Tinjauan Umum Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Oleh PT. Lafarge Cement Indonesia Terhadap Masyarakat Lhoknga Provinsi Aceh

46

1. Tinjauan Umum

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Corporate Social Responsibility Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah dikenal sejak awal 1970-an yang secara umum di artikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholders, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungannya serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan, CSR tidak hanya merupakan kegiatan yang karikatif perusahaan dan tidak terbatas hanya pemenuhan aturan hukum semata, namun CSR berhubungan erat dengan Suistanable Development pembangunan berkelanjutan di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata-mata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. CSR dalam sejarah modern di kenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan sebuah buku yang berjudul Social Resposibilities of The Businessman pada era 1950- 1960 di Amerika Serikat. Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak CSR. Bahkan dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus di kembangkan Universitas Sumatera Utara 47 oleh berbagai ahli sosialogi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep Iron Laws of Responsibility. 37 Definsi CSR masih beragam dan memiliki perbedaan definisi antara satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya, CSR mengenai tanggung jawab sosial perusahaan yang merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap para pihak lainnya atau stakeholder, selain tanggung jawab perusahaan terhadap pemegang saham shareholder . Selanjutnya Merrick Dodd, menyatakan bahwa pengertian tanggung jawab sosial perusahaan adalah: “suatu pengertian tanggung jawab terhadap para buruh, konsumen, dan masyarakat pada umumnya di hormati sebagai sikap yang pantas untuk di adopsi oleh pelaku bisnis…” 38 Bisnis adalah usaha atau proses pertukaran jasa atau produk dalam rangka pencapaian nilai tambah. Etika bisnis membahas masalah-masalah dalam konteks bisnis yang terkait dengan standar moral. 39 37 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility , Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal 37.Bahwa dalam sumber tersebut, dinyatakan ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah mengenai kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak di capai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Beliau menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan kinerja financial perusahaan. Selanjutnya dalam konsep Keith Davis dikemukakan bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki kolerasi positif dengan size atau besarnya perusahaan, studi ilmiah yang dikemukakan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakatnya. 38 Halyani Hj Hassan, Corporate Social Responsibility, disampaikan pada 5 th Asian Law Institute Conference , tanggal 22-23 Mei 2008, di Singapura, hal 1 bahwa Merrick Dodd, Proponent of corporate social responsibility viewed that :” A sense of social responsibility toward employees, consumers, and the general public may thus come tobe regarded as appropriated attitude to be adopted by those who are engaged in business….” Halyani Hj Hassan juga berpendapat bahwa CSR harus didukung dan dilihat sebagai suatu konsekuensi alamiah bagi perseroa terbatas dan kepribadian hukum yang terpisah. 39 Robby I. Chandra, “Etika Dunia Bisnis”, Yogyakarta, Kanisius, 1995, hal 42-43. Universitas Sumatera Utara 48 Selanjutnya Salemm Sheikh menjelaskan bahwa CSR merupakan tanggung jawab perusahaan, apakah bersifat sukarela atau berdasarkan undang-undang, dalam pelaksanaan kewajiban sosial-ekonomi di masyarakat. Beliau mengamati bahwa CSR meliputi 2 dua hal utama yaitu: corporate phlantropy filantropi korporasi, bahwa perusahaan melakukan peranan jasa sosial dan Trusteeship principle prinsip perwalian, di mana direksi bertindak sebagai wali bagi pemegang saham, kreditur, buruh, konsumen, dan komunitas yang lebih luas dengan memberikan kontribusi terhadap lingkungan hidup yang lebih bersih dan kehidupan masyarakat yang lebih baik melalui interaksi aktif dari semua pihak. 40 Suatu review yang dilakukan oleh fortune terhadap 500 web site juga mengindikasikan bahwa “a majority own have special reports on giving, with section typically labeled “Corporate Social Responsibility”, “Corporate Citizensip”, “Community Development”. Many of these section provide lengthy deal on topic like annual giving amounts, phylantropic priorities, major initiatives, employee volunteerism, and suistanable business prantise ”. 