7 pembagian dividen kas perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas dan diperkuat
oleh likuiditas perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi pembayaran dividen kas yang stabil dengan menggunakan laba akuntansi dan laba tunai sebagai variabel independen. Objek
penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena perusahaan tersebut hampir tidak terpengaruh oleh
fluktuasi perekonomian dan tetap menghasilkan laba yang optimal untuk memenuhi pembayaran utang dan dividen kas.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian ini sebelumnya adalah adanya penambahan likuiditas sebagai variabel moderasi. Penambahan variabel moderasi
ini diduga dapat memperkuat atau memperlemah hubungan laba akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas secara parsial. Rasio likuiditas yang dijadikan
sebagai variabel moderasi adalah cash ratio. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul:
“Analisis Pengaruh Laba Akuntansi Dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Apakah laba akuntansi dan laba tunai berpengaruh terhadap dividen kas baik secara simultan maupun parsial?
2. Apakah likuiditas dapat memoderasi hubungan laba akuntansi dengan dividen kas?
Universitas Sumatera Utara
8 3. Apakah likuiditas dapat memoderasi hubungan laba tunai dengan dividen
kas?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. untuk menguji pengaruh laba akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas
baik secara simultan maupun parsial, 2. untuk menguji apakah likuiditas dapat memoderasi hubungan laba akuntansi
terhadap dividen kas, 3. untuk menguji apakah likuiditas dapat memoderasi hubungan laba tunai
terhadap dividen kas.
1.4. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang kebijakan dividen kas agar mampu memaksimalkan nilai
perusahaan, 2. bagi investor, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam
mempertimbangkan rencana investasinya terkait tingkat pengembalian berupa dividen kas,
3. bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang dividen kas,
4. bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian yang berkaitan dengan judul yang sedang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Dividen
Menurut Stice et.al. 2009 : 902, dividen adalah pembayaran kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan
lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Kebijakan dividen dividend policy adalah suatu keputusan untuk menentukan
berapa besar dividen kas yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Kebijakan tersebut mencakup besarnya bagian dari pendapatan perusahaan
akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali reinvesment atau ditahan retained di dalam perusahaan.
Ada beberapa teori yang masih belum diketahui secara pasti memengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan, antara lain:
1. Teori Deviden Tidak Relevan
Teori deviden tidak relevan merupakan teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller 1961. Modigliani dan Miller 1961 mengatakan
bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya rasio pembayaran dividen, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak dan
kelas risiko perusahaan. Jadi dividen adalah tidak relevan. Namun, teori ini mempunyai beberapa kelemahan seperti :
a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. b. Tidak ada biaya emisi saham jika menerbitkan saham baru.
c. Tidak ada pajak.
Universitas Sumatera Utara
10 d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
2. Teori “The Bird In The Hand”
Gordon dan Lintner 1959 menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika rasio pembayaran dividen dividend payout ratio
rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibandingkan capital gain. Hal ini dikarenakan dividend yield lebih pasti dari capital gain yield.
Namun, Modigliani dan Miller 1961 mengatakan bahwa argumen Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan karena pada akhirnya investor akan
kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori perbedaan pajak dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy 1979. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak
terhadap keuntungan dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Hal ini terjadi karena
investor dapat menunda pembayaran pajak sampai saham benar-benar sudah terjual. Litzenberger dan Ramaswamy juga menambahkan bahwa rasio
pembayaran dividen yang rendah akan menurunkan biaya modal saham dan menaikkan harga saham.
4. Teori “Clientele Effect”.
Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai rasio pembayaran dividen yang tinggi.
Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
11 uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba
bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu maka kelompok pemegang
saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan
membagi dividen yang kecil. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar.
5. Teori “Signaling Hypothesis”
Pengumuman dividen diyakini mempunyai informasi dan membawa sinyal tentang laba bersih saat ini dan potensi perusahaan di masa
mendatang. Ide dasar dalam model ini adalah bahwa perusahaan melakukan penyesuaian dividen untuk menunjukkan sinyal akan prospek perusahaan.
