Pengertian Poligami SEJARAH DAN LANDASAN POLIGAMI

BAB II SEJARAH DAN LANDASAN POLIGAMI

E. Pengertian Poligami

Kata poligami secara etimologi barasal dari bahasa Yunani, polos yang berarti banyak dan gamos yang berarti perkawinan. Bila pengertian dari suku kata ini digabungkan, maka poligami akan berarti suatu perkawinan yang banyak atau lebih dari satu. Sistem perkawinan bahwa seorang laki-laki mempunyai lebih seorang istri dalam waktu yang bersamaan, atau seorang perempuan mempunyai suami lebih dari seorang dalam waktu yang bersamaan pula, pada dasaranya ini disebut poligami. 35 Dalam Ensiklopedi Nasional, poligami diartikan suatu pranata perkawinan yang memungkinkan terwujudnya keluarga yang suaminya memiliki lebih dari seorang istri atau istrinya memiliki lebih dari seorang suami. 36 Dalam istilah lain poligami dikatakan poligini 37 , yaitu perkawinan dengan lebih dari satu istri, dan poliandri yaitu perkawinan dengan lebih dari satu suami. Istilah poligami sering dipakai untuk mengacu kepada poligini saja karena praktek ini lebih sering di amalkan dari pada poliandri. Selanjutnya, dalam pembahasan ini penyusun 35 Khoiruddin Nasution, “Perdebatan sekitar kasus poligami” Jurnal Musaa, Vol. 1 Maret 2002, h. 84 36 Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1990, h. 306 37 Dalam beberapa tulisan ada yang menyebut poligami dengan istilah poligini. Kedua istilah tersebut sebenarnya mempunyai kaitan erat dengan pernikahan lebih dari satu orang. Lihat juga Kamus Besar Indonesia, edisi ke-2 Jakarta: Balai Pustaka, 1994, h. 779. menggunakan istilah poligami untuk menyebut seorang suami yang memiliki lebih dari seorang istri. Lain halnya poligami dari kacamata ulama fiqh, bahwa pengertian poligami adalah seorang laki-laki yang mempunyai istri dalam waktu yang bersamaan, yang di Jawa lebih dikenal dengan pemaduan atau wayuh. Laki-laki yang berpoligami disebut dengan istilah bermadu, sedang wanitanya disebut istri madu atau maru bahasa Jawa. Istilah maru ini dipergunakan sebagai predikat antara masing-masing istri yang dimadu, juga antara istri dengan bekas istri seorang laki-laki. 38 Namun, yang dimaksud dengan poligami sebagai sunnah Rasul adalah, poligami yang mengangkat harkat dan martabat perempuan dengan mengawini janda-janda perang, fakir miskin, dan dengan niatan untuk mengangkat dan menyelamatkan anak-anak yatim. 39 Pengertian poligami mengalami pergeseran dan penyempitan makna, dan kemudian sering digunakan untuk menyebut suatu pranata perkawinan antara seorang suami dengan beberapa istri. Hal demikian terjadi karena sistem patriarki yang selama ini dijalani oleh masyarakat, yang seakan-akan telah dibakukan dan diterima oleh hampir seluruh umat manusia. Hal itu juga karena pada masa sekarang, praktek perkawinan yang masih dan banyak diterapkan oleh masyarakat adalah perkawinan monogami dan poligami baca: poligini. Sementara poliandri, 38 Sumiati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, Yogyakarta: Liberty, t.t, h. 74 39 Innayah Rahmaniyah ed., Menyoal Keadilan Dalam Poligami, Yogyakarta: PSW UIN Sunan Kalijaga, 2009, h. 15 sangat jarang ditemukan dalam praktek perkawinan di masyarakat. Praktek poliandri hanya dijumpai pada suku Tuda dan suku-suku di Tibet. Bahkan, dalam Islam tidak dibenarkan perempuan untuk memiliki suami lebih dari seorang dengan alasan apapun. Isilah ini pula yang digunakan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia untuk menyebut perkawinan antara seorang suami dengan beberapa istri.

F. Sejarah Poligami dalam Islam