PLH SMP Panduan Guru PLH SMP Panduan Guru

DRAFT BUKU PLH SMP PANDUAN GURU MODUL PENDIDIKAN PELESTARIAN ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

PROVINSI NAMGGROE ACEH DARUSSALAM

SERI II UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN SEDERAJAT

Disusun oleh : Edy Hendras Wahyono Sutisna Nando

PANDUAN GURU MODUL PENDIDIKAN PELESTARIAN ALAM

DAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI NAMGGROE ACEH DARUSSALAM

SERI II UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN SEDERAJAT

Disusun oleh : Edy Hendras Wahyono Sutisna Nando

Panduan Bagi Guru : Modul Pendidikan Konservasi Alam Dan Lingkungan Hidup. Diterbitkan oleh Fauna dan Flora Internacional, Program Pendidikan dan Penyadaran, Banda Aceh, 2008

Oleh : Edy Hendras Wahyono Sutisna Nando

Illustrator Gambar : ______________

Illustrator Lagu : ______________

ISBN : ................... Seri II

Untuk Sekolah Menengah Pertama

KATA PENGANTAR

” Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmad dan hidayah Nya, tak lupa

salawat dan salam kita tujukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Dengan melalui perjalan yang sangat panjang, akhirnya kami dari FFI

telah dapat menyusun buku panduan pendidikan konservasi alam dan lingkungan hidup ini, sebagai sumbangsih kami kepada lingkungan khususnya di NAD, melalui jalur pendidikan.

Pendidikan bagi kami adalah sangat penting, karena melalui jalur pendidikan, kami yakin pesan yang akan kami sampaikan untuk pelestarian alam dan lingkungan di Aceh akan sampai pada kelompok sasaran, melalui para pendidik di sekolah.

Kami sadar bahwa alam yang terus berubah setiap saat, selayaknya kita perlu memberikan pemahaman, dan tentu pengetahuan harus selalu berkembang sesuai dengan perkembangan jaman dan perubahan lingkungan, sehingga kita dituntut melakukan program pendidikan dengan hal yang baru, dengan pengetahuan yang berbeda. Seperti sabda Rasulullah SAW : ”Didiklah anak-anakmu, karena mereka lahir pada jaman yang berbeda denganmu” Hal ini menunjukkan bahwa, kita harus dituntut untuk terus mendidik kepada anak-anak kita sesuai dengan perkembangan jaman.

Mudah-mudahan buku panduan untuk guru yang ringkas ini, dan sengaja kami susun dengan berbagai metode yang interaktif, memberikan pengetahuan dan pemahaman guru, serta pesan yang kita siapkan kepada anak didik sampai dan mudah dimengerti.

Banda Aceh, Mei 2008. Tim Penyusun.

Ucapan Terima kasih :

Semakin sadarnya umat manusia terhadap perubahan lingkungan yang terjadi sehari-hari, sudah mulai nampak. Cuaca yang tak dapat diduga, pergantian musim kemarau dan musim hujan sudah

tak dapat diterka. Akibat terjadinya perubahan alam itu, terjadilah bencana dimana-mana. Banjir, tanah longsor,

kekeringan, kekurangan air. Semua terjadi di seluruh permukaan bumi ini.

Untuk meningkat penyadaran banyak hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah melalui program pendidikan. Program penyadaran tak hanya cukup dengan mengetahui, mengerti, memahami, namun juga harus dialkukan dengan tindakan, terutama dengan tindakan perubahan diri.

Proses perubahan memerlukan waktu, sehingga perlu sekali dilakukan sedini mungkin agar umat manusia mengerti dan bertindak. Untuk menuju ke proses perubahan diri setiap insan, itulah FFI Program Aceh mencoba memberikan sumbangsih sebuah metode pembelajaran yang sederhana, interaktif, kreatif dan menyenangkan, melalui program pendidikan lingkungan di sekolah.

Untuk penyusunan buku pedoman metode pembelajaran pendidikan pelestarian alam dan lingkungan hidup untuk guru ini melalui proses yang panjang. Alhamdulillah kini buku sudah disusun untuk menambah pengetahuan alam yang terintegrasi melalui mata pelajaran di sekolah.

Hingga tersusunnya buku ini tanpa ada bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,niscaya tidak akan terwujud. Oleh karena itu, penyususn mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak. Terutama kepada semua rekan dan sejawat yang ada di FFI Indonesia program pada umumnya dan FFI Program Aceh pada khususnya, dari rekan-rekan semua dapat mendapatkan ide, pemikiran untuk mengembangkan buku ini.

Dari lingkungan lembaga pendidikan, kami tak lupa mengucapkan terima kasih, terutama kepada jajaran Dinas Pendidikan dan Pengajaran yang ada di Provinsi Aceh, tanpa adanya dukungan dan masukan, tak mungkin buku ini akan terwujud. Bagi rekan-rekan guru SD, SMP dan SMU dan sederajat, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Karena dari masukan beliau-beliau yang setiap hari berhadapan dengan siswa, mengetahui cara yang tepat untuk memberikan pengetahuan kepada siswa. Sehingga dari rencana semula penyusunan buku ini untuk muatan lokal, menjadi terintegrasi dan hanya memberikan metode pembelajaran untuk mendukung materi yang sudah ada.

Rekan-rekan volunteer yang sering membantu kegiatan di program penyadaran dan pendidikan konservasi FFI Aceh Program, kami ucapkan terima kasih. Karena banyak sekali bantuan yang diberikan pada program ini sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik.

Akhir kata kami ucapkan kepada .................. yang telah menberikan dukungan dana untuk penyiapan materi, melakukan sosialisasi, lokakarya dan pelatihan. Tanpa dukungan finansial, maka buku ini tidak akan tersusun.

Banda Aceh Juli 2008.

Daftar Isi Kata pengantar Ucapan terima Kasih Sekilas Tentang FFI

Bab I Pendahuluan

Bab II Panduan Untuk Guru

Bab III Mengenal Kawasan Konservasi.

