LPPD Provinsi Lampung Tahun 2015
III.B.47
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
6. Proses Perencanaan Pembangunan
Perencanaan Pembangunan dilaksanakan sesuai Undang-undang 25 Tahun 2004 dan Permendagri nomor 59 Tahun 2007, dengan mekanisme sebagai berikut :
a Sosialisasi program tahun berjalan dan rencana program tahun berikutnya ke
Kabupatenkota dan instansi terkait; b
Rapat Koordinasi teknis; c
Penyusunan Rencana Kerja Renja SKPD; d
Musrenbang Provinsi; e
Fasilitasi dan koordinasi Musrenbang KabKota dan PusatNasional; f
Penyusunan RKPD; g
Penyusunan KUA dan PPAS; h
Finalisasi dan Penetapan PPA; i
Penyusunan Rencana Kerja Anggaran RKA; j
Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA.
7. Kondisi Sarana dan Prasarana yang Digunakan
NO SARANA DAN PRASARANA
JUMLAH KETERANGAN
A. TANAH
1. Tanah 1
B. PERALATAN DAN MESIN
1. Alat-Alat Besar 1
2. Alat- Alat Angkutan 8
3. Alat Bengkel dan Alat Ukur 28
4. Alat Pertanian 5
5. Alat Kantor dan Rumah Tangga 1.764
6. Alat Studio dan Alat Komunikasi 27
7. Alat-Alat Kedokteran 360
8. Alat-Alat Laboratorium 28
C. GEDUNG DAN BANGUNAN
1. Bangunan Gedung 36
D. JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN
1. Jalan dan Jembatan 1
2. Instalasi 2
E. ASET TETAP LAINNYA
1. Buku dan Perpustakaan 174
2. Barang Bercorak Kebudayaan 1
8. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
a Tingginya angka BOR Bed Occupancy Rate atau rata-rata pemakaian tempat tidur
selama 1 satu tahun yang mencapai 89,68, angka ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka kesakitan jiwa yang diderita oleh masyarakat khusunya masyarakat
LPPD Provinsi Lampung Tahun 2015
III.B.48
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
di Provinsi Lampung yang memanfaatkan fasilitas kesehatan jiwa di RS. Jiwa Daerah Provinsi Lampung, sehingga banyak pasien yang tidak dapat menggunakan fasilitas
Rawat Inap dikarenakan tempat tidur penuh atau kapasitas tempat tidur yang terbatas hanya 135 TT, hanya 135 TT sampai dengan akhir tahun 2015.
b Untuk pasien gaduh gelisah belum ada ruangan khusus yang menangani.
c Kurangnya Sumber Daya Manusia SDM seperti tenaga dokter, tenaga perawat dan
tenaga administrasi . d
Masih kurangnya dokter spesialis.
Solusi :
a Untuk menurunkan BOR rumah sakit perlu tambahan alokasi anggaran pembangunan
khususnya pembangunan gedung rawat inap kelas III pria, penambahan tempat tidur TT set kelas III dan penambahan sarana dan prasarana ruang rawat inap serta
penambahan tenaga kesehatan khususnya perawat dan dokter. RS. Jiwa telah memperoleh anggaran yang bersumber Dana Alokasi Khusus DAK Bidang
Kesehatan Sub Bidang Kesehatan Rujukan Tahun Anggaran 2015 untuk pembanguna gedung rawat inap 3 unit, pengadaan tempat tidur TT set kelas III sejumlah 127 set,
Pengadaan alat kesehatan dan pengadaan ambulance sebanyak 2 unit. b
Sesuai dengan UU, maka 10 dari total tempat tidur yang dimiliki RS, harus diperuntukkan untuk pasien napza. RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung belum
memiliki ruangan khusus untuk pasien napza. Sehingga apabila RS. Jiwa Daerah Provinsi Lampung akan menerima pasien rawat inap napza, RS. Jiwa juga masih
kekurangan tenaga untuk menangani pasien napza. c
Sebagai Rumah Sakit Tipe B dan sebagai RS. rujukan idealnya memiliki 3 dokter spesialis kesehatan jiwa. Namun melihat perkembangan semakin meningkatnya
pasien jiwa, RS. Jiwa Daerah Provinsi Lampung diharapkan memiliki 5 dokter spesialis kesehatan jiwa. Diharapkan mendapat tambahan dokter spesialis jiwa dari
hasil seleksi CPNS yang akan datang.
9. Hal Lain yang Dianggap Perlu untuk Dilaporkan