Hal yang membuat metode ini menjadi kompleks adalah kenyataan bahwa dividen yang meningkat oleh suatu perusahaan dapat diterjemahkan sebagai
sinyal positif, namun dapat pula diartikan sebagai sinyal negatif. Pembayaran dividen dapat digunakan sebagai sinyal bahwa perusahaan telah
menunjukkan kinerjanya dengan baik dan penurunan dividen menunjukkan kinerja perusahaan yang buruk. Argumen ini dapat menjelaskan mengapa
perusahaan membayarkan dividen yang disesuaikan dengan laba bersih. 6.
Teori Keagenan Jansen dan Meckling 1976 mengemukakan teori keagenan
menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan investor seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan terjadinya konflik
diantara keduanya. Hal tersebut terjadi karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi. Investor tidak menyukai kepentingan
Universitas Sumatera Utara
12 pribadi manajer karena hal tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan
sehingga akan menurunkan keuntungan yang diterima. Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi Eisenhardt, 1989:
“Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Masalah keagenan timbul pada saat: 1
keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan , dan 2 merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk
melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen ”.
Menurut Sjahrial 2007 : 260, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah
1. posisi likuiditas perusahaan di mana jika makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan,
2. kebutuhan dana untuk membayar utang sebab apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar utang maka sisanya yang digunakan
untuk membayar dividen semakin kecil, 3. rencana perluasan usaha karena makin besar perluasan usaha
perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen,
4. pengawasan terhadap perusahaan seperti kebijakan pembiayaan seperti untuk ekspansi yang dibiayai dengan dana dari sumber internal
antara lain laba. Weston
dan Copeland
1992 dalam
Gumanti 2013,
mengidentifikasi setidaknya ada 11 faktor yang dapat memengaruhi dividen yang dibayarkan perusahaan, yaitu :
1. Undang-undang peraturan
Sejumlah peraturan dengan sengaja ditetapkan untuk mengurangi kemungkinan tindakan semena-mena dari manajemen untuk membagi
dividen secara berlebihan kepada pemegang saham dan melindungi kepentingan kreditor. Adanya peraturan yang ditetapkan memberikan
Universitas Sumatera Utara
13 batasan-batasan tertentu yang dapat memengaruhi besar kecilnya dividen
yang dibagikan perusahaan. 2.
Posisi Likuiditas Jika perusahaan memerlukan likuiditas yang tinggi, maka dividen
yang akan dibagikan seharusnya dikurangi karena membayar dividen berarti pengeluaran kas dan pengeluaran kas berarti pengurangan kemampuan
likuiditas. Dalam hal ini, likuiditas dapat memengaruhi dividen yang dibagikan.
3. Kebutuhan untuk Pelunasan Utang
Jika perusahaan memiliki kewajiban utang yang besar dan harus segera dibayar, maka sangat mungkin bahwa pemegang saham harus
dikorbankan, yaitu menunda atau mengurangi pembayaran dividen. Semakin tinggi beban utang yang harus dibayar, semakin besar pula porsi
laba yang harus dialihkan kepada pelunasan utang yang sekaligus berarti mengurangi porsi dividen termasuk juga sisa dana yang masuk kembali ke
perusahaan sisa laba. 4.
Batasan-batasan dalam Perjanjian Utang Debt Covenants Pihak pemberi pinjaman akan menetapkan syarat utang-piutang yang
mampu menjamin kelancaran pembayaran piutangnya. Hal yang sering diutamakan adalah persyaratan untuk membatasi perusahaan dalam
membayar dividen kas tunai. Persyaratan tersebut diajukan oleh pemberi pinjaman tidak hanya dalam rangka menjamin, tapi juga melindungi
pemberi pinjaman dari kemungkinan diabaikannya kewajiban membayar utang oleh peminjam.
5. Potensi Ekspansi Aktiva
Universitas Sumatera Utara
14 Siklus kehidupan perusahaan memainkan peran penting dalam
menentukan apakah sebagian besar dari laba bersih akan dibagikan dalam bentuk dividen atau tidak. Siklus kehidupan perusahaan akan menentukan
kapasitas perusahaan yang tercermin pada skala usahanya dan jika skala usaha menunjukkan tren semakin besar yang konsekuensinya membuat
perusahaan semakin membutuhkan tambahan dana untuk ekspansi, maka dividen akan terpengaruh.
6. Perolehan Laba
Keyakinan manajemen akan pertumbuhan laba di tahun mendatang juga menjadi faktor atas berapa besarnya dividen yang akan dibayarkan
tahun ini. Jika keyakinan manajemen bahwa prospek laba tahun depan dapat diraih dan dalam upaya untuk memberikan jaminan atas prospek usaha,
dividen akan mengalami peningkatan. 7.
