Masukan Implementasi Pelayanan Promotif dan Preventif di Puskesmas Tapian Dolok Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN

5.1 Masukan

Input Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan input dalam implementasi pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Tapian Dolok.

5.1.1 Kebijakan

Pembangunan kesehatan saat ini diarahkan dan ditekankan pada peningkatan upaya promotif dan preventif khususnya di Puskesmas. Puskesmas diwajibkan untuk mengutamakan memberi pelayanan promotif dan preventif kepada seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, pada saat ini telah diadakan Jaminan Kesehatan Nasional guna untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Sementara itu, diketahui bahwa Puskesmas lebih banyak menangani pelayanan kuratif dibandingkan dengan pelayanan promotif dan preventif, hal tersebut disebabkan oleh masyarakat yang menganggap bahwa Puskesmas hanya sebagai penyedia pelayanan pengobatan. Menyadari belum maksimalnya peningkatan kesehatan dengan mengutamakan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas, pemerintah merasa perlu membuat kebijakan dan memiliki undang-undang yang berlaku nasional. Dengan adanya landasan yang dibuat oleh pemerintah diharapkan mampu secara efektif untuk mendukung dan menjamin keberhasilan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif. Universitas Sumatera Utara Atas dasar hal tersebut di atas pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas yang menjelaskan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Sebelumnya sejak awal tahun 2014 keseriusan pemerintah untuk menjamin kesehatan rakyat Indonesia adalah dengan munculnya “Jaminan Kesehatan Nasional” dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah, yang kemudian diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam menyelenggarakan pelayanan promotif dan preventif saat ini Jaminan Kesehatan Nasional juga mengeluarkan peraturan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial membuat Peraturan BPJS No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional yang menjelaskan kepesertaan, iuran kepesertaan jaminan kesehatan, penyelenggara pelayanan, peningkatan mutu dan penambahan manfaat jaminan kesehatan, kompensasi, kendali mutu dan kendali biaya, serta pelaporan dan utilization review. Mengenai pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013. Penjelasan bahwa peserta JKN berhak mendapatkan pelayanan promotif dan preventif tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 ini pada Pasal 13 yang bertuliskan bahwa “Setiap Universitas Sumatera Utara Peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan .” Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 20 serta perubahan dari PERPRES No. 12 Tahun 2013 yaitu Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 22 yang dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang dijamin pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup yaitu : administrasi pelayanan; pelayanan promotif dan preventif; pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis; tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis; pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis. Jasa pelayanan kesehatan di FKTP atau puskesmas ditetapkan sekurang- kurangnya 60 enam puluh persen dari total penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan yang meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Dalam hal ini, biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya termasuk juga dana upaya promotif dan preventif. Peraturan-peraturan yang telah ada menjelaskan bahwa Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif. Namun Puskesmas yang Universitas Sumatera Utara seharusnya dikenal sebagai pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif bagi masyarakat menjadi tidak terlihat bahkan tidak terlaksana dengan baik, karena dalam keadaan yang sebenarnya Puskesmas masih setengah hati dalam melaksanakan upaya promotif dan preventif dan pencapaiannya pun menjadi tidak optimal. Kebijakan atau peraturan yang dibuat oleh Pemerintah juga belum menjamin terlaksananya pelayanan promotif dan preventif melalui UKM dan UKP di Puskesmas. Walaupun sekarang sudah ada JKN, dan peraturannya pun sudah jelas mengenai peserta JKN berhak mendapatkan pelayanan promotif dan preventif, namun pelaksanaan upaya promotif dan preventif masih sama saja dengan sebelum adanya JKN. Pada kenyataannya, dari hasil pengamatan yang didapat selama Peneliti berada langsung di lapangan Puskesmas Tapian Dolok menunjukkan bahwa Puskesmas ini masih berfokus pada pelayanan kuratif dan tenaga kesehatannya lebih memilih mendahulukan untuk melayanai masyarakat yang datang berobat ke Puskesmas dibandingkan memberikan konseling atau penyuluhan perorangan kepada masyarakat atau pasien yang lagi menunggu antrian untuk berobat ataupun setelah pasien diperiksa. Di era JKN sudah diatur mengenai dana pelayanan promotif dan preventif, namun nyatanya Puskesmas ini belum paham mengenai penyaluran atau penggunaan dana yang diatur di dalam kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah sehingga Puskesmas masih menggunakan dana dari BOK untuk melaksanakan pelayanan promotif dan preventif. Dengan adanya peraturan atau kebijakan yang telah dibuat Pemerintah masih belum bisa mengubah paradigma atau konsep yang semula menekankan pada penyembuhan penyakit melalui Universitas Sumatera Utara pelayanan kuratif berupa pengobatan ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang belum jatuh sakit agar bisa lebih berkontribusi dalam pembangunan kesehatan melalui pelayanan promotif dan preventif. Dengan demikian kondisi tersebut membuat masyarakat semakin tidak paham mengenai apa sebenarnya pelayanan promotif dan preventif itu apalagi untuk memanfaatkannya nya. Selain itu dengan melihat keadaan sebenarnya yang terjadi di Puskesmas membentuk persepsi masyarakat bahwa mereka menganggap Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif atau pengobatan kepada orang sakit dan masyarakat menjadi enggan mau memanfaatkan pelayanan promotif dan preventif yang disediakan.

