tetapi dapat digunakan secara intermitten. Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu seperti oral, rektal, aksila, dan kulit yang mengandalkan
sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran yang mana panas dari darah dialirkan ke termometer. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan selama setiap
fase demam. Selain itu kaji juga faktor-faktor yang memberat peningkatan suhu tubuh seperti dehidrasi, infeksi ataupun suhu lingkungan serta identifikasi respon
fisiologis terhadap suhu seperti ukur semua tanda vital, observasi warna kulit, kaji suhu kulit dan observasi adanya mengiggil atau diaforesis.
Menurut Pontious et al yang dikutip oleh Potter dan Perry 2005, untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, tempat yang hendak diukur harus diukur
secara akurat. Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 36
C dan 38 C. Walaupun temuan riset dari banyak penelitian
didapati bertentangan; secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5 C
lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila 0,5 C lebih rendah dari suhu oral .
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Perawat mengkaji temuan pengkajian dan pengelompokkan karakteristik yang ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya, pada
peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia menandakan diagnosisi hipertermia. Diagnosa keperawatan
mengidentifikasi faktor risiko pasien terhadap perubahan suhu tubuh atau perubahan suhu aktual. Jika pasien memiliki faktor yang meningkatkan perubahan
suhu. Pada hipertermia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang berat
akan menghasilkan intervensi yang sangat berbeda daripada faktor yang berhubungan dengan ketidakmampuan atau berkeringat. Beratnya perubahan suhu
dan efeknya, disertai dengan status kesehatan pasien secara umum, akan mempengaruhi prioritas perawat dalam merawat pasien Potter Perry, 2005.
Diagnosa Keperawatan Nanda Termoregulasi Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan:
− Pakaian tidak sesuai − Cedera sistem saraf pusat
− Paparan terhadap lingkungan panas dingin
Universitas Sumatera Utara
− Kerusakan sistem termoregulasi Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan:
− Imaturitas − Perubahan fisiologis penuaan
− Cedera sistem saraf pusat − Suhu lingkungan
Hipertermia yang berhubungan dengan : − Peningkatan laju metabolik
− Pakaian tidak sesuai − Paparan terhadap lingkungan yang panas
− Tidak dapat berkeringat − Medikasi
− Aktivitas banyak dan berat − Proses infeksi disebabkan oleh bakteri virus.
2.2.3. Perencanaan Intervensi Keperawatan
Pasien yang berisiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia dan
mengurangi faktor risiko. Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan kemajuan ke arah kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Misalnya, hasil dari
masukan yang sama dengan haluaran penting untuk menetapkan cairan yang diberikan perawat untuk menagani risiko pasien terhadap ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Pendidikan penting sehingga pasien dapat berpartisipasi dalam
mempertahankan normotermia. Hal ini terutama sekali penting pada kasus orang tua yang perlu mengetahui bagaimana bertindak bila pada bayi atau anak mereka
terjadi perubahan suhu di rumah. Rencana perawatan bagi pasien dengan perubahan suhu yang aktual berfokus pada pemulihan normotermia,
meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan Potter Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi Aktivitas Pengkajian
Batasan Karakteristik Diagnosa Keperawatan
− Ukur tanda vital termasuk suhu tubuh,
nadi, pernapasan. − Palpasi kulit
− Observasi penampilan dan perilaku pasien
saat berbicara atau istirahat
− Peningkatan suhu tubuh di atas batas
normal − Takikardia
− Takipnea − Kulit hangat
− Gelisah − Tampak kemerahan
Hipertemia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolik
− Kaji perubahan suhu, nadi, pengisian
kapilaerdan tekanan darah
− Observasi kekeringan membran mukosa
mulut, hidung, mata, dan kulit, cubit kulit
untuk melihat kerutan yang lambat, elastik
− Pantau dengan cermat masukan dan tingkat
haluaran terhadap masukan yang lebih
sedikit dari haluaran − Peningkatan suhu
tubuh
− Takikardia − Hipotensi
− Kulit dan membran
mukosa kering − Haus
− Penurunan turgor kulit
− Masukan cairan
berkurang − Urine pekat
Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan hipertermia
Tabel 2.2. Rencana Asuhan Keperawatan untuk Hipertermia berhubungan dengan paparan terhadap lingkungan yang panas
Tujuan Hasil yang
diharapkan Intervensi
Rasional
Pasien akan kembali ke
batasan suhu tubuh yang
normal. − Suhu tubuh
turun paling sedikit 1
C setelah terapi.
− Suhu tubuh tetap sama
antara 36 C
sampai 37 sampai paling
sedikit 24 jam − Pertahankan
suhu ruangan 21
C kecuali jika pasien
mengigil.
− Berikan asetaminofen
sesuai program medik apabila
suhu lebih tinggi dari
39
C
− Suhu ruangan sekitar dapat
meningkatkan suhu tubuh.
namun, menggigil harus
dihindari karena meningkatkan
suhu tubuh Guyton, 1991
− Antipiretik menurunkan set
point.
Universitas Sumatera Utara
Keseimbangan cairan elektrolit
akan dipertahankan
− Masukan akan seimbang
dengan haluaran
− Tidak ada bukti adanya
hipotensi postural
selama ambulasi
− Anjurkan cairan PO
sebagai pilihan pasien tiap 4
jam Cairan keluar
melalui kehilangan air tidak kasat
mata yang membutuhkan
penggantian.
2.2.4. Pelaksanaan Implementasi Keperawatan