam penelitian lapangan ini adalah Wali Nagari Kajai, Ketua Adat Nagari Kajai, Kepala jorong Kampung Lubuk Panjang, Kepala Jorong Kampung Banir Tambuk, Kepala Jorong Kampung Padang, ketua julo-julo beras dan anggota julo-julo beras serta alim ulamadi Kenagarian Kajai, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat.

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Observasi yaitu metode pengumpulan data yang melakukan pengamatan langsung pada suatu objek penelitian.(Hadi,1976,87) Dalam pengumpulan data melalui observasi ini penulis melihat langsung dilapangan permasalahan yang terjadi dalam a. Observasi Observasi yaitu metode pengumpulan data yang melakukan pengamatan langsung pada suatu objek penelitian.(Hadi,1976,87) Dalam pengumpulan data melalui observasi ini penulis melihat langsung dilapangan permasalahan yang terjadi dalam

b. Wawancara Wawancara yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak antara pewawancara dengan orang yang memberi informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Data tersebut harus sesuai dengan informasi yang diharapkan dalam hal ini mengenai julo- julo beras. (Adi, 2004, 72)

1.6.4. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara akan diolah secara deskriptif kualitatif yaitu suatu metode dalam meneliti status, sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, atau sistem pemikiran atau suatu peristiwa yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. (Adi, 2004, 54)

Setelah diperoleh data-data dari berbagai sumber yang berkaitan dengan objek penelitian maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dianalisis kemudian ditarik kesimpulan yang logis dan sistematis. Penulis berupaya mengupas dan mencermati sesuatu secara ilmiah dan kualitatif mengenai metode dalam Al- Q ur’an dan Hadis atau Istinbat Hukum dengan menggunakan kaidah-kaidah tentang utang piutang yang teori dan faktanya bertolak belakang yaitu yaitu metode istinbat istiqro’ yaitu pengikutsertaan atau induksi(kebalikan dari deduksi) yaitu sebuah metode pemikiran yang bertolak dari suatu kekhususan menuju pada umum, kadang-kadang juga bertolak dari yang kurang umum menjadi lebih umum. (Al-Awani, 2001, 26)

Kemudian untuk melakukan penelitian yang lebih efektif dari segi dana dan waktu, maka penulis membatasi penelitian ini dari beberapa data yang telah terkumpul dan menganalisis data tersebut. Karena data awal yang diperoleh masih merupaka data acakan maka data tersebut perlu diolah supaya dapat menjadi bahan untuk menjawab pokok masalah yang ditanyakan dalam penelitian.

Adapun langkah- langkah yang digunakan adalah :

1. Editing data adalah memeriksa kembali dengan cermat data yang telah terkumpul. (Adi,2004,118)

2. Setelah data dikumpulkan penulis akan memeriksa kembali data-data tentang julo-julo beras tersebut dengan cermat dan teliti.

3. Klasifikasi data adalah setelah data lengkap dan memenuhi kebutuhan, maka data tersebut dikelompok kan sesuai dengan jenisnya masing- masing. (Adi,2004,119) Setelah data-data tentang julo-julo beras dikumpulkan,data tersebut dikelompokkan menurut jenisnya masing-masing.

4. Interpretasi data adalah data yang sudah dikumpulkan menurutkan jenisnya kemudian diolah dan dianalisa. (Adi,2004,182) Setelah data-data tentang julo-julo beras dikelompokkan menurut jenisnya maka data-data tersebut akan diolah dan dianalisa.

5. Kesimpulan Setelah data-data tentang julo-julo beras dioalah dan dianalisis maka akan dibuat kesimpulan dari julo-julo beras tersebut.

BAB II UTANG PIUTANG DALAM HUKUM ISLAM

2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Utang Piutang

2.1.1. Pengertian utang Piutang

Dalam terminologi fiqh mu’amalah, utang piutang disebut dengan “dain” (نيد). Istilah “dain” (نيد) ini juga sangat terkait dengan istilah “qardh” (ضرق) yang dalam bahasa Indonesia

dikenal dengan pinjaman. Dari sini nampak bahwa tidak ada perbe daan yang signifikan antara “dain” (نيد) dan “qardh” (ضرق) dalam bahasa fiqh mu’amalah dengan istilah utang piutang dan

pinjaman dalam bahasa Indonesia, namun hanyalah dari segi manfaatnya dan pada waktunya dikembalikan kepada pemiliknya dan juga mempunyai kemiripan dengan pembayaran harga pembelian pada waktu yang ditangguhkan. Dan punya hubungan pula dengan muamalah riba. (syarifuddin, 2003 ,222)

