Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dengan Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Kopi di Kota Medan

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Konsumen Sampel

No

Sampel Nama

Umur Tingkat Pendapatan Jumlah

Pendidikan Tanggungan

(Tahun) (Tahun) (Rupiah) (Jiwa)

1 Abdul Razak 29 12 3.120.000 3

2 Fitri Apriana 26 16 3.025.000 2

3 Reza Handoko Lubis 25 15 2.850.000 2

4 Istieqa Dhienia 23 12 2.600.000 1

5 Rosa Melda L 27 16 3.000.000 2

6 Neni Tries Diana 24 16 2.650.000 1

7 Eltavip Mandala 28 16 2.790.000 2

8 S. Pramono 31 15 3.110.000 2

9 Fathania Mastura 21 12 1.000.000 0

10 M. Fadhlullah Hsb 35 18 3.340.000 3

11 Datin Vivi 38 16 3.504.000 4

12 Bobby A. Siagian 36 16 3.400.000 3

13 Reza Pahlevi 25 12 2.570.000 2

14 Rizki Andini 33 16 2.920.000 4

15 Kiagoos Kurnia F. 27 12 2.700.000 3

16 Sundari 24 12 2.460.000 0

17 Arni Prayogi 27 16 2.450.000 1

18 Leonardo S. 29 15 2.500.000 1

19 M. Riadi 30 16 3.100.000 2

20 Marlon B. Sitorus 19 12 1.200.000 0

21 Riri H. Karni 32 16 3.210.000 2

22 Willy Dinata 24 12 2.370.000 1

23 Vicks Maulana 29 15 3.000.000 2

24 Mei Wulandari 26 12 2.480.000 1

25 Tommy Kurniawan 35 16 2.980.000 3

26 Sentosa Gurusinga 23 12 2.500.000 1

27 Suci Afdina 27 12 2.860.000 1

28 Marwansyah Lbs 28 16 3.200.000 2

29 Charles Thamrin 22 12 2.530.000 0

30 Salman Alfarisi 33 18 2.700.000 2

Jumlah 836 432 82.119.000 53


(2)

Lampiran 2. Skoring Perilaku Konsumen Sampel

No Sampel

Skor

Jumlah Skor Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8

1 5 3 4 3 4 5 5 5 34

2 3 5 3 5 3 4 5 4 32

3 2 4 5 3 5 3 5 4 31

4 3 4 4 3 3 2 4 5 28

5 4 5 4 5 4 5 4 2 33

6 1 4 3 3 5 4 5 4 29

7 2 3 1 5 4 5 5 5 30

8 3 4 5 4 3 5 4 5 33

9 1 3 4 2 4 4 5 4 27

10 5 5 4 5 5 4 5 5 38

11 5 5 5 5 5 5 5 5 40

12 4 5 5 5 5 5 5 5 39

13 3 2 4 3 4 4 4 5 29

14 2 5 5 3 5 5 5 5 35

15 3 5 3 2 4 4 5 4 30

16 4 1 4 2 4 3 4 4 26

17 3 3 2 3 5 3 5 5 29

18 5 4 3 4 3 4 5 3 31

19 2 5 4 5 4 5 4 5 34

20 1 3 2 4 3 4 3 5 25

21 5 5 4 5 3 5 5 4 36

22 3 4 4 2 4 2 5 3 27

23 3 5 5 4 3 5 4 3 32

24 5 3 4 4 3 4 2 4 29

25 5 4 5 5 4 5 4 5 37

26 2 3 4 3 4 4 4 4 28

27 5 2 5 4 3 5 5 2 31

28 2 3 5 4 5 5 4 5 33

29 1 5 2 3 2 4 5 2 24

30 4 5 4 5 4 5 4 5 36


(3)

Lampiran 3. Skoring Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumen Sampel

Sampel

Skor

Budaya Sosial Pribadi Psikologis

1 2 3 Jlh

Skor 1 2 3 Jlh

Skor 1 2 3 4 5 Jlh

Skor 1 2 3 4 Jlh Skor

1 5 5 5 15 5 5 5 15 5 5 5 4 5 24 5 5 5 5 20

2 5 4 5 14 4 4 5 13 3 4 5 4 5 21 5 5 4 5 19

3 3 5 4 12 5 4 5 14 4 5 5 5 4 23 5 4 5 4 18

4 2 3 5 10 3 4 4 11 2 5 4 3 2 16 3 5 3 5 16

5 2 4 5 11 4 3 5 12 3 4 5 5 5 22 5 5 5 5 20

6 5 5 5 15 5 4 5 14 5 3 3 5 4 20 2 4 5 5 16

7 5 4 4 13 5 3 4 12 3 4 5 4 5 21 4 5 5 5 19

8 5 4 5 14 5 4 4 13 3 5 5 4 5 22 2 5 4 4 15

9 2 4 1 7 1 3 4 8 2 4 4 3 4 17 3 4 5 5 17

10 2 3 5 10 5 5 5 15 5 3 4 5 3 20 5 5 5 5 20 11 5 5 5 15 5 5 4 14 5 5 5 5 5 25 3 5 5 5 18 12 5 5 4 14 5 4 4 13 4 5 5 5 4 23 5 5 5 4 19

13 3 4 2 9 4 5 1 10 3 4 3 5 4 19 4 3 5 5 17

14 5 4 5 14 2 5 5 12 5 4 5 4 3 21 5 5 5 5 20 15 3 3 5 11 3 3 5 11 4 5 3 3 3 18 5 5 5 3 18

16 4 2 2 8 2 3 2 7 3 4 2 1 4 14 3 4 5 2 14

17 4 5 3 12 1 5 4 10 2 5 3 5 2 17 4 5 3 5 17 18 4 3 3 10 4 3 5 12 5 4 4 3 4 20 5 3 4 3 15 19 5 4 4 13 5 5 4 14 4 4 5 4 3 20 2 3 4 3 12

20 2 5 2 9 2 3 1 6 2 5 3 2 4 16 3 5 3 5 16

21 3 4 4 11 4 4 3 11 1 4 4 5 5 19 5 4 5 5 19

22 3 2 1 6 3 2 2 7 2 1 4 4 3 14 4 3 2 4 13

23 5 4 5 14 3 5 5 13 5 3 5 4 5 22 3 5 5 4 17 24 4 5 3 12 5 3 4 12 3 3 5 2 5 18 2 1 5 3 11 25 5 5 5 15 5 5 5 15 5 2 5 4 5 21 5 5 5 5 20

26 3 1 2 6 2 3 4 9 4 5 2 5 3 19 3 4 5 4 16

27 2 3 5 10 1 4 5 10 5 4 5 4 5 23 4 5 4 5 18 28 3 5 5 13 3 5 4 12 5 5 5 5 4 24 5 5 5 4 19

29 3 1 3 7 2 3 3 8 3 4 3 4 3 17 5 4 5 3 17

30 3 5 4 12 4 2 5 11 5 5 5 5 4 24 5 5 5 5 20 Jumlah 342 344 600 516


(4)

Lampiran 4. Output SPSS Korelasi Rank Spearman antara Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dengan Perilaku Konsumen

Correlations

budaya sosial pribadi psikologis perilaku konsumen Spearman's rho budaya Correlation Coefficient 1.000 .809** .681** .387* .672**

Sig. (2-tailed) . .000 .000 .035 .000

N 30 30 30 30 30

sosial Correlation Coefficient .809** 1.000 .655** .381* .737**

Sig. (2-tailed) .000 . .000 .038 .000

N 30 30 30 30 30

pribadi Correlation Coefficient .681** .655** 1.000 .593** .761**

Sig. (2-tailed) .000 .000 . .001 .000

N 30 30 30 30 30

psikologis Correlation Coefficient .387* .381* .593** 1.000 .645**

Sig. (2-tailed) .035 .038 .001 . .000

N 30 30 30 30 30

perilaku konsumen Correlation Coefficient .672** .737** .761** .645** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .

N 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(5)

Lampiran 5. Output SPSS Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen dengan Perilaku Konsumen

Correlations

umur tingkat pendidikan pendapatan

jumlah

tanggungan perilaku konsumen Spearman's rho umur Correlation Coefficient 1.000 .699**

.774** .813** .942**

Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30

tingkat pendidikan Correlation Coefficient .699** 1.000 .592** .547** .735**

Sig. (2-tailed) .000 . .001 .002 .000

N 30 30 30 30 30

pendapatan Correlation Coefficient .774** .592** 1.000 .796** .876**

Sig. (2-tailed) .000 .001 . .000 .000

N 30 30 30 30 30

jumlah tanggungan Correlation Coefficient .813** .547** .796** 1.000 .858**

Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 . .000

N 30 30 30 30 30

perilaku konsumen Correlation Coefficient .942** .735** .876** .858** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .

N 30 30 30 30 30


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2012. Konsep Perilaku Konsumen

(elearning.upnjatim.ac.id/courses/…/document/…(…/BAB_4.pdf?). Dikutip pada tanggal 21-03-13 pukul 21.00 WIB.

Arsyad, L. 2000. Ekonomi Manajerial. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Brannan, Tom. 2004. Integrated Marketing Communications. Memadukan Upaya Publik Relations, Iklan dan Promosi untuk Membangun Identitas Merek. PPM. Jakarta.

Daniel (a), M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Daniel (b), M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta. Dewi, Desintya. 2012. Sehat dengan Secangkir Kopi. Stomata. Surabaya.

Eachern, Mc William. A. 2001. Ekonomi Mikro Pendekatan Kontemporer. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.

Engel, J.F., R.D. Blackwell dan P.W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara. Jakarta.

Hawkins, Del. I. 2004. Consumer Behaviour : Building Marketing Strategy. The Mc Graw. Hill Companies, Inc. New York.

Keller, K.L. 2008. Strategic Brand Management : Building, measuring and managing brand equity. Third edition. New Jersey : Pearson International Edition-Prentice Hall.

Kotler, Keller. 2007. Manajemen Pemasaran 2. Edisi keduabelas. PT. Indeks. Jakarta.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Indeks. Jakarta. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT. Prenhallindo.

Kustari, Reni. 2007. Perkembangan Pasar Kopi Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Mangkunegara, P. A. 2002. Perilaku Konsumen. Refika Aditama. Bandung. Mowen, C. John dan Michael Minor. 2001. Perilaku Konsumen. Jakarta :

Erlangga.


(7)

Permana, Bagus. 2012. Macam-Macam Skala Pengukuran Statistik. ( http://goosum.blogspot.com/2012/04/macam-macam-skala-pengukuran-satistik.html). Dikutip pada tanggal 26-03-13 pukul 19.50 WIB.

Peter dan Olson. 1999. Perilaku dan Strategi Pemasaran (D.Sihombing, Penerjemah). Gelora Pratama. Jakarta.

Prasetijo, Ristiyanti dan John Ihalauw. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Ratni. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.

(http://ratni_itp.staff.ipb.ac.id/2012/06/07/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-konsumen). Dikutip pada tanggal 04-04-13 pukul 22.35 WIB.

Renville, Siagian. 2003. Pengantar Manajemen Agribisnis. Gajah Mada University Press.

Schiffman, L.G. and L.L. Kanuk. 1997. Customer Behaviour. Prentice Hall International, Inc. New Jersey.

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana Prenanda Media. Jakarta.

Simamora, B. 2002. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Simamora, B. 2008. Paduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Siswoputranto, P. S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Solomon, R. 2000. Consumer Behaviour, Buying, Having and Being. Fifth Edition. Prentice Hall International, Inc. New Jersey.

Spillane, J. 1991. Komoditi Kopi dan Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sugiarto, Et. Al. 2000. Ekonomi Mikro Suatu Pendekatan Praktis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Bogor.

Supriana, Tavi. 2010. Statistik Nonparametrik Aplikasi dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.


(8)

Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama dan JBRC. Jakarta.

Wirartha, I. M. 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Andi. Yogyakarta.


(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dengan metode non probability sampling karena jumlah populasi tidak diketahui dengan pasti. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling atau metode pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu (secara sengaja). Kemudian dipilih pengambilan sampel keputusan (judgement sampling) karena dipercaya memiliki posisi terbaik dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan pertimbangan kota Medan dianggap sebagai kota metropolitan yang masyarakatnya cenderung konsumtif terhadap minuman kopi yang tersedia di warung kopi belakangan ini.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Accidental Sampling yaitu pengambilan responden yang merupakan konsumen yang kebetulan berbelanja, mengkonsumsi dan mengenal kopi di warung kopi (cafe) tersebut. Di warung kopi (cafe) ditetapkan beberapa konsumen yang ditentukan secara acak untuk memenuhi besarnya sampel sehingga mencakup menjadi 30 sampel. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditetapkan 30 responden di warung kopi (cafe) dengan alasan untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik ukuran sampel paling kecil adalah 30 responden (Wirartha, 2006).


(10)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung responden dengan mempergunakan pertanyaan/kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, dan literatur yang mendukung penelitian.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah

akan memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data (Daniel (b), 2002).

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan metode Likert yaitu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Disediakan lima pilihan skala dengan format seperti berikut:

1. sangat tidak setuju dengan nilai skor satu 2. tidak setuju dengan nilai skor dua


(11)

4. setuju dengan nilai skor empat 5. sangat setuju dengan nilai skor lima

Indikator yang menunjukkan perilaku konsumen adalah frekuensi dalam mengkonsumsi kopi, penolakan terhadap produk selain kopi, aktivitas untuk memperoleh atau mengkonsumsi kopi yang khas, keterikatan dengan produk kopi, mencari publikasi terbaru tentang produk kopi dan rasa percaya diri setelah mengkonsumsi kopi.

Tabel 3. Indikator perilaku konsumen

No Indikator Skor maksimum Skor minimum

1 2 3 4 5 6 7 8

Dorongan memperoleh kopi yang khas

Keinginan memperoleh kopi sesuai selera

Aktivitas untuk memperoleh dan mengkonsumsi kopi yang khas Mencari publikasi terbaru tentang produk kopi

Rasa percaya diri setelah mengkonsumsi kopi

Frekuensi dalam mengkonsumsi kopi

Penolakan terhadap produk selain kopi

Keterikatan dengan produk kopi

5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1

TOTAL 40 8

Berdasarkan hasil skoring untuk melihat perilaku konsumen di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

 >35 = sangat gemar mengkonsumsi kopi  29-35 = gemar mengkonsumsi kopi

 22-28 = cukup gemar mengkonsumsi kopi  15-21 = kurang gemar mengkonsumsi kopi  8-14 = tidak gemar mengkonsumsi kopi


(12)

Untuk identifikasi masalah (2) juga dianalisis menggunakan metode Likert dimana indikator ditentukan dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seperti faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi.

