Dismenore Primer 1. Defenisi Dismenore Primer Penanganan Dismenore Primer

a. Dismenore primer merupakan menstruasi yang disertai dengan rasa nyeri yang hebat. Dismenore primer timbul pada masa 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan tidak ada penyakit yang menyebabkannya. b. Dismenore sekunder merupakan gangguan haid yang disebabkan adanya gejala penyakit seperti endometriosis, infeksi rahim, kistapolip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya. Sebab lain mungkin ditimbulkan oleh kondisi panggul, fibroid, adenomiosis, radang saluran telur, pemakaian alat kontrasepsi IUD.

G. Dismenore Primer 1. Defenisi Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat- alat genitalia yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid atau berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya Wiknjosastro, 2008. Dismenore primer disebut juga dismenore idiopatik, esensial, intrinsik adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi tanpa kelainan ginekologik. Dismenore primer murni karena proses kontraksi rahim tanpa penyakit dasar sebagai penyebab Proverawati dan Maisaroh, 2009. Universitas Sumatera Utara Dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan tidak ada penyakit yang menyebabkan. Namun, dengan berjalannya waktu, tepatnya saat hormon tubuh lebih stabil atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan gangguan ini akan berkurang. Penyabab dari dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan dari jaringan dari lapisan rahim melewati serviks, terutama jika saluran serviks nya sempit Kasdu, 2005.

H. Etiologi Dismenore Primer

Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain: a. Faktor kejiwaan Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore. b. Faktor konstitusi Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore. c. Faktor obstruksi kanalis servikalis Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam Universitas Sumatera Utara hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut. d. Faktor endokrin Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progesterone menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesterone. Penjelasan lain diberikan oleh Clitheroe dan Pickles. Mereka menyatakan bahwa karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek umun seperti, diare, nausea, muntah, dan flushing. Universitas Sumatera Utara e. Faktor alergi Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer Wiknjosastro, 2008.

I. Gejala Dismenore Primer

1. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama. 2. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai. 3. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada juga wanita yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid. 4. Nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. 5. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus. 6. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening Kasdu, 2005.

J. Penanganan Dismenore Primer

1. Penerangan dan nasehat Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul Universitas Sumatera Utara mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi. 2. Pemberian obat anelgesik Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nteri berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya. 3. Terapi hormonal Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer, atau untuk memeungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kontrasepsi. 4. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin Memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70 penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikansebelum haid mulai 1 sampai 3 hri sebelum haid, dan pada hari pertama haid. 5. Dilatasi kanalis servikalis Dilatasi kanalis servikalis dapat member keringan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya. Neurektomi prasakral Universitas Sumatera Utara pemotongan urat saraf sensorik anatar uterus dan susunan saraf pusat ditambah dengan neurektomi ovarial pemotongan urat saraf sensorik yang ada di ligamentum infundibulum merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal Wiknjosastro, 2008.

K. Tips untuk Mengurangi Dismenore Primer