Bab IV Bermain dan Belajar

Bab V Metode Pembelajaran Pendidikan Pelestarian Alam Dan Lingkungan Hidup

1. Bagian Pertama : Memahami Keanekaragaman Mahluk Hidup

2. Bagian Kedua : Saling Ketergantungan Dalam Ekosistem.

3. Bagian Ketiga : Saling Ketergantungan

4. Bagian keempat : Pelestarian Keanekaragaman Hayati

5. Bagian Kelima : Pengaruh Mansia Dalam Ekosistem

6. Bagian Keenam Fungsi Jaringan Tumbuhan

7. Bagian Ketujuh Lingkungan Hidup dan pelestariannya

8. Bagian Kedelapan Kelangsungan Hidup Organisme

9. Bagian Kesembilan Bumi Semakin panas

Bab VI : Menuju Sekolah Hijau

Bab VII : Kegiatan Bersama

Bab VIII Permainan Pembuka Terkait Dengan Pendidikan Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup

Bab I Pendahuluan

Untuk mengimplementasikan mata pelajaran di sekolah, khususnya siswa sekolah menengah pertama dan sederajat, guru diwajibkan membuat sebuah rancangan pelaksanaan pembelajaran atau RPP. Rancangan inilah yang menjadi pedoman guru untuk melakukan atau menerapkan mata pelajaran baik di kelas, di laboratorium ataupun praktek di lapangan.

Penerapan materi pembelajaran untuk siswa SMP dan sederajat, sedikit berbeda dengan siswa SD ataupun SMA. Karena karakteristik siswa sekolah menengah pertama ini tentu siswa sudah memulai mencari tahu, menganalisa segala sesuatu yang ditemui.

Khusus untuk metode pembelajaran IPA bagi siswa SMP dan sederajat, dalam tahap

perkembangannya, berada pada tahap periode perkembangan yang sangat pesat, dari segala aspek.

Pada tahun 1990, Cavendish dkk. proses IPA untuk sekolah menengah sudah berbeda dengan sekolah dasar, yaitu meliputi:

1. Kegiatan melakukan observasi,

2. Memilih kegiatan observasi yang relevan dengan investigasi atau penyelidikannya untuk dipelajari lebih lanjut,

3. Menemukan dan mengidentifikasi pola-pola baru dan menghu- bungkannya dengan pola-pola yang sudah ada,

4. Menyarankan dan menilai penjelasan-penjelasan dari pola-pola yang ada,

5. Mendesain dan melaksanakan percobaan, termasuk melakukan berbagai pengukuran untuk menguji pola-pola yang ada, 5. Mendesain dan melaksanakan percobaan, termasuk melakukan berbagai pengukuran untuk menguji pola-pola yang ada,

6. Memakai peralatan dengan efektif dan hati-hati,

7. Menggunakan pengetahuan untuk melaksanakan investigasi,

8. Menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan problem-problem yang berkait dengan teknologi.

Perkembangan yang sangat erat pada siswa sekolah menengah pertama terkait dengan pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

1. Perkembangan Aspek Kognitif

Pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia peserta didik SMP, merupakan ‘period of formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang pada peserta didik adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkrit atau bahkan objek yang visual.

Peserta didik telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pembelajaran IPA bahwa belajar akan bermakna kalau input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat peserta didik .

Pembelajaran IPA akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik peserta didik sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.

Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu:

1. Kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional),

2. Kecerdasan logis-matematis (kemampuan berfikir runtut),

3. Kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada dan irama),

4. Kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mentaltentang realitas),

5. Kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus),

6. Kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa jati diri),

7. Kecerdasan antarpribadi (kemampuan memahami orang lain). Di antara ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan karakteristik

keilmuan IPA akan dapat berkembang pesat dan bila dapat dimanfaatkan oleh guru IPA untuk berlatih mengeksplorasi gejala alam, baik gejala kebendaan maupun gejala kejadian/peristiwa guna membangun konsep IPA.

2. Perkembangan Aspek Psikomotor Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk

diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain:

a. Tahap kognitif

Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi karena peserta didik masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini peserta didik sering membuat kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.

b. Tahap asosiatif

Pada tahap ini, seorang peserta didik membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis. Pada tahap ini, seorang peserta didik masih menggunakan pikirannya untuk melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Dan

c. Tahap otonomi

Pada tahap ini, seorang peserta didik telah mencapai tingkat autonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi karena peserta didik sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini, gerakan- gerakan telah dilakukan secara spontan dan oleh karenanya gerakan- gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar untuk memikirkan tentang gerakannya.

3. Perkembangan Aspek Afektif

Keberhasilan proses pembelajaran IPA juga ditentukan oleh pemahaman tentang perkembangan aspek afektif peserta didik . Ranah afektif tersebut mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Bloom (Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang terbagi atas lima tataran afektif yang implikasinya dalam peserta didik SMP lebih kurang sebagai berikut:  sadar akan situasi, fenomena, masyarakat, dan objek di sekitar;  responsif terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka;  bisa menilai;  sudah mulai bisa mengorganisir nilai-nilai dalam suatu sistem, dan

menentukan hubungan di antara nilai-nilai yang ada;  sudah mulai memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk sistem nilai.

Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku peserta didik yang sangat penting dalam penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi:

a. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.

b. Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.

d. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.

e. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.

f. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain.

Untuk membantu semuanya itulah, tentu guru memmerlukan berbagai bahan dan sumber untuk memberikan pengetahuan tentang pengetahuan alam kepada siswa dengan sederhana dan mudah dipahami. Buku ini hanyalah merupakan salah satu atau alat dari berbagai metode yang sudah berkembang, dan disusun dengan simulasi dan permainan. Metode disusun dengan cara yang sangat sederhana dan dapat diterapkan untuk menambah pengetahuan, memudahkan pemahaman tentang pengetahuan alam, sehingga membantu guru untuk menerapkan materi dan siswa sebagai penerima pengetahuan. Semoga bermanfaat.

BAB II PANDUAN PENGGUNAAN BUKU MODUL

Buku modul Pendidikan Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup ini, merupakan modul yang ditujukan sebagai buku pegangan guru, dimana guru dapat menggunakan beberapa materi yang disesuaikan dengan mata pelajaran, IPA atau IPS yang selama ini digunakan.

Modul ini disusun berdasarkan KTSP yang digunakan dan berdasarkan kurikulum tahun 2006, dan materi lingkungan disesuaikan dengan silabus yang sudah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan.

Modul pendidikan yang disiapkan merupakan program yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran sekolah, khususnya mata pelajaran IPA. FFI yang memiliki program pelestarian alam dan lingkungan hidup, lebih menekankan pada pengetahuan tentang usaha pelestarian alam yang langsung ataupun tidak, terkait dengan kehidupan manusia.

Untuk materi yang disajikan, lebih banyak pemberian pengetahuan kepada siswa dengan metode simulasi dan permainan, dengan harapan menyenangkan, kreatif, interaktif dan tidak membosankan.

Untuk memudahkan dalam penggunaan buku ini serta berkaitan dengan pelajaran yang diberikan dan sesuai dengan silabus sekolah, ada beberapa hal yang perlu disampaikan, antara lain :

1. Pokok bahasan, disesuaikan dengan pelajaran sekolah atau buku ajar yang sudah dilakukan atau diberikan kepada siswa.

2. Tema materi yanag akan disampaikan, yang saat ini sudah diterapkan di sekolah, adalah tema ”lingkungan di sekitar kita”,

dimana setiap siswa melakukan kegiatan dan pengamatan langsung dan bersentuhan dengan obyek, dan mengetahui program yang dilakukan. Dengan demikian siswa mempunyai pengalaman langsung dalam melakukan kegiatan, dan mengetahui permasalahan lingkungan dan usaha pelestarian alam.

3. Kegiatan yang diterapkan, sebagian akan mengikuti buku ajar yang menjadi pegangan sekolah, namun ada beberapa hal yang perlu

kami masukkan untuk menambah pengetahuan yang disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dalam modul ini.

4. Materi dan metode pembelajaran. Bagian ini akan mencoba memberikan beberapa metode berupa simulasi dan permainan, yang

disesuaikan dengan materi yang akan diberikan. Metode pembelajaran tentang pelestarian alam dan lingkungan hidup, menggunakan panca indera, sehingga siswa diharapkan dapat memahami mengenai lingkungan ayang ada di sekitar kita.

5. Langkah-langkah untuk melakukan simulasi dan permainan, akan kami jelaskan tahapan demi tahapan untuk melakukan permainan itu,

serta penggunaan alat atau bahan pendukung lainnya. Sehingga akan memudahkan dalam penerapan pengetahuan melalui permainan kepada siswa.

6. Ketrampilan yang digunakan atau diperlukan untuk melakukan kegiatan, permainan dan simulasi meliputi semua materi pelajaran

yang terkait, baik yang menyangkut pengetahuan sosial dan pengetahuan alam.

7. Dalam buku ini juga dilampirkan beberapa permainan untuk memecahkan suasana, agar suasana sebelum mengikuti

pembelajaran tentang lingkungan ini senang, sehingga siswa dapat mengikuti dengan semangat.

Bab III Mengenal Kawasan Konservasi

A. Kawasan Pelestarian Alam

Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih kurang 17.000 pulau yang tersebar di sepanjang katulistiwa.

Posisi geografi yang unik di antara dua benua dan dua samudera mendorong

terciptanya kekayaan alam yang luar biasa di Indonesia. Meskipun luas kawasan negeri ini hanya mencakup

1,3% permukaan

bumi, keragaman flora dan fauna yang berada di dalamnya cukup besar.

Telah diketahui bahwa sekitar 10% (kira-kira 25.000 jenis) tumbuhan berbunga ditemukan di Indonesia, dan sekitar 10.000 jenis di antaranya dijumpai di Kalimantan, salah satu pulau terbesar negeri ini. Dari kelompok fauna telah diketahui pula ada sekitar 12% mamalia, 17% burung, dan 16% reptil dan amfibi hidup di Indonesia.

Hutan yang dimiliki Indonesia sangat luas, terbesar kedua di dunia, setelah Brasilia. Luas hutan di Indonesia lebih kurang 119,7 juta hektar, atau sekitar

65 % dari luas total daratan. Berdasarkan pemanfaatannya, hutan di Indonesia dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan peruntukannya, yaitu :

1. Hutan produksi seluas 63 juta ha (44%),

2. Hutan lindung 30,3 juta ha (27 %),

3. Suaka alam dan hutan wisata 19 juta ha (13 %) Hutan konversi seluas 30 juta ha (20%).

B. Hutan Konservasi

Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alama Hayati dan Ekosistemnya, kita mengenal mengenai kawasan konservasi dan klasifikasinya sebagai berikut :

1. Kawasan Suaka Alam

Adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan, yang mencakup :

2. Kawasan Cagar Alam

Adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

3. Kawasan Suaka Margasatwa Adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

4. Kawasan Pelestarian Alam

Adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yang mencakup :

5. Kawasan Taman Nasional

Adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan

6. Kawasan Taman Wisata Alam Adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.

7. Kawasan Taman Hutan Raya Adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

C. Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia

Kawasan pelestarian alam di Indonesia terbagi menjadi beberapa bentuk, sesuai dengan keperuntukannya, baik di darat maupun di laut. Kawansan tersebut tersebar diberbagai daerah. Di bawah ini bentuk kawasan yang sudah ditetapkan.

NO KAWASAN KONSERVASI

JUMLAH

LUAS

(HA) 1. Cagar Alam A. Darat

(UNIT)

228 4,456,488.59 B. Laut

Jumlah : 237 4,730,704.04 2. Suaka Margasatwa A. Darat

70 5,083,704.54 B. Laut

7 339,218.25 Jumlah :

77 5,422,922.79 3. Taman Nasional A. Darat

42 12,165,845.14 B. Laut

8 4 ,218,349.00 Jumlah :

50 16,384,194.14 4. Taman Wisata Alam A. Darat

101 300,411.73 B. Laut

18 765,500.70 Jumlah :

119 1,065,912.43 5. Taman Hutan Raya

21 343,454.41 6. Taman Buru

15 219,392.49 Jumlah Kawasan Konservasi Darat

477 22,569,296.90 Jumlah Kawasan Konservasi Laut

42 5,597,283.40 Jumlah Kawasan Konservasi

D. Kawasan Konservasi di Sumatera

Pulau Sumatera memiliki luas sekitar 473.390 km 2 berbentuk memanjang dari 6 0 Lintang Utara sampai 6 0 Lintang Selatan dan 95 0 Bujur Timur sampai 106 0 Bujur Timur. Pulau Sumatera ditandai oleh adanya barisan pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari utara hingga selatan, seperti bentuk tulang punggung. Gunung Kerinci (3.805 meter dari permukaan laut) merupakan gunung tertinggi di Sumatera, terletak di bagian tengah pulau. Di bagian utara Pulau Sumatera, Gunung Leuser merupakan gunung yang tertinggi yaitu 3.404 m dpl. Pulau Sumatera memiliki delapan propinsi, yaitu :