41 Merupakan hal yang patut disayangkan bila sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaat dari CSR. Karena bila itu terjadi, maka konsep yang bagus itu tidak akan well implemented dan bahkan ujung-ujungnya sekedar menjadi anekdot belaka. Beberapa hal yang antara lain perlu kita ketahui tentang evolusi dan definisi CSR, hubungan CSR dengan Good Corporate Governance, konsep Suistanable Development , konsep Triple Bottom Line dan prinsip-prinsip atau pedoman pelaksanaan CSR. 42 Perilaku tindakan adalah berorientasi tujuan good 40 Ibid. 41 Philip,Kotler and Nancy Lee, Corporate Social Responsibility, New Jersey: John Wiley and sons, Inc, 2005 hal 5. 42 Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Fraco Publishing, Gresik, 2007, Hal 3. Universitas Sumatera Utara 49 oriented behaviour , artinya, untuk memenuhi kebutuhannya, seorang harus memiliki tujuan dalam tindakannya. Tujuan adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan. Secara umum CSR merupakan peningkatan kualitas hidup mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bsinis dan stakeholders baik secara eksternal maupun secara internal. 43 Menurut definisi The Jakarta Consulting Group, tanggung jawab sosial di arahkan baik kedalam internal maupun keluar eksternal perusahaan. Tanggung jawab internal Internal Responsibility di arahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas yang optimal dan pertumbuhan perusahaan, termasuk juga pertumbuhan yang di arahkan kepada karyawan terhadap kontribusi mereka kepada perusahaan berupa kompensasi yang adil dan peluang pengembangan karir. Sedangkan tanggung jawab eksternal External Responsibility berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. 44 43 Erni. R Ermawan, Op. Cit., hal 110. 44 A. B Susanto, Corporate Social Responsibility, The Jakarta Consulting Group, Jakarta, 2007, Hal 22 Definisi The Jakarta ConsultingGroup tentang CSR : 1. Internal Responsibilities a. Towards shareholders in term of profit and growth Universitas Sumatera Utara 50 Definisi lain CSR di berikan oleh World Bank. Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai :”the commitment of business to contribute to suistanable economic development working with employees and their representative the local community and society at large to improve quality of life in ways that are both good for business and good for development ” yaitu komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan bekerjasama dengan para pegawai dan melibatkan komunitas lokal serta masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup yang mana cara-cara ini baik untuk bisnis dan pembangunan. CSR forum juga memberikan definisi, “CSR means open and transparent business practice that are based on ethical values and respect for employees, communities and environment. ” CSR berarti praktek bisnis yang terbuka dan transparan berdasarkan nilai-nilai etis dan penghargaan bagi para pegawai, komunitas dan lingkungan. Sementara sejumlah Negara juga mempunyai definisi tersendiri mengenai CSR. Uni Eropa EU Green Paper on CSR mengemukakan bahwa “CSR is a concept whreby companies intergrate social and envirpmental concern in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basic”. CSR adalah suatu konsep di mana perusahaan mengintregasikan keprihatinan terhadap lingkungan b. Towards Employee interms of employment and career challenges which are mutually beneficial. 2. External Responsibilities : a. Company as tax payer and quality-job providers b. Increasing welfare an competence of the society in company related and non-related area c. Preserving the environment for future generation. Universitas Sumatera Utara 51 dan sosial terhadap kegiatan bisnis dan interaksi mereka dengan stakeholders mereka berlandaskan dasar sukarela. 45 CSR yang marak diimplementasikan banyak perusahaan, mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup panjang. Konsep ini tidak lahir begitu saja. Ada beberapa tahapan sebelum gemanya lebih terasa. Pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari untung belaka. Mereka memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada Negara. Seiring dengan berjalannya waktu. Masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Karena selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat sekitarnya, kegiatan operasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan disekitar operasi perusahaan. Itulah yang kemudian melatarbelakangi konsep CSR yang paling primitif: kedermawanan yang bersifat karikatif. 