10-12 tahun 13-15 tahun
16-19 tahun 20-59 tahun
60 tahun 32,0
42,0 46,0
50,0 50,0
139 153
154 154
154 500
500 500
500 500
0,7 0,8
0,8 0,9
0,7 0,9
1,0 0,9
1,0 0,9
7,7 8,4
8,1 8,4
7,5 1,0
1,0 1,0
1,0 30
30 30
30 Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari
Solihin Pudjiadi, 2001.
1.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi Hidayat, 2006.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makan bergizi tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di
beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan
karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka Hidayat, 2006.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya, di
beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber
vitamin yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anak- anak karena ikan dianggap dapat menyebabkan cacingan, padahal ikan
merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak Hidayat, 2006.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya fariasi makanan, sehingga tubuh tidak
Universitas Sumatera Utara
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja di kota-kota besar di negara kita memiliki kecenderungan mengenai makanan
tertentu secara berlebihan, seperti makanan cepat saji junkfood, bakso, dan lain-lainnya. Makanan-makanan ini tentu saja dapat
berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik
Hidayat, 2006. 5.
Ekonomi Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi
karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi
perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi
keluarganya dibandingkan
masyarakat dengan
kondisi perekonomian rendah Hidayat, 2006.
8. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan dan diet Tarwoto dan Wartonah, 2006
a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya? d.
Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan demam?
e. Adakah toleransi makanminum tertentu?
2. Faktor yang mempengaruhi diet Tarwoto dan Wartonah, 2006
a. Status kesehatan.
b. Kultur dan kepercayaan.
c. Status sosial ekonomi.
d. Faktor psikologis.
e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemeriksaan fisik Tarwoto dan Wartonah, 2006
a. Keadaan fisik : apatis, lesu.
b. Berat badan : obesitas, kurus underweight.
c. Otot : flaksialemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja. d.
Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver. f.
Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kalimenit, irama abnormal, tekanan darah rendahtinggi.
g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecahpatah-
patah. h.
Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
i. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran
mukosa pucat. j.
Gusi : pendarahan, peradangan. k.
Lidah : edema, hiperemis. l.
Gigi : karies, nyeri, kotor. m.
Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
n. Kuku : mudah patah.
o. Pengukuran antropometri :
- Berat badan ideal : TB – 100 ± 10
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas MAC :
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
- Lipatan kulit pada otot trisep TSF :
Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
Universitas Sumatera Utara
4. Laboratorium Tarwoto dan Wartonah, 2006
a. Albumin N : 4-5,5 mg100 ml
b. Transferin N : 170-25 mg100 ml
c. Hb N : 12 mg
d. BUN N : 10-20 mg100 ml
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam N : laki-lakin: 0,6-1,3 mg100
ml, wanita : 0,5-1,0 mg100 ml.
9. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh Tarwoto dan Wartonah, 2006.
Kemungkinan berhubungan dengan Tarwoto dan Wartonah, 2006:
a. Efek dari pengobatan.
b. Mualmuntah.
c. Gangguan intake makanan.
d. Radiasikemoterapi.
e. Penyakit kronis.
Kemungkinan data yang ditemukan Tarwoto dan Wartonah, 2006:
a. Berat badan menurun.
b. Kelemahan.
c. Kesulitan makan.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Hipotensi.
f. Ketidakseimbangan elektrolit.
g. Kulit kering.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada Tarwoto dan Wartonah, 2006 :
a. Anoreksia nervosa
b. AIDS
c. Pembedahan
Universitas Sumatera Utara
d. Kehamilan
e. Kanker
f. Anemia
g. Marasmus
Tujuan yang diharapkan : a.
Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu. b.
Peningkatan status nutrisi.
10. Perencanaan
Intervensi Rasional
1. Tingkat intake makanan melalui: - Mengurangi gangguan dari
lingkungan seperti berisik dan lain-lain.
- Jaga privasi pasien. - Jaga
kebersihan ruangan
barang-barang seperti sputum pot, urinal tidak berada dekat
tempat tidur. - Berikan obat sebelum makan
jika ada indikasi. 2. Jaga kebersihan mulut pasien.
3. Bantu pasien makan jika tidak mampu.
4. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat,
tertutup, dan berikan sedikit- sedikit tetapi sering.
