Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi pada An. N di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

(1)

Asuhan Keperawatan Pada An. N Dengan Prioritas

Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan

Termoregulasi: Hipertermi

RSUD Dr. Pirngadi

Kota Medan

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi D-III Keperawatan

Oleh:

Ria Deselina Pardosi 102500031

Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi pada An. N di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan”. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai awal penelitian dalam rangka memenuhi persyaratan pendidikan menyelesaikan program diploma keperawatan di Fakultas Keperawatan UniversitasSumatera Utara Tahun 2013.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ihsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan, inspirasi kepada penulis, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya karya ilmiah ini.

7. Ibu Farida, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji yang telah memberikan masukan-masukan dan inspirasi.


(4)

8. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat, perhatian, kasih sayang, dukungan kepada penulis serta bantuan baik secara moril, materi maupun spiritual sehingga laporan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

9. Kepada kakak dan adik tercinta yang senantiasa selalu memberikan dukungan, perhatian kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

10. Kepada teman-teman mahasiswa D-III fakultas keperawatan angkatan 2010 Universitas Sumatera Utara yang saya sayangi, yang telah memberikan dukungan, semangat, dan membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini guna memenuhi tugas akhir.

Pada penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, maka dari itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun penulis harapkan guna kebaikan dalam penulisan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kota Medan.

Medan, 5 Juli 2013 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.2.1 Tujuan Umum ... 2

1.2.2 Tujuan Khusus ... 2

1.3 Manfaat ... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Keseimbangan Suhu Tubuh: Hipertremi ... 4

2.1.1 Definisi Hipertermi ... 4

2.1.2 Pola Demam ... 5

2.1.3 Tipe dan Jenis Demam ... 6

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Demam ... 7

2.2 Proses Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi ... 8

2.2.1 Pengkajian Keperawatan ... 8

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ... 9

2.2.3 Perencanaan (Intervensi) Keperawatan ... 10

2.2.4 Pelaksanaan (Implementasi) Keperawatan ... 12


(6)

2.3 Asuhan Keperawatan dengan Gangguan

Termoregulasi: Hipertermi ... 13

2.3.1 Pengkajian ... 13

2.3.2 Analisa Data ... 29

2.3.3 Rumusan Masalah Keperawatan ... 30

2.3.4 Diagnosa Keperawatan ... 30

2.3.5 Perencanaan (Intervensi) Keperawatan ... 30

2.3.6 Implementasi (Implementasi) dan Evaluasi Keperawatan ... 33

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan ... 37

3.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi ... 11 Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan untuk Hipertermia

Berhubungan dengan Paparan Lingkungan yang Panas ... 11 Tabel 2.2 Evaluasi Intervensi terhadap Hipertermia ... 13


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis (oksigenasi, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, isitirahat, dan seks), keamanan dan keselamatan, cinta dan rasa memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005). Walaupun manusia memiliki kebutuhan yang sifatnya beranekaragam (heterogen), akan tetapi setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan dasar yang sama. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya (Hidayat, 2009).

Menurut Potter and Perry (2005) selama hidup yang dialami manusia, kebutuhan dasar manusia seorang individu mungkin tidak terpenuhi, terpenuhi sebagian, atau terpenuhi seluruhnya. Seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan seseorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia. Kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dan dipertahankan oleh manusia salah satunya adalah kebutuhan fisiologis yang mencakup termoregulasi (temperatur).

Tubuh manusia dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang temperatur yang terbatas atau sempit yaitu 370C (98,60F) ± 10C. Temperatur tubuh di luar rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara sementara tubuh dapat mengatur temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpajan pada panas yang berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan pada panas yang lama dan berlebihan


(9)

juga mempunyai efek fisiologis yang khusus salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi) atau demam.

Hipertermi merupakan kondisi dimana badan mengalami peningkatan suhu diatas normal, kondisi ini terjadi karena tubuh memberikan reaksi terhadap serangan racun yang masuk dalam tubuh. Secara alami, apabila jumlah toksik yang masuk tidak banyak, tubuh pun akan menetralisir secara normal pula. Namun apabila racun atau toksik yang ada dalam tubuh sudah melebihi ambang batas, maka secara alami pula tubuh akan memberikan reaksi yang setara (Admin, 2007). Hipertermi juga merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang penting. Peningkatan ringan suhu tubuh sampai 390C akan meningkatkan sistem imun tubuh. Selama terjadi hipertermi, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan konsentrasi zat besi dalam plasma, yang akan menekan pertumbuhan bakteri (Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan masalah diatas, hipertermi merupakan salah satu masalah yang harus diatasi, maka apabila terjadi hipertermi harus segera di atasi jika tidak segera diatasi atau berkepanjangan akan berakibat fatal seperti halnya dapat menyebabkan kejang demam pada anak, kekurangan volume cairan atau bahkan terjadi syok dan gangguan tumbuh kembang pada anak.

Berdasarkan studi diatas penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah mengenai asuhan keperawatan dengan gangguan termoregulasi: hipertermi pada An. N di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Penulis dapat memperoleh gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.2.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengidentifikasi konsep dasar termoregulasi: hipertermi

2. Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan keperawatan dengan gangguan termoregulasi: hipertermi pada An. N.


(10)

1.3. Manfaat 1. Bagi Pendidikan

Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar mengajar terhadap pemberian asuhan keperawatan dengan gangguan termoregulasi hipertermi.

2. Bagi Perawat

Meningkatkan pengetahuan perawat tentang gangguan keseimbangan suhu tubuh: hipertermi dan perawatan pada pasien serta dapat digunakan sebagai alat bantu bagi perawat untuk mengevaluasi dalam upaya peningkatan pelayanan bagi pasien dengan gangguan termoregulasi: hipertermi.

3. Bagi Ibu

Untuk menambah pengetahuan ibu tentang gangguan termoregulasi: hipertermi dan bisa melakukan tindakan kompres pada saat demam.

4. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan yang khusus pada pasien dengan gangguan termoregulasi: hipertermi.


(11)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan

Termoregulasi: Hipertermi 2.1.1. Definisi Hipertermi

Kebutuhan dasar manusia merupakan hal yang penting dalam mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas. Tingkatan yang paling dasar atau yang pertama meliputi kebutuhan fisiologis seperti oksigenasi, nutrisi, cairan, eliminasi, temperatur, tempat tinggal dan seks. Tingkatan yang kedua meliputi kebutuhan keselamatan dan keamanan yang melibatkan keamanan fisik dan psikologis. Tingkatan yang ketiga mencakup kebutuhan cinta dan rasa memiliki termasuk persahabatan, hubungan sosial dan cinta seksual. Tingkatan yang keempat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri yang melibatkan percaya diri, merasa berguna, penerimaan dan kepuasan diri. Tingkatan yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri. Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia (Potter &Perry, 2005)

Salah satu kebutuhan fisiologis yang harus dipertahankan oleh individu adalah kebutuhan termoregulasi. Menurut Potter and Perry (2005), tubuh manusia dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang temperatur yang terbatas atau sempit yaitu 370C (98,60F) ± 10C. Temperatur tubuh di luar rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara sementara tubuh dapat mengatur temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpajan pada panas yang berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan meningkatkan kebutuhan oksigen


(12)

jaringan. Pemajanan pada panas yang lama dan berlebihan juga mempunyai efek fisiologis yang khusus salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi).

Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal. Kenaikan suhu tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, yang diatur dan dikontrol oleh susunan saraf pusat. Demam sendiri merupakan gambaran karakteristik dari kenaikan suhu tubuh oleh karena berbagai penyakit infeksi dan non-infeksi (Sarasvati, 2010).

Selama episode febris, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan konsentrasi zat besi dalam plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interferon, substansi ini yang bersifat melawan virus. Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik. Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrien. Metabolisme yang meningkat menggunakan enegri yang memproduksi panas tamabahan (potter dan perry, 2005)

Menurut Tamsuri(2007), suhu tubuh dibagi : a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 360C

b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 360C – 37,50C c. Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,50C – 400C d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 400C.

