18 Fungsi motorik
Fungsi motorik pasien masih dalam keadaan baik, pasien dapat miring kanan dan miring kiri post appendictomy hari 1, pasien
juga dapat berjalan walaupun masih membutuhkan bantuan misalnya jika pergi ke kamar mandi pada hari ke 2, kekuatan otot
100 hanya saja pasien masih lemas untuk melakukan pergerakan yang terlalu lama dan kuat.
19 Fungsi sensorik
Fungsi sensorik pasien masih baik. Pasien masih dapat merespon sentuhan yang diberikan baik itu sentuhan yang halus, tajam
ataupun tumpul dan juga sentuhan berupa suhu panas dan dingin.
20 Refleks bisep, trisep, brachioradialis, patelar, tendon achiles, plantar
Refleks bisep, trisep, brachioradialis, tendon achiles dan plantar pasien dalam keadaan baik dan normal.
IX. Pola Kebaiasaan Sehari-hari
A. Pola makan dan minum − Frekuensi makan
Ibu mengatakan pasien makan 3 kali hari. − Nafsuselera makan
Ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien saat sakit dan sebelum sakit masih tetap ada.
− Nyeri ulu hati
Pasien mengatakan tidak ada nyeri ulu hati saat makan.
− Alergi
Ibu pasien mengatakan pasien alergi terhadap makanan seafood khususnya kepiting.
− Mual dan muntah
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah mual ataupun muntah, setelah sakit ada mual muntah tapi tidak terlalu parah.
Universitas Sumatera Utara
− Waktu pemberian makan
Waktu pemberian makan pasien 3xhari. − Jumlah dan jenis makan
Pasien mengatakan jumlah makanan yang diberikan saat sakit dan sehat berbeda. Porsi makanan yang banyak didapat pasien saat
sebelum sakit dan semua jenis makanan di makan, sedangkan saat sakit makanan harus dibatasi dan jenis makanan yang diberikan
nasi lembek M 2.
B. Perawatan diri personal hygiene
− Kebersihan tubuh Kebersihan tubuh terlihat cukup bersih, bau badan tercium.
− Kebersihan gigi dan mulut Kebersihan gigi kurang, gigi tampak kuning-kuning dan bau mulut
+ − Kebersihan kuku kaki dan tangan
Kebersihan kuku kai dan tangan pasien tidak bersih, kuku kaki tangan panjang-panjang dan di sela-sela kuku ada kotoran yang
berwarna hitam.
C. Pola kegiatan atau aktivitas
− Pada hari 1 dan ke 2 post operasi pasien tidak diperbolehlkan untuk mandi jadi hanya dilap saja oleh nenek atau ibu pasien, proses
eliminasi alwi dan fekal dapat dilakukan mandiri oleh pasien pada hari ke 2 post operasi, mengganti pakaian pasien masih dibantu
oleh ibu atau nenek pasien. − Selama di rawat di rumah sakit pasien tidak dapat menjalankan
ibadah baik itu sholat ataupun kegiatan ibadah lainnya.
D. Pola eliminasi 1 Buang Air Besar BAB
− Pola BAB
Pasien mengatakan sebelum sakit dan setelah sakit pola BAB pasien selalu dengan pola 1xhari yaitu pagi hari.
− Karakter feses
Universitas Sumatera Utara
Ibu pasien mengatakan karekter feses yang dikeluarkan agak keras, warna kotoran coklat.
− Riwayat perdarahan Ibu pasien mengatakan tidak ada perdarahan saat pasien BAB.
− BAB terakhir Pasien mengatakan BAB terakhir dua hari sebelum pasien
sakit. − Penggunaan laktasif
Ibu pasien mengatakan tidak menggunakan obat pencahar dalam proses buang air besar BAB.
2 Buang Air Kecil BAK − Pola BAK
Ibu pasien mengatakan pola buang air kecil pasien baik sebelum sakit pola BAK 5-7 kali setelah sakit pasien jarang
BAK
− Karakter urine
Ibu pasien mengatakan urine yang dikeluarkan kuning pekat, ada bau yang khas
− Nyeri rasa terbakar kesulitan BAK Pasien mengatakan tidak ada nyeri saat buang air kecil.
− Riwayat penyakit ginjal kandung kemih Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal atau
kandung kemih pada pasien. − Penggunaan diuretik
Selama di rumah sakit ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah di beri obat untuk merangsang agar pasien dapat
buang air kecil dan pasien dapat buang air kecil sendiri. − Upaya mengatasi masalah
Ibu mngetakan upaya untuk mengatasinya pasien diberi banyak air minum sesuai yang disarankan oleh perawat yaitu 2
liter hari.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Analisa Data No
Data Masalah
Keperawatan
1. DS:
− Ibu pasien mengatakan badan pasien terasa panas.
− Pasien mengatakan badannya terasa lemas − Ibu pasien mengatakan setelah operasi, pasien
berkeringat
DO: − Pendingin ruangan -
− Pasien tampak lemah malaise − Wajah pasien terlihat pucat dan kemerah-
merahan − Pasien dalam keadaan berkeringat
− Pasien demam, Temp: 38 C
− Akral hangat − Mukosa bibir kering dan terlihat pecah-pecah
− Pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 11070 mmHg,
RR: 24 xi HR: 94 xi
Hipertermi
2 DS:
− Pasien mengatakan nyeri pada bagian yang
dioperasi DO:
− Skala nyeri 3
− Pasien terlihat memegang lokasi
pembedahannya
− Pasien terlihat menekuk kaki kanannya saat
miring kanan. Nyeri
2.3.3. Rumusan Masalah
1. Hipertermi
2. Nyeri
2.3.4. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas ditandai
dengan ibu pasien mengatakan badan pasien terasa panas, pasien mengatakan badannya terasa lemas, tidak ada pendingin ruangan, pasien
terlihat berkeringat, wajah pasien terlihat kemerah-merahan, akral hangat,
Universitas Sumatera Utara
mukosa bibir kering dan terlihat pecah-pecah, CRT 3 detik, Temp: 38 C,
RR: 24xi, TD: 110 70 mmHg, HR: 94xi. 2.
Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian abdomen yang dioperasi, skala nyeri 3,
pasien terlihat meringgis kesakitan, pasien terlihat memegang lokasi pembedahan dan pasien terlihat menekuk kaki kanannya ketika melakukan
miring kanan.
2.3.5. Intervensi Asuhan Keperawatan pada An. N dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi Di Ruang IX Bedah Anak RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan
Hari tanggal
No. Dx Intervensi Keperawatan Perencanaan
Keperawatan
18-20 Juni
2013
Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas
ditandai dengan ibu pasien mengatakan badan pasien terasa
panas, pasien mengatakan badannya terasa lemas, tidak ada
pendingin ruangan, pasien terlihat
berkeringat, wajah pasien terlihat
kemerah- merahan, akral hangat, mukosa
bibir kering dan terlihat pecah- pecah, CRT 3 detik , Temp:
38 C, RR: 24xi, TD: 110 70
mmHg, HR: 94xi.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan suhu tubuh
dalam rentang normal dan stabil dengan rentang 36,6
C, HR dalam rentang normal 80-100 kali per menit, respirasi
dalam rentang normal 18-20 kali per menit, kulit tidak teraba hangat, tidak
berkeringat yang berlebihan.
Rencana Keperawatan
Rasional Mandiri:
1. Observasi
tanda-tanda vital
2. Observasi
membran mukosa,
pengisian kapiler CRT.
3. Berikan
penjelasan pada pasien dan
keluarga tentang peningkatan
suhu tubuh yang terjadi.
1. Tanda-tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
2. Untuk
identifikasi tanda-tanda
dehidrasi akibat panas
3. Agar pasien dan
keluarga mengetahui
peningkatan suhu tubuh yang
terjadi dan untuk mengurangi
kecemasan
Universitas Sumatera Utara
4. Anjurkan pasien
menggunakan pasien tipis dan
menyerap keringat.
5. Anjurkan pasien
untuk minum banyak kurang
lebih 2-2,5 liter per hari.
6. Berikan
kompres hangat pada dahi,
ketiak.
Kolaborasi:
7. Berikan
asetaminofen 500 mg.
keluarga 4.
Untuk menjaga agar pasien
merasa nyaman, dan pakaian tipis
yang dikenakan untuk membantu
penguapan tubuh.
5. Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang
banyak untuk mencegah
terjadinya dehidrasi.
6. Kompres hangat
membantu untuk menurunkan suhu
tubuh.
7. Antipiretik dapat
menurunkan set point
Hari tanggal
No.Dx Intervensi Keperawatan Perencanaan
Keperawatan
18-20 Juni
2013 Nyeri berhubungan dengan
adanya insisi bedah ditandai dengan pasien mengatakan
nyeri pada bagian abdomen yang dioperasi, skala nyeri 3,
pasien terlihat meringgis kesakitan, pasien terlihat
memegang lokasi pembedahan dan pasien
terlihat menekuk kaki kanannya ketika melakukan
miring kanan. Tujuan dan kriteria hasil:
Pasien dapat melaporkan nyeri yang dirasakannya telah hilang atau dapat
terkontrol, pasien tampak rileks.
Rencana keperawatan
Rasional
1. Kaji nyeri, catat
lokasi nyeri, karakteristik,
beratnya skala nyeri skala 0-
10. Selidiki dan laporkan
perubahan nyeri dengan tepat.
1. Berguna dalam
pengawasan keefektifan obat,
kemajuan penyembuhan.
Perubahan pada karakteristik
nyeri menunjukkan
terjadinya abses peritonitis,
Universitas Sumatera Utara
2. Pertahankan
istirahat dengan posisi semi-
Fowler.