Tabel 4. Indikator faktor-faktor perilaku konsumen

Faktor Indikator Skor

maksimum Skor minimum Budaya Sosial Pribadi Psikologi Kultur Sub-kultur Kelas sosial

Keluarga

Kelompok referensi Peran dan status

Usia dan tahap daur hidup Pekerjaan

Keadaan ekonomi Gaya hidup Kepribadian Motivasi Persepsi Pembelajaran Sikap 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

TOTAL 75 15

Setelah hasil skoring diperoleh kemudian dilakukan Analisis Korelasi Rank Spearman. Menurut Supriana (2010), metode korelasi Spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dimana dua variabel itu tidak mempunyai distribusi normal dan variansnya tidak sama. Korelasi Spearman


(13)

dipergunakan jika data yang diperoleh bukan interval atau rasio melainkan ordinal atau nominal. Misalnya mengukur tingkat moral, tingkat kesenangan, tingkat motivasi, dan lain-lain. Uji korelasi Spearman sering juga disebut dengan korelasi rangking. Untuk melihat hubungan faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi formulanya adalah sebagai berikut :

Dimana:

rs = Nilai Koefisien Korelasi Spearman di = Perbedaan setiap pasangan rangking n = Jumlah sampel

Selanjutnya, dilakukan pengujian signifikansi dari koefisien korelasi untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel menggunakan statistik uji t dengan rumus :

Di mana:

t = Nilai t hitung

r = Nilai Koefisien Korelasi Spearman n = Jumlah sampel

Kriteria pengujian:

- Jika , maka H0 ditolak, H1 diterima yang berarti ada hubungan faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi.


(14)

- Jika , maka H0 diterima, H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi.

Untuk identifikasi masalah (3) dianalisis menggunakan Analisis Korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan karakteristik sosial ekonomi konsumen dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Formulanya adalah sebagai berikut :

Dimana:

rs = Nilai Koefisien Korelasi Spearman di = Perbedaan setiap pasangan rangking n = Jumlah sampel

Selanjutnya, dilakukan pengujian signifikansi dari koefisien korelasi menggunakan statistik uji t dengan rumus :

Di mana:

t = Nilai t hitung

r = Nilai Koefisien Korelasi Spearman n = Jumlah sampel

Kriteria pengujian:

- Jika , maka H0 ditolak, H1 diterima yang berarti ada hubungan karakteristik sosial ekonomi konsumen dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi.


(15)

- Jika , maka H0 diterima, H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan karakteristik sosial ekonomi konsumen dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi.

Kriteria tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar variabel berkisar antara ± 0,00 sampai ± 1,00 tanda + adalah positif dan tanda – adalah negatif. Adapun kriteria penafsirannya adalah :

 0,00 sampai 0,20 artinya tidak ada korelasi  0,21 sampai 0,40 artinya korelasi lemah  0,41 sampai 0,60 artinya korelasi sedang  0,61 sampai 0,80 artinya korelasi kuat  0,81 sampai 1,00 artinya korelasi sempurna

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Konsumen dalam penelitian adalah orang yang berbelanja kopi dan mengenal kopi di lokasi penelitian yang menjadi responden.

2. Perilaku konsumen adalah suatu sikap konsumen kopi untuk mengambil keputusan membeli atau tidak membeli kopi yang berdasarkan pengaruh faktor-faktor tertentu.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi.


(16)

4. Indikator perilaku konsumen (1) artinya responden memiliki dorongan di dalam hati untuk memperoleh kopi yang khas.

5. Indikator perilaku konsumen (2) artinya responden berkeinginan di dalam hati untuk memperoleh kopi yang sesuai selera.

6. Indikator perilaku konsumen (3) artinya responden berusaha memperoleh dan mengkonsumsi kopi yang khas untuk dapat merasakan kopi dengan citarasa yang khas.

7. Indikator perilaku konsumen (4) artinya responden suka mencari publikasi terbaru tentang kopi dengan melakukan pelacakan/pencarian terhadap kopi yang berkualitas untuk memperoleh kopi yang terbaik sesuai selera.

8. Indikator perilaku konsumen (5) artinya responden merasakan sugesti tertentu setelah mengkonsumsi kopi sehingga menimbulkan rasa percaya diri.

9. Indikator perilaku konsumen (6) artinya responden mengkonsumsi kopi secara teratur dan dilakukan setiap hari.

10. Indikator perilaku konsumen (7) artinya responden melakukan penolakan terhadap minuman selain kopi agar tetap bisa menikmati minuman dengan kualitas yang terbaik.

11. Indikator perilaku konsumen (8) artinya responden memiliki keterikatan dengan kopi dan memilih kopi sebagai minuman utama untuk dijadikan rutinitas.

12. Permintaan kopi adalah jumlah kopi yang dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.


(17)

14. Jumlah konsumsi adalah banyaknya jumlah kopi yang dikonsumsi konsumen.

15. Umur adalah umur responden sejak dilahirkan sampai saat penelitian dilakukan.

16. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang dijalani oleh responden.

17. Pendapatan adalah besarnya gaji/pensiunan/keuntungan usaha responden dalam Rupiah saat penelitian dilakukan.

18. Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga responden yang ditanggung saat penelitian dilakukan.

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di beberapa warung kopi (cafe) di Kota Medan yaitu di sepanjang jalur Ringroad yang mencakup Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Helvetia. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2015.

3. Sampel penelitian ini adalah konsumen yang sedang membeli dan mengkonsumsi kopi.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi.

5. Karakteristik sosial ekonomi konsumen adalah umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan.


(18)

BAB IV

DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2°27'-2°47'LU - 98°35' - 98°44'BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan, Barat dan Timur.

Kota medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia berkisar antara 23,04°C – 24,08°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,73°C – 34,47°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 22,6°C – 24,4°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,3°C – 33,9°C. Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 133,75 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 161,67 mm (BPS Medan, 2012).


(19)

4.1.2 Tata Guna Tanah/Lahan

Pola penggunaan tanah/lahan di Kota Medan sangat beragam jenisnnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak.

4.1.3 Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 orang dengan rumah tangga yang tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.


(20)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Golongan Umur

Laki-laki Perempuan

Jumlah Jiwa Persentase

(%)

Jiwa Persentase (%)

0-4 98.437 9,49 92.857 8,75 191.294

5-9 99.961 9,64 93.532 8,82 193.493

10-14 97.514 9,40 91.828 8,66 189.342

15-19 102.556 9,89 107.423 10,1 209.989

20-24 112.860 10,9 123.092 11,6 235.952

25-29 100.935 9,73 103.459 9,75 204.394

30-34 85.609 8,26 87.265 8,23 172.874

35-39 77.344 7,46 80.795 7,62 158.139

40-44 69.238 6,68 71.727 6,76 140.965

45-49 57.718 5,57 59.997 5,66 117.715

50-54 48.163 4,64 49.244 4,64 97.407

55-59 34.548 3,33 34.282 3,23 68.830

60-64 20.373 1,96 22.555 2,13 42.928

65-69 14.573 1,41 17.556 1,66 32.129

70-74 9.596 0,93 12.384 1,17 21.980

75+ 7.491 0,72 12.688 1,2 20.179

Jumlah 1.036.926 100 1.060.684 100 2.097.610 Sumber: BPS, Medan dalam Angka 2012

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 2.097.610 jiwa yang terdiri dari 1.036.926 jiwa laki-laki (49,43 %) dan 1.060.684 jiwa perempuan (50,57 %). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 3 menunjukkan bahwa usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja berjumlah 574.129 jiwa (27,37 %). Jumlah usia produktif (15-54 tahun) yaitu orang dewasa sebesar 1.337.435 jiwa (63,76%). Dan jumlah manula (≥ 55 tahun) sebesar 186.046 jiwa (8,87%).

b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.