2.1.2. Pola Demam

Menurut Potter & Perry (2005), demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 390C meningkatkan sistem imun tubuh. selama episode febris, produksi sel darah putih disimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan kosentrasi zat besi dalam plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interferon, substansi ini yang bersifat melawan virus. Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik. Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakhir puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Durasi dan derajat demam bergantung pada


(13)

kekuatan pirogejn dan kemampuan individu untuk berrespon. Pola demam antaralain:

1. Terus menerus

Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervarisai 10C sampai 20C. 2. Intermiten

Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.

3. Remiten

Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal. 4. Relaps

Periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal. Episode demam dan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.

2.1.3. Tipe dan Jenis Demam

Menurut Nelwan (2007) ada beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai antara lain:

1. Demam septik

Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

2. Demam remiten

Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.

3. Demam intermiten

Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.


(14)

4. Demam kontinyu

Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

5. Demam siklik

Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Menurut Samuelson (2007), jenis demam terdiri dari: 1. Demam Fisiologi

Demam ini cenderung normal dan sebagai penyesuaian terhadap fisiologis tubuh, misalnya pada orang yang mengalami dehidrasi dan tingginya aktivitas tubuh (olahraga).

2. Demam Patologis

Demam ini tidak lagi dikatakan sebagai demam yang normal. Demam yang terjadi sebagai tanda dari suatu penyakit. Demam patologis terbagi lagi menjadi dua sebagai berikut:

a. Demam Infeksi yang suhunya bisa mencapai lebih dari 38°C. Penyebabnya beragam, yakni infeksi virus (flu, cacar, campak, SARS, flu burung, dan lain-lain), jamur, dan bakteri (tifus, radang tenggorokan, dan lain-lain).

b. Demam Non Infeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun seseorang (rematik, lupus, dan lain-lain).

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

Menurut Potter dan Perry (2005) banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu tubuh dalam tentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau perilaku.

1. Usia

Pada saat lahir, bayi mekanisme kontrol suhu masih imatur. Menurut Whaley and Wong yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.


(15)

Oleh karena itu pakaian yang digunakan juga harus cukup dan paparan terhadap suhu lingkungan yang ekstrem perlu dihindari. Bayi yang baru lahir pengeluaran lebih dari 30% suhu tubuhnya melalui kepala dan oleh sebab itu bayi perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindungi dari lingkungan yang ekstrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,50C sampai 39,50C. Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. Regulasi suhu tidak stabil sampai anak-anak mencapai masa pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.

2. Irama sirkadian

Suhu tubuh berubah secara normal 0,50 sampai 10C selama periode 24 jam. Bagaimana pun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01.00 dan 04.00 dini hari. Sepanjag hari suhu tubuh akan naik sampai sekitar pukul 18.00 dan kemudian turn seperti pada dini hari.

3. Stres

Sterss fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat mauk rumah sakit atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya akan lebih tinggi dari normal.

4. Lingkungan

Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme-mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik.

2.2. Proses Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi

2.2.1. Pengkajian Keperawatan Tempat

Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh. Pengukuran suhu yang dilakukan membutuhkan peralatan yang dipasang invasif


(16)

tetapi dapat digunakan secara intermitten. Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu seperti oral, rektal, aksila, dan kulit yang mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran yang mana panas dari darah dialirkan ke termometer. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan selama setiap fase demam. Selain itu kaji juga faktor-faktor yang memberat peningkatan suhu tubuh seperti dehidrasi, infeksi ataupun suhu lingkungan serta identifikasi respon fisiologis terhadap suhu seperti ukur semua tanda vital, observasi warna kulit, kaji suhu kulit dan observasi adanya mengiggil atau diaforesis.

Menurut Pontious et al yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, tempat yang hendak diukur harus diukur secara akurat. Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 360C dan 380C. Walaupun temuan riset dari banyak penelitian didapati bertentangan; secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,50C lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila 0,50C lebih rendah dari suhu oral . 2.2.2. Diagnosa Keperawatan

Perawat mengkaji temuan pengkajian dan pengelompokkan karakteristik yang ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya, pada peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia menandakan diagnosisi hipertermia. Diagnosa keperawatan mengidentifikasi faktor risiko pasien terhadap perubahan suhu tubuh atau perubahan suhu aktual. Jika pasien memiliki faktor yang meningkatkan perubahan suhu.

Pada hipertermia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang berat akan menghasilkan intervensi yang sangat berbeda daripada faktor yang berhubungan dengan ketidakmampuan atau berkeringat. Beratnya perubahan suhu dan efeknya, disertai dengan status kesehatan pasien secara umum, akan mempengaruhi prioritas perawat dalam merawat pasien (Potter & Perry, 2005). Diagnosa Keperawatan Nanda Termoregulasi

Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan: − Pakaian tidak sesuai

− Cedera sistem saraf pusat


(17)

− Kerusakan sistem termoregulasi

Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan: − Imaturitas

− Perubahan fisiologis penuaan

− Cedera sistem saraf pusat

− Suhu lingkungan

Hipertermia yang berhubungan dengan : − Peningkatan laju metabolik

− Pakaian tidak sesuai

− Paparan terhadap lingkungan yang panas

− Tidak dapat berkeringat

− Medikasi

− Aktivitas banyak dan berat

− Proses infeksi (disebabkan oleh bakteri/ virus). 2.2.3. Perencanaan (Intervensi) Keperawatan

Pasien yang berisiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia dan mengurangi faktor risiko. Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan kemajuan ke arah kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Misalnya, hasil dari masukan yang sama dengan haluaran penting untuk menetapkan cairan yang diberikan perawat untuk menagani risiko pasien terhadap ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Pendidikan penting sehingga pasien dapat berpartisipasi dalam mempertahankan normotermia. Hal ini terutama sekali penting pada kasus orang tua yang perlu mengetahui bagaimana bertindak bila pada bayi atau anak mereka terjadi perubahan suhu di rumah. Rencana perawatan bagi pasien dengan perubahan suhu yang aktual berfokus pada pemulihan normotermia, meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan (Potter &Perry, 2005).


(18)

Tabel 2.1. Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi

Aktivitas Pengkajian Batasan Karakteristik Diagnosa Keperawatan − Ukur tanda vital

termasuk suhu tubuh, nadi, pernapasan.

− Palpasi kulit

− Observasi penampilan dan perilaku pasien saat berbicara atau istirahat

− Peningkatan suhu

tubuh di atas batas normal

− Takikardia

− Takipnea

− Kulit hangat

− Gelisah

− Tampak kemerahan

Hipertemia berhubungan dengan peningkatan laju metabolik

− Kaji perubahan suhu,

nadi, pengisian kapilaerdan tekanan darah

− Observasi kekeringan membran mukosa mulut, hidung, mata, dan kulit, cubit kulit untuk melihat kerutan yang lambat, elastik

− Pantau dengan cermat masukan dan tingkat haluaran terhadap masukan yang lebih sedikit dari haluaran

− Peningkatan suhu

tubuh

− Takikardia

− Hipotensi

− Kulit dan membran mukosa kering

− Haus

− Penurunan turgor kulit

− Masukan cairan

berkurang

− Urine pekat

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermia

Tabel 2.2. Rencana Asuhan Keperawatan untuk Hipertermia berhubungan dengan paparan terhadap lingkungan yang panas

Tujuan Hasil yang

diharapkan Intervensi Rasional

Pasien akan kembali ke batasan suhu tubuh yang normal.

− Suhu tubuh

turun paling sedikit 10C setelah terapi.

− Suhu tubuh

tetap sama antara 360C sampai 370 sampai paling sedikit 24 jam

− Pertahankan suhu ruangan 210C kecuali jika pasien mengigil. − Berikan asetaminofen sesuai program medik apabila suhu lebih tinggi dari 390C

− Suhu ruangan sekitar dapat meningkatkan suhu tubuh. namun, menggigil harus dihindari karena meningkatkan suhu tubuh (Guyton, 1991) − Antipiretik menurunkan set point.


(19)

Keseimbangan cairan elektrolit akan

dipertahankan

− Masukan akan seimbang dengan haluaran

− Tidak ada

bukti adanya hipotensi

postural selama ambulasi

− Anjurkan

cairan PO sebagai pilihan pasien tiap 4 jam

Cairan keluar melalui kehilangan air tidak kasat mata yang membutuhkan

penggantian.

2.2.4. Pelaksanaan (Implementasi) Keperawatan

Prosedur yang digunakan untuk mengintervensi dan mengatasi naiknya suhu bergantung pada penyebab demam, efek yang merugikan, kekuatan, intensitas, durasinya. Dokter dapat mencoba demam dengan mengisolasi pirogen penyebab. Perawat mengambil kultur spesimen untuk analisis laboratorium seperti urine, darah, sputum, dan tempat luka.

Pengumpulan spesimen ini memerlukan teknik aseptik yang tepat untuk menghindari masuknya organisme dari luar yang dapat mempengaruhi hasil kultur. Dokter akan menginstruksikan pemberian obat antibiotik setelah kultur didapat. Pemberian antibiotik akan menghancurkan bakteri pirogen dan menghilangkan stimulus tubuh terhadap demam. Perawat memberikan antibiotik dengan tepat dan mengajarkan pasien mengenai pentingnya mengkonsumsi dan melanjutkan antibiotik sampai pengobatan selesai.

Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan menggunakan larutan air-alkohol, kompres es pada daerah aksila dan lipatan paha dan kipas angin.

Menurut Morgan yang dikutip oleh Potter and Perry (2005), riset terbaru tidak ada menunjukan keuntungan dari metode-metode ini dibanding medikasi antipiretik. Selimut yang didinginkan dengan mensirkulasi air yang dihantarkan oleh unit yang menggunakan motor, meningkatkan pengeluaran panas konduktif. Perawat harus mengikuti instruksi dalam menggunakan selimut hipotermia karena jika salah menggunakannya akan menyebabkan terjadinya risiko rusaknya kulit


(20)

dan “freeze burn” menempatkan selimut mandi di antara pasien dan selimut hipotermia serta dianjurkan membungkus ekstermitas distal.

Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan kebutuhan metabolik dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi (Potter and Perry, 2005)

2.2.5. Evaluasi Keperawatan

Semua evaluasi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respons aktual pasien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana keperawatan. Setelah semua intervensi, perawat mengukur suhu pasien untuk mengevaluasi perubahan. Selain itu, perawat menggunakan tindakan evaluatif lain seperti palpasi kulit dan pengkajian nadi dan respirasi. Jika terapi efektif, suhu tubuh akan kembali ke batas normal, tanda-tanda vital yang lain akan stabil dan pasien akan menyatakan rasa nyaman.

Tabel 2.3. Evaluasi Intervensi terhadap Hipertermia

Tujuan Tindakan Evaluasi Hasil yang Diharapkan − Suhu tubuh pasien

akan kembali ke batas normal

− Pantau suhu tubuh setelah intervensi (misalnya, medikasi antipiretik)

− Suhu tubuh turun paling sedikit 10C setelah terapi

− Suhu tubuh tetap berada antara 360 dan 380 selama paling sedikit 24 jam

− Keseimbangan cairan

elektrolit akan dipertahankan

− Pantau suhu tubuh setiap 4 jam

− Ukur kadar masukan dan haluaran

− Kadar elektrolit tetap dalam batas normal

− Masukan seimbangan dengan haluaran

2.3. Asuhan Keperawatan pada Kasus dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi pada An. N di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

2.3.1. Pengkajian 1. Biodata

Identitas Pasien

Nama : An. N

Jenis Kelamin : Perempuan


(21)

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah Menegah Pertama (SMP) Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jalan Amal Luhur No. 23 B Kec. Medan Helvetia Tanggal Masuk RS : 18 Juni 2013

No. Register : 00. 88. 96

Ruangan/kamar : IX Bedah Anak/ kamar No. 5 Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 18-19 Juni 2013 Tanggal operasi : 18 Juni 2013

Diagnosa Medis : Post Appendictomy hari 1 II. Genogram Keluarga

III.

H

H


(22)

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan

Meninggal dunia

--- : Tinggal serumah III. Keluhan utama

Setelah menjalankan pembedahan appendictomy, Pasien mengalami peningkatan suhu tubuh (demam) dengan suhu 380C dan pasien juga mengeluh mengalami nyeri pada bagian inguinalis kanan, tepatnya pada daerah yang mengalami insisi pembedahan setelah dikaji skala nyeri yang dirasakan pasien 3.

IV. Riwayat Kesehatan Sekarang

A. Provocative/ palliative

1. Apa penyebabnya

Tindakan operasi yang dijalankan (apenddictomy). 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Dengan terapi yang diberikan dari rumah sakit

B. Quantity/ quality

1. Bagaimanana dirasakan

Pasien mengatakan badannya terasa lemas, panas sehingga untuk menurunkan panas tubuh pasien, ibu pasien disarankan untuk memberikan kompres hangat di daerah kening dan memberikan pasien dan istirahat.

2. Bagaimana dilihat

Pada saat pengkajian dilakukan diperoleh temperatur pasien 380C, pasien terlihat lemas, wajah pasien terlihat kemerah-merahan dan berkeringat, mukosa bibir kering.


(23)

C. Radiation

1. Dimana lokasinya

Pasien mengatakan seluruh badannya terasa panas. 2. Apakah menyebar

Pasien mengatakan demam yang dirasakannya pada seluruh badannya.

D. Severity

Peningkatan suhu yang dialami oleh An. N adalah 380C dan nyeri yang dirasakan oleh An. N dengan skala 3.

E. Time

Peningkatan suhu yang dirasakan oleh An. N berlangsung selama dua hari sedangkan nyeri yangdirasakan hanya berlangsung selama satu hari dengan kurun waktu sekitar 2 menit saja.

V. Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Penyakit yang pernah dialami

Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius. Penyakit yang sering dialami oleh pasien hanya migrain, batuk dan flu saja.

B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan

Ibu pasien mengatakan jika migrain, batuk dan flu pasien kambuh, pasien hanya diberikan obat yang dibeli dari warung.

C. Pernah dirawat/ dioperasi

Ibu pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit dan ini pertama kalinya passien dirawat di rumah sakit. D. Alergi

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien alergi terhadap semua makanan

seafood terkhususnya kepiting E. Imunisasi

Ibu pasien mengatakan imunisasi yang diberikan pada pasien sewaktu masih kecil hanyalah imunisasi BCG yang diberikan saat pasien lahir


(24)

dan bidan di rumah sakit yang memberikan saat menolong ibu pasien melahirkan.

VI. Riwayat Kesehatan Keluarga A. Orang tua

Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit tertentu yang diderita oleh keluarga. Hanya terkadang ibu mengalami migrain. Dan untuk meredakan migrain tersebut ibu hanya membeli obat yang ada diwarung dekat rumah.

B. Saudara kandung

Dalam keadaan sehat dan tidak ada menderita penyakit yang serius C. Penyakit keturunan yang ada

Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit serius yang diderita oleh keluarga.

D. Anggota keluarga yang meninggal

Ibu pasien mengatakan bahwa belum lama ini kakek pasien meninggal.

E. Penyebab keluarga meninggal

Penyebab kakek pasien meninggal karena beliau sudah tua tetapi tidak karena menderita penyakit yang serius.

VII. Riwayat Keadaan Psikososial

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Ibu pasien mengatakan bahwa penyakit yang diderita pasien saat ini adalah penyakit serius yang pertama kali pasien rasakan dan terjadi karena kebiasaan buruk pasien sendiri yang suka makan makanan pedas dan tidak suka makan makanan yang berserat seperti sayuran B. Konsep diri:

− Gambaran diri

Pasien merasa semenjak di rawat di rumah sakit dia selalu diperhatikan oleh anggota keluarganya.

− Peran diri

Pasien merupakan anak perempuan 1 yang mengalami post Appendictomy.


(25)

− Identitas

Pasien merupakan orang yang mudah untuk beradaptasi menerima penyakitnya dan berusaha menjalani anjuran dan terapi pengobatan agar kondisinya dapat membaik.

− Ideal diri

Pasien berharap Tuhan dapat memberikan kesembuhan terhadap penyakitnya agar dapat beraktivitas seperti biasanya.

− Harga diri

Pasien merasa lebih diperhatikan oleh anggota keluarganya. C. Keadaan emosional

Saat diajak bicara pasien cukup kooperatif dan afek datar D. Hubungan sosial

− Orang yang berarti

Pasien mengatakan bahwa pasien sangat dekat dengan ibunya karena mulai dari kecil, ibunya yang merawat dan mengurusi pasien.

− Hubungan dengan keluarga

Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga baik hanya saja hubungan pasien dengan ayahnya kurang baik karena pasien tidak tahu kondisi dan keberadaan ayahnya.

− Hubungan dengan orang lain

Hubungan pasien dengan orang lain baik, buktinya ada beberapa guru yang mengajar disekolah pasien yang datang menjenguk pasien di rumah sakit, tetangga serta teman-teman sepermainan pasien datang juga untuk menjenguk pasien di rumah sakit.

− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Pasien mengatakan tidak ada hambatan untuk berhubungan dengan orang lain karena pasien merasa bahwa dirinya mudah untuk berinteraksi dengan orang lain.

E. Spiritual

− Nilai dan keyakinan


(26)

− Kegiatan ibadah

Pasien mengatakan kegiatan ibadah yang selalu dijalankan adalah sholat 5 waktu dan mengaji disekitar rumah setiap malam hari pada hari Senin hingga Kamis, Sabtu dan Minggu

VIII. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum

Pasien terliohat lemas, berkeringat mengalami peningkatan suhu tubuh dengan temperatur 380C, Tekanan darah 110/ 70 mmHg, pernapasan 24x/ i, denyut nadi 94x/ i pasien juga mengeluh nyeri pada bagian abdomen kanan bawah (bagian abdomen yang dioperasi) dengan skala nyeri 3, kesadaran compos mentis dengan tingkat kesadaran (GCS) 15. B. Tanda-tanda vital

− Suhu tubuh : 380C

− Tekanan darah : 110/70 mmHg

− Nadi : 94 x/i

− Pernafasan : 24 x/i

− Skala nyeri : 3

− TB : 145 cm

− BB : 48 kg

C. Pemeriksaan Head to toe 1) Kepala dan rambut

− Bentuk

Normal dan simetris.

− Kulit kepala

Tidak ada peradangan maupun bekas luka di daerah kepala yang merusak integritas jaringan kulit kepala, tidak ada ketombe.

2) Rambut

− Penyebaran dan keadaan rambut

Rambut pasien menyebar secara merata pada kepala, tidak rontok, berwarna hitam, pertumbuhan rambut baik, tidak ada ketombe, rambut berbentuk gelombang


(27)

− Bau

Ada bau yang khas saat pengkajian dilakukan karena pasien mengaku sudah 2 hari sebelum operasi pasien tidak mencuci rambut.

− Warna rambut

Warna rambut hitam, tidak ada ketombe. 3) Wajah

− Warna kulit wajah: kemerah-merahan

− Struktur wajah

Simetris antara pipi kanan dan kiri, simetris antara mata kanan dan kiri, ada jerawat di sekitar pipi kanan.

4) Mata

− Kelengkapan dan kesimetrisan

Organ mata terlihat dalam keadaan lengkap dan simetris.

− Palpebra

Palpebra pasien dalam keadaan normal, tidak ada oedem pada daerah palpebra pasien antara kiri dan kanan.

− Konjungtiva dan sklera

Konjungtiva pasien terlihat sedikit anemis dan sklera pasien terlihat bersih dengan warna putih dan tidak ada ikterik.

− Pupil

Pupil dalam keadaan simetris antara pupil kiri dan kanan dan isokor.

− Kornea dan iris

Kornea dan iris simetris dan dalam bentuk serta warna yang normal.

− Visus

Visus dalam keadaan normal.

− Tekanan bola mata Normal.


(28)

5) Hidung

− Tulang hidung dan posisi septum nasi

Tulang hidung dalam keadaan normal, septum nasi dalam keadaan normal, tidak ada pembengkakan pada bagian dalam hidung pasien, tidak ada nyeri tekan pada bagian sinus maksilaris, frontalis dan sinus etmoideus.

− Lubang hidung

Lubang hidung dalam keadaan simetris.

− Cuping hidung

Pasien tidak bernafas dengan cuping hidung. 6) Telinga

− Bentuk telinga

Bentuk aurikula (daun telinga) dalam keadaan normal dan simetris.

− Ukuran telinga

Ukuran telinga dalam keadaan normal dan simetris antara kiri dan kanan.

− Lubang telinga

Lubang telinga ada dan diameter lubang telinga dalam keadaan normal dan simetris antara kiri dan kanan.

− Ketajaman pendengaran

Ketajaman pendengaran pasien baik. 7) Mulut dan faring

− Keadaan bibir

Mukosa bibir terlihat kering dan terlihat sedikit pecah-pecah.

− Keadaan gusi dan gigi

Gusi dalam keadaan baik, warna gusi merah muda, ada beberapa gigi yang terlihat karangan diantaranya gigi seri bagian bawah 2 buah dan gigi geraham, gigi lengkap.

− Keadaan lidah


(29)

− Orofaring

Orofaring terlihat baik berwarna merah muda. 8) Leher

− Posisi trakea

Posisi trakea dalam keadaan baik, tidak ada massa yang teraba

− Thyroid

Tidak ada pembengkakkan pada kelenjar thyroid.

− Suara

Suara pasien terdengar normal tetapi sedikit terdengar lemah.

− Kelenjar limfa

Tidak ada pembengkakan kelenjar limfa.

− Vena jugularis

Vena jugularis teraba.

− Denyut nadi karotis

Denyut nadi karotis teraba dan frekuensinya sama dengan frekuensi denyut nadi radialis.

9) Pemeriksaan integumen − Kebersihan

Kebersihan integumen pasien cukup bersih, tidak ada ruam ataupun jejas pada daerah sekitar kulit.

− Kehangatan Akral hangat.

− Warna

Warna kulit sawo matang.

− Turgor

Turgor kulit dalam keadaan baik, tidak terlihat adanya edema pada daerah ekstermitas.

− Kelembaban: integumen masih dalam keadaan lembab.

− Kelainan pada kulit

Tidak ada kelainan (jejas dan penyakit kulit lainnya) kulit pasien.


(30)

10) Pemeriksaan payudara dan ketiak − Ukuran dan bentuk

Ukuran dan bentuk payudara dalam keadaan normal dan simetris antara kiri dan kanan.

− Warna payudara dan areola

Warna payudara sama dengan warna kulit yaitu sawo matang dan warna areola juga sawo matang.

− Kondisi payudara dan putting

Payudara dan putting dalam keadaan normal, simetris antara kiri dan kanan, cukup bersih dan tidak ada kelainan pada payudara dan ketiak pasien.

11) Pemeriksaan thoraks/ dada − Inspeksi thoraks

Thoraks pasien dalam keadaan normal, tidak terlihat kelainan pada bentuk thoraks pasien, tidak ada kelainan pada bentuk tulang belakang pasien, dan terlihat adanya retraksi dada.

− Pernafasan

Sifat pernapasan pasien terlihat kombinasi antar pernapasan dada dan pernapasan perut, ritme pernapasan takipnea dengan frekuensi 24x/i.

− Tanda kesulitan bernafas

Tidak ada tanda kesulitan saat pasien bernapas. 12) Pemeriksaan paru

− Palpasi getaran suara

Adanya vocal fremitus yang simetris antara kanan dan kiri.

− Perkusi

Terdengar sonor pada saat memperkusi paru-paru pasien.

− Auskultasi

Bunyi nafas vesikuler dan tidak ada terdengar bunyi suara nafas tambahan.


(31)

13) Pemeriksaan jantung − Inspeksi

Ictus cordis tidak tampak.

− Palpasi

Tidak ada pembengkakkan saat dipalpasi.

− Perkusi

Saat dilakukan perkusi terdengar suara pekak.

− Auskultasi

Saat dilakukan auskultasi tidak terdengar suara tambahan. 14) Pemeriksaan abdomen

− Inspeksi

Adanya luka insisi yang terlihat pada daerah inguinalis kanan pasien sepanjang 12 cm, tidak terlihat ada penonjolan pada bagian-bagian abdomen yang lain, abdomen terlihat dalam keadaan simetris.

− Auskultasi

Terdengar bunyi peristaltik tetapi agak melemah, terdengar suara arteri abdominalis pasien.

− Perkusi

Terdengar bunyi timpani.

− Palpasi

Tidak teraba massa pada abdomen pasien. 15) Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

− Genitalia

Rambut pubis menyebar secara merata, lubang uretra ada dan tidak mengalami kelainan.

− Anus dan perineum

Anus dan perineum ada dalam bentuk yang normal dan tidak ada mengalami kelainan.


(32)

16) Pemeriksaan muskoloskeletal/ ekstermitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)

Muskoloskeletal pasien pada setiap ekstermitas dalam keadaan normal, tidak ada kelaianan dan simetris antara yang kiri dan kanan, kekuatan otot pasien 100%, tidak ada edema.

17) Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) − Nervus 1 (olfaktorius)

Penciuman pasien dalam keadaan baik, pasien dapat membedakan bau-bauan yang ada disekitarnya.

− Nervus 2 (optikus)

Penglihatan pasien masih dalam keadaan baik, pasien dapat membaca dengan jarak ± 30 cm.

− Nervus 3 (okulomotorius), 4 (troklearis) dan Nervus 6 (abdusen) kerjasama 3 nervus penglihatan pasien dalam keadaan baik dimana pasien mampu untuk mengerakkan mata keatas dan kebawah, pasien dapat membuka mata dengan baik, elevasi kelopak mata baik.

− Nervus 5 (Trigeminus)

Dalam keadaan baik pasien mampu menggerakkan rahangnya.

− Nervus 8 (Vestibulokoklearis)

Dalam keadaan baik pasien masih dapat mendengar dengan baik dan tidak ada riwayat gangguan pendengaran.

− Nervus 9 (Glossofaringeus) dan Nervus 10 (vagus) Dalam keadaan baik, tidak ada gangguan menelan.

− Nervus 11 assesorius spinal

Pasien dapat mengerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tidak terlihat ada kekakuan saat pasien menggerakkan kepalanya.

− Hipoglossus (12)

Nervus hipoglosus dalam keadaan baik, peregerakkan lidah pasien dalam keadaan normal.


(33)

18) Fungsi motorik

Fungsi motorik pasien masih dalam keadaan baik, pasien dapat miring kanan dan miring kiri post appendictomy hari 1, pasien juga dapat berjalan walaupun masih membutuhkan bantuan misalnya jika pergi ke kamar mandi pada hari ke 2, kekuatan otot 100% hanya saja pasien masih lemas untuk melakukan pergerakan yang terlalu lama dan kuat.

19) Fungsi sensorik

Fungsi sensorik pasien masih baik. Pasien masih dapat merespon sentuhan yang diberikan baik itu sentuhan yang halus, tajam ataupun tumpul dan juga sentuhan berupa suhu (panas dan dingin).

20) Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patelar, tendon achiles, plantar)

Refleks bisep, trisep, brachioradialis, tendon achiles dan plantar pasien dalam keadaan baik dan normal.

IX. Pola Kebaiasaan Sehari-hari A. Pola makan dan minum

− Frekuensi makan

Ibu mengatakan pasien makan 3 kali/ hari.

− Nafsu/selera makan

Ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien saat sakit dan sebelum sakit masih tetap ada.

− Nyeri ulu hati

Pasien mengatakan tidak ada nyeri ulu hati saat makan.

− Alergi

Ibu pasien mengatakan pasien alergi terhadap makanan seafood

khususnya kepiting.

− Mual dan muntah

Pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah mual ataupun muntah, setelah sakit ada mual muntah tapi tidak terlalu parah.


(34)

− Waktu pemberian makan

Waktu pemberian makan pasien 3x/hari.

− Jumlah dan jenis makan

Pasien mengatakan jumlah makanan yang diberikan saat sakit dan sehat berbeda. Porsi makanan yang banyak didapat pasien saat sebelum sakit dan semua jenis makanan di makan, sedangkan saat sakit makanan harus dibatasi dan jenis makanan yang diberikan nasi lembek (M 2).

B. Perawatan diri (personal hygiene) − Kebersihan tubuh

Kebersihan tubuh terlihat cukup bersih, bau badan tercium.

− Kebersihan gigi dan mulut

Kebersihan gigi kurang, gigi tampak kuning-kuning dan bau mulut (+)

− Kebersihan kuku kaki dan tangan

Kebersihan kuku kai dan tangan pasien tidak bersih, kuku kaki tangan panjang-panjang dan di sela-sela kuku ada kotoran yang berwarna hitam.

C. Pola kegiatan atau aktivitas

− Pada hari 1 dan ke 2 post operasi pasien tidak diperbolehlkan untuk mandi jadi hanya dilap saja oleh nenek atau ibu pasien, proses eliminasi alwi dan fekal dapat dilakukan mandiri oleh pasien pada hari ke 2 post operasi, mengganti pakaian pasien masih dibantu oleh ibu atau nenek pasien.

− Selama di rawat di rumah sakit pasien tidak dapat menjalankan ibadah baik itu sholat ataupun kegiatan ibadah lainnya.

D. Pola eliminasi

1) Buang Air Besar (BAB) − Pola BAB

Pasien mengatakan sebelum sakit dan setelah sakit pola BAB pasien selalu dengan pola 1x/hari yaitu pagi hari.


(35)

Ibu pasien mengatakan karekter feses yang dikeluarkan agak keras, warna kotoran coklat.

− Riwayat perdarahan

Ibu pasien mengatakan tidak ada perdarahan saat pasien BAB.

− BAB terakhir

Pasien mengatakan BAB terakhir dua hari sebelum pasien sakit.

− Penggunaan laktasif

Ibu pasien mengatakan tidak menggunakan obat pencahar dalam proses buang air besar (BAB).

2) Buang Air Kecil (BAK) − Pola BAK

Ibu pasien mengatakan pola buang air kecil pasien baik sebelum sakit pola BAK 5-7 kali setelah sakit pasien jarang BAK

− Karakter urine

Ibu pasien mengatakan urine yang dikeluarkan kuning pekat, ada bau yang khas

− Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK

Pasien mengatakan tidak ada nyeri saat buang air kecil.

− Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih

Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih pada pasien.

− Penggunaan diuretik

Selama di rumah sakit ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah di beri obat untuk merangsang agar pasien dapat buang air kecil dan pasien dapat buang air kecil sendiri.

− Upaya mengatasi masalah

Ibu mngetakan upaya untuk mengatasinya pasien diberi banyak air minum sesuai yang disarankan oleh perawat yaitu 2 liter/ hari.


(36)

2.3.2. Analisa Data

No Data Masalah

Keperawatan 1. DS:

− Ibu pasien mengatakan badan pasien terasa panas.

