28
5. Cara Pengukuran Penalaran Moral
Penalaran Moral pada penelitian ini dapat diukur dan diteliti melalui skala penalaran moral. Pada skala penalaran moral
terdapat 5 lima cerita dilema moral yang diciptakan oleh Kohlberg Dhuska dan Whelan, 1984: 121-124. Dilema-dilema
moral digunakan untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh siswa apabila berada dalam situasi seperti yang
terdapat pada cerita atau pernyataan. Perhatian kohlberg tertuju pada pertimbangan penalaran moral siswa terhadap hal yang dapat
dilakukannya. Pertimbangangan-pertimbangan ini yang menjadi indikator dari tahap perkembangan moral siswa.
Skala penalaran moral dalam penelitian ini diadaptasi langsung dari instrumen penelitian milik Prof. Dr. C. Asri
Budiningsih 2008: 97-101. Tujuan skala ini untuk mengungkap penalaran moral subjek tentang tidakan apa yang sebaiknya
dilakukan jika subjek berada pada situasi seperti yang diperankan dalam cerita. Pemberian nilaiskala pada setiap soal disesuaikan
dengan pilihan pernyataan yang telah disesuaikan dengan tahap- tahap penalaran moral Kohlberg 1995: 231-234. Skala diberikan
dengan rentang skor 1-6.
29
G. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall 2007: 4 mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai suatu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan
kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Zohar dan
Marshall ingin menekankan bahwa begitu pentingnya manusia untuk mampu memahami kecerdasan spiritual ini, sebab kecerdasan spiritual
mampu mengajarkan manusia untuk bisa melampaui batas kemampuannya dalam memaknai suatu nilai dan makna secara tepat.
Sejalan dengan pendapat Zohar dan Marshall, Ary Ginanjar 2001: 14 dalam
Emotional Spiritual Quotient
mengartikan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna
spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual secara komprehensif dan transedental. Hal ini berarti kecerdasan spiritual merupakan kemampuan yang mampu
memberi pedoman bagi manusia dalam berpikir dan dorongan untuk melakukan suatu tindakan yang mampu menggabungkan ketiga aspek
kecerdasan dalam dirinya.
30
Kemudian menurut Buzan 2003: xix-xx kecerdasan spiritual merupakan cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan kualitas-
kualitas vital seperti energi, semangat, keberanian, serta tekad, yang berkembang secara alami dari kecerdasan personal pengetahuan,
penghayatan, dan pemahaman tentang diri sendiri melalui kecerdasan sosial pengetahuan, penghayatan, dan pemahaman terhadap orang
lain, sampai ke penghayatan dan pemahaman berbagai bentuk kehidupan lain dari jagat raya sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan mendasar dalam
diri manusia yang mampu memberikan pedoman dalam menilai suatu hal, acuan dalam bertindak, serta sebagai penyelaras kecerdasan lain
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan personal, dan kecerdasan sosial dalam diri manusia.
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual