PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI WONOSARI 03 KOTA SEMARANG
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI
MODEL STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION
BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA
SISWA KELAS VA SD NEGERI WONOSARI 03
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Oleh
Handal Setyo Adi Prakoso NIM. 1401411396
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
(2)
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Peneliti yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Handal Setyo Adi Prakoso NIM : 1401411396
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model
Students Teams Achievement Division Berbantuan Media Audiovisual pada Siswa Kelas VA SD Negeri Wonosari 03 Kota Semarang
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 25 Juni 2015
Peneliti,
Handal Setyo Adi Prakoso NIM. 1401411396
(3)
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama Handal Setyo Adi Prakoso, NIM 1401411396, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Students Teams Achievement Division Berbantuan Media Audiovisual pada Siswa Kelas VA SD Negeri Wonosari 03 Kota Semarang”, telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Kamis
tanggal : 25 Juni 2015
Semarang, 3 Juni 2015 Mengetahui
Ketua Jurusan PGSD, Dosen Pembimbing,
Dra. Hartati, M.Pd. Arif Widagdo, S.Pd., M.Pd.
(4)
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi atas nama Handal Setyo Adi Prakoso, NIM 1401411396, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Students Teams Achievement Division Berbantuan Media Audiovisual pada Siswa Kelas VA SD Negeri Wonosari 03 Kota Semarang” telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Kamis tanggal : 25 Juni 2015
Panitia Ujian Skripsi: Ketua,
Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. NIP. 195604271986031001
Sekretaris,
Fitria Dwi Prasetyaningtyas., S.Pd. M.Pd. NIP. 198506062009122005
Penguji Utama,
Drs. Susilo, M.Pd. NIP. 195412061982031004
Penguji I,
Drs. Moch. Ichsan., M.Pd. NIP. 195006121984031001
Penguji II,
Arif Widagdo, S.Pd., M.Pd. NIP. 197903282005011001
(5)
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakalah
yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az Zumar [39]: 9)
PERSEMBAHAN
Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia-Nya, berupa kesehatan, serta kelancaran dalam penyusunan skripsi. Kedua orang tuaku (Ibuku Fathonah, Bapakku Yanusron) yang tidak hentinya memberikan dukungan serta mendoakanku. Serta almamaterku Universitas Negeri Semarang.
(6)
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Students Teams Achievement Division Berbantuan Media Audiovisual pada Siswa Kelas VA SD Negeri Wonosari 03 Kota Semarang”. Skripsi ini dapat selesai karena bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan studi.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan pengesahan skripsi ini.
3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang yang telah membantu memperlancar jalannya penelitian dan penyusunan skripsi ini.
4. Arif Widagdo, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi. 5. Drs. Susilo, M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan saran kepada peneliti selama penyusunan skripsi.
6. Drs. Moch. Ichsan., M.Pd., Dosen Penguji I yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk memaparkan hasil karya ini.
7. Sutriyono, S.Pd.SD., Kepala Sekolah SDN Wonosari 03 Kota Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Ambar Kustiyah FM., S.Pd., guru kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang yang telah membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
9. Seluruh pengajar, karyawan, dan siswa SDN Wonosari 03 Kota Semarang atas segala bantuan yang diberikan dalam pelaksanaan penelitian.
(7)
vii
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat berkat dan karunia yang berlimpah dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 25 Juni 2015
Handal Setyo Adi Prakoso
(8)
viii
ABSTRAK
Prakoso, Handal Setyo Adi. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Students Teams Achievement Division Berbantuan Media Audiovisual pada Siswa Kelas VA SD Negeri Wonosari 03 Kota Semarang. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Arif Widagdo, S.Pd., M.Pd.
Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogis dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik. Masalah dalam penelitian ini adalah kualitas pembelajaran IPS di SDN Wonosari 03 Kota Semarang yang kurang optimal. Hasil refleksi menunjukkan bahwa keterampilan guru dalam pembelajaran IPS belum menggunakan model dan media inovatif yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Hasil tersebut juga berdampak pada aktivitas siswa yang masih kurang. Hasil refleksi tersebut juga didukung oleh hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS yang menunjukkan bahwa dari 39 siswa, sebanyak 28 siswa (71,7%) mendapat nilai di bawah KKM yaitu 65. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran students teams achievment division (STAD) berbantuan media audiovisual pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan penerapan model pembelajaran STAD berbantuan media audiovisual.
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus dua kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah guru kelas dan 39 siswa SDN Wonosari 03 Kota Semarang. Materi pembelajaran IPS yang menjadi bahan penelitian adalah KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non-tes dengan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru pada siklus I mencapai skor 31,5 kriteria baik, siklus II skor 37 kriteria sangat baik. Rata-rata skor aktivitas siswa siklus I skor 22,45 kriteria cukup, siklus II skor 34,11 kriteria baik. Sedangkan Rata-rata ketuntasan klasikal hasil belajar siklus I sebesar 46,15%, siklus II sebesar 94,87%.
Simpulan hasil penelitian yaitu penerapan model pembelajaran STAD
berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang. Saran yang diberikan adalah guru hendaknya menggunakan model dan media yang bervariatif sesuai dengan materi yang diajarkan.
(9)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 7
1.2.1 Rumusan Masalah ... 7
1.2.2 Pemecahan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 11
1.4.2 Manfaat Praktis ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori. ... 13
2.1.1 Hakikat Belajar ... 13
2.1.2 Hakikat Pembelajaran ... 13
2.1.3 Kualitas Pembelajaran ... 14
2.1.3.1Keterampilan Dasar Mengajar Guru ... 15
(10)
x
2.1.3.3Hasil Belajar ... 31
2.1.4 Hakikat dan Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 33
2.1.4.1Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 34
2.1.4.2Karakteristik Pembelajaran IPS SD ... 35
2.1.4.3Kurikulum IPS SD (KTSP) ... 37
2.1.4.4Evaluasi Pembelajaran IPS SD ... 38
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif ... 39
2.1.5.1Model Pembelajaran Kooperatif Students Teams Achievment Divison (STAD) ... 40
2.1.5.2Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 47
2.1.6 Media Pembelajaran ... 47
2.1.6.1Media Pembelajaran Audiovisual ... 50
2.1.7 Implementasi Model Pembelajaran Students Teams Achievement Division (STAD) Berbantuan Media Audiovisual ... 52
2.2 Kajian Empiris ... 53
2.3 Kerangka Berpikir ... 56
2.4 Hipotesis Tindakan ... 59
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 60
3.1.1 Perencanaan (Planning) ... 61
3.1.2 Pelaksanaan Tindakan (Acting) ... 61
3.1.3 Pengamatan (Observing) ... 62
3.1.4 Refleksi (Reflecting) ... 62
3.2 Perencanaan Tahap Penelitian ... 63
3.2.1 Siklus Pertama ... 64
3.2.2 Siklus Kedua ... 66
3.3 Subjek Penelitian ... 68
3.4 Variabel Penelitian / Faktor yang Diselidiki ... 69
3.5 Data dan Cara Pengumpulan Data ... 69
(11)
xi
3.5.1.1 Siswa ... 69
3.5.1.2 Guru ... 69
3.5.1.3 Data Dokumen ... 70
3.5.1.4 Catatan Lapangan... 70
3.5.2 Jenis Data ... 70
3.5.2.1 Data Kualitatif ... 70
3.5.2.2 Data Kuantitatif ... 70
3.5.3 Teknik Pengumpulan Data ... 71
3.5.3.1 Teknik Non Tes... 71
3.5.3.2 Teknik Tes ... 73
3.5.4 Teknik Analisis data ... 73
3.5.4.1 Data Kualitatif ... 74
3.5.4.2 Data Kuantitatif ... 76
3.6 Indikator Keberhasilan ... 78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 80
4.1.1 Deskripsi Data Prasiklus ... 80
4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 81
4.1.2.1 Perencanaan Siklus I ... 81
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 81
4.1.2.3 Data Hasil Observasi Keterampilan Mengajar Guru Siklus I ... 84
4.1.2.4 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 93
4.1.2.5 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 100
4.1.2.6 Refleksi ... 103
4.1.2.7 Revisi ... 104
4.1.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 105
4.1.3.1 Perencanaan Siklus II ... 105
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 106
4.1.3.3 Data Hasil Observasi Keterampilan Mengajar Guru Siklus II... 107
4.1.3.4 Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 116
(12)
xii
4.1.3.6 Refleksi ... 125
4.1.3.7 Revisi ... 126
4.2 Pembahasan... 128
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 128
4.2.1.1 Deskripsi Hasil Observasi dan Refleksi Keterampilan Guru ... 129
4.2.1.2 Deskripsi Hasil Observasi dan Refleksi Aktivitas Siswa ... 137
4.2.1.3 Hasil Belajar Siswa ... 147
4.2.2 Uji Hipotesis ... 149
4.2.3 Implikasi Hasil Penelitian ... 149
4.2.3.1 Implikasi Teoritis ... 149
4.2.3.2 Implikasi Praktis ... 150
4.2.3.3 Implikasi Pedagogis ... 150
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 151
5.2 Saran ... 152
DAFTAR PUSTAKA ... 154
(13)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Sintaks Model Pembelajaran Students Teams Achievmet
Division (STAD) berbantuan Media Audiovisual ... 8
Tabel 2.1 Penghitungan perkembangan skor individu ... 44
Tabel 2.2 Penghitungan perkembangan skor kelompok ... 45
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Data Kualitatif ... 76
Tabel 3.2 Kriteria Skor Keterampilan Guru ... 76
Tabel 3.3 Kriteria Skor Aktivitas Siswa ... 76
Tabel 3.4 Tingkat Keberhasilan ... 78
Tabel 3.5 KKM Mata Pelajaran IPS Kelas VA SDN Wonosari 03 ... 78
Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Mengajar Guru Siklus I... 84
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 93
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 100
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 102
Tabel 4.5 Hasil Observasi Keterampilan Mengajar Guru Siklus II………… 108
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 116
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 122
(14)
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ... 58 Bagan 3.1 Tahap-Tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas ... 60
(15)
xv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Mengajar Guru Siklus I ... 85
Diagram 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 94
Diagram 4.3 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 102
Diagram 4.4 Rekapitulasi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 103
Diagram 4.5 Hasil Observasi Keterampilan Mengajar Guru Siklus II ... 109
Diagram 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 117
Diagram 4.7 Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 123
Diagram 4.8 Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 125
Diagram 4.9 Keterampilan Guru Siklus I dan II ... 127
Diagram 4.10 Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 127
(16)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Penetapan Indikator Keterampilan Guru ... 158
Lampiran 2 Pedoman Penetapan Indikator Aktivitas Siswa ... 161
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 164
Lampiran 4 Lembar Observasi Keterampilan Guru ... 169
Lampiran 5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 174
Lampiran 6 Angket Respon Siswa ... 178
Lampiran 7 Catatan Lapangan ... 181
Lampiran 8 Lembar Wawancara ... 182
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 185
Lampiran 10 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... 228
Lampiran 11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 238
Lampiran 12 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 241
Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus I ... 250
Lampiran 14 Foto Kegiatan Siklus I ... 255
Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 259
Lampiran 16 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... 298
Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 308
Lampiran 18 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 311
Lampiran 19 Catatan Lapangan Siklus II ... 320
Lampiran 20 Foto Kegiatan Siklus II ... 325
Lampiran 21 Rekap Hasil Angket Respon Siswa ... 329
Lampiran 22 Hasil Wawancara ... 331
Lampiran 23 Surat-Surat Penelitian ... 334
(17)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sementara itu, dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15 disebutkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan secara yuridis berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2. Kedua ayat tersebut adalah sebagai berikut:
a. pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional;
b. kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
(18)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, terdiri dari muatan lokal, dan pengembangan diri.
Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berfikir peserta didik yang bersifat holistik. (Sapriya 2012:20). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum bahwa tujuan IPS adalah:
a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
b. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
(19)
3
d. memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
Sementara Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, pendidikan IPS seharusnya dilaksanakan dengan baik dalam proses pembelajaran di sekolah mengingat pentingnya pelajaran tersebut seperti tujuan yang telah diungkapkan. Pembelajaran IPS dikatakan berhasil apabila semua tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai, yang terungkap dalam hasil belajar IPS. Namun dalam kenyataannya, masih ada sekolah-sekolah yang memiliki hasil belajar IPS yang rendah karena belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan.