Stabilitas Laba Jika perusahaan memiliki tingkat kestabilan laba yang baik, ada
kecenderungan untuk berusaha mempertahankan bahkan menaikkan dividen. Stabilitas laba juga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola perusahaan. 8.
Peluang Penerbitan Saham di Pasar Modal Jika suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik, memperoleh laba
dan memerlukan dana untuk kebutuhan investasi maka alternatif sumber pembiayaan dengan menerbitkan saham dapat menjadi salah satu cara
efektif. Pada perusahaan yang masih relatif kecil dan baru berdiri, maka alternatif pembiayaan di pasar modal mengandung risiko yang tinggi karena
ada kemungkinan bahwa saham yang ditawarkan tidak direspon dengan baik
Universitas Sumatera Utara
15 oleh pasar. Sebaliknya, perusahaan berskala besar memiliki kesempatan
yang lebih baik karena penerbitan saham baru akan menarik investor. Dengan kata lain, ukuran besar kecilnya perusahaan berbanding lurus
dengan rasio pembayaran dividen. 9.
Kendali Kepemilikan Pemilik lama memiliki insentif untuk tetap mengoptimalkan
penggunaan sumber dana internal daripada eksternal. Rasio pembayaran dividen akan menurun jika manajemen merasa yakin bahwa kebutuhan dana
untuk investasi semakin tinggi. 10.
Posisi Pemegang Saham Jika jumlah pemegang saham institusi tidak banyak dan jumlah
pemegang saham kecil yang ada banyak sekali retail owners, pembayaran dividen kas akan meningkat. Sebaliknya, jika pemegang saham institusi
lebih banyak, ada kemungkinan pembayaran dividen menurun. 11.
Kesalahan Akumulasi Pajak atas Laba Ada investor yang menyukai dividen, tapi ada yang tidak menyukai
dividen karena tidak ingin dikenakan tarif pajak penghasilan yang tinggi. Oleh karena itu, mereka lebih memilih perusahaan untuk menumpuk
labanya dalam bentuk laba ditahan. Namun, pemerintah menetapkan peraturan perpajakan yang menentukan pajak tambahan khusus terhadap
penghasilan yang terakumulasi secara tidak benar sehingga perusahaan harus membayar dividen.
Berdasarkan hasil penelitian Brav et al. 2005, faktor – faktor yang
memengaruhi keputusan dividen dari sudut pandang eksekutif keuangan perusahaan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
16 1.
Pajak Menurut pandangan para eksekutif, perbedaan pajak menjadi
pertimbangan tapi bukan aspek utama dalam mengambil keputusan dividen. Implikasi dari survei penelitian Brav et al. adalah perbedaan besar kecilnya
pajak antar negara tentu akan dapat memengaruhi manajer dalam menetapkan dividen yang akan dibayarkan. Artinya, variasi dividen dan
menawarkan peluang tersendiri untuk melakukan kajian terhadap perbedaan dividen antar negara.
2. Klien
Keberadaan investor kecil merupakan faktor yang juga menjadi pertimbangan perusahaan dalam menetapkan dividen. Setidaknya hampir
separuh dari jumlah responden yang disurvei oleh Brav et al. menyatakan bahwa perusahaan menggunakan dividen sebagai sarana untuk menarik
investor kecil membeli saham. 3.
Konflik keagenan Pemegang saham dapat meminimalkan kas dalam kendali manajemen
dan karenanya mengurangi peluang manajemen untuk menghamburkan kas dalam proyek yang kurang menguntungkan. Salah satu cara untuk
menghindari penggunaan kas yang tidak perlu adalah dengan menaikkan dividen. Selain itu, dividen juga merupakan sarana untuk menghindari
perampasan oleh pemegang saham mayoritas atas arus kas perusahaan yang pada akhirnya akan merugikan pemegang saham minoritas.
4. Informasi, sinyal dan harga saham
Dividen dianggap memiliki kandungan informasi. Salah satu kemungkinan yag dapat menjelaskan anggapan tersebut adalah dividen
Universitas Sumatera Utara
17 mampu menyiratkan informasi yang sebelumnya tidak diketahui oleh pasar,
misalnya melalui sumber dan penggunaan dana, walaupun manajer tidak secara eksplisit menyiratkan suatu informasi privat tersebut ke pasar.