1. Daerah Istimewa Aceh (55. 390 km 2 )

2. Sumatera Utara (70.790 km 2 )

3. Sumatera Barat (49.780 km 2 )

4. Riau (94.560 km 2 )

5. Jambi (44.920 km 2 )

6. Sumatera Selatan (103.690 km 2 )

7. Bengkulu (21.170 km 2 )

8. Lampung (33.310 km 2 )

Sumatera memiliki beberapa taman nasional, yaitu:

1 Taman Nasional Gunung Leuser (di Aceh dan Sumatera Utara; seluas 1.094.692 ha)

2 Taman Nasional Batang Gadis (Sumatera Utara; seluas 108.000 ha)

3 Taman Nasional Kerinci Seblat (di Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan; seluas 1.375.349,867 ha)

4 Taman Nasional Siberut (di Sumatera Barat; seluas 190.500 ha)

5 Taman Nasional Bukit Tigapuluh (di Riau dan Jambi; seluas 127.698 ha)

6 Taman Nasional Berbak (Jambi; seluas 162.700 ha)

7 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (di Lampung dan Bengkulu; seluas 365.000 ha)

8 Taman Nasional Way Kambas (di Lampung; seluas 130.000 ha) Sedangkan di Nangroe Aceh Darusallam, dikenal beberapa kawasan

pelestraian alam antara lain :

No Nama Kawasan dan Luas/Ha Keputusan Lokasi

1. Taman Hutan Raya Cut 6.300 Menhut No. 01/Kpts- Nyak Dien. Kab. Aceh

II/98, 5 Januari 1998.. Besar

2. Suaka Margasatwa Rawa 102.500 SK (Surat Keputusan) Singkil. Kab. Aceh

Menhut No. 166/Kpts- Selatan

II/1998, 26 Februari 1998.

3. Cagar Alam Hutan Oinus 8.000 SK (Surat Keputusan) Jantho, Kab Aceh Besar

Menhut No. 168/Kpts- II/1984, 10 Maret 1984..

4. Taman Nasional Gunung 867.789 SK (Surat Keputusan) Leuser

Menhut No. 276/Kpts- Aceh Tenggara/

VI/1997, 23 Mei 1997. Selatan/Timur, Langkat,

5. Taman Wisata Alam 227.500 SK (Surat Keputusan) Kepulauan Banyak, Kab,

Menhut No. 596/Kpts- Aceh Selatan

II/1996, 16 September 1996.

6. Taman Wisata Alam 3.900 SK (Surat Keputusan) Pulau Weh, Kab. Aceh

Mentan No. Utara

19928/Kpts/Um/12/82,

24 Desember 1982

7. Taman Buru Lingga Isaq, 80.000 SK (Surat Keputusan) Kab Aceh Tengah

Mentan No. 70/Kpts/Um/2/78, 1 Februari 1978.

8. Cagar Alam Raflesia I/II 300 SK (Surat Keputusan) Serbojadi, Kab Aceh

ZB. No. 159/AGR, 19 Timur

Desember 1936..

Sumber: DEPHUT/DITJEN PHKA

E. Kawasan Pelestarian Alam Ulu Masen

1. Letak Kawasan

Hamparan hutan Ulu Masen sangatlah unik, karena hutan yang tercakup dalam kawasan ini merupakan kombinasi antara hutan dataran rendah dan dataran tinggi. Luas kawasan hutan Ulu Masen adalah seluas 738.856 hektar yang lokasinya meliputi lima kabupaten di bagian utara Aceh dengan dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Kabupaten Aceh Barat (kecamatan Sungai Mas, Kaway XVI dan Pante Ceureumen),

2. Kabupaten Aceh Jaya (kecamatan Teunom, Panga, Krueng Sabee, Setia Bakti, Sampoiniet dan Jaya),

3. Kabupaten Aceh Besar (kecamatan Darul Imarah, Darul Kamal, Indrapuri, Kota Jantho, Kuta Cot Glie, Kuta Malaka, Lembah

Seulawah, Lhoong, Leupung, Lhok Nga, Seulimuem, Simpang Tiga dan Suka Makmur),

4. Kabupaten Pidie (kecamatan Bandar Dua, Delima, Gempang, Glumpang Tiga, Mane, Mila, Padang Tiji, Sakti, Tangse, Tiro, dan

Kemala),

5. Kabupaten Pidie Jaya ( Kecamatan Meurah Dua, Bandar Baru, Meureudu, Trieng Gadeng dan Ulim)

2. Keragaman Hayati.

Hasil penelitian hidrologi di kawasan ini menyimpulkan bahwa Hutan Ulu Masen menyediakan jasa lingkungan berupa sumber air yang bermanfaat bagi lebih dari dua juta masyarakat Aceh di bagian Utara.

Selain itu, hutan Ulu Masen sangat kaya dengan keanekaragaman hayati yang menjadikan hutan ini sebagai penyedia jasa lingkungan yang bernilai ekonomi tinggi dan dibutuhkan oleh masyarakat Aceh dibagian Utara melalui beberapa jasa lingkungan seperti;

1. Penyedia sumber Air,

2. pencegah Banjir dan Erosi,

3. sumber Perikanan air tawar,

4. pembangkit Tenaga listrik,

5. produksi Karbon,

6. sumber Plasma nutfah,

7. sumber hasil hutan bukan kayu,

8. pengendali hama,

9. sumber ilmu pengetahuan, dan pariwisata. Dalam kawasan Ulu Masen, diketahui berbagai flora dan fauna

Sumatra yang terancam punah dipastikan masih mendiami kawasan ini. Satwa dan tumbuhan tersebut diantaranya adalah :

1. Harimau (Panthera tigris sumatrae),

2. Beruang Madu (Helarctos malayanus),

3. Macan Dahan (Neofelis nebulosa),

4. Kukang (Nycticebus coucang),

5. Siamang (Symphalangus syndactylus ssp. Syndactylus),

6. Kedih atau Reungkah (Presbytis thomasi),

7. Kambing Sumatra (Capricornis sumatraensis),

8. Burung Rangkong Papan (Buceros bicornis),

9. Kuau Besar (Argusianus argus), dan

10. Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus).

Selain fauna yang ada di atas, masih jenis satwa yang mempunyai peranan penting dalam regenarasi hutan timbal baliknya adata satwa dengan lingkungan.