46 Gema CSR semakin menguat seiring munculnya globalisasi ekonomi global sejak berakhirnya Perang Dunia II yang mendorong timbulnya transisi sistem ekonomi yang akan dialami oleh suatu negara dari perencanaan negara menuju sistem 45 Yusuf Wibisono, Op. Cit, hal 7-8. 46 Ibid ., hal 4 Universitas Sumatera Utara 52 pasar. Transisi ekonomi kearah sistem ekonomi pasar tentunya akan memunculkan berbagai resiko, baik sosial maupun ekonomi, misalnya kekhawatiran punahnya kultur dan ekonomi lokal, perlindungan konsumen dari produk-produk global, kerusakan lingkungan, eksploitasi pekerja anak, pelanggaran hak buruh, beban hutang Negara, imperialism gaya baru perusahaan multinasional. Pada awal abad kedua puluh muncul pemikiran tentang korporasi yang lebih manusiawi. Lester Thurow mengatakan bahwa hal tersebut bertolak dari pergeseran mainstream tentang kapitalisme pada saat itu. Menurutnya, kapitalisme saat itu tidak hanya berkutat pada masalah ekonomi, namun juga memasukkan unsur sosial dan lingkungan yang menjadi basis apa yang disebut suistanable society. 47 Di Indonesia, definisi CSR secara etimologis kerap diterjemahkan sebagai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Namun setelah tanggal 16 Agustus 2007, CSR di Indonesia telah di atur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengantikan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. CSR yang dikenal dalam Undang-Undang ini sebagaimana yang termuat dalam Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi: “Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungn bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat mupun masyarakat pada umumnya. 47 Ibid,. hal 5. Universitas Sumatera Utara 53 Masalah daya lingkungan kemudian menjadi kekuatan internasional baru untuk menekan dunia usaha tentang pentingnya CSR yang berdimensi lingkungan. Pada kurun waktu 1970-an Club of Rome mempublukasikan pemikiran mereka dalam ”The Limits to Growth”. Karya ini mengingatkan manusia bahwa bumi memiliki keterbatasan daya dukung. Sementara di sisi lain jumlah manusia terus bertambah. Oleh sebab itu, eksploitasi sumber daya alam harus dilakukan secara lebih hati-hati agar pembangunan dapat dilakukan secara bekelanjutan. Sejalan dengan itu berkembang wacana tentang kepedulian lingkungan, kegiatan kedermawanan terus berkembang dalam kemasan Philantrophy serta Community Development . 48 Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang di warnai dengan beragam pendekatan seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholders maupun pendekatan civil society . CSR kembali menarik perhatian dunia pada saat di selenggarakannya KTT Bumi Earth Summit di Rio De Janeiro, Brazil. Pentingnya CSR terkait denan Peran Strategis dari korporasi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan Suistanable Development yang berbasis pada keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. 49 Pertemuan ini menghendaki agar eksploitasi ekonomi dalam aktifitas korporasi tetap memperhatikan keseimbangan dan daya dukung lingkungan hidup. Perusahaan semestinya melakukan upaya-upaya untuk menyeimbangkan peran ekonominya dengan akibat-akibat yang di timbulkan oleh aktifitas-aktifitas ekonomi tersebut baik terhadap manusia maupun lingkungan hidup 48 Bambang Rudito dan Melia Femiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia , Rekayasa Sains, Bandung, 2007, hal 234. 49 Ibid , hal 243. Universitas Sumatera Utara 54 di sekitarnya. CSR dalam konteks ini tidak saja penting bagi masyarakat sekitar, tetapi juga menyangkut keberlanjutan korporasi dalam jangka panjang. Namun demikian, KTT Rio tidak sampai pada sebuah konvensi politik yang menyarankan negara-negara untuk mengatur kewajiban CSR dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya. Pada tahun 2000, dilaksanakan KTT Millenium Millenium Summit sebagai wujud dari kepedulian dunia terhadap kemiskinan dengan lahirnya United Millenium Declaration yang berupa Millenium Development GoalsMDGs. Tujuan dari MDGs antara lain menghapuskan tingkat kemiskinan, pencapaian pendidikan dasar secara universal, serta menjamin berlanjutnya pembangunan lingkungan.jelas hal ini juga dapat diwujudkan melalui CSR sebagai bagian untuk pencapaian MDGs. 50 Terobosan besar konteks CSR ini dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P” profit, people, dan planet atau disebut juga dengan The Triple Bottom Line , Econimic, Social and Environmental. 