Definisi utang piutang tersebut yang lebih mendekat kepada pengertian yang mudah dipahami ialah penyerahan harta berbentuk uang untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama. Kata penyerahan harta maksudnya adalah pelepasan pemilikan dari yang punya. Kata dikembalikan pada waktunya mengandung arti bahwa pelepasan pemilikan hanya berlaku untuk sementara, dalam arti yang diserahkan adalah manfaatnya. Dalam bentuk uang maksudnya uang yang dinilai dengan uang. Dari pengertian ini utang piutang dibedakan dengan pinjam- meminjam karena yang diserahkan ini adalah harta yang berbentuk barang, kata nilai yang sama mengandung arti bahwa pengembalian dengan nilai yang bertambah tidak tidak disebut Definisi utang piutang tersebut yang lebih mendekat kepada pengertian yang mudah dipahami ialah penyerahan harta berbentuk uang untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama. Kata penyerahan harta maksudnya adalah pelepasan pemilikan dari yang punya. Kata dikembalikan pada waktunya mengandung arti bahwa pelepasan pemilikan hanya berlaku untuk sementara, dalam arti yang diserahkan adalah manfaatnya. Dalam bentuk uang maksudnya uang yang dinilai dengan uang. Dari pengertian ini utang piutang dibedakan dengan pinjam- meminjam karena yang diserahkan ini adalah harta yang berbentuk barang, kata nilai yang sama mengandung arti bahwa pengembalian dengan nilai yang bertambah tidak tidak disebut

Pengertian utang piutang qardh menurut Dr. mardani dalam bukunya yang berjudul fiqih ekonomi syari’ah adalah qardh

secara etimologi merupakan bentuk masdar qaradha asy- sya’i- yaqridu yang berarti dia memutuskan atau memutuskan sesuatu dengan gunting . al-qardh adalah sesuatu yang diberikan oleh pemilik untuk dibayar. Sedangkan menurut terminologi qardh adalah memberikan harta kepada orang lain yang akan memanfaatkannya dan akan mengembalikan gantinya di kemudian hari. (Mardani,2012,331)

Menurut kompilasi hukum ekonomi syari’ah qardh adalah penyediaan dana atau tagihan antar lembaga keuangan syari’ah

dengan pihak peminjan yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka

waktu tertentu. Defenisi qardh dalam kompilasi ekonomi syari’ah adalah bersifat aplikatif dalam akad pinjam meminjam antara nasabah dan lembaga keuangan sya ri’ah. (mardani,2012,332)

Untuk maksud utang piutang dalam terminologi dalam terminologi fiqih muamalah digunakan dua istilah yaitu qardhu dan dayn kedua lafaz ini terdapat dalam al- qaur’an dan hadis nabi dengan maksud yang sama yaitu utang piutang. Utang piutang merupakan perbuatan kebajikan yang telah disyari’atkan dalam

islam. (syarifuddin, 2003 ,222) Dalam Islam konsep utang terdiri dari dua, utang melalui pinjaman qardh dan utang melalui pembiayaan dain. Utang pinjaman bermakna utang yang muncul disebabkan oleh pinjaman, baik pinjaman barang atau uang. Pinjaman ini akan islam. (syarifuddin, 2003 ,222) Dalam Islam konsep utang terdiri dari dua, utang melalui pinjaman qardh dan utang melalui pembiayaan dain. Utang pinjaman bermakna utang yang muncul disebabkan oleh pinjaman, baik pinjaman barang atau uang. Pinjaman ini akan

Dalam syari’at islam utang piutang secara zahir bukan termasuk kepada usaha pengembangan modal, karena utag melalui peminjaman merupakan salah satu bentuk bantuan yang sifatnya tolong menolong dan tabarru ’. Sedangkan utang yang melalui kontrak pembiayaan atau jual beli, seperti utang yang timbul karena adanya utang secara zahir karena utang dalam bentuk ini mengindikasikan adanya pemindahan hak milik kepada orang lain. Kemudian pembayaran pokok utang dilakukan kembali secara tertunda pada masa yang disetujui. (Hulwati,2003,46)

Di dalam buku Sayyid Sabiq utang adalah harta yang memberikan utang kepada orang yang berhutang agar orang yang berhutang mengembalikan barang yang serupa dengannya kepada orang yang memberi utang. Secara bahasa qardh mengandung arti pemotongan. Harta yang diambil oleh orang yang berhutang disebut dengan qardh karena orang yang yang memberi utang memotong dari hartanya. (Sabiq,2009, 234)