BAB IV BERMAIN DAN BELAJAR

A. Menyederhanakan Persoalan.

Kadang-kadang kita sebagai orang tua atau pendidik, agak sedikit kebingungan untuk menjawab sebuah pertanyaan sederhana dari siswa atau anak kita, agar jawaban yang kita berikan dapat dimengerti, dipahami dengan menggunakan bahasa atau pengetahuan yang mereka miliki atau kuasai.

Sebagai contoh. Ada seorang anak kelas II SD, menanyakan mengapa binatang tertentu sudah sulit ditemukan lagi, sedangkan menurut ceritera nenek mereka, dahulu banyak sekali binatang itu mudah ditemukan. Nah, untuk menjawab hal yang demikian, tentunya seorang anak dengan pengetahuan yang masih terbatas, daya nalarnya masih belum sampai, bila kita jelaskan dengan sebuah pengertian dengan bacaan atau ceritera.

Salah satu hal yang paling mudah untuk diberikan jawaban tersebut adalah dengan permainan, melihat gambar atau dengan simulasi. Karena

Bermain sebenarnya bukan hanya milik mahluk hidup yang namanya manusia, namun dilakukan oleh semua binatang. Dalam tahapan bermain mengandung unsur pembelajaran, agar nanti bila telah menginjak dewasa dapat melakukan seperti apa yang mereka impikan.

Sifat anak-anak anak usia 12 hingga 15 tahun atau kelompok sekolah menengah pertama biasanya mempunyai perilaku :

• Lebih selektif mengenai apa yang mereka pedulikan, • Dapat berfikir dan memecahkan masalah dengan cara mereka

sendiri, • Pengalaman langsung merupakan proses belajar terbaiknya,

• Dapat mulai mengevaluasi proses pemikiran mereka sendiri atau melalui pendekatan saat memecahkan masalah,

• Dapat mulai memahami sebab dan akibat, • Dapat menggunakan metode matematika dan saintifik untuk

memecahkan masalah • Dapat melihat hubungan antar ide,

• Dapat meneliti sebuah masalah, • Akan sering mempraktekan sampai hal tersebut dikuasai, • Mulai membangun etika pribadi, • Dapat menggunakan peralatan

Dari kenyataan inilah, kami mencoba untuk menyusun buku panduan PKA dan LH ini dengan berbagai bentuk yang interaktif, menyenangkan, tidak membosankan, dan semua dilakukan bersama.

Sebenarnya bermaian tak hanya disukai oleh anak-anak, dewasapun saat ini juga banyak dikenalkan dengan berbagai permainan, atau simulasi untuk mencari solusi yang terbaik dengan persoalan yang setiap saat muncul di sekitar kita. Karena dalam permainan mengandung pesan atau filosofi dalam sebuah kehidupan.

Dalam menyusun buku Modul Pendidikan Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup ini, yang dikhususkan untuk pegangan guru dalam memberikan pemahaman tentang lingkungan, akan dikemas dengan

Materi pembelajaran, sebenarnya sudah disampaikan bagi pendidik di kelas setiap hari yang terkait dengan pengetahuan lingkungan yang ada di sekitar kita, sehingga kami hanya menambahkan beberapa pengetahuan yang penting untuk disampaikan, dengan berbagai kemasan.

B. Tahapan Bermain.

Dalam menyampaikan materi permaian, tentu kita mempunyai tujuan, permainan apa yang akan kita sampaikan sesuai dengan materi pelajaran apa yang akan diberikan. Agar penyampaian materi mencapai tujuan yang diinginkan, ada beberapa tahap yang perlu dilakukan. Setiap tahap memiliki fungsi dan tujuan berbeda. Secara umum, tahapan tersebut adalah:

1. Permainan Awal.

Permainan yang dikelompokkan dalam permainan

ini bisanya

untuk mencairkan suasana atau sering disebut “ice

breaking”. Permainan

ini umumnya dilakukan pada awal suatu kegiatan. Biasanya siswa masih malu-malu atau segan satu sama lain, atau malah takut untuk maju ke depan atau ragu menyampaikan pendapat, terutama jika antar saling peserta belum saling mengenal.

Permainan ini memegang peranan penting dan bisa merangsang rasa ingin tahu dan membangun konsentrasi siswa. Karena kegiatan ini berfungsi sebagai sarana perkenalan antar siswa ataupun guru lebih dekat, serta membangkitkan semangat dari para siswa, maupun untuk meminimalkan kepasifan dari para siswa sebelum melakukan pelajaran.

Jenis permainan ini biasanya selalu dilakukan pada awal rangkaian kegiatan, merupakan aktivitas yang memancing tawa, dan memberi kesempatan bagi para siswa untuk berinteraksi secara aktif dan intensif (misalnya bersentuhan, bercakap-cakap/menyampaikan informasi, dsb). Waktu yang diperlukan adalah sekitar 5 – 10 menit.

2. Permainan Pembangkit Antusiasme

Permainan pembangkit yang berisi tentang materi yang akan disampaikan dan dapat memancing antusiasme siswa, merupakan pokok dan tujuan

sebuah permainan itu dilalakukan.

Umumnya permainan ini menimbulkan keingintahuan siswa dari sebuah permainan tersebut. Atau

sebuah permainan untuk memberikan pengetahuan tentang alam kepada peserta, melalui permainan.

Misalnya pengetahuan tentang jaring-jaring kehidupan. Mahluk hidup di alam saling tergantung satu sama lain. Apabila salah satu terputus, makan kehidupan mereka di alam akan terganggu. Hal ini dapat ditunjukkan dengan permainan yang mudah dipahami oleh siswa. Masih bayak contoh permainan lainnya.

3. Permainan Evaluasi

Pembelajaran di luar kelas dapat diketahui atau dipahami oleh siswa atau tidak, dalam sebuah kegiatan di luar kelas. Untuk mengetahui hal itu dapat dilakukan evaluasi langsung. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan sebuah permainan juga. Misalnya membuat puisi, ceritera di depan siswa yang lain, lukisan dsb. Hal ini secara langsung, guru dapat mengetahui respon atau kesan para siswa.

BAB V METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PELESTARIAN ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

1. PENGANTAR

Dalam buku ajar SMP, khususnya pelajaran IPA (Biologi) sudah banyak disebutkan berbagai pengertian yang terkait dengan alam dan lingkungannya, sehingga dalam uraian metode pembelajaran mengenai lingkungan ini lebih banyak menjelaskan

ke metode pembelajrannya.