5.1.2 Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan Permenkes RI No.75 Tahun 2014. Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Puskesmas Tapian Dolok yang menyediakan fasilitas rawat inap ini memiliki 6 dokter umum, 1 dokter gigi, 47 bidan termasuk bidan desa, 18 Universitas Sumatera Utara perawat, 1 perawat gigi, 1 petugas farmasi, 4 petugas gizi, 2 sanitarianpetugas kesehatan lingkungan, 1 petugas analis, 1 petugas tata usaha dan 1 tenaga kesehatan masyarakat. Menurut Depkes 2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi Bidang Kesehatan disebutkan bahwa dalam memantapkan sistem manajemen sumber daya manusia kesehatan perlu dilakukan peningkatan dan pemantapan perencanaan, pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan. Dalam meningkatan kualitas kemampuan tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan yang sudah ada. Pengembangan pendidikan kesehatan diarahkan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan yang berkualitas dalam melaksanakan pelayanan promotif dan preventif. Menurut Kepala Puskesmas Tapian Dolok kesiapan dari tenaga kesehatan belum maksimal karena kemampuan atau skill SDM yang ada di Puskesmas dalam memberikan pelayanan promotif dan preventif masih perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, menurut pernyataan beberapa informan, tenaga penyuluh kesehatan terutama tenaga kesehatan masyarakat masih belum mencukupi menyebabkan kegiatan promotif dan preventif berjalan kurang optimal. Namun dari beberapa informan ada yang beranggapan bahwa untuk jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tapian Dolok sudah mencukupi. Tenaga kesehatan seharusnya dalam memberikan pelayanan kesehatan memiliki kompetensi yang berkualitas dan taat dengan prosedur. Dilihat dari pengamatan didapat bahwa saat ini masih banyak masyarakat yang menerima Universitas Sumatera Utara pelayanan kesehatan promotif dan preventif tidak memenuhi syarat yang dijelaskan sebelumnya. Keterbatasan kemampuan atau skill dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya promotif dan preventif melalui UKM dan UKP terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kurangnya pelatihan yang diberikan oleh Pemerintah terkait. Kurangnya pengetahuan dan rendahnya pengawasan sering menjadikan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas belum dikerjakan secara baik. Masyarakat pun cenderung menjadi menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan keterpaksaan. Walaupun pemerintah telah melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga kesehatan maupun menyediakan pelatihan atau program peningkatan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan serta pemerataan distribusi tenaga kesehatan dalam mengadakan upaya promotif dan preventif sebagai contoh melaksanakan penyuluhan ke semua Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas tanpa alasan letak geografis atau jarak Desa yang jauh dari Puskesmas, tetapi belum pasti seluruhnya tenaga kesehatan mendukung. Hal tersebut di atas terkait dengan tenaga kesehatan yang masih menyimpang dari tujuan awal keberadaannya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta belum mendukung dan tidak melaksanakan pelayanan promotif dan preventif secara maksimal. Sehingga pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan aspek upaya promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan yang seharusnya lebih diutamakan belum dominan terlaksana. Perilaku Universitas Sumatera Utara sehat masyarakat pun mengikuti paradigma sehat yang dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya pada saat sakit. Namun, memang di sini tenaga kesehatan harus berjuang keras dalam melaksanakan pelayanan preventif. Apalagi berhadapan dengan masyarakat yang ekonomi dan pendidikan yang rendah sangat diakui susah sekali untuk merubah perilaku hidup bersih dan sehat. Sebagai tenaga kesehatan yang bertugas diharapkan melakukan pelayanan kesehatan tepat sasaran seperti melaksanakan penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat di desa. Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tapian Dolok didominasi oleh tenaga kesehatan medis sehingga lebih mengutamakan upaya kesehatan yang menekankan pada penyembuhan penyakit. Sebaliknya tenaga kesehatan yang menekankan masalah upaya promotif dan preventif yaitu SKM di Puskesmas ini masih sangat minim sekali. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan masyarakat yang sehat memerlukan pendekatan holistik yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual. Pada kenyataannya dalam upaya promotif dan preventif di Puskesmas Tapian Dolok belum didukung oleh tenaga kesehatannya sendiri. Terlihat di lapangan bahwa tenaga kesehatannya belum berhasil untuk mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, dan masih kurang melibatkan kerja sama lintas sektoral, serta mengelola sistem pelayanan kesehatan yang belum efektif dan efisien. Sebagai contoh ketika peneliti melihat pelaksanaan beberapa Posyandu di lapangan, didapati bahwa tenaga kesehatan yang bertugas melaksanakan Universitas Sumatera Utara Posyandu datangnya sangat lama dan tidak sesuai dengan waktu yang di tetapkan. Sehingga masyarakat yang sudah datang untuk imunisasi merasa tenaga kesehatannya tidak baik dalam memberikan pelayanannya, karena mereka sudah terlalu lama menunggu akhirnya mereka pulang. Penyuluhan yang seharusnya diberikan rutin di Posyandu juga tidak terlihat dilaksanakan. Bahkan tenaga kesehatan hanya memberikan imunisasi dan cenderung ingin cepat-cepat pulang. Kegiatan atau program dari pelayanan promotif dan preventif yang dibentuk oleh Puskesmas melalui UKM dan UKP belum dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh tenaga kesehatan Puskesmas sehingga belum mencapai hasil yang maksimal. Selain itu penyuluhan yang diberikan ke masyarakat dengan terjun langsung ke Desa pada nyatanya tidak memberikan hasil yang bagus. Hal itu terjadi karena antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dengan masyarakat terdapat hambatan dalam penyelenggaraan upaya promotif dan preventif. Tenaga- tenaga kesehatan yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang- orang yang terpelajar dan bukan berasal dari daerah atau Desa tempat diadakannya penyuluhan, sehingga masyarakat menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika tenaga kesehatan menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh masyarakat, maka akibatnya masyarakat enggan untuk datang dalam kegiatan UKM yang dilaksakan oleh Puskesmas serta masyarakat juga tidak terlalu menanggapi konseling yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan Puskesmas dalam melaksanakan upaya kesehatan perorangan yaitu home visit TB mangkir, home visit gizi burukgizi kurang dan pemantauan rumah sehat kurang kooperatif dan distributif. Pada kenyataanya Universitas Sumatera Utara tenaga kesehatan tidak melakukan kunjungan rumah dengan tepat waktu atau tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, apalagi jika jarak yang dikunjungi jauh dari Puskesmas atau tempat tinggal mereka sehingga mereka hanya menghubungi bidan desa untuk menggantikan tugan mereka melakukan home visit. Konseling yang seharusnya diberikan kepada pasien atau masyarakat yang datang ke Puskesmas ini tidak begitu diperhatikan dan pelaksanaannya juga masih kurang baik. Dikatakan demikian karena tenaga kesehatan masih mengesampingkan dalam pemberian penyuluhan kesehatan perseorangan atau KIE kepada pasien pada keadaan Puskesmas kedatangan banyak pasien yang ingin menggunakan pelayanan kuratif yaitu pengobatan. Sehingga tenaga kesehatan Puskesmas lebih mengutamakan melayani upaya kuratifnya.

5.1.3 Pendanaan

Pendanaan untuk pelayanan promotif dan preventif sebelum diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional, pembiayaan untuk kegiatan- kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat UKM dan Upaya Kesehatan Perorangan UKP bersumber dari Bantuan Operasional Kesehatan BOK. BOK merupakan salah satu program pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Sumber dana BOK yaitu APBN melalui Dana Tugas Pembantuan Kementerian Kesehatan. Bantuan Operasional Kesehatan BOK merupakan upaya masyarakat dalam bentuk bantuan dana dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan daerah melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal SPM Kesehatan. Bantuan Operasional Universitas Sumatera Utara Kesehatan di Puskesmas dan jaringannya tidak lagi menafikan dan mempunyai tujuan meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan promotif dan preventif. Setelah berlaku Jaminan Kesehatan Nasional JKN, maka terjadi perubahan pada sistem pembiayaan di Puskesmas Tapian Dolok. Melalui JKN, pemerintah hanya akan bertanggungjawab untuk pemenuhan pembiayaan Upaya Kesehatan Masyarakat UKM, sementara Upaya Kesehatan Perorangan UKP bersumber dari dana kapitasi JKN. Dalam konteks ini maka pembiayaan puskesmas untuk UKP didukung oleh dana kapitasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan BPJS Kesehatan. Namun kenyataannya Puskesmas Tapian Dolok hingga saat ini masih menggunakan dana BOK untuk melaksanakan pelayanan promotif dan preventif dalam bentuk Upaya Kesehatan Masyarakat. Dana kapitasi JKN di Puskesmas ini lebih difokuskan pada Upaya Kesehatan Perorangan yaitu pelayanan kuratif atau pengobatan. Dana BOK dimanfaatkan sepenuhnya secara langsung oleh Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat tidak dijadikan sumber pendapatan daerah sehingga tidak boleh disetorkan ke kas daerah. Pemanfaatan BOK harus berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas yang diselenggarakan secara rutin periodik bulanantriwulan. Satuan biaya setiap jenis kegiatan pelayanan yang dibiayai oleh BOK mengacu pada ketentuan Peraturan Daerah Perda. Jika belum terdapat Perda yang mengatur hal itu, maka satuan biaya tersebut ditetapkan melalui BupatiWalikota atas usulan Dinas Kesehatan KabupatenKota. Universitas Sumatera Utara Puskesmas menggunakan dana BOK ditujukan untuk membiayai operasional pelayanan kesehatan yang selama ini masih dirasa kurang memadai. BOK ini diperuntukan dalam meningkatkan pelayanan promotif dan preventif melalui UKM yang dirasa masih terdapat kesenjangan dan hambatan dalam mencapai keberhasilan dan cakupan pelayanannya yang masih kurang. Peruntukan dana BOK bukan untuk pengadaan barangjasa, melainkan untuk operasional saja, misalnya operasional audit maternal perinatal, pemantauan wilayah setempat untuk gizi dan kesehatan ibu dan anak, imunisasi, rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, penanganan P2M seperti HIVAIDS, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan dan pembinaan kesehatan berbasis masyarakat. Namun itu semua belum terlaksana secara optimal dan belum menghasilkan kualitas pelayanan yang efektif dan efisien dikarenakan dana yang belum mencukupi untuk semua program yang akan diselenggarakan. Pada kenyatannya Puskesmas Tapian Dolok lebih banyak menggunakan dana kapitasi dari BPJS untuk pelayanan kuratif, tidak sebanding dengan dana yang digunakan untuk pelayanan promotif dan preventif dalam melaksanakan UKM yang hanya menggunakan dana dari BOK. Hal itu disebabkan karena Puskesmas yang masih belum paham mengenai proses penyaluran dana dalam membiayai pelayanan promotif dan preventif di era JKN ini. Sebenarnya dana untuk pelayanan promotif dan preventif dari BOK belum mencukupi dalam pelaksanaan program upaya kesehatan masyarakat di seluruh Desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas. Hal tersebut dibuktikan dengan kegiatan penyuluhan yang diadakan Puskesmas hanya dilakukan satu kali dalam sebulan Universitas Sumatera Utara dan tidak merata ke semua Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas dikarenakan jarak antar Desa yang sangat jauh sehingga membutuhkan biaya operasional yang cukup besar. Pada awal tahun 2015 Puskesmas Tapian Dolok tidak melaksanakan kegiatan penyuluhan ke Desamasyarakat dikarenakan dana untuk UKM yang dananya dibiayai oleh BOK sempat berhenti disalurkan ke Puskesmas, sehingga Puskesmas tidak memiliki dana yang cukup untuk biaya operasional kegiatan UKM . Sebagian besar dari informan menyatakan bahwa mereka tidak terlalu tahu dan paham mengenai sistem pembiayaan di era JKN khususnya untuk pelayanan promotif dan preventif.

5.1.4 Sarana, Prasarana, dan Peralatan

Secara keseluruhan, sarana prasarana dan peralatan di Puskesmas Tapian Dolok telah mencukupi untuk pelayanan kesehatan dasar. Adapun sarana fisik yang ada di Puskesmas Tapian Dolok, yaitu 1 unit mobil ambulans, 2 unit sepeda motor, 2 unit komputer dan 1 unit printer. Prasarana yang ada, yaitu sarana air bersih, sarana pembuangan sampah medis, sarana pembuangan sampah non medis, Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL, dan sarana pembuangan tinja. Fasilitas gedung di Puskesmas Tapian Dolok terdapat beberapa ruangan antara lain ruang Kepala Puskesmas, ruang periksa pasienkamar dokter, ruang periksa gigi dan mulut, ruang obat dan apotek, ruang KIAKB, ruang laboratorium, ruang TBKusta, ruang kartu, ruang tunggu pasien, ruang tata usaha, ruang imunisasi, ruang rawat inap, klinik sanitasi, ruang P2M, ruang promkes, ruang IMSPONED, ruang administrasi, aula dan kamar mandi. Universitas Sumatera Utara Peralatan kesehatan yang tersedia di Puskesmas untuk pelayanan kesehatan dasar sudah lumayan mencukupi, seperti alat-alat pemeriksaan pasien, alat-alat pertolongan persalinan, alat-lat suntik dan alat-alat P3K, timbangan bayi dan dewasa serta pengukur tinggi badan, satu set dental unit, lemari pendingin tempat penyimpanan baha-bahan Imunisasi, alat-alat laboratorium, tempat tidur pasien rawat inap, kursi roda, ginekologi bed, oksigen besi, oksigen plastik, dan sentrifus. Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai target-target dari program-program yang dibuat oleh Puskesmas. Namun kenyataannya yang terjadi di Puskesmas Tapian Dolok perhatian pemerintah terhadap kelengkapan sarana, prasarana serta peralatan dalam melaksanakan upaya promotif dan preventif masih kurang. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga pelayanan kesehatan promotif dan preventif bagi masyarakat menjadi rendah. Untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif, seperti penyuluhan, tenaga kesehatan di Puskesmas Tapian Dolok menyiapkan media promosi kesehatan, seperti poster, leaflet, dan papan tulis atau kertas karton yang ditulisi materi penyuluhan. Media promosi kesehatan tersebut dirasakan belum begitu maksimal untuk digunakan dalam penyuluhan apalagi jika penyuluhan dilakukan di dalam gedung. Puskesmas Tapian dolok belum memilik alat proyektor atau in focus yang dapat mendukung pelaksananaan kegaiatan penyuluhan di dalam gedung sehingga diharapkan pelaksanaan penyuluhan bisa berjalan dengan maksimal. Dalam bidang kesehatan ibu anak dan KB, peralatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dirasakan masih kurang seperti ketika melaksanakan imunisasi di Posyandu, timbangan bayibalita yang digunakan masih timbangan yang sudah Universitas Sumatera Utara lama sekali dan selayaknya sudah bisa diganti dengan timbangan yang baru dengan fungsi lebih baik lagi. Karena timbangan yang digunakan masih timabangan model lama yaitu disangkutkan atau diikat diatas pohon. Sehingga jika di lokasi pelaksanaan Posyandu Tidak terdapat pohon untuk mengikat timbangan tersebut maka menjadi kendala dalam proses kelancaran dari kegiatan tersebut. Selain itu, hal yang sangat dirasakan oleh tenaga kesehatan mengenai sarana dan prasarana yang masih kurang adalah transportasi yang belum memadai. Puskesmas hanya memiliki kendaraan dinas yaitu 1 ambulance dan 2 unit sepeda motor. Kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas sangat luas dan jarak antar Desa sangat berjauhan dan umumnya terletak di daerah pelosok, sehingga membutuhakan transportasi yang memadai untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan ke Desa misalnya. Namun kendaraan dinas yang dimiliki Puskesmas tidak setiap saat ada di Puskesmas dikarenakan digunakan untuk keperluan lain, mengakibatkan timbul kendala untuk melaksanakan penyuluhan ke masyarakat yang letak Desa nya sangat jauh dari Puskesmas Tapian Dolok. Transportasi yang tidak memadai memaksa tenaga kesehatan untuk menggunakan kendaraan pribadi, tapi tenaga kesehatan yang bertugas dengan menggunakan kendaraan pribadi pada umumnya jadi memilih Desa yang terdekat dengan Puskesmas untuk melaksanakan pelayanan promotif dan preventif melalui UKM dan UKP. Dengan demikian menyebabkan tidak meratanya pelaksananaan pelayanan kesehatan untuk semua masyarakat yang tinggal di Desa-desa yang berada pada wilayah kerja Puskesmas sehingga pelayanan promotif dan preventif tidak terlaksana secara maksimal dan hasil cakupannya pun masih rendah. Universitas Sumatera Utara

5.2 Proses