Distribusi Proporsi Penderita Filariasis Berdasarkan Lingkungan Sosial

Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita filariasis yang tercatat dalam rekam medis Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung berdasarkan kawat kasa pada ventilasi, paling banyak ditemukan ada kawat kasa jika rusak pada ventilasi yaitu 45 rumah 45, kemudian tidak ada kawat kasa pada ventilasi yaitu 18 rumah 18. Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Filariasis Berdasarkan Pencahayaan Pada Rumah Penderita Filariasis di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung No Pencahayaan f 1. Ada 42 42

2. Tidak ada

58 58 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita filariasis yang tercatat dalam rekam medis Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung berdasarkan pencahayaan, paling banyak ditemukan tidak ada masuk cahaya yaitu 58 rumah 58, kemudian ada masuk cahaya yaitu 42 rumah 42.

4.4 Distribusi Proporsi Penderita Filariasis Berdasarkan Lingkungan Sosial

Penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang penderita filariasis yang tercatat dalam rekam medis Puskesmas Gambok Tahun 2009-2014 diperoleh Universitas Sumatera Utara distribusi proporsi filariasis berdasarkan lingkungan sosial. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Filariasis Berdasarkan Kebiasaan Keluar Rumah Malam Hari Pada Penderita Filariasis di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung No Kebiasaan Keluar Rumah Malam Hari f 1.

2. 3.

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah 47 26 27 47 26 27 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa proporsi penderita filariasis yang tercatat dalam rekam medis Puskesmas Gambok berdasarkan kebiasaan keluar rumah pada malam hari, paling banyak ditemukan selalu keluar rumah pada malam hari yaitu 47 orang 47, tidak pernah keluar rumah pada malam hari yaitu 27 orang 27, kadang-kadang keluar rumah pada malam hari yaitu 26 orang 26. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Filariasis Berdasarkan Pemakaian Kelambu Pada Penderita Filariasis di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung No Pemakaian Kelambu f 1.

2. 3.

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah 26 29 45 26 29 45 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa proporsi penderita filariasis yang tercatat dalam rekam medis Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung berdasarkan pemakaian kelambu, paling banyak ditemukan tidak pernah memakai kelambu yaitu 45 orang 45, kadang-kadang memakai kelambu yaitu 29 orang 29, selalu memakai kelambu yaitu 26 orang 26. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penderita Filariasis Berdasarkan Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk Bakar Pada Penderita Filariasis di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung No Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk Bakar f

1. 2.

3. Selalu

Kadang-kadang Tidak pernah 25 32 43 25 32 43 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa proporsi penderita filariasis yang tercatat dalam rekam medis Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung berdasarkan Kebiasaan memakai obat anti nyamuk bakar, paling banyak ditemukan tidak pernah memakai obat anti nyamuk bakar yaitu 43 orang 43, kadang-kadang memakai obat anti nyamuk bakar yaitu 32 orang 32, selalu memakai obat anti nyamuk bakar yaitu 25 orang 25. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Penderita Filariasis Berdasarkan Kebiasaan Memakai Repellent Pada Penderita Filariasis di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung No Kebiasaan Memakai Repellent f 1.

2. 3.