− Pasien mengatakan badannya terasa lemas

− Ibu pasien mengatakan setelah operasi, pasien berkeringat

DO:

− Pendingin ruangan (-)

− Pasien tampak lemah (malaise)

− Wajah pasien terlihat pucat dan kemerah-merahan

− Pasien dalam keadaan berkeringat

− Pasien demam, Temp: 380C

− Akral hangat

− Mukosa bibir kering dan terlihat pecah-pecah

− Pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg,

RR: 24 x/i HR: 94 x/i

Hipertermi

2 DS:

− Pasien mengatakan nyeri pada bagian yang dioperasi

DO:

− Skala nyeri 3

− Pasien terlihat memegang lokasi

pembedahannya

− Pasien terlihat menekuk kaki kanannya saat miring kanan.

Nyeri

2.3.3. Rumusan Masalah 1. Hipertermi

2. Nyeri

2.3.4. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas ditandai dengan ibu pasien mengatakan badan pasien terasa panas, pasien mengatakan badannya terasa lemas, tidak ada pendingin ruangan, pasien terlihat berkeringat, wajah pasien terlihat kemerah-merahan, akral hangat,


(37)

mukosa bibir kering dan terlihat pecah-pecah, CRT < 3 detik, Temp: 380C, RR: 24x/i, TD: 110/ 70 mmHg, HR: 94x/i.

2. Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian abdomen yang dioperasi, skala nyeri 3, pasien terlihat meringgis kesakitan, pasien terlihat memegang lokasi pembedahan dan pasien terlihat menekuk kaki kanannya ketika melakukan miring kanan.

2.3.5. Intervensi Asuhan Keperawatan pada An. N dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi Di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Hari/

tanggal No. Dx

Intervensi Keperawatan (Perencanaan Keperawatan)

18-20 Juni 2013

Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas ditandai dengan ibu pasien mengatakan badan pasien terasa panas, pasien mengatakan badannya terasa lemas, tidak ada pendingin ruangan, pasien terlihat berkeringat, wajah pasien terlihat kemerah-merahan, akral hangat, mukosa bibir kering dan terlihat pecah-pecah, CRT < 3 detik , Temp: 380C, RR: 24x/i, TD: 110/ 70 mmHg, HR: 94x/i.

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal dan stabil dengan rentang 36,60C, HR dalam rentang normal 80-100 kali per menit, respirasi dalam rentang normal 18-20 kali per menit, kulit tidak teraba hangat, tidak berkeringat yang berlebihan.

Rencana

Keperawatan Rasional Mandiri: 1. Observasi tanda-tanda vital 2. Observasi membran mukosa, pengisian kapiler (CRT). 3. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh yang terjadi.

1. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. 2. Untuk identifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat panas

3. Agar pasien dan keluarga

mengetahui peningkatan suhu tubuh yang terjadi dan untuk mengurangi kecemasan


(38)

4. Anjurkan pasien menggunakan pasien tipis dan menyerap

keringat.

5. Anjurkan pasien untuk minum banyak kurang lebih 2-2,5 liter per hari. 6. Berikan kompres hangat pada dahi, ketiak. Kolaborasi: 7. Berikan asetaminofen 500 mg. keluarga

4. Untuk menjaga agar pasien merasa nyaman, dan pakaian tipis yang dikenakan untuk membantu penguapan tubuh. 5. Peningkatan suhu

tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak untuk mencegah terjadinya

dehidrasi.

6. Kompres hangat membantu untuk menurunkan suhu tubuh.

7. Antipiretik dapat menurunkan set point

Hari/

tanggal No.Dx

Intervensi Keperawatan (Perencanaan Keperawatan)

18-20 Juni 2013

Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian abdomen yang dioperasi, skala nyeri 3, pasien terlihat meringgis kesakitan, pasien terlihat

memegang lokasi pembedahan dan pasien

terlihat menekuk kaki kanannya ketika melakukan miring kanan.

Tujuan dan kriteria hasil:

Pasien dapat melaporkan nyeri yang dirasakannya telah hilang atau dapat terkontrol, pasien tampak rileks.

Rencana

keperawatan Rasional 1. Kaji nyeri, catat

lokasi nyeri, karakteristik,

beratnya skala nyeri (skala 0-10). Selidiki dan laporkan

perubahan nyeri dengan tepat.

1. Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses/ peritonitis,


(39)

2. Pertahankan

istirahat dengan posisi semi- Fowler.

3. Dorong

ambulansi dini

4. Berikan aktivitas hiburan.

Kolaborasi:

5. Berikan analgesik sesuai indikasi.

memerlukan

upaya evaluasi medik dan intervensi.

2. Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis,

menghilangkan ketegangan

abdomen yang bertambah

dengan posisi telentang.

3. Meningkatkan normalisasi

fungsi organ, contoh

merangsang

peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen.

4. Fokus perhatian kembali,

meningkatkan

relaksasi dan dapat

meningkatkan kemampuan koping.

5. Menghilangkan nyeri

mempermudah

kerja sama dengan intervensi terapi lain.


(40)

2.3.6. Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada An. N dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi Di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Hari/

tanggal No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi SOAP 18-06-2013 09.00-10.30 WIB 11.00-11.25 WIB 11.25-12.30 WIB 12.30 WIB 13.00 WIB Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas. Tindakan Mandiri: 1. Membina hubungan saling percaya dengan An. N dan keluarga.

2. Melakukan pengkajian

identitas hingga pemeriksaan head to toe pada An. N 3. Mengobservasi tanda-tanda vital 4. Mengobservasi mukosa dan pengisian kapiler (CRT) 5. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang

peningkatan suhu tubuh yang terjadi. 6. Menganjurkan

pasien

menggunakan

pasien tipis dan menyerap keringat. 7. Menganjurkan

pasien untuk minum banyak kuarang lebih 2-2,5 liter per hari jika asupan per oral sudah diperbolehkan untuk diberikan 8. Memberikan kompres hangat Tindakan Kolaboratif: 9. Memberikan S:

− Ibu An. N

mengatakan badan An. N terasa panas.

− An. N mengatakan badannya terasa lemas

− Ibu An. N

mengatakan setelah operasi, pasien berkeringat

O:

− Tampak lemah dan terlihat agak pucat

− An. N tampak rewel

− Wajah pasien

terlihat kemerah-merahan

− An. N dalam

keadaan berkeringat

− IVFD RL 500 ml 20 gtt/i

− An. N demam,

Temp: 380C

− Akral hangat

− Mukosa bibir

kering, sedikit pecah-pecah

− Lesi lidah pucat

− Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD: 110/70 mmHg RR: 24 x/i

HR: 94x/i

A:

− Masalah hipertermi belum teratasi, wajah An. N masih terlihat pucat dan kemerah-merahan, mukosa bibir kering dan pucat-pucat,


(41)

asetaminofen

Paracetamol 500 mg 3x1

Temp: 380C, TTV belum stabil, masih terlihat lemas.

P:

− Intervensi

keperawatan 3, 4, 7, 8, dan 9 dilanjutkan. 11.00-11.25 WIB 12.00-12.10 WIB 13.00 WIB Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah.

Tindakan Mandiri: 1. Mengkaji nyeri,

catat lokasi nyeri, karakteristik,

beratnya skala nyeri (skala 0-10).

Selidiki dan laporkan perubahan

nyeri dengan tepat. 2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi- Fowler. 3. Mendorong ambulansi dini misalnya melatih pasien untuk miring kanan-kiri untuk mempercepat flatus. Tindakan Kolaborasi: 4. Berikan analgesik/

anti nyeri (Ketorolac 3ml/ 8jam) sesuai indikasi.

S:

− Pasien mengatakan nyeri pada luka insisinya.

O:

− Skala nyeri 3 dan lokasi nyeri pada bagian abdomen (inguinalis kanan)

− Pasien terlihat

memegang bagaian abdomen yang merupakan lokasi insisi bedah.

− Pasien terlihat menekuk kaki kanannya saat melakukan ambulasi dini seperti miring kanan.

A:

− Masalah belum

teratasi P:

− Intervensi 1,2,3,dan 4 dilanjutkan

Hari/

tanggal No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi SOAP 19-06-2013 14.00 WIB 14.30 WIB 15.00 WIB Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas.

Tindakan Mandiri: 1. Mengobservasi

tanda-tanda vital tiap jam sekali

2. Mengobservasi

membran mukosa, pengisian kapiler dan turgor kulit An N.

S:

− Ibu An. N

mengatakan demam

pasien sedkit berkurang.

− An. N mengatakan badannya masih terasa lemas


(42)

15.05 WIB

3. Menganjurkan An. N minum 2-2,5 liter per hari.

4. Memberikan kompres hangat

Kolaboratif: 5. Memberikan

asetaminofen;

Parasetamol 500 mg 3x1 hari sesuai indikasi

− Ibu An. N

mengatakan bahwa An. N sudah mau minum banyak sekitar ± 1-2 botol aqua yang besar per hari

O:

− An. N tampak lemah dan sedikit pucat

− An. N masih terlihat rewel

− An. N masih terlihat dalam keadaan berkeringat

− Bising usus (+), flatus (+)

− IVFD RL 500ml 20 gtt/i

− An. N demam,

Temp: 37,80C

− Akral hangat

− Bibir masih terlihat sedikit pecah-pecah tetapi tidak kering

− CRT< 3 detik, edema (-)

− Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD: 110/80 mmHg RR: 22 x/i

HR: 94x/i Temp: 37,80C

A:

− Masalah hipertermi teratasi sebagian. Temp berkurang menjadi 37,80C, Mukosa bibir tidak kering lagi tapi masih terlihat ada yang pecah-pecah, An. N masih terlihat sedikit lemas.

P:

− Intervensi 1,2, dan 4 dan 5 dilanjutkan.


(43)

14.00 WIB 14.30 WIB 14.40 WIB Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah Tindakan mandiri: 1. Mengkaji nyeri, catat

lokasi nyeri, karakteristik, beratnya

skala nyeri (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi- Fowler.

3. Mendorong ambulansi dini misalnya melatih pasien untuk miring kanan-kiri untuk mempercepat flatus.

Tindakan Kolaborasi: 4. Berikan analgesik/ anti

nyeri (Ketorolac 3ml/ 8jam) sesuai indikasi

S:

− Pasien mengatakan

nyeri pada luka insisinya sudah berkurang.

O:

− Skala nyeri 2

− Pasien dapat

melakukan miring kanan-kiri dengan rileks

− Pasien dapat

berjalan hari ke 2

post appendictomy. A:

− Masalah nyeri

teratasi pada An. N

P: Intervensi dihentikan

Hari/ tanggal No. Dx Implementasi

Keperawatan Evaluasi SOAP 20-06-2013 08.00 WIB 08.15 WIB 09.00 WIB Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas. Tindakan Mandiri: 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 2. Mengobservasi membran mukosa, pengisian kapiler dan turgor kulit An N. 3. Memberikan kompres hangat Kolaboratif: 4. Memberikan asetaminofen; Parasetamol 500 mg 3x1 hari sesuai indikasi

S:

− Ibu pasien mengatakan pasien tidak demam lagi.

− Pasien mengatakan badannya tidak lemas lagi.

− Ibu pasien mengatakan keringat yang keluar tidak banyak seperti dua hari lalu

O:

− Pasien tampak lebih segar

− Wajah pasien tidak kemerahan lag.

− Pasien masih terlihat

dalam keadaan berkeringat

− Pasien demam, Temp: 36,50C

− Mukosa tidak terlalu kering.


(44)

− IVFD RL 500ml 20gtt/i

− CRT < 3 detik, edema (-)

− Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD: 110/80 mmHg RR: 20x/i

HR: 84x/i Temp: 36,6 0C

A:

− Masalah peningkatan suhu teratasi

P:

− Intervensi

diberhentikan. Pasien pulang hari ke 3


(45)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Kebutuhan dasar manusia merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Sehubungan dengan kasus yang saya ambil pada karya tulis ilmiah adalah An.N dengan usia 13 tahun, berjenis kelamin perempuan, beragama islam, dirawat diruang IX bedah anak RSUD Dr. Pirngadi kota Medan pada tanggal 18 Juni 2013 pukul 04.00 dan dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Juni 2013 pukul 09.00 WIB. Pasien didiagnosa appendiksitis dan harus dilakukan tindakan appendictomy. Keluhan utama pasien adalah pasien merasa demam dengan temperatur yang meningkat diatas normal yaitu 380C dan nyeri di daerah abdomen bagian bawah (inguinalis kanan) tepatnya pasien mengeluh nyeri pada daerah yang mengalami insisi bedah. Untuk meminimalisasikan masalah pada diagnosa prioritas dan diagnosa keperawatan kedua peneliti mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan oleh peneliti dengan target 3x24 jam. Diagnosa prioritas yang diangkat peneliti teratasi sesuai dengan target, sedangkan diagnosa keperawatan ke dua yang penulis tegakkan dengan gangguan rasa nyaman teratasi dalam waktu 2x24 jam dan pasien pulang karena kondisinya telah pulih.

3.2. Saran

1. Bagi rumah sakit

Diharapkan memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit termasuk pelayanan asuhan keperawatan hipertermi mulai dari penentuan diagnosa yang tepat hingga pemberian asuhan keperawatan hipertermi kepada pasien sehingga dapat mencapai kriteria hasil yang diharapkan.

2. Bagi penulis

Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan prioritas kebutuhan dasar yaitu hipertermi secara optimal pada pasien kelolaan.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2007. Penanganan Demam Pada Anak,

Diakses 24 Juni 2013

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Doenges, Moorhouse dan Geisster A. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi

4. Jakarta: EGC

Iqbal Wahid Mubarak. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dsar Manusia Teori dan Aplikkasi dalam Praktki. Jakarta: EGC

Nelwan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC

Potter and Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC

Suratun dan Lusiana. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: TIM


(47)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan

18-06-2013

09.00-10.30 WIB

11.00-11.25 WIB 11.25-12.30 WIB

12.30 WIB

13.00 WIB

Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas.

Tindakan Mandiri:

10.Membina hubungan saling percaya dengan An. N dan keluarga.

11.Melakukan pengkajian identitas hingga pemeriksaan head to toe pada An. N

12.Mengobservasi tanda-tanda vital 13.Mengobservasi mukosa dan pengisian

kapiler (CRT)

14.Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh yang terjadi.

15.Menganjurkan pasien menggunakan pasien tipis dan menyerap keringat. 16.Menganjurkan pasien untuk minum

banyak kuarang lebih 2-2,5 liter per hari jika asupan per oral sudah diperbolehkan untuk diberikan

17.Memberikan kompres hangat Tindakan Kolaboratif:

18.Memberikan asetaminofen Paracetamol 500 mg 3x1 11.00-11.25 WIB

12.00-12.10 WIB

13.00 WIB

Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah.