Standar Kompetensi untuk kelas VII IPA Biologi materi yang diajarkan hampir semua mencakup tentang kehidupan. Mulai dari Ciri-ciri mahluk hidup, ekosistem dalam kehidupan, saling ketergantungan mahluk hidup yang satu dengan yang lain, usaha pelestarian keanekaragaman hayati hingga pengeruhnya kegiatan manusia terhadap ekosistem. Sebagai dasar pemahaman untuk usaha pelestarian alam, hal ini lebih dari cukup untuk diketahui oleh siswa kelas VII.

Sedangkan dalam buku ajar IPA Biologi untuk siswa kelas VIII tidak banyak membahas tentang pelestarian, namun lebih mengarah kepada fungsi kehidupan itu sendiri terhadap lingkungan. Misalnya fungsi tumbuhan (jaringannya), sangat penting juga diketahui, bahwa fungsi jaringan tubuh tumbuhan, selain mendukung tubuh tumbuhan itu sendiri, juga mempunyai fungsi menahan atau menyimpan air yang sangat diperlukan oleh mahluk hidup, seperti akar. Bahasan tentang Fotosintesa yang bermanfaat bagi tubuh tumbuhan, hasil sampingan dari proses foto sintesa yaitu O2, merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan, karena sangat diperlukan dalam proses kehidupan semua mahluk hidup

Lain halnya dengan buku ajar kelas IX, hanya membahas tentang kelangsungan hidup organisme yang terkait tentang usaha adaptasi, seleksi alam dan perkembangbiakannya bagi mahluk hidup yang ada.

Semua sudah jelas dan cukup untuk dipahami oleh siswa SMP. Dalam usaha pelestarian alam dan lingkungan hidup, buku ini hanya memberikan metode pembelajaran yang mendukung dalam penyampaian meteri yang akan disampaikan kepada siswa.

Untuk itu metode ini akan memberikan warna dalam cara penyampaian kepada siswa, dengan harapan pelestarian lingkungan sebenarnya sungguh menarik, tidak banyak larangan, tidak membosankan. Dengan demikian siswa akan memahami sendiri dampak yang terjadi atau telah dilakukan oleh manusia, dan harapannya siswa dapat berbuat untuk lingkungannya, untuk kehidupannya dan untuk masa depan mereka sendiri.

Selain metode pembelajaran mengenai pelestarian alam dan lingkungan hidup, yang paling penting adalah menumbuhkan motivasi kepada siswa terhadap lingkungan, agar cepat mengetahui, menyadari dan bertindak sesuai dengan kesadaran dan bukan karena tekanan.

Buku ini akan membahas berbagai permainan dan simulasi sesuai dengan bahan ajar yang ada dan dimuat dalam buku IPA Biologi, mulai kelas VII, VIII dan IX, secara berurutan sesuai dengan materi yang dibahas dalam buku ajar.

BAGIAN PERTAMA MEMAHAMI KEANEKARAGAMAN MAHLUK HIDUP

Pokok Bahasan :

o Mengidentifikasi berbagai jenis mahluk hidup di sekitar kita o Memahami keragaman hayati yang ada di sekitar kita.

Bidang Studi :

o Pengetahuan alam di sekitar kita.

Ketrampilan :

o Menganalisa, merencanakan, memecahkan masalah, melakukan tindakan, bekerja sama.

Sumber, bahan dan alat :

o Buku pelajaran sekolah tulisan angka satu sampai angka 9.

Metode Pembelajaran :

o Pengamatan langsung, simulasi dan permainan.

1. Pendahuluan

Di dalam mata pelajaran Geografi, disebutkan berbagai jenis keragaman hayati yang terdapat di dunia dan Indonesia. Di Indonesia pun setiap pulau memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda.

Keanekaragaman hayati meliputi ekosistem, spesies dan genetik yang mencakup hewan, tumbuhan, dan jasad renik (micro organism). Tumbuhan dan hewan bersama-sama lingkungan fisiknya secara menyatu akan

membentuk suatu ekosistem. Ekosistem dapat berbentuk alami, dapat juga

buatan manusia. Keanekaragamanan ekosistem, baik yang alami maupun yang buatan dapat memberikan berbagai macam manfaat, baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Kurang lebih 17.000 pulau yang membentang dari Sabang hingga ke Merauke, menempatkan Indonesia pada lintasan distribusi keragaman hayati di dunia. Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan berada pada lintasan Asia. Pulau Papua di lintasan Austarasia dan Pulau Sulawesi, Maluku serta Nusa Tenggara di sebaran wilayah peralihan Wallacea.

Meski luas cakupan wilayah yang hanya 1,3% dari luas daratan dunia, namun Indonesia memiliki keanekaragaman satwa yang sangat tinggi. Satwa yang telah diketahui terdapat 515 spesies binatang menyusui, 511 spesies reptilia, 1531 spesies burung, 270 spesies amfibi, 2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar. Selain itu ada pula

35 spesies primata, 121 spesies kupu-kupu dan 1400 spesies ikan air tawar (Bappenas, 2003)

Dalam hal keanekaragaman tumbuhan, Indonesia memiliki lebih dari 38.000 spesies. Keanekaragaman palem mencapai 477 spesies, 225 endemik. Spesies penghasil kayu bernilai ekonomi penting (dari famili Dipterocarpaceae ) mencapai 350 spesies, 155 endemik (Dephut, 1994; Newman 1999).

Keanekaragaman terumbu karang mencapai lebih dari 480 spesies, karang keras mencakup sekitar 60% dari spesies karang yang telah diidentifikasi di dunia ( Dahuri dan Dutton, dalam Burke dkk. 2002). Keanekaragaman ikan karang mencapai lebih dari 1650 spesies (Suharsono dan Purnomohadi, dalam Burke dkk. 2002).

2. Uraian Kegiatan

2.1. Heterogen dan Homogen

 Berikan permainan yang menggembirakan agar siswa dalam mengikuti kegiatan ini senang dan riang.  Siapkan kertas yang telah digulung seperti gulungan angka arisan

yang dikocok. Dalam gulungan, tulis angka 1 – 5. Namun setiap angka jumlah angka berbeda. Misalnya jumlah siswa 30 – 40 siswa, maka angka 1 misalnya berjumlah 2, angka 2 berjumlah 4, angka 3 berjumlah 5, angka 4 berjumlah 3. Dan angka 5 paling tidak lebih dari

50 %.  Bagikan gulungan kertas tersebut kepada setiap siswa, dan dimohon siswa untuk merahasiakan nomor yang didapat.  Aturlah siswa membentuk sebuah lingkaran besar dan bergandengan

dan berkait. Maksudnya setiap siswa bertolak pinggang dan satu sama lain berkait.