51 Yang dituangkan dalam bukunya “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line Twentieth century Business ” yang direlease pada tahun 1997. Ia berpendapat bahwa jika perusahaan ingin suistain maka ia perlu memperhatikan 3P yakni bukan Cuma profit yang di buru, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat people dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet. 50 Pertemuan yang diadakan di Kyoto, Jepang pada bulan Desember 1997 mencetuskan sebuah protocol yang kemudian dikenal dengan Protokol Kyoto dan terbuka utuk di tandatangani dari tanggal 16 Maret 1998 sampai dengan 15 Maret 1999 di markas besar PBB, New York. 51 Henningfeld Judith, The ICCA Handbook on Corporate Social Responsibility , John Wileysons Ltd, 2006, Hal 27 Universitas Sumatera Utara 55 Pasal 74 Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada dasarnya telah mengakhiri perdebatan tentang wajib tidaknya CSR atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan TJSL bagi perusahaan perseroan terbatas. Undang-Undang ini secara imperative menjelaskan bahwa CSR merupakan sebuah kewajiban hukum bagi perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditetapkan Undang- Undang. TJSL yang diatur dalam UUPT 2007 diilhami oleh pandangan yang berkembang belakangan ini yang mengajarkan perseroan sebagai perusahaan yang melakukan kegiatan ditengah-tengah kehidupan masyarakat, maka perusahaan harus ikut bertanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapi masyarakat setempat. Bahwa CSR pada mulanya lahir di inggris dan Eropa yang bersifat voluntary namun setelah di Indonesia, yaitu khususnya dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sifat sukarela dari CSR ditingkatkan menjadi mandatory . Indonesia merupakan negara yang berdaulat yang berhak untuk mengatur hukumnya sendiri yang tidak tergantung dengan hukum dan budaya di negara lain. Tentu ada alasan tersendiri mengapa CSR yang berlaku di Indonesia tidak disamakan dengan CSR yang berlaku di negara lain, misalnya di Inggris, Australia, Belanda, Kanada, Perancis, Jerman, dan Amerika Serikat. Hal demikian sesuai keterangan ahli, Maria R. Nindita Radyati yang pada pokoknya menerangkan bahwa pemaknaan CSR harus disesuaikan dengan budaya culture di negara masing-masing. Setiap Negara mempunyai budaya yang berbeda-beda, misalnya perusahaan di Inggris diikat dengan kode etik usaha, selain itu perusahaan telah menyadari begitu pentingnya CSR untuk Universitas Sumatera Utara 56 mendukung kelangsungan hidup perusahaan. Perkembangan CSR di negara-negara tersebut sudah sedemikian popular, sehingga CSR tidak saja hanya sebagai tuntutan perusahaan kepada masyarakat dan lingkungannya, tetapi CSR digunakan sebagai salah satu indikator penilaian kinerja sebuah perusahaan, bahkan CSR digunakan sebagai persyaratan bagi perusahaan yang akan go public. Budaya-budaya yang demikian itu belum terjadi di Indonesia, oleh karena itu diperlukan regulasi untuk menegakkan CSR. 52 Bahwa pengaturan TJSL dengan kewajiban hukum legal obligation lebih mempunyai kepastian hukum jika dibandingkan dengan CSR yang bersifat sukarela voluntary. Penormaan TJSL akan dapat menghidarkan penafsiran yang beragam dari perusahaan, hal demikian di maksudkan agar memiliki daya atur, daya ikat, dan daya dorong bagi perusahaan untuk melaksanakan TJSL, sebaliknya pengaturan TJSL dengan voluntary tidak cukup kuat untuk dapat memaksa perusahan untuk melasanakan TJSL sehingga dengan meningkatkan CSR dari voluntary menjadi CSR yang mandatory diharapkan adanya kontribusi dari perusahaan untuk dapat ikut mensejahterakan masyarakat. Gambaran mengenai TJSL dikemukakan pada alenia kedelapan penjelasan umum UUPT, yang dapat di deskripsikan sebagai berikut: 53 52 Mahkamah Konstitusi, Putusan Nomor 53PUU-VI2008, Perkara Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, terhadap UUD 1945 . Tanggal 15 April 2009.”Pertimbangan Mahkamah mengenai konstitusionalitas Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tetang Perseroan Terbatas”, hal 91. 53 Yahya Harahap,Op Cit, hal 297-298. Universitas Sumatera Utara 57 a. Tujuan TJSL adalah untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya. b. TJSL bermaksud untuk mendukung terjalinnya hubungan perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. c. Kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan TJSL. d. Untuk melaksanakan kewajiban tersebut, kegiatan TJSL harus di anggarkan dan di perhitungkan sebagai biaya perseroan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. e. Selanjutnya kegiatan TJSL dimuat dalam anggaran perseroan.

2. Prinsip-prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan