20 Kemudian dari sisi Bidang Pariwisata, aset yang dimiliki adalah terkait
dengan ketersediaan destinasi pariwisata dan komponen pendukungnya sebagai prasyarat utama dalam menarik kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bantul.
Adapun ragam aset pariwisata tersebut terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Aset Pariwisata Kabupaten Bantul Tahun 2011
NO ASET PARIWISATA
JUMLAH 1
Wisata Alam 20 Lokasi
2 Wisata Budaya
47 Lokasi
3 Wisata BuatanMinat Khusus
38 Lokasi
4 Rekreasi Hiburan Umum
24 Lokasi
5 Hotel dan Penginapan
184 Unit
6 Restoran
147 Unit
7 Biro Perjalanan Wisata
11 Unit
8 Toko Souvenir dan Oleh2
7 Unit
9 Pramuwisata
51 Org
10 Pokdarwis
19 Kel Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,2011
2.3 Kinerja Pelayanan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Tingkat capaian kinerja pelayanan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul dapat diketahui dengan mengacu pada sasarantarget
Renstra periode sebelumnya dan indikator SPM. Hasil tingkat capaian kinerja tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 2.4 halaman 21.
Berdasarkan Tabel 2.4 dapat diinterpretasikan tingkat capaian kinerja pelayanan kebudayaan dan pariwisata sampai dengan Tahun 2010
berdasarkan indikator sasaran menunjukkan hasil sebagai berikut:
21
22 1. Meningkatnya jumlah Desa Wisata, Desa Budaya, Peristiwa Budaya,
Penghargaan Budaya dan Kelompok Budaya Secara umum capaian kinerja pelayanan pada kategori ini menunjukkan
perkembangan yang cukup baik dalam arti terjadi peningkatan secara kuantitatif pada setiap kriteria indikator capaian. Pada tahun 2010 terdapat
18 Desa Wisata di Kabupaten Bantul, jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 125 dari Tahun 2006 dengan jumlah 8 Desa Wisata. Hal ini
menunjukkan bahwa pola pengembangan pariwisata berbasis pedesaan di Kabupaten Bantul sudah menjadi orientasi dan bagian dari kesadaran dan
kepedulian masyarakat dalam upaya mengembangkan aset dan potensi pariwisata yang mereka miliki. Kemudian dari sisi jumlah Desa Budaya
mengalami pertumbuhan sebesar 50 dimana pada Tahun 2006 jumlah Desa Budaya sebanyak 4 Desa meningkat menjadi 6 Desa Budaya pada
Tahun 2010. Pada kategori indikator capaian peristiwa budaya juga mengalami pertumbuhan sebesar 5,8 dari tahun 2006 dengan jumlah 120
mencapai 127 peristiwa budaya pada tahun 2010. Hal ini juga menunjukkan bahwa apresiasi masyarakat terhadap aset dan potensi seni budaya lokal
semakin baik. Kemudian pada kategori penghargaan budaya terdapat peningkatan 100 dari Tahun 2006 dengan 6 penghargaan budaya menjadi
12 pada Tahun 2010, yang menunjukkan kepedulian dan perhatian Pemerintah Daerah terhadap perkembangan seni budaya daerah yang
dilakukan oleh masyarakat, seniman, budayawan dan kelompok sangat baik. Sedangkan pada jumlah kelompok kesenian mengalami pertumbuhan 1,74
dari Tahun 2006 dengan 689 Kelompok Kesenian menjadi 701 Kelompok Kesenian pada Tahun 2010.
Keberhasilan pencapaian kinerja sasaran yang cukup positif tersebut diatas, secara prinsip dipengaruhi oleh semakin tingginya kesadaran dan dukungan
masyarakat akan pengembangan potensi pariwisata dan kebudayaan daerah di Kabupaten Bantul dengan mengedepankan konsep-konsep
pengembangan ekonomi lokal dan upaya-upaya pelestarian dan pemanfaatan seni budaya lokal. Selain itu dukungan kebijakan pemerintah
daerah yang menempatkan pembangunan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu prioritas pembangunan juga ikut berperan dalam
23 memberikan jalan untuk mengembangkan potensi kebudayaan dan
pariwisata Kabupaten Bantul secara lebih optimal. 2. Meningkatnya jumlah pengunjung obyek wisata
Salah satu Indikator pokok dalam menilai keberhasilan pembangunan pariwisata di daerah adalah meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.