Utang dikatakan dalam al- qamus yaitu “al-qardhu” ( ضرقلا ) juga dengan kasrah al-qirdhu bermakna perbuatan baik buruk

yang kamu lewati dan sesuatu yang kamu berikan sebagai penunaiannya, dan dikatakan “aqradhahu” ( وهاهدارق أ ) memberikannya “qardhan “( نادرق ) dan memotong untuknya sebuah potongan yang di berikan balasan karenanya. (Syaibah Al-

Hamd, 2007,233) Utang piutang dalam terminologi fiqh digunakan dua istilah yaitu qardh ( ضرقلا ) dan dain ( نيد ) kedua lafaz ini terdapat dalam Al- Qur’an dan Hadis nabi dengan maksud yang sama yaitu utang piutang. ( Syarifuddin,2003, 222)

Jika dilihat dalam Kamus Bahasa Arab utang piutang dikenal dengan Qardh yang berarti meminjam. (Yunus, 1989,45) Sedangkan di dalam buku akad dan produk bank syariah utang piutang (pinjaman) juga di istilahkan dengan qardh yaitu

salah satu akad yang di terapkan dalam perbankan syari’ah, yang berarti pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanya untuk

pembelia barang-barang fungible yaitu barang-barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai dengan berat, ukuran, dan jumlahnya). (Ascara, 2008, 46)

Menurut Wahbah al-Zuhailiy dalam Kitab Fiqh al-Islami wa Adillatuhu adalah :

ضرقلما لام نم ةعطق ونلا اضرق ضترقملل عوفدلما لالما ىسم , عطقلا : ةغللا ضرقلا فيرعت Artinya :

Hutang menurut Bahasa adalah memotong, dinamakan harta orang yang diberikan kepada orang yang berutang akan sempurna karena sesungguhnya hutang memutuskan harta orang yang berpiutang. ( Al-Zuhaily, juz IV, 720)

Dalam Kitab Fiqh Sunnah dijelaskan bahwa : عطق ةغللا لصا في ضرقلا Artinya :

Qardh menurut bahasa adalah al-Qardhu (memotong atau memutuskan). (Sabiq, 2009, 136)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hutang piutang menurut bahasa adalah memotong atau memutuskan kepemilikan harta orang yang berpiutang, karena diberikan kepada orang yang berutang dan orang yang berutang wajib menggantinya dengan harta yang sama nilai maupun sifatnya, artinya harta orang yang berpiutang itu akan dipindahkan kepemilikannya karena dipiutangkan kepada orang yang berutang sampai ia menggantinya.

Utang piutang menurut istilah ada beberapa pendapat para Ulama, di antaranya : Zuhailiy mengemukakan bahwa qardh menurut istilah Ulama Hanafiyah adalah :

ولثم ديرل رخلأ ىلثم لام عفد ىلع دري صوصمخ دقع Artinya :

Akad tertentu atas penyerahan harta kepada orang lain agar orang tersebut mengembalikan dengan nilai yang sama. (Al- Zuhaily,JUZ IV, 726)

Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah yaitu: يلع وتردق دنع ويلا ولثمديرل ضترقملل ضرقلما ويطعي يذلا لالما وى ضرقلا Artinya :

Utang piutang adalah hutang harta yang diberikan oleh Muqrid (orang yang berpiutang) kepada Muqtarid (orang yang berutang) untuk dikembalikan sesuai menurut semisalnya. (Sabiq, 2009,134)

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa utang piutang merupakan suatu harta yang diberikan oleh orang yang berpiutang kepada orang yang berutang melalui transaksi hutang piutang antara kedua belah pihak, di mana orang yang berutang wajib membayar atau menggantinya dengan harta yang serupa, sama nilai maupun harganya. Orang yang berpiutang berhak untuk menerima kembali apa yang telah di hutangkannya.

Apabila orang yang berutang meninggal dunia sebelum melunasi seluruh hutangnya, maka ahli waris yang berkewajiban untuk melunasi hutang itu agar orang yang berutang terbebas dari kewajibannya di dunia.

