Sejarah Tari Saman Pengertian, Sejarah serta Nama dan Fungsi Tari Saman .1 Pengertian Tari Saman

17 BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG TARI SAMAN 3.1 Pengertian, Sejarah serta Nama dan Fungsi Tari Saman 3.1.1 Pengertian Tari Saman Tari Saman adalah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan Bahasa Arab dan Bahasa Gayo. Tari Saman merupakan kolaborasi antara seni dan seni suara yang dijuluki dengan tari Tangan Seribu. Tari Saman biasanya ditampilkan untuk Merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, merontok padi, Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia dll.

3.1.2 Sejarah Tari Saman

Kata Saman menjadi nama kesenian tradisional di Gayo Lues karena orang yang pertama mengajarkan dan mengembangkan agama Islam di Dataran Tinggi Gayo bernama Syeh Gayo yang berasal dari negeri Arab. Pada saat mengajarkan agama Islam Syeh Saman menggerakkan tangan ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah atau sambil betepuk tangan dan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim waasyhaduanna Muhammaddar rasullah. Oleh karena itu, tari tersebut diberi nama Saman. Gerakan Tari Saman, didong, dan bines berasal dari satu peristiwa atau sejarah yang sama. Seperti yang yang tergambar dalam cerita rakyat foklore; Universitas Sumatera Utara yaitu, Asal usul Gajah putih yang dikumpulkan oleh Sulaiman Hanfiah dkk 1984: 140-149. Gajah putih merupakan penjelmaan dari seorang sahabat yang sudah meninggal dunia. Ketika Gajah putuh ini akan dibawa ke Istana Raja Aceh oleh orang-orang yang diperintah oleh raja. Gajah Putih tidak mau berajalan dan melawan, Gajah Putih menghentak-hentakkan kakinya ke tanah, sehingga bunyi dik-dik-dik. Orang-orang yang melihat Gajah Putih melawan, ikut membantu mengusir supaya Gajah Putih mau berjalan. Kaum lelaki berusaha mengusir sambil menggerakkan atau mengayunkan tangan supaya Gajah Putih mau berjalan. Kaum wanita juga ikut mengusir dengan cara mengipas-ngipaskan kain panjang, tapi Gajah Putih tetap saja tudak mau berjalan. Namun, ketika sahabatnya yang membawa, Gajah Putih pun berjalan dan sampailah ke Istana Raja Aceh. Gerakan tangan para lelaki yang ikut mengusir Gajah Putih selalu diulang- ulangi sehingga menjadi tradisi dan menjadi kebiasaan kesenian para pemuda pada waktu itu dan gerakan Gajah Putih yang menghentak-hentakkan kakinya ke tanah dan menimbulkan bunyi dik – dik – dik selalu ditirukan orang-orang yang melihat kehadian itu. Begitu juga gerakan kaum wanita yang mengipas-ngipaskan kain panjang sering diulang-ulangi sambil menceritakan kejadian itu kepada orang lain. Akhirnya kebiasaan tersebut dilaksanakan dan digunakan pada saat merasa gembira atau pada saaat menyampaikan pesan dan nasihat kepada anak, teman, masyarakat atau kepada saja yang dianggap perlu untuk disampaikan. Karena kebiasaan tersebut berlangsung secara terus menerus, akhirnya gerakan itu disebut sebagai Tari Saman. Universitas Sumatera Utara

3.1.3 Makna dan Fungsi