Berdasarkan temuan Depdiknas (2010) tentang permasalahan pembelajaran IPS, menunjukkan masih banyak ditemukan permasalahan pelaksanaan pembelajaran IPS. Hal tersebut disebabkan kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran, iklim pembelajaran masih berifat teacher centered.
Kondisi saat pembelajaran masih bersifat ceramah, kurangnya kegiatan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, media pembelajaran yang kurang
(20)
digunakan maksimal, beberapa faktor tersebut menyebabkan permasalahan pembelajaran IPS yang berjalan tidak optimal.
Fenomena pelaksanaan pembelajaran di atas merupakan gambaran yang terjadi di SDNegeri Wonosari 03 Semarang. Berdasarkan hasil refleksi awal dengan guru kelas VA SDN Wonosari 03 melalui data dokumen dan observasi bahwa pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPS belum optimal. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran, guru tidak menggonakan model pembelajaran yang variatif dalam mengajar yaitu hanya menggunakan model ceramah dan penggunaan media pembelajaran yang belum optimal.
Hal tersebut didukung oleh data dokumen hasil belajar siswa kelas VA SDN Wonosari 03, data nilai yang diperoleh yaitu sebanyak 28 siswa (71,7%) tidak mencapai ketuntasan belajar (<65) pada mata pelajaran IPS pada KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Selebihnya, hanya 11 siswa (28,2%) yang mencapai ketuntasan belajar (>65). Berdasarkan data tersebut di atas, perlu proses perbaikan kualitas dalam proses pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Permasalahan mengenai kualitas pembelajaran IPS yang belum optimal merupakan masalah yang sangat penting dan mendesak, sehingga perlu dicari alternatif pemecahan masalahnya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SDN Wonosari 03 Kota Semarang. Peneliti bersama tim kolaborasi berinisiatif menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.
(21)
5
Berdasarkan diskusi dengan guru mitra, untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih efektif yaitu dengan menggunakan model belajar dengan kooperatif yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar. Atas dasar itulah peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif students teams achievement division (STAD). Dalam
STAD, siswa dikelompokkan menjadi kelompok yang beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan pelajaran IPS dengan materi “Penjajahan Belanda dan Jepang”, kemudian siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut. Nilai tersebut diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri sebelumnya kemudian dijumlah untuk menentukan nilai kelompok. (Rusman, 2014)
Sedangkan untuk menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan model
STAD¸ peneliti menggunakan media audiovisual sebagai media pembelajaran. Menurut Hamiyah & Jauhar (2014), media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena mencakup kedua unsur media yaitu suara dan gambar khususnya dalam penerapan pembelajaran IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang..
Peneliti menerapkan model students teams achievement division
berbantuan media audiovisual. Sesuai dengan pernyataan Slavin (dalam Rusman, 2014) bahwa gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling
(22)
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok mereka mendapatkan hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Sehingga model pembelajaran STAD berbantuan media audiovisual dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, dapat meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa, sehingga kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang dapat meningkat.
Adapun penelitian yang mendukung dalam pemecahan permasalahan tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009: 109-112) dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berorientasi Keterampilan Proses” ISSN: 1693-1246. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan
STAD berorientasi keterampilan proses dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa, hal ini ditunjukkan adanya peningkatan ketuntasan klasikal, skor rata-rata post tes dan aktivitas siswa.
Penelitian lainnya yaitu oleh Junas (2009) dengan Judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Topik Dampak Globalisasi melalui Cooperative Learning Tipe
STAD pada Siswa Kelas VI C SDN Percobaan Palangka Raya” Label Rt
372.83099 JUN m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator aktivitas belajar meningkat sebesar 70,1 %. Indikator hasil belajar siswa pada siklus I memiliki rata-rata 69,79 dan pada siklus II memiliki rata-rata 84,26 maka diperoleh selisih tingkat keberhasilan untuk hasil belajar sebesar 14,47. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan hasil presentase keberhasilan sebesar 20,73%.
(23)
7
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model students teams achievment division (STAD)
berbantuan media audiovisual, siswa akan lebih aktif dan keterampilan guru akan meningkat sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Students Teams Achievement Division (STAD) Berbantuan Media Audiovisual pada Siswa Kelas VA SDNegeri Wonosari 03 Kota Semarang”
1.2
PERUMUSAN
MASALAH
DAN
PEMECAHAN
MASALAH
1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Rumusan Masalah Umum
Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang? 2. Rumusan Masalah Khusus
a. Apakah dengan model pembelajaran students teams achievement division (STAD) berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para
(24)
tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang?
b. Apakah dengan model pembelajaran students teams achievement division (STAD) berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS KD 2.1mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang?
c. Apakah dengan model pembelajaran students teams achievement division (STAD) berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03Kota Semarang?
1.2.2 Pemecahan Masalah
Tabel 1.1
Sintaks Model Pembelajaran Students Teams Achievmet Division (STAD)
berbantuan Media Audiovisual Langkah – langkah
Pembelajaran Model Students Teams Achievement Division
(STAD) *
Langkah – langkah Penggunaan Media
Pembelajaran (Audiovisual)
**
Langkah – langkah Pembelajaran Model Students Teams Achievement Division
berbantuan Media Audiovisual
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Merumuskan tujuan.
1. Menyiapkan media audiovisual, yaitu video tentang “Penjajahan Belanda dan Jepang”. 2. Mempersiapkan perlengkapan penunjang media, antara lain: liquid crystal display, layar, pengeras suara dan
video “Penjajahan
Belanda dan
(25)
9
Langkah – langkah Pembelajaran Model
Students Teams Achievement Division
(STAD) *
Langkah – langkah Penggunaan Media
Pembelajaran (Audiovisual)
**
Langkah – langkah Pembelajaran Model Students Teams Achievement Division
berbantuan Media Audiovisual
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa yaitu
tentang “Penjajahan Belanda dan Jepang”
dan memberikan motivasi berupa pengarahan tentang adanya reward untuk kelompok sesuai hasil perolehan kelompok.
