Latar Belakang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk Daging Hewan Potong Di Bandar Lampung
mencapai 2,56 kilogram kg per kapitatahun, atau meningkat 8,5 persen dibandingkan tahun lalu sebesar 2,36 kg per kapitatahun.
3
Banyaknya permintaan terhadap konsumsi daging sapi haruslah diimbangi dengan pengawasan yang semakin baik dikarenakan pengetahuan dan kesadaran
konsumen sampai saat ini masih rendah khususnya tentang daging yang sehat dan berkualitas serta aman untuk dikonsumsi. Umumnya konsumen tidak
mengetahui daging yang mereka beli berasal dari mata rantai proses penyediaan daging yang terjamin keamanannya atau tidak, beberapa konsumen hanya berpikir
untuk mendapatkan daging yang murah tanpa memperdulikan keamanan daging yang dibelinya. Pengetahuan para penjual pun masih rendah, penjual juga hanya
berpikir untuk mencari untung sebesar-besarnya dan terkadang mengabaikan keselamatan konsumennya.
Daging yang beredar di masyarakat memiliki kualitas yang sangat bervariatif. Hal ini dapat dilihat dari kondisi ternak tersebut, cara pemeliharaan ternak dan umur
potong dari ternak tersebut sehingga dari semua faktor ini akan berdampak pada kualitas dari daging yang dihasilkan akan menjadi beragam. Sebagai contoh
terdapat salah satu tempat usaha di Bandar Lampung yang memperjualbelikan daging segar yaitu ibu Mul. Usaha yang dijalankan oleh ibu Mul ini merupakan
salah satu usaha tertua di Bandar Lampung yang bergerak dibidang jual beli daging dan masih bertahan hingga saat ini. Usaha ini dirintis pada tahun 1970-
an. Pada mulanya usaha ini memperjualbelikan daging rusa, kemudian ditahun 1975 beralih memperjualbelikan daging sapi dan tidak berubah hingga saat ini.
3
http:www.tribunnews.combisnis20141028kebutuhan-daging-sapi-2015-mencapai- 640000-ton, diunduh pada tanggal 25 Maret 2015, pukul 13.00 WIB
Pemotongan hewan pada usaha yang dimiliki oleh ibu Mul di tempat pemotongan hewan sendiri yang tidak jauh dari lokasi penjualan. Tempat pemotongan hewan
usaha jual beli daging ibu Mul masih sangat sederhana, hal ini terlihat dari tempat dilakukannya pemotongan, tidak adanya ruang pelayuan pendingin, serta tidak
adanya tempat pembuangan limbah. Kondisi tempat penjualan daging pun masih sangat sederhana. Kondisi seperti ini tentu tidak menutup kemungkinan dapat
memperngaruhi kualitas daging yang dihasilkan dikarenakan pelaku usaha tidak memperhatikan dengan benar cara yang baik untuk mendapatkan daging yang
berkualitas. Walaupun demikian, masih terdapat konsumen yang membeli daging pada pelaku usaha tersebut. Hal ini dikarenakan lokasi penjualan dekat dengan
pemukiman warga, dan opini masyarakat mengenai kualitas daging sudah terpercaya.
Kualitas produk merupakan standar minimum yang harus dipenuhi atau dimiliki suatu barang danatau jasa tertentu sebelum barang danatau jasa tersebut dapat
diperdagangkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. Standar minimum tersebut merupakan informasi penting yang harus diketahui oleh konsumen.
Informasi yang demikian tidak hanya datang dari pelaku usaha semata, melainkan dari berbagai sumber lain yang dapat dipercaya, serta dipertanggungjawabkan
sehingga pada akhirnya konsumen tidak dirugikan dengan membeli barang danatau jasa yang sebenarnya tidak layak untuk diperdagangkan.
4
Keamanan terhadap kualitas makanan merupakan salah satu yang terpenting dalam pengembangan sistem mutu industri pangan, berbagai macam aturan yang
4
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2000, hlm. 40
telah ada termasuk aturan pangan asal hewan seperti daging tidak lantas menjamin daging yang beredar di masyarakat aman untuk dikonsumsi.
Berdasarkan Pasal 4 a dan c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen memiliki hak yaitu hak atas kenyamanan,
keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa serta konsumen juga memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang danatau jasa sehingga dalam hal ini konsumen harus dilindungi dengan mendapatkan daging yang terbaik, namun pada kenyataannya
masih terdapat beberapa kasus peredaran daging yang tidak layak dikonsumsi. Permasalahan ini merupakan tanggungjawab bersama sebagai bentuk dari upaya
perlindungan konsumen, oleh karena itu tanggung jawab ini tidak hanya terletak pada konsumen dan pelaku usaha saja, tetapi peran lembaga yang terkait akan
membuat terselenggaranya perlindungan konsumen berjalan dengan semestinya. Lembaga yang terkait dalam upaya perlindungan terhadap konsumen ini ialah
pemerintah dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI. Pemerintah berperan dalam pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen
seperti yang tertera dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, yaitu
pengawasan terhadap
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta penerapan ketentuan peraturan perundang-
undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. Sementara itu, sebagai Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI yang merupakan organisasi non-pemerintah yang terdaftar
serta diakui oleh pemerintah untuk menangani perlindungan konsumen, memiliki
tujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak-hak dan tanggungjawabnya sehingga dapat melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk Daging Hewan Potong di Bandar Lampung
”
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia RPH-R?
2. Bagaimana tanggung jawab hukum pelaku usaha yang menjual daging hewan
yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia RPH-R? 3.
Bagaimana upaya hukum yang ditempuh konsumen terhadap kualitas daging hewan yang dipotong tidak melalui Rumah Potong Hewan Ruminansia
RPH-R?