2.1.2. Dasar Hukum

Dalam al- Qur’an banyak ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang hutang piutang, ada yang diungkapkan secara tegas dan ada juga yang diungkapkan secara samar atau tersirat. Begitu juga dalam Hadis Nabi yang menjelaskan tentang hutang piutang. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan beberapa dasar hukum dari hutang piutang yang terdapat dalam Surat al-Maidah ayat 2:

بِرِّااوَقبِرِّعلْلا نُديبِرِّدوَ وَولَّللا لَّنبِرِّ وَولَّللا اونُقلَّتَتاوَو بِرِّناوَولْدنُعلْلاوَو بِرِّلْ بِرِّلْاا ىوَلوَع اونُنوَواوَعوَتَت وَلاوَو ىوَولْقلَّتَللاوَو بِرِّ لْلا ىوَلوَع اونُنوَواوَعوَتَتوَو Artinya :

Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaannya. (Depag RI, 1989, 156)

Selain itu juga terdapat dalam surat al-baqarah ayat 245 :

Artinya : siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Depag RI,1989,96)

Dalam surat Al-Muzammil ayat 20 :               

Artinya : Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Depag RI, 1989,236)

Dalam surat al-baqarah ayat 282 :            

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Depaq RI,1989,192)

Akad hutang piutang adalah ta’awun jadi dengan menolong saudara yang membutuhkan berarti telah membebaskan dari kabut

yang menyelimutinya. Selain dari ayat di atas juga ada Hadis Nabi yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum dari hutang piutang, antara lain:

Hadits di atas menerangkan bahwa apabila seseorang yang mau menolong saudaranya yang mengalami kesulitan, maka Allah akan memberikan balasan berupa kemudahan dan kelapangan di akhirat kelak. (Muslich, 2013,276)

Berdasarkan ayat dan hadits dapat di pahami bahwa hutang piutang dalam Islam memiliki alasan atau dasar hukum yang kuat. Di Berdasarkan ayat dan hadits dapat di pahami bahwa hutang piutang dalam Islam memiliki alasan atau dasar hukum yang kuat. Di

Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda, seseorang muslim yang mempiutangi seorang muslim dua kali seakan-akan telah bersedekah padanya satu kali. (H.R Ibnu Majah)

Dasar hukum utang piutang terdapat pula dalam dalil ijma’ yaitu bahwa semua kaum muslimin telah sepakat dibolehkannya

utang piutang. (Mardani,2012,333) Memberikan piutang kepada orang yang membutuhkan sangat dianjurkan oleh Nabi karena dengan memberikan piutang itu berarti telah mengurangi kekalutan saudaranya, namun sebelum memberikan piutang hendaklah dilihat dulu bentuk kebutuhan orang yang berutang, kalau piutang tersebut dipergunakan untuk melakukan hal- hal yang maksiat, hal ini dilandaskan pada surat al-Maidah yang dicantumkan sebelumnya, karena kalau dipiutangi juga berarti telah membantu seseorang untuk berbuat dosa. (Muslich, 2013,276)

2.2. RUKUN DAN SYARAT UTANG PIUTANG

Sebagai salah satu akad, sudah pasti memiliki beberapa unsur yang harus dipenuhi dalam suatu transaksi yaitu rukun dan syarat dari transaksi hutang piutang adalah ( Syarifuddin , 2003, 224)

2.2.1. Orang yang berakad (‘Aqid) Pihak yang terlibat dalam transaksi adalah orang yang cakap dalam bertindak hukum terhadap harta dan berbuat kebajikan yaitu: telah dewasa, berakal sehat dan berbuat sendiri 2.2.1. Orang yang berakad (‘Aqid) Pihak yang terlibat dalam transaksi adalah orang yang cakap dalam bertindak hukum terhadap harta dan berbuat kebajikan yaitu: telah dewasa, berakal sehat dan berbuat sendiri

a. Berakal Tidak sah akad (dalam hal ini hutang piutang) yang dilakukan oleh orang yang tidak waras (gila).

b. Atas Kehendak sendiri Maksudnya akad yang dilakukan oleh para pihak dalam hutang piutang itu harus atas kehendak sendiri tanpa ada paksaan atau rekanan dari pihak manapun. Kehendak sendiri atas persetujuan kedua belah pihak yang merupakan unsur penting dalam akad hutang piutang. ( Basjir, 1987,53)

c. Baligh Tidak sah akad hutang piutang yang dilakukan oleh orang yang belum baligh (anak-anak) karena seorang anak belum cakap melakukan tindakan hukum. ( Basjir,1987,53)

d. Tidak di bawah perwalian Dalam setiap hukum Islam tidak semua orang dipandang cakap melakukan tindakan hukum walaupun dari segi umur telah dewasa, seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Azhar Basjir menyatakan bahwa dalam melakukan akad orang yang di pandang tidak cakap melakukan akad maka akad tersebut tidak ada nilainya. (Basjir, 1987,53)