1. Siswa
memperhatikan penjelasan
kompetensi dan tujuan pembelajaran dengan seksama. 2. Pembagian Kelompok 4. Mengkondisikan siswa dengan membentuk
kelompok belajar siswa (4-5 siswa)
2. Siswa
mengkondisikan diri dengan duduk berkelompok 3. Presentasi dari
guru
2. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media.
5. Memberikan materi
“Penjajahan Belanda dan Jepang” kepada siswa dengan bantuan video
“Penjajahan Belanda dan Jepang.”
3. Siswa
memperhatikan dengan seksama penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
4. Siswa
memperhatikan dengan cermat tayangan video
“Penjajahan
Belanda dan
Jepang” yang
sudah disiapkan guru.
5. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru dan siswa lain tentang tayangan video
“Penjajahan
Belanda dan
Jepang”. 4. Kegiatan Belajar
dalam tim (Kerja Tim)
3. Langkah kegiatan belajar siswa.
6. Guru mengamati dan membimbing
jalannya belajar dalam tim dengan cermat dan teliti.
6. Siswa secara kelompok
mendiskusikan dengan aktif lembar kerja kelompok yang diberikan guru.
(26)
Langkah – langkah Pembelajaran Model
Students Teams Achievement Division
(STAD) *
Langkah – langkah Penggunaan Media
Pembelajaran (Audiovisual)
**
Langkah – langkah Pembelajaran Model Students Teams Achievement Division
berbantuan Media Audiovisual
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
5. Kuis (Evaluasi) 4. Langkah evaluasi pengajaran.
7. Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis secara individu tentang materi yang telah dipelajari.
7. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu. 8. Setelah pelaksanaan
kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100.
6. Penghargaan prestasi tim
9. Guru memberikan penghargaan atas keberhasilan
kelompok dengan memberikan reward berupa pemberian sticker bertuliskan juara sesuai pemerolehan
kelompok.
8. Siswa secara kelompok menerima penghargaan atas pekerjaan yang telah dikerjakan.
Sumber :
*______ Rusman (2012:215)
**_____ Hamiyah & Jauhar (2014:266)
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang.
Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang melalui model pembelajaran students teams achievement division (STAD)
(27)
11
2. mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang melalui model students teams achievement division (STAD) berbantuan media audiovisual;
3. mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang melalui model pembelajaran students teams achievement division (STAD)
berbantuan media audiovisual.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, model students teams achievement division berbantuan media audiovisual mampu meningkatkan kualitas pembelajaran IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03 Kota Semarang, sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk kegiatan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPS. Selain itu, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik untuk menggunakan model dan media yang bervariatif dalam pembelajaran IPS. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang pendidikan sekolah dasar.
(28)
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Siswa
1. Menumbuhkan minat belajar siswa pada pembelajaran IPS, sehingga IPS menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa.
2. Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
3. Melatih siswa untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan pemikiran secara logis dan sistematis.
b. Manfaat Bagi Guru
1. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung.
2. Mengembangkan kurikulum di tingkat kelas, serta untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran.
3. Membantu guru untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. 4. Membuat guru lebih kreatif dalam pelaksanaan proses pembelajaran. c. Manfaat Bagi Sekolah
1. Digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif.
2. Menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di sekolah.
(29)
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Proses belajar ini merupakan kegiatan yang sangat penting. Singer (dalam Siregar & Nara, 2011:4) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu. Sementara menurut Gagne (dalam Eveline Siregar, 2011:4): “Learning is relatively permanent change in behavior that result
from past experience of purposeful instruction”. Belajar menurut Hamdani (2011: 21) adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga, penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial,bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita.
Dari berbagai perspektif pandangan belajar yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan yang bersifat tetap / konstan.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses pembelajaran siswa, dengan memperhitungkan
(30)
kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Winkel (dalam Siregar & Nara, 2011:12). Sementara Gagne (dalam Siregar & Nara, 2011:12) mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna. Sementara Darsono (dalam Hamdani, 2011:23) mengemukakan aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari.
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. merupakan upaya sadar dan disengaja; b. pembelajaran harus membuat siswa belajar;
c. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan; d. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.
Pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.
2.1.3 Kualitas Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2004:7) kualitas pembelajaran adalah keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Indikator kualitas pembelajaran
(31)
15
dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran pendidik, perilaku dan dampak belajar siswa, hasil belajar, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, kualitas media pembelajaran.
Menurut Etzioni (dalam Hamdani, 2011:194) Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka di tarik kesimpulan bahwa kualitas pembelajaran merupakan keterkaitan komponen-komponen pembelajaran antara guru, siswa, dan penunjang lainnya untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Indikator kualitas pembelajaran yang menjadi variabel penelitian dalam penelitian ini adalah keterampilan dasar mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar. Indikator tersebut merupakankan indikator penting yang jika pelaksanaannya dapat berjalan maksimal maka indikator lainnya dalam kualitas pembelajaran dapat berjalan dengan optimal.
2.1.3.1Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Menurut Rusman (2012) keterampilan dasar mengajar (teaching skills)¸
merupakan karakteristik umum seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan maupun keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar adalah perilaku mendasar yang dimiliki oleh guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional.
(32)
Indikator keterampilan dasar mengajar guru dapat digambarkan dalam sembilan keterampilan mengajar.
1. Keterampilan Membuka Pelajaran (Set Induction Skills).
Membuka pelajaran adalah kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi bagi siswa agar mental ataupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajari. Menurut Abimanyu (dalam Rusman, 2012:81) membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan kondisi/suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terfokus pada hal-hal yang akan dipelajari.
Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa yang dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan adalah:
a. menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. melakukan apersepsi, yaitu mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus dan RPP.
Dalam pelaksanaan pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual dalam keterampilan membuka pelajaran, deskriptor yang ditampakkan adalah mengkondisikan siswa agar
(33)
17
siap dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran , melakukan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Keterampilan Bertanya (Questioning Skills).