(21)

Tabel 6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 268.921 32.27

2 SMP 114.381 13.72

3 SMA 121.843 14.62

4 Perguruan Tinggi 328.185 39.38

Jumlah 833.330 100

Sumber : BPS, Medan dalam angka 2012

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 121.843 orang (14,62%), Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 114.381 orang (13,72%), Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 268.921 orang (32,27%), dan Perguruan Tinggi berjumlah 328.185 orang (39,38%).

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan sekarang ini sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang cukup memadai.


(22)

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) 1 Sekolah

a. SD b. SMP c. SMA d. SMK

e. Perguruan Tinggi

805 353 205 134 33 2 Kesehatan

a. Puskesmas b. Pustu c. BPU

d. Rumah Bersalin e. Rumah Sakit

39 41 349 117 76 3 Tempat Peribadatan

a. Mesjid/Musholla b. Gereja c. Kuil d. Wihara e. Klenteng 1.706 634 26 21 5 4 Transportasi

a. Jalan Baik b. Jalan Sedang c. Jalan Rusak d. Jalan rusak berat

3.254,3 km 15,8 km 20,1 km 1,3 km 5 Pasar

a. Pasar Tradisional b. Pasar Modern

56 239 Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012

Sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 805 unit, Sekolah Menengah Pertama berjumlah 353 unit, Sekolah Menengah Atas berjumlah 205 unit, Sekolah Menengah berjumlah 134 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.


(23)

Sarana Kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas 39 unit, Pustu 41 unit, BPU 349 unit, Rumah Bersalin 117 unit dan Rumah Sakit 76 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu Mesjid/Musholla 1.706 unit, Gereja 634 unit, Kuil 26 unit, Wihara 21 unit, dan Klenteng 5 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana transportasi sangat lengkap di dalam Kota, angkutan kota sangat banyak kesegala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.191,5 km, jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 3.254,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km dan 20,1 km rusak sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km. Pasar tradisonal maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional atau di pasar modern. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 unit yang terdiri dari supermarket/minimarket dan mall/plaza yang tersebar di seluruh kecamatan.

4.2 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen kopi yang terdapat pada beberapa warung kopi (cafe) di kota Medan. Karakteristik konsumen sampel yang dimaksud adalah meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan jumlah tanggungan.


(24)

a. Umur

Adapun keadaan umur konsumen (sampel) di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah

(Jiwa) Jumlah (%)

1 < 15 0 0

2 16-20 1 3,33

3 21-25 9 30

4 5 6 26-30 31-35 > 35 12 6 2 40 20 6,67

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat jumlah konsumen sampel terbesar berada pada kelompok umur 26-30 tahun dengan jumlah 12 jiwa (40 %) dan yang terkecil ada pada kelompok umur 16-20 tahun dengan jumlah 1 jiwa (3,33 %).

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan konsumen sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupaun manfaatnya. Adapun pendidikan konsumen sampel di daerah penelitian beberapa warung kopi (cafe) kota Medan bervariasi dari SD sampai Pertguruan Tinggi. Adapun tingkat pendidikan konsumen sampel dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan

(Tahun)

Jumlah

(Jiwa) Jumlah (%)

1 SD 0 0

2 SMP 0 0

3 SMA 12 40

4 Diploma 4 13,33

5 6 S1 S2 12 2 40 6,67

Jumlah 30 100


(25)

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat tingkat pendidikan konsumen yang terbesar berada pada tingkat SMA dan S1 dengan jumlah masing-masing 12 jiwa (40 %) dan yang terkecil pada tingkat S2 dengan jumlah 2 jiwa (6,67 %.).

c. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu faktor sosial ekonomi yang penting pada konsumen. Besarnya pendapatan yang diperoleh sangat menentukan jenis kopi apa yang ingin dikonsumsi oleh konsumen. Adapun pendapatan konsumen sampel dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Pendapatan

No Pendapatan

(Rupiah)

Jumlah

(Jiwa) Jumlah (%)

1 < 1.500.000 2 6,67

2 1.600.000-2.000.000 0 0

3 2.100.000-2.500.000 8 26,67

4 2.600.000-3.000.000 11 36,66

5 3.100.000-3.500.000 8 26,67

6 > 3.500.000 1 3,33

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat pendapatan konsumen sampel yang tertinggi berada pada jumlah pendapatan Rp 2.600.000 – Rp 3.500.000 sebanyak 11 jiwa (36,66 %) dan yang terendah berada pada jumlah pendapatan diatas Rp 3.500.000 sebanyak 1 jiwa saja ( 3,33 %).

d. Jumlah Tanggungan

Salah satu karakteristik sosial ekonomi yang sering dijadikan alat ukur dalam penelitian adalah jumlah tanggungan. Adapun jumlah tanggungan konsumen sampel dapat dilihat pada Tabel 11.


(26)

Tabel 11. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan No Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Jumlah (%)

1 0 4 13,33

2 1 8 26,67

3 4 5

2 3 4

11 5 2

36,66 16,67 6,67

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan konsumen yang terbesar berada pada kelompok 2 tanggungan dengan jumlah 11 jiwa (36,66 %) dan yang terkecil pada kelompok 4 tanggungan dengan jumlah 2 jiwa (6,67 %).


(27)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Kopi

Untuk melihat perilaku konsumen di daerah penelitian dapat digunakan beberapa indikator dan kriteria sebagai berikut :

 >35 = sangat gemar mengkonsumsi kopi  29-35 = gemar mengkonsumsi kopi

 22-28 = cukup gemar mengkonsumsi kopi  15-21 = kurang gemar mengkonsumsi kopi  8-14 = tidak gemar mengkonsumsi kopi

Berdasarkan hasil skoring perilaku konsumen sampel di daerah penelitian maka diperoleh :

Total skor = 946 Total sampel = 30

Rata – Rata = Total Skor : Total Sampel Rata – Rata = 946 : 30

Rata – Rata = 31,53

Data diperoleh dari Lampiran 2

Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen di daerah penelitian adalah gemar mengkonsumsi kopi.


(28)

5.2 Analisis Hubungan Faktor Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologis dengan Perilaku Konsumen

5.2.1 Analisis Hubungan Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen

Untuk melihat nyata atau tidaknya hubungan antara faktor budaya dengan perilaku konsumen menggunakan SPSS. Koefisien korelasi dan nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen

Jumlah Sampel Koefisien Korelasi

Nilai Signifikansi

30 0,672 0,000

Data diperoleh dari Lampiran 4

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan yang nyata antara faktor budaya dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dari hasil SPSS pada lampiran 4 diketahui koefisien korelasi sebesar 0,672 yang bertanda positif, maka nilai ini menunjukkan ada korelasi yang kuat antara faktor budaya dengan perilaku konsumen dan hubungan keduanya searah.

5.2.2 Analisis Hubungan Faktor Sosial dengan Perilaku Konsumen

Untuk melihat nyata atau tidaknya hubungan antara faktor sosial dengan perilaku konsumen menggunakan SPSS. Koefisien korelasi dan nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel berikut.


(29)

Tabel 13. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Faktor Sosial dengan Perilaku Konsumen

Jumlah Sampel Koefisien Korelasi

Nilai Signifikansi

30 0,737 0,000

Data diperoleh dari Lampiran 4

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan yang nyata antara faktor sosial dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dari hasil SPSS pada lampiran 5 diketahui koefisien korelasi sebesar 0,737 yang bertanda positif, maka nilai ini menunjukkan ada korelasi yang kuat antara faktor budaya dengan perilaku konsumen dan hubungan keduanya searah.

5.2.3 Analisis Hubungan Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen

Untuk melihat nyata atau tidaknya hubungan antara faktor pribadi dengan perilaku konsumen menggunakan SPSS. Koefisien korelasi dan nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen

Jumlah Sampel Koefisien Korelasi

Nilai Signifikansi

30 0,761 0,000

Data diperoleh dari Lampiran 4

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan yang nyata antara faktor pribadi dengan


(30)

perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dari hasil SPSS pada lampiran 6 diketahui koefisien korelasi sebesar 0,761 yang bertanda positif, maka nilai ini menunjukkan ada korelasi yang kuat antara faktor pribadi dengan perilaku konsumen dan hubungan keduanya searah.

5.2.4 Analisis Hubungan Faktor Psikologis dengan Perilaku Konsumen Untuk melihat nyata atau tidaknya hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku konsumen menggunakan SPSS. Koefisien korelasi dan nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Faktor Psikologis dengan Perilaku Konsumen

Jumlah Sampel Koefisien Korelasi

Nilai Signifikansi

30 0,645 0,000

Data diperoleh dari Lampiran 4

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan yang nyata antara faktor psikologis dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dari hasil SPSS pada lampiran 7 diketahui koefisien korelasi sebesar 0,645 yang bertanda positif, maka nilai ini menunjukkan ada korelasi yang kuat antara faktor pribadi dengan perilaku konsumen dan hubungan keduanya searah.


(31)

5.3 Analisis Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Perilaku Konsumen

5.3.1 Analisis Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumen

Karakteristik sosial ekonomi konsumen yang pertama adalah umur, dilihat sejauh mana hubungannya dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 16. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Umur dengan Perilaku Konsumen

Jumlah Sampel Koefisien Korelasi

Nilai Signifikansi

30 0,942 0,000

Data diperoleh dari Lampiran 5

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan yang nyata antara umur dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dari hasil SPSS pada lampiran 8 diketahui koefisien korelasi sebesar 0,942 yang bertanda positif, maka nilai ini menunjukkan ada korelasi yang sempurna antara umur dengan perilaku konsumen dan hubungan keduanya searah.

5.3.2 Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen

Karakteristik sosial ekonomi konsumen yang kedua adalah tingkat pendidikan, maka akan dilihat bagaimana hubungannya dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi di daerah penelitian.


(32)

Tabel 17. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen

Jumlah Sampel Koefisien Korelasi

Nilai Signifikansi

30 0,735 0,000

Data diperoleh dari Lampiran 5

Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dari hasil SPSS pada lampiran 9 diketahui koefisien korelasi sebesar 0,735 yang bertanda positif, maka nilai ini menunjukkan ada korelasi yang kuat antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dan hubungan keduanya searah.

5.3.3 Analisis Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen

Karakteristik sosial ekonomi konsumen yang ketiga adalah pendapatan, konsumen menghabiskan sebagian pendapatan yang dimiliki untuk mengkonsumsi kopi. Oleh karena itu perlu dilihat bagaimana hubungan pendapatan dengan perilaku konsumen di daerah penelitian.

Tabel 18. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Pendapatan dengan Perilaku Konsumen

Jumlah Sampel Koefisien Korelasi

Nilai Signifikansi

30 0,876 0,000

Data diperoleh dari Lampiran 5

Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan


(33)

H1 diterima artinya ada hubungan yang nyata antara pendapatan dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dari hasil SPSS pada lampiran 10 diketahui koefisien korelasi sebesar 0,876 yang bertanda positif, maka nilai ini menunjukkan ada korelasi yang sempurna antara pendapatan dengan perilaku konsumen dan hubungan keduanya searah.

5.3.4 Analisis Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Perilaku Konsumen Karakteristik sosial ekonomi konsumen yang terakhir adalah jumlah tanggungan, hubungannya dengan perilaku konsumen dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Jumlah Tanggungan dengan Perilaku Konsumen

Jumlah Sampel Koefisien Korelasi

Nilai Signifikansi

30 0,858 0,000

Data diperoleh dari Lampiran 5

Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dari hasil SPSS pada lampiran 11 diketahui koefisien korelasi sebesar 0,858 yang bertanda positif, maka nilai ini menunjukkan ada korelasi yang sempurna antara jumlah tanggungan dengan perilaku konsumen dan hubungan keduanya searah


(34)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1.a Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi di lokasi penelitian adalah gemar mengkonsumsi kopi.

1.b Ada hubungan yang nyata antara faktor budaya dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dimana nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara keduanya.

1.c Ada hubungan yang nyata antara faktor sosial dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dimana nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara keduanya.

1.d Ada hubungan yang nyata antara faktor pribadi dengan prilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dimana nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara keduanya.

1.e Ada hubungan yang nyata antara faktor psikologis dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dimana nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara keduanya.


(35)

1.f Ada hubungan yang nyata antara umur dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dimana nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya korelasi yang sempurna antara keduanya.

1.g Ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dimana nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara keduanya.

1.h Ada hubungan yang nyata antara pendapatan dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dimana nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya korelasi yang sempurna antara keduanya.

1.i Ada hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Dimana nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya korelasi yang sempurna antara keduanya.

6.2 Saran

1.a Kepada para pembaca yang memiliki minat terhadap perilaku konsumen dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut untuk mencari tahu tentang faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku konsumen khususnya konsumen kopi di kota medan.

1.b Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali informasi yang lebih luas mengenai faktor sosial ekonomi ataupun faktor lainnya yang memiliki hubungan dengan perilaku konsumen.


(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perilaku Konsumen

Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli, menggunakan atau mengatur produk, jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat. Menurut Schiffman dan Kanuk (1997), ilmu perilaku konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu mengambil suatu keputusan dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu, termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan dimana seseorang membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan menggunakan suatu produk dan jasa.

Peter dan Olson (1999) menyatakan bahwa :

1. Perilaku konsumen itu dinamis karena pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu, kelompok konsumen dan lingkungan sosial akan selalu berubah. 2. Perilaku konsumen dipengaruhi pikiran antar manusia, perasaan, dan

tingkah laku beserta lingkungannya.

3. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh perubahan-perubahan diantara manusia.

Engel et.al (1994), menyatakan bahwa perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen melewati lima tahapan yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi informasi, pembelian dan pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :


(37)

1. Faktor perbedaan individu terdiri dari sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi.

2. Faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi.

3. Faktor psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap/perilaku.

Peter dan Olson (1999) menyebutkan bahwa American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Ada tiga ide penting dalam definisi di atas :

1. Perilaku konsumen adalah dinamis, ini berarti bahwa seseorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi pada studi perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi pemasaran.

2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar. Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku) dan apa serta dimana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang diperiksa, dirasa dan dilakukan konsumen.


(38)

3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran diantara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen yang merupakan suatu sikap untuk mengambil keputusan membeli atau tidak membeli berdasarkan pengaruh beberapa faktor. Keputusan konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi benar-benar harus diperhitungkan.

1. Faktor Kebudayaan

Menurut Kotler, faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, subkultur dan kelas sosial pembeli (Simamora, 2002).

Kultur

Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Mahluk yang lebih rendah umumnya dituntun oleh naluri. Sedangkan pada manusia, perilaku biasanya dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan yang lain pula. Sehingga sangat penting bagi pemasar untuk melihat pergeseran kultur tersebut untuk dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen.


(39)

Subkultur

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara heirarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas Sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. Kelas sosial berbeda dalam hal busana, cara berbicara, preferensi rekreasi dan memiliki banyak ciri-ciri lain.

2. Faktor Sosial Kelompok Referensi

Kelompok referensi menurut Kotler (2002) adalah semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional dan asosiasi perdagangan yang cenderung lebih formal dan membutuhkan


(40)

interaksi yang tidak begitu rutin. Pemasar berusaha mengindentifikasi kelompok referensi pelanggan mereka. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Anggota kelompok referensi sering menjadi penyebar pengaruh dalam hal selera. Oleh karena itu konsumen selalu mengawasi kelompok tersebut baik perilaku fisik maupun mentalnya. Yang termasuk kelompok referensi ini antara lain; serikat buruh, tim olahraga, perkumpulan agama, kesenian dan lain sebagainya.

Keluarga

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan ia telah menjadi obyek penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan ia telah menjadi objek peneliti yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Bahkan jika pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga terhadap perilaku pembeli dapat tetap signifikan. Di negara-negara di mana orang tua tinggal dengan anak-anak mereka yang sudah dewasa, pengaruh mereka dapat menjadi sangat besar. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga prokreasi yaitu, pasangan dan


(41)

anak-anak seseorang (Kotler, 2002) Sebagian besar penelitian perilaku konsumen mengambil individu sebagai unit analisis. Tujuan pada umumnya adalah untuk menjelaskan dan memahami bagaimana individu membuat keputusan pembelian sehingga strategi pemasaran dapat dikembangkan untuk dapat mempengaruhi proses tersebut dengan lebih efektif.

Peran dan Status

Posisi seseorang dalam suatu kelompok dapat ditentukan dari segi peran dan status. Tiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat.

3. Faktor Pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur-hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan.

Usia dan Tahap Daur Hidup

Orang akan mengubah barang dan jasa yang dibelinya sepanjang hidup mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga pemasar perlu memperhatikan perusahaan minat pembelian yang terjadi yang berhubungan dengan daur hidup manusia.

Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Dengan demikian pemasar dapat mengindentifikasi kelompok yang berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk mereka.


(42)

Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi akan sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan kecendrungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Jadi jika indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya reses, pemasar dapat mencari jalan menetapkan posisi produk.

Gaya Hidup

Menurut Kotler (2002), gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir.

Kepribadian

Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya (Kotler, 2002). Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadiannya biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi pertahanan diri dan kemampuan beradaptasi.

4. Faktor Psikologis Motivasi


(43)

Menurut J. Moskowits, motivasi didefenisikan sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku (Setiadi ,2003). Motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Suatu kebutuhan dapat diartikan sebagai suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. Suatu kebutuhan yang tak terpuaskan menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Dorongan ini menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentu yang apabila dicapai akan memenuhi kebutuhan itu dan mendorong ke arah pengurangan tegangan. Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan. Konsumen selalu dihadapkan pada persoalan biaya atau pengorbanan yang akan dikeluarkan dan seberapa penting produk yang dibutuhkan dan diinginkan. Oleh karena itu konsumen akan dihadapkan pada persoalan motivasi atau pendorong.

Persepsi

Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Menurut Kotler (2002), persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi informasi guna menciptakan gambaran dunia yang


(44)

memiliki arti. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang akan dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu satu hal yang perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara substansi bisa sangat berbeda dengan realitas. Orang dapat memiliki memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi: perhatian selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif. (Kotler, 2002)

1. Perhatian Selektif

Orang terlibat kontak dengan rangsangan yang sangat banyak setiap hari. Tantangan yang sesungguhnya adalah menjelaskan rangsangan mana yang akan diperhatikan oleh orang-orang. Ada beberapa temuan antara lain: orang lebih cenderung memperhatikan rangsangan yang berhubungan dengan kebutuhan saat ini, orang lebih cenderung memperhatikan rangsangan yang mereka antisipasi, orang lebih cenderung memperhatikan rangsangan dengan deviasi yang besar dibandingkan dengan ukuran rangsangan normal.

2. Distorsi Selektif

Bahkan rangsangan yang telah mendapatkan perhatian tidak selalu muncul di pikiran orang persis seperti yang diinginkan oleh penciptaannya. Distorsi selektif adalah kecenderungan orang untuk mengubah informasi menjadi bermakna pribadi dan menginterprestasikan informasi itu dengan cara yang akan mendukung pra-konsepsi mereka.

3. Ingatan/Retensi Selektif

Orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari namun cenderung akan mengingat informasi yang menyokong pandangan dan keyakinan mereka.


(45)

Karena adanya ingatan selektif, kita cenderung akan mengingat hal-hal baik yang disebutkan tentang produk yang bersaing.

Pembelajaran

Menurut Lefton, pembelajaran adalah perubahan yang relatif bersifat tetap, yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman (Prasetijo, 2005). Dari definisi ini didapat pengertian bahwa pembelajaran konsumen adalah suatu proses, jadi pembelajaran ini secara terus menerus berlangsung dan berubah sebagai akibat dari pengetahuan yang diperoleh (dengan membaca, diskusi, observasi atau berpikir) atau dari pengalaman yang sebenarnya. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Dalam mengkonsumsi produk konsumen akan mempertimbangkan manfaat yang bisa diperolehnya. Oleh karena itu, kualitas produk sangat menentukan apakah konsumen akan memberikan respon positif atau negatif. Respon positif akan terjadi ketika konsumen merasa puas, akibatnya probabilitas konsumen melakukan pembelian ulang semakin tinggi. Sementara itu konsumen akan memberikan respon negatif jika respon atas tindakannya itu tidak memuaskan.

Sikap

Menurut Kotler (2002), sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Menurut Thurstone (Mowen, 2001), sikap adalah afeksi atau perasaan untuk atau terhadap suatu rangsangan. Orang memiliki sikap terhadap hampir semua hal. Sikap menempatkan semua itu ke dalam sebuah kerangka pemikiran yang menyukai atau tidak menyukai suatu obyek, bergerak mendekati atau menjauhi obyek


(46)

tersebut. Sikap menyebabkan orang-orang berperilaku secara cukup konsisten terhadap obyek serupa. Setelah sikap terbentuk, hal ini akan tersimpan dalam memori jangka panjang mereka. Pada keadaan seperti ini, orang-orang menggunakan sikap untuk membantunya berinteraksi secara lebih efektif dengan lingkungannya.