Semakin banyak wisatawan yang datangberkunjung, maka akan memberikan
multiflier effect terhadap peningkatan perekonomian masyarakat lokal. Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bantul pada
tahun 2010 mencapai 1.496.626 orang meningkat 69,29 dari pencapaian Tahun 2006 dengan jumlah 884.024 orang. Pencapaian ini secara umum
disebabkan dan dipengaruhi oleh upaya-upaya maksimal dan komitmen yang cukup baik dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas destinasi pariwisata di Kabupaten Bantul melalui program dan kegiatan antara lain: pembangunan dan rehabilitasi sarana prasarana obyek
wisata, penyelenggaraan event-event dan atraksi wisata, peningkatan kapasitas SDM dalam pelayanan pariwisata dan penguatan dan perluasan
kerjasama promosi pariwisata. 3. Meningkatnya jumlah investasi kepariwisataan
Pengembangan investasi kepariwisataan berkaitan dengan sejauhmana peran Pihak KetigaSwasta diluar Pemerintah Daerah dapat memberikan
kontribusi positif dalam meningkatkan akselarasi pembangunan daerah melalui pembukaan usaha-usaha pariwisata di Kabupaten Bantul. Investasi
kepariwisataan yang tinggi akan memberikan peluang-peluang dalam meningkatkan aktivitas perekonomian daerah baik dalam bentuk perluasan
kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat dan penguatan produk ekonomi lokal. Pada Tahun 2010 jumlah investasi di Kabupaten Bantul
mencapai 5 usaha pariwisata meningkat 400 dari pencapaian Tahun 2006 yang hanya 1 usaha pariwisata. Kemudian dari sisi pencapaian indikator
penerimaan PAD sektor pariwisata mencapai Rp. 4.542.194.000,- pada tahun 2010 meningkat 228 dari pencapaian PAD tahun 2006 sebesar
Rp.1.381.654.975,-. Kontribusi ini merupakan yang terbesar kedua 4,59 untuk sumbangan terhadap PAD Kabupaten Bantul setelah Retribusi Sektor
Kesehatan. Dari sisi pencapaian indikator aspek promosi pariwisata juga
24 mengalami peningkatan sebesar 400 dari tahun 2006 sebanyak 2 Kali
menjadi 10 Kali pada Tahun 2010. Keberhasilan pencapaian kinerja sasaran tersebut diatas secara umum
didasari oleh adanya peningkatan pelayanan yang diberikan baik bagi investorkalangan dunia usaha maupun pengunjung obyek wisata.
Selanjutnya untuk menggambarkan potensi dan permasalahan pendanaan pelayanan SKPD pada periode Renstra sebelumnya dapat dilihat
pada Tabel 2.5 pada halaman 25. Adapun hasilnya menunjukkan bahwa dari sisi PAD sektor pariwisata mengalami pertumbuhan rata rata sebesar
Rp.632.107.805,- pada periode Tahun 2006-2010 dengan trend pertumbuhan yang selalu meningkat setiap tahunnya. Pada Tahun 2010, PAD sektor
pariwisata mencapai sebesar Rp. 4.542.194.000,- meningkat 228 dari pencapaian PAD tahun 2006 sebesar Rp.1.381.654.975,-. Keberhasilan
pencapaian ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan pada retribusi obyek wisata sebagai akibat dari kenaikan pada jumlah pengunjung obyek wisata dan
tarif retribusi tempat rekreasi dan olahraga. Selain itu juga dikarenakan adanya penambahan komponen pendapatan pada penerimaan lainlian PAD yang sah
berupa penerimaan premi asuransi pengunjung obyek wisata. Kemudian dari sisi Belanja mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar
Rp. 377.833.087,- pada periode Tahun 2006-2010 dengan kontribusi terbesar diperoleh dari pertumbuhan belanja gaji tidak langsung, sedangkan untuk
alokasi belanja pembangunan mengalami fluktuasi yang cenderung menurun dalam arti alokasi belanja pembangunan langsung mulai tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini secara umum disebabkan oleh adanya penurunan alokasi anggaranbelanja pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang bersumber dari DAU, DAK dan Dana Dekonsentrasi serta kenaikan alokasi belanja gaji PNS secara nasional,
sehingga proporsi alokasi belanja langsung untuk pembangunan daerah juga mengalami penurunan.
25
26 Permasalahan tersebut di atas secara khusus pada akhirnya
memberikan realitas adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan besaran PAD yang harus dicapai dengan ketersediaan alokasi anggaran belanja untuk
pembangunan kebudayaan dan pariwisata di Kabupaten Bantul. Hal ini harus menjadi perhatian ke depan, agar pembangunan kebudayaan dan pariwisata
sebagai salah satu sektor strategis di Kabupaten Bantul di satu sisi tetap dapat mengalami sentuhan-sentuhan pengembangan dan kemajuan serta dan disisi
lain tetap dapat memberikan kontribusi terhadap PAD dan peningkatan perekonomian masyarakat.
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Kebudayaan dan Pariwisata