Menurut Bolla (dalam Rusman, 2012:82) dalam proses pembelajaran setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa perlu dilakukan, agar siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir. (Rusman, 2012) mengungkapkan dalam kegiatan belajar mengajar, mempunyai dampak positif terhadap aktivitas dan kreativitas siswa:
a. meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran;
b. membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu masalah yang sedang dibicarakan;
c. mengembangkan pola berfikir dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya;
d. menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik;
e. memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Dalam pelaksanaan pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual deskriptor yang ditampakkan dalam ketrerampilan bertanya adalah memberikan pertanyaan kepada siswa tentang hasil diskusi yang telah dilakukan siswa.
3. Keterampilan Menguatkan (Reinforcement Skills).
Menurut (Rusman, 2012) penelitian membuktikan bahwa penguatan
(34)
(punisment). Secara psikologis, individu memerlukan penghargaan atas segala usaha yang telah dilakukan. Guru yang baik harus memberikan penguatan berupa penguatan verbal (diungkapkan dengan kata-kata seperti bagus, seratus, tepat, pintar, dan sebagainya), maupun non verbal (dengan gerakan, isyarat, sentuhan, pendekatan, dan sebagainya).
Reinforcement merupakan respon terhadap sebuah usaha yang baik dan diharapkan suatu tingkah laku yang memungkinkan untuk berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Tujuan pemberian penguatan:
a. meningkatkan perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran; b. merangsang dan meningkatkan motivasi belajar siswa;
c. meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif;
d. menumbuhkan rasa percaya diri kepada siswa;
e. membiasakan kelas kondusif penuh dengan penghargaan dan penguatan. Ada beberapa cara dalam memberikan penguatan (reinforcement)yaitu: a. penguatan kepada pribadi tertentu. Penguatan harus jelas kepada siapa
ditujukannya pertanyaan tersebut, dengan menyebutkan namanya;
b. penguatan kepada kelompok siswa. Dengan memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik; c. pemberian penguatan dengan cara segera. Penguatan diberikan sesegera
(35)
19
diharapkan.Penguatan yang dilakukan dengan tertunda cenderung tidak efektif;
d. variasi dalam penggunaan. Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis penguatan saja karena akan menimbulkan kebosanan, dan lama kelamaan akan tidak efektif.
Dalam pelaksanaan pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual deskriptor yang ditampakkan dalam ketrerampilan menguatkan adalah memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok dan memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa
4. Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Skills).
Menurut (Rusman, 2012) peserta didik adalah individu yang unit, heterogen dan mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda. Siswa ada yang mempunyai kecenderungan pada auditif, yaitu senang mendengarkan, visual senang melihat dan cenderung kinestetik, yaitu senang melakukan. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Antara lain dalam hal penggunaan multisumber, multimedia, multimetode, multistrategi, dan multimodel. Pembelajaran dilakukan secara klasikal, akan tetapi tetap dilakukan sentuhan secara individual. Sebagai contoh guru menggunakan media gambar untuk siswa yang cenderung visual, guru juga menggunakan metode ceramah untuk siswa yang cenderung auditif, selain itu guru juga mengadakan diskusi, eksperimen, demonstrasi, dan praktik untuk siswa yang kinestetik.
(36)
Tujuan dan manfaat keterampilan mengadakan variasi (variation skills)
adalah:
a. menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek pembelajaran yang relevan dan bervariasi;
b. memberikan kesempatan berkembangnya bakat yang dimiliki siswa; c. memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik;
d. memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.
Prinsip penggunaan keterampilan mengadakan variasi (variation skills)
yang perlu diperhatikan adalah:
a. variasi digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan;
b. variasi digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran; c. direncanakan dengan baik dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Dalam pelaksanaan pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual deskriptor yang ditampakkan dalam ketrerampilan mengadakan variasi adalah menyampaikan materi dengan bantuanmedia audiovisual, serta memberikan soal kuis kepada siswa sebagai evaluasi pembelajaran.
(37)
21
5. Keterampilan Menjelaskan (Explaining Skills).
Menurut (Rusman, 2012) tugas utama dari guru adalah mengajar, dalam mengajar guru dituntut untuk menyampaikan ilmu dengan menjelaskan materi pelajaran kepada siswa secara profesional. Dalam pelaksanaannya guru dapat menggunakan media pembelajaran dan sumber-sumber belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan satu dengan yang lainnya, misalnya sebab dan akibat. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Komponen-komponen dalam keterampilan menjelaskan (explaining skills).
a. Merencanakan
Sebelum melakukan pembelajaran, guru terlebih dahulu membuat perencanaan, baik dalam silabus maupun RPP. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat tiga kegiatan utama, antara lain kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Dalam pelaksanaannya semua kegiatan tersebut memerlukan keterampilan untuk menjelaskan. Oleh karena itu, penjelasan yang dilakukan guru harus direncanakan dengan baik, terutama berkenaan dengan isi materi dan aktivitas siswa itu sendiri.
(38)
b. Perencanaan Suatu Penjelasan
Penyajian penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) kejelasan, penjelasan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan menghindari kata-kata yang tidak perlu;
2) penggunaan contoh dan ilsutrasi, memberikan contoh sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari;
3) pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan, guru hendaknya memusatkan perhatian siswa kepada masalah/topik utama dan mengurangi informasi yang tidak terlalu penting.
4) penggunaan balikan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertian siswa ketika penjelasan itu diberikan.
Sementara itu, menurut (Rusman, 2012) prinsip-prinsip keterampilan menjelaskan harus dikuasai oleh seorang guru agar siswa memperoleh pemahaman yang utuh dan jelas tentang materi yang disampaikan guru. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru, yaitu: a. keterkaitan dengan tujuan, apapun yang dilakukan oleh guru dalam
menjelaskan materi pelajaran harus bermuara pada pencapaian tujuan pembelajaran;
b. relevan antara penjelasan dengan materi dan karakteristik siswa, materi yang dijelaskan harus sesuai dengan karakteristisk peserta
(39)
23
didik, baik usia, tugas perkembangan, tingkat kesukaran, dan sebagainya;
c. kebermaknaan. Apa pun yang dijelaskan mempunyai makna bagi siswa untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang;
d. dinamis, agar pelaksanaan pembelajaran lebih menarik, guru dapat menerapkan dengan tanya jawab, atau menggunakan media pembelajaran, agar penjelasan lebih menarik dan sistematis;
e. penjelasan dilakukan dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan kegiatan penutup.
Dalam pelaksanaan pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual deskriptor yang ditampakkan dalam ketrerampilan menjelaskan adalah menyampaikan materi dengan bantuan media audiovisual.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dibutuhkan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang dilakukan dengan berkelompok (Rusman, 2012). Komponen yang diperlukan dalam kegiatan membimbing diskusi kelompok kecil antara lain:
a. memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. Pada aspek ini guru merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi dan mengemukakan masalah-masalah khusus, lalu mencatat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan dan merangkum hasil diskusi;
(40)
b. memperjelas masalah untuk menghindari kesalahpahaman dalam memimpin diskusi seorang guru perlu menguraikan permasalahan, meminta komentar siswa, dan menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan;
c. menganalisis pandangan siswa. Perbedaan pendapat dalam diskusi menuntut guru menjadi fasilitator dalam memperjelas hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang perlu disepakati di samping meneliti apakah suatu alasan mempunyai dasar yang kuat;
d. meningkatkan urunan siswa, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, memberikan contoh dengan tepat, dan memberikan waktu untuk berpikir;
e. memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi. Dilakukan dengan cara memancing partisipasi siswa dalam bentuk memberikan kesempatan siswa untuk bertanya pada siswa yang cenderung pendiam (pasif);
f. menutup diskusi, yaitu membuat rangkuman hasil diskusi, menindaklanjuti diskusi, dan mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil;
g. hal-hal yang perlu dihindarkan adalah mendominasi/monopoli pembicaraan dalam diskusi, serta membiarkan terjadinya penyimpangan dalam diskusi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual deskriptor yang ditampakkan dalam ketrerampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah membimbing siswa
(41)
25
untuk membentuk kelompok belajar siswa serta membimbing siswa dalam berdiskusi dalam kelompok.
7. Keterampilan Mengelola Kelas.
Menurut Usman (dalam Rusman, 2012:90) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah sebagai berikut: a. keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang, dan memberikan penguatan (reinforcement);
b. keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berhubungan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal; c. menentukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual deskriptor yang ditampakkan dalam
(42)
ketrerampilan mengelola kelas adalah memberikan soal kuis kepada siswa sebagai evaluasi pembelajaran.
8. Keterampilan Pembelajaran Perseorangan.
Menurut Rusman (2012), guru dapat melakukan variasi, bimbingan, dan penggunaan media pembelajaran dalam rangka memberikan sentuhan kebutuhan individual. Pembelajaran ini terjadi apabila jumlah peserta berjumlah terbatas, yaitu hanya sebatas kelompok kecil (2-8 orang).
Komponen-komponen yang diperlukan untuk dikuasai guru berkenaan dengan pembelajaran perseorangan adalah:
a. keterampilan megadakan pendekatan secara pribadi; b. keterampilan mengorganisasi.
c. keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yaitu memungkinkan guru membantu siswa untuk maju tanpa mengalami frustasi;
d. keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mencakup membantu siswa menetapkan tujuan dan menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan tersebut, merencanakan kegiatan pembelajaran bersama siswa yang mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, waktu serta kondisi belajar, bertindak sebagai supervisor, dan membantu siswa menilai pencapaiannya sendiri.
Dalam pelaksanaan pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual deskriptor yang ditampakkan dalam
(43)
27
ketrerampilan pembelajaran perorangan adalah membimbing siswa untuk membentuk kelompok belajar siswa.
9. Keterampilan Menutup Pelajaran (Closure Skills).
Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan menutup pelajaran mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Uzer Usman (dalam Rusman, 2012) komponen menutup pelajaran adalah sebagai berikut:
a. meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran;
b. melakukan evaluasi antara lain dengan cara mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeskplorasi pendapat siswa sendiri, dan memberikan soal tertulis.
Sementara Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa yang dilakukan guru dalam kegiatan penutup adalah sebagai berikut:
a. bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat kesimpulan pembelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
(44)
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial, pengayaan, layanan bimbingan, memberikan tugas baik individu maupun kelompok;
e. menyampaikan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual deskriptor yang ditampakkan dalam ketrerampilan menutup pelajaran adalah mengevaluasi hasil kerja siswa dengan rentang angka 0-100 serta menutup pelajaran.
2.1.3.2Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Saat proses kegiatan pembelajaran, yang lebih melakukan aktivitas didalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, pendidik hanya memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh siswa. Segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengalaman sendiri, pengamatan sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara teknis maupun rohani (Sardiman, 2011). Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dan dalam kegiatan belajar kedua aktivitas ini harus selalu terkait. Dengan demikian, jelas bahwa aktivitas itu memiliki arti luas, baik yang bersifat fisik/jasmani maupun mental/rohani. Dalam belajar sangat diperlukan aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.
(45)
29
Diedrich (dalam Sardiman, 2011:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: 1. visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,
memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. Dalam pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual, indikator yang ditampakkan adalah memperhatikan tampilan media audiovisual yang disajikan oleh guru;
2. oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. Dalam pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual, indikator yang ditampakkan adalah mengajukan dan menjawab pertanyaan, melaksanakan kegiatan belajar dan kerjasama secara berkelompok, menanggapi hasil diskusi, mengerjakan soal kuis yang diberikan guru secara individu sebagai evaluasi belajar, serta refleksi terhadap hasil pembelajaran;
3. listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. Dalam pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual, indikator yang ditampakkan adalah memperhatikan tampilan media audiovisual yang disajikan oleh guru, melaksanakan kegiatan belajar dan kerjasama secara kelompok, serta memperhatikan/menyimak penjelasan dari guru;
4. writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. Dalam pembelajaran model students teams achievment division
(46)
berbantuan media audiovisual, indikator yang ditampakkan adalah menulis refleksi terhadap hasil pembelajaran;
5. drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. Dalam pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual jenis kegiatan drawing activities tidak tampak;
6. motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. Dalam pembelajaran model students teams achievment division
berbantuan media audiovisual, indikator yang ditampakkan adalah membentuk kelompok belajar serta melaksanakan kegiatan belajar dan kerjasama secara berkelompok;
7. mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. Dalam pembelajaran model students teams achievment division berbantuan media audiovisual, indikator yang ditampakkan adalah menanggapi apersepsi sesuai dengan materi, menanggapi hasil diskusi, dan mengerjakan soal kuis yang diberikan guru secara individu sebagai evaluasi belajar;
8. emotional activites, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Dalam pembelajaran model
students teams achievment division berbantuan media audiovisual, indikator yang ditampakkan adalah mempersiapkan diri dalam menerima pelajaran serta menerima penghargaan atas keberhasilan kelompok.
(47)
31
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah segala tingkah laku siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar baik yang bersifat fisik maupun mental. Aktivitas juga berperan dalam menentukan keberhasilan belajar mengajar.
2.1.3.3Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Merujuk pemikiran Gagne (dalam Suprijono, 2012), hasil belajar berupa: a. informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penetapan aturan;
b. keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuwan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas;
c. strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah;
d. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasman;
(48)
e. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilain terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom (dalam Supriyono, 2012) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah
receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai),
organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Berdasarkan uraian di atas hasil belajar adalah perubahan perilaku individu secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek kemanusiaan saja. Hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Pada pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model students teams achievment division berbantuan media audio visual hasil belajar yang menjadi tujuan untuk dicapai adalah pembelajaran IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
(49)
33
2.1.4 Hakikat dan Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Hidayati dkk (2008), hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia harus mengahadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh. Bagaimana keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya..
Sedangkan menurut BSNP (2006:575) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi dari berbagai cabang ilmu yaitu, geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi yang merupakan kajian dari permasalahan tentang aktivitas hidup manusia. Pada penelitian ini, bahan yang menjadi materi ajar
(50)
adalah materi KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
2.1.4.1Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Solihatin & Raharjo (2011:15) pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sementara menurut BSNP (2006:575) IPS sendiri bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan;
2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social; 3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Sejalan dengan tujuan tersebut menurut Sumaatmadja (dalam Hidayati dkk, 2008) tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara.
(51)
35
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah membekali peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki untuk menjadi warga negara yang baik dan terampil yang berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Sejalan dengan pernyataan di atas, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan sejarah serta mendidik siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan peduli terhadap sejarah perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia.
2.1.4.2Karakteristik Pembelajaran IPS SD
Hidayati dkk (2008) menjelaskan bahwa IPS merupakan ilmu yang terdiri dari disiplin-disiplin ilmu sosial sehingga IPS mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik yang berbeda dengan bidang studi yang lainnya. Karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
1. Materi IPS.
Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Terdapat 5 macam sumber materi IPS antara lain:
a. segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya;
b. kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan , keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi;
c. lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh;
(52)
d. kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar;
e. anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makan, pakaian, permainan, keluarga.
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat. Pada penelitian ini, materi yang menjadi sumber bahan ajar adalah kehidupan masa lampau yaitu mengenai penjajahan Belanda dan Jepang.
2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS.
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini
disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum”
Mukminan (dalam Hidayati, dkk 2008:1-27). Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-unsur dunia yang lebih luas. Penyampaian pengajaran IPS pada penelitian ini pertama-tama memberikan pengenalan terhadap lokasi
(53)
37
bersejarah mengenai penjajahan Belanda dan Jepang yang ada di sekitar siswa yaitu gedung lawang sewu kemudian menjelaskan secara spesifik tentang penjajahan Belanda dan Jepang.
2.1.4.3Kurikulum IPS SD (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Dalam Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD memuat 8 mata pelajaran ditambah muatan lokal, yang diantaranya terdapat mata pelajaran IPS. (Standar Nasional Pendidikan)
Menurut Sardjiyo, dkk (2014), kurikulum IPS tahun 2006 bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
b. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Materi pelajaran IPS SD merupakan keterpaduan antara materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Pelajaran IPS SD pada kelas 1 – 3 dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas 4 – 6 dilaksanakan melalui pendekatan pelajaran.
(54)
Kurikulum IPS tahun 2006 cukup simpel, karena hanya menekankan pada ketercapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dipersyaratkan. Hal ini memberikan peluang pada guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi dalam pembelajaran IPS yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang menjadi bahan penelitian adalah Standar Kompetensi 2. menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia. Serta Kompetensi Dasar 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang masa penjajahan Belanda dan Jepang.
2.1.4.4Evaluasi Pembelajaran IPS SD
Menurut Raka Joni (dalam Siregar, dkk., 2011) evaluasi adalah proses mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan pertimbangan pada patokan-patokan tertentu. Patokan-patokan tersebut mengandung pengertian baik-tidak baik, memadai-baik-tidak memadai, memenuhi syarat-baik-tidak memenuhi syarat, dengan perkataan lain menggunakan value judgement.
Sedangkan menurut Kartikasari (2013), evaluasi dalam pembelajaran IPS memiliki pengertian penilaian progam, proses dan hasil pembelajaran IPS. Evaluasi pembelajaran IPS yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan terus menerus sesuai dengan keterlaksanaan pembelajarannya. Evaluasi seperti ini merupakan barometer atau pengecekan apakah proses yang berlangsung itu dapat diikuti dan dipahami oleh peserta didik, serta seberapa besar penguasaan atau pemahaman peserta didik. Evaluasi pembelajaran IPS pada setiap jenjang
(55)
39
memiliki karakteristik tersendiri yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berpikir abstrak. Materi pendidikan IPS di Sekolah Dasar disajikan secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di sekitar siswa. Demikian juga halnya tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena fenomena serta aktivitas sosial yang terjadi di sekitar siswa. Dengan demikian seorang guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran IPS harus dibekali dengan sejumlah pemahaman tentang karakteristik pendidikan IPS yang meliputi pengertian dan tujuan pendidikan IPS, landasan filosofis pengembangan kurikulum pendidikan IPS serta disiplin-disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS.
Dengan demikian evaluasi dalam penelitian ini disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak sesuai dengan tingkat pemahaman anak yaitu pembelajaran pada kelas V SD yang merupakan pada taraf berpikir abstrak disesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada materi yang menjadi penelitian yaitu materi “Penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia”.
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (dalam Rusman, 2014) pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Hal ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan hal tersebut,
(56)
pendidikan diharapkan mampu mengkondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas).
Suasana pembelajaran kooperatif, disamping proses belajarnya berlangsung lebih efektif, juga akan terbina nilai-nilai lain yang sesuai dengan tujuan IPS, yaitu nilai gotong royong, kepedulian sosial, saling percaya, kesediaan menerima dan memberi, dan tanggung jawab, baik dirinya maupun terhadap anggota kelompok. Dalam kelompok belajar tersebut, sikap, nilai dan moral akan dikembangkan secara mendasar. Hasan (dalam Solihatin & Raharjo, 2011)
Berdasarkan urian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model yang menempatkan siswa bekerja dalam kelompok, dimana akan terjadi pertukaran ide dan gagasan sehingga mencapai hasil yang optimal dalam belajar. Sementara pada penelitian ini jenis model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif Students Teams Achievment Division.
2.1.5.1Model Pembelajaran Kooperatif Students Teams Achievment Divison (STAD)
Ada beberapa model dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah model students teams achievment divison (STAD). Menurut Slavin (dalam Rusman, 2014), STAD merupakan model yang mudah untuk diadaptasi, telah digunakan dalam banyak mata pelajaran, seperti matematika, IPA, IPS, teknik dan banyak subjek lainnya pada jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
(57)
41
Menurut Rusman (2014) model STAD dalam pelaksanaannya mula-mula siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan emapat orang yang beragam kemampuannya, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi yang diajarkan. Nilai akumulasi yang diperoleh siswa akan dijumlahkan secara berkelompok, nilai yang diperoleh tersebut digunakan untuk menentukan predikat maupun hadiah sesuai dengan pencapaian prestasi kelompok.
Selanjutnya Slavin (dalam Rusman, 2014) mengatakan bahwa gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan suatu hadiah, maka mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Pada model ini mereka harus mendorong teman mereka untuk melakukan yang terbaik.
Dari uraian pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa STAD
merupakan model pembelajaran yang kooperatif dalam kelompok yang dapat menstimulasi motivasi siswa dalam belajar melalui kegiatan pembelajaran yang menuntut kerja sama dan pemerolehan hasil belajar yang optimal melalui pengerjaan soal kuis untuk memperoleh penghargaan dari hasil yang diperoleh.
(58)
2.1.5.1.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Students Teams Achievment Divison (STAD)
Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran model student teams achievment divison (STAD) menurut Rusman (2014:215).
1. Penyampaian tujuan dan motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Pembagian kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heteroginitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
3. Presentasi dari guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan, atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
4. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim
(59)
43
bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
5. Kuis (evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60,75,84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
6. Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:
a. Menghitung skor individu
Menurut Slavin (dalam Rusman, 2014), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
(1)
HASIL WAWANCARA
Selama Pembelajaran IPS Model Pembelajaran Students Teams Achievement Division (STAD) Berbantuan Media Audiovisual
di SDN Wonosari 03
Kolaborator/Narasumber : Ambar Kustiyah FM, S.Pd.
1. Menurut anda, apakah peneliti menerapkan model pembelajaran students
teams achievement division berbantuan media audiovisualdengan runtut dan
benar?
Menurut saya sudah runtut, anak-anak semakin bersemangat untuk belajar. 2. Menurut anda apakah penggunaan model pembelajaran students teams
achievement division yang diterapkan peneliti sesuai/cocok dengan materi
yang disampaikan?
Menurut saya sudah sesuai dengan materi yang diterapkan.
3. Menurut anda apakah penggunaan media pembelajaran audiovisual yang diterapkan peneliti sesuai/cocok untuk diterapkan dengan materi yang disampaikan?
Video pembelajaran supaya dibuat lebih panjang, supaya anak lebih memahami materi yang disampaikan.
4. Apakah secara umum, peneliti dapat mengkondisikan kelas dengan baik? Sudah meningkat dibandingkan ketika PPL (praktik pengalaman lapangan). 5. Apakah secara umum, peneliti sudah menerapkan 8 keterampilan guru
dengan baik?
Semua sudah dilakukan dengan sebaik-baiknya oelh peneliti.
6. Apakah alat evaluasi yang digunakan peneliti sudah tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran?
Bisa ditingkatkan dengan model yang lebih beragam. Lampiran 22
(2)
7. Menurut anda apakah kekurangan peneliti dalam pelaksanaan model students
teams achievement division berbantuan media audiovisual pada pembelajaran
IPS?
Pada saat kegiatan kelompok harus diberikan pengarahaan supaya lebih maksimal.
8. Menurut anda bagaimana antusiasme siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model students teams achievement division berbantuan media audiovisual?
Menurut saya sudah sesuai dengan tingkat perkembangan anak kelas V. 9. Menurut anda, apakah siswa dapat termotivasi dengan model students teams
achievement division berbantuan media audiovisual?
Hasilnya lebih baik dari pada sebelumnya.
10.Apakah siswa menjadi aktif dalam pelaksanaan model students teams
achievement division berbantuan media audiovisual?
Siswa lebih aktif lagi jika ditambah dengan kegiatan tanya jawab.
11.Menurut anda apakah siswa mudah memahami materi (kognitif) yang disampaikan dengan model students teams achievement division berbantuan media audiovisual?
Akan lebih mudah untuk mengingat dengan media Audiovisual.
12.Apakah dengan kegiatan diskusi pada model students teams achievement
division berbantuan media audiovisual dapat meningkat sikap kerjasama
(afektif) siswa?
Bisa, dapat meningkatkan aktivitas siswa termasuk kedisiplinan.
13.Apakah dengan kegiatan diskusi pada model students teams achievement
division berbantuan media audiovisual dapat meningkat keterampilan
bertanya dan berbicara siswa?
(3)
14.Menurut anda apakah terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kualitas pembelajaran dari siklus I dan siklus II dengan model students teams
achievement division berbantuan media audiovisual?
Ada peningkatan, anak makin memahami materinya.
15.Menurut anda apakah penerapan model students teams achievement division berbantuan media audiovisual berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas VA SDN Wonosari 03?
(4)
SURAT-SURAT PENELITIAN
Lampiran 23(5)
(6)