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah 24 37 39 24 37 39 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa proporsi penderita filariasis yang tercatat dalam rekam medis Puskesmas Gambok Kab. Sijunjung berdasarkan kebiasaan memakai repellent, paling banyak ditemukan tidak pernah memakai repellent yaitu 39 orang 39, kadang-kadang memakai repellent yaitu 37 orang 37, selalu memakai repellent yaitu 24 orang 24. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Distribusi Proporsi Penderita Filariasis Berdasarkan Sosiodemografi di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kab Sijunjung Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Filariasis berdasarkan umur di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kab.Sijunjung Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi umur yang tertinggi adalah umur 30 tahun sebesar 79 dan proporsi umur yang terendah adalah umur 30 tahun sebesar 21. Umur 30 tahun lebih besar terkena penyakit filariasis, dimana pada usia tersebut lebih berpeluang untuk kontak dengan vektor penyakit filariasis karena tingginya aktivitas pekerjaan dibandingkan usia muda. 79 21 Umur 30 tahun 30 tahun Universitas Sumatera Utara Umur mempengaruhi risiko filariasis berkaitan dengan tingkat penularan filariasis yang relatif rendah dan tidak mudah terdeteksi. Penderita biasanya baru mengetahui penyakitnya setelah timbul gejala kronis berupa pembengkakan di kaki maupun tangan. Penelitian ini sejalan dengan fitriani tahun 2011 di wilayah kabupaten pekalongan menyebutkan variabel umur berhubungan dengan kejadian filariasis. Hal ini terjadi karena tingginya aktivitas penduduk dewasa dibandingkan penduduk dengan usia yang lebih muda. Walaupun umur individu yang satu dengan yang lain sama, tetapi bila berbeda kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi maka akan memberikan perilaku yang berbeda pula . Demikian juga walaupun individu tua memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada yang muda, tidak dapat memberikan jaminan bahwa mereka memiliki perilaku yang baik, karena pada dasarnya setiap individu akan memberikan respon yang berbeda walaupun objeknya sama. Hal ini disebabkan oleh sifat khas dari individu itu sendiri. Oleh sebab itu perbedaan umur tidak menyebabkan perbedaan tindakan dalam pencegahan filariasis. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Filariasis berdasarkan Jenis kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kab.Sijunjung Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin yang tertinggi adalah laki-laki sebesar 72 dan proporsi jenis kelamin yang terendah adalah perempuan sebesar 28. Hal ini diperkirakan karena perilaku penderita laki- laki yang sering beraktivitas di luar rumah pada malam hari. Penelitian ini sejalan dengan fitriani tahun 2011 menyebutkan tidak berhubungannya variabel jenis kelamin dengan kejadian filariasis di Kabupaten Pekalongan dapat terjadi karena baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk terinfeksi filaria W. bancrofti. Laki-laki yang mencari nafkah dengan berdagang atau buruh di luar rumah pada malam hari untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sedangkan perempuan kebanyakan menjadi buruh batik di luar rumah pada malam hari untuk mendapatkan penghasilan 72 28 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Universitas Sumatera Utara tambahan. Hal ini mengakibatkan variabel jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian filariasis sesuai dengan penelitian bahwa filariasis pada wanita lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan laki-laki dan dapat disimpulkan terjadinya penularan filariasis bersifat lokal spesifik sesuai dengan keadaan. Gambar 5.3 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Filariasis berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kab.Sijunjung Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi pekerjaan yang tertinggi adalah petani sebesar 37 dan proporsi pekerjaan yang terendah adalah tidak bekerjaibu rumah tangga sebesar 9. Pekerjaan yang beresiko terkena penyakit filariasis adalah petani dan buruh karena sering terkontak dengan vektor perantara yaitu nyamuk. Dan juga sesuai dengan kondisi wilayah Kab. Sijunjung 37 17 10 13 14 9 5 10 15 20 25 30 35 40 Petani Buruh Pedagang pegawai swasta PnsTniPolri Tidak bekerjaIRT Pekerjaan Pekerjaan Universitas Sumatera Utara yang merupakan daerah pertanian. Sehingga ketika masyarakat bekerja disawah memungkinkan terjadinya kontak dengan vektor perantara yaitu nyamuk. Menurut hasil penelitian Nasrin2008 di kabupaten Bangka Barat orang yang memiliki jenis pekerjaan berisiko akan berpeluang terkena penyakit filariasis sebesar 4,4 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki pekerjaan tidak berisiko.

5.2 Distribusi Proporsi Penderita Filariais Berdasarkan Lingkungan Fisik

Dokumen yang terkait

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 2 17

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 3 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 14

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2010-2013.

0 0 9

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013

0 1 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis di Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013

0 0 6