2.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen

Pembelian konsumen sangat dipengaruhi karakteristik konsumen. Sebagian besar, pemasar tidak dapat mengendalikan karakteristik seperti itu, tetapi mereka harus memperhitungkan semuanya. Berikut akan dijabarkan beberapa karakteristik yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi kopi:

1. Umur

Orang membeli barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Secara umum umur juga mempengaruhi selera akan makanan dan segala macam keperluan semasa hidup. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya (Setiadi, 2003).

2. Tingkat Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir kosumen (Setiadi, 2003).


(47)

3. Pendapatan

Menurut Setiadi (2003), pendapatan mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa barang dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods).

4. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak jumlah tanggungan, maka jumlah permintaan akan menurun. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada dalam suatu keluarga (Daniel (a), 2002).

2.1.4 Manfaat Gizi dan Kesehatan Kopi

Kopi merupakan minuman substitusi yang banyak dikonsumsi oleh manusia. Minum kopi secara teratur sesuai dengan takaran yang dianjurkan dapat memberikan sumbangsihnya bagi kesehatan, karena dalam kopi terdapat kandungan anti-oksidan dan kafein yang kalau dikonsumsi dalam jumlah tertentu dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang Amerika memperoleh sumber anti-oksidan dari konsumsi kopi dibandingkan dari jenis makanan atau minuman lainnya dan sejauh ini tidak ada jenis makanan atau minuman lain yang menyamai kopi.


(48)

Kopi merupakan sumber anti-oksidan terbesar dari setiap kali dan tingkat konsumsi yang bermanfaat membantu tubuh membuang zat-zat radikal berbahaya bagi tubuh, molekul perusak yang merusak sel-sel serta DNA (cetak biru dari sel terkecil makhluk hidup). Zat anti unsur radikal bebas ini berkaitan dengan sejumlah keuntungan dan manfaat bagi kesehatan termasuk melindungi seseorang dari terkena penyakit kanker dan jantung.

Hasil penelitian tersebut memperlihatkan kopi dapat mengurangi resiko terkena kanker hati dan usus, diabetes type II serta terkena penyakit Parkinson. Kafein dari segelas kopi dapat meningkatkan kadar adrenalin dan kerja sistim pembuluh darah sehingga bila kafein diminum di pagi hari akan meningkatkan semangat kerja dan kemampuan kerja fisik. Kafein juga meningkatkan penggunaan lemak tubuh untuk menghasilkan energi (Dewi, 2012).

2.1.5 Komposisi Kimia Kopi

Komposisi kimia dari biji kopi bergantung pada spesies dan varietas dari kopi tersebut serta faktor-faktor lain yang berpengaruh antara lain lingkungan tempat tumbuh, tingkat kematangan dan kondisi penyimpanan. Struktur kimia yang terpenting terdapat didalam kopi adalah kafein dan cafeol. Kafein yang menstimuli kerja saraf, cafeol yang memberikan rasa dan aroma yang baik. Proses pengolahan juga akan mempengaruhi komposisi kimia dari kopi. Misalnya penyangraian akan mengubah komponen yang labil yang terdapat pada kopi sehingga membentuk komponen yang kompleks (Siswoputranto, 1993).


(49)

Tabel 1. Komposisi Kimia Biji dan Bubuk Kopi Robusta

Komponen Biji Kopi (%) Bubuk Kopi (%)

Mineral Kafein Trigonelline Lemak

Total Asam Klorogenat Asam Alifatik Oligosakarida Total Polisakarida Asam Amino Protein Asam Humin 4.0-4.5 1.6-2.4 0.6-0.75 9.0-13.0 7.0-10.0 1.5-1.2 5.0-7.0 37.0-47.0 - - - 4.6-5.0 2.0 0.3-0.6 11.0-16.0 3.9-4.6 1.0-1.5 0-3.5 - 0 13.0-15.0 16.0-17.0 Sumber: Siswoputranto, 1993

Tabel diatas menunjukkan perbandingan komposisi kimia antara biji dengan bubuk kopi robusta dimana komposisi kimia yang terkandung di dalam biji akan berubah jumlahnya setelah biji kopi diolah menjadi bubuk kopi. Salah satu komposisi kimia yang perlu diperhatikan adalah kafein yang terkandung di dalam biji kopi sebanyak 1.6 sampai 2.4 persen sedangkan kafein yang terkandung di dalam bubuk kopi sebanyak 2 persen. Demikian pula dengan komposisi kimia yang lainnya.

Tabel 2. Komposisi Kimia Biji dan Bubuk Kopi Arabika

Komponen Biji Kopi (%) Bubuk Kopi (%)

Mineral Kafein Trigonelline Lemak

Total Asam Klorogenat Asam Alifatik Oligosakarida Total Polisakarida Asam Amino Protein Asam Humin 3.0-4.2 0.9-1.2 1.0-1.2 12.0-18.0 5.5-8.0 1.5-2.0 6.0-8.0 50.0-55.0 2.0 11.0-13.0 - 3.5-4.5 1.0 0.5-1.0 14.5-20.0 1.2-2.3 1.0-1.5 0-3.5 24.0-39.0 0 13.0-15.0 16.0-17.0 Sumber: Siswoputranto, 1993


(50)

Tabel diatas menunjukkan perbandingan komposisi kimia antara biji dengan bubuk kopi arabika dimana komposisi kimia yang terkandung di dalam biji akan berubah jumlahnya setelah biji kopi diolah menjadi bubuk kopi. Salah satu komposisi kimia yang perlu diperhatikan adalah kafein yang terkandung di dalam biji kopi sebanyak 0.9 sampai 1.2 persen sedangkan kafein yang terkandung di dalam bubuk kopi sebanyak 1 persen. Demikian pula dengan komposisi kimia yang lainnya.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Konsumen

Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu : konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen individu mungkin juga membeli barang dan jasa untuk hadiah teman, saudara, atau orang lain. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Konsumen organisasi terdiri dari organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lembaga lainnya. Semua jenis organisasi ini harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. (Sumarwan, 2004).

Tingkat kepuasan maksimum konsumen dapat dicapai pada waktu konsumen dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen antara lain pendapatan konsumen, harga barang dan selera konsumen (Anonimous, 2012).


(51)

Menurut Suryani (2008) bahwa perilaku konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumberdaya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan dikonsumsi. Dalam studi ini juga dikaji tentang apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, dimana mereka membeli dan bagaimana mereka menggunakannya.

Perilaku konsumen tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan karena itu perlu dicari informasi semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan ahli, salah satunya oleh “Engel” yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen terbagi 2 yaitu perilaku yang tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang tidak tampak diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen (Umar, 2000).

Menurut Simamora (2008), faktor-faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah faktor kebudayaan (kultur, sub kultur, kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga, peran dan status), faktor pribadi (umur dan pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian), faktor psikologis (motivasi, persepsi, dan tingkat pendidikan). Peran setiap faktor-faktor ini berbeda untuk setiap produk yang berbeda. Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas sosial.


(52)

Pengetahuan menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi, 2003).

Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok, keluarga, peran dan status konsumen. Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang bersama. Kelompok mempunyai pengaruh langsung dan seorang yang menjadi anggotanya disebut kelompok acuan. Kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang. Keluarga adalah dua atau lebih orang yang dipersatukan oleh hubungan darah, pernikahan atau adopsi, yang hidup bersama. Anggota keluarga konsumen dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumen. Peran dan status merupakan posisi seseorang menjadi anggota kelompok, keluarga, klub, dan organisasi (Simamora, 2008).

Menurut Suryani (2008), kelas sosial didefenisikan sebagai pembagi anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu hirarki kelas-kelas status yang berbeda, sehingga anggota-anggota dari setiap kelas yang relatif sama mempunyai kesamaan. Untuk menentukan kelas sosial, maka indikator tentang kelas sosial harus dirumuskan dengan jelas. Terdapat beberapa variabel yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur kelas sosial antara lain: pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.


(53)

yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila konsumen kebutuhannya tidak terpenuhi, konsumen akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi rasa puasnya (Mangkunegara, 2002).

Menurut Ratni (2012), satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran.

Menurut Permana (2012), skala yang digunakan untuk melihat jawaban-jawaban yang diberikan konsumen dalam penelitian ini adalah skala ordinal, skala ordinal sering juga disebut sebagai skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu. Misalnya tingkat persepsi seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 5=sangat setuju, 4=setuju, 3=netral, 2=tidak setuju dan 1=sangat tidak setuju. Setelah diperoleh jawaban-jawaban dari skala ordinal, selanjutnya data yang diperoleh dibuat ke dalam bentuk skala rasio, yang dimana dibuat ke dalam bentuk persen untuk melihat seberapa besar perbedaan jawaban dari masing-masing konsumen.

Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat semua karakteristik skala nominal,ordinal dan skala interval ditambah


(54)

dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio (Permana, 2012).

2.2.2 Teori Permintaan

Teori permintaan diturunkan dari perilaku konsumen dalam mencapai kepuasan maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada harga tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bilamana hanya jumlah yang lebih kecil itu yang dapat diperolehnya (Sugiarto, 2000).

Permintaan terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh produsen terjadi karena konsumen bersedia membelinya. Komoditi yang dikonsumsi mempunyai sifat yang khas sebagaimana yang terdapat dalam faktor produksi. Dan semakin banyak komoditi tersebut dikonsumsi maka kegunaan komoditi tersebut akan semakin berkurang dengan demikian pembeli akan lebih banyak membeli komoditi tersebut jika harga satuannya menjadi lebih murah (Sugiarto, 2000).

Dalam analisis ekonomi diasumsikan bahwa permintaan suatu barang sangat dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri (ceteris paribus). Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, antara lain : harga barang itu sendiri, harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan masyarakat, cita rasa masyarakat dan


(55)

jumlah penduduk maka dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh banyak variabel (Nicholson, 1991).

Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Salah satu konsep permintaan dalam pasar yaitu permintaan konsumen. Permintaan konsumen (secara perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi permintaan dalam pasar (Umar, 2000).

Konsumen biasanya bersedia membeli lebih banyak jika harga turun. Sebagai contoh, harga yang lebih rendah dapat mendorong konsumen yang sudah membeli barang itu untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan memungkinkan pembeli lain yang sebelumnya tidak mampu membeli barang tersebut membeli juga.

Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen dan dikonsumsi pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang akan dibeli, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera, dan lain-lain (Arsyad, 2000).

2.3 Kerangka Pemikiran

Konsumen yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah seseorang yang kebetulan sedang membeli dan mengkonsumsi kopi di warung kopi yang telah ditentukan sebagai lokasi penelitian. Konsumen didalam membeli dan mengkonsumsi kopi dipengaruhi beberapa karakteristik sosial ekonomi seperti umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan. Keempat


(56)

karakteristik sosial ekonomi tersebut akan dilihat hubungannya dengan perilaku konsumen.

Setelah mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat keputusan seperti faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli ataupun tidak membeli kopi. Apabila keputusan konsumen telah diputuskan untuk membeli, maka kopi tersebut dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.

Perilaku konsumen di lokasi penelitian dapat dilihat berdasarkan lima kategori yaitu sangat gemar mengkonsumsi kopi, gemar mengkonsumsi kopi, cukup gemar mengkonsumsi kopi, kurang gemar mengkonsumsi kopi, dan tidak gemar mengkonsumsi kopi. Dari kelima kategori tersebut maka dapat dilihat bagaimana perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi di lokasi penelitian dan termasuk kedalam salah satu kategori tersebut.


(57)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

: menyatakan hubungan : terdiri dari

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Faktor – Faktor Sosial Ekonomi dengan Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Kopi

Konsumen

Karakteristik sosial ekonomi kosumen :

1.Umur (tahun)

2.Tingkat pendidikan (tahun) 3.Pendapatan (Rupiah) 4.Jumlah tanggungan (jiwa) Faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen :

1. Faktor budaya 2. Faktor sosial 3. Faktor pribadi 4. Faktor psikologi

Konsumsi Kopi Perilaku

Sangat Gemar

Gemar Cukup

Gemar

Kurang Gemar

Tidak Gemar


(58)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi hipotesis penelitian adalah :

1. Ada hubungan faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi di daerah penelitian.

2. Ada hubungan karakteristik sosial ekonomi konsumen dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi di daerah penelitian.


(1)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 2

Tujuan Penelitian... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

Perilaku Konsumen ... 4

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 6

Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen ... 14

Manfaat Gizi dan Kesehatan Kopi ... 15

Komposisi Kimia Kopi ... 16

Landasan Teori ... 18

Kerangka Pemikiran ... 23


(2)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

KONSUMEN SAMPEL ... 36

Deskripsi Daerah Penelitian ... 36

Letak dan Keadaan Geografis ... 36

Tata Guna Tanah/ Lahan ... 37

Keadaan penduduk ... 37

Sarana dan Prasarana ... 39

Karakteristik Sampel ... 41

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Kopi ... 45

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 46

Karakteristik Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Kopi ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

Kesimpulan... 52

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Komposisi Kimia Biji dan Bubuk Kopi Robusta ... 17

2. Komposisi Kimia Biji dan Bubuk Kopi Arabika ... 17

3. Indikator Perilaku Konsumen ... 29

4. Indikator Faktor-Faktor Perilaku Konsumen ... 30

5. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 ... 38

6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 ... 39

7. Sarana dan Prasarana ... 40

8. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Kelompok Umur ... 42

9. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 42

10. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Pendapatan ... 43

11. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 44

12. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Faktor Budaya dengan Perilaku Konsumen ... 46

13. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Faktor Sosial dengan Perilaku Konsumen ... 47

14. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Faktor Pribadi dengan Perilaku Konsumen ... 47


(4)

Konsumen ... 50 19. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman untuk Jumlah Tanggungan dengan


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. ... Skema Kerangka Pemikiran ... ... 25 ..


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Karakteristik Konsumen Sampel ... 57 2. Skoring Perilaku Konsumen Sampel ... 58 3. Skoring Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumen

Sampel ... ... 59 4. Output SPSS Korelasi Rank Spearman antara Faktor-Faktor

Sosial Ekonomi dengan Perilaku Konsumen ... 60 5. Output SPSS Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Sosial