 Guru menyebutkan setiap angka yang dimiliki siswa. Bagi siswa yang

mendapatkan angka yang disebutkan, harus bergantung kepada siswa sebelah kanan dan kirinya.

 Hingga akhirnya menyebutkan angka 5 yang jumlahnya lebih dari 50 %. Maka semua siswa akan berjatuhan.

Catatan untuk guru :

Permainan tersebut memiliki arti atau pesan, bahwa bila di alam ini keragaman hayatinya kurang, maka bila terjadi serangan penyakit atau hama akan tumbang semuanya, boleh jadi punah atau lenyap dari permukaan bumi ini. Berbeda bila keragaman hayati cukup bervariasi.

Ambil sebuah contoh, tanaman yang sifatnya homogen, seperti pada perkebunan sawit, karet atau perkebunan yang sifatnya satu jenis. Bila terjadi serangan hama, maka semuanya akan ikut terserang juga. Berbeda dengan tumbuhan pada hutan tropis yang heterogen, bila jenis satu terserang penyakit, kama masih banyak tumbuhan lain yang bertahan hidup.

2.2. Warna warni kehidupan. Tujuan :

1. Siswa mengetahui bahwa di alam ini memiliki keragaman mahluk hidup yang ada di sekitar kita, baik hewan maupun tumbuhan.

2. Kreatifitas anak-anak.

Bahan dan alat :

Kertas karton yang sudah ditempel stereotip, atau potongan kertas karton dan lem.

Uraian kegiatan :

1. Bagikan potongan karton dengan ukuran poscard (kartu pos), yang sudah ditempel dengan stereotip atau potongan karton dengan lem.

2. Ajaklah ke luar ruangan, dan siswa bertugas untuk mengumpulkan bagian dari pohon baik yang kering atau yang masih segar. Kemudian

menempelkan pada karton. Berilah contoh yang sudah jadi (misalnya)

3. Siswa diberikan kebebasan untuk berkreasi dari bagian pohon tersebut, misalnya membuat gambar, lukisan atau tulisan.

Catatan bagi guru :

Hutan tidak hanya berwarna hijau, dalam kenyataanya, dengan dibuktikan permainan ini. Warna di dalam hutan juga menjadi strtegi tumbuhan di dalam hidupnya. Misalnya buah selalu berwarna hijau ketika

masih mentah dan warna merah atau kuning saat sudah masak. Strategi

BAGIAN KEDUA MEMAHAMI SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM.

Pokok Bahasan :

o Mengidentifikasi berbagai jenis ekosistem. o Memahami daya dukung dalam ekosistem.

Bidang Studi :

o Pengetahuan alam dan lingkungan di sekitar kita.

Ketrampilan :

o Menganalisa, merencanakan, memecahkan masalah, melakukan tindakan, bekerja sama.

Sumber, bahan dan alat :

o Buku pelajaran sekolah dan gambar berbagai ekosistem yang

dikenal

Metode Pembelajaran :

o Pengamatan langsung, simulasi dan permainan.

1. Pendahuluan

Di dalam buku pelajaran IPA

biologi telah dijelaskan berbagai bentuk ekosistem yang ada. Di Pulau Sumatera pada umumnya dan di Aceh khususnya,

memiliki berbagai bentuk ekosistem yang kita kenal. Misalnya ekosistem hutan, padang rumput, laut, danau merupakan ekosistem yang sangat luas. Seperti halnya akuarium merupakan ekosistem buatan yang kecil atau usus manusia merupakan ekosistem dari mikroorganisme.

Baiklah semua materi tentang satuan mahluk hidup dalam ekosistem sudah dibahas semua dalam buku ajar. Mari kita mencoba membuat sebuah metode pengajaran dengan berbagai simulasi tentang sebuah ekosistem.

2. Uraian kegiatan

Setelah mengikuti pelajaran dalam kelas atau mendapatkan tugas untuk mebaca buku ajar yang dimiliki setiap siswa, guru dapat mengajak siswa ke luar kelas. Dalam simulasi dan permainan yang akan memperkenalkan siswa tentang bentuk ekosistem yang ada di sekitar kita adalah :

2.1. Komponen ekosistem

Sebaiknya permainan ini dilakukan setelah siswa mempelajari pelajaran tentang ekosistem yang sudah dijelaskan di dalam kelas.

Seting kegiatan :

1. Tentunya dengan memberikan permainan ”ice breaking” akan lebih membuat suasana yang menggembirakan.

2. Buatlah sebuah lingkaran kecil yang tediri dari 5 – 10

siswa setiap lingkaran, atau guru dapat membagi sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelas.

3. Bagikan setiap kelompok kecil dengan gambar tentang ekosistem yang sudah dipelajari oleh siswa.

4. Simulasi ini merupakan sebuah diskusi terbuka antar kelompok, mengapa mereka menentukan komponen yang ada dalam

ekosistem yang pada mereka. Misalnya kelompok satu, mereka tentang komponen Mangrove, kelompok dua tentang pesisir dsb. Nah dalam kelompok itu membentuk atau menyebutkan apa saja komponen yang yang membentuk ekosistem tersebut. Dan apa akibatknya bila salah satu komponen itu hilang, Serta akan lebih baik lagi bila siswa menyebutkan adakah kasus yang terjadi ?

5. Kemudian salah satu perwakilan menyebutkan komponen ekosistem yang mereka punyai dan menjelaskan apa saja

(sudah disebutkan dalam poin 4).

6. Kelompok lain dapat membantah, dan mendiskusikan atau memberikan masukan tentang komponen yang dipresentasikan

oleh kelompok lain.

Catatan untuk guru :

Simulasi ini juga dapat dikemas dengan ”hidup adalah sebuah pilihan”. Setiap siswa atau kelompok dapat memilik ekosistem yang disukai.