Tindakan Mandiri:

5. Mengkaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik, beratnya skala nyeri (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

6. Pertahankan istirahat dengan posisi semi- Fowler.

7. Mendorong ambulansi dini misalnya melatih pasien untuk miring kanan-kiri untuk mempercepat flatus.

Tindakan Kolaborasi:

8. Berikan analgesik/ anti nyeri (Ketorolac 3ml/ 8jam) sesuai indikasi.


(48)

Hari/

tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan

19-06-2013 14.00 WIB 14.30 WIB 15.00 WIB 15.05 WIB Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas. Tindakan Mandiri:

6. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap jam sekali

7. Mengobservasi membran mukosa, pengisian kapiler dan turgor kulit An N.

8. Menganjurkan An. N minum 2-2,5 liter per hari.

9. Memberikan kompres hangat Kolaboratif:

10.Memberikan asetaminofen; Parasetamol 500 mg 3x1 hari sesuai indikasi

14.00 WIB 14.30 WIB 14.40 WIB Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah Tindakan mandiri:

5. Mengkaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik, beratnya skala nyeri (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

6. Pertahankan istirahat dengan posisi semi- Fowler.

7. Mendorong ambulansi dini misalnya melatih pasien untuk miring kanan-kiri untuk mempercepat flatus.

Tindakan Kolaborasi:

8. Berikan analgesik/ anti nyeri (Ketorolac 3ml/ 8jam) sesuai indikasi

Hari/

tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan

20-06-2013 08.00 WIB 08.15 WIB 09.00 WIB Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas. Tindakan Mandiri:

5. Mengobservasi tanda-tanda vital

6. Mengobservasi membran mukosa, pengisian kapiler dan turgor kulit An N.

7. Memberikan kompres hangat Kolaboratif:

8. Memberikan asetaminofen; Parasetamol 500 mg 3x1 hari sesuai indikasi.


(1)

14.00 WIB 14.30 WIB 14.40 WIB Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah Tindakan mandiri: 1. Mengkaji nyeri, catat

lokasi nyeri, karakteristik, beratnya

skala nyeri (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi- Fowler.

3. Mendorong ambulansi dini misalnya melatih pasien untuk miring kanan-kiri untuk mempercepat flatus.

Tindakan Kolaborasi: 4. Berikan analgesik/ anti

nyeri (Ketorolac 3ml/ 8jam) sesuai indikasi

S:

− Pasien mengatakan nyeri pada luka insisinya sudah berkurang.

O:

− Skala nyeri 2

− Pasien dapat

melakukan miring kanan-kiri dengan rileks

− Pasien dapat

berjalan hari ke 2 post appendictomy. A:

− Masalah nyeri

teratasi pada An. N P: Intervensi dihentikan

Hari/ tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi SOAP 20-06-2013 08.00 WIB 08.15 WIB 09.00 WIB Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas. Tindakan Mandiri: 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 2. Mengobservasi membran mukosa, pengisian kapiler dan turgor kulit An N. 3. Memberikan kompres hangat Kolaboratif: 4. Memberikan asetaminofen; Parasetamol 500 mg 3x1 hari sesuai indikasi

S:

− Ibu pasien mengatakan pasien tidak demam lagi.

− Pasien mengatakan badannya tidak lemas lagi.

− Ibu pasien mengatakan keringat yang keluar tidak banyak seperti dua hari lalu

O:

− Pasien tampak lebih segar

− Wajah pasien tidak kemerahan lag.

− Pasien masih terlihat

dalam keadaan berkeringat

− Pasien demam, Temp: 36,50C

− Mukosa tidak terlalu kering.


(2)

− IVFD RL 500ml 20gtt/i − CRT < 3 detik, edema

(-)

− Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD: 110/80 mmHg RR: 20x/i

HR: 84x/i Temp: 36,6 0C A:

− Masalah peningkatan suhu teratasi

P:

− Intervensi

diberhentikan. Pasien pulang hari ke 3


(3)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan

Kebutuhan dasar manusia merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Sehubungan dengan kasus yang saya ambil pada karya tulis ilmiah adalah An.N dengan usia 13 tahun, berjenis kelamin perempuan, beragama islam, dirawat diruang IX bedah anak RSUD Dr. Pirngadi kota Medan pada tanggal 18 Juni 2013 pukul 04.00 dan dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Juni 2013 pukul 09.00 WIB. Pasien didiagnosa appendiksitis dan harus dilakukan tindakan appendictomy. Keluhan utama pasien adalah pasien merasa demam dengan temperatur yang meningkat diatas normal yaitu 380C dan nyeri di daerah abdomen bagian bawah (inguinalis kanan) tepatnya pasien mengeluh nyeri pada daerah yang mengalami insisi bedah. Untuk meminimalisasikan masalah pada diagnosa prioritas dan diagnosa keperawatan kedua peneliti mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan oleh peneliti dengan target 3x24 jam. Diagnosa prioritas yang diangkat peneliti teratasi sesuai dengan target, sedangkan diagnosa keperawatan ke dua yang penulis tegakkan dengan gangguan rasa nyaman teratasi dalam waktu 2x24 jam dan pasien pulang karena kondisinya telah pulih.

3.2. Saran

1. Bagi rumah sakit

Diharapkan memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit termasuk pelayanan asuhan keperawatan hipertermi mulai dari penentuan diagnosa yang tepat hingga pemberian asuhan keperawatan hipertermi kepada pasien sehingga dapat mencapai kriteria hasil yang diharapkan.

2. Bagi penulis

Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan prioritas kebutuhan dasar yaitu hipertermi secara optimal pada pasien kelolaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2007. Penanganan Demam Pada Anak,

Diakses 24 Juni 2013

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Doenges, Moorhouse dan Geisster A. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi

4. Jakarta: EGC

Iqbal Wahid Mubarak. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dsar Manusia Teori dan

Aplikkasi dalam Praktki. Jakarta: EGC

Nelwan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan

Praktek. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC

Potter and Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan

Praktek. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC

Suratun dan Lusiana. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


(5)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan 18-06-2013

09.00-10.30 WIB

11.00-11.25 WIB 11.25-12.30 WIB

12.30 WIB 13.00 WIB

Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas.

Tindakan Mandiri:

10.Membina hubungan saling percaya dengan An. N dan keluarga.

11.Melakukan pengkajian identitas hingga pemeriksaan head to toe pada An. N

12.Mengobservasi tanda-tanda vital 13.Mengobservasi mukosa dan pengisian

kapiler (CRT)

14.Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh yang terjadi.

15.Menganjurkan pasien menggunakan pasien tipis dan menyerap keringat. 16.Menganjurkan pasien untuk minum

banyak kuarang lebih 2-2,5 liter per hari jika asupan per oral sudah diperbolehkan untuk diberikan

17.Memberikan kompres hangat Tindakan Kolaboratif:

18.Memberikan asetaminofen Paracetamol 500 mg 3x1 11.00-11.25 WIB

12.00-12.10 WIB

13.00 WIB

Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah.

Tindakan Mandiri:

5. Mengkaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik, beratnya skala nyeri (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

6. Pertahankan istirahat dengan posisi semi- Fowler.

7. Mendorong ambulansi dini misalnya melatih pasien untuk miring kanan-kiri untuk mempercepat flatus.

Tindakan Kolaborasi:

8. Berikan analgesik/ anti nyeri (Ketorolac 3ml/ 8jam) sesuai indikasi.


(6)

Hari/

tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan 19-06-2013

14.00 WIB 14.30 WIB 15.00 WIB 15.05 WIB

Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas.

Tindakan Mandiri:

6. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap jam sekali

7. Mengobservasi membran mukosa, pengisian kapiler dan turgor kulit An N.

8. Menganjurkan An. N minum 2-2,5 liter per hari.

9. Memberikan kompres hangat Kolaboratif:

10.Memberikan asetaminofen; Parasetamol 500 mg 3x1 hari sesuai indikasi

14.00 WIB 14.30 WIB

14.40 WIB

Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah

Tindakan mandiri:

5. Mengkaji nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik, beratnya skala nyeri (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

6. Pertahankan istirahat dengan posisi semi- Fowler.

7. Mendorong ambulansi dini misalnya melatih pasien untuk miring kanan-kiri untuk mempercepat flatus.

Tindakan Kolaborasi:

8. Berikan analgesik/ anti nyeri (Ketorolac 3ml/ 8jam) sesuai indikasi

Hari/

tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan

20-06-2013 08.00 WIB 08.15 WIB 09.00 WIB

Hipertermi berhubungan

dengan paparan lingkungan yang panas.

Tindakan Mandiri:

5. Mengobservasi tanda-tanda vital

6. Mengobservasi membran mukosa, pengisian kapiler dan turgor kulit An N.

7. Memberikan kompres hangat Kolaboratif:

8. Memberikan asetaminofen; Parasetamol 500 mg 3x1 hari sesuai indikasi.