3. Dorong
ambulansi dini
4. Berikan aktivitas
hiburan.
Kolaborasi: 5.
Berikan analgesik sesuai indikasi.
memerlukan upaya evaluasi
medik dan intervensi.
2. Gravitasi
melokalisasi eksudat inflamasi
dalam abdomen bawah atau
pelvis, menghilangkan
ketegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi
telentang.
3. Meningkatkan
normalisasi fungsi organ,
contoh merangsang
peristaltik dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidaknyamanan
abdomen.
4. Fokus perhatian
kembali, meningkatkan
relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan
koping.
5. Menghilangkan
nyeri mempermudah
kerja sama dengan intervensi
terapi lain.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada An. N dengan Gangguan Termoregulasi: Hipertermi Di Ruang IX Bedah Anak
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Hari tanggal
No. Dx Implementasi
Keperawatan Evaluasi
SOAP 18-06-2013
09.00-10.30 WIB
11.00-11.25 WIB
11.25-12.30 WIB
12.30 WIB
13.00 WIB Hipertermi
berhubungan dengan paparan
lingkungan yang panas.
Tindakan Mandiri:
1. Membina
hubungan saling percaya dengan
An. N dan keluarga.
2. Melakukan
pengkajian identitas hingga
pemeriksaan head to toe pada An. N
3. Mengobservasi
tanda-tanda vital 4.
Mengobservasi mukosa dan
pengisian kapiler CRT
5. Memberikan
penjelasan pada pasien dan keluarga
tentang peningkatan suhu
tubuh yang terjadi.
6. Menganjurkan
pasien menggunakan
pasien tipis dan menyerap keringat.
7. Menganjurkan
pasien untuk minum banyak
kuarang lebih 2-2,5 liter per hari jika
asupan per oral sudah
diperbolehkan untuk diberikan
8. Memberikan
kompres hangat
Tindakan Kolaboratif:
9. Memberikan
S: − Ibu An. N
mengatakan badan An. N terasa panas.
− An. N mengatakan badannya terasa
lemas − Ibu An. N
mengatakan setelah operasi, pasien
berkeringat
O: − Tampak lemah dan
terlihat agak pucat − An. N tampak rewel
− Wajah pasien terlihat kemerah-
merahan − An. N dalam
keadaan berkeringat − IVFD RL 500 ml 20
gtti − An. N demam,
Temp: 38 C
− Akral hangat − Mukosa bibir
kering, sedikit pecah-pecah
− Lesi lidah pucat − Pemeriksaan tanda-
tanda vital TD: 11070 mmHg
RR: 24 xi HR: 94xi
A:
− Masalah hipertermi belum teratasi,
wajah An. N masih terlihat pucat dan
kemerah-merahan, mukosa bibir kering
dan pucat-pucat,
Universitas Sumatera Utara
asetaminofen Paracetamol 500
mg 3x1 Temp: 38
C, TTV belum stabil, masih
terlihat lemas.
P:
− Intervensi keperawatan 3, 4, 7,
8, dan 9 dilanjutkan.
11.00-11.25 WIB
12.00-12.10 WIB
13.00 WIB Nyeri berhubungan
dengan adanya luka insisi bedah.
Tindakan Mandiri:
1. Mengkaji nyeri,
catat lokasi nyeri, karakteristik,
beratnya skala nyeri skala 0-10.
Selidiki dan laporkan perubahan
nyeri dengan tepat.
2. Pertahankan
istirahat dengan posisi semi-
Fowler.
3. Mendorong
ambulansi dini misalnya melatih
pasien untuk miring kanan-kiri
untuk mempercepat flatus.
Tindakan Kolaborasi:
4. Berikan analgesik
anti nyeri Ketorolac 3ml
8jam sesuai indikasi.
S:
− Pasien mengatakan nyeri pada luka
insisinya.
O: − Skala nyeri 3 dan
lokasi nyeri pada bagian abdomen
inguinalis kanan − Pasien terlihat
memegang bagaian abdomen yang
merupakan lokasi insisi bedah.
− Pasien terlihat menekuk kaki
kanannya saat melakukan ambulasi
dini seperti miring kanan.
A: − Masalah belum
teratasi P:
− Intervensi 1,2,3,dan 4 dilanjutkan
Hari tanggal
No. Dx Implementasi
Keperawatan Evaluasi
SOAP 19-06-2013
14.00 WIB 14.30 WIB
15.00 WIB Hipertermi
berhubungan dengan paparan
lingkungan yang panas.
Tindakan Mandiri: 1.
Mengobservasi tanda- tanda vital tiap jam
sekali 2.
Mengobservasi membran mukosa,
pengisian kapiler dan turgor kulit An N.
S: − Ibu An. N
mengatakan demam pasien sedkit
berkurang. − An. N mengatakan
badannya masih terasa lemas
Universitas Sumatera Utara