2.5 Pencegahan dan Pengobatan Filariasis
2.5.1 Pencegahan Filariasis
Indonesia menetapkan eliminasi filariasis sebagai salah satu priorirtas nasional pemberantasan penyakit menular dengan menerapkan
dua strategi utama yaitu memutuskan rantai penularan dengan pengobatan massal di daerah endemis dan upaya pencegahan dan membatasi kecacatan
melalui penatalaksanaan kasus filariasis. Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan memutuskan mata rantai antara sumber penular dengan
media transmisi. Contonya dapat dilakukan dengan membersihkan tempat- tempat perindukan nyamuk, menutup barang-barang bekas, menguras
tempat-tempat penampungan air, penyemprotan massal agar dapat mencegah penyebarluasan penyakit, menggunakan pelindung diri disaat
bekerja di kebun misalnya menggunakan baju lengan panjang, menggunakan obat anti nyamuk, menggunakan kelambu disaat tidur, tidak
keluar disaat malam hari dan lain-lain. Depkes RI, 2006
2.5.2 Pengobatan Filariasis
Pengobatan filariasis dilakukan dengan cara pengobatan massal menggunakan kombinasi Diethylcarbamazine Citrate DEC 6 mgkgBB,
Albendazol 400 mg dan Paracetamol 500 mg. pengobatan massal bertujuan untuk mematikan semua mikrofilaria yang ada didalam darah setiap
penduduk dalam waktu bersamaan, sehingga memutuskan rantai penularannya. Sasaran pengobatan massal dilaksanakan serentak terhadap
Universitas Sumatera Utara
semua penduduk yang tinggal di daerah endemis filariasis, tetapi pengobatan untuk sementara di tunda bagi anak berusia kurang dari 2 tahun,
ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kasus kronis filariasis sedang dalam serangan akut, anak berusia kurang dari 5 tahun dengan
marasmus dan
kwashiorkor. Pemberian
obat menggunakan
Diethylcarbamazine Citrate DEC, Albendazol dan Paracetamol diberikan sekali setahun selama 5 tahun. Sebaiknya obat diberikan sesudah makan dan
didepan petugas kesehatan. Depkes RI, 2006
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Konsep