Namun demikian, ada anggapan bahwa dividen dapat digunakan sebagai suatu sinyal untuk merubah persepsi pelaku pasar berkenaan dengan
prospek laba mendatang. Kenaikan dividen pada umumnya dianggap akan menaikkan harga saham tapi hasil penelitian Brav et al. menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak dipengaruhi oleh harga saham. 5.
Publik versus swasta Respon yang berbeda antara perusahaan publik dan perusahaan privat
mendukung anggapan bahwa masalah informasi dan keagenan menentukan kebijakan dividen. Brav et al. menemukan bahwa perusahaan privat
memandang ada konsekuensi negatif atas pemotongan dividen tapi kurang berbahaya. Perusahaan privat juga memandang bahwa kebijakan dividen
mengandung informasi yang kurang bermakna daripada perusahaan publik. Selain itu, perusahaan privat juga kurang tertarik membayar dividen sebagai
ganti daripada investasi dan mereka lebih suka membayar dividen terkait dengan perubahan sementara dalam laba.
6. Faktor-faktor lain
Ada tiga faktor yang termasuk faktor-faktor lain, yaitu laba per saham earnings per share dan dilusi opsi saham stock option dilution, biaya
penerbitan dan likuiditas, dan rating kredit dan struktur modal.
2.1.2 Pengertian Laba
Laba merupakan angka yang termasuk diminati oleh pengguna laporan keuangan terutama dalam pasar uang. Laba merupakan ringkasan
Universitas Sumatera Utara
18 hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan
dalam istilah keuangan Subramanyam, 2012 : 109. Semua aktivitas operasi perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaan akan selalu
memberikan hasil yang bernilai positif yang berarti laba bagi perusahaan dan bernilai negatif yang berarti rugi bagi perusahaan.
Menurut Stice et.al. 2009 : 240, laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh
entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa laba merupakan
selisih lebih pendapatan dikurangi dengan biaya yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja perusahaan dan dasar dalam pengambilan
keputusan investasi.
2.1.2.1 Laba Akuntansi
Menurut akuntansi, yang dimaksud dengan laba akuntansi itu adalah perbedaan antara revenue yang timbul dari transaksi pada
periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Laba akuntansi mempunyai beberapa
komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak. Sehingga dalam menentukan besarnya laba
akuntansi, investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak Laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja
suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Laba akuntansi diukur
berdasarkan konsep akuntansi akrual. Tujuan utama dari akuntansi akrual adalah untuk pengukuran laba. Dua proses utama dalam
Universitas Sumatera Utara
19 pengukuran laba adalah pengakuan pendapatan dan pengaitan beban.
Pengakuan pendapatan revenue recognition adalah titik awal pengukuran laba.
Menurut Wild et.al. 2005 : 411, terdapat dua kondisi wajib agar pendapatan diakui, yaitu :
1. Telah atau dapat direalisasi realized or realizable. Untuk dapat diakui, suatu perusahaan harus telah mendapatkan kas
atau komitmen andal untuk mendapatkan kas, seperti piutang yang sah.
2. Telah dihasilkan earned. Perusahaan harus menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada pembeli, yaitu proses perolehan
laba harus telah selesai.
Selain itu, Belkaoui 2011 : 230 juga mengemukakan definisi tentang laba akuntansi itu mengandung lima sifat berikut:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan
hasil tersebut. 2.
Laba akuntansi didasarkan postulat “periodic” laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode
tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk
hasil. 4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya
dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya yang diterimadikeluarkan dalam
periode yang sama.
Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim 2005 : 114 adalah
1. terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan
keputusan ekonomi, 2. laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif
dapat diuji kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti,
3. berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme,
Universitas Sumatera Utara
20 4. laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian
terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.
2.1.2.2 Laba Tunai
Menurut Soemarso 2004, laba tunai disebut juga dengan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Laba tunai menggunakan
dasar kas cash basis dalam penerapan akuntansinya, dimana pendapatan diakui pada saat kas diterima dan beban diakui pada saat
kas dikeluarkan. Laba tunai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laba
akuntansi setelah disesuaikan dengan transaksi-transaksi non kas, seperti beban penyusutan, beban amortisasi, penjualan kredit,
pembelian kredit, utang gaji dan utang pajak utang bunga yang belum dibayar. Hal ini dikarenakan beberapa pendapatan dan beban
yang tercantum dalam laporan laba rugi belum dibayar secara kas selama tahun tersebut, maka perusahaan harus mengurangi laba
akuntansi dengan pendapatan non kas dan menambahkan kembali beban non kas untuk mendapatkan laba tunai. Dengan kata lain, laba
tunai adalah arus kas dari aktivitas operasi. Menurut Harahap 1999, perbedaan laba tunai dan laba
akuntansi adalah: a. Laba tunai hanya mengakui keuntungan gain atau kerugian
loss pada periode itu, sedangkan laba akuntansi mengakui keuntungan gain atau kerugian loss pada periode
sebelumnya atau lazim disebut “accrued”. b. Laba tunai menggunakan dasar akuntansi kas cash basis,
dimana pendapatan diakui pada saat kas diterima dan beban diakui pada saat kas dikeluarkan, sedangkan laba akuntansi
menggunakan dasar akuntansi akrual accrual basis, dimana pendapatan dicatat ketika dihasilkan dan beban dicatat ketika
terjadi.
Universitas Sumatera Utara
21 c. Laba tunai lebih mengindikasikan keadaan laba sesungguhnya
yang dimiliki perusahaan, sedangkan laba akuntansi tidak mengindikasikan keadaan laba sesungguhnya, karena terdapat
transaksi-transaksi yang bersifat akrual.
2.1.3 Likuiditas
Menurut Irawati 2006, rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka
pendeknya pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Likuiditas suatu perusahan berhubungan erat dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
yang harus segera dipenuhi. Untuk dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat likuid yang berupa aset lancar
yang jumlahnya harus lebih besar dari jumlah kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi. Semakin besar aset lancar yang dimiliki oleh suatu
perusahaan dibandingkan dengan utang lancar, maka semakin besar tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah dana yang banyak menganggur dan apabila terlalu rendah maka perusahaan dianggap tidak berhasil dalam
membayar kewajiban lancarnya. Menurut Kasmir 2008 : 135, apabila likuiditas rendah dapat
dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan
sedang baik dan akan membayar dividen. Beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur dan
mengetahui tingkat likuiditas yaitu current ratio, quick ratio dan cash ratio. Aktiva perusahaan yang paling likuid untuk membayar utang jangka pendek
Universitas Sumatera Utara
22 adalah kas dan surat berharga. Oleh karena itu, peneliti menggunakan cash
ratio karena rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan kas dan surat berharga yang dapat
segera diuangkan.
2.2 Rincian Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Rincian Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti dan Tahun
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Harahap
2007 Variabel independen :
1. Laba Akuntansi 2. Laba Tunai
Variabel dependen: 1. Dividen Kas
Laba akuntansi dan laba tunai berpengaruh
signifikan terhadap
dividen kas.
Namun jika
dibandingkan dengan laba akuntansi, variabel laba tunai memperoleh hasil
korelasi yang lebih kecil daripada hasil korelasi laba akuntansi terhadap
dividen kas
2 Suharli
2007 Variabel independen :
1. Profitability 2. Investment
Opportutinity Set Variabel penguat:
1. Likuiditas
Variabel dependen : 1. Kebijakkan
dividen tunai Profitability
berpengaruh secara
positif terhadap kebijakan deviden sedangkan investment opportunity
setberpengaruh secara
negatif terhadap dividen kas. Likuiditas
dapat digunakan
sebagai variabelpenguat variabel moderator
karena memberikanhasil
yang signifikan pada α = 0.10. Namun,
likuiditas hanya
berpengaruh terhadap profitability
3 Siregar
2012 Variabel independen:
1. Laba Akuntansi 2. Laba Tunai
3. Likuiditas
Variabel dependen: 1. Dividen kas
Laba akuntansi bepengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas.
Laba tunai dan likuiditas secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap
dividen kas.
Laba akuntansi, laba tunai dan likuiditas
secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas
4 Ahmed
2014 Variabel independen:
1. Net income
2. Net cash
3. Liquidity of the bank
Variabel dependen: 1. Dividends policy
Laba bersih dan total arus kas berpengaruh
signifikan terhadap
pembayaran dividen
oleh perusahaan. Sedangkan likuiditas
bank tidak berpengaruh terhadap pembayaran dividen.
Universitas Sumatera Utara
23
2.3 Kerangka Konseptual