2.2.2. Objek Utang Piutang Menurut Khairuman Pasaribu mengemukakan bahwa barang yang dihutangkan disyaratkan harus benda yang dapat 2.2.2. Objek Utang Piutang Menurut Khairuman Pasaribu mengemukakan bahwa barang yang dihutangkan disyaratkan harus benda yang dapat

Ulama Malikiyah, Syafiiyah dan Hanabilah mengemukakan harta benda yang boleh diberlakukan atasnya akad salam, maka boleh diberlakukan atasnya hutang piutang baik berupa harta benda al-Misliyat (harta benda yang jenisnya dapat diperoleh di pasar) mau pun al-Qimiyat (harta benda yang jenisnya sulit didapatkan di pasar). ( Yaqub, 1992, 190)

Pendapat di atas sesuai dengan hadits Nabi SAW yaitu: لاقف هاضاقلي هءاجف لباا نم ّنس ملسو ويلع للها ىلص بينلا ىلع لجرل ناك : لاق ونع للها يضر ةريرى بىا نع

Artinya: Dari Abu Hurairah ra Rasulullah datang Kepada seorang laki-laki meminjam satu unta kemudian beliau membayar dengan satu unta yang lebih baik umurnya (lebib tua) dari pada unta yang beliau pinjam seraya berkata: hendaklah kamu memberikannya cukuplah bagimu Allah besertamu Rasulullah SAW berkata:

“Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik dalam membayar hutangnya (HR Bukhari). (Al- bukhari,

Berdasarkan Hadits di atas dapat diketahui bahwa Rasulullah juga melakukan transaksi hutang piutang dengan Berdasarkan Hadits di atas dapat diketahui bahwa Rasulullah juga melakukan transaksi hutang piutang dengan

Di samping itu Sayyid Sabiq menegaskan bahwa boleh memberikan hutang berupa pakaian dan hewan karena Rasulullah pernah mengutangkan hewan (unta) kepada seseorang. Dapat diambil kesimpulan bahwa mengenai barang atau benda yang dihutangkan itu boleh berupa benda atau barang yang bisa ditukar, ditimbang maupun benda yang tidak dapat ditimbang karena dapat mempermudah kita dalam membayar hutang yang penting pada saat pengembalian hendaklah dengan yang semisal (sama). ( Sabiq, 2009,146)

2.2.3. Sighat Kalimat akad dapat dilihat dari contoh berikut: yang

memberi piutang berkata “Aku utangkan ini kepada engkau”. Kemudian dijawab oleh orang yang berutang “Aku mengaku berutang kepada engkau” dan aku berjanji akan membayarnya pada hari itu atau bulan itu”. Namun dalam kehidupan sehari-hari orang sering menggunakan kalimat seperti di atas untuk transaksi pinjam meminjam dan orang juga sering menyamakan antara utang dengan pinjaman. Menurut Sayyid Sabiq akad piutang adalah:

ةيطاو عيبلا دقعكو لبقلاو اايجلاا ففحليلاو , فرحللا ولذويخ نمملاا ملي لاف كيلتم دقع ضرقلا دنعو Artinya :

Akad utang piutang itu adalah akad tamlik (Kepemilikan) maka tidaklah sempurna akad utang piutang kecuali bagi orang yang boleh melakukan tindakan hukum dan tidaklah ada hak milik kecuali dengan ijab qabul seperti jual beli dan hibah. (Sabiq, 2009,146)

Pendapat di atas menyatakan bahwa akad dinyatakan sah dengan adanya lafaz qard (hutang piutang), pinjam meminjam dan semua lafaz yang mempunyai arti yang sama. Namun ulama Malikiyah mengemukakan bahwa:

لالما ضبقي لم ولو دقعلاب تبثي كللما نأ Artinya :

Pemilikan terjadi dengan akad walaupun ia belum menyerahkan harta. (Sabiq,2009,146)

Namun dalam kehidupan sehari-hari orang sering tidak menggunakan kata-kata seperti contoh di atas, bahkan orang sering menyamakan antara hutang dengan pinjaman.

Jadi dapat disimpulkan bahwa akad hutang piutang adalah lafaz ijab dan qabul yaitu perkataan dari orang yang memberi hutang dan jawaban dari orang yang berhutang walaupun dengan kata-kata yang lain yang penting mempunyai pengertian yang sama.