5. Selingi makan dengan minum. 6. Hindari makanan yang banyak
mengandung gas. 7. Ukur
intake makanan
dan 1.
Cara khusus
untuk meningkatkan nafsu makan.
2. Mulut
yang bersih
meningkatkan nafsu makan. 3.
Membantu pasien makan. 4.
Meningkatkan selera makan dan intake makan.
5. Memudahkan makanan masuk.
6. Mengurangi rasa nyaman.
7. Observasi kebutuhan nutrisi.
Universitas Sumatera Utara
timbang berat badan. 8. Lakukan latihan pasif dan aktif.
9. Kaji tanda vital, sensori, bising usus.
10. Monitor hasil lab, seperti glukosa, elektrolit, albumin, hemoglobin,
kolaborasi dengan dokter. 11. Berikan umpan balik yang positif
tentang peningkatan intake, berat badan.
12. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan
kalori, dari tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi
jika pasien menggunakan NGT. 13. Cek kepatenan tube.
14. Pemberi cairanmakanan tidak lebih 150 cc sekali pemberian.
15. Cek temperatur makanan agar tidak terlalu panasdingin.
16. Atur posisi
semifowler saat
memberikan makanan. 17. Jelaskan bagaimana tube bekerja
dan perawatannya. 8.
Menambah nafsu makan. 9.
Membantu mengkaji keadaan pasien.
10. Monitor status nutrisi.
11. Meningkatkan kepercayaan
untuk meningkatkan makan. 12. Meningkatkan pengetahuan agar
pasien lebih kooperatif.
13. Menghindari aspirasi
dan obstruksi tube.
14. Menghindari aspirasi. 15. Mengurangi kram dan terbakar
pada abdomen. 16. Mengurangi regurtasi.
17. Mencegah komplikasi.
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Definisi : Pasien dengan risiko atau aktual mengonsumsi makanan melebihi dari kebutuhan metabolisme tubuh Tarwoto dan
Wartonah, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Kemungkinan berhubungan dengan Tarwoto dan Wartonah, 2006 : a.
Kelebihan intake. b.
Gaya hidup. c.
Perubahan kultur. d.
Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori. Kemungkinan data yang ditemukan Tarwoto dan Wartonah, 2006 :
a. 20 lebih berat dari badan ideal.
b. Pola makan yang berlebihan.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada Tarwoto dan Wartonah, 2006 : a.
Obesitas b.
Hipotiroidesme c.
Pasien dengan pemakaian kortikosteroid d.
Imobilisasi yang lama e.
Cushings syndrome f.
Bulimia Tujuan yang diharapkan Tarwoto dan Wartonah, 2006 :
a. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang
terkontrol. b.
Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang. c.
Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan. Intervensi
Rasional 1. Lakukan pengkajian kembali pola
makan pasien. 2. Diskusikan dengan pasien tentang
kelebihan makan. 3. Diskusikan
motivasi untuk
menurunkan berat badan. 4. Kolaborasi dengan ahli diet yang
tepat. 5. Ukur intake makanan dalam 24
jam. 1. Informasi
dasar untuk
perencanaan awal dan validasi data.
2. Membantu mencapai tujuan. 3. Membantu memecahkan masalah.
4. Menentukan makanan
yang sesuai dengan pasien.
5. Mengetahui jumlah kalori yang masuk.
Universitas Sumatera Utara
6. Buat program latihan untuk
olahraga. 7. Hindari makanan yang banyak
mengandung lemak. 8. Berikan pengetahuan kesehatan
tentang : - Program diet yang benar.
- Akibat yang mungkin timbul pada kelebihan berat badan.
6. Meningkatkan kebutuhan energi. 7. Makanan
berlemak banyak
menghasilkan energi. 8. Memberikan
informasi dan
mengurangi komplikasi.
B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 40 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Setia Budi Gg. Bunga Dewi
Tanggal Masuk RS : 14 Juni 2013
No. Register : 00.55.98.04
RuangKamar : RB III Kamar 21
Golong Darah : A
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Medis : Spondilitis Tuberculosis
II. KELUHAN UTAMA
Mual +, anoreksia +, konstipasi +, kedua kaki tidak bisa digerakkan, disekitar pinggang terasa nyeri.
Universitas Sumatera Utara