Mereka membuat kelompok dengan komponen yang mereka pahami. Misalnya ekosistem hutan mangrove, komponen apa saja yang ada disana. Ata ekosistem danau, apasaja yang hidup di dalam ekosistem tersebut. Ambil contoh dalam ekosistem mangrove, komponen yang menyususn dalam ekosistem itu seperti pepohonan bakau, berbagai jenis burung, bermacam-macam krustacea, ika, mamalia seperti monyet, reptil seperti ulat, biawak dsb. Dapat dijelaskan fungsi mangrove dalam kehidupan itu. Ekosistem rusak, makan rusak pula kehidupan, bahkan kehidupan manusiapun dapat terganggu, seperti bencana tsunami beberapa tahu yang lalau, peran mangrove sangat berperan dalam kehidupan. Dan masih banyak contoh tentang ekosistem di sekitar kita seperti yang tertera dalam buku ajar.

2.2. Hidup adalah sebuah pilihan

Permainan ini merupakan sebuah diskusi mengenai pemahaman setiap siswa, sehingga dalam permianan ini siswa dapat mendiskusikan atau mempertahankan ”pendapatnya” atau mempertahankan ”pilihannya”.

Seting kegiatan :

1. Ambil 4 kursi atau sesuai dengan kelompok yang

dibentuk.

2. Letakkan tulisan atau ekosistem di atas kursi atau

setiap siswa sudah memiliki pilihan masing-masing tentang ekosistem, misalnya ekosistem padang pasir, akuarium, hutan tropis dsb.

3. Berikan waktu setiap kelompok untuk

mengutarakan mengapa mereka memilih ekosistem itu. Misalnya Hutan tropis, hutan mangrove, danau, laut atau pegunungan dsb.

4. Dalam diskusi pasti akan saling menyanggah (kadang menjelekkan, menjatuhkan atau ucapan

Catatan untuk guru :

Masih terkait dengan kegiatan di atas (sebelumnya).Kegiatan ini dapat diseting dengan berbagai materi pelajaran, kegiatan, pekerjaan, tugas dsb. Karena tentu siswa mempunyai ”pilihan” apa yang mereka sukai. Untuk mengarahkan siswa dalam mendiskusikan ekosistem, dapat dibuat beberapa pertanyaan, agar, dalam pembahasan terarah, misalnya :

1. Mengapa memilih ekosistem itu ?

2. Pernahkah kalian melihat ekosistem itu? Dimana dan bagaimana kondisinya?

3. Komponen apa saja yang ada pada ekosistem tersebut (buatkan listnya).

4. Apa akibatnya bila salah satu komponen tersebut hilang atau musnah?.

5. Apa yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan ekosistem tersebut?

6. Apa manfaat ekosistem tersebut bagi manusia dan mahluk hidup lain?

7. Dan masih ada beberapa pertanyaan lagi, tergantung dari hal apa yang akan dibahas dalam simulasi ini.

BAGIAN KETIGA : SALING KETERGANTUNGAN

Pokok Bahasan :

o Memahami keterkaitan mahluk hidup satu sama lain, baik yang hidup

ataupun yang tidak dan terjdinya sebab akibat dalam kehidupan.

Bidang Studi :

o Pengetahuan alam.

Ketrampilan :

o Menganalisa, merencanakan, memecahkan masalah, menceriterakan, bekerja sama.

Sumber, bahan dan alat :

o Buku pelajaran sekolah, alat permainan dan simulasi.

Metode Pembelajaran :

o Pengamatan langsung, simulasi dan permainan.

1. Pendahuluan

Semua kehidupan di dunia ini memerlukan sebuah kerjasama. Satu sama lain saling tergantung dan tak mungkin dapat hidup sendiri. Oleh karena itu bila salah satu terjadi kerusakan

atau pemusnahan maka kehidupan ini akan pincang, dan tak seimbang.

Dalam kehidupan ini juga satu sama lain saling mempengaruhi, saling

memerlukan dan saling memberikan dampak, baik positif ataupun negatif.

Misalnya hutan yang ada di sekitar kita, merupakan tempat hidup berbagai satwa, gudang tanaman obat, penghasil oksigen dan penyedia makanan, penyimpan dan pengatur tata air bagi mahluk hidup. Bagaimana dampaknya bila hutan itu tak ada.

Sebaliknya manusia yang memperlakukan lingkungan kurang bijak, akan dapat mempengaruhi berbagai tatanan yang merugikan kehidupan baik langsung ataupun tidak..

Dalam buku IPA Biologi, sudah dijelaskan mengenai saling ketergantungan antara mahluk hidup yang satu dengan yang lain. Di bawah ini sekedar menambah metode untuk pembelajaran dan memperkaya cara penyampaian pesan kepada sis sekolah.

2. Uraian Kegiatan

2.1. Tebak teka teki siapa dia.

Seperti halnya dalam kuis dalam acara televisi “siapa dia” permainan ini juga menebak tulisan atau gambar yang ada.

Alat :

Gambar berbagai jenis satwa dan tumbuhan. Jepitan baju atau tali atau gambar yang ada dimasukkan dalam name tag.

Tujuan : Pengenalan jenis

Seting kegiatan :

1. Berikan permainan yang menyenangkan, agar mereka gembira dan antusias mengikuti simulasi.

2. Buatlah berpasangan, dan tempelkan gambar yang ada di krah baju belakang, semua peserta (siswa).

3. Siswa yang di depan menanyakan gambar yang ada di punggungnya dengan berbagai pertanyaan.

4. Siswa yang di belakang hanya boleh menjawab YA atau TIDAK.

5. Setelah terjawab bergantian dengan pasangannya untuk melakukan hal yang sama.

6. Setelah semuanya selesai, mengikuti permainan berikutnya yang masih terkait dengan bahasan saling ketergantungan.

2.2. Jaring – Jaring Kehidupan

Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan dukungan pada penyampaian materi tentang saling ketergantungan komponen ekosistem (proses perpindahan energi) yang sangat rumit karena sangat berliku-liku. Proses berliku ini dinamakan jaring – jaring kehidupan.

Manusia belum menyadari bahwa komponen-komponen ekosistem yang terdapat di alam ini saling mendukung satu sama lain sehingga manusia tidak memikirkan akibatnya ketika melakukan perusakan terhadap salah satu atau beberapa komponen alam.

Tujuan :

1. Siswa mampu memahami

hubungan ketergantungan diantara mahluk hidup yang satu dengan yang lain dalam sebuah ekosistem.

2. Memahami keterkaitan diantara

komponen ekosistem dan terjadinya ketidakseimbangan apabila terdapat komponen ekosistem yang hilang.