berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
7. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal
sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan.
Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian
tetap berada ditangannya.
2.2 Free Cash Flow
Free cash flow merupakan sisa uang sesungguhnya setelah perusahaan memperhitungkan seluruh kebutuhan re-investasi dan merupakan jumlah yang
tersedia untuk membayar hutang, membeli kembali saham, membayar dividen, atau mengembangkan operasi perusahaan. Koch, Edward T., at al 2008:107.
Free cash flow adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini.
Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk
pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen. Hasil penelitian Achmad Fauz Rosidi 2007, dan Bram Hadianto dan
Herlina 2010, menemukan bahwa free cash flow, hasilnya tidak signifikan dalam
Universitas Sumatera Utara
memprediksi kemungkinan perusahaan dalam membayarkan dividen. Sehingga free cash flow arus kas bebas tidak dapat mempengaruhi perusahaan dalam
membayarkan dividen.
2.3 Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri Fakhruddin
Sopian, 2001:64. Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan opperasionalnya. Dividen
merupakan bagian dari laba bersih yang dicapai perusahaan. Perusahaan akan dapat melakukan pembagian dividen jika perusahaan memperoleh profit. Semakin
besar profitabilitas perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada investor akan semakin besar.
Untuk mengukur profitabilitas dapat menggunakan 2 rasio, yaitu Return On Investment ROIROA dan Return On Equity ROE. ROIROA menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Sedangkan ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba atas ekuitas
pemilik perusahaan modal sendiri. Penelitian ini menggunakan proksi ROE sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Pertimbangannya karena ROE
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan dalam bentuk penyertaan modal sendiri yang ditanamkan oleh
pemegang saham. Pertimbangan lainnya karena ROE merupakan turunan dari ROI sehingga hasilnya merupakan hasil yang dapat lebih menggambarkan
profitabilitas. Suharli, 2007:11.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Suharli 2007, Bram Hadianto dan Herlina 2010, Abdul Kadir 2010, dan Mafizatun Nurhayati 2013, sama-sama menemukan bahwa
profitabilitas perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dalam pembayaran dividen. Sedangkan Eva Rahmawati 2011 menemukan
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen pada suatu perusahaan. Dari hasil-hasil penelitian terdahulu itu, hampir semua
peneliti menggunakan ROIROA sebagai proksi untuk profitabilitasnya. Hanya Suharli yang menggunakan ROE sebagai proksi untuk profitabilitas.
